Anda di halaman 1dari 10

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkebunan di negara kita sangat berperan penting baik itu dibidang ekonomi
maupun sosial karena dapat menghasilkan devisa yang cukup besar untuk membangun
bangsa dan negara ini. Dari perkebunan dapat dihasilkan komoditi ekspor terbesar
setelah sub sektor pertambangan minyak dan gas serta kehutanan, kita tidak dapat
mengabaikan perananya didalam negara karena selain merupakan sumber energi bagi
industri pengolahan hasil perkebunan, juga dapat menyerap banyak tenaga kerja karena
pada dasarnya yang dikelola adalah jenis tanaman yang sulit digarap secara mekanis
terutama tanaman keras/tahunan. Hal ini memberi dampak yang positif bagi pelestarian
alam sekitar (pengawetan tanah dan air) yang dapat menciptakan kehidupan sehat dan
kawasan yang luas yang sangat penting.
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
yang terus mendapat perhatian untuk dikembangkan.kakao merupakan salah satu
komoditas unggulan nasional setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, dan teh. Kakao
merupakan tanaman perkebunan yang paling terkenal dengan produk turunannya,
berupa coklat. Produk-produk ini dikonsumsi diseluruh dunia, diminati karena rasa
yang unik dan aroma yang tidak bisa digantikan oleh produk tanaman lainnya.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20
tahun terakhir dan pada tahun 2007 areal perkebunan kakao di Indonesia tercatat seluas
992.448 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (89,45%) dikelola oleh rakyat
dan selebihnya (5,04%) perkebunan besar negara serta (5,51%) perkebunan besar
swasta. Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana
bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao
berasal dari Ghana dan keunggulan kakao indonesia tidak mudah meleleh sehingga
cocok bila dipakai untuk blending.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman kakao
adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman kakao merupakan tanaman
tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk dalam
pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan
memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan
kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah
tersebut, perlu dilakukan cara penyemaian dan pembibitan kakao yang baik.
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui cara pembibitan dan perawatan tanaman kakao dengan baik


2. Mengetahui pertumbuhan tanaman kakao dari penyemaian sama dengan
menjadi bibit
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kakao (Theobroma cacao L)


Theobroma cacao L adalah nama biologis yang diberikan pada pohon kakao oleh
Linnaeus pada tahun 1753. Tempat alamiah dari genus Theobroma adalah di bagian hutan
tropis dengan banyak curah hujan, tingkat kelembaban tinggi, dan teduh. Dalam
kondisi seperti ini Theobroma cacao jarang berbuah dan hanya sedikit menghasilkan biji
(Spillane, 1995).
Biji kakao merupakan salah satu komoditi perdagangan yang mempunyai peluang
untuk dikembangkan dalam rangka usaha memperbesar/meningkatkan devisa negara
serta penghasilan petani kakao. Produksi biji kakao di Indonesia secara signifikan terus
meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah dan beragam, antara lain kurang
terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit tinggi,
keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam dan tidak konsisten. Hal tersebut tercermin
dari harga biji kakao Indonesia yang relatif rendah dan dikenakan potongan harga
dibandingkan harga produk sama dari negara produsen lain (Haryadi dan Supriyanto,
1991).
2.2 Jenis- Jenis Kakao
Menurut Susanto (1994), jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi coklat
hanya 3 jenis, yaitu :
1.Jenis Criollo
Jenis Criollo terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan. Jenis
ini menghasilkan biji coklat yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai coklat mulia.
Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis dan berbintil – bintil kasar dan
lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna
putih pada waktu basah.
2.Jenis Forastero
Jenis ini menghasilkan biji coklat yang memiliki mutu sedang atau dikenal juga
sebagai Ordinary cocoa. Buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal, biji buahnya tipis atau
gepeng dan kotiledon bewarna ungu pada waktu basah.
3.Jenis Trinitario
Merupakan campuran dari jenis Criollo dengan jenis Forastero. Coklat Trinitario
menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa dan ada yang termasuk bulk cocoa.
Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga
bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu
basah.

2.3 Kadar Air


Kadar air merupakan sifat fisik yang sangat penting dan sangata diperhatikan oleh
pembeli. Selain sangat berpengaruh terhadap randemen hasil (yield), kadar air berpengaruh
pada daya tahan biji kakao terhadap kerusakan terutama saat penggudangan dan
pengangkutan. Biji kakao, yang mempunyai kadar air tinggi, sangat rentan terhadap
serangan jamur dan serangga. Keduanya sangat tidak disukai oleh konsumen karena
cenderung menimbulkan kerusakan cita-rasa dan aroma dasar yang tidak dapat diperbaiki
pada proses berikutnya.
Pabrikan makanan cokelat membutuhkan biji kakao dengan kadar air antara 6-7%.
Jika lebih dari 8%, yang turun bukan hanya hasil rendemennya saja, tetapi juga berisiko
terhadap serangan bakteri dan jamur. Jika kadar air kurang dari 5%, kulit biji akan mudah
pecah dan biji harus dipisahkan karena mengandung kadar biji pecah yang tinggi. Kadar
air biji kakao ditentukan oleh cara pengeringan dan penyimpanannya. Kadar air biji kakao
hasil pengeringan sebaiknya antara 6- 7%. Namun, kadar air yang terlalu rendah juga tidak
baik karena biji kakao menjadi sangat rapuh (Wahyudi dkk, 2008).
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan
dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan
pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan
pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan
khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan.
BAB III. METEDOLOGI
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini kami laksanakan pada hari kamis 8 november dilakukan
penanaman bibit dan dipindahkan ke polibag pada tanggal 4 Desember. Sekarang pukul,
16:20 di lahan percobaan pertanian universitas teuku umar

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang kami gunakan pada praktikum ini adalah cangkul, parang, paranet, alat
tulis, jangka sorong, pengaris dan Bahan yang kami gunakan di dalam praktikum ini
adalah polibag ukuran 25 cm x30 cm, top soil, bibit kakao.

3.3 Prosedur Pembibitan Bibit Kakao:


1. Dilakukan Penggumbemburan Tanah dibawah paranet sebagai media pembibitan.
2. Biji ditanaman tidak terlalu dalam ukuran biji keluar timbul ditanah
3. Setelah bibit Tumbuh dipindahkan kedalam polibag
4. Pemindadahan bibit dilakukan dengan dengan menyertakan TANAH bedengan agar
akar bibit tidak rusak.
5. Kemudian dilakukan perawatan seperti penyiraman, dan penyiangan gulma
6. Amati selama seminggu sekali
BAB 1V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Dari hasil pengamatan yang telah kami amati dapat diperoleh hasil sebagai
berikut:
4 desember 11 desember 18 desember
Tingi batang 13.4 cm 17.6 cm 21,8 cm
Diameter batang 2,78 3.26 3.43
Jumlah daun 4 4 5

3.2 Pembahasan
Pembibitan adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan atau memproduksi bibit.
Kegiatan yang dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan pembibitan,
pembangunan persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan pendahuluan terhadap
benih sebelum disemaikan, penyemaian benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit,
pengepakan dan pengangkutan bibit serta administrasi pembibitan.
Dalam pembibitan kakao harus menggunakan benih yang baik yang dapat
diperoleh dari buah terpilih dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Buah sudah masak dengan kriteria sudah mengalami perubahan warna yakni bila
muda berwarna hijau sudah berubah menjadi kuning dan yang muda merah sudah
berwarna oranye atau jingga.
2. Dompolan biji sudah terlepas dari kulit buah
3. Buah dipetik dari batang utama atau cabang primer.
4. Bebas dari serangan hama dan penyakit.
5. Ukuran buah sedang.
Pada praktikum ini bibit kakao yang ditanam adalah biji kakao yang didapatkan
langsung dari masyarakat yang berada di sekitaran aceh barat, biji kakao tersebut terlebih
dahulu harus dijemur sampai kering sebelum disemai. Dalam praktikum biji kakao yang
ditanam memiliki persen perkecambahan yaitu 31% karena dari 98 biji yang bisa ditanam
hanya sekitar 31 biji yang berkecambah. 67 biji tidak berkecambah dikarenakan biji
tersebut mengalami pembusukan. Penyemaian biji kakao dilakukan di Lahan Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar. Median yang digunakan dalam penyemaian ini
adalah campuran tanah dengan pasir. Media dicampur pasir agar akar dapat tumbuh
dengan baik karena struktur pasir yang porus sehingga pertumbuhan akar tanaman kakao
bias baik dan juga air yang diberika bias langsung masuk ke dalam karena pori pasir yang
besar. Setelah biji berkecambah bibit kakao dipindahkan kedalam polybag secara individu
untuk menjadikan bibit yang kuat ditanam di lahan sesuai dengan kriteria yang telah ada.
Pertumbuhan bibit kakao dari masing-masing tanaman kakao tidak berbeda jauh atau
pertumbuhannya cukup seragam kerena dilihat dari tinggi tanaman, diameter batang dan
jumblah daun dari tanaman kakao tersebut hasilnya tidak berbeda jauh. Pemeliharan
pembibitan kakao yang dilakukan dalam praktikum ini adalah penyiraman yang dilakukan
1 hari 2 kali dan pembersihan gulma yang ada disekitaran tempat pembibitan kakao.
Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generatif ataupun vegetatif. Pada
praktikum yang dilakukan kali ini tanaman kakao diperbanyak dengan cara generatif yaitu
dengan menggunakan biji kakao yang telah dipilih dari klon-klon induk terpilih.
BAB V. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapt disimpulkan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan bibit kakao tidak berbeda jauh antar tanaman, hal ini dilihat dari
tinggi tanaman, diameter batang jumbah daun pada tanaman kakao
2. Pemeliharaan yang dilakukan dalam pembibitan tanaman kakao ini adalah
penyiraman dan pengendalian gulma
3. Media yang digunakan sebagai tempat untuk penyemaian adalah campuran
pasir dan tanah
4. Persentase perkecambahan biji kakao yang disemai yaitu hanya 31%
5. Biji kakao yang tidak berkecambahn dikarenakan biji tersebut menbusuk.

5.2 SARAN
Diharapkan kedepannya ketika melakukan praktikum mahasiswa benar-benar
melakukan tugasnya dengan baik dan sungguh-sunggug sehingga mendapatkan hasil
yang maksimal. Dan juga dengan cara menggunakan metode yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Tumpal. 2005. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat. Penebar


Swadaya. J a k a r t a .

Soeratno. 1980. Pembibitan Coklat. Kumpulan Makalah Konferensi Coklat I.


Medan, 16-18 September 1980.

Susanto, F.X. 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Penerbit
Kanisius : Yogyakarta.

Rohman, Saepul. 2009. Teknik Fermentasi Dalam Pengolahan Biji


Kakao.http://majarimagazine.com/2009/06/teknik-fermentasi-dalam
pengolahan- biji-kakao/ diakses tanggal 20 Desember 2014 pukul 19.30 wib.

Willy,Bryan.2010. StandarPembibitan.http://bryanwilly32.blogspot.com/2010/07/
standar-pembibitan.html diakses tanggal 20 Desember 2014 pukul 19.45 wib.
Lampiran Praktikum

Pada tanggal 04 desember 2018

Anda mungkin juga menyukai