Anda di halaman 1dari 18

Tanaman kakao dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif.

Perbanyakan
vegetatif dilakukan dengan cara okulasi dan stek. Sedangkan perbanyakan
generatif yaitu perbanyakan menggunakan biji kakao yang sudah masak untuk
kemudian dikecambahkan sehingga dapat menjadi bibit dan dikembangbiakkan.

Masing-masing cara perbanyakan tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan.


Perbanyakan kakao secara vegetatif mempunyai keunggulan yaitu menghasilkan
anakan yang sifatnya tidak jauh berbeda dari induknya. Sehingga jika menginginkan
anakan yang unggul, harus mengambil batang induk yang kualitasnya unggul pula.
Namun, cara ini keberhasilannya masih rendah. Sedangkan perbanyakan generatif
tingkat keberhasilannya cukup tinggi namun, sifat anakan terkadang berbeda
dengan induknya.

Biji kakao yang dijadikan sebagai benih kakao dapat berasal dari bagian ujung,
tengah dan pangkal buah. Masing-masning bagian biji tersebut besarnya berbeda-
beda. Biji bagian tengah ukurannya lebih besar dari pada bagian yang lain. Oleh
karenanya pada praktikum ini kami telah mempraktekkan perbanyakan kakao
dengan biji mulai dari pemisahan bagain-bagian biji kakao untuk dikecambahkan
hingga menjadi bibit.

Pada laporan praktikum ini akan membahas terkait perbedaan vigor atau daya
tumbuh biji kakao pada bagian ujung, tengah dan pangkal. Mengapa hal tersebut
dapat terjadi dan biji bagian mana yang vigornya paling baik untuk
dikembangbiakkan.

B. TUJUAN

Tujuan praktikum perkecambahan dan pembibitan kakao ini adalah:

Memilih biji kakao untuk dijadikan benih

Dapat melakukan perkecambahan benih kakao

Dapat melaksanakan pembuatan bibit yang berasal dari biji

Mengenal pertumbuhan bibit kakao yang baik.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Buah dan warna kulit buah kakao sangat bervariasi, tergantung pada kultivarnya.
Namun, pada dasarnya hanya ada dua macam warna, yaitu buah yang ketika muda
berwarna hijau/hijau agak putih, bila sudah masak berwarna kuning dan buah yang
ketika masih muda berwarna merah, bila sudah masak berwarna orange (Wahyudi,
2008).

Biji di bungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam manis
dan diduga mengandung zat penghambat perkecambahan. Di sebelah dalam
daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus dua kotiledon dan poros
embrio. Biji kakao tidak memiliki masa dorman. Meskipun daging buahnya
mengandung zat penghambat perkecambahan, tetapi kadang-kadang biji
berkecambah di dalam buah yang terlambat dipanen karena daging buahnya telah
kering (Prawoto et. al,. 1994).

Struktur buah kakao secara garis besar terdiri dari empat bagian yaitu kulit,
plasenta, pulp, dan biji. Buah kakao masak berisi 30-40 biji yang masing-masing
diselimuti oleh pulp, sedangkan biji kakao terdiri dari dua bagian yaitu kulit biji dan
keping biji. Keping biji meliputi 86% sampai 90% dari berat kering biji sedangkan
kulit biji sekitar 10-14% (Hasbawati, 2006).

Saat biji kakao dikeluarkan dari buah, biji diselimuti oleh lendir putih atau pulp. Pulp
pada mulanya steril, tetapi dengan adanya gula dan keasaman yang tinggi (pH 3,5)
karena kandungan asam sitrat. Kondisi ini ideal untuk mikroorganisme. Kontaminasi
skala luas bisa terjadi karena adanya aktivitas lalat, lalat buah, dan kontaminasi
langsung dari kotak fermentasi (Wahyudi, 2008).

Karakteristik fisik biji kakao banyak diperhatikan terutama karena berpengaruh


terhadap hasil yang akan diperoleh oleh pabrik cokelat, khususnya adalah kadar air,
berat biji, dan kadar kulit. Sifat-sifat fisik tersebut satu sama lain saling berkaitan
dan dapat ditentukan dengan mudah (Wahyudi, 2008).

Ukuran biji buah kakao berdasarkan posisi pada pohon dan posisi dalam buah itu
berbeda. Pada umumnya jumlah buah pada cabang lebih banyak dibandingkan
pada batang. Hal ini disebabkan karena banyaknya tangkai pada cabang yang
ditumbuhi oleh buah dibandingkan pada batang. Akan tetapi, ukuran buah pada
batang lebih besar dan lebih berat dibandingkan buah yang berada pada cabang.
Hal ini disebabkan karena persaingan untuk memperoleh makanan pada cabang
lebih besar dibandingkan persaingan untuk memperoleh makanan pada batang
(Hasbawati, 2006).

Cara perbanyakan tanaman kakao ada dua yaitu perbanyakan secara generatif dan
perbanyakan secara vegetatif.

Perbanyakan tanaman kakao secara genertif dengan menggunakan benih yang


diambil dari tanaman kakao produksi, baik dari pertanaman kakao klonal maupun
pertanaman kakao hibrida jenis kakao yang dapat dianjurkan untuk perbanyakan
secara generative adalah benih kakao hibrida yang tanaman hibridanya teruji
mempunyai produktivitas tinggi dan tahan terhadap hama penyakit.

Sedangkan perbanyakan vegetative tanaman kakao dapat dilakukan dengan cara


okulasi, stek atau kultur jaringan. Perbanyakan vegetatif yang lazim dilakuka adalah
okluasi karena penyetekan masih sulit dilakukan di tingkat perkebunana dan kultur
jaringan masih dalam penelitian. Okulasi dilakukan dengan menempelkan mata
kayu pada kayu batang bawah yang telah disayat kulit kayunya dengan ukuran
tertentu, diikat dan dipelihara sampai menempel dengan sempurna walaupun tanpa
ikatan lagi (Puslitkoka, 2010).

Kelebihan dari perbanyakan tanaman secara vegetative adalah menghasilkan


tanaman baru yang memiliki sifat sama dengan induknya dan cepat berbuah,
namun tingkat keberhasilannya rendah (Prawoto, 1986 dalam Sutardi dan Reki
Hendarta, 2009). Cara perbanyakan secara generative, walaupun tingkat
kberhasilannnya tinggi, tanaman baru yang dihasilkan sering menunjukkan sifat
yang berbeda dari induknya, selain itu diperlukan waktu yang lama untuk berbuah
(Wudianto, 1993; Rokhiman dan Harjadi, 1973 dalam Sutardi dan Reki Hendarta,
2009).
Benih kakao tidak mempunyai masa dormansi (istirahat) dan daya kecambahnya
cepat menurun. Oleh karena itu benih kakao harus segera disemaikan. Bila benih
yang disemai sudah berkecambah maka benih yang berkecambah dapat langsung
ditanam di polybag. Pada benih kakao ada bagian yang disebut radikel yaitu tempat
keluarnya akar. Bila dengan mata sulit ditemukan, maka umumnya bagian itu
berada pada bagian benih yang ujungnya besar (Suhardjo dkk, 1996 dalam
Ardiansyah, 2009).

III. METODE PRAKTIKUM

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan dalam pembuatan bibit kakao adalah buah kakao yang yang
tua, pasir, tanah, pupuk kandang dan air.

Alat yang digunakan antara lain seed box, pisau atau cutter, polybag, cangkul,
gembor, kertas label.

B. PROSEDUR KERJA

Perkecambahan, langkah-langkanya:

Disiapkan beberapa seed box lalu isi dengan media pasir setinggi 2/3 bagian.

Buah kakao dibuka dengan pisau menjadi tiga bagian yaitu ujung, tengah dan
pangkal.

Biji kakao dikupas dari pulp nyayang berwarna putih dan manis rasanya dengan
menggunakan pasir, lalu kulit testanya dikupas.

Biji bagian pangkal, tengah dan ujung ditanam pada seed box yang berbeda
disesuiakan dengan bagian yang sama. Posisi biji tegak dengan calon akar di bagian
bawah dan ujung biji muncul di permukaan pasir.
Setelah dua hari benih dilihat apakah sudah berkecambah atau belum (panjang
calon akar 2 mm). apabila sudah berkecambah dipindahkan ke pembibitan
(polybag), namun aabila belum berkecambah benih ditanam lagi sampai tumbuh
akar.

Benih yang tumbuh dicatat setiap hari pada pagi hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

TABEL 7. DATA PENGAMATAN PERKECAMBAHAN BIJI KAKAO BAGIAN UJUNG

No Kel Pengamatan 1

(2 Des 2015)

Pengamatan 2

(11 Des 2015)

Pengamatan 3

(17 Des 2015)

Tinggi (cm) Daun (Lembar) Tinggi (cm) Daun (lembar) Tinggi (cm) Daun
(lembar)

1 11 2 11,5 3 15 4

2 8 2 5 6

3 5 0,5 13 4 14 4

4 3 3,5 8,5 2 11 5

5 2 2

6 1 2 6 8 4
7 11 1 1 14 3

8 11 1,5 1,5 6 1

9 9

10 8

11 6 3 3

12 1

13

14 6 0,5 0,5 0,5

15 3 1,5 11 14 3

16 5 3 4 8 2

17 3 6 1

18 8,5 3 10 3

19

20 3,5 7 4

21

22 8 1 13 3

23

Rata-rata 1,75 5,87 2 8,15 3 dan 4

TABEL 8. DATA PENGAMATAN PERKECAMBAHAN BIJI KAKAO BAGIAN TENGAH

No Kel Pengamtan 1

(2 Des 2015)

Pengamatan 2

(11 Des 2015)


Pengamatan 3

(17 Des 2015)

Tinggi (cm) Daun (helai) Tinggi (cm) Daun (helai) Tinggi (cm) Daun (helai)

1 9 2,5 6 1

2 5 1,5 7 2 8,5 3

3 2 3 11 3 15 4

4 4 2 10 2 14 5

5 5 1 9,5 3 10,5 4

6 3 8 3 10 4

7 1 3 12 4 14 4

8 7

9 2 3,5 14 3 18 4

10 0,5 7 7 3

11 9 3,5 8 3 13 3

12 2 1,5 15 3 19 3

13 4 3 11,5 2 12 2

14 8 1 8 10 1

15 4 5 13 3 13 3

16 1 3 8 4 12 4

17 7 4,5 13 3 15 4

18 9 2 5,5 2 5,5 2

19 2 10 3 10 3

20 9 3 6 1 11 4

21 2 3 13 3 16 5

22 3 6 2 6 2
23 6

24 8

25 3

26 6 6 12 2

27 3 1 11 2 14 4

28 10 1 9 16 3

29 1 6 3 16 5

30 1,5 9 3 10 5

Rata-rata 2,3 9,2 3 12,1 4

TABEL 9. DATA PENGAMATAN PERKECAMBAHAN BIJI KAKAO BAGIAN PANGKAL

No Kelompok Pengamtan 1

(2 Des 2015)

Pengamatan 2

(11 Des 2015)

Pengamatan 3

(17 Des 2015)

Tinggi (cm) Daun (helai) Tinggi (cm) Daun (helai) Tinggi (cm) Daun (helai)

1 3 2 12 3 16 4

2 4 4 13 3 14 4

3 8 3,5 11 6 13 5
4 2

5 9 4 14,5 4 16 5

6 3 3 13 3 13 4

7 9 4 14 4

8 1 2,5 10 2 13 3

9 4 12 4 12 2

10 2 1 11 4 15 4

11 0,5 11 2 16 2

12 5 2 11 3 14 4

13

14 5 3 11 3 13 3

15 4

16 2 10 3 15 4

17 7 1,5 6 10

18 13 4 16 4

19 4 4 9 2

20 6 1 4 1 10 3

21 6 2 13 3 19 4

22 6 2,5 11 3 13 3

23 8 2 10 4 13 4

24 5 1 9 14 4

25 1 1,5 8 14 2

26

27 4

28

29 1 4
30

31 7 2 10 3

32 0,5

33 6 13 4

34 0,5

35 1 4

36

Rata-rata 2,1 9,1 3 12,8 4

B. PEMBAHASAN

Kualifikasi Benih Kakao yang Bagus

Perbanyakan secara generatif untuk perluasan tanaman kakao disarankan


menggunakan benih kakao hibrida F1 terpilih yang dianjurkan berasal dari kebun
benih yang diatur pola pertanamannya dan telah direkomendasikan oleh Direktorat
Jenderal Perkebunan (Puslitkoka, 2000). Biji kakao yang baik untuk benih adalah
berukuran besar, bernas (tidak kosong), bebas dari hama penyakit dan biji tidak
kadaluwarsa (Puslitkoka, 2010 dalam Asrining, 2013).

Menurut Asrining (2013), kriteria benih kakao yang baik adalah (i) berasal dari
tanaman klonal dengan luas lahan minimal 10 ha dan produksinya tinggi yaitu di
atas 1 ton/ha/tahun, (ii) buah berasal dari kebun kakao yang sudah bersertifikat, (iii)
buah yang akan dijadikan benih sudah masak dengan kriteria sudah mengalami
perubahan warna yaitu bila masih muda berwarna hijau dan ketika sudah masak
berwarna kuning. Apabila ketika muda kulit buahnya berwarna merah maka kketika
masak berubah warna menjadi oranye atau jingga, (iv) umur buah antara 150 172
hari sejak berbunga dan dompolan benih sudah terlepas dari kulit buah serta dipetik
dari batang utama atau cabang primer dengan ukuran buahnya sedang, (v) dan
terakhir yaitu buahnya harus bebas dari serangan hama dan penyakit.

Secara umum, stamdar mutu benih kakao yang baik yaitu seperti dalam tabel.
TABEL 10. STANDAR MUTU BENIH

No. Tolok Ukur Mutu Benih

1. Mutu genetis

Asal bahan tanam Kebun benih bersertifikat

Kemurnian 100 %

2. Mutu fisiologis

Daya kecambah Minimal 80 %

Kesehatan benih Bebas OPT

3. Mutu Fisik

Kadar air 30 40 %

Kemurnian fisik 98 %

Kesehatan Bebas OPT

4. Perlakuan Benih direndam dalam larutan fungisida 0,5 1 % selama 5 10


menit.

5. Lama penyimpanan Maksimum 10 hari setelah panen

(Sumber: SOP Pembibitan Kakao Seedling, 2006)

Perlakuan benih kakao yang baik untuk pembibitan

Untuk memperoleh benih kakao yang baik yang akan dijadikan sebagai bibit, perlu
perlakuan istimewa yang harus dilakukan. Tahapan dalam pembuatan benih kakao
yang baik sehingga terbentuk bibit yang baik, adalah sebagai berikut:

Buah yang sudah masak dan sehat dipilih dan diambil dari kebun benih yang sudah
ditetapkan kemudian dipecah menggunakan pemukul dari kayu agar tidak sampai
merusak benih.

Benih yang dilapisi daging buah (pulp) dimasukkan dalam larutan air kapur 2,5%
atau 25 gram/liter air selama 30 detik. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk
menggumpalkan pulp. Setelah direndam, benih dicuci sampai bersih dari kapur
dengan air yang selanjutnya kulit benih dikupas dengan tangan dan dicuci lagi.

Untuk melindungi benih dari serangan jamur, benih direndam dalam 1% fungisida
sistemik selama 5 10 menit. Kemudian benih dikering-anginkan di tempat yang
sejuk sehingga kadar air dalam benih tinggal 40%.

Sebagai tempat batasan bahwa kadar air sudah 40% adalah apabila sudah tidak
terdapat bintik-bintik air pada permukaan dan bila dipijit sudah tidak mengeluarkan
air lagi.

GAMBAR 11. BUAH KAKAO MASAK FISIOLOGIS

GAMBAR 12. PENGGUMPALAN DAGING BUAH DENGAN KAPUR

GAMBAR 13. PENGUPASAN KULIT BENIH

GAMBAR 14. PEMBERIAN FUNGISIDA

GAMBAR 15. PENGERING ANGINAN BIJI KAKAO

GAMBAR 16. PENGEMASAN BENIH KAKAO

(Sumber: Asrining, 2013)

Menurut Ristri (2013), untuk menghasilkan bibit kakao yang baik dapat
menggunakan matriconditioning dan agens hayati. Perlakuan tersebut
menghasilkan tinggi bibit, bobot kering akar, bobot kering bibit, kandungan N daun
dan P yang cenderung lebih tinggi dan nyata dibandingkan kontrol. Ristri
menambahkan, untuk menghasilkan bibit yang baik, perlakuan sebaiknya tidak
hanya dilakukan pada benih kakao saja, tetapi juga pada media tanam. Kombinasi
antara dua perlakuan tersebut yaitu perlakuan benih dan media tanam berpengaruh
nyata terhadap tinggi bibit, bobot kering akar, bobot kering bibit, kandungan
nitrogen dan fosfat daun bibit kakao.
GAMBAR 17. PERBEDAAN BIBIT KAKAO DENGAN PERLAKUAN YANG BERBEDA

(Sumber: Baharudin dan Rubiyo, 2013)

Keterangan: Pertumbuhan bibit kakao pada berbagai tingkatan perlakuan benih dan
media tanam. A. Tanpa perlakuan benih dengan media tanam dan B. mendapat
perlakuan benih dengan media tanam.

Perbedaan tumbuhnya benih pada bagian-bagian buah kakao saat dilakukan


pembibitan

Hasil analisis Sutardi dan Reki Hendarta (2009) menunjukkan bahwa letak biji dalam
buah kakao berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun dan panjang akar
tunggang. Biji kakao yang letaknya dibagian tengah dan ujung buah, lebih panjang
akar tunggangnya dibanding dengan biji kakao yang letaknya dibagian pangkal
buah. Hal ini dimungkinkan karena biji yang letaknya di bagian tengah dan ujung
buah berukuran relatif lebih besar menjadi sink yang tinggi dibanding dengan biji
yang letaknya di bagian pangkal, sehingga cadangan atau nutrisinya lebih banyak.

Sink atau cadangan makanan dalam biji berbentuk karbohidrat, lemak dan protein
(Kamil, 1979 dalam Sutardi dan Reki Hendarta, 2009). Pada parameter tinggi
tanaman dan jumlah daun, biji yang letaknya di bagian tengah buah menunjukan
hasil yang terbaik. Hal ini karena biji yang letaknya di bagian tengah buah memiliki
ukuran yang lebih besar dibanding dengan biji yang letaknya di bagian pangkal dan
ujung buah, sehingga cadangan makanannya lebih banyak.

Di dalam jaringan penyimpanan benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan


mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi
embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan
berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih yang kecil,
mungkin pula embrionya lebih besar (Sutopo, 2004).
Namun, berdasarkan hasil pengamatan praktikum sebanyak tiga kali, bibit yang
pertumbuhannya baik berasal dari biji bagian tengah dan pangkal bukan bagian
tengan dan ujung. Dilihar dari rata-rata tinggi tanaman di setiap pengamatan tinggi
tanaman pada biji bagian tengah dan pangkal rata-rata tingginya hampir sama.
Pada pengamatan ketiga rata-rata tinggi tanaman yang berasal dari biji bagian
ujung sebesar 8,15 cm, sedangkan rata-rata tinggi bibit yang berasal dari biji kakao
bagian tengan dan pangkal lebih dari 12 cm. Hal tersebut terjadi, bisa
dimungkinkan karena kualitas biji bagian ujung sedang jelek, hal tersebut dilihat
dari tampilan fisik biji. Sehingga pertumbuhan bibitnya kurang baik.

Jika dibandingkan, pertumbuhan bibit kakao dari biji bagian tengah lebih baik
pertumbuhannya dari pada biji bagian pangkal. Dari 30 biji kakao tengah yang di
bibitkan, haya 4 yang tidak tumbuh. Sedangkan biji kakao bagian tengah dari 36 biji
berkecambah yang dibibitkan, ada 7 biji yang tidah tumbuh. Hal tersebut bisa
dimungkinkan karena kualitas biji bagian pangkal sedang kurang baik, atau vigor biji
terlalau rendah dan cadangan makanannya kurang mencukupi untuk pembibitan.

Jelaskan secara rinci praktikum pembibitan kakao yang dilakukan

Kegiatan praktikum pembibitan kakao dilaksanakan di Fakultas Pertanian Unsoed.


Pembibitan kakao yang akan dibuat berasal dari biji kakao yang berasal dari
perkebunan. Kakao jenis Criollo dipilih menjadi benih yang nantinya akan disemai.
Dari tiga bagian biji kakao yaitu ujung, tengah dan pangkal, ketiganya digunakan
sebagai benih. Tujuannya agar praktikan dapat membedakan biji bagian mana yang
baik untuk dikecambahkan.

Setelah buah dipotong menjadi tiga bagian (ujung, tengah, pangkal) biji diambil lalu
di dihilangkan pulpnya hingga kulit bijinya terlepas sehingga menyisakkan kotiledon
dan embrio biji. Proses pengupasan atau penghilangan pulp dan kulit biji dilakukan
dengan cara memakan biji kakao. Untuk mempermudah pengupasan, bisa
menggunakan abu gosok maupun pasir. Sedangkan saat praktikum hanya
menggunakan pasir. Setelah biji terkelupas, dicuci menggunakan air lalu di semai
pada media tanam pasir dalam seed box. Karena ada tiga macam bagian biji yang
dikecambahkan, maka masing-masing box harus berisi bagian biji yang sama.
Bagian biji untuk tumbuh akar harus berada dibawah, dan biji yang ditanam tidak
seluruhnya tertutup oleh pasir, namun hanya separuhnya saja yang ditanam.
Biji dalam seed box tersebut disiram dua kali sehari hingga permukaan pasir
lembab namun tidak jenuh air. Meskipun seed box tersebut tidak dilubangi di bagian
bawah dan samping, penyiraman tetap perlu dilakukan karena benih diletakkan di
ruangan tebuka, sehingga memungkinkan terjadi penguapan oleh sinar matahari.

Setelah tujuh hari, dalam biji tersebut muncul bakal akar. Kemudian, biji yang
berkecambah dipindahkan ke dalam polybag yang berisi media tanah dengan
campuran pasir dan pupuk kandang. Kemudian biji ditanam namun tidak seluruhnya
tertutup tanah, tapi setengah bagian lainnya tetap terlihat di atas permukaan
tanah. Masing-masing bagian biji ujung, tengah, pangkal di kumpulkan secara
berkelompok sesuai bagiannya. Polybag di letakkan di dalam tempat naungan
buatan yang tebuat dari bambu. Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari.

Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali pada tanggal 2 Desember 2015, 11


Desember 2015 dan 17 Desember 2015. Hasil pengamatan ke 1 rata-rata tinggi
bibit yang berasal dari ujung buah 1,75 cm, bibit bagian tengah 2,3 cm dan bibit
bagian pangkal 2,1 cm. Pada pengamatan ke 1 belum terbentuk daun.

Pengamatan ke 2, bibit bagian ujung rata-rata tinggi bibitnya 5,87 cm, sedangkan
bibit bagian tengah 9,2 cm serta bibit bagian pangkal 9,1 cm. pengamatan kedua
ini sudah terdapat daun dengan rata-rata 3 helai daun untuk semua bagian.

Pengamatan ke 3, bibit bagian ujung mempunyai tinggi rata-rata 8,15 cm, bibit
bagian tengah 12,1 cm dan bibit bagian pangkal sebesar 12, 8 cm. Rata-rata daun
yang tumbuh untuk bibit bagian ujung adalah 3 helai sedangkan bibit bagian
tengah dan pangkal rata-rata tumbuh 4 helai daun.

Dari 23 benih bagian ujung yang di bibitkan, terdapat 6 benih yang tidak tumbuh
hingga pengamatan ketiga. Dari 30 benih yang dibibitkan terdapat 4 benih yang
tidak tumbuh. Sedangkan benih bagian pangkal ada 36 biji dan yang tidak tumbuh
ada 7 benih.

Dari pengamatan tersebut benih yang pertumbuhannya paling baik di antara tiga
bagian biji tersebut, biji bagian tengah adalah biji yang paling baik untuk
dibudidayakan.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum pembibitan tanaman kakao menggunakan biji, dapat


disimpulkan bahwa:

Biji kakao yang dijadikan benih untuk disemai dapat berasal dari tiga bagian yaitu
biji kakao di bagian pangkal, tengah dan ujung. Biji yang digunakan untuk
dibudidayakan adalah biji yang bernas, dilihat dari fisiknya baik, bebas OPT dan
sebagainya.

Untuk melakukan pengecambahan ada benih kakao, biji kakao di tanam di dalam
pasir dengan sebagian dari biji tersebut masih terlihat di atas permukaan pasir dan
bagian bagian radikel nya berada di bawah. Setelah kurang lebih tujuh hari, biji
sudah keluar bakal akar.

Untuk membuat bibit kakao yang berasal dari biji, benih yang sudah keluar bakal
akar tersebut di tanam di media tanah yang dicampur pasir dan kompos yang
diletakan di dalam polybag. Untuk pemeliharaan, dilakukan penyiraman dua kali
sehari dan pemupukan.

Bibit kakao yang tumbuh dengan baik umumnya berasal dari biji bagian tengah
karena bijinya lebih besar dibanding bagian biji yang lain, sehingga sink nya juga
lebih banyak dan akar tunggangnya lebih panjang .
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. 2009. Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) terhadap


Lumpur Kering Limbah Domestik dan Pupuk NPK pada Tanah Subsoil. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Asrining, Wahyu Cahyowati. 2013. Pembuatan Bahan Tanam Unggul Kakao Hibrida
F1. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Surabaya.

Baharudin dan Rubiyo. 2013. Pengaruh Perilaku Benih dan Media Tanam Terhadap
Peningkatan Vigor Bibit Kakao Hibrida. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Tenggara, Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyeg

4 (1): 27-28.

Haerani, 2002. Pola Distribusi Kadar Lemak, Kadar Air dan Karakteristik Fisik Biji
Kakao Forastero (theobroma cacao) Berdasarkan Barisan Biji Dari Pangkal Buah Ke
Ujung Buah. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Hasbawati, 2006. Karakteristik Fisik Biji Buah Kakao Menurut Posisinya Pada Pohon.
Skripsi. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Prawoto A.A dan Iskandar Abdul Karneni, 1994. Pengaruh Tinggi Tempat Penanaman
Kakao Terhadap Kadar Lemak dan Komposisi Asam Lemak. Pusat Penelitian Kopi dan
kakao. Jember. Indonesia.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Buku Pintar Budi Daya Kakao.
AgroMedia. Jakarta.

Standart Operasional Prosedur (SOP) Pembibitan Kakao Seedling. 2006. Kumpulan


SOP. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.
Sutopo, Lita. 2004. Teknologi Benih. Rajawali Pers, Jakarta.

Wahyudi, T., T.R Pangabean., dan Pujianto. 2008. Panduan Lengkap Kakao
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai