Disusun oleh :
BARTH MAKAL (18031101030)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini mutu jagung di skala petani pada umumnya kurang memenuhi
persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar air dan banyaknya butir
yang rusak. Pada waktu panen produksi jagung melimpah harganya murah, sedangkan pada
waktu paceklik (kekurangan bahan pangan) harganya menjadi mahal. Oleh karena itu,
penyimpanan benih jagung sangat dibutuhkan untuk mengatasi kelebihan produksi pada
musim panen raya untuk dimanfaatkan pada saat paceklik.
Para petani menjual jagung hasil panennya karena mereka mangalami kesulitan
menyimpan jagung pipil untuk waktu lama. Selama penyimpanan jagung pipil terjadi
kehilangan hasil sekitar 9,6 – 20,2% karena serangan hama, tikus, dan jamur. Jagung pipil
berkadar air 9,6% yang disimpan dalam karung goni hanya tahan disimpan sampai 6 bulan
dengan kerusakan 10,34% dan bila disimpan selama 8 bulan maka kerusakannya mencapai
34,01%. Beberapa usaha untuk mencari teknik penyimpanan dan perawatan jagung pipil
terus dilakukan.
Untuk penyimpanan jagung yang perlu diperhatikan adalah kadar air 1-2% dibawah
kadar air seimbang dengan kelembaban maksimum 80%. Usahakan wadah dapat
mempertahankan bahan tetap kering dan dingin serta dapat melindungi terhadap serangan
serangga dan tikus. Biji jagung yang disimpan harus benar-benar bersih dan mulus, hal ini
dapat dilihat dari hasil sortasi bijinya, seperti yang telah disebutkan di atas.
Permasalahan yang dihadapi petani jagung salah satunya adalah proses penyimpanan.
Proses penyimpanan sangat perlu diperhatikan karena mempengaruhi kualitas jagung
sehingga akan menentukan harga jual jagung yang dihasilkan. Upaya untuk mempertahankan
kualitas jagung pada waktu penyimpanan dan pergudangan dapat ditempuh dengan
menggunakan kabon disulfida (CS2), penyimpanan diatas para-para, penyimpanan dengan
karung dan penyimpanan dengan silo bambu semen, sedangkan untuk penyimpanan benih
jagung dengan menggunakan jerigen plastik, botol dan wadah dari logam.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami kendala-kendala selama penyimpanan benih jagung.
Untuk mengetahui dan memahami cara penyimpanan yang baik.
BAB II
ISI
2.1 Penyimpanan Benih Jagung
Tujuan penyimpanan benih adalah menjaga kualitas benih dalam hal ini
mempertahankan mutu fisiologi benih yang telah diperoleh dengan cara menekan
kemunduran (deterioration) benih seminimal mungkin. Dengan demikian pada saat benih
akan ditanam, masih diperoleh suatu keragaan tanaman yang baik. Sebaik apapun
penyimpanan benih dilakukan, kemunduran benih tetap akan terjadi. Upaya menekan
kemunduran benih sejauh ini hanya dari segi fisiologinya dengan cara memberikan suatu
lingkungan sedemikian sehingga proses metabolisme yang terjadi di dalam benih dapat
ditekan seminimum mungkin. Merupakan hal yang sudah tidak biasa, apabila kerusakan
benih jagung akan terjadi selama proses penyimpanan apalagi jagung adalah bahan biologis
yang mengalami proses metabolisme dan kadar air, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan
seperti suhu dan kelembaban. Terdapat beberapa faktor penyebab kerusakan benih, salah
satunya adalah jamur, hama, tikus, respirasi benih, dan migrasi air Masih ada proses lain
yang terjadi dalam kemunduran benih yaitu proses kronologis yang akan dipengaruhi oleh
periode (lama) simpan benih. Benih dari setiap spesies memiliki jangkauan hidup tertentu;
dan serendah apa pun proses fisiologis dihambat, suatu saat akan hilang juga viabilitasnya.
Terdapat beberapa faktor penyebab kerusakan benih, salah satunya adalah jamur, hama,
tikus, respirasi benih, dan migrasi air.
Selain itu dengan melakukan penyimpanan benih jagung, dapat mengatasi kelebihan
produksi kelebihan produksi pada musim panen raya untuk dimanfaatkan pada saat paceklik
(kekurangan bahan pangan).
Penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air lebih kecil dari 14%, dan
cara penyimpanannya yaitu didalam kantong-kantong kecil dan nantinya dimasukan lagi
kekantong plastik agak besar untuk kemudian dimasukan ke dalam kaleng dimana dilengkapi
dengan sejumlah kapur tohor. Kaleng harus mempunyai tutup yang rapat. Penyimpanan
untuk benih paling baik pada kadar air 9% dan pada suhu penyimpanan 21 oC. Pada kondisi
ini penyimpanan dapat lebih lama dan proses penuaan diperlambat. Penyimpanan benih
jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng tertutup rapat dapat mempertahankan
daya tumbuh jagung selama 5 bulan.
2.2 Pengaturan Kadar Air dan Suhu Untuk Penyimpanan Benih Jagung
Kunci keberhasilan penyimpanan benih ortodoks seperti jagung terletak pada pengaturan
kadar air dan suhu ruang simpan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
dikemukakan oleh Harrington (1972) dan Delouche (1990). Namun demikian, suhu hanya
berperan nyata pada kondisi kadar air di mana sel-sel pada benih memiliki air aktif (water
activity) yang memungkinkan proses metabolisme dapat berlangsung. Proses metabolisme
meningkat dengan meningkatnya kadar air benih, dan dipercepat dengan meningkatnya suhu
ruang simpan. Peningkatan metabolisme benih menyebabkan kemunduran benih lebih cepat
(Justice and Bass 1979). Kaidah umum yang berlaku dalam penyimpanan benih menurut
Matthes et al. (1969) adalah untuk setiap 1% penurunan kadar air, daya simpan dua kali lebih
lama. Kaidah ini berlaku pada kisaran kadar air 5-14%, dan suhu ruang simpan tidak lebih
dari 40oC.
Secara praktis, benih dapat disimpan pada suhu kamar (28 oC) atau ruang sejuk (12oC),
bergantung pada lama penyimpanan dan kadar air benih yang akan disimpan. Apabila daya
berkecambah benih dipertahankan di atas 80% (sesuai standar daya berkecambah), maka
kadar air benih harus 12% (dapat dicapai melalui pengeringan dengan sinar matahari pada
musim kemarau) agar daya berkecambah benih masih dapat dipertahankan sampai 10 bulan
penyimpanan pada suhu kamar (28oC). Kalau kadar air benih dapat diturunkan hingga 10%,
daya berkecambah benih dapat dipertahankan sampai 14 bulan, dan lebih dari 14 bulan kalau
kadar air benih pada saat disimpan 8%. Daya berkecambah benih setelah penyimpanan 14
bulan masih tinggi (89,3%). Di lain pihak, pada kadar air 14%, benih hanya tahan disimpan
selama delapan bulan, dan pada kadar air 16% hanya tahan disimpan sampai empat bulan.
Penyimpanan pada suhu sejuk (12oC), daya berkecambah benih masih di atas 80% dengan
kadar air 16% dan dapat bertahan selama enam bulan. Apabila kadar air diturunkan menjadi
14%, benih akan bertahan sampai 12 bulan dan pada kadar air 8-12% dapat bertahan sampai
18 bulan). Daya simpan benih selain bergantung pada suhu ruang simpan juga bergantung
pada kadar air awal. Jika disimpan pada kadar air < 10% pada suhu ruang simpan 28oC, daya
berkecambah masih di atas 80% sampai pada penyimpanan 16 bulan. Jika kadar air
dinaikkan menjadi 12%, daya berkecambah benih pada penyimpanan 16 bulan hanya sekitar
60%, pada kadar air 14% daya berkecambahnya hanya 40%, bahkan pada kadar 16% benih
sudah tidak berkecambah setelah penyimpanan enam bulan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sania dkk (2016) menunjukkan bahwa penyimpanan
benih jagung dapat dilakukan pada kadar air yang rendah (di bawah 10%) maka daya
berkecambahnya masih cukup tinggi (lebih dari 90%) walaupun telah disimpan selama satu
tahun.
Hubungan Kelembaban Relatif Dengan Kadar Air Benih
Benih akan mencapai keseimbangan kadar air dengan kelembaban relatif (RH) di
sekitarnya. Waktu yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan kadar air benih jagung
dipengaruhi oleh RH lingkungan. Pada benih jagung, proses absorbsi (penyerapan) lebih
cepat dibanding proses desorbsi (pelepasan) uap air dari benih.
Makin rendah kelembaban ruang simpan, proses terjadinya keseimbangan kadar air benih
makin lama. Benih jagung yang sudah kering hendaknya disimpan pada ruang simpan
tertutup rapat (kedap udara) atau pada ruang simpan dengan kelembaban udara tidak lebih
dari 75%. Pada kondisi tersebut, kadar air benih jagung sudah mencapai 12% (maksimum
kadar air benih) di daerah tropis dengan suhu udara ruang simpan 28- 32 oC. Pada musim
hujan, kelembaban udara dapat mencapai 96%, sehingga benih yang disimpan pada kondisi
terbuka (tidak kedap) akan cepat rusak karena kadar air benih dapat mencapai 21%, sehingga
diperlukan penyedot udara (dehumidifier) agar keseimbangan kadar air benih menurun.
Namun demikian, di pedesaan dengan fasilitas penyimpanan yang serba terbatas, petani yang
menyimpan benih untuk kebutuhan usahataninya disarankan menggunakan kemasan kedap
udara, antara lain jerigen plastik. Dengan menggunakan kemasan tersebut, kadar air benih
relatif stabil (11%) sampai periode simpan delapan bulan.
Benih yang disimpan pada kelembaban udara relatif 76%, daya berkecambahnya masih
tinggi (95%) setelah 30 minggu (tujuh bulan) penyimpanan, namun vigornya turun hingga
mencapai 20%. Implikasi dari data tersebut, apabila kondisi lapang optimal, maka jumlah
benih yang tumbuh dapat mencapai 95%, tetapi dalam kondisi kurang optimal, jumlah benih
yang tumbuh hanya 20%. Kematian benih yang disimpan pada ruang simpan lebih dari 76%
karena meningkatnya kadar air benih yang dapat meningkatkan laju metabolisme di dalam
benih dan diikuti oleh peningkatan suhu di sekitar benih, sehingga benih menjadi rusak. Hasil
penelitian Powell dan Matthews (1981) menunjukkan bahwa indikasi kemunduran benih
yang paling dini adalah rusaknya fosfolifid yang terdapat dalam komponen membran.
Priestley dan Leopold (1979) juga mengatakan bahwa penyebab dini kerusakan benih adalah
terjadinya kerusakan membran.
Kadar air benih dapat bervariasi selama penyimpanan, bergantung pada kelembaban
ruang simpan dan kekedapan bahan yang digunakan dalam penyimpanan benih. Dengan
menggunakan jerigen plastik, kadar air benih lebih stabil (setelah disimpan delapan bulan
sekitar 11%), sama dengan sebelum disimpan. Pada wadah penyimpanan lainnya telah terjadi
peningkatan kadar air benih yang dapat berakibat buruk terhadap mutu benih. Penyimpanan
dengan cara petani (tongkol berkelobot), kadar air benih dapat mencapai 24% pada periode
simpan delapan bulan, jika disimpan pada ruang terbuka. Kerusakan benih yang disimpan
dengan cara petani (kerusakan akibat cendawan Aspergillus sp.) mencapai 33%, sementara
kerusakan benih yang disimpan pada jerigen plastik kedap udara hanya 3%.
Biji jagung mengandung karbohidrat 70-75%, protein 11-12%, dan lemak 5-9% (Bewley
and Black 1978). Komponen karbohidrat dan protein cukup higroskopis, sehingga apabila
benih disimpan pada ruang terbuka (tidak kedap udara), maka kadar air biji selalu seimbang
dengan kelembaban relatif (RH) di sekitarnya. Kadar air benih akan meningkat seiring
dengan meningkatnya kelembaban udara relatif. Karena itu, di daerah tropis basah, benih
harus disimpan dalam wadah kedap udara (jerigen plastik) untuk skala rumah tangga, dan
kantong plastik (polibag) dengan ketebalan minimal 0,2 mm untuk skala komersial, sebelum
disimpan dalam silo kayu atau silo plastik kedap udara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyimpanan benih
jagung dapat mempengaruhi kualitas benih jagung. Terdapat factor-faktor yang harus
dipenuhi dan diantisipasi sesuai syarat seperti kadar air benih, suhu, kelembaban, udara,
hama dan mikroorganisme. Lama penyimpanan merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi kemunduran mutu benih, Benih dari setiap spesies memiliki jangkauan hidup
tertentu, dan serendah apa pun proses fisiologis yang dihambat, suatu saat akan hilang juga
viabilitasnya. Semakin lama penyimpanan maka akan semakin menurun mutu benih jagung.
Namun penurunannya tidak akan sedrastis dengan apabila dilakukan syarat-syarat yang dapat
mempertahankan mutu benih jagung, tetap terjadi kemunduran benih tetapi hanya berkurang
beberapa persen saja. Terdapat berbagai usaha untuk mempertahankan kualitas dan mutu
benih jagung, mulai dari pengaturan kadar air, suhu, kelembaban, udara yang baik untuk
penyimpanan sampai pada cara-cara yang dapat mencegah kerusakan benih dikarenakan
mikroorganisme atau pun hama. Terdapat berbagai macam tempat-tempat penyimpanan
benih jagung antara lain : derijen plastic, botol yang dilengkapi dengan paraffin, wadah
logam (silo), karung goni, kantong plastic, bahan kemasan aluminium dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Anonymous. (2015). Benih Jagung dan Penyimpanan Benih Jagung. Retrieved 2020, from
repository.umy.ac.id:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/20266/TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?
sequence=7&isAllowed=y#:~:text=Penyimpanan%20benih%20jagung%20dapat%20dilakukan,
%2C%20dkk.%2C%202012).&text=Lama%20penyimpanan%20sementara%20yang
%20dapat,yang%20akan%20dip
Fitria, L. (2020). TAHAPAN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN JAGUNG. Retrieved
2020, from cybex.pertanian.go.id: http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/92436/TAHAPAN-
PENANGANAN-PANEN-DAN-PASCA-PANEN-TANAMAN-JAGUNG/
Lestari, S. (2015). MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PENYIMPANAN BENIH JAGUNG. Retrieved
2020, from www.scribd.com: https://www.scribd.com/doc/266583811/Makalah-Penyimpanan-
Benih-Jagung-Dan-Pengaruhnya-Terhadap-Viabilitas-Benih
Pratama, L. Y. (2018). PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L). Retrieved 2020,
from www.academia.edu:
https://www.academia.edu/38035630/PENANGANAN_PASCA_PANEN_TANAMAN_JAGUNG_ZE
A_MAYS_L