Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG PENYIMPANAN BENIH JAGUNG

MATA KULIAH PRODUKSI DAN SERTIFIKASI BENIH

Disusun oleh :
BARTH MAKAL (18031101030)

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini mutu jagung di skala petani pada umumnya kurang memenuhi
persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar air dan banyaknya butir
yang rusak. Pada waktu panen produksi jagung melimpah harganya murah, sedangkan pada
waktu paceklik (kekurangan bahan pangan) harganya menjadi mahal. Oleh karena itu,
penyimpanan benih jagung sangat dibutuhkan untuk mengatasi kelebihan produksi pada
musim panen raya untuk dimanfaatkan pada saat paceklik.
Para petani menjual jagung hasil panennya karena mereka mangalami kesulitan
menyimpan jagung pipil untuk waktu lama. Selama penyimpanan jagung pipil terjadi
kehilangan hasil sekitar 9,6 – 20,2% karena serangan hama, tikus, dan jamur. Jagung pipil
berkadar air 9,6% yang disimpan dalam karung goni hanya tahan disimpan sampai 6 bulan
dengan kerusakan 10,34% dan bila disimpan selama 8 bulan maka kerusakannya mencapai
34,01%. Beberapa usaha untuk mencari teknik penyimpanan dan perawatan jagung pipil
terus dilakukan.
Untuk penyimpanan jagung yang perlu diperhatikan adalah kadar air 1-2% dibawah
kadar air seimbang dengan kelembaban maksimum 80%. Usahakan wadah dapat
mempertahankan bahan tetap kering dan dingin serta dapat melindungi terhadap serangan
serangga dan tikus. Biji jagung yang disimpan harus benar-benar bersih dan mulus, hal ini
dapat dilihat dari hasil sortasi bijinya, seperti yang telah disebutkan di atas.
Permasalahan yang dihadapi petani jagung salah satunya adalah proses penyimpanan.
Proses penyimpanan sangat perlu diperhatikan karena mempengaruhi kualitas jagung
sehingga akan menentukan harga jual jagung yang dihasilkan. Upaya untuk mempertahankan
kualitas jagung pada waktu penyimpanan dan pergudangan dapat ditempuh dengan
menggunakan kabon disulfida (CS2), penyimpanan diatas para-para, penyimpanan dengan
karung dan penyimpanan dengan silo bambu semen, sedangkan untuk penyimpanan benih
jagung dengan menggunakan jerigen plastik, botol dan wadah dari logam.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa saja kendala-kendala yang terjadi selama penyimpanan benih jagug ?
 Bagaimana cara penyimpanan yang baik, efektif dan efisien pada benih jagung ?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui dan memahami kendala-kendala selama penyimpanan benih jagung.
 Untuk mengetahui dan memahami cara penyimpanan yang baik.
BAB II

ISI
2.1 Penyimpanan Benih Jagung
Tujuan penyimpanan benih adalah menjaga kualitas benih dalam hal ini
mempertahankan mutu fisiologi benih yang telah diperoleh dengan cara menekan
kemunduran (deterioration) benih seminimal mungkin. Dengan demikian pada saat benih
akan ditanam, masih diperoleh suatu keragaan tanaman yang baik. Sebaik apapun
penyimpanan benih dilakukan, kemunduran benih tetap akan terjadi. Upaya menekan
kemunduran benih sejauh ini hanya dari segi fisiologinya dengan cara memberikan suatu
lingkungan sedemikian sehingga proses metabolisme yang terjadi di dalam benih dapat
ditekan seminimum mungkin. Merupakan hal yang sudah tidak biasa, apabila kerusakan
benih jagung akan terjadi selama proses penyimpanan apalagi jagung adalah bahan biologis
yang mengalami proses metabolisme dan kadar air, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan
seperti suhu dan kelembaban. Terdapat beberapa faktor penyebab kerusakan benih, salah
satunya adalah jamur, hama, tikus, respirasi benih, dan migrasi air Masih ada proses lain
yang terjadi dalam kemunduran benih yaitu proses kronologis yang akan dipengaruhi oleh
periode (lama) simpan benih. Benih dari setiap spesies memiliki jangkauan hidup tertentu;
dan serendah apa pun proses fisiologis dihambat, suatu saat akan hilang juga viabilitasnya.
Terdapat beberapa faktor penyebab kerusakan benih, salah satunya adalah jamur, hama,
tikus, respirasi benih, dan migrasi air.
Selain itu dengan melakukan penyimpanan benih jagung, dapat mengatasi kelebihan
produksi kelebihan produksi pada musim panen raya untuk dimanfaatkan pada saat paceklik
(kekurangan bahan pangan).
Penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air lebih kecil dari 14%, dan
cara penyimpanannya yaitu didalam kantong-kantong kecil dan nantinya dimasukan lagi
kekantong plastik agak besar untuk kemudian dimasukan ke dalam kaleng dimana dilengkapi
dengan sejumlah kapur tohor. Kaleng harus mempunyai tutup yang rapat. Penyimpanan
untuk benih paling baik pada kadar air 9% dan pada suhu penyimpanan 21 oC. Pada kondisi
ini penyimpanan dapat lebih lama dan proses penuaan diperlambat. Penyimpanan benih
jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng tertutup rapat dapat mempertahankan
daya tumbuh jagung selama 5 bulan.

2.2 Pengaturan Kadar Air dan Suhu Untuk Penyimpanan Benih Jagung
Kunci keberhasilan penyimpanan benih ortodoks seperti jagung terletak pada pengaturan
kadar air dan suhu ruang simpan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
dikemukakan oleh Harrington (1972) dan Delouche (1990). Namun demikian, suhu hanya
berperan nyata pada kondisi kadar air di mana sel-sel pada benih memiliki air aktif (water
activity) yang memungkinkan proses metabolisme dapat berlangsung. Proses metabolisme
meningkat dengan meningkatnya kadar air benih, dan dipercepat dengan meningkatnya suhu
ruang simpan. Peningkatan metabolisme benih menyebabkan kemunduran benih lebih cepat
(Justice and Bass 1979). Kaidah umum yang berlaku dalam penyimpanan benih menurut
Matthes et al. (1969) adalah untuk setiap 1% penurunan kadar air, daya simpan dua kali lebih
lama. Kaidah ini berlaku pada kisaran kadar air 5-14%, dan suhu ruang simpan tidak lebih
dari 40oC.
Secara praktis, benih dapat disimpan pada suhu kamar (28 oC) atau ruang sejuk (12oC),
bergantung pada lama penyimpanan dan kadar air benih yang akan disimpan. Apabila daya
berkecambah benih dipertahankan di atas 80% (sesuai standar daya berkecambah), maka
kadar air benih harus 12% (dapat dicapai melalui pengeringan dengan sinar matahari pada
musim kemarau) agar daya berkecambah benih masih dapat dipertahankan sampai 10 bulan
penyimpanan pada suhu kamar (28oC). Kalau kadar air benih dapat diturunkan hingga 10%,
daya berkecambah benih dapat dipertahankan sampai 14 bulan, dan lebih dari 14 bulan kalau
kadar air benih pada saat disimpan 8%. Daya berkecambah benih setelah penyimpanan 14
bulan masih tinggi (89,3%). Di lain pihak, pada kadar air 14%, benih hanya tahan disimpan
selama delapan bulan, dan pada kadar air 16% hanya tahan disimpan sampai empat bulan.
Penyimpanan pada suhu sejuk (12oC), daya berkecambah benih masih di atas 80% dengan
kadar air 16% dan dapat bertahan selama enam bulan. Apabila kadar air diturunkan menjadi
14%, benih akan bertahan sampai 12 bulan dan pada kadar air 8-12% dapat bertahan sampai
18 bulan). Daya simpan benih selain bergantung pada suhu ruang simpan juga bergantung
pada kadar air awal. Jika disimpan pada kadar air < 10% pada suhu ruang simpan 28oC, daya
berkecambah masih di atas 80% sampai pada penyimpanan 16 bulan. Jika kadar air
dinaikkan menjadi 12%, daya berkecambah benih pada penyimpanan 16 bulan hanya sekitar
60%, pada kadar air 14% daya berkecambahnya hanya 40%, bahkan pada kadar 16% benih
sudah tidak berkecambah setelah penyimpanan enam bulan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sania dkk (2016) menunjukkan bahwa penyimpanan
benih jagung dapat dilakukan pada kadar air yang rendah (di bawah 10%) maka daya
berkecambahnya masih cukup tinggi (lebih dari 90%) walaupun telah disimpan selama satu
tahun.
Hubungan Kelembaban Relatif Dengan Kadar Air Benih
Benih akan mencapai keseimbangan kadar air dengan kelembaban relatif (RH) di
sekitarnya. Waktu yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan kadar air benih jagung
dipengaruhi oleh RH lingkungan. Pada benih jagung, proses absorbsi (penyerapan) lebih
cepat dibanding proses desorbsi (pelepasan) uap air dari benih.
Makin rendah kelembaban ruang simpan, proses terjadinya keseimbangan kadar air benih
makin lama. Benih jagung yang sudah kering hendaknya disimpan pada ruang simpan
tertutup rapat (kedap udara) atau pada ruang simpan dengan kelembaban udara tidak lebih
dari 75%. Pada kondisi tersebut, kadar air benih jagung sudah mencapai 12% (maksimum
kadar air benih) di daerah tropis dengan suhu udara ruang simpan 28- 32 oC. Pada musim
hujan, kelembaban udara dapat mencapai 96%, sehingga benih yang disimpan pada kondisi
terbuka (tidak kedap) akan cepat rusak karena kadar air benih dapat mencapai 21%, sehingga
diperlukan penyedot udara (dehumidifier) agar keseimbangan kadar air benih menurun.
Namun demikian, di pedesaan dengan fasilitas penyimpanan yang serba terbatas, petani yang
menyimpan benih untuk kebutuhan usahataninya disarankan menggunakan kemasan kedap
udara, antara lain jerigen plastik. Dengan menggunakan kemasan tersebut, kadar air benih
relatif stabil (11%) sampai periode simpan delapan bulan.
Benih yang disimpan pada kelembaban udara relatif 76%, daya berkecambahnya masih
tinggi (95%) setelah 30 minggu (tujuh bulan) penyimpanan, namun vigornya turun hingga
mencapai 20%. Implikasi dari data tersebut, apabila kondisi lapang optimal, maka jumlah
benih yang tumbuh dapat mencapai 95%, tetapi dalam kondisi kurang optimal, jumlah benih
yang tumbuh hanya 20%. Kematian benih yang disimpan pada ruang simpan lebih dari 76%
karena meningkatnya kadar air benih yang dapat meningkatkan laju metabolisme di dalam
benih dan diikuti oleh peningkatan suhu di sekitar benih, sehingga benih menjadi rusak. Hasil
penelitian Powell dan Matthews (1981) menunjukkan bahwa indikasi kemunduran benih
yang paling dini adalah rusaknya fosfolifid yang terdapat dalam komponen membran.
Priestley dan Leopold (1979) juga mengatakan bahwa penyebab dini kerusakan benih adalah
terjadinya kerusakan membran.
Kadar air benih dapat bervariasi selama penyimpanan, bergantung pada kelembaban
ruang simpan dan kekedapan bahan yang digunakan dalam penyimpanan benih. Dengan
menggunakan jerigen plastik, kadar air benih lebih stabil (setelah disimpan delapan bulan
sekitar 11%), sama dengan sebelum disimpan. Pada wadah penyimpanan lainnya telah terjadi
peningkatan kadar air benih yang dapat berakibat buruk terhadap mutu benih. Penyimpanan
dengan cara petani (tongkol berkelobot), kadar air benih dapat mencapai 24% pada periode
simpan delapan bulan, jika disimpan pada ruang terbuka. Kerusakan benih yang disimpan
dengan cara petani (kerusakan akibat cendawan Aspergillus sp.) mencapai 33%, sementara
kerusakan benih yang disimpan pada jerigen plastik kedap udara hanya 3%.
Biji jagung mengandung karbohidrat 70-75%, protein 11-12%, dan lemak 5-9% (Bewley
and Black 1978). Komponen karbohidrat dan protein cukup higroskopis, sehingga apabila
benih disimpan pada ruang terbuka (tidak kedap udara), maka kadar air biji selalu seimbang
dengan kelembaban relatif (RH) di sekitarnya. Kadar air benih akan meningkat seiring
dengan meningkatnya kelembaban udara relatif. Karena itu, di daerah tropis basah, benih
harus disimpan dalam wadah kedap udara (jerigen plastik) untuk skala rumah tangga, dan
kantong plastik (polibag) dengan ketebalan minimal 0,2 mm untuk skala komersial, sebelum
disimpan dalam silo kayu atau silo plastik kedap udara.

2.3 Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Viabilitas Benih Jaguung


Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali , Andy dan Arifin (2013) menunjukan hasil
bahwa pada benih jagung manis yang disimpan pada kadar air 8% dan temperature 10ºC
sampai umur simpan 6 bulan masih mampu memberikan daya berkecambah lebih dari 80%.
Pada perlakuan temperature 10ºC pada umur simpan 4 bulan mampu mempertahankan
viabilitas daya berkecambah hingga 80.42%. Dari sini diperoleh gambaran bahwa benih yang
disimpan pada kisaran umur yang semakin lama, perlakuan kadar air dan temperature yang
semakin meningkat maka daya kecambahnya semakin menurun, makin rendah viabilitasnya.
Hal ini dikarenakan seiring dengan bertambahnya umur simpan maka respirasi dan
metabolisme akan semakin aktif. Benih yang disimpan masih melakukan proses respirasi
yang menghasilkan panas, air dan CO2 serta kelembaban yang tinggi mengakibatkan benih
semakin aktif mengadakan metabolisme. Benih yang disimpan pada kisaran umur yang lama
dengan perlakuan kadar air yang tinggi dan penempatannya yang kurang memadai bisa
menyebabkan benih mudah mengalami deteriorasi yang ditandai adanya daya berkecambah
dan indeks vigor tanaman yang semakin menurun. Dalam batas tertentu makin rendah kadar
air benih makin lama daya hidup benih tersebut sedangkan apabila kadar airnya terlalu tinggi
dalam penyimpanan akan menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan enzim-enzin yang
akan mempercepat terjadinya proses respirasi dan mengakibatkan metabolisme benih tinggi
sehingga berdampak benih akan kehabisan energy untuk berkecambah.

2.4 Beberapa Alat Penyimpanan Benih Logam


 Jerigen plastik (tahan 8 bulan)
 Botol yang lubang pengeluarannya dilapisi dengan parafin sehingga betul-betul kedap
udara (kapasitas 0,75 kg , daya kecambah 80 % dan tahan 1 tahun).
 Karung goni : Karung goni terbuat dari benang rami yang berkualitas tinggi dalam
berbagai bentuk rajutan. Karung goni memiliki kekuatan yang luar biasa, maka karung
goni mampu disusun tinggi dan tahan terhadap penanganan yang kasar, serta dapat
digunakan kembali hingga beberapa kali. Harus dilakukan fumigasi secara rutin sehingga
dapat menambah cost usaha, jika terjadi serangan hama akan sulit dikendalikan, dan
temperatur dan kelembaban akan sukar dikendalikan.
 Wadah logam : apabila benar-benar tertutup rapat dapat memberikan kekedapan yang
mutlak terhadap uap air dan gas serta cukup melindungi bahan di dalamnya dari pengaruh
cahaya. Wadah logam memberi perlindungan sepenuhnya terhadap tikus, serangga,
perubahan kelembaban, banjir, serta uap yang berbahaya. Kaleng logam sangat sesuai
untuk proses mengisi dan menutup yang dilakukan secara otomatis pada kecepatan tinggi.
 Bahan kemasan aluminium foil : bahan kemasan aluminum foil menyimpan benih jagung
sampai periode simpan 4 minggu (kadar air 10,90%). dalam aplikasinya harus
dikombinasikan dengan bahan kemasan lain dan tetap mengacu pada sifat-sifat bahan
kemasan yang ada, seperti impermeabilitas, kekuatan, ketebalan, dan keuletan. Bahan
kemasan plastic dapat disarankan sebagai alternatif kedua, dan mungkin akan menjadi
lebih baik jika ketebalan plastik diperhatikan.
 Kemasan Plastik : Kemasan plastik mampu mempertahankan kadar air benih 11,73%
hingga periode simpan 4 minggu, namun tidak sebaik kemasan aluminum foil. Plastik
dengan ketebalan 0,1- 0,25 mm dapat mencegah kehilangan kelembaban yang berlebihan
tetapi tetap memberikan ventilasi yang cukup.

2.5 Kebersihan dan Pengelolaan Gudang Penyimpanan


Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi sesudah
gudang tersebut kosong. Taktik yang digunakan termasuk membersihkan semua struktur
gudang dan membakar semua benih yang terkontaminasi dan membuang dari area gudang.
Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa benih harus dibuang. Semua struktur
gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak dimana serangga dapat
bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida baik pada dinding maupun plafon gudang,

2.6 Cara-cara Untuk Mencegah Kerusakan Benih Selama Penyimpanan


 Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu
berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan. Fumigasi
dapat dilakukan pada tumpukan komoditas kemudian ditutup rapat dengan lembaran
plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan yang kedap udara seperti
penyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau
pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh
kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala
kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan Methyl
Bromida (CH3Br). Fumigasi dengan ozon juga dapat mencegah perkembangan
Sitophilus zeamais. Ozon berpotensi sebagai fumigan alternatif dengan risiko yang
rendah terhadap perkembangan resistensi Sitophilus zeamais. Ozon juga mengurangi
aktivitas pergerakan Sitophilus zeamais sehingga mengurangi kesempatan hama untuk
berkembang pada awal fumigasi.
 Abu Daun Serai
Sereh atau serai (Cymbopogon nardus L.) adalah tumbuhan anggota suku rumput-
rumputan yang dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan
makanan.Selain sebagai bahan rempah serai juga mempunyai kemampuan bioaktivitas
untuk mengusir, mencegah bahkan membunuh serangga, sehingga tanaman serai ini
memiliki potensi untuk dijadikan biopestisida. Kemampuan itu diperoleh karena serai
mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri pada serai diperoleh dengan cara menyuling
bagian atas tumbuhan tersebut. Minyak atsiri mengandung senyawa yang bersifat racun
terhadap serangga yaitu senyawa geraniol, limonene, sitral, dan sitronelal (Herminto,
dkk., 2010). Tanaman serai (Cymbopogon nardus L.) dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida nabati. Tanaman serai mengandung minyak atsiri yang bersifat toksin terhadap
serangga, abu dari daun tanaman ini mengandung sekitar 49% silika (SiO2) yang bersifat
sebagai racun kontak dan dapat menyebabkan dehidrasi pada tubuh serangga, yaitu
apabila serangga terluka maka akan terus menerus kehilangan cairan tubuhnya
(Khasanah, 2009).
 Abu Sekam
Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai
kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar ataupun
sebagai adsorpsi pada logam-logam berat. Sekam tersusun dari jaringan serat-serat
selulosa yang mengandung banyak silika dalam bentuk serabut-serabut yang sangat
keras. Pada keadaan normal, sekam berperan penting melindungi benih jagung dari
kerusakan yang disebabkan oleh serangan jamur, dapat mencegah reaksi ketengikan
karena dapat melindungi lapisan tipis yang kaya minyak terhadap kerusakan mekanis
selama pemanenan, penggilingan dan pengangkutan. Selain itu, Surtikanti (2004)
menyatakan bahwa abu sekam dapat menjadi bahan makanan bagi kumbang bubuk
sehingga kecenderungan nafsu makan kumbang terhadap benih dapat dialihkan.
 Alumunium Phospide (56%)
Alumunium Phosphide (56%) merupakan bahan sintetis yang efektif digunakan
selama proses pengendalian hama Sitophilus zeamais dilakukan di gudang penyimpanan.
Alumunium Phosphide (56%) dapat membunuh seluruh stadia hama, residunya tidak
mengontaminasi komoditi, tidak meninggalkan aroma atau menambah rasa dan tidak
merusak ozon. Cara kerjanya dengan menyerang sistem pernapasan hama sehingga
efektif membunuh hama pada gudang penyimpanan. Cara pemakaian bahan ini adalah
dengan mengaerasikan Alumunium phosphide (56%) selama 3 – 6 jam dengan takaran
15,1 g/ton.
 Karbon Disulfida (Cs2)
Penggunaan karbon disulfida (CS2) cair dapat menekan kerusakan benih jagung
selama penyimpanan. Teknik penggunaan CS2 tidak sulit, karena CS2 cair mudah
teroksidasi, sehingga terbentuk CO2 dan SO2 yang bersifat toksin terhadap serangga
(inago, larva dan telur), serta menghambat mikroorganisme. Penggunaan CS2 dosis 0.25
cc/kg jagung pipil dapat memperpanjang daya simpan jagung pipil sampai dua tahun
dengan kerusakan kurang dari satu persen.
Cara Kerja :
 Pengemas jagung pipil yang digunakan harus kedap udara, karena hasil
oksidasi CS2 adalah gas CO2 dan SO2.
 Tempatkan CS2 cair dalam botol dengan dosis 0,25 cc/Kg jagung pipil
dengan kadar air sekitar 10% kemudian ditutup agak renggang. Penutupan
agak renggang agar CS2 cair ini menguap secara perlahan-lahan kemudian
mengalami oksidasi. Apabila jumlah jagung yang disimpan cukup banyak,
misalnya dua ton atau lebih, maka penempatan botol berisi CS2 tersebut
dapat dilakukan di beberapa tempat di bagian tengah.
 Setelah penempatan botol berisi CS2 dalam kemasan jagung selesai
dilakukan, maka pengemas jagung segera ditutup rapat.
 Selanjutnya jagung disimpan dalam ruang penyimpanan yang dijaga
kebersihannya.

2.7 Perubahan yang Terjadi Selama Penyimpanan Benih Jagung


Perubahan Komposisi Selama Penyimpanan
 Respirasi
Respirasi merupakan perubahan biokimia paling penting selama penyimpanan
karena benih jagung merupakan organisme hidup yang akan tetap bernafas setelah
dipanen. Proses respirasi merupakan proses berlangsungnya metabolisme karbohidrat dan
lemak menghasilkan CO2 , air dan panas. Air dan panas yang dihasilkan memudahkan
tumbuhnya mikroorganisme dan hama. Suhu dan kadar air tinggi akan mempercepat
respirasi.
 Perubahan Karbohidrat
Hidrolisa pati karena kegiatan enzim amilase, berkurangnya gula karena
pernafasan, terbentuknya bau asam dan bau apek karena kegiatan mikroorganisme.
 Perubahan Lemak
Kerusakan lemak dan minyak dalam biji serealia terjadi secara oksidasi,
menghasilkan flavour dan bau tengik. Hidrolisa lemak ini dipercepat oleh suhu tinggi,
kadar air tinggi dan faktor-faktor lain seperti pertumbuhan jamur
 Perubahan Protein
Selama penyimpanan Nitrogen total sebagian besar tidak mengalami perubahan,
tetapi Nitrogen dari protein sedikit turun. Jumlah total asam amino menunjukkan
perubahan yang berarti bila terjadi kerusakan lebih lanjut akibat kegiatan enzim
proteolitik. Aktivitas enzim dalam semua biji-bijian merupakan ciri fase perkembangan,
tetapi enzim ini dapat juga aktif selama penyimpanan biji berkadar air tinggi.
Perubahan Sifat-sifat Fungsional (Pengaruhnya Pada Perkecambahan)
Penyimpanan biji cenderung mengurangi kemampuannya berkecambah, yang meningkat
karena suhu dan kadar air yang tinggi selama penyimpanan. Pencemaran jamur juga
menambah hilangnya daya berkecambah.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyimpanan benih
jagung dapat mempengaruhi kualitas benih jagung. Terdapat factor-faktor yang harus
dipenuhi dan diantisipasi sesuai syarat seperti kadar air benih, suhu, kelembaban, udara,
hama dan mikroorganisme. Lama penyimpanan merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi kemunduran mutu benih, Benih dari setiap spesies memiliki jangkauan hidup
tertentu, dan serendah apa pun proses fisiologis yang dihambat, suatu saat akan hilang juga
viabilitasnya. Semakin lama penyimpanan maka akan semakin menurun mutu benih jagung.
Namun penurunannya tidak akan sedrastis dengan apabila dilakukan syarat-syarat yang dapat
mempertahankan mutu benih jagung, tetap terjadi kemunduran benih tetapi hanya berkurang
beberapa persen saja. Terdapat berbagai usaha untuk mempertahankan kualitas dan mutu
benih jagung, mulai dari pengaturan kadar air, suhu, kelembaban, udara yang baik untuk
penyimpanan sampai pada cara-cara yang dapat mencegah kerusakan benih dikarenakan
mikroorganisme atau pun hama. Terdapat berbagai macam tempat-tempat penyimpanan
benih jagung antara lain : derijen plastic, botol yang dilengkapi dengan paraffin, wadah
logam (silo), karung goni, kantong plastic, bahan kemasan aluminium dan lain-lain.

Daftar Pustaka
Anonymous. (2015). Benih Jagung dan Penyimpanan Benih Jagung. Retrieved 2020, from
repository.umy.ac.id:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/20266/TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?
sequence=7&isAllowed=y#:~:text=Penyimpanan%20benih%20jagung%20dapat%20dilakukan,
%2C%20dkk.%2C%202012).&text=Lama%20penyimpanan%20sementara%20yang
%20dapat,yang%20akan%20dip

Anonymous. (2015). Penyimpanan Benih Jagung. Retrieved 2020, from eprints.mercubuana-yogya.ac.id:


http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/6977/2/BAB%20I.pdf

Fitria, L. (2020). TAHAPAN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN JAGUNG. Retrieved
2020, from cybex.pertanian.go.id: http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/92436/TAHAPAN-
PENANGANAN-PANEN-DAN-PASCA-PANEN-TANAMAN-JAGUNG/

Lestari, S. (2015). MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PENYIMPANAN BENIH JAGUNG. Retrieved
2020, from www.scribd.com: https://www.scribd.com/doc/266583811/Makalah-Penyimpanan-
Benih-Jagung-Dan-Pengaruhnya-Terhadap-Viabilitas-Benih

Prakarsa, M. D. (2013). Cara Penyimpanan Serealia. Retrieved 2020, from www.scribd.com:


https://www.scribd.com/doc/139763899/Cara-Penyimpanan-Serealia

Pratama, L. Y. (2018). PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L). Retrieved 2020,
from www.academia.edu:
https://www.academia.edu/38035630/PENANGANAN_PASCA_PANEN_TANAMAN_JAGUNG_ZE
A_MAYS_L

Saenong, S. (2016). Pengelolahan Benih Jagung. Retrieved 2020, from balitsereal.litbang.pertanian.go.id:


http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/11/sebelas.pdf

Saenong, S. (2018). TEKNOLOGI BENIH JAGUNG. Retrieved 2020, from


balitsereal.litbang.pertanian.go.id: http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2018/08/9benih.pdf

Sudawarti, S. (2012). Teknologi Penyimpanan Jagung. Retrieved 2020, from


kaltim.litbang.pertanian.go.id:
http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/ind/pdf/penyimpananjagung.pdf

Anda mungkin juga menyukai