Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG TANAMAN YANG MENGHASILKAN

METABOLIT SEKUNDER
MATA KULIAH METABOLIT SEKUNDER

Disusun oleh :
BARTH MAKAL (18031101030)

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa bahan alam adalah hasil metabolisme suatu organisme hidup (tumbuhan,
hewan, sel) yang berupa metabolit primer dan sekunder. Senyawa kimia yang biasa dijumpai
seperti karbohidrat, lipid, vitamin dan asam nukleat termasuk dalam bahan alam, namun ahli
kimia memberikan arti yang lebih sempit tentang istilah bahan alam yakni senyawa kimia
yang berkaitan dengan metabolit sekunder saja seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid,
golongan fenol, feromon, saponin, tanin, kuinon, dan sebagainya.
Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya memiliki
kemampuan biokatifitas yang berfungsi sebagai pelindung tumbuh atau pertahanan diri dari
gangguan hama penyakit yang menyerang tumbuhan tersebut atau lingkungan sekitarnya.
Senyawa metabolit sekunder kaya akan manfaat yang dapat digunakan sebagai zat warna,
racun, aroma makanan, dan obat tradisional pada kehidupan sehari-hari.
Lebih spesifiknya metabolit sekunder merupakan senyawa-senyawa organik yang secara
alamiah berasal dari tumbuhan, yang dapat memberikan respon (efek fisiologis) terhadap
makhluk hidup lainnya. Senyawa metabolit sekunder tidaklah sepenting senyawa metabolit
primer (yang berfungsi sebagai penghasil utama kebutuhan tumbuhan seperti karbohidrat,
protein dan sebagainya dengan kata lain pada semua tumbuhan senyawa ini harus ada)
dalam menunjang kelangsungan hidup tumbuhan, sedangkan senyawa metabolit sekunder
merupakan senyawa khusus untuk suatu jenis tumbuhan yang sangat berperan dalam
mempertahankan kehidupannya dari berbagai serangan atau pun cekaman yang dapat
mengancam nyawa tumbuhan tersebut. Senyawa metabolit sekunder dapat berupa alkaloid,
flavonoid, terpenoid, steroid dan tanin.
Pada makalah ini, penulis akan secara khusus membahas 3 tanaman saja yang
menghasilkan metabolit sekunder. Tanaman-tanaman tersebut antara lain serai wangi, kopi,
dan timun.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan metabolit sekunder ?
 Senyawa-senyawa apa saja yang dihasilkan tanaman serai wangi, tanaman kopi dan
tanaman timun?
 Bagaimana tanaman-tanaman tersebut membentuk senyawa metabolit sekunder yang
dihasilkan ?
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan tanaman serai wangi,
kopi dan timun.
 Untuk mengetahui bagaimana cara pembentukan metabolit sekunder yang dihasilkan
tanaman-tanaman tersebut.
 Untuk mengetahui kegunaan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan.
BAB II
ISI
2.1 Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan
organisme (tumbuhan, hewan, mikroorganisme) dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antar spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan
senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa
metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini
juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase
tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit,
menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Intinya, metabolit sekunder digunakan
organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya..
Klasifikasi metabolit sekunder menjadi 3 kelompok :
 Terpenoid (sebagian mengandung karbon dan hidrogen). Contohnya monoterpena,
seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena.
 Fenolik ( senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memililki cincin benzena,
hidrogen dan oksigen) contohnya asam fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan
tanin.
 Alkaloid (Senyawa yang mengandung nitrogen).

2.2 Tanaman-tanaman yang Menghasilkan Metabolit Sekunder


A. Kopi (Coffea arabica L)
Taksonomi

Kingdom : Plantae
Sub-Kingdom : Tracheobionta (Tumbuan Berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Dikotil)
Sub-Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae (Suku Kopi-kopian)
Genus : Coffea
Spesies : Coffea arabica L.
Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung senyawa alkaloid. Kopi
terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa hasil
metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.
Sumber utama kafeina adalah biji kopi. Kopi juga mengandung sejumlah kecil teofilina,
namun tidak mengandung teobromina.
Fungsi Kafein (Bagi Manusia)
Kopi merupakan sumber kafein.
Kafein merupakan senyawa alkaloid yang
bersifat merangsang. Kafein banyak memiliki
manfaat dan telah banyak digunakan dalam
dunia medis. Kafein dapat dibuat dari ekstrak
kopi, teh dan cokelat. Kafein berfungsi untuk
merangsang aktivitas susunan saraf dan
meningkatkan kerja jantung, sehingga jika
dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan
bersifat racun dengan menghambat mekanisme susunan saraf manusia. Kafein yang
merupakan bagian dari kelompok senyawa metilsantin, sedangkan bagian lain dari
senyawa ini dikenal sebagai trofilin dan teobromin yang salah satu sumber utamanya
adalah dari kopi. Kafein dalam kopi mampu memberikan sinyal pada otak untuk lebih
cepat merespon dan dengan cepat mengolah memori pada otak. Hal ini senada dengan
apa yang dikatakan oleh Intisari bahwa Kafein ternyata dapat menimbulkan perangsangan
terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan
jantung. Sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir),
tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau pun
mengantuk. Dampak positif ini menyebabkan orang sulit terlepas dari kebiasaan minum
kopi. Karena khasiat kafein seperti itulah, maka substansi ini juga terdapat pada pil-pil
diet dan obat-obat pereda sakit (painkillers).
Fungsi Kafein (Bagi Tanaman Kopi)
Pada tanaman kopi, kafein ditemukan di semua bagian pohonnya. Mulai dari akar
hingga biji, bahkan terdapat juga pada pembuluh xylem yang berfungsi untuk
menyalurkan zat bahan fotosintesis dari akar ke daun. Banyaknya kandungan kafein yang
tersebar pada tanaman kopi ini, oleh sejumlah hipotesis, disebut memiliki tugas yang
berbeda-beda, yaitu menjadi agen alelopati, agen antiherbivora, sebagai “pusat
penyimpanan” nitrogen, dan juga stimulan penyerbuk. Jika disimpulkan, sederhananya,
keberadaan kafein pada tanaman dan pohon kopi berfungsi sebagai “support
system” esensial untuk memberikan kebaikan untuk pohon itu sendiri eperti yang
dilakukannya pada tubuh manusia.
Para peneliti menyimpulkan bahwa kafein bisa “berakibat racun” untuk tumbuhan
lain seperti fungi (jamur) dan memberikan efek toksisitas pada beberapa jenis serangga.
Karenanya, kafein pun sering dianggap sebagai mekanisme pertahanan diri dari serangan
makhluk yang lain. Terutama setelah ditemukan pula bahwa kafein diproduksi oleh organ
tumbuhan yang masih muda dan sedang berkembang kondisi dimana tanaman sangat
rentan terhadap serangan serangga.
Dalam istilah ilmu biologi, alelopati merupakan senyawa kimia alami tumbuhan
yang sifatnya “menyerang” tanaman lain, atau makhluk hidup lain—dalam hal ini makluk
yang dianggap hama bagi perkembangan tumbuhan seperti serangga, dan sebagainya.
Beberapa tanaman umumnya memang menghasilkan senyawa kimia alami yang bisa
membahayakan keberadaan tanaman lain di sekitarnya. Tanaman kopi yang banyak
mengandung kafein apabila tumbuh disuatu daerah maka secara tidak langsung tanaman
yang lain atau tanaman lainnya akan sulit tumbuh disekitarnya. Hal ini disebabkan karena
tanah disekitar tanaman kopi tersebut juga mengandung kafein, sehingga secara otomatis
unsur hara dan kandungan kimia pada tanah tersebut akan berubah. Perubahan struktur
dan kandungan tanah ini menyebabkan tanaman yang tidak kuat atau tidak peka terhadap
kafein akan sulit tumbuh, sedangkan tanaman yang kuat akan tumbuh dengan baik. Tanah
disekitar tanaman kopi mengandung kafein dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah
satunya yaitu : akibat dari biji kopi, daun-daun kopi ataupun ranting-ranting kopi yang
berjatuhan ke tanah.  
Struktur Kimia Kafein
Kafeina atau lebih populernya kafein
(C8H10N4O2), ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk
kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat
perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein
termasuk alkaloid golongan purin. Kafein adalah sebuah
senyawa organik heterosiklik aromatik, yang terdiri dari
cincin pirimidina dan cincin imidazola yang bergandeng
sebelahan. Kafein merupakan salah satu dari dua grup
basa nitrogen. Kafein merupakan golongan yang
membentuk nitrogen basa-nitrogen basa, termasuk kedua golongan basa nukleat. Dua dari
keempat deoxyribonucleotide dan dua dari keempat ribonucleotide, yang merupakan
bahan bangunan pokok dari DNA dan RNA, adalah purina.
Sintesis Senyawa Kafein
Semua atom nitrogen kafeina pada dasarnya planar (hibridisasi orbital sp 2),
menyebabkan molekul kafeina bersifat aromatik. Karena kafeina dengan mudah
didapatkan sebagai produk samping proses dekafeinasi, kafeina biasanya tidak disentesis
secara kimiawi. Apabila diperlukan, kafeina dapat disintesis dari dimetilurea dan asam
malonat. Kafein dalam tanaman disintesis dari xanthosin melalui 3 tahap N-metilasi,
dimana tahap metilasi ini dibantu oleh aktivitas enzim yaitu enzim metal transferase.

B. Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.)


Taksonomi

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus L.
Kandungan Senyawa Metabolisme Sekunder Serai Wangi Beserta Fungsinya
Tanaman serai mengandung minyak esensial atau minyak atsiri yang terdiri dari
aldehid isovalerik, betakariofilen, dipenten, furfural,
geraniol, limonene, linalool, mircen, metilheptenon,
neral, nerol, sitral dan sitronellal. Serai wangi
mempunyai metabolit sekunder antara lain saponin,
tanin, kuinon dan steroid. Selain itu tumbuhan ini
mengandung kumarin dan minyak atsiri.
Senyawa aktif pada serai wangi yang umumnya
diambil adalah minyak atsirinya. Minyak atsiri dari
daun serai rata-rata 0,7% (sekitar 0,5% pada musim
hujan dan dapat mencapai 1,2% pada musim kemarau).
Minyak sulingan serai wangi berwarna kuning pucat. Bahan aktif utama yang dihasilkan
adalah senyawa aldehidehid (sitronelol-C10H6O) sebesar 30-45%, senyawa alkohol
(sitronelol-C10H20O dan geraniol-C10H18O) sebesar 55-65% dan senyawa-senyawa
lain seperti geraniol, sitral, nerol, metal, heptonon dan dipentena.
Senyawa kimia dari minyak serai ada berbagai macam. Senyawa penyusun dari
minyak atsiri serai dapat dilihat pada table di bawah :

Senyawa Penyusun Kadar (%)


Sitronelal 32-45
Geraniol 12-18
Sitronelol 12-15
Geraniol Asetat 2-4
Sitronelol Asetat 2-4
Limonena 2-5
Elemol dan Terpen Lain 2-5
Elemena dan Cadine 2-5
Manfaat dari serai wangi terkait dengan kandungan senyawa aktif di dalamnya
yaitu minyak atsirinya. Minyak atsiri serai wangi memiliki banyak kandungan, salah
satunya adalah sitronelal yang memiliki potensi untuk membunuh nyamuk. Sitronelal dan
geraniol merupakan dua senyawa penting dalam serai wangi yang dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan ester untuk parfum dan kosmetik. Apabila dilihat dari
segi pengobatan tradisional, serai wangi dapat digunakan untuk perawatan pasca
melahirkan dan sakit kepala. Serai wangi juga dapat digunakan untuk menghasilkan
minyak pijat untuk mengatasi pegal dan kembung perut. Serai wangi dapat digunakan
pula sebagai bahan pestisida nabati dan tanaman konservasi. Tanaman serai wangi dapat
tumbuh pada tanah yang memiliki ketersedian hara rendah. Selain itu, serai wangi
mempunyai perakaran serabut yang kuat sehingga banyak digunakan sebagai tanaman
untuk vegetasi konservasi lahan miring dan tanaman pioneer pada lahan bekas tambang.
Selain itu terdapat juga senyawa – senyawa metabolit sekunder lainnya pada
tanaman sereh wangi beserta fungsinya : saponin adalah suatu glikosida yang mungkin
ada banyak pada tanaman. Fungsi saponin dalam tumbuh- tumbuhan antara lain sebagai
bentuk penyimpanan karbohidrat, sebagai pelindung dari serangan serangga. Saponin
bersama- sama dengan substansi sekunder tumbuhan lain berperan sebagai pertahanan
diri dari serangan insekta atau nyamuk karena nyamuk yang mengkonsumsi saponin akan
menurunkan enzim pencernaan dan penyerapan makanan. Alkanoid, terpenoid, dan
flavonoid merupakan senyawa pertahanan yang dapat mengahambat makan nyamuk dan
juga bersifat toksik. Tanin terdapat pada berbagai tumbuhan berkayu dan herba, berperan
sebagai pertahanan dengan cara menghalangi insekta nyamuk dalam mencerna makanan.
Nyamuk yang memakan bagian tubuh tumbuhan dengan kandungan tanin yang tinggi
akan memperoleh sedikit makanan yang bermanfaat bagi kehidupannya, akibatnya terjadi
penurunan pertumbuhan. Kuinon merupakan salah satu jenis senyawa fenolik. Senyawa
fenol biasanya terdapat dalam berbagai jenis sayuran,buahbuahan dan tanaman. Senyawa
antarkuinon dan kuinon mempunyai kemampuan sebagi antibiotik dan penghilang rasa
sakit serta merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit.
Steroid merupakan senyawa saponin dengan 27 atom c. Manfaat steroid bagi
tumbuhan antara lain meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan, menghambat
penuaan daun ( senescence), mengakibatkan lengkuk pada daun rumputrumputan,
menghambat pertumbuhan akar tumbuhan, meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan
kepada stress lingkungan, menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan,
merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan, merangsang diferensiasi xylem tumbuhan,
dan menghambat pertumbuhan pada saat kahat udara dan endogenus karbohidrat.
Struktur Kimia Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak ditemukan di alam.
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai
deretan senyawa C6-C3-C6 yang artinya kerangka
karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzen
tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga-
karbon kalkon (Robinson, 1995). Flavonoid termasuk
dalam golongan senyawa fenol yang memiliki gugus–
OH dengan adanya perbedaan, keelektronegatifan yang tinggi, sehingga sifatnya polar.
Pengelompokan flavonoid dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik oksigen tambahan
dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan pada rantai C3 sesuai
struktur kimianya seperti flavonol, flavon, flavanon, katekin, antosianidin dan kalkon.
Biosintesis Flavonoid
Senyawa flavonoid merupakan senyawa fenolik alam yang tersebar merata dalam
dunia tumbuh-tumbuhan, tidak terdapat
pada mikroorganisme, bakteri, alga,
jamur dan lumut. Sebagian besar
senyawa flavonoid dalam bentuk
glikosida (gula dan aglikon) dan juga
sebagai aglikon. Dalam bentuk
glikosidanya flavonoid larut dalam air
dan sedikit larut dalam pelarut organik.
Struktur senyawa flavonoid secara
biosintesis berasal dari penggabungan
jalur sikimat C6-C3 (cincin A) dan jalur
asetat malonat. Flavonoid yang
dianggap pertama kali terbentuk pada
biosintesis ialah khalkon, modifikasi
lebih lanjut mungkin terjadi pada
berbagai tahap dan menghasilkan
penambahan (pengurangan) hidroksilasi,
metilasi gugus hidroksil atau inti
flavonoid; isoprenilasi gugus hidroksil
atau inti flavonoid ; metilenasi gugus orto-dihidroksil, dimerisasi (pembentukan
biflavonoid) ; pembentukan bisulfat dan yang terpenting, glikosilasi gugus hidroksil
(pembentukan O-glikosida) atau inti flavonoid (pembentukan flavonoid C-glikosida).
Struktur Kimia Alkaloid
Alkaloid adalah golongan senyawa
organik yang terbanyak ditemukan di alam. Satu-
satunya sifat alkaloid yang terpenting adalah
kebasaannya. Semua alkaloid mengandung
paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya
bersifat basa dan dalam sebagian besar atom
nitrogen ini merupakan bagian dari cincin
heterosiklik. Alkaloid biasanya terdapat di dalam
tumbuhan sebagai garam berbagai senyawa
organik. Penggolongan alkaloid dilakukan
berdasarkan sistem cincinnya seperti piridina, piperidina, indol, isokuinolina dan tropana.

Biosintesis Alkaloid
Struktur kimia Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon yang terdiri atas dua
gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan
rangkap karbon-karbon. Warna pigmen kuinon di
alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai hitam,
dan struktur yang dikenal jumlahnya lebih dari 450.
Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi menjadi
empat kelompok benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid.
Senyawa kuinon yang terdapat sebagai glikosida larut sedikit dalam air, tetapi umumnya
kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan akan terekstraksi dari ekstrak tumbuhan kasar
bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil.
Biosintesis Kuinon
Biosntesis kuinon dikarakterisasi pada berbagai jalur metabolik yang terjadi pada
berbagai organisme untuk memperjelas jumlah beberapa prekursor mereka yang terbatas:
asetat dan malonat, mevalonat, dan fenilalanin.
Jalur Polyketida
Pada beberapa kasus, struktur quinon ditunjukkan dari biosintesanya yang melalui
siklisasi dari sebuah poli-β-ketoester : yang dapat berupa chrysophanol dan secara umum
membentuk 1,8-dihidroksianthraquinon;  dapat juga dapat merupakan aleosaponarin I dan
senyawa yang berhubungan lainnya. Beberapa naftaquinon ( contohnya pada
plumbiginaceae )mempunyai ciri tertentu.
Jalur Mevalonat dan Asam Chorismat
Jalur lain yang banyak terjadi pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu melalui sam o-
suksinil benzoat (=OSB=  asam 4-(2’-carboksifenil)-4-oxobutanoat).asam ini dicapai
melalui reaksi asam chorismat dengan asam α-ketoglutarat yang mebentuk thiamin
pirofosfat. Kemudian ini diasilasi oleh koenzim A dan mengalami siklisasi menjadi  asam
1,4-dihidroksi-2- naftaoat (=DHNA), yang merupakan prekursor awal dari naftoqinon.
Pada kassu lain, khusunya pada Rubiaceae, jalur ini juga dapat menghasilkan
anthraquinon : dengan Isoprenilasi pada posisi 3-DHNA oleh dimetiallil pirofosfat
(=DMAPP), siklisasi, dan aromatisasi. Pada famili lain DMAPP mengalmi alkilasi pada
C-2.
Jalur Asam 4-hydoksibenzoat
Jalur Asam p-hydoksibenzoat terjadi pada Boraginaceae membnetuk naftoquinon
berupa shikonin dan isomernya alkannin. Asam 4-hydoksibenzoat dicapai melalui
metabolisme fenilalanin, yang bertindak sebagai penerima alkilasi oleh molekul genayl
pirofosfat (=GPP).
Deskripsi Senyawa Sitronelal
Sitronelal merupakan senyawa monoterpena yang mempunyai gugus aldehida
ikatan rangkap dan rantai karbon. Sitronelal
(3,7-dimetil-6-oktenal) merupakan
monoterpena yang sebagian besar terbentuk
dari metabolisme sekunder tanaman serai.
Sitronelal bersama dengan sitral, geraniol,
linalool dan sitronelol merupakan senyawa
terpena yang paling penting dalam kandungan
minyak atsiri serai. Sitronelal yang terkandung
di dalam tanaman serai memiliki peran sebagai
antimikrobia. Sitronelal hasil isolasi dari
minyak atsiri serai terdiri dari sepasang enasiomer yaitu (R)- sitronelal dan (S)-sitronelal.
Berdasarkan peranannya, sitronelal sering digunakan sebagai salah satu campuran bahan
untuk pembuatan produk seperti sabun.
Sitronelal memiliki bau yang khas dan merupakan bahan dasar sintesis pembuatan
fragrance seperti sitronelol, isopulegol, mentol dan ester-ester lainnya. Pada umumnya
hidroksi sitronelal digunakan untuk pewangi sabun dan kosmetik, flavoring agent untuk
aneka makanan dan minuman, obat-obatan serta obat penolak nyamuk. Penggunaan lain
dari sitronelal adalah untuk pembuatan hidroksi sitronelal. Hidroksi sitronelal ini
merupakan salah satu senyawa sintetik yang paling penting dalam wewangian. Hidroksi
sitronelal digunakan untuk pewangi sabun dan kosmetik, obat-obatan, produk home care
dan personal care karena bermanfaat untuk menenangkan, antiseptik, membantu
melemaskan otot dan untuk membangkitkan gairah.
Biosintesis Sitronelal
C. Timun (Cucumis sativus L)

Kingdom : Plantae
Sub-Kingdom : Tracheobionta (Tumbuan Berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Dikotil)
Sub-Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
Kandungan senyawa saponin berupa
rasa pahit dalam lendir mentimun yaitu
senyawa senyawa fitokimia yang terdapat
dalam lendir mentimun (getah mentimun)
walaupun pahit, namun senyawa saponin
yang dimiliki timun dapat mencegah sakit
kanker dan dapat menurunkan kadar
kolesterol yang tinggi pada tubuh kita dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Dan kandungan asam linoleat dalam mentimun
mengandung 35.100-486.700 ppm asam linoleat sebagai suku cucurbitaceae yang
biasanya mengandung kukurbitasin. Kukurbitasin merupakan senyawa yang mempunyai
aktivitas sebagai anti tumor. kandungan asam melonatnya dapat mencegah gula darah
berubah menjadi lemak, sehingga dapat menurunkan berat Selain itu, zat ini juga
berfungsi sebagai antioksidan dan dapat membantu mencerdaskan otak. Antioksidan
berperan mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas, dan mencegah penyakit jantung.
BAB III

PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Tumbuhan yang menghasilkan metabolit sekunder memiliki manfaat baik untuk survival
tumbuhan itu sendiri maupun bermanfaat untuk dijadikan obat herbal, dan pada ketiga
tanaman yang dibahas di atas memiliki ciri khasnya sendiri dalam hal kandungan metabolit
sekunder yang dihasilkan. Pada ketiga tanaman di atas memiliki keunikan masing-masing
dalam menghasilkan metabolit sekunder, mulai dari tanaman kopi yang menghasilkan kafein
dimana dapat bermanfaat bagi manusia juga yang dapat memicu adrenalin seseorang
sehingga semakin bersemangat dan tidak mengantuk, namun apabila ketagihan merupakan
hal tidak terlalu baik untuk kesehatan karena apabila terlalu banyak mengonsumsi kopi
dengan kafein tinggi maka akan merusak organ tubuh manusia seperti jantung. Selain itu
kafein pada kopi dapat mencegah hama-hama yang berniat untuk menyerang tanaman kopi
dalam hal kaitannya dengan tanaman kopi mempertahankan dirinya dengan mengeluarkan
senyawa kafein, dan tentunya dapat dijadikan pestisida nabati yang nantinya dapat
diaplikasikan pada pemberantasan gulma.
Kemudian pada tanaman serai wangi, dimana terkandung minyak atsiri yang didalamnya
terdapat komponen-komponen penyusunnya yaitu seperti stronelal. Stronelal dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan industry seperti pewangi sabun, kosmetik, flavoring untuk
aneka makanan dan minuman, obat-obatan serat obat pemberantas nyamuk. Selain itu, pada
timun terkandung senyawa kukurbitasin yang memiliki aktivitas sebagai anti tumor.
Kandungan asam melonatnya dapat mencegah gula darah berubah menjadi lemak, sehingga
dapat menurunkan berat Selain itu, zat ini juga berfungsi sebagai antioksidan dan dapat
membantu mencerdaskan otak. Antioksidan berperan mencegah kerusakan sel akibat radikal
bebas, dan mencegah penyakit jantung.

Daftar Pustaka :
Anonymous. (2011). Kafein Sebagai Metabolit Sekunder. Retrieved 2020, from
indonesiakimia.blogspot.com: http://indonesiakimia.blogspot.com/2011/05/kafein-sebagai-
metabolit-sekunder.html

Anonymous. (2015). Kuinon. Retrieved 2020, from kampusfarmasi.blogspot.com:


http://kampusfarmasi.blogspot.com/2015/09/kuinon.html

Anonymous. (2017). SERAI WANGI. Retrieved 2020, from e-journal.uajy.ac.id/: http://e-


journal.uajy.ac.id/8606/3/2BL01196.pdf

Masdakaty, Y. (2019). KENAPA TANAMAN KOPI MENGHASILKAN KAFEIN? Retrieved 2020, from
majalah.ottencoffee.co.id: https://majalah.ottencoffee.co.id/kenapa-tanaman-kopi-
menghasilkan-kafein/

nisak, d. (2016). METABOLIT SEKUNDER. Retrieved 2020, from www.academia.edu:


https://www.academia.edu/37692064/METABOLIT_SEKUNDER

Novialispita, H. (2017). Tanaman yang menghasilkan metabolit sekunder. Retrieved 2020, from
www.scribd.com: https://www.scribd.com/document/349413150/Tanaman-Yang-
Menghasilkan-Metabolit-Sekunder

PARWATA, I. M. (2016). FLAVONOID. Retrieved 2020, from simdos.unud.ac.id:


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/c0c585d54a388056ea0889953316433
0.pdf

Anda mungkin juga menyukai