0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
51 tayangan1 halaman
Tanaman Anuwun (Tacca leontopetaloides L.) dapat tumbuh dengan baik di tanah berpasir atau berlempung pada ketinggian 3-330 mdpl dengan intensitas cahaya rendah. Bibit Anuwun diperoleh dari umbi induk, umbi anak, atau biji. Tanaman ditanam pada musim hujan dengan pemupukan dan pemeliharaan berkala hingga panen pada umur 7-8 bulan.
Tanaman Anuwun (Tacca leontopetaloides L.) dapat tumbuh dengan baik di tanah berpasir atau berlempung pada ketinggian 3-330 mdpl dengan intensitas cahaya rendah. Bibit Anuwun diperoleh dari umbi induk, umbi anak, atau biji. Tanaman ditanam pada musim hujan dengan pemupukan dan pemeliharaan berkala hingga panen pada umur 7-8 bulan.
Tanaman Anuwun (Tacca leontopetaloides L.) dapat tumbuh dengan baik di tanah berpasir atau berlempung pada ketinggian 3-330 mdpl dengan intensitas cahaya rendah. Bibit Anuwun diperoleh dari umbi induk, umbi anak, atau biji. Tanaman ditanam pada musim hujan dengan pemupukan dan pemeliharaan berkala hingga panen pada umur 7-8 bulan.
Anuwun (Tacca leontopetaloides L.) merupakan tanaman sejenis umbi-umbian yang biasanya terdapat di wilayah pesisir pantai. Berdasarkan habitusnya, Anuwun termasuk tanaman herba semusim yang tumbuh secara tegak lurus dan memiliki batang semu dari bagian umbi. Tanaman ini mampu beradaptasi dan tumbuh dengan baik di tanah berpasir (sekitar 98 % pasir) dan tanah berlempung atau tanah liat. Selain itu, tanaman Anuwun membutuhkan intensitas cahaya yang rendah (sekitar 10 %) sehingga sering terlihat tumbuh di bawah naungan tegakan pohon. Pada ketinggian 3-330 mdpl, tanaman ini dapat tumbuh dengan optimal. Penyediaan bibit Anuwun dapat menggunakan biji, umbi induk, dan umbi anak. Untuk memperoleh bibit dalam jumlah yang banyak, maka dapat digunakan umbi induk yang akan menghasilkan umbi anak yang berukuran kecil. Umbi anak yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghasilkan umbi anak generasi berikutnya sebagai sumber pangan, karena memiliki ukuran yang lebih besar dari bibit. Sebelum ditanam, bibit umbi diangin-anginkan terlebih dahulu untuk memunculkan tunas. Dalam penyiapan lahan harus dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut : pembersihan gulma, pengolahan tanah, pembuatan bedeng tanam, penentuan jarak tanam, pengajiran, dan pembuatan lubang tanam. Pupuk dasar yang digunakan berupa pupuk kandang yang telah terdekomposisi dan pemupukan dilakukan minimal 2 minggu sebelum penanaman. Penanaman umbi Anuwun dilakukan pada saat musim hujan. Posisi benih umbi ditempatkan dengan cara mengarahkan bakal tunas ke atas permukaan tanah dan dibuat guludan untuk melindungi umbi agar tidak mudah terbuka saat musim hujan. Pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman Anuwun meliputi beberapa kegiatan antara lain : pembersihan gulma dan serasah daun yang menimpa tanaman, pendangiran, pembumbunan, pemupukan lanjutan, pengajiran lanjutan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman Anuwun sudah mulai menguning (biasanya pada umur 7-8 bulan setelah tanam) dan umbi telah memasuki masa dormansi (mati) serta pematangan kandungan pati. Umbi yang telah dipanen harus disimpan pada tempat yang kering untuk mencegah penyerangan mikroorganisme berupa jamur. Penyimpanan umbi Anuwun tidak dapat bertahan lama karena akan tumbuh tunas. Oleh karena itu sebaiknya pengolahan pasca panen umbi dilakukan untuk menghindari pertumbuhan tunas pada umbi.