Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM TENTANG

STEK PADA TANAMAN EUPHORBIA


MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN HIAS

Disusun oleh :
BARTH MAKAL (18031101030)

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bunga euphorbia merupakan tanaman bunga yang berasal dari Madagaskar. Bunga ini
termasuk golongan kaktus. Sama halnya seperti kaktus-katus lain, euphorbia juga tumbuh
subur di daerah yang panas dan kering. Penyebaran bunga euphorbia dimulai dari
Madagaskar lalu ke China dan ke Thailand. Dan sekarang sudah dapat dijumpai sampai di
Eropa, Timur Tengah, Amerika dan Asia. Nama bunga euphorbia diambil dari salah seorang
dokter kerajaan Juba Mauritania di Afrika Utara yang bernama Euphorbus. Dokter
Euphorbus lah yang memindahkan bunga ini dari gurun pasir menjadi bunga penghias yang
cantik di kerajaannya.
Di Indonesia sendiri, bunga ini biasanya digunakan sebagai border taman. Memiliki
tinggi standar 150 cm dan lebar 100 cm. Bunga yang menggerombol hingga hampir menutup
batangnya membuat bunga euphorbia terlihat cantik sehingga otomatis memiliki nilai estetika
yang tinggi. Oleh karena memiliki nilai estetika yang tinggi dan terlihat sangat cantik
sehingga bunga euphorbia dinobatkan sebagai “ratu bunga berduri”.
Euphorbia merupakan salah satu famili Euphorbiaceae yang mempunyai lebih dari 2000
spesies. Famili ini tumbuh tersebar di daerah tropis mulai dari dataran rendah hingga dataran
tinggi. Tanaman ini memang sangat mempesona, mulai dari tajuknya yang rimbun dan
kompak. batangnya yang berduri lunak hingga bunga yang bermunculan dari setiap ketiak
daunnya. Bermacam variasi bunga, mulai dari bentuk, wama, maupun ukuran dengan batang
yang ditumbuhi duri-duri menyebakan tanaman ini mendapat julukan mahkota berduri.
Bunga euphorbia merupakan tanaman yang sangat adaptif. Bahkan di dataran tinggi
sekalipun bunga ini dapat tumbuh dengan baik.Di dataran rendah pertumbuhannya akan lebih
cepat. Dengan kondisi udara yang hangat serta sinar matahari yang cukup, akan membuat
tanaman ini berbunga dengan cepat. Namun, bila kondisi lingkungan tidak bersih atau
banyak polusi, euphorbia akan malas bahkan tidak akan mau berbunga.
Sejak mulai dibudidayakan tahun 1990 hingga saat ini telah banyak bunga euphorbia
yang selanjutnya dikcmbangkan secara vegetative. Menurut Sarwono (1986:25)
mengemukakan bibit asal stek cocok ditanam di dalam pot, dengan material yang sangat
sedikit dapat dihasilkan bibit tanaman yang seragam, baik ukuran tinggi, ukuran dan
kelahanannya terhadap penyakit. Rochiman (1983:12) menyatakan bahwa terlepas dari
keuntungan tersebut terdapat pula kelemahan pada teknik pembiakan dengan stek yaitu
penyetekan tidak selamanya menghasilkan persentase perakaran yang tinggi. Untuk
mengatasi masalah itu dilakukan upaya seperti menggunakan bermacam-macam medium
stek, memilih bagian tanaman praktis dan murah dilaksanakan adalah dengan menggunakan
stek tanaman. Euphorbia yang akan di stek, cabang yang akan di sick di potong sepanjang 15
cm.
Maka dari itu praktikan telah melakukan praktikum stek dengan batang euphorbia
sebagai bahan tanamnya dan telah menuangkannya dalam suatu susunan laporan praktikum
yang berjudul “LAPORAN PRAKTIKUM TENTANG STEK PADA TANAMAN
EUPHORBIA”.

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui deskripsi dari tanaman euphorbia seperti apa.
 Untuk mengetahui tanaman euphorbia jenis apa yang digunakan penulis untuk distek.
 Untuk mengetahui syarat tumbuh dari tanaman euphorbia agar dapat tumbuh dengan
baik.
 Untuk mengetahui cara-cara stek pada tanaman euphorbia beserta syarat-syarat stek yang
baik dan benar pada tanaman euphorbia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Euphorbia

Kingdom Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas Rosidae


Ordo Euphorbiales
Famili Euphorbiaceae
Genus Euphorbia
Spesies Euphorbia milii
Tanaman yang mendapat julukan Crown of Throns ini memang berbeda dengan
kerabatnya. Bagian tanaman Euphorbia milli L, seperti batang, duri, daun, bunga dan buah
sangat khas. Jumlah dan bentuk durinya pun bermacam-macam. Jaringan xylemnya
rnengeluarkan eksudat putih yang disebut getah susu (milky sop). Daun Euphorbia milli L,
berbentuk oval dengan ukuran bervariasi menurut hibrida dan kulture. Bunganya kecil dan
berwama kuning dengan cyntia atau cyathium berwama-wami sebagai hasil dari hibridasi.
Menurut Hapsari dan Budiana (2005:7-14) secara morfologis, organ penting tanaman
Euphorbia milli L. dapat dijclaskan sebagai berikut :
a) Batang
Bentuk batang Euphorbia milli L. ada 2 macam yaitu bulat dan bersudut.
Batangnya yang tegak dan menjulang ke atas dan ada juga yang melengkung. Batang
lunak, halus dan tidak berkayu (gambar 2.1). Meski tidak berkayu, batang akan
semakin mengeras jika sudah tua, pada batang tumbuh duri, daun dan bunga. Bila
daun berduri gugur akan tampak bintik-bintik putih pada batang yang merupakan
mata tunas atau bekas patahan daun rontok. Jika dipotong, batang tidak akan
bercabang, wama batang dewasa abu-abu, coklat keabuan, atau coklat tua.
b) Duri
Duri Euphorbia tumbuh mengelilingi batang (gambar 2.1). Ada dua jenis duri
yaitu; tunggal dan ganda. Pada beberapa jenis dapat dijumpai kedua bentuk duri
dalam satu tanaman dengan duri tersusun rapi, panjang seragam, dan ujung runcing.
c) Daun
Pilih tanaman berdaun sehat, besar, tebal, permukaannya halus, segar dan mulus.
Tulang daun menonjol, terutama pada tulang bagian tengah keras. Wama daun
bervariasi mulai dari hijau muda hingga hijau tua. Secara umum daun Euphorbia
milli L. beberapa variasi bentuk daun sebagai berikut : lancip, oval dengan ujung daun
lancip mengecil, lurus dan ujung agak membulat dan bentuk hati dengan ujung daun
membelati menjadi daun bulatan. Pangkal daun ada tiga macam, yaitu pangkal
melebar, lanset, dan lancip mengecil.
d) Akar
Akar euphorbia, sebagaimana semua tanaman dikotil, adalah akar tunggang. Akan
tetapi, tanaman yang diperbanyak dengan setek memiliki perakaran serabut. Akar
tersebut tumbuh langsung dari pangkal batang. Akar yang sehat berwarna putih
kecoklat-coklatan, sedangkan akar yang sudah tua berwarna coklat.
e) Bunga
Mahkota bunga Euphorbia sebenarnya bukanlah mahkota yang sesungguhnya,
tetapi seludang bunga yang bermodilikasi, sehingga tampak seperti mahkota. Bunga
muncul membentuk dompolen, setiap dompolan terdiri dari 4-32 kuntum. Euphorbia
milli L, termasuk tanaman berumah satu karena dalam satu bunga terdapat benang
sari dan putik. Putik akan mekar setelah tiga hari sebelum benang sari. Bentuk
mahkota ada empat macam, yaitu bulat, ujung lancip, bentuk hati dan berbelah daun
dan Posisi mahkota ada tiga macam, yaitu saling bertumpuk, mengait dan
bersinggung.
f) Buah dan Biji
Tanaman ini termasuk mudah berbuah. Buah muncul karena adanya pembuahan
atau bersatunya benang sari dan putik. Penyerbukan dapat terjadi secara alami dengan
bantuan serangga atau manusia. Buah muncul 3-6 hari, buah berbentuk bulat lonjong,
seperti kapsul dan bergerombol scbanyak 3-4 buah. Jika kulit buah dibuka, terdapat
biji berbentuk bulat berwama coklat tua, berdiameter 0,3-0,4 cm.
2.2 Euphorbia yang ada di Indonesia
Euphorbia terbagi dalam beberapa jenis. Jenis yang paling populer adalah sub-spesies
Euphorbia milli spledens yang akhimya lebih dikenal Euphorbia milii L. Berikut ini beberapa
jenis Euphorbia milii L. hibrida yang telah ada di Indonesia (Gambar 2.3).

a) God Bless You


Mahkota berbentuk hati, saling menumpuk, wama merah menyala dengan garis
hijau pada ujung mahkota, dan benang sari kuning kemerahan. Jumlah kuntum
berkisar 8 kuntum dalam satu dompolan (Gambar 2.3).

b) Color Burst
Mahkota bunga berbentuk hati, saling menumpuk dan menyilang, wama krem
semburat merah, benang sari berwama hijau. Dalam satu dompolan terdapat sekitar 8
kuntum (Gambar 2.3).
c) Silver Throne
Mahkota bunga berbentuk hati, saling menumpuk dan menyilang, wama putih,
benang sari kuning. Ada sekitar 8 kuntum satu dompolan (Gambar 2.3).
d) Ace of Heart
Mahkota bunga ini berbentuk hati, saling menumpuk, wama putih bercorak merah
muda, benang sari merah. Jumlah kuntum dalam satu dompolan sangat banyak, dapat
meneapai 32 kuntum (Gambar 2.3).
e) Golden Eagle
Mahkota bunga berbentuk hati, saling menumpuk. warna putih kekuningan,
benang sari kuning. Dalam satu dompolam terdapat 8 kuntum (Gambar 2.3).
f) Chiang Mai
Mahkota bunga melengkung, saling menumpuk dan menyilang, wama merah
muda benang sari kuning kemerahan. Jumlah kuntum dalam satu dompolan sekitar 8
kuntum (Gambar 2.3).
g) Angel Fase
Mahkota bunga berbentuk hati, saling menumpuk dan menyilang,wama putih di
tengah bergradasi kemerahan pada ujung mahkota, benang sari kemerahan. Jumlah
kuntum dalam satu dompolan sekitar 8 kuntum (Gambar 2.3).
h) Breathless
Mahkota bunga hati, saling menumpuk dan menyilang, wama putih dengan garis
tepi merah, benang sari kuning. Dalam satu dompolan terdapat sekitar 8 kuntum
bunga (Gambar 2.3).
i) First Kiss
Mahkota bunga berbentuk melengkung saling menumpuk dan menyilang,wama
merah menyala, benang sari merah. Jumlah kuntum agak banyak, sekitar 8 kuntum
dalam satu dompolan (Gambar 2.3).
j) Moon Like
Mahkota bunga berbentuk hati, saling menumpuk dan menyilang, wama putih
bercorak merah muda, benang sari kuning kehijauan. Jumlah kuntum sedikit, sekitar 4
kuntum dalam satu dompolan (Gambar 2.3).

2.3 Syarat Tumbuh


Euphorbia sangat menyukai sinaran panas matahari secara langsung. Jika diletakkan di
bawah naungan, euphorbia hanya akan semarak dengan daun tidak dengan bunga sedangkan
jika diletakkan di bawah matahari langsung maka dapat membantu euphorbia tersebut untuk
menghasilkan bunga. Euphorbia membutuhkan sinar matahari langsung dengan intensitas
sekitar 70%. Walaupun menyukai sinar matahari langsung, penyinaran diharapkan tidak
terlalu lama cukup 6-8 jam/hari. Penyinaran yang terlalu lama dapat mengakibatkan daun
mengalami bercak hitam karena hangus. Tanaman ini relatif tidak tahan jika ditempatkan
dalam ruangan. Meskipun toleran terhadap kondisi ternaung, tapi pertumbuhan Euphorbia
akan lebih optimal bila ditanam dilahan terbuka. Kondisi ternaung akan memengaruhi
pertumbuhan tanaman terutama pertumbuhan tunas aksilar dan pembungaan. Pada kondisi
ternaung, kecepatan tumbuh vegetatifnya relatif cepat, tetapi tunas yang terbentuk lebih
sedikit dan lemas.
Euphorbia termasuk tanaman yang memiliki toleransi tinggi terhadap suhu udara.
Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah yang bersuhu hangat pada siang hari hingga
dataran tinggi dengan suhu relatif rendah. Batas suhu yang dapat diterima euphorbia adalah
21-27° C. kisaran suhu di Indonesia, terutama di dataran rendah cocok bagi pertumbuhan
euphorbia. Bahkan, kebanyakan euphorbia yang tumbuh di dataran rendah (di bawah 600 m
dpl) lebih bagus pertumbuhannya dibandingkan dengan yang tumbuh di dataran tinggi. Pada
kelembapan rendah,tajuk tanaman dapat tumbuh dengan baik bila disertai dengan
penyiraman yang memadai. Sementara itu, kelembapan udara yang terlalu tinggi akan
menurunkan aktivitas metabolisme tanaman, sehingga tanaman peka terhadap serangan
penyaki. Namun, Euphorbia masih bisa ditanam didataran tinggi asal pencahayaannya cukup
dan curah hujan rendah.

2.4 Media Tanam


Media tanam berfungsi untuk : tempat tumbuhnya akar tanaman, penopang tanaman agar
tumbuh dengan baik,  penyedia air dan pupuk. Media tanam yang baik harus memiliki
persyaratan-persyaratan sebagai berikut : tidak mengandung bibit hama dan penyakit dan
bebas gulma, mampu menampung air, tetapi juga mampu membuang/mengalirkan kelebihan
air, remah dan porous, sehingga akar bisa tumbuh dan berkembang menembus media tanam
dengan mudah, derajat keasaman (pH) antara 6,0 sampai 6,5.
Dalam memilih media tanam usahakan kering dan porous atau tidak mengikat air terlalu
lama, selain itu memiliki aerasi dan drainase yang baik. Hal tersebut disebabkan karena air
yang tertahan terlalu lama dapat menyebabkan busuk akar. Berbagai jenis media tumbuh
yang digunakan untuk euphorbia umumnya merupakan campuran dari bahan-bahan yang
porous, bahan organik, dan tanah. Euphorbia termasuk tanaman yang sukulen yang
membutuhkan media kering. Oleh karena itu, diperlukan campuran media tumbuh yang dapat
digunakan. Setiap nursery biasanya menggunakan formula yang berbeda-beda. Beberapa
bahan yang dapat digunakan sebagai campuran antara lain arang sekam, pasir, serbuk kelapa,
pakis, pupuk kandang dan sekam biasa.
Kelemahan dan kelebihan masing-masing bahan media tanam yang biasa digunakan
adalah sebagai berikut :
 Sekam bakar; berasal dari sekam padi yang disangrai sampai hitam tetapi bentuknya
masih utuh dan tidak sampai menjadi abu. Dengan disangrai ini, sekam menjadi arang
sekaligus disterilkan, karena dengan suhu yang tinggi itu benih penyakit maupun
benih padi yang tersisa akan mati. Arang sekam adalah media yang porous, tetapi
kurang mampu menampung air. Oleh karena itu dalam penggunaannya, dicampur
dengan media lain yang mampu menampung air.
 Serbuk sabut kelapa (coco peat); berasal dari sabut kelapa yang sudah dipisahkan dari
seratnya, dan telah direbus untuk menghilangkan zat tanin (zat yang dapat mematian
tanaman). Dengan perebusan, berarti juga sterilisasi untuk menghilangkan benih-
benih penyakit yang mungkin ada didalamnya. Coco peat ini dapat menyimpan air
yang banyak, sehingga apabila digunakan harus dicampur media lain agar kelebihan
air tersebut dapat dibuang.
 Pasir; yang digunakan untuk media tanam adalah pasir sungai  yang sudah disaring
sehingga tidak ada kotoran berupa tanah, kemudian direbus untuk sterilisasi. Pasir
pantai tidak dapat digunakan karena ada garam didalamnya. Dalam penggunaannya,
pasir biasanya dicampur dengan media yang lain, karena pasir tidak mampu mengikat
air.

2.5 Perbanyakan Tanaman


Tanaman euphorbia termasuk tanaman yang sangat mudah diperbanyak. Perbanyakan
tanaman dapat dilakukan secara generatif yaitu dilakukan dengan penyemaian biji dan
perbanyakan secara vegetatif dengan bagian tanaman itu sendiri. Perbanyakan euphorbia
yang sering dilakukan dengan cara vegetatif yaitu melalui stek dan sambung. Setek (cutting)
diartikan sebagai suatu perlakuan pemisahan tanaman, seperti daun, tunas, batang, dan akar,
agar bagian-bagian tersebut membentuk akar atau tanaman baru (Rukmana, 1997).
Setek merupakan cara paling populer yang dipakai untuk memperbanyak euphorbia.
Selain mudah dan cepat, keturunan hasil setek memiliki keunggulan yang sama dengan
induknya. Batang yang akan disetek dipilih yang cukup besar, sehat tidak terlalu tua dan
tidak terlalu muda. Batang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar. Batang yang
terlalu muda proses penguapannya sangat cepat, sehingga stek menjadi lemah dan akhirnya
mati.
Dalam melakukan perbanyakan dengan cara setek pisau yang digunakan harus tajam dan
steril agar hasil potongan tidak terinfeksi dan didapat permukaan potongan yang halus.
Permukaan potongan yang kasar sulit untuk membentuk kalus, sedangkan kalus sangat
berguna untuk menutupi luka. Potongan hanya dilakukan sekali dengan arah menyerong atau
miring, sehingga menghasilkan potongan dengan permukaan lebih luas bila dibandingkan
dengan pemotongan arah tegak lurus.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
 Waktu : tanggal 21 Oktober 2020.
 Tempat : pekarangan rumah.

3.2 Alat dan Bahan


Alat :
 Polybag.
 Pisau.
Bahan :
 Bahan tanam (bunga euphorbia)
 Campuran media tanam (tanah yang telah diolah dengan pupuk kandang, pasir, arang
sekam dan cocopeat)

3.3 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Campurkan media tanam yaitu tanah yang telah diolah dengan pupuk kandang,
kemudian tambahkan pasir sedikit beserta arang sekam dan cocopeat dengan
perbandingan 2 : 1 : 1 : 1.
3. Setelah itu masukkan campuran media tanam ke polybag yang telah disiapkan.
4. Kemudian potong batang euphorbia yang akan dijadikan bahan stek dengan
menggunakan pisau yang telah disiapkan. Pisau yang digunakan sebaiknya tajam dan
steril.
5. Selanjutnya, bahan stek yang sudah ada bersihkan terlebih dahulu getahnya dengan air
dan kemudian kering-anginkan.
6. Kemudian tanam bahan stek ke polybag yang berisikan campuran media tanam.
7. Tempatkan polybag stek euphorbia ke tempat yang terbuka, namun tetap ternaungi
sedikit.
8. Kemudian, basahi sedikit dengan air.
9. Lakukan pengamatan selama dua minggu.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Waktu Tinggi (cm) Jumlah Daun Jumlah Bunga Gambar

Penanaman 11,2 cm 4 -

Minggu 12,4 cm 3 3
pertama

Minggu 12,8 cm 3 3
kedua

4.2 Pembahasan
Euphorbia milii berasal dati pulau Madagaskar yang beriklim tropis. Nama euphorbia
diberikan untuk menghargai jasa Euphorbus, seorang dokter Raja Juba dari kerajaan
Mauritania di Afrika Utara. adalah tanaman bunga yang menakjubkan. Tanaman bernama
ilmiah Euphorbia milii ini tidak berhenti memamerkan bunganya yang berwarna-warni
sepanjang tahun, baik musim hujan maupun musim kemarau. Tanaman ini memang
mempesona mulai dari tajuknya yang rimbun dan kompak, batangnya yang berduri lunak,
hingga bunga yang bermunculan dari setiap ketiak daunnya. Bermacam variasi bunga mulai
dari bentuk, warna, maupun ukuran dan dengan batang yang ditumbuhi duri-duri
menyebabkan tanaman ini mendapat julukan crown of thorn atau mahkota berduri.
Mengingat tujuan dari praktikan dalam melakukan praktikum ini salah satunya adalah
untuk mengetahui Euphorbia milii jenis apa yang digunakan
praktikan, maka setelah praktikan telusuri di internet terdapat
informasi mengenai tanaman-tanaman euphorbia yang ada di
Indonesia dan dijelaskan disitu beserta gambar ada berbagai macam
jenis Euphorbia milii dan merupakan hasil hibrida. Praktikan
mengidentifikasi ciri-ciri yang dideskripsikan melalui jenis-jenis
yang dicantumkan dan kemudian mencocokkannya dengan ciri-ciri
tanaman euphorbia yang nantinya akan digunakan praktikan sebagai
bahan stek. Hasil identifikasi dari praktikan menyatakan bahwa
tanaman euphorbia yang dimiliki merupakan Euphorbia milii jenis Golden Eagle. Tanaman
euphorbia yang dimiliki praktikan memiliki ciri-ciri seperti gambar diatas yaitu : mahkota
bunga berbentuk hati, saling menumpuk. warna putih kekuningan, benang sari kuning.
Mungkin apablia dilihat pada gambar di tabel hasil pengamatan kelihatannya tidak seperti
Golden Eagle karena efek kamera sehingga tidak terlalu terlihat warna kuningnya.
Media tanam yang digunakan praktikan dalam penanaman euphorbia adalah pasir
bangunan, arang sekam, cocopeat dan tanah yang telah diolah terlebih dahulu dengan pupuk
kandang masing-masing dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 1. Keempat media tersebut memiliki
porositas yang baik karena media tersebut mengandung pasir, arang sekam dan cocopeat
sehingga mudah menyerap dan meloloskan air. Pasir merupakan media yang sangat baik bagi
pertumbuhan dan perakaran batang tanaman. Media ini bersifat mudah basah, tetapi juga
cepat mengering kembali. Pasir tidak mengandung unsur hara sehingga fungsi utamanya
adalah membuat campuran media lebih porous. Arang sekam merupakan media yang cukup
porous, mudah mengikat air tetapi masih kurang dalam menampung air, tidak cepat lapuk
dan tidak cepat menggumpal. Selain itu arang sekam juga dapat menjadi penyuplai unsur
hara bagi tanaman. Cocopeat dapat menyimpan air yang banyak, sehingga apabila digunakan
harus dicampur media lain agar kelebihan air tersebut dapat dibuang. Media-media tersebut
merupakan perpaduan yang cocok untuk tanaman euphorbia karena tanaman tersebut
menyukai media tanam yang tidak terlalu lembab. Sedangkan pupuk kandang merupakan
media tanam sumber unsur-unsur hara, baik hara makro maupun mikro. Pupuk kandang
difungsikan sebagai penyedia unsur hara.
Pada tanggal 21 Oktober 2020, praktikan telah melakukan praktikum tentang stek pada
tanaman euphorbia. Stek yang dilakukan adalah stek batang tanpa merontokan daun. Panjang
stek yang dipotong tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya dilakukan pada stek
batang yaitu 15 cm. Tetapi praktikan hanya mengira-ngira panjang stek yang akan dipotong
dan pada saat diukur menggunakan mistar ternyata panjang stek batang hanya mencapai 11
cm saja. Dalam pemotongan stek, pastikan pisau yang digunakan tajam dan steril. Hal ini
untuk mencegah terjadinya pelukaan pada stek batang maupun pada batang tanaman yang
merupakan sumber stek yang digunakan. Maka dari itu pisau harus tajam agar pada saat
dipotong langsung terpotong dengan sempurna dan tidak menyisakan luka, karena pelukaan
pada batang akan menyebabkan batang tanaman ataupun stek batang akan cepat mongering
dan ujung-ujungnya akan mati. Selain itu mengapa pisau harus steril, karena apabila tidak
steril maka akan mengundang mikroorganisme-mikroorganisme pengganggu yang dapat
menyerang pada bagian potongan batang.
Dalam pemotongan stek juga harus berhati-hati selain untuk keberhasilan steknya juga
tangan kita agar tidak tertusuk karena mengingat batang euphorbia sangat berduri dan tajam,
maka dari itu dianjurkan untuk menggunakan alat pengaman tangan seperti kaos tangan dan
sebagainya. Saat stek batang sudah diperoleh jangan langsung ditanam, cuci terlebih dahulu
getah yang dikeluarkan stek dan kemudian dikeringg-anginkan. Hal tersebut untuk mencegah
terserangnya hama dan penyakit. Sebenarnya sebelum ditanam juga, stek batang bagian
bawahnya (bekas potongan) dapat diolesi dengan zat perangsang akar berupa roton f untuk
merangsang perakarannya agar cepatr terbentuk, namun karena keterbatasan bahan dan
waktu yang diberikan sehingga praktikan tidak sempat menggunakan roton f. Setelah itu
ditanam dan ditempatkan di tempat terbuka sehingga dapat menangkap cahaya matahari
langsung, namun sewaktu-waktu harus dipindahkan ke tempat yang cukup ternaungi karena
berdasarkan penelitian-penelitian yang praktikan ketahui dikatakan bahwa walaupun tanaman
euphorbia menyukai cahaya matahari langsung, penyinaran diharapkan tidak terlalu lama
cukup 6-8 jam/hari. Penyinaran yang terlalu lama dapat mengakibatkan daun mengalami
bercak hitam karena hangus.
Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan yang telah dicantumkan di atas dalam bentuk
table, terlihat bahwa parameter-parameter yang berpengaruh (menunjukkan perubahan yang
berarti) adalah tinggi batang dan jumlah bunga yang dihasilkan. Jumlah daun tidak
berpengaruh pada praktikum kali ini, karena jumlah daun malahan berkurang bukan
bertambah mungkin hasilnya akan terlihat setelah dua minggu lebih, mengingat pengamatan
yang dilakukan dan harus dilaporkan hanya dalam waktu dua minggu. Dapat dilihat bahwa
tinggi batang pada saat ditanam sampai pada pengamatan minggu kedua menunjukkan
perubahan. Tinggi batang yang tadinya hanya 11,2 cm, namun setelah satu minggu ditanam
mengalami pertambahan tinggi walaupun hanya sedikit (sekitar 1,2 cm) dan tingginya
menjadi 12,4 cm. Kemudian pada minggu kedua menunjukkan pertambahan tinggi sekitar
0,4 cm sehingga menjadi 12,8 cm. Interval pertambahan tingginya memang sedkit namun
sepertinya memang begitu, karena berdasarkan praktikum-praktikum yang praktikan lihat
interval pertambahan tinggi batangnya memang sedikit per minggunya. Selan itu, dapat
dilihat juga pada bunga yang dihasilkan. Pada minggu pertama, stek batang euphorbia telah
menghasilkan 3 kuntum bunga yang ukurannya masih kecil dan sudah membuka. Kemudian
pada minggu kedua, jumlah kuntum bunga masih tetap 3, tetapi ukuran bunganya sudah
bertambah besar dari sebelumnya. Pertumbuhan Euphorbia yang cukup baik ini di dukung
oleh pencahayaan matahari yang cukup serta penyiraman yang baik dan teratur (tidak
berlebihan) serta tidak terserangnya hama ataupun penyakit. Berbicara tentang bunga yang
dihasilkan berarti benar apa yang dijelaskan oleh salah satu literatur yang praktikan baca
bahwa tanaman euphorbia yang terkena cahaya matahari langsung dapat menghasilkan bunga
yang cepat. Hal tersebut telah terbukti melalui praktikum yang telah dilakukan.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
penyetekan pada tanaman euphorbia harus memperhatikan syarat-syarat stek yang baik
khususnya untuk tanaman euphorbia. Selain itu dalam pembudidayaannya, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah penempatan tanaman yang tepat, seperti ditempatkan ditempat yang
teduh dengan penyinaran cahaya matahari yang baik. Dengan ini, Euphorbia akan tumbuh
dengan baik karena penyinaran yang cukup. Penyiraman Euphorbia juga harus diperhatikan.
Euphorbia hanya membutuhkan air yang sedikit untuk pertumbuhannya. Dengan media
tanam yang benar, Euphorbia akan tumbuh dengan sangat baik.

5.2 Saran
Dalam pembudidayaan Euphorbia, lebih baik tumbuhan ditempatkan di tempat yang
penyinaran cahaya mataharinya cukup serta pemberian media tanam yang benar dan tepat.
Pemberian air juga jangan banyak sehingga Euphorbia dapat tumbuh dengan baik. Selain itu
dalam pemotongan stek dianjurkan untuk menggunakan pisau yang tajam dan steril.

Daftar Pustaka :
Dwi, I. (2017). Laporan_Euphorbia. Retrieved 2020, from www.scribd.com:
https://www.scribd.com/document/360358821/Laporan-Euphorbia-docx

KUMALA, I. R. (2010). BUDIDAYA TANAMAN HIAS EUPHORBIA (Euphorbia Milii). Retrieved 2020, from
eprints.uns.ac.id: https://eprints.uns.ac.id/310/1/158052408201011251.pdf

orchidaceae_rz. (2012). Euphorbia. Retrieved 2020, from www.scribd.com:


https://www.scribd.com/doc/105587690/Euphorbia

Putri, I. S. (2019). Laporan Euphorbia. Retrieved 2020, from www.academia.edu:


https://www.academia.edu/12110111/Laporan_Euphorbia

Risa. (2007). Euphorbia. Retrieved 2020, from www.bbpp-lembang.info: http://www.bbpp-


lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/544-euphorbia

SARI, P. (2008). RESPON PERTUMBUHAN STEK TANAMAN Euphorbia . Retrieved 2020, from
repository.um-palembang.ac.id: http://repository.um-
palembang.ac.id/id/eprint/1043/1/SKRIPSI855-1705245541.pdf

Anda mungkin juga menyukai