MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Botani Ekonomi
Yangdibimbing oleh Dr. Murni Sapta Sari, M. Si
dan Yunita Rakhmawati, S.Gz., M.Kes
Oleh :
JURUSAN BIOLOGI
September 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui morfologi dan anatomi bunga Asoka.
2. Untuk mengetahui kandungan dan manfaat senyawa yang terkandung dalam bunga
Asoka.
3. Untuk mengetahui manfaat bunga Asoka.
4. Untuk mengetahui persebaran dan habitat bunga Asoka.
5. Untuk mengetahui cara uji zat aktif kandungan bunga Asoka.
6. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan dengan bahan bunga Asoka.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Morfologi dan Anatomi Bunga Asoka
Kingdom : Plante
Subkingdom : Tracheobionata
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Ixora
Spesies : Ixora cocine
Penelitian yang dilakukan oleh Saha et al. (2008) , yang mengungkapkan bahwa
ekstrak metanol dari bunga soka (Ixora coccinea L) memiliki kandungan flavonoid,
saponin, tanin, alkaloid dan steroid. Menurut Nuria et al.(2009), senyawa-senyawa
tersebut dapat berfungsi sebagai antibakteri. Bunga soka mengandung senyawa
antibakteri dan dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan luka dan diare.
Kandungan pada Bungan Asoka yakni:
1. Senyawa flavonoid bersifat lipofilik yang akan merusak membran bakteri. Flavonoid
bekerja sebagai antibakteri membentuk senyawa kompleks dengan protein
ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti
dengan keluarnya senyawa intraseluler (Nuria dkk., 2009).
2. Senyawa saponin berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu stabilitas
membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri lisis dan menyebabkan
keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam
nukleat dan nukleotida (Ganiswara, 1995).
3. Senyawa tanin merupakan antibakteri yang mampu mengerutkan dinding sel bakteri
sehingga dapat mengganggu permeabilitas sel yang dapat menyebabkan sel tersebut
tidak dapat melakukan aktifitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat sehingga
bakteri mati (Maliana et al. 2013).
4. Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara mengganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (Munira dkk., 2016).
5. Senyawa terpenoid bersifat mudah larut dalam lipid yang mengakibatkan senyawa
terpenoid lebih mudah menembusdinding sel bakteri baik pada bakteri Gram positif
maupun Gram negative (Rosyidah dkk., 2010). Terpenoid dapat menyebabkan
terjadinya lisis pada sel bakteri dengan mengikat protein, lipid, dan atau karbohidrat
yang terdapat pada membran sel (Harbone, 2006).
2.3 Manfaat
Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman, di antaranya tanaman hias yang
memiliki fungsi dan khasiat ganda yang belum dimanfaatkan secara optimal. Tanaman
tersebut dapat dikonsumsi dan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat untuk
beberapa penyakit (Mursito, 2011). Salah satu tanaman hias yang berfungsi sebagai
tanaman obat adalah soka (Ixora coccinea L). Tanaman soka digunakan sebagai obat
disentri, sedangkan kulit batang dan akarnya berkhasiat sebagai obat luka (Frida, 2008).
Salah satu penyebab infeksi pada luka adalah bakteri Staphylococcus aureus (Darmadi,
2008). Selain itu tanaman sokadapat juga berkhasiat sebagai obat diare (Faten dkk.,
2003). Salah satu penyebab diare adalah infeksi Escherichia coli.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh para ahli, esktrak bunga
soka memiliki kemampuan daya hambat yang lebih besar terhadap bakteri Gram positif
(S. aureus) dibandingkan terhadap bakteri Gram negatif (E.coli). Menurut Tortora et al.
(2007) , hal ini disebabkan bakteri Gram positif memiliki kandungan peptidoglikan yang
tebal, lipid yang rendah, dan tidak memiliki lipoprotein dan lipopolisakarida. Sedangkan
bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipid yang tinggi, lipoprotein, lipopolisakarida,
dan peptidoglikan yang tipis. Lipid, lipoprotein, dan lipopolisakarida berfungsi untuk
mempertahankan permeabilitas sel dari zat kimia lain sehingga dapat menahan dan
memperlambat masuknya antibakteri ke dalam sel. akar bunga asoka sebagai jamu untuk
mengobati penyakit desentri. Selain itu kulit batangnya pun banyak digunakan sebagai
obat luar untuk mengobati luka yang masih baru(Hidayat & Napitupulu, 2015).
1. Bagi yang sedang hamil dan menyusui , tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi.
2. Bagi anak-anak dianjurkan tidak mengkonsumsi secara berlebihan atau untuk
pengkonsumsian lebih baik berkonsultasi dengan herbalis terlebih dahulu.
2.4 Habitat dan Pesebaran
Bunga soka hidup di daerah dengan iklim tropis.Menurut Carl Linnaeus tanaman
asoka ini berasal dari Jawa, akan tetapi banyak tumbuh subur di Indonesia, Thailand,
Malaysia, Laos dan Vietnam, banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias ,termasuk ke
dalam suku Fabaceae dengan ketinggian tanaman mencapai 20 m, tidak menggugurkan
daun dengan panjang daun antara 15 – 25 cm yang terdiri dari 3 – 6 pasang , bunga
beraroma wangi khususnya pada malam hari , berwarna oranye dan tumbuh subur di
pinggiran sungai mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 900 m di atas permukaan
laut (LIPI, 2018).
Selain itu juga ada dugaan kuat mengenai asal usul tanaman ini lebih cenderung
kepada negara India dan China, dimana di dua negera tersebut memiliki beragam jenis
tanaman Soka. Penyebaran tanaman Soka ke seluruh wilayah negara bisa jadi tidak
terlepas dari peran para pendeta beragama Hindu yang membawanya kemana dia pergi.
Termasuk salah satunya ke negara kita. Perlu diketahui pula bahwa ini ada hubungannya
dengan kepercayaan umat Hindu terhadap bunga Soka dimana bunga ini merupakan
simbol hidup bersuka hati, sehingga sering digunakan sesaji untuk persembahan dewa
Siwa dan Wisnu.
2.5 Uji Zat Aktif
Menurut Munira dkk. (2016), hasil uji fitokimia ekstrak etanol bunga soka
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Untuk itu dilakukan ujia
zat aktif bunga soka.
a. Uji Kandungan Alkaloid
1. Ditimbang 500 mg serbuk simplisia
2. Ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan 9 mL aquadest
3. Dipanaskan di atas tangas air selama 2 menit, lalu didinginkan dan disaring
4. Dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji, ditambahkan 2 tetes larutan
Bouchardat. Jika teradapa endapan berwarna cokelat sampai hitam, maka
serbuk mengandung alkaloid
5. Ditambahkan 2 tetes larutan Mayer. Jika terbentik endapan menggumpal
berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol P, maka serbuk
menganduk alkaloid.
b. Uji Kandungan Saponin
1. Dimasukkan 0,5 g serbuk ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 10 mL air panas lalu dinginkan dan dikocok kuat-kuat selama
10 detik
*jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1 mL sediaan,
tambahkan 10 mL air dan kocok kuat-kuat selama 10 menit.
*terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1
cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak
hilang.
c. Uji Kandungan Tanin
Sejumlah 200 mg ekstrak kental dilarutkan dalam 5 mL air suling panas dan diaduk.
Setelah dingin disentrifugasi dan bagian cairan didekantisir dan diberi larutan NaCl
10% kemudian disaring. Filtrat sebanyak masing-masing 1 mL dikerjakan sebagai
berikut:
1. Tambahkan 3 mL larutan gelatin 10% dan diperhatikan endapannya
2. Tambahkan 2 tetes larutan FeCl3 dan diperhatikan terjadinya perubahan
warna menjadi hijau violet
3. Ditambahkan 3 mL larutan NaCl-gelatin (gelatin 1% dalam larutan NaCl
10%) dan diperhatikan adanya endapan
d. Uji Kandungan Flavonoid
Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa atau sisa kering 10 mL sediaan berbentuk cairan,
dengan 10 mL metanol P, menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit. Saring
panas melalui kertas saring kencil berlipat, encerkan filtrat dengan 10 mL air. Setelah
dingin tambahkan 5 mL eter minyak tanah P, kocok hati-hati diamkan. Ambil lapisan
metanil, uapkan pada suhu 400 dibawah tekana. Sisa dilarutkan dalam 5 mL etil
asetat P, saring.
1. Uapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 mL
sampai 2 mL etanol (95%) P, tambahkan 0,5 g serbuk seng P dan 2 mL asam
klorida 2 N, diamkan selama 1 menit. Tambhkan 10 tetes asam klorida pekat
P, jika dalam waktu 2 menit sampai 5 menit terjadi warna merah intensif,
menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol)
2. Uapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 mL
etanol (95%) P, tambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 tetes asam
klorida P, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungun, menunjukkan
adanya flavonoid. Jika terjadi warna kunging jingga, menunjukkan adanya
flavon, kalkon, dan auron
3. Uapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, basahkan sisa dengan aseton
P, tambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus oksalat P,
tambahkan sedikit serbuk halus oksalay P, panaskan hati-hati di atas tangas
air dan hindari pemanasan yang berlebihan. Campur sisa yang diperoleh
dengan 10 mL eter P. Amati dengan sinar UV 366 nm, larutan berfluorosensi
kuning intensif, menunjukkan adanya flavonoid (Malik dkk., 2015).
2.6 Produk
Tanaman soka dapat berkhasiat mengobati disentri, diare, dan luka. Penelitian
menunjukkan ada pengaruh ekstrak etanol bunga soka dalam menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Munira dkk., 2016) yang berarti tanaman
soka berpotensi sebagai antibakteri. Oleh karena itu kami ingin membuat antiseptik, yakni
hand sanitizer.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Alat : Bahan :
1. Alat Rotavapor 1. Bunga Asoka
2. Neraca Analitik 2. Metanol
3. Wadah maserasi
3. Aquadest
4. Saringan ampas
4. Asam Klorida 2N
5. Tampah untuk pengeringan
5. Larutan Bouchardat
6. Tangas air
6. Larutan mayer
7. Kaca Arloji
8. Kertas saring 7. Metanol P
Dipanaskan di atas tangas air selama 2 menit, lalu didinginkan dan disaring
Ditambahkan 2 tetes larutan Bouchardat (Jika terdapat endapan berwarna cokelat sampai
hitam, maka serbuk mengandung alkaloid)
Ditambahkan 2 tetes larutan Mayer (Jika terbentuk endapan menggumpal berwarna putih
atau kuning yang larut dalam metanol P, maka sebuk mengandung alkaloid)
b. Uji Flavonoid
Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa atau sisa kering 10 mL sediaan berbentuk cairan, dengan
10 mL metanol P, menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit
Disaring panas melalui kertas saring kecil berlipat, lalu diencerkan filtrat dengan 10 mL
air
Setelah dingin ditambahkan 5 mL eter minyak tanah P, dikocok hati-hati dan didiamkan.
Didiamkan selama 1 menit, kemudian ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat P, (jika
dalam waktu 2 menit sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan adanya
flavonoid (glikosida-3-flavonol)).
c. Uji Saponin
Dimasukkan 0,5 g serbuk kedalam tabung reaksi
Jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, diencerkan 1 mL sediaan, lalu ditambahkan 10
mL air dan dikocok kuat-kuat selama 10 menit,
Akan terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm
sampai 10 cm.
d. Uji Tanin
Sebanyak 200 mg ekstrak kental dilarutkan dalam 5 mL air suling panas dan diaduk
Setelah dingin disentrifugasi dan bagian cairan didekantisir kemudian diberi larutan NaCl
10% lalu disaring.
Faten MM, Zedan, ZI. 2003. Comparative Antimicrobial Activities of Different Species of
Ixora. Journal of Pharmacognosy and Phythochemistry. 3(6): 103-105.
Frida N. 2008. Budi Daya Tanaman Soka. Semarang: CV. Ghyyyas Putra.
Harbone BJ. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Jambu Air (Syzygium aqueum) Terhadap
Bakteri Isolat Klinis. e-Journal Penelitan Pendidikan IPA. 2006; 1(2): 2407-795X.
Hidayat, Syamsul & Napitupulu, Rodame M. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta Timur:
Penebar Swadaya
Malik, abd., Edward, Ferawati., Waris, Risda. Skrining Fitokimia dan Penetapan Kandungan
Flavonoid Total Ekstrak Metanolik Herba Boroco (Celosia argentea L.).
Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Universitas Muslim Indonesia. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia. 2015; Vol 1 No.1.
Munira, Maisarah, Riska, dan Nasir, Muhammad. 2016. Potensi Antibakteri Ekstrak Bunga
Soka (Ixora Coccinea L) Terhadap Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli
(Potency anti-bacterial of soka flower extract (lxora coccinea L) to staphylococcus
aureus and escherichia coli.Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal1(2): 130-134
Rosyidah K, Nurmuhaimina, Komari MD, & Astuti. Aktivitas Antibakteri Fraksi Saponin
dari Kulit Batang Tumbuhan Kasturi Mangiferacasturi. Bioscientiae. 2010; 7 (2):
25-31.
Saha, M. R., Alam, Ashraful., Akte, R., Jahangir, R. In-vitro free radical scavenging activity
of Ixora coccinea L. Bangladesh J Pharmacol. 2008; 3: 90-96. 7.
Santoso, U dan Fatimah, N. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Malang: UMM Press.
Tortora GJ, Funke BR, Case CL. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mikania
(Mikania micrantha) Terhadap Bakteri Salmonella Escherichia coli, dan
Staphylococcus aureus. Grahatani. 1(3):1-12