Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN TUMBUHAN ASOKA (Ixora cocineae)

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Botani Ekonomi
Yangdibimbing oleh Dr. Murni Sapta Sari, M. Si
dan Yunita Rakhmawati, S.Gz., M.Kes

Oleh :

Kelompok 9 / Pangan 2017

1. Alfia Nur Laili (170342615505)


2. Fransisca Puspitasari (170342615530)
3. Mita Berliana (170342615544)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

September 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Asoka merah (Ixora cocineae) merupakan tanaman hias yang cukup populer
dikalangan hobi tananam hias. Selain unik, bentuk dan jenisnya pun beragam. Ada
yang asli berasal dari dalam negeri yaitu asoka jawa (Ixorajavanica), selain
macamnya yang beragam, tanaman hias ini mempunyai multifungsi. Artinya tidak
hanya untuk tanaman indoor saja namun juga bisa untuk tanaman autdoor terutama untuk
pembatasan pagar, maupun untuk mengisi sudut rumah. Jenis-jenis asoka terbagi dalam
dua macam yaitu asoka biasa dan asoka hibrida. Yang tergolong asoka biasa
diantaranya : ixora coccinea, ixora lutea, ixora fulgen, ixora morcothyrsa, ixora
american, ixora pitsanulokedandan asoka bangkok.Bunga asoka banyak sekali jenisnya,
ada yang merah cerah dan warnah coklat kemerah. Bunga asoka termasuk bunga
berbatang kayu yang keras sehingga dengan mudah kita dapat membudidayakannya
(Mursito,2011).
Di kalangan masyarakat, tanaman soka sering dijadikan sebagai tanaman hias.
Para penghobi tanaman hias sering menempatkannya di taman-taman sebagai tanaman
outdoor karena memang hakekatnya soka hidup di tempat terbuka, walaupun bisa juga
difungsikan sebagai tanaman hias dalam ruangan (indoor). Selain itu, rumpun bunga soka
sering digunakan oleh sebagian masyarakat untuk bunga tabur. Sebagai bunga tabur, bunga
soka sering dicampur dengan bunga mawar, bunga melati, bunga kenanga, bunga kanthil,
dsb. Bunga tabur merupakan bunga yang dipakai oleh sebagian masyarakat untuk ditaburkan
di tempat-tempat tertentu, misalnya di makam atau untuk kegiatan ritual tertentu. Ternyata
kebutuhan bunga soka untuk kegiatan-kegiatan tersebut relatif tinggi. Sementara itu
pasokannya tidak seimbang. Hal itu disebabkan para pengepul bunga soka harus berkeliling
ke berbagai desa untuk mencari bunga tersebut dari rumah ke rumah. Belum banyak orang
yang mengebunkan bunga ini secara khusus sebagai tanaman holtikultura(Mursito, 2011).
Tanaman ini yang memiliki fungsi dan khasiat ganda yang belum dimanfaatkan
secara optimal. Tanaman bunga asoka ini dapat dikonsumsi dan juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan obat untuk beberapa penyakit. Salah satu jenis tanaman hias ini berfungsi juga
sebagai tanaman obat. Tanaman soka digunakan sebagai obat disentri, sedangkan kulit batang
dan akarnya berkhasiat sebagai obat luka. Salah satu penyebab infeksi pada luka adalah
bakteri Staphylococcus aureus. Selain itu tanaman soka dapat juga berkhasiat sebagai obat
diare. Salah satu penyebab diare adalah infeksi Escherichia coli. Sebelumnya telah dilakukan
penelitian oleh Saha et al., yang mengungkapkan bahwa ekstrak metanol dari bunga soka
(Ixora coccinea L) memiliki kandungan flavonoid, saponin, tanin, alkaloid dan steroid.
Menurut Nuria et al., senyawa-senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antibakteri.
Penelitian terkait penggunaan bunga soka sebagai antibakteri masih jarang dilakukan.
Mengingat bunga soka mengandung senyawa antibakteri dan dapat digunakan sebagai obat
untuk menyembuhkan luka dan diare oleh sebab itu maka perlu dilakukan penelitian
mengenai uji antibakteri ekstrak etanol bunga soka (Ixora coccinea L) dalam menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi ekstrak bunga soka dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli (Munira,dkk;2016).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimanakah morfologi dan anatomi dari bunga Asoka?
2. Apa sajakah kandungan dan manfaat dari senyawa yang terkandung dalam bunga
Asoka?
3. Apakah manfaat bunga Asoka?
4. Bagaimana persebaran dan habitat bunga Asoka?
5. Bagaimana uji zat aktif kandungan bunga Asoka?
6. Apakah produk yang akan dibuat dengan bahan bunga Asoka?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui morfologi dan anatomi bunga Asoka.
2. Untuk mengetahui kandungan dan manfaat senyawa yang terkandung dalam bunga
Asoka.
3. Untuk mengetahui manfaat bunga Asoka.
4. Untuk mengetahui persebaran dan habitat bunga Asoka.
5. Untuk mengetahui cara uji zat aktif kandungan bunga Asoka.
6. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan dengan bahan bunga Asoka.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Morfologi dan Anatomi Bunga Asoka

Klasifikasi ilmiah tanaman asoka merah (Ixora cocineae)menurut (Tjitrosomo, 2007):

Kingdom : Plante
Subkingdom : Tracheobionata
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Ixora
Spesies : Ixora cocine

Tanaman Asoka Merah (http//www.petanibunga.com/2010)

Deskripsi tanaman asoka (Jurnal Asia, 2015):

Habitus : Perdu, tinggi 1-4 m


Batang : tegak, pohon berkayu bulat, sistem percabangansimpodial, bewarna putih
kotor.
Daun : tunggal, saling berhadapan, lonjong dengan pangkal meruncing, tepi rata,
ujung runcing, pertulangan menyirip, panjang 3,7 cm, lebar 3,5 cm, hijau.
Bunga : majemuk, bunga lengkap, berkelamin dua, kelopak serupa corong, benang
sari empat, panjang 0,5 cm, kepala sari melekat pada mahkota. Bewarna
merah muda, merah terang hingga oranye.
Kelopak : kelopak berwarna kuning ketika masih muda, setelah itu menjadi orange
dan semakin tua akan berubah menjadi merah.
Akar : Bersifat tunggang dengan warna kecoklatan.
Tanaman: ukuran kecil dan hijau yang memiliki kulit cokelat halus danabu-abu,
memiliki auster yang menempel erat pada setiap cabang dan ranting.

Tanaman Asoka ialah tanaman


yang membutuhkan penyinaran matahari
penuh untuk merangsang pembungaan.
Meskipun jenisnya cukup beragam, secara
bentuk morfologis tanaman terutama bagian
bunganya tidak berbeda jauh yang tersusun
dari beberapa bunga kecil dengan masing-
masing memiliki empat petal mahkota
dalam satu tangkai mirip payung terbuka.
Bunga asoka yang masih kuncup mirip
jarum sehingga akan terkesan gundukan
jarum berwarna merah disaat belum mekar.
Warna kelopak bunga ada yang merah,
merah muda, ungu, putih dan kuning. Di
Indonesia jumlah asoka yang berwarna
merah lebih banyak jumlahnya
dibandingkan lainnya. Berbeda dengan
(Bandre&Kumar, 2010)
bentuk bunganya, penampilan batang dan
daun bunga asoka bisa bermacam-macam. Ada yang lebar, ada yang sempit, ada juga
yang medium tergantung asalnya. Asoka jawa lebih condong berdaun lebar dengan
tanda bunga ramping dan kuntum bunganya berwarna merah (Santoso, 2003).

2.2 Zat Aktif / Senyawa pada Bunga Asoka

Penelitian yang dilakukan oleh Saha et al. (2008) , yang mengungkapkan bahwa
ekstrak metanol dari bunga soka (Ixora coccinea L) memiliki kandungan flavonoid,
saponin, tanin, alkaloid dan steroid. Menurut Nuria et al.(2009), senyawa-senyawa
tersebut dapat berfungsi sebagai antibakteri. Bunga soka mengandung senyawa
antibakteri dan dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan luka dan diare.
Kandungan pada Bungan Asoka yakni:

1. Senyawa flavonoid bersifat lipofilik yang akan merusak membran bakteri. Flavonoid
bekerja sebagai antibakteri membentuk senyawa kompleks dengan protein
ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti
dengan keluarnya senyawa intraseluler (Nuria dkk., 2009).
2. Senyawa saponin berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu stabilitas
membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri lisis dan menyebabkan
keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam
nukleat dan nukleotida (Ganiswara, 1995).
3. Senyawa tanin merupakan antibakteri yang mampu mengerutkan dinding sel bakteri
sehingga dapat mengganggu permeabilitas sel yang dapat menyebabkan sel tersebut
tidak dapat melakukan aktifitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat sehingga
bakteri mati (Maliana et al. 2013).
4. Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara mengganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (Munira dkk., 2016).
5. Senyawa terpenoid bersifat mudah larut dalam lipid yang mengakibatkan senyawa
terpenoid lebih mudah menembusdinding sel bakteri baik pada bakteri Gram positif
maupun Gram negative (Rosyidah dkk., 2010). Terpenoid dapat menyebabkan
terjadinya lisis pada sel bakteri dengan mengikat protein, lipid, dan atau karbohidrat
yang terdapat pada membran sel (Harbone, 2006).
2.3 Manfaat

Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman, di antaranya tanaman hias yang
memiliki fungsi dan khasiat ganda yang belum dimanfaatkan secara optimal. Tanaman
tersebut dapat dikonsumsi dan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat untuk
beberapa penyakit (Mursito, 2011). Salah satu tanaman hias yang berfungsi sebagai
tanaman obat adalah soka (Ixora coccinea L). Tanaman soka digunakan sebagai obat
disentri, sedangkan kulit batang dan akarnya berkhasiat sebagai obat luka (Frida, 2008).
Salah satu penyebab infeksi pada luka adalah bakteri Staphylococcus aureus (Darmadi,
2008). Selain itu tanaman sokadapat juga berkhasiat sebagai obat diare (Faten dkk.,
2003). Salah satu penyebab diare adalah infeksi Escherichia coli.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh para ahli, esktrak bunga
soka memiliki kemampuan daya hambat yang lebih besar terhadap bakteri Gram positif
(S. aureus) dibandingkan terhadap bakteri Gram negatif (E.coli). Menurut Tortora et al.
(2007) , hal ini disebabkan bakteri Gram positif memiliki kandungan peptidoglikan yang
tebal, lipid yang rendah, dan tidak memiliki lipoprotein dan lipopolisakarida. Sedangkan
bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipid yang tinggi, lipoprotein, lipopolisakarida,
dan peptidoglikan yang tipis. Lipid, lipoprotein, dan lipopolisakarida berfungsi untuk
mempertahankan permeabilitas sel dari zat kimia lain sehingga dapat menahan dan
memperlambat masuknya antibakteri ke dalam sel. akar bunga asoka sebagai jamu untuk
mengobati penyakit desentri. Selain itu kulit batangnya pun banyak digunakan sebagai
obat luar untuk mengobati luka yang masih baru(Hidayat & Napitupulu, 2015).

Kontraindikasi (Hidayat & Napitupulu, 2015):

1. Bagi yang sedang hamil dan menyusui , tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi.
2. Bagi anak-anak dianjurkan tidak mengkonsumsi secara berlebihan atau untuk
pengkonsumsian lebih baik berkonsultasi dengan herbalis terlebih dahulu.
2.4 Habitat dan Pesebaran
Bunga soka hidup di daerah dengan iklim tropis.Menurut Carl Linnaeus tanaman
asoka ini berasal dari Jawa, akan tetapi banyak tumbuh subur di Indonesia, Thailand,
Malaysia, Laos dan Vietnam, banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias ,termasuk ke
dalam suku Fabaceae dengan ketinggian tanaman mencapai 20 m, tidak menggugurkan
daun dengan panjang daun antara 15 – 25 cm yang terdiri dari 3 – 6 pasang , bunga
beraroma wangi khususnya pada malam hari , berwarna oranye dan tumbuh subur di
pinggiran sungai mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 900 m di atas permukaan
laut (LIPI, 2018).
Selain itu juga ada dugaan kuat mengenai asal usul tanaman ini lebih cenderung
kepada negara India dan China, dimana di dua negera tersebut memiliki beragam jenis
tanaman Soka. Penyebaran tanaman Soka ke seluruh wilayah negara bisa jadi tidak
terlepas dari peran para pendeta beragama Hindu yang membawanya kemana dia pergi.
Termasuk salah satunya ke negara kita. Perlu diketahui pula bahwa ini ada hubungannya
dengan kepercayaan umat Hindu terhadap bunga Soka dimana bunga ini merupakan
simbol hidup bersuka hati, sehingga sering digunakan sesaji untuk persembahan dewa
Siwa dan Wisnu.
2.5 Uji Zat Aktif
Menurut Munira dkk. (2016), hasil uji fitokimia ekstrak etanol bunga soka
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Untuk itu dilakukan ujia
zat aktif bunga soka.
a. Uji Kandungan Alkaloid
1. Ditimbang 500 mg serbuk simplisia
2. Ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan 9 mL aquadest
3. Dipanaskan di atas tangas air selama 2 menit, lalu didinginkan dan disaring
4. Dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji, ditambahkan 2 tetes larutan
Bouchardat. Jika teradapa endapan berwarna cokelat sampai hitam, maka
serbuk mengandung alkaloid
5. Ditambahkan 2 tetes larutan Mayer. Jika terbentik endapan menggumpal
berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol P, maka serbuk
menganduk alkaloid.
b. Uji Kandungan Saponin
1. Dimasukkan 0,5 g serbuk ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 10 mL air panas lalu dinginkan dan dikocok kuat-kuat selama
10 detik
*jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1 mL sediaan,
tambahkan 10 mL air dan kocok kuat-kuat selama 10 menit.
*terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1
cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak
hilang.
c. Uji Kandungan Tanin
Sejumlah 200 mg ekstrak kental dilarutkan dalam 5 mL air suling panas dan diaduk.
Setelah dingin disentrifugasi dan bagian cairan didekantisir dan diberi larutan NaCl
10% kemudian disaring. Filtrat sebanyak masing-masing 1 mL dikerjakan sebagai
berikut:
1. Tambahkan 3 mL larutan gelatin 10% dan diperhatikan endapannya
2. Tambahkan 2 tetes larutan FeCl3 dan diperhatikan terjadinya perubahan
warna menjadi hijau violet
3. Ditambahkan 3 mL larutan NaCl-gelatin (gelatin 1% dalam larutan NaCl
10%) dan diperhatikan adanya endapan
d. Uji Kandungan Flavonoid
Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa atau sisa kering 10 mL sediaan berbentuk cairan,
dengan 10 mL metanol P, menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit. Saring
panas melalui kertas saring kencil berlipat, encerkan filtrat dengan 10 mL air. Setelah
dingin tambahkan 5 mL eter minyak tanah P, kocok hati-hati diamkan. Ambil lapisan
metanil, uapkan pada suhu 400 dibawah tekana. Sisa dilarutkan dalam 5 mL etil
asetat P, saring.
1. Uapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 mL
sampai 2 mL etanol (95%) P, tambahkan 0,5 g serbuk seng P dan 2 mL asam
klorida 2 N, diamkan selama 1 menit. Tambhkan 10 tetes asam klorida pekat
P, jika dalam waktu 2 menit sampai 5 menit terjadi warna merah intensif,
menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol)
2. Uapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 mL
etanol (95%) P, tambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 tetes asam
klorida P, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungun, menunjukkan
adanya flavonoid. Jika terjadi warna kunging jingga, menunjukkan adanya
flavon, kalkon, dan auron
3. Uapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, basahkan sisa dengan aseton
P, tambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus oksalat P,
tambahkan sedikit serbuk halus oksalay P, panaskan hati-hati di atas tangas
air dan hindari pemanasan yang berlebihan. Campur sisa yang diperoleh
dengan 10 mL eter P. Amati dengan sinar UV 366 nm, larutan berfluorosensi
kuning intensif, menunjukkan adanya flavonoid (Malik dkk., 2015).
2.6 Produk
Tanaman soka dapat berkhasiat mengobati disentri, diare, dan luka. Penelitian
menunjukkan ada pengaruh ekstrak etanol bunga soka dalam menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Munira dkk., 2016) yang berarti tanaman
soka berpotensi sebagai antibakteri. Oleh karena itu kami ingin membuat antiseptik, yakni
hand sanitizer.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Alat : Bahan :
1. Alat Rotavapor 1. Bunga Asoka
2. Neraca Analitik 2. Metanol
3. Wadah maserasi
3. Aquadest
4. Saringan ampas
4. Asam Klorida 2N
5. Tampah untuk pengeringan
5. Larutan Bouchardat
6. Tangas air
6. Larutan mayer
7. Kaca Arloji
8. Kertas saring 7. Metanol P

9. Mortar 8. Eter minyak tanah P


9. Etil asetat P
10. Etanol
11. Serbuk seng P
12. Larutan NaCl 10%
13. Larutan gelatin 10%
14. Larutan FeCl3

3.2 PROSEDUR PENELITIAN


3.2.1. Pengolahan Sampel
Bahan penelitian berupa herba, kemudian dibersihkan dengan air mengalir hingga bersih, lalu
dikeringkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, setelah itu dirajang dan
diserbukkan.

3.2.2. Metode Esktraksi


Serbuk simplisia ditimbang 300 gram kemudian dimasukkan dalam wadah maserasi. Cairan
pengekstraksi metanol sebanyak 1 L dimasukkan kedalam wadah maserasi, biarkan beberapa
jam kemudian tambahkan 1 L metanol hingga seluruh serbuk sampel terendam, lalu ditutup
rapat. Wadah maserasi disimpan pada tempat yang terlindungi dari cahaya matahari langsung
selama 5 hari sambil dilakukan pengadukan sesering mungkin. Campuran kemudian disaring
dan ampasnya direndam lagi dengan cairan penyari yang baru. Proses penyarian selanjutnya
dilakukan sebanyak 4 kali dengan metanol setiap kali sebanyak 2 L. Ekstrak cair
dikumpulkan kemudian dipekatkan dengan menggunakan alat Rotavapor hingga diperoleh
ekstrak metanol kental.

3.2.3. Skrining Fitokimia


a. Uji Alkaloid

Ditimbang 500 mg serbuk simplisia,

Ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan 9 mL aquadest

Dipanaskan di atas tangas air selama 2 menit

Dipanaskan di atas tangas air selama 2 menit, lalu didinginkan dan disaring

Dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji

Ditambahkan 2 tetes larutan Bouchardat (Jika terdapat endapan berwarna cokelat sampai
hitam, maka serbuk mengandung alkaloid)

Ditambahkan 2 tetes larutan Mayer (Jika terbentuk endapan menggumpal berwarna putih
atau kuning yang larut dalam metanol P, maka sebuk mengandung alkaloid)

b. Uji Flavonoid

Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa atau sisa kering 10 mL sediaan berbentuk cairan, dengan
10 mL metanol P, menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit

Disaring panas melalui kertas saring kecil berlipat, lalu diencerkan filtrat dengan 10 mL
air

Setelah dingin ditambahkan 5 mL eter minyak tanah P, dikocok hati-hati dan didiamkan.

Diambil lapisan metanol, diuapkan pada suhu 40˚ dibawah tekanan

Sisa dilarutkan dalam 5 mL etil asetat P, lalu disaring

Diuapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 mL sampai 2


mL etanol (95%) P
Ditambahkan 0,5 g serbuk seng P dan 2 mL asam klorida 2 N

Didiamkan selama 1 menit, kemudian ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat P, (jika
dalam waktu 2 menit sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan adanya
flavonoid (glikosida-3-flavonol)).

c. Uji Saponin
Dimasukkan 0,5 g serbuk kedalam tabung reaksi

Ditambahkan 10 mL air panas, dinginkan dan kocok kuat-kuat selama 10 detik

Jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, diencerkan 1 mL sediaan, lalu ditambahkan 10
mL air dan dikocok kuat-kuat selama 10 menit,

Akan terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm
sampai 10 cm.

Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.

d. Uji Tanin
Sebanyak 200 mg ekstrak kental dilarutkan dalam 5 mL air suling panas dan diaduk

Setelah dingin disentrifugasi dan bagian cairan didekantisir kemudian diberi larutan NaCl
10% lalu disaring.

Filtrat sebanyak masing-masing 1 mL dikerjakan sebagai berikut ;


a. Ditambahkan 3 ml larutan gelatin 10% dan diperhatikan endapannya.
b. Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3, dan diperhatikan terjadinya perubahan warna
menjadi hijau violet.
c. Ditambahkan 3 mL larutan NaCl-gelatin (gelatin 1% dalam larutan NaCl 10%) dan
diperhatikan adanya endapan.
DAFTAR PUSTAKA
Bendre, Ashok & Kumar, Ashok. 2010. Text Book of Practical Botany II. New Delhi: Capital
Offset Press.

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomialː Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba


Medika.

Faten MM, Zedan, ZI. 2003. Comparative Antimicrobial Activities of Different Species of
Ixora. Journal of Pharmacognosy and Phythochemistry. 3(6): 103-105.

Frida N. 2008. Budi Daya Tanaman Soka. Semarang: CV. Ghyyyas Putra.

Ganiswara, G. S. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Bagian Farmakologi; 199

Harbone BJ. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Jambu Air (Syzygium aqueum) Terhadap
Bakteri Isolat Klinis. e-Journal Penelitan Pendidikan IPA. 2006; 1(2): 2407-795X.

Harian Jurnal Asia. 2015. Bunga Asoka. www.jurnalasia.id

Hidayat, Syamsul & Napitupulu, Rodame M. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta Timur:
Penebar Swadaya

LIPI. 2018. Bunga Asoka (Saraca indica L.). (Online) (http://krbogor.lipi.go.id/id/Bunga--


Asoka-Saraca-indica-L) diakses 25 September 2019

Maliana Y, Khotimah S, Diba, F. Aktivitas Antibakteri Kulit Garcinia mangostana Linn.


Terhadap Pertumbuhan Flavobacterium dan Enterobacter Dari Coptotermes
curvignathus Holmgren. Protobiont. 2013; 2 (1): 7 – 11.

Malik, abd., Edward, Ferawati., Waris, Risda. Skrining Fitokimia dan Penetapan Kandungan
Flavonoid Total Ekstrak Metanolik Herba Boroco (Celosia argentea L.).
Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Universitas Muslim Indonesia. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia. 2015; Vol 1 No.1.

Munira, Maisarah, Riska, dan Nasir, Muhammad. 2016. Potensi Antibakteri Ekstrak Bunga
Soka (Ixora Coccinea L) Terhadap Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli
(Potency anti-bacterial of soka flower extract (lxora coccinea L) to staphylococcus
aureus and escherichia coli.Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal1(2): 130-134

Mursito B. Prihmantoro, H. 2011. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar


Swadaya.
Nuria MC, Arvin F, Sumantri. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar
(Jatropha curcas L) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923,
Escherichia coli ATCC 25922, Dan Salmonella typhi ATCC 1408. Ilmu-ilmu
Pengetahuan. 2009; 5 (2) : 26-37.

Rosyidah K, Nurmuhaimina, Komari MD, & Astuti. Aktivitas Antibakteri Fraksi Saponin
dari Kulit Batang Tumbuhan Kasturi Mangiferacasturi. Bioscientiae. 2010; 7 (2):
25-31.

Saha, M. R., Alam, Ashraful., Akte, R., Jahangir, R. In-vitro free radical scavenging activity
of Ixora coccinea L. Bangladesh J Pharmacol. 2008; 3: 90-96. 7.

Santoso, U dan Fatimah, N. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Malang: UMM Press.

Tjitrosoepomo. 2007. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press

Tortora GJ, Funke BR, Case CL. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mikania
(Mikania micrantha) Terhadap Bakteri Salmonella Escherichia coli, dan
Staphylococcus aureus. Grahatani. 1(3):1-12

Anda mungkin juga menyukai