Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN I

MORFOLOGI DAUN DAN BUNGA

Dosen Pengampu:

1. Dr. EVIKA SANDI SAFITRI,M.P.


2. RURI SITI RESMISARI,M.S

Asisten Laboratorium:

Isneini Sholika Rohma

Disusun Oleh:

Nama : Vivi Yenni Aryanti

NIM : 19620056

Kelas : Biologi B

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daun merupakan organ pada tumbuhan yang sangat penting keberadaannya dalam
menjalankan proses fisiologis dan biokimia sebagai sumber energi bagi makhluk hidup
lain termasuk manusia. Daun pada tumbuhan dapat dibedakan menurut morfologi, bentuk
dan berbagai sifat lainnya. Dilihat dari jumlah daun pada setiap tangkainya, daun
dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Dikatakan daun tunggal jika setiap
tangkai daun hanya diduduki oleh satu helai daun saja, sedangkan dikatakan daun
majemuk apabila setiap tangkai daun diduduki oleh lebih dari satu helai daun.

Selain daun, organ pada tumbuhan yang juga sangat penting keberadaannya yaitu
bunga, yang mana berfungsi sebagai alat perkembangbiakan pada sebagian spesies
tumbuhan. Bunga adalah struktur pembiakan pada tumbuhan berbunga, yaitu tumbuhan-
tumbuhan Magnoliophyta. Bunga mengandung organ-organ tumbuhan, dan fungsinya
ialah untuk menghasilkan biji-biji melalui pembiakan (Lakitan, 2010). Berdasarkan
jumlah bunga, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan berbunga tunggal (planta
uniflora) dan tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora). Berdasarkan letaknya,
bunga dibedakan menjadi bunga terminal jika letaknya berada di ujung cabang atau
batang, dan bunga aksilar apabila bunga terletak di ketiak daun (Allard, 2011).

Berdasarkan pada pemaparan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa di muka
bumi ini terdapat banyak sekali jenis dan spesies tumbuhan yang mana telah difirmankan
oleh Allah SWT. dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 yang berbunyi:

... ‫ْج‬ ْ ‫ت َواَ ْنبَت‬


ٍ ْ‫َت ِم ْن ُك ِّل زَ و‬
ٍ ‫ج بَ ِهي‬ ْ ‫ض هَا ِم َدةً فَإِ َذآ اَ ْن َز ْلنَا َعلَيِهَا ْال َمآ َء ا ْهتَ َّز‬
ْ َ‫ت َو َرب‬ َ ْ‫َوتَ َراأْل َر‬

Artinya: “…. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan
air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai
jenis pasang tetumbuhan yan indah.”

Mengingat banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya bentuk daun dan bunga, baik
tunggal maupun majemuk, maka perlu mempelajarinya bagaimana sajakah bentuk dan
pembagiannya. Sehingga melalui praktikum ini diharapkan dapar mempermudah
pemahaman kami (mahasiswa) terkait hal tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang melatarbelakangi dilaksanakannya praktikum morfologi
daun dan bunga ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah susunan morfologi pada daun tunggal?
2. Bagaimanakah susunan morfologi pada daun majemuk?
3. Bagaimanakah susunan morfologi pada bunga tunggal?
4. Bagaimanakah susunan morfologi pada bunga majemuk?
1.3. Tujuan Praktikum

Tujuan dari diadakannya praktikum morfologi daun dan bunga ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui susunan morfologi pada daun tunggal.


2. Untuk mengetahui susunan morfologi pada daun majemuk.
3. Untuk mengetahui susunan morfologi pada bunga tunggal.
4. Untuk mnegetahui susunan morfologi pada bunga majemuk.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Daun

Daun (leaf) pada kebanyakan tumbuhan vascular merupakan organ fotosintetik


utama, walaupun batang hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun sangat bervariasi
namun biasanya terdiri atas sebuah helaian (blade) pipih dengan satu tangkai daun
(petiole), yang menyambungkan daun ke batang pada nodus. Rumput dan kebanyakan
monokotil yang lain tidak memiliki tangkai daun; sebagai gantinya, dasar daun
membentuk seludang yang membungkus batang. Monokotil dan eudikotil berbeda dalam
susunan vena (vein) atau urat daun, jaringan vascular pada daun. Sebagian besar
monokotil memiliki urat daun utama yang parallel di sepanjang helaian daun. Eudikotil
biasanya memiliki jejaring urat daun utama yang bercabang-cabang (Campbell, 2012).

Daun adalah organ yang sangat penting bagi tumbuhan karena merupakan
apparatus yang berperan dalam berbagai proses fisiologis dan biokimia bagi
kelangsungan hidup tumbuhan. Struktur daun dikelompokkan berdasarkan bentuk,
helaian daun, bentuk ujung daun, tepi daun dan susunan tulang daun. Struktur anatomi
daun tersusun atas tiga system jaringan, yakni jaringan dermal (epidermis), jaringan dasar
(parenkim) dan jaringan pembuluh (vascular) (Moekti, 2009).

Menurut Trisnawati (2012), daun tunggal adalah daun yang setiap tangkai
daunnya memiliki satu helaian daun. Bagian dari batang tempat duduk daun disebut
nodus dan sudut atas antara daun dan batang disebut ketiak daun. Daun tunggal
mempunyai karakteristik yaitu di dalam daun terdapat bagian penting yang terdapat pada
batang daun selalu mempunyai bentuk tipis, melebar dan berwarna hijau karena
mengandung klorofil yang melalui proses fotosintesis dan daunpun mempunyai umur
yang terbatas. Sedangkan menurut Tjitrosoepomo (2020), daun majemuk adalah daun
yang tangkainya bercabang-cabang dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian
daunnya sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun.

Daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian yaitu upih daun atau pelepah daun
(Vagina), tangkai daun (Petiolus), dan helaian daun (Lamina). Daun lengkap dapat kita
jumpai pada beberapa macam tumbuhan, misalnya: pohon pisang (Musaparadisca),
pohon pinang (Areca cathechu), dan bambu (Bambusa sp.). Tumbuhan yang mempunyai
daun lengkap tidak begitu banyak jenisnya, kebanyakan tumbuhan kehilangan satu atau
dua bagian dari tiga bagian tersebut, daun yang demikian disebut daun tidak lengkap
(Tjitrosoepomo, 2020).

4.2. Bunga
Bunga (flos) adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga. Bunga
hanya dipunyai oleh divisi Magnoliophyta atau Spermatophyta sub Divisi Angiospermae.
Bunga tidak ditemukan pada Gymnospermae, Pteridophyta atau Bryophyta. Pada bunga
terdapat organ reproduksi yang dinamakan putik dan benang sari. Bunga secara sehari-hari
juga digunakan untuk menyebut struktur yang secara botani disebut bunga majemuk
(Widya, 2012).
Pada bunga terdapat bagian-bagian yang akan menghasilkan buah yang di dalamnya
terdapat biji jika terjadi penyerbukan atau pembuahan. Bunga merupakanmodifikasi dari
batang dan daun. Bunga umumnya memiliki sifat-sifat yang menarik. Bagian-bagian
penyusun bunga pada setiap bunga dapat berbeda dapat pula sama. Ada bunga yang
memiliki bagian yang lengkap dan ada bunga ynag tidak memiliki salah satu atau dua
bagian tersebut. Bunga dikatakan bunga sejati atau bunga lengkap jika memiliki kelopak,
mahkota, putik dan benang sari (Widya, 2012).
Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan bunga tunggal
sedangkan bunga yang menghasilkan bunga banyak dinamakan bunga majemuk. Jika
tumbuhan hanya memiliki satu bunga saja, biasanya bunga tersebut berada di ujung batang,
jika bunganya banyak, dapat sebagian bunga-bunga terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan
sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang. Jadi menurut tempatnya, bunga terletak
pada ketiak daun dan juga ujung batang (Tjitrosoepomo, 2020).
Bagian-bagian bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga (pedicel), dasar bunga
(receptacle), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistil).
Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga (peduncle), daun pelindung
(bract), daun tangkai (bracteole), tangkai daun dan bunga. Sifat-sifat bunga majemuk
antara lain, bunga majemuk tak terbatas (inflorescentia racemose), yaitu bunga majemuk
yang ibu tangkainya dapat tumbuh terus, dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi
atau tidak, dan mempunyai susunan “acropetal” (semakin muda semakin dekat dengan
ujung ibu tangkai) dan bunga-bunganya mekar berturut-turut dari bawah ke atas (Widya,
2012).
Bunga majemuk tak terbatas dibedakan menjadi bunga majemuk dengan ibu tangkai
tidak bercabang dan bunga majemuk dengan ibu tangkai bercabang. Contoh yang pertama
adalah bunga bulir, tongkol, untai, tandan, cawan, paying, bongkol dan bunga periuk.
Contoh yang kedua adalah bunga malai, thyrse, malai rata, bulir majemuk, tongkol
majemuk dan paying majemuk (Lakitan, 2010).
Berdasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, orang
membedakan kepada tiga macam. Pertama, bunga banci atau berkelamin dua
(hermaphroditus), yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan)
maupun putik (alat kelamin betina). Kedua, bunga berkelamin tunggal (unisexualis), jika
pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam alat kelaminnya. Ketiga, bunga
mandul atau tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat benang sari maupun putik
(Tjitrosoepomo, 2020).

4.3. Pencandraan Tanaman


Pencandraan tanaman adalah usaha untuk mengetahui bentuk morfologi tanaman,
yaitu berupa tanda atau ciri tanaman. Dalam melakukan pencandraan tanaman, kita hanya
melakukan deskripsi morfologi pada bagian luar dalam arti sempit. Pencandraan
merupakan proses awal klasifikasi, yang dilakukan dalam proses ini adalah
mengidentifikasi makhluk hidup satu dengan yang lain. Pencandraan tanaman secara
umum mengamati bentuk umum tanaman, akar, batang, daun, bunga dan biji. Pencandraan
dilakukan guna mengamati tingkah laku, bentuk morfologi, anatomi, dan fisiologi pada
makhluk hidup (Azizah, 2008).
Menurut Supranto (2006), pencandraan tanaman mencakup beberapa bagian yaitu
habitus (bentuk fisik dalam keadaan hidup) meliputi herba, semak belukar, pemanjat, liana,
penjalar dan pohon. Jumlah bagian organ yang meliputi bagian tubuh tumbuhan, hampir
semuanya memiliki jumlah yang tetap sehingga dapat berfungsi sebagai pembeda dalam
identifikasi. Sebagai contoh tujuh helaian daun Pterocarpus santalinum dan Butea
monspermap, empat helaian daun pada Cassia absus. Tipe daun, jumlah buah, tipe bunga,
tinggi tanaman, panjang daun, panjang batang dan lain-lain.
Fungsinya antara lain sebagai penunjuk adanya variabilitas pada tanaman, untuk
melakukan seleksi pada proses pemuliaan tanaman, untuk membedakan tanaman pada
tingkat spesies, serta sebagai langkah dalam pengamatan dan identifikasi plasma nutfah.
Pencandraan secara visual dengan melakukan evalusi terhadap penampilan fenotipik
tanaman pada lingkungan tertentu, dengan factor penilaian berupa sifat-sifat agronomi,
morfologi, serta kenampakan atau sifat lain yang menjadi pembeda antara satu varietas
dengan varietas lainnya (Supranto, 2006).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Daun Tunggal


3.1.1. Tabel Pengamatan

Gambar Tangan Foto Pengamatan Foto Literatur

3.1.2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Superdivisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus rosa-sinensis L. (Plantamor, 2020).
3.1.3. Pembahasan
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan salah satu tanaman
hias berbunga indah yang tumbuh di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Keindahan
yang dimiliki oleh kembang sepatu terdapat pada keragaman bunga, berupa bentuk
dan warna bunga. Warna yang dimiliki oleh bunga ini adalah kuning, merah pink, dan
jingga. Bunga tanaman ini hanya bertahan segar dalam sehari mulai pagi sampai sore.
Walaupun tidak bertahan lama, tanaman ini rajin berbunga terutama dengan cahaya
matahari yang cukup dan penyiraman yang memadai (Nursia et al., 2016).
Berdasarkan morfologinya, daun bunga sepatu merupakan daun tunggal,
dikarenakan dalam setiap tangkai daun hanya terdapat satu helai daun. Daun bunga
sepatu termasuk ke dalam daun tidak lengkap, sebab hanya memiliki bagian daun
berupa tangkai daun (petiolus) dan helai daun (lamina). Bangun daun (circumscriptio)
pada kembang sepatu berupa bangun bulat telur (ovatus), hal ini disebabkan oleh
bagian terlebar pada lamina berada di bagian bawah, sedangkan ujung daunnya (apex
folii) berbentuk runcing (acutus), serta memiliki pangkal daun (basic folii) tumpul
(obtusus). Susunan tulang daun (Nervatio) pada Hibiscus rosa-sinensis L. berupa daun
bertulang menyirip (penninervis), dengan tepi daun (margo folii) bertoreh merdeka
jenis bergerigi (serratus). Daging daun (Intervenium) bertekstur seperti kertas
(papyraceus), tipis tetapi cukup tegar dengan warna hijau muda pada daun muda, dan
berwarna hijau tua pada daun yang sudah tua. Hal tersebut di atas telah sesuai dengan
pemaparan (Tjitrosoepomo, 2020).
3.2. Daun Majemuk
3.2.1. Table Pengamatan

Gambar tangan Foto pengamatan Foto literatur

3.2.2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traciobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Ordo : Euphor
Famili : Euphorbeaceae
Genus : Souropus
Species : Sauropus androgynus (L) Merr (Adawiyah dan Abduh, 2019).
3.2.3. Pembahasan
Daun katuk memiliki nama latin Sauropus adrogynus (L) merr, family
Euphorbiaceae. Nama daerah: memata (Melayu), simani (Minagkabau), katuk
(Sunda), kebing dan katukan (Jawa) dan kerakur (Madura). Daun katuk terdapat di
berbagai daerah di India, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, katuk tumbuh di
daratan dengan ketinggian 0-2.100 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berbentuk
perdu dengan cabang-cabang agak lunak dan terbagi daun tersusun selang-seling pada
satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan Panjang 2,5 cm dan lebar 1,25-
3 cm. bunga tunggal atau berkelompok tiga, buag bertangkai sepanjang 1,25 cm
(Rahmanisa dan Aulianova, 2016). Daun katuk memiliki berbagai manfaat bagi tubuh,
diantaranya sebagai pelancar ASI, pencegah anemia, mendetoksifikasi atau membuang
racun dalam tubuh serta mencegah osteoporosis (Adawiyah dan Abduh, 2019).
Berdasarkan morfologinya, daun katuk merupakan daun majemuk menyirip
(pinnatus), sedangkan berdasarkan jumlah anak daunnya, disebut daun majemuk
menyirip genap dikarenakan susunan anak daun gasal yang berselang-seling dengan
satu daun penutup di atas ibu tangkai daun. Bagian-bagian pada daun katuk berupa ibu
tangkai daun (potiolus communis), tangkai anak daun (petiololus) serta anak daun
(foliolum). Dari bagian-bagian tersebut dapat dikatakan bahwa daun katuk merupakan
daun yang tidak lengkap dikarenakan tidak memiliki upih daun (vagina). Bangun anak
daun berbentuk bulat telur (ovatus) dengan ujung anak daun runcing (acutus). Pangkal
anak daun membulat (rotundatus). Susunan tulang anak daun menyirip (penninervis)
dengan tepi anak daun rata (interger). Daging anak daun bertekstur seperti kertas
(papyraceus) dengan warna hijau tua dan corak putih yang tersebar di seluruh
permukaan anak daun.
3.3. Bunga Tunggal
3.3.1. Table Pengamatan

Gambar Tangan Foto Pengamatan Foto Literatur

3.3.2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Subclass : Sympetalae
Family : Tubiflorae
Ordo : Solanaceae
Genus : Physalis
Species : Physalis angulata L. (Van Steenis, 1997).
3.3.3. Pembahasan
Ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman obat yang belum banyak
diketahui oleh masyarakat dari segi bentuk, manfaat maupun khasiatnya, sehingga
tanaman ini belum ada yang membudidayakan secara komersial (Chaidir et al., 2015).
Tanaman ciplukan ini biasanya hanya tumbuh liar di pekarangan rumah, di sawah atau
kebun. Tanaman ciplukan mempunyai banyak manfaat terutama dalam bidang obat-
obatan dengan kandungan kimia antara lain glikosida flavonoid, alkaloid, saponin,
fisalin, withangulati A, protein, minyak lemak, asam falmitat dan asam asetat. Secara
spesifiknya glukosida flavonoid dalam ciplukan berkhasiat sebagai obat diabetes
mellitus karena dapat memperbaiki regulasi dalam darah dan menghilangkan efek
samping (komplikasi) diabetes mellitus (Verheij dan Coronel, 1997).
Untuk menghasilkan buah yang kaya akan manfaat tersebut, maka pasti
bermula dari bakal buah yaitu berupa bunga. Berdasarkan morfologinya, bunga
ciplukan merupakan bunga tunggal dikarenakan hanya terdapat satu tangkai bunga
yang menempel pada batang atau ketiak daun. Bunga ciplukan juga termasuk ke dalam
bunga sempurna atau bunga lengkap (flos completus) berdasarkan bagian-bagian
bunganya, yaitu tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), hiasan bunga
(perianthium) serta kelamin bunga.
Hiasan bunga pada bunga ciplukan terdiri dari mahkota bunga (corolla)
berwarna kuning cerah, yang mana daun mahkotanya (petala) berlekatan antara satu
sama lain (sympetalus) sehingga daun mahkota hanya berjumlah satu helai dan
melingkar. Selain itu, terdapat pula kelopak (calyx) dengan lima helai daun kelopak
(sepalae). Sedangkan untuk kelamin bunga, bunga ciplukan termasuk ke dalam
hermaphoditus yaitu kelamin banci atau berkelamin dua. Menurut (Tjitrosoepomo,
2020), bunga banci yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin
jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Pada bunga ciplukan ini, benang sari
(stamen) berjumlah lima buah sedangkan putik (pistilum) berjumlah satu buah.
Berdasarkan letak tumbuhnya, bunga ciplukan termasuk ke dalam bunga flos axillaris,
sebab bunga tumbuh di bagian ketiak daun. Sedangkan berdasarkan jumlahnya, bunga
ciplukan termasuk ke dalam planta multiflora atau tumbuhan berbunga banyak.
3.4. Bunga Majemuk
3.4.1. Tabel Pengamatan

Gambar tangan Foto pengamatan Foto literatur

3.4.2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Subclass : Dialypetalae
Ordo : Rosales
Familia : Oxalidaceae
Genus : Oxalis
Species : Oxalis triangularis (Tjitrosoepomo, 1988).
3.4.3. Pembahasan
Saat ini bunga kupu-kupu sudah cukup dikenal di masyarakat karena banyak
terlihat dan ditanam di pinggir jalan, pekarangan-pekarangan rumah, sebagai tanaman
hias yang dimasukkan ke dalam pot hias. Terkadang tanaman ini tumbuh secara liar di
antara semak-semak belukar, tanaman ini mudah dikembangbiakkan dengan media
pot, asalkan memenuhi beberapa persyaratan tumbuh bagi tanaman ini (Kandatong
dan Safruddin, 2017).
Berdasarkan morfologinya, bunga kupu-kupu termasuk ke dalam bunga
majemuk, dimana dalam satu ibu tangkai terdapat lebih dari satu tangkai bunga.
Bunga kupu-kupu termasuk ke dalam bunga lengkap (flos completus), hal ini dapat
diketahui dari bagian-bagian bunga yang berupa ibu tangkai bunga (pedunculus),
tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptacullum), hiasan bunga (perianthium)
serta kelamin bunga. Hiasan bunga pada bunga kupu-kupu berupa mahkota bunga
(corolla) berwarna ungu terang yang terdiri dari lima daun mahkota (petala). Terdapat
kelopak (calyx) dengan daun kelopak (sepalae) berjumlah lima helai. Kelamin bunga
terdiri dari benang sari (stamen) berjumlah tak terbatas serta putik (pistilum) yang
berjumlah lima buah. Jenis kelamin bunga kupu-kupu adalah hermaphoditus, yaitu
jenis bunga berkelamin banci atau kelamin ganda.
Jenis bunga majemuk pada bunga kupu-kupu ini termasuk bunga majemuk
berbatas, yaitu bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya selalu ditutup dengan suatu
bunga, jadi ibu tangkai mempunyai pertumbuhan yang terbatas. Ibu tangkai ini dapat
pula bercabang-cabang, dan cabang-cabang tadi juga selalu mendukung suatu bunga
pada ujungnya. Pada bunga majemuk berbatas, bunga yang mekar dulu ialah bunga
yang terdapat di sumbu pokok atau ibu tangkainya, jadi dari tengah ke pinggir.
Pernyataan tersebut sesuai dengan (Tjitrosoepomo, 2020). Berdasarkan letak
tumbuhnya, bunga kupu-kupu termasuk dalam flos terminalis, yaitu bunga terdapat di
ujung batang bukan pada ketiak daun, sedangkan berdasarkan jumlahnya, bunga kupu-
kupu merupakan planta multiflora dimana dalam satu tumbuhan terdapat lebih dari
satu bunga.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), merupakan jenis daun tunggal. Hal
ini dikarenakan dalam setiap tangkai daun hanya terdapat satu helai daun saja. Bagian-
bagian daun kembang sepatu terdiri dari tangkai daun serta helai daun saja, sehingga
daun ini termasuk kategori daun tidak lengkap karena tidak memiliki upih (vagina).
2. Daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) merupakan jenis daun majemuk, yang
mana dalam tiap ibu tangkai daun terdapat tangkai anak daun yang diduduki oleh anak
daun. Bagian-bagian dari daun katuk berupa ibu tangkai daun, tangkai anak daun serta
anak daun, sehingga dikatakan daun tidak lengkap karena tidak memiliki salah satu
strukturnya yaitu upih (vagina).
3. Bunga ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan jenis bunga tunggal, dimana dalam
setiap tangkai hanya terdapat satu bunga saja. Bunga ciplukan termasuk ke dalam jenis
bunga lengkap berdasarkan bagian-bagian bunganya yang berupa tangkai bunga, dasar
bunga, hiasan bunga serta kelamin bunga.
4. Bunga kupu-kupu (Oxalis triangularis) merupakan jenis bunga majemuk berbatas,
dimana dalam satu ibu tangkai bunga terdapat lebih dari satu tangkai bunga, dan
terdapat struktur mirip daun pada tangkai bunga yang disebut daun tangkai
(bracteola). Berdasarkan bagian-bagiannya bunga kupu-kupu termasuk ke dalam
bunga lengkap atau sempurna, yang mana bagian tersebut terdiri dari ibu tangkai
bunga, tangkai bunga, dasar bunga, hiasan bunga serta kelamin bunga.
4.2. Saran
Pengamatan morfologi daun dan bunga membutuhkan ketelitian yang tinggi. Hal ini
dikarenakan sebagian spesies daun maupun bunga memiliki ciri-ciri morfologi yang
rancu, dalam artian tampak seperti daun atau bunga tunggal akan tetapi jika diamati
kembali merupakan daun atau bunga majemuk. Pengamatan pada praktikum ini juga
perlu memperhatikan musim, karena ada sebagian spesies bunga yang hanya muncul
pada musim tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Robiatul dan Abduh, Mohammad Syaltut, 2019. Uji Coba Pemanfaatan Sari Daun
Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) Substansi Air Kelapa (Cocos nucifera L.)
dalam Pembuatan Nata De Coco. Jurnal Ilmiah Pariwisata. 24(3): 219-232.

Allard, 2011. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Azizah, Nur, 2008. Modul Praktikum Produksi Tanaman Obat dan Aromatik (PTOA).
Malang: UNIBRAW.

Campbell, Neil A., Reece, Jane B., et al., 2012. Biologi Edisi Kedelapan, Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Chaidir, Liberti, Epi dan Taofik, Ahmad, 2015. Eksplorasi, Identifikasi, dan Perbanyakan
Tanaman Ciplukan (Physalis angulata L.) dengan Menggunakan Metode Generatif
dan Vegetatif. Edisi Juni. 9(1): 82-103.

Kandatong, Hasanuddin dan Safruddin, 2017. Pengaruh Pemberian Fermentasi Air Leri dan
Pupuk NPK Phonska Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bunga Kupu-Kupu (Oxalis
triangularis). Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah. 2(2): 83-87.

Lakitan, 2010. Identifikasi Bunga. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Moekti, 2009. Daun dan Alat Tambahan. Malang: UM Press.

Nursia, Wa Ode, Munir, A. dan Sudrajat H. W.. 2016. Studi Morfologi Serbuk Sari Kembang
Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.). J. AMPIBI. 1(2): 43-45.

Plantamor, 2020. Species Info Hibiscus rosa-sinensis (Hibiscus).


http://plantamor.com/species/info/hibiscus/rosa-sinensis(Hibiscus), diakses tanggal
22 Oktober 2020 pukul 10.49 WIB.

Rahmanisa, Soraya dan Aulianova, Tara, 2016. Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol
Daun Katuk (Sauropus androgynus) Terhadap Produksi ASI. Majority. 5(1): 117-121.

Steenis, Van, 1997. Flora. Jakarta: Pradnya Paramita.

Supranto, 2006. Statistic Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius.

Tjitrosoepomo, Gembong, 2020. Morfologi Tumbuhan, Cetakan Keduapuluh Dua.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong, 1988. Taksonomi Spermatophyta. Yogyakarta: UGM Press.


Trisnawati, 2012. Daun Tunggal dan Duduk Daun. Malang: UM Press.

Verheij, E.W.M. dan Coronel, R.E., 1997. Sumber Nabati Asia Tenggara 2, Buah-Buahan
yang Dapat Dimakan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Widya, 2012. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai