Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

Disusun Oleh:
Dhynie Soesila W.

(12008121)

Titin

(12008124)

Tusy Tina Susanti

(12008125)

Febriati Chasanah

(12008126)

Intan Parastantri

(12008133)

Dwi Ayu Derfitaningrum

(12008138)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2015

POLLEN
I.

Judul

II.

III.

: Pembuatan preparat pollen bunga Amaryllis dengan metode

acetolisis.
Tujuan
:
Tujuan dari percobaan pembuatan preparat polen adalah:
1. Mengetahuai macam-macam bentuk polen dari bunga Amaryllis
2. Mengetahui macam-macam ukuran polen dari bunga Amaryllis
Dasar Teori
A. Bunga
Bunga adalah pucuk yang termodifikasi, disebut demikian karena
menunjukan beberapa perubahan dalam pengaturan apeks pucuk. Bunga
dianggap ranting yang bersumbu pendek dengan daun-daun yang merapat dan
memiliki bentuk khas sesuai fungsinya (Lubis, 2009).
B. Bagian-bagian Utama
Bagian utama bunga terdiri dari kelopak (calix) tajuk/ mahkota
(corolla), benang sari (stamen) dan putik (pistilum). Bagian lainnya adalah
dasar bunga (reseptakulum), tangkai bunga (pediselus) dan kelenjar madu
(nektarium).

bunga

Bagian

utama

dapat

saling

berlekatan

atau

terpisah-pisah. Jika terjadi persatuan 2 bagian yang sama disebut konasi atau kohesi
sedangkan jika persatuan antara 2 bagian yang berbeda disebut adnasi. Bunga terdiri
dari beberapa daun yang tersusun berkarang. Karangan paling luar adalah kelopak.
Helaiannya disebut sepal, dapat berlekatan (gamosepalus /sinsepalus) atau terpisah
(polipetal/dialipetal). Fungsi kelopak adalah melindungi bunga pada saat masih
kuncup. Setelah kelopak, dapat ditemukan korola, helaiannya disebut petal. Fungsi
mahkota adalah untuk menarik polinator dan sebagai pelindung alat kelamin. Benang

sari adalah alat kelamin jantan terdiri dari tangkai sari (filamen), kepala sari (anthera),
dan penghubung (conectivum) (Lubis, 2009).
Keseluruhan benang sari pada bunga disebut andresium (androecium). Putik
(pistilum) adalah alat kelamin betina. Putik terdiri dari bakal buah (ovarium), tangkai
putik (stilus) dan kepala putik (stigma). Keseluruhan putik disebut ginasium
(gynaecium). Di dalam ovarium terdapat bakal biji (ovulum) (Lubis, 2009).

C. Letak bunga Pada tumbuhan


Letak bunga pada tumbuhan disebut anthotaxis. Berdasarkan posisi bunga terhadap
bunga lain, dibedakan menjadi tiga macam antotaxis, yaitu :
1. Hanya satu bunga (planta uniflora) seperti bunga coklat (Zephyranthes rosea) dan
lili (Lilium longiflorum)
2. Kuntum bunga tersebar dan terdapat sendiri-sendiri ( flores sparsa). Bunga soliter,
letaknya terminal di ujung ranting atau aksiler, seperti bunga Cucurbita
3. Perbungaan (inflorescentia) terdiri dari satu sumbu bersama tempat melekat
sejumlah kuntum bunga sehingga menghasilkan satu kesatuan (Davis,1999). .
D. Polen
Butir polen merupakan mikrospora tumbuhan
berbiji yang mengandung
mikrogametofit masak atau belum masak. Serbuk sari menurut Arizona (2000).
Adalah alat reproduksi jantan yang terdapat pada tumbuhan dan mempunyai fungsi
yang sama dengan sperma sebagai alat reproduksi jatan pada hewan. Serbuksari
berada pada kepala sari (antera) tepatanya dalam kantung yang disebut ruang
serbuksari ( theca). Setiap antera rata- rata memiliki ruang serbuk sari yang relatif
besar (kapp,1969).
Ukuran polen menurut kapp (1969), yaitu bervariasi antara 5 sampai lebih
dari 200. Akan tetapi sebagian besar ukuran polen berukuran antara 20-50.
Dinding polen berfungsi untuk melindungi inti sperma tumbuhan dari proses
desikasi dan radiasi selama pemindahan dari antera menuju ke stigma. Butir polen
yang kecil dilapisi oleh lilin dan protein yang berupa elemen sculputra (davis,1999).

Polen memiliki dua lapis dinding menurut faegri (1989), yaitu lapisan dalam
(intine) dan lapisan luar (exine). Intine adalan dinding pektoselulosa yang tipis
yang mengelilingi butir polen yang masak dan exine merupakan lapisan diluar intine
yang komponen utamanya adalah sporopolenin, atau substansi

keras yang

memberikan daya tahan yang hebat kepada dimding butir polen. (Kapp,1969)

Pollen memiliki dinding yang berfungsi untuk melindungi inti sperma tumbuhan dari
proses desikasi dan iradiasi selama perpindahan dari antera menuju ke stigma. Butir pollen
yang kecil dilapisi oleh lilin dan protein yang berupa elemen scluptura (Davis, 1999). Pollen
mempunyai dua lapis dinsing, yaitu lapisan dalam (intine) dan lapisan luar (exine). Exine
tersusun dari sporopollenin sebagai komponen utamanya, yaitu berupa substansi keras yang
berfungsi memberikan daya tahan yang kuat kepada dinding butir pollen. Sedangkan lapisan
intine merupakan dinding pektoselulosa tipis yang mengelilingi butir pollen yang masak
(Fahn, 1991).
Sifat pollen yang penting dalam mempelajari pollen yaitu unit pollen, polaritas pollen,
simetri pollen, bentuk pollen, tipe dan jenis apertura serta ornamen exine . Sebagian besar
tanaman memiliki bentuk unit pollen monad. Pada beberapa genus ada yang tetrad, dyad, dan
polyad. Apertura adalah suatu penipisan atau modifikasi dinding spora atau pollen yang
berfungsi untuk jalan keluar isi spora atau pollen (Davis, 1999).

Bentuk polen
Peroblate
Oblate
Subspheroidal
Subspheroidal
Oblate spheroidal
Prolate spheriodal
Subprolate
Prolate
Perprolate

Perbandingan P/E
<4/8
4/8 6/8
6/8 8/6
6/8 7/8
7/8 8/8
8/8 8/7
8/7 8/6
8/6 8/4
>8/4

Ornamentasi/ hiasan/ sclupture


Dinding luar

polen (eksin), terdiri dari dua lapisan, yakni lapisan luar disebut

ekteksin dan lapisan dalam disebut endeksin. Dinding polen (eksin) yang tersimpan menjadi
fosil. Di bagian luar lapisan eksin tersebut terdapat hiasan (ornamentation/sclupture) yang
penting untuk diskripsi polen. Moore dan Webb (1978), membagi bentuk ornamentasi sbb:
-

Psilate
Verrucate

: bila permukaan polen halus


: bila polen atau spora mempunyai tonjolan seperti kutil, biasanya

tonjolan lebarnya lebih besar dari tingginya


Echinate
: bila ornamentasinya menyerupai duri
Striate
: bila ornamentasinya memanjang dengan pola parallel
Reticulate : polen atau spora memiliki pola ornamentasi seperti jarring-jaring
Rugulate
: apabila elemen ornamentasinya memanjang ke samping dan tidak

teratur
Clavate
Perforate

satu micrometer
Gemmete
: ornamentasinya

ukurannya dan mengkerut pada bagian dasarnya


Scabrate
: memiliki proyeksi elemen dengan diameter lebih dari satu

: tonjolan ornamentasinya melebar dibangian pangkal


: ornamentasinya berupa lubang-lubang dengan diameter kurang dari
baik

lebar maupun tinggi

tonjolannya sama

micrometer dan menyerupai granua sehingga disebut juga granulate


E. Bunga Amaryllis
Klasifikasi
Kingdom

:Plantae

Subkingdom :Tracheobionta
Super-Divisi :Spermatophyta
Divisi

:Magnoliophyta

Kelas

:Liliopsida

Sub-Kelas

:Liliidae

Ordo

:Liliales

Famili

: Amaryllidaceae (suku

Genus
: Eurycles
Spesies
: Eurycles amboinensis (L.) Lindl.
Deskripsi :
Bunga Amaryllis digolongkan tanaman tahunan (perennial plant) yang artinya dapat
hidup sepanjang tahun. Bunga ini memilliki umbi atau bonggol seperti bawang
bombay, dengan umbinyalah bunga ini dapat diperbanyak atau ditanam. Bonggolnya
beruas- ruas dan muncul tunasnya dari ruas- ruas itu (Anonim,2015).
IV.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan polen yaitu :
1. Alat
a. Flakon
b. Gelas pengaduk
c. Pipet
d. Fortek
e. Sentrivius
f. Tabung sentrifus
g. Bursen
h. Mikroskop
i. Optileb
j. Gelas benda
k. Gelas penutup
2. Bahan
a. Antera bunga Amarily putih dan Amarly merah
b. Kertas aluminium
c. Asam asetat glasial
d. Lilin
e. Natrium chlorat
f. HCL
g. Aquades
h. Gliserin jeli

V.

Cara Kerja
Cara kerja dalam percobaan polen ini yaitu dengan cara
1. Persiapan di laboratorium, menyediakan alat-alat serta membuat larutan-larutan
yang diperlukan
2. Fiksasi: polen diambil dari antera, dikumpulkan dalam botol flakon yang sudah
diisi dengan asam asetat glasial. Bahan dibiarkan selama 24jam.
3. Bahan dipindahkan dalam tabung sentrifus. Kemudian disentrifus. Setelah itu
cairan dibuang dan diganti dengan campuran dari asam asetat glasial dengan asam
sulfat pekat dengan perbandingan 9:1( asam asetat ditambahkan setetes demi
setetes)
4. Kemudian tabung-tabung dipanaskan dalam waterbath selama 5-10 menit.
5. Setelah itu pemanasan dihentikan selama kuramg lebih 15 menit.

6. Kemudian disentrifus dan setelah itu cairan dibuang dan diganti dengan aquades
7. Diblicing dengan menggunakan 2 cc asam asetat glasial + 2-3 tetes natriaum
chlorat + 2-3 HCL.
8. Kemudian cairan dibuang dan endapanaya dicuci dengan aquades 2-3 kali ,
dimana setiap pencucian harus disentrifus lagi.
9. Dengan menggunakan batang gelas, bahan diambil dan ditaruh pada gelas benda
kemudian ditutup dengan gelas penutup, pada sudut-sudut dari gelas penutup
VI.

tersebut diberi potongan parafin (lilin).


Hasil

Gambar4. Amaryllis merah 40x

Gambar5. Amaryllis putih 40x


VII.

Pembahasan
Pada pembuatan preparat pollen digunakan metode acetolisis untuk melarutkan
bahan-bahan yang terdapat pada dinding pollen, sehingga bentuk permukaan pollen
dapat terlihat dengan jelas. Langkah pertama yaitu fiksasi serbuk sari. Fiksasi adalah
suatu usaha untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan, dalam hal ini
serbuk sari agar tetap pada tempatnya, dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun
ukuran dengan media kimia sebagai fiksatif. Setelah difiksasi lalu disentrifuge, tujuan
sentrifugasi antara lain untuk mengendapkan pollen dalam larutan sehingga pada waktu
dilakukan pembuangan asam asetat glasial pollen tidak permanen. Setelah itu cairan
dibuang dan diganti dengan campuran dari asam asetat glasial dengan asam sulfat pekat
dengan perbandingan 9:1( asam asetat ditambahkan setetes demi setetes).
Larutan campuran antara asam sulfat pekat dan asam asetat glasial dengan
perbandingan 1:9 pada tabung sentrifuge yang berisi endapan serbuk sari. Penambahan
larutan kemudian diikuti dengan pemanasan campuran larutan tersebut di dalam
waterbath (penangas air) di atas lampu spiritus. Pemanasan ini dilakukan hingga air
dalam penangas mendidih. Pemanasan larutan ini bertujuan untuk mempercepat
terjadinya reaksi yang terjadi pada serbuk sari. Sedangkan penambahan asam sulfat dan
asam asetat glasial dengan perbandingan 1:9 ini berfungsi untuk untuk melisiskan
selulosa pada dinding serbuk sari (asetolisis), sehingga setelah dibuat preparat, morfologi
exine serbuk sari akan terlihat lebih jelas dibandingkan dengan sebelum asetolisis. Selain
itu, asetolisis ini juga berfungsi seperti proses fiksasi, yaitu memelihara atau
mempertahankan struktur dari serbuk sari.
Pencucian serbuk sari dengan aquades sebanyak dua kali. Pencucian dilakukan
dengan penambahan aquadesh ke dalam tabung sentrifuge yang berisi serbuk sari

kemudian melakukan sentrifuge untuk mendapatkan serbuk sari yang sudah bersih. Pada
pengamatan bentuk pollen Amaryllis putih dan merah ini bentuk pollennya lonjong,
sedangkan warna pollennya berbeda sesuai dengan warna bunga.Tipe ornamennya
adalah psilate yaitu permukaan polen halus. Pollen bunga Amaryllis merah setelah
diukur dengan mikrometri diperoleh ukuran panjang pollen 76,7 m dan lebar 0,2 m.
Pada Amaryllis putih dengan ukuran panjang pollen 80,3m lebar pollen 0,2m
VIII. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan pembuatan preparat pollen adalah :
1 Untuk pembuatan preparat pollen dapat dilakukan dengan metode acetolisis
2 Pollen Amaryllis merah dan putih memiliki bentuk yang sama yaitu lonjong,
sedangkan ukuran panjang dan lebarnya berbeda. Tipe ornamen pollen Amaryllis
adalah psilate, yaitu permukaan polen halus. Pada Amaryllis merah panjang pollen
76,7 m dan lebar 0,2 m. Pada Amaryllis putih dengan ukuran panjang pollen
80,3m lebar pollen 0,2m.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.Amaryllis. http://komunitas-bunnga.blogspot.com/.Diakses tanggal 18
April 2015.
Davis, Keith dan Kohn W. 1999. Anatomi Bunga. Jakarta: Erlangga.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi 3. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Fay dan Chase.1996. Morfologi Tumbuhan Dan Anatominya. Jakarta: Budi Aksara.
Kapp, R.O. 1969. How To Know Pollen and Spores. Dubuque Lowa. WM.C. Brown
Company Publisher.
Lubis, S.R. 2009. Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan paku di Hutan
wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Propinsi Sumatera Utara.
[Tesis]. Medan. USU.
Moore, P.D., Wedd, J.A. and Collinson, M.E. (1991). An Illustrated Guide to Pollen
Analysis 2nd Edn, Hodder and Stoughton. pp. 1-133.

Anda mungkin juga menyukai