Anda di halaman 1dari 4

Mata kuliah : Botani Tumbuhan Rendah

Adiantum sp.

Tumbuhan paku tergolong tumbuhan kormus berspora yang disebut Pteridophyta. Istilah ini
berasal dari berasal dari bahasa Yunani yaitu pteron yang berarti sayap atau bulu. Pteridophyta
adalah tumbuhan kormus yang menghasilkan spora dan memiliki susunan daun yang umumnya
membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu
daun mudanya membentuk gulungan atau melingkar (Irma et al, 2013).

Jenis famili ini merupakan paku terestrial yang tumbuh di tanah dan batu-batu. Tinggi mencapai
150 cm. Daun majemuk memiliki panjang hingga 50 cm dan lebar 3 cm. Batang berwarna hitam
dan beralur. Sorus berada di tepi daun dan tersusun beraturan. Beberapa jenis dari marga Pteris
banyak dimanfaatkan sebagai sayuran terutama daun muda (Pradipta et al, 2020).

Salah satu spesies paku yang seringkali dijumpai yaitu suplir. Nama suplir berasal dari bahasa
Perancis, chevelure, yang berarti “rambut”. Untaian daunnya mirip dengan gemulainya rambut
(hair) seorang gadis (maiden) sehingga jenis yang satu ini juga disebut sebagai “Maidenhair
Fern”. Pendapat lain menyatakan jenis ini dinamakan demikian karena tangkai daunnya yang
hitam mengkilat seperti rambut. Nama ilmiah dari suplir yaitu Adiantum, berasal dari bahasa
Yunani, adiantos, yang berarti “antiair”, mengacu pada entalnya yang mampu meloloskan air
tanpa membuatnya basah. Klasifikasi dari Adiantum sp. berdasarkan Integrated Taxonomic
Information System yaitu sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Polypodiales
Keluarga : Pteridaceae
Marga : Adiantum
Jenis : Adiantum sp.

Diperkirakan terdapat sekitar 200 jenis Adiantum di seluruh dunia, belum termasuk hasil
silangannya yang jumlahnya mungkin mencapai lebih dari puluhan. Di Asia Tenggara, terdapat
10-20 jenis Adiantum, tetapi di Indonesia sendiri jumlahnya belum dapat dipastikan. Suplir
merupakan tumbuhan paku terestrial yang juga sering dijumpai di antara bebatuan. Dinding kolam,
sumur, pagar, selokan, tepi sungai, atau tempat-tempat lembab lain seperti air terjun merupakan
habitat yang disukai Adiantum. Spora yang merupakan alat reproduksinya berukuran sangat kecil
dan ringan sehingga memungkinkannya untuk tumbuh di celah sempit sekalipun, jika kondisi
lingkungannya sesuai. Meskipun menyukai tempat lembab, beberapa jenis suplir juga mampu
bertahan di kondisi yang kering dan panas. Suplir juga menyukai naungan. Suplir tidak bisa
terkena sinar matahari secara langsung atau tempat dengan banyak angin karena daunnya yang
tipis mudah kering dan terbakar.

Adiantum raddianum
Sumber: www.gardenia.net/plant/adiantum-raddianum-delta-maidenhair-fern

Adiantum raddianum, juga disebut suplir kelor, adalah sejenis suplir yang cukup populer sebagai
tanaman hias meja atau taman kecil. Nama umumnya diambil dari bentuk daunnya yang kecil-
kecil, agak membulat dan berkerumun seperti daun kelor. Daun yang tumbuh relatif kecil, paling
panjang mencapai 40 cm, berbentuk seperti segitiga membulat dan tumbuh agak tegak lalu
menjuntai jika telah mencapai ukuran penuh. Ukuran daun maksimum 1 cm. Di Indonesia,
Adiantum raddianum lebih suka tumbuh di kawasan pegunungan yang sejuk, dan tumbuh liar di
tepi-tepi bebatuan atau tebing. Tumbuhnya terhambat apabila dipelihara di dataran rendah
(Ramndana et al, 2023).

Morfologi dari Adiantum sp. yaitu tangkai daunnya berwarna hitam mengkilat, tidak memiliki
tulang daun yang nyata, dan sporangium di bagian bawah helaian daunnya yang tertutup oleh
indusium semu merupakan penandanya. Bentuk indusium semu pada suplir ini ada yang seperti
garis dan ada juga membulat menyerupai bentuk ginjal. Kebanyakan suplir berukuran kecil hingga
menengah, dan sebagian besar diantaranya sensitif, tetapi terdapat beberapa jenis yang tahan.

Keindahan suplir sebenarnya terletak pada bentuk daunnya. Penampilannya yang segar dengan
aneka bentuk daun yang menarik pernah menjadikannya sebagai jenis tanaman hias yang popular.
Suplir telah mulai dibudidayakan sejak abad ke-16 dan merupakan salah satu tumbuhan paku yang
paling banyak dikawinsilangkan terutama dari jenis Adiantum raddianum dan Adiantum tenerum.
Suplir liar pun apabila dirawat dan ditata dengan baik akan punya penampilan yang tak kalah
dengan hasil silangan. Suplir memang tidak memiliki nilai ekonomi penting, tetapi bukan berarti
bahwa jenis ini bisa dilupakan begitu saja.

Selain sebagai tanaman hias, suplir juga banyak digunakan sebagai pemanis dalam rangkaian
bunga potong. Daunnya yang lebat menjuntai ke bawah juga menjadikannya menarik untuk ditata
dalam sebuah vertical garden. Beberapa jenis suplir juga diketahui memiliki potensi di bidang
kesehatan. Adiantum venustum dan Adiantum capillus-veneris dilaporkan memiliki potensi
aktivitas antimikroba untuk melawan Escherichia coli, Trichophyton rubrum dan Aspergillus
terreus. Di beberapa bagian dunia suplir juga dimanfaatkan sebagai tanaman obat untuk mengatasi
masalah ketombe, rambut rontok, haid, bronchitis, laryngitis, tenggorokan kering, meningkatkan
nafsu makan dan kemampuan pencernaan, menstimulasi fungsi ginjal, memudahkan proses
kelahiran, mengatasi batu empedu, diabetes serta mengobati bisul dan luka. Analisis kimia pada
Adiantum menunjukkan beberapa komponen yang terkandung yaitu flavonoids, triterpenes,
phenylpropanoids dan carotenoids, adiantone, adiantoxide, astragalin, beta-sitosterol, caffeic
acids, dan beberapa bahan lainnya.

Referensi:

Irma, W., dan N. Herlina. 2013. Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Desa
Gading Sari Kec. Tapung Kab. Kampar Provinsi Riau. Jurnal Photon. 4(1): 65-70.
Lestari, W.S. 2011. Suplir, Tanaman Paku dengan Banyak Potensi. Warta Kebun Raya. 11(1): 3-
7.
Pradipta, A., R. Saputri, S.D. Ami, dan A. Walid. 2020. Inventarisasi Jenis Tumbuhan Paku
(Pteridophyta) di Desa Padang Pelasan Kabupaten Seluma. Jurnal Biosilampari Biologi.
3(1): 13-19.
Ramndana, Masanah, dkk. 2023. Identifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Wisata Air Terjun
Desa Riamau Kabupaten Bima. Jurnal Sains dan Terapan. 2(1): 61-68.

Anda mungkin juga menyukai