Anda di halaman 1dari 34

ANATOMI AKAR MONOKOTIL DAN DIKOTIL

LAPORAN

OLEH:

PURWENI HARDIANA/130308002
KETEKNIKAN PERTANIAN
TEP-A

LABORATORIUM BOTANI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
ANATOMI AKAR MONOKOTIL DAN DIKOTIL

LAPORAN

OLEH :
PURWENI HARDIANA /130308002
KETEKNIKAN PERTANIAN
TEP-A

Jurnal sebagai salah satu komponen penilaian di Laboratorium


Botani Program Studi Agroeketeknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan.

LABORATORIUM BOTANI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
Judul : Anatomi Akar Monokotil dan Dikotil

Nama : Purweni Hardiana

Nim : 130308002

Program Studi : Keteknikan Pertanian

Diketahui Oleh : Diperiksa Oleh:

Asisten Koordinator Asisten korektor

( Agus Persetiya ) ( Zulkarnaen )


Nim: 100301171 Nim:100301004

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium

(Ir. Meiriani, MP.)


NIP.196505181992032001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah Anatomi Akar Monokotil dan

Dikotil yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti Praktikal Test Botani

di Laboratorium Botani Program Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ir. Meiriani, MP; Ir. Ratna Rosanti Lahay, MP; Ir. Lisa Mawarni

dan Prof. Ir. J.A. Napitupulu, Msc selaku dosen pengajar mata kuliah Anatomi

Tumbuhan . Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak dan abang

asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang .......................................................................................... 1


Tujuan Praktikum ...................................................................................... 3
Kegunaan Penulisan .................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Padi (Oryza sativa L.) .................................................... 4
Syarat Tumbuh Tanaman Padi (Oryza sativa L.) ...................................... 6
Iklim .............................................................................................. 6
Tanah ............................................................................................. 7
Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) ....................................... 8
Syarat Tumbuh Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)....................... 10
Iklim ............................................................................................. 11
Tanah ........................................................................................... 12
Anatomi Akar Monokotil dan Dikotil .............................................

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat Percobaan ................................................................ 15
Bahan dan Alat ........................................................................................ 15
Prosedur Percobaan ................................................................................. 16

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ......................................................................................................... 18
Pembahasan ............................................................................................ 20

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan .............................................................................................. 24
Saran ........................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tanaman dan biasanya

berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun ada pula akar yang tumbuh di

luar tanah. Akar pertama pada tumbuhan berbiji berkembang dari meristem apeks

di ujung akar embrio dalam biji yang berkecambah. Akar embrio juga dinamakan

radikula. Pada Gymnospermae dan dikotil, akar serabut berkembang dan

membesar menjadi akar primer dengan cabang yang berukuran lebih kecil. Sistem

akar ini disebut akar tunggang (Hidayat,1995).

Pada monokotil, akar primer tidak lama bertahan dalam kehidupan tanaman

dan segera mengering. Dari dekat pangkalnya atau didekatnya akan muncul akar

baru yang disebut akar tambahan atau akar adventif. Keseluruhan akar adventif

seperti itu dinamakan susunan akar serabut (Hidayat,1995).

Akar adalah bagian pokok nomor tiga (disamping batang dan daun) bagi

tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Akar biasanya mempunyai

sifat-sifat berikut:

a. Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah,

dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air

(hidrotop), meninggalkan udara dan cahaya.

b. Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-

daun atau sisik-sisik maupaun bagian-bagian lainnya.

c. Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.


2

d. Tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya petumbuhannya masih

kalah jika dibandingkan dengan batang.

e. Bentuknya meruncing, sehingga lebih mudah untuk menembus tanah

(Tjitrosoepomo,2009).

Akar bagi tumbuhan mempunyai tugas untuk:

a. Memperkuat berdirinya tumbuhan

b. Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari

dalam tanah

c. Mengangkut air dan zat-zat makanan ke tempat-tempat pada tubuh

tumbuhan yng memerlukan

d. Sebagai tempat penimbunan makanan

Akar tidak mempunyai anggota tambahan yang dapat dibandingkan dengan

daun-daun pada batang. Akar tidak dilengkapi stomata dan cabang-cabangnya

bermula dalam jringan perisikel yang relatif matang bertentangan dengan batang,

pada cabang-cabang akar berasal dari meristem apikal. Akar juga mempunyai

tudung akar yang tidak terdapat pada batang (Fahn, 1982).

Pada waktu jaringan akar berkembang, sel-sel antara xylem dan floem

membentuk kambium vaskular yang menghasilkan jaringan xylem ke arah dalam

dan membentuk jaringan floem ke arah luar. Xylem dan floem dikelilingi oleh

satu lapisan sel-sel yang disebut perisikel. Jaringan vaskular dan perisikel

membentuk suatu tabung yang disebut stele. Di sebelah luar stele terdapat

endodermis. Pada sebelah luar dari sel-sel endodermis terdapat beberapa lapis sel

korteks yang berukuran besar dan berdinding tipis (Lakitan, 1993).


3

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur anatomi

tumbuhan monokotil dan dikotil.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikum di Laboratorium

Botani Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Menurut AKK (1990), Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai

berikut: Kingdom Plantae , Divisi Spermatophyta, Sub divisi Angiospermae,

Kelas Monotyledonae, Ordo Graminales , Famili Graminaceae ,Genus Oryza ,

Spesies Oryza sativa L.

Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara,

tetapi peka terhadap kekeringan. Padi dapat beradaptasi pada lingkungan

tergenang (anaerob) karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma yang

berbentuk sepert pipa yang memanjang hingga ujung daun. Aerenchyma berfungsi

penyedia oksigen bagi daerah perakaran (Purwono dan Purnamawati, 2008).

Tanaman padi memiliki daun yang berbentuk lanset (sempit memanjang)

dengan urat daun sejajar dan memiliki pelepah daun. Pada buku bagian atas ujung

dari pelepah daun menunjukkan percabangan dimana batang yang pendek adalah

lidah daun (ligule), dan bagian yang terpanjang dan terbesar adalah kelopak daun

(auricle) (Siregar, 1981).

Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa-senyawa

kimia dan air dalam tanah, dan sebagai cadangan makanan. Hasil tanaman yang

tinggi harus didukung dengan batang padi yang kokoh. Bila tidak, maka tanaman

akan rebah terutama di daerah yang sering dilanda angin kencang. Batang terdiri

atas bebrapa ruas yang dibatasi oleh buku. Daun dan tunas tumbuh pada buku.

Pada permukaan stadia tumbuh batang yang terdiri atas pelepah-pelepah dan ruas-

ruas yang tertumpuk padat. Ruas-ruas tersebut kemudian memanjang dan

berongga setelah tanaman memasuki stadia produktif ( Yoshida, 1981).


Batang padi bentuknya bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas

dipisahkan oleh buku. Pada awal pertumbuhan ruas-ruas sangat pendek dan

bertumpuk rapat setelah memasuki sstadium reproduktif, ruas-ruas memanjang

dan berongga. Ruas antar batang semakin ke bawah semakin pendek. Pada buku

paling bawah tumbuh tunas yang akan menghasilkan batang tersier dan sekunder.

Selanjutnya batang sekunder akan mengahsilkan batang tersier dan seterusnya.

Peristiwa ini disebut pertunasan (Suparyono dan Sutyono, 1996).

Bunga padi secara keseluruhan adalah malai. Tiap unit bunga pada malai

disebut spikelet yang terdiri dari tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik, dan

benang sari (Manurung dan Ismunadji, 1988).

Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet yang pada hakikatnya

adalah bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik, dan

benang sari beserta beberapa organ lainnya yang bersifat infertior. Tiap unit bunga

pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan

sekunder ( Siregar, 1981).

Gabah terdiri atas biji yang terbungkus oleh sekam. Biji yang sehari-hari

yang dikenal denagan nama beras pecah kulia adalah karyopsis yang terdiri atas

janin (embrio) dan endosperma yang diselimuti oleh lapisan aleuron, kemudian

tegmen dan laisan terluar disebut perikarp (Chang dan Bardenas, 1976).

Bobot gabah beragam dari 12-44 mg pada kadar air 0 % , sedangkan bobot

sekam rata-rata adalah 20% bobot gabah. Faktor konversi dari gabah ke beras

pecah kulit adalah 0.8 % dan beras pecah kulit ke gabah adalah 1.25. Akan tetapi

faktor konversi tersebut berbeda tergantung berdasarkan varietas (Yoshida, 1981).


6

Syarat Tumbuh Tanaman Padi ( Oryza sativa L.)

Iklim

Padi dapat tumbuh dengan baik di daerah berhawa panas dan udaranya

banyak mengandung uap air. Di negeri kita padi ditanam dari dataran rendah

sampai 1.300 meter di atas permukaan laut ( Soemartono, dkk,. 1990).

Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat

LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.

Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun.

Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi

meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air

melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif dengan

temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan

temperatur19-23 derajat C. Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari

penuh tanpa naungan ( Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, 1982).

Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200

mm/bulan atau lebih dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan

pertahun sekitar 1.500-2000mm ( Aksi Agraris Kasinus, 1990).

Temperature yang tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif meneikkan

jumlah anakan, karena naiknya aktivitas tanaman dengan mengambil zat

makanan. Tetapi temperature tinggi pada fase tersebut bagi tanaman berbatang

tinggi dan berdaun bergerak dapat mengahsilakan keadaan yang saling menaungi

serta kerebahan. Sebaliknya temperature rendah pada masa berbunga berpengaruh

baik bagi pertumbuhan dan hasil akan lebih tinggi ( Soemartono, dkk,. 1990).
7

Tanah

Di Indonesia untuk tanaman padi adalah alluvial dan regosol yang

terbentuk dari material induk dan terbentuk di daerah lembab dan agak kering.

Pada dataran rendah padi tumbuh pada tanah alluvial, tanah liat, regosol,

grumosol, podsolik, latosol dan sebagian pada andosol dan tanah pertengahan

( De Data, 1981).

Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dn

cukup mengandung air dan udara. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang

cocok bervariasi, mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai

tanah kasar. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50 %. Keasamanan

tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0 (Reginawati, 2005).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah dengan

kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dan

diperlukan air dalam jumlah yang cukup (Warintek, 2014).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah

sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan

tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh

dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm

dengan pH antara 4 -7. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m

dpl dengan temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m

dpl dengan temperatur 19-23 derajat C. Angin berpengaruh pada penyerbukan

dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman padi

(Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2000).


8

Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

Klasifiaksi tanaman mangga adalah sebagai berikut; Kingdom Plantae,

Divisi Spermatophyta, Sub Divisi Angiopermae, Kelas Dicotyledoneae, Ordo

Sapindales, Famili Anacardiaceae, Genus Mangifera, Spesies Mangifera indica L.

(BAPPENAS, 2007).

Mangga memiliki akar tunggang yang sangat panjang, dapat mencapai 6 m

dalamnya. Pemanjangan akar tunggang tersebut akan terhenti jika ujung akar telah

mencapai permukaan air tanah. Sesudah fase perpanjangan akar tunggang akan

terhenti, lalu terbentuk akar cabang di bawah permukaan tanah. Jumlah akar

cabang makin ke bawah makin sedikit. Paling banyak akar cabang terdapat pada

kedalaman 30-60 cm di bawah permukaan tanah (Pracaya, 2001).

Pada batang tanaman mangga yang masih muda lapisan paling luar

terbentuk dari kulit yang amat tipis disebut kulit ari atau epidermis. Kemudian di

kulit ini dirubah menjadi lapisan gabus. Bila pohon bertambah tua, lapisan ini

tidak tumbuh lagi, melainkan pecah-pecah. Karena di bagian sebelah dalam kulit

timbul lapisan gabus baru, akhirnya lapisan luar mati dan terlepas dari batangnya.

Di dalam lapisan kayu ini terdapat pembuluh kayu yang berfungsi membawa zat-

zat makanan dari akar ke atas. Dan di dalam lapisan kulit terdapat pembuluh

lapisan yang membawa zat makan dari daun ke tempat lain. Lapisan sel yang

terletak antara kedua lapisan tersebut disebut cambium atau daging pembiak.

Kambium inilah yang tumbuh menjadi kayu, oleh karena itu aktivitas kambium
9
ini pohon mangga bertambah besar ( Sunarjono, 1997).

Daun mangga memiliki bentuk yang sederhana (daun selalu ada setiap

musim), ukuran daunnya bervariasi dan dari beberapa sentimeter hingga

desimeter. Mangga lalijiwo berukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan


kutivar gadung. Ukuran daun mangga manalagi lebih besar dan pendek

dibnadingkan dengan gadung, sedangakan bentuk daun mangga golek kecil

panjang meruncing. Daun mangga tumbuhnya serempak, sekali mupus

menghasilkan 5-10 helai daun. Apabila munculnya daun secara serempak pula,

karena umur tunas berkaitan umur tunas berkaitan dengan inisiasi pembungaan

(Ashari, 1995).

Bunga pada mangga dapat melakukan penyerbukan sendiri , karena tepung

sari yang jatuh pada tempat sari berasal dari pohon itu sendiri sehingga mangga

disebut tanaman berumah satu. Menurut susunan secara lengkap, bunga mangga

terdiri dari bagian-bagian dasar bunga, kelopak, daun bunga, bennang sari dan

beberapa buah putik. Bunga mangga dalam keadaan normal adalah bunga

majemuk yang tumbuh dari tunas ujung. Tunas yang asalnya bukan dari

tunas yang tidak menghasilkan bunga tetap menghasilkan ranting daun biasa

( AKK, 1997).

Buah mangga termasuk kelompok buah batu berdaging. Panjang buah

berkisar antara 2,5- 30 cm. Bentuknya ada yang bulat, bulat telur, bulat

memanjang dan ada yang pipih. Warna buah bermacam-macam, tergantung

varietasnya. Variasinya ada yang hijau, kuning, merah atau campuran masing-

masing warna itu. Ujumg buah mangga ada yang berbentuk runcing, biasanya

disebut paruh. Di atas paruh ada bagian yang membengkok disebut sinus, yang
10
dilanjutkan ke bagian perut. Bagian belakang disebut punggung ( Pracaya, 2001).

Biji mangga sering disebut palok . Palok mangga terdiri dari kulit biji yang

keras disebut endocarp dan ada dua keeping biji yang berdaging. Ukuran dan

bentuk biji mangga ada yang besar, ada yang kecil tergantung jenis varietasnya.

Sifat biji ada monoembrional dan ada yang poliembrional ( Pracaya, 2001).
Syarat Tumbuh Tanaman Mangga ( Mangifera indica L.)

Iklim

Tanaman mangga banyak tumbuh di daerah tropik basah, karena habitat

alaminya memang di daerah tropic yang basah pada dataran rendah, yaitu pada

ketinggian di atas permukaan laut. Tanaman mangga memerlukan temperature

yang panas menjelang pembungaan, karena temperature tersebut mencegah

pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pertumbuhan reproduktif total curah

hujan bulanan tidak begitu penting bagi tanaman mangga ( Ashari, 1995).

Tanaman mangga cocok untuk hidup di daerah dengan musim kering

selama 3 bulan. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga. Jika

ditanam di daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan penyakit

serta gugur bunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan (BAPPENAS, 2000).

Mangga masih dapat hidup dengan sehat pada temperature 40- 100 C.

Namun kondisi ini bukan temperatur yang baik untuk pertumbuhan dan produksi.

Temperatur pertumbuhan optimum untuk mangga berkisar anatara 240- 270 C.

pada kondisi ini pertumbuhan mangga sanagt baik dan reproduksinya tinggi.

Apabila temperature naik menjadi 46-490 C dengan disertai angin kencang akan
11

mengakibatkan luka terbakar sinar matahari pada buah. Untuk mengatasinya, tepi

perkebunan mangga yang sering ditiup angin kencang diberi tanaman pematah

angin (Pracaya, 2001).

Tanah

Tanaman mangga tumbuh baik di daerah tropis maupun sub tropis. Di

daerah tropis tumbuh pada ketinggian 0-800 dpl, tetapi paling baik sampai pada

ketinggian 300 dpl. Tipe tanah yang paling cocok bagi tanaman mangga adalah

tanah berpasir, lempung atau liat sedang agak liat, dengan pH optimum 5.5-6.0.
curah hujan yang dibutuhkan sebanyak 100 mm pertahun dengan jumlah musim

kemarau 4-6 bulan. Tanah yang bertekstur liat dapat dengan cukup baik bagi

budidaya tanaman mangga. Pada tanah di daerah perakaran tidak terganggu

sehingga tidak terjadi genangan air (Puslitbang, 2014 ).

Lahan yang bertekstur berat, sebanarnya kurang baik untuk tanaman

mangga. Pada musim hujan lahan akan sulit dikeringkan, air mudah menggenang.

ringan Jika ditanam pada lahan yang bertekstur ringan, banyak mengandung pasir,

biasanya menghasilkan mangga yang berkualitas buahnya kurang baik. Rasa

daging buahnya hambar. Di lahan yang tanahnya remah dan berbutir-butir, sangat

baik untuk tanaman mangga. Lapisan tanahnya mudah ditembus

akar.pertumbuhan tanaman bisanya bagus, karena cukup mendapat air, udara, dan

hara (Pracaya, 2001).

Pada lahan miring, permukaan tanahnya muda terkena erosi. Kalu

pengeringan tanah terlalu cepat, tanaman mangga akan muda sekali mengalami
12
kekurangan air. Ada baiknya dibuat teras-teras sebelum mangga ditanam. Apabila

di lahan yang cekung, pengeringan tanah sering sekali sukar dilakukan. Adanya

air yang menggenang menyebabkan sejumlah akar tanaman kurang sehat

(Pracaya, 2001).

Anatomi Akar Monokotil dan Dikotil

Penampang melintang melalui akar primer (yang belum mengalami

penebalan sekunder) akan menunjukkan dari luar ke dalam epidermis, korteks,

dan silinder pusat. Sel epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tanpa

katikula. Ciri khas akar adalah adanya rambut akar yang berdaptasi untuk

menyerapa air dan garam tanah. Rambut akar adalah sel epidermis yang
memnajang ke luar, tegak lurus ke permukaan akar, dan berbentuk tabung

( Hidayat , 1995).

Pada umumnya korteks terdiri dari sel parenkim. Pada sejumlah besar

monokotil yang tidak melepaskan korteksnya semasa akar masih hidup, banyak

sklerenkim yang dibentuk. Ruang antar sel yang dibentuk lisigen atau sizogen

sering terdapat pada tumbuhan darat yang terendam air, seperti padi. Parenkim

tersebut dianggap berperan dalam pengangkutan gas dan sebagai wadah oksigen

yang diperlukan dalam respirasi jaringan. Pada sejumlah besar tumbuhan, dinding

sel pada lapisan terluar korteks akan membentuk gabus, sehingga terjadi

jaringan pelindung baru, yakni eksodermis yang akan menggantikan

epidermis ( Hidayat , 1995).

Endodermis terdiri atas sel-sel yang membentuk silinder uniserat dan

berkembang. Lapisan sel ini merupakan batas sebelah dalam korteks akar. Pada

bagian akar tersebut sistem pembuluh primer mulai menjadi matang dan 13
jalur

Caspary muncul dalam dinding radial dan dinding melintang sel-sel endodermis

tersebut. Silider pembuluh menepati bagian tengah dari akar. Bentuknya lebih

nyata dari korteks akar dibandingkan dengan yang terdapat dalam batang.

Jaringan pembuluh primer dikitari oleh kumpulan sel yang dinamakan perisikel.

Pada monokotil, yang biasanya tidak mempunyai penebalan sekunder berlangsung

pembentukan sklereid (sklerefikasi) di sebagian atau seluruh perisikel. Ada

beberapa dikotiledon perisikelnya terdiri atas beberapa lapis sel (Fahn, 1982).

Salah satu sifat utama yang membedakan akar dari batang ialah susunan

jaringan pembuluh primer. Pada tubuh primer akar perisikel itu secara langsung

dibatasi di permukaan bagian dalam oleh untaian floem dan xylem. Untaian floem

selalu terpisah-pisah dan terpusat di pinggiran silinder pembuluh. Untaian xylem


dapat dalam satuan terpisah di tepi silinder pembuluh atau dapat meluas ke bagian

tengah, xylem tampak seperti bintang pada irisan melintang. Pada monokotiledon

untaian xylem pada akar seminal sedikit, seperti pada akar dikotiledon, tetapi akar

akar liarnya poliark dan banyaknya untaian pada Palmae dan Pandanaceae dapat

100 atau lebih (Fahn, 1982).

Tubuh sekunder adalah merupakan hasil bentukan kambium. Kambium

mula-mula terlihat pada ujung sebelah dalam dari floem. Tetapi kambium ini

membentuk jaringan sekunder, pericycle di depan kutub xylem membelah.

Derivat sel-sel ini yang disebelah dalam berubah menjadi cambium sehingga

Kambium menjadi bersambung. Kambium ini akan membentuk lingkaran karena

pembentukan xylem didekat floem terjadi lebih dahulu. Kambium ini akan terus

membentuk jaringan sekunder sehingga xylem primer akan terbenam. Dengan


14
mengembangnya lingkaran kambium oleh pertumbuhan sekunder maka sebagian

dari korteks dan pericycle akan mengelupas sehingga akhirnya hanya tinggal

lapisan gabus ( Napitupulu, 2013).

Perbedaan struktur anatomi akar monokotil dan dikotil. Pada akar

monokotil, terdapat xylem yang banyak atau poliarch, biasanya bervariasi antara

11-20. Perisikel yang terdapat pada akar monokotil hanya menghasilkan akar

lateral. Tidak memiliki kambium serta pada akar monokotil tidak terjadi

pertumbuhan sekunder. Empulur berkembang dan membesar. Sedangkan pada

akar dikotil, terdapat berkas xylem yang beragam anatar 2-6 (diarch- heksarch).

Perisikel yang terdapat pada akar dikotil selain menghasilkan akar lateral judga

menghasilakan meristem sekunder. Pada akar dikotil terdapat cambium sehingga

dapat melangsungkan pertumbuhan sekunder. Empulurnya kecil seperti tidak ada

(Upi, 2014).
Batas ujung akar dan kaliptra pada akar monokotil tampak jelas. Perisikel

terdiri dari beberapa lapisan, mempunyai empulur yang luas sebagai pusat akar,

letak xylem dan floem berselang-seling. Sedangkan pada akar tanaman dikotil

batas ujung akar dan kaliptra tidak tampak jelas, perisikel hanya terdiri atas satu

lapis, empulurnya sempit, letak xylem didalam dan floem diluar (dengan

kambium sebagai pembatas) (Kurnia, 2013).


15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Percobaan

Adapun praktikum ini dilakukan di Laboratorium Botani Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanaian Universitas Sumatera Utara, Medan

dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Pada hari Selasa, 3 Juni 2014 pukul 14.00

sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah sebagai

berikut; akar mangga ( Mangifera indica L.) dan akar padi ( Oryza sativa L.)

sebagai objek praktikum. Gabus batang ubi kayu (Manihot utilisima Pohl.)

sebagai tempat untuk mensisipi akar yang akan diiris. Lilin paraffin sebagai cairan

yang digunakan untuk membuat cetakan. Air digunakan sebagai cairan yang akan

ditetesi diatas irisan akar. Kertas A4 digunakan untuk menggambar hasil

penampang anatomi akar yang telah diamati.

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut; mikroskop untuk melihat atau

mengamati akar monokotil dan dikotil. Objek glass sebagai tempat meletakkan

irisan akar. Pisau silet digunakan untuk mengiris akar setipis mungkin. Lampu

berfungsi sebagai sumber cahaya. Kain planel digunakan sebagai alas objek glass

dan deck glass agar tidak berserakan. Serbet digunakan untuk membersihkan

objek glass dan deck glass serta mikroskop yang telah selesai digunakan.

Mikrotom digunakan untuk memotong atau mengiris cetakan preparat yang


16
terbuat dari lilin. Preparat abadi digunakan untuk membandingkan hasil

pengamatan dengan preparat basah yang dibuat sendiri. Deck glass digunakan

untuk menutupi irisan akar yang telah ditetesi air.

.
Prosedur Percobaan

Preparat kering

1. Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan ,

2. Dibuat cetakan persegi dengan alumunium foil,

3. Dipanaskan lilin parafin hingga meleleh,

4. Kemudian dituang lilin ke dalam cetakan sedalam setengah bagian,

5. Dimasukkan organ tumbuhan (akar) ke dalam cetakan tersebut,

6. Kemudian ditung lilin parafin hingga penuh atau mentupi permukaannya,

7. Dipotong atau diiris cetakan dengan menggunakan mikrotom,

8. Diambil potongan objek dan diletakkan diatas kaca preparat,

9. Kemudian ditimpa dengan deck glass,

10. Diamati dibawah mikroskop.

Preparat basah

1. Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum,

2. Dibelah gabus batang ubi kayu dengan menggunakan pisau silet,

3. Kemudian masukkan akar mangga ke dalam gabus dan dipotong ujung

akar yang tersisa. Dilakukan hal yang sama pada akar padi,

4. Diiris tipis mungkin gabus yang telah disisipi akar dengan menggunakan
17

pisau silet,

5. Diletakkan irisan tipis tersebut diatas objek glass dan ditetesi air sedikit

lalu ditutup dengan deck glass,

6. Diamati preparat tersebut dibawah mikroskop


18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Penampang Melintang Akar Mangga


1. Epidermis
2. Korteks

3. Eksodermis
4. Endodermis
5. Stele (vascular)
6. Xylem
7. Floem

10 x 40

Gambar 2. Penampang Melintang Akar Padi


1. Epidermis
2. Korteks

3. Stele (Vascular)
4. Endodermis
5. Pericycle
6. Xylem
7. Empulur
8. Floem

10x 40
19

1. Gambar Penampang Melintang Akar Monokotil (Root of monocotyl)

1. Epidermis

6. Korteks
7. \
5. Exodermis
o
4. Endodermis
r
3. tXylem

e
2. Parenchyma
k

s
1. Phloem

10 x 40

2. Gambar Penampang Melintang Akar Dikotil (Root of dicotyl)

1. Epidermis

2. Korteks

3. Floem
4. Xylem
5. Endodermis

10 x 40
20

Pembahasan

Secara garis besar jika pada akar yang muda dipotong secara melintang

akan terlihat bagian-bagian struktur anatomi pada akar tersebut. Hal ini sesuai

dengan literature Hidayat (1995), yang mengemukakan bahwa penampang

melintang melalui akar primer (yang belum mengalami penebalan sekunder) akan

menunjukkan dari luar ke dalam epidermis, korteks, dan silinder pusat. Sel

epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tanpa katikula. Ciri khas akar adalah

adanya rambut akar yang berdaptasi untuk menyerapa air dan garam tanah.

Rambut akar adalah sel epidermis yang memnajang ke luar, tegak lurus ke

permukaan akar, dan berbentuk tabung .

Berbeda dengan epidermis batang dan daun, epidermis akar yang muda

(rhizodermis) terdiri dari selapis sel yang kompak. Jaringan ini berperan khusus

untuk penghisapan air. Sedangkan keoteks pada akar terutama pada tumbuhan

dikotilodon misalnya yang mempunyai pertumbuhan sekunder dimana korteksnya

akan mengelupas dengan cepat,maka dari itu korteksnya hanya terdiri atas sel

parenkim saja. Hal ini sesuai dengan literatur Hidayat (1995) yang

mengemukakan bahwa, Pada umumnya korteks terdiri dari sel parenkim. Pada

sejumlah besar monokotil yang tidak melepaskan korteksnya semasa akar masih

hidup, banyak sklerenkim yang dibentuk. Ruang natar sel yang dibentuk lisigen

atau sizogen sering terdapat pada tumbuhan darat yang terendam air, seperti padi.

Parenkim tersebut dianggap berperan dalam pengangkutan gas dan sebagai wadah

oksigen yang diperlukan dalam respirasi jaringan. Pada sejumlah besar tumbuhan,

dinding sel pada lapisan terluar korteks akan membentuk gabus, sehingga terjadi

jaringan pelindung baru, yakni eksodermis yang akan menggantikan

epidermis.
Berkas pembuluh pada akar tersusun secara radial dengan xylem exarch

dan floem yang terletak dipinggir central silinder. Perkembangan xylem dan

floem adalah centripetal, sehingga bagisn-bsgisn ini merupakan kutub-kutub.

Banyaknya kutub uuntuk jenis tumbuhan tetentu umumnya adalah tetap,

walaupun hal ini masih ditentukan oleh besarnya diameter akar. Hal ini sesuai

dengan literatur Fahn (1982) yang mengemukakan bahwa, Salah satu sifat utama

yang membedakan akar dari batang ialah susunan jaringan pembuluh primer. Pada

tubuh primer akar perisikel itu secara langsung dibatasi di permukaan bagian

dalam oleh untaian floem dan xylem. Untaian floem selalu terpisah-pisah dan

terpusat di pinggiran silinder pembuluh.

Untaian xylem dapat dalam satuan terpisah di tepi silinder pembuluh atau

dapat meluas ke bagian tengah, xylem tampak seperti bintang pada irisan

melintang. Pada monokotiledon untaian xylem pada akar seminal sedikit, seperti

pada akar dikotiledon, tetapi akar akar liarnya poliark dan banyaknya untaian

pada Palmae dan Pandanaceae dapat 100 atau lebih.

Awal mula perkembangan cambium pembuluh adalah dengan pembelahan

sel pprokambium diantara xylem primer dan floem primer yang belum

terdiferensiasi. Umumnya pertumbuhan sekunder hanya terjadi pada akar tanaman

dikotil untuk memperbesar ukuran akar tunggangnya. Hal ini sesuai dengan

literature Napitupulu (2013) yang mengemukakan bahawa, Tubuh sekunder

adalah merupakan hasil bentukan kambium. Kambium mula-mula terlihat pada

ujung sebelah dalam dari floem. Tetapi kambium ini membentuk jaringan

sekunder, pericycle di depan kutub xylem membelah. Derivat sel-sel ini yang

disebelah dalam berubah menjadi cambium sehingga Kambium menjadi

bersambung. Kambium ini akan membentuk lingkaran karena pembentukan


xylem didekat floem terjadi lebih dahulu. Kambium ini akan terus membentuk

jaringan sekunder sehingga xylem primer akan terbenam. Dengan

mengembangnya lingkaran kambium oleh pertumbuhan sekunder maka sebagian

dari korteks dan pericycle akan mengelupas sehingga akhirnya hanya tinggal

lapisan gabus.

Secara garis besar terlihat jelas perbedaan pada anatomi akar tumbuhan

monokotil dan dikotil. Secara morfologi, tanaman monokotil berakar serabut dan

tanaman dikotil berakar serabut. Hal ini sesuai dengan literatur Anonim (2014),

yang mengatakan bahwa, Perbedaan struktur anatomi akar monokotil dan dikotil.

Pada akar monokotil, terdapat xylem yang banyak atau poliarch, biasanya

bervariasi antara 11-20. Perisikel yang terdapat pada akar monokotil hanya

menghasilkan akar lateral. Tidak memiliki kambium serta pada akar monokotil

tidak terjadi pertumbuhan sekunder. Empulur berkembang dan membesar.

Sedangkan pada akar dikotil, terdapat berkas xylem yang beragam anatar 2-6

(diarch- heksarch). Perisikel yang terdapat pada akar dikotil selain menghasilkan

akar lateral judga menghasilakan meristem sekunder. Pada akar dikotil terdapat

cambium sehingga dapat melangsungkan pertumbuhan sekunder. Empulurnya

kecil seperti tidak ada.

Batas ujung akar dan kaliptra pada akar monokotil tampak jelas. Perisikel

terdiri dari beberapa lapisan, mempunyai empulur yang luas sebagai pusat23akar,

letak xylem dan floem berselang-seling. Sedangkan pada akar tanaman dikotil

batas ujung kar dan kaliptra tidak tampak jelas, perisikel hanya terdiri atas satu

lapis, empulurnya sempit, letak xylem didalam dan floem diluar (dengan

kambium sebagai pembatas)


24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada akar yang masih muda jika dilakukan pemotongan secara melintang akan

terlihat bagian-bagian dari luar ke dalam seperti epidermis, korteks,

eksodermis, endodermis, silinder pusat (stele).

2. Epidermis pada akar tersusun atas sel-sel yang rapat dan berdinding tipis dan

biasanya tanpa katikula.

3. Pada akar terdapat sebuah lapisan baru yang dapat menggantikan epidermis

yaitu eksodermis yang mengandung suberin.

4. Pada akar monokotil, terdapat xylem yang banyak atau poliarch, biasanya

bervariasi antara 11-20. Perisikel yang terdapat pada akar monokotil hanya

menghasilkan akar lateral.

5. Pada akar dikotil, terdapat berkas xylem yang beragam anatar 2-6 (diarch-

heksarch).

Saran

Sebaiknya bagi praktikan selanjutnya dalam melkuak percobaan haru

lebih teliti dalam memotong bahan. Agar hasil potongan yang didapatkan bisa

setipis mungkin, sehingga menghasilkan preparat dengan struktur anatomi akar

yang jelas pada saat diamati dengan mikroskop.


26

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014.
http://www.file.upi.edu (Diakses 17 Juni 2014).

Aksi Agribisnis Kasinus, 1997. Budidaya Tanaman Mangga. Kasinus.Yogyakarta.


http://www.repository .usu.ac.id/ /12345678/17659/4/chapter%20II.pdf
(Diakses 30 mei 2014).

Aksi Agribisnis Kasinus, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kasinus, Yogyakarta.


http://www.repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/30835/4/Chapter%20
II.pdf (Diakses 10 Juni 2014).

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

BAPPENAS, 2007.
http://www.repository.usu.ac.id//12345678/17659/4/chapter%20II.pdf
(Diakses 30 mei 2014).

BAPPENAS, 2000.
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/mangga.pdf
(Diakses 16 Juni 2014).

Chang, TE-Tzu and E.A. Bardenas, 1976. The Morphology and Varietal
Characteristic of Rice Plant . Technical Bulletin 4, The International
Rice Research Institute, Los Banos, Philippines.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_ltkp
(Diakses 30 Mei 2014).

Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2000.


http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17659/Chapter%20I
I.pdf (Diakses 17 Juni 2014).

Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, 1982. Petunjuk Perlakuan Pasca Panen
Tanaman Padi. http://www.warintek.sistek.go.id/pertanian/padi.pdf
(Diakses 9 Juni 2014)

De Data, S.K, 1981. Principles and Practices of Rice Production. A Wiley


Interscience Publication. New York.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi _2009_ltkp
27
(Diakses 30 Mei 2014).

Fahn, A., 1982. Anatomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hidayat, E,. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB-Press, Bandung

Kurnia, R., 2013. http://id.scibd/mobile/doc/937553605 (Diakses 14 Juni 2014).

Lakitan, B., 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada,


Yogyakarta.

Manurung, S.O., dan M. Ismunadji. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi, hal 55-
103. Dalam M. Ismunadji, S. Partohardjono, M. Syam dan A. Widjono
(Eds). Padi-Buku 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
http://dosen.nareotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/Pengujian-
Toleransi-Padi-Oryza-sativa-L-Terhadap-Salinitas-Pada-Fase-
Perkecambahan.pdf (Diakses 15 Juni 2014).

Napitupulu, J.A, 2013. Pengantar Anatomi Tumbuhan. USU-Press, Medan.

Pracaya, 2001. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwono dan H. Purnamawati. 2008. Budidaya 8 jenis tanaman Pangan Unggul.


Penebar Swadaya. Depok. 139 hal
http://dosen.nareotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/Pengujian-
Toleransi-Padi-Oryza-sativa-L-Terhadap-Salinitas-Pada-Fase-
Perkecambahan.pdf (Diakses 15 Juni 2014).

Puslitbang, 2014.
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/mangga.pdf
(Diakses 16 Juni 2014).

Reginawati, 2005. Padi (Oryza sativa L.)


http://www.repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/30835/4/Chapter%20
II.pdf (Diakses 10 Juni 2014).

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT Sastra Hudaya,


Jakarta.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi _2009_ltkp
(Diakses 30 Mei 2014).
Sumartono., B. Samad dan R. Hardjono, 1990. Bercocok Tanam Padi. Yasaguna,
Jakarta.
http://www.repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/30835/4/Chapter%20
28
II.pdf (Diakses 10 Juni 2014).

Sunarjono, 1997. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.


http://www.repository.usu.ac.id//12345678/17659/4/chapter%20II.pdf
(Diakses 30 mei 2014).

Suparyono dan A. Setyono, 1996. Padi. Penebar Swadaya, Jakarta.


http://www.repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/30835/4/Chapter%20
II.pdf (Diakses 10 Juni 2014).

Tjirosoepomo , G. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rica


Research Institute. Los Banos, Philippines.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi _2009_ltkp
(Diakses 30 Mei 2014).

Warintek, 2014.
http://warintek.bantulkabz.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&
file=34 (Diakses 30 Mei 2014).

Anda mungkin juga menyukai