Anda di halaman 1dari 26

ANATOMI BATANG

LAPORAN

OLEH :
ADJIE MUHAMMAD AKBAR
190301111
AGROTEKNOLOGI - 3

L A B O R A T O R I U M B O T A N I
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
ANATOMI BATANG

LAPORAN

OLEH :
ADJIE MUHAMMAD AKBAR
190301111
AGROEKOTEKNOLOGI - 3

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Komponen Penilaian


di Laboratorium Botani Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

L A B O R A T O R I U M B O T A N I
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Judul : Anatomi Batang
Nama : Adjie Muhammad Akbar
NIM : 190301111
Program Studi : Agroteknologi
Kelas/Kelompok : AET – 3/ 1

Ditugaskan Oleh
Dosen Penanggung Jawab Praktikum

(Dr. Ir. Lisa Mawarni, MP)


NIP. 196405261989032003

Diperiksa Oleh Diperiksa Oleh


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(Yosua Julando Sinaga) (Tri Yudha Prasetyo Widarmo)


NIM: 160301202 NIM: 160301039
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini

dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Anatomi Batang” yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium

Botani, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Lisa Mawarni, MP ;

Ir.Meiriani, MP ; Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP ; Ir. Hot Setiado, M.S, selaku

dosen mata kuliah Botani. Serta abang dan kakak asisten Laboratorium Botani

yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan jurnal ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga jurnal ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................1
Tujuan Praktikum..............................................................................3
Kegunaan Penulisan..........................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Padi dan Mangga...................................................4
Anatomi Batang...............................................................................10

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Praktikum.........................................................13
Alat dan Bahan Praktikum...............................................................13
Prosedur Praktikum..........................................................................14

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil.................................................................................................15
Pembahasan.....................................................................................16

KESIMPULAN .........................................................................................18
..
DAFTAR PUSTAKA................................................................................19

LAMPIRAN

PENDAHULUAN
ii
Latar Belakang

Menurut asal meristem, jaringan dewasa dibedakan menjadi jaringan

primer dan jaringan sekunder. Jaringan primer adalah jaringan yang dibentuk oleh

sel-sel yang berasal dari meristem primer. Jaringan sekunder adalah jaringan yang

dibentuk oleh sel-sel berasal dari meristem sekunder. Jaringan dewasa penyusun

organ tumbuhan tingkat tinggi antara lain jaringan pelindung (epidermis), jaringan

dasar (parenkim), jaringan penguat (penyokong), jaringan pengangkut (vaskuler),

dan jaringan sekretori (Denda, 2013).

Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan

organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan,

seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan

jaringan pengangkut. Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan

menutupi permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar . Berdasarkan

ontogeninya, epidermis berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm .

Epidermis berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan.

Berdasarkan fungsinya, epidermis dapat berkembang dan mengalami modifikasi

seperti stomata dan trikomata (Rompas, 2011).

Tubuh makhluk hidup tersusun atas jutaan sel. Sel-sel yang memiliki

struktur dan fungsi yang sama membentuk suatu jaringan. Beberapa macam

jaringan akan membentuk suatu organ. Kumpulan bermacam-macam organ

membentuk suatu sistem organ. Akhirnya, beberapa macam sistem organ saling

melengkapi dan bekerja sama untuk membentuk suatu individu makhluk hidup.

2
Namun, pada tumbuhan tidak terdapat sistem organ. Pertumbuhan hanya sampai

pada organ kemudian membentuk satu individu tumbuhan (Permatasari, 2012).

Kajian anatomi perbandingan merupakan salah satu bukti yang sangat

berperan penting dalam taksonomi. Kajian anatomi menyediakan bukti mengenai

hubungan antar kelompok yang lebih besar seperti suku dan juga membantu

membangun kedekatan nyata status taksonomi yang tidak pasti. Kombinasi

karakter lebih dapat diandalkan daripada hanya terbatas pada satu karakter.

Karakter anatomi baik organ vegetatif maupun organ generatif memiliki sifat

lebih tetap dan plastisitas minimal (Faria et al., 2012).

Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada

perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas

pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium

vasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang

mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil,

berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak

berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup,

sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan

menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas

pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan

Lingkaran Tahun (Zhao, 2005).

3
Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat susunan anatomi

batang tumbuhan dikotil yaitu mangga (Mangifera indica L.) dan batang

monokotil yaitu padi (Oryza sativa L.) menggunakan mikroskop cahaya di

Laboratorium Botani, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

melengkapi komponen penilaian dan syarat dalam mengikuti praktikum di

Laboratorium Botani, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang

membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dan Mangga (Mangifera indica L.)

Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi

tanaman penghasil bahan pangan pokok di kebanyakan negara daerah tropis,

terutama di Asia dan Afrika (Herawati, 2012).

Padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam Kingdom:

Plantae, Divisio: Spermatophyta, Sub divisio: Angiospermae, Kelas:

Monocotyledoneae, Ordo: Poales, Famili: Poaceae, Genus: Oryza, dan

Speciesnya: Oryza sativa L (Hanum,2008).

Tanaman padi dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu padi kering yang

tumbuh di lahan kering dan padi sawah yang memerlukan air menggenang dalam

pertumbuhan dan perkembangannya. Genus Oryza L. meliputi lebih kurang 25

spesies, tersebar di daerah tropik dan sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan

Australia (Herawati, 2012).

Tanaman Mangga merupakan tanaman buah tahunan (parennial plants)

berupa pohon berbatang keras yang tergolong kedalam famili Anarcadiaceae.

Mangga diperkirakan berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar

ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Kata mangga sendiri

berasal dari bahasa Tamil, yaitu mangas atau man-kay. Dalam bahasa botani,

mangga disebut Mangifera indica L. yang berarti tanaman mangga berasal dari

India (Rohmaningtyas, 2010).


5

Taksonomi tanaman mangga diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom:

Plantae; Diviso: Spermatophyta; Kelas: Dicotyledoneae; Ordo: Sapindales;

Famili: Anacardiaceae; Genus: Mangifera; Spesies: Mangifera indica L. (Safitri,

2012).

Mangga tumbuh berupa pohon berbatang tegak, memiliki banyak cabang,

dan bertajuk rindang. Tinggi pohon dewasa bisa mencapai 10 sampai 40 m. Umur

tanaman bisa mencapai 100 tahun lebih. Morfologi tanaman mangga terdiri atas

akar, batang, daun, serta bunga. Bunga menghasilkan buah dan biji (plok) yang

secara generatif dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Pracaya, 2006).

Syarat Tumbuh Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Iklim

Padi dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, tumbuh di daerah tropis

dan subtropis pada 45o LU dan 45o LS dengan cuaca panas dan kelembaban

tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200

mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam dimusim kemarau atau

hujan. Pada musim kemarau produksi meningakat asalkan irigasi selalu tersedia.

Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena

penyerbukan kurang intesif (Hanum,2008).

Penanaman padi pada musim kemarau akan lebih baik dibandingkan pada

musim hujan, asalkan sistem pengairannya baik. Proses penyerbukan dan

pembuahan padi pada musim kemarau tidak akan terganggu oleh hujan sehingga

padi yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Akan tetapi, apabila padi ditanam
pada musim hujan, proses penyerbukan dan pembuahan menjadi terganggu oleh

hujan. Akibatnya, banyak biji padi yang hampa (Hasanah, 2007).


6

Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan.

Sinar matahari diperlukan padi untuk melangsungkan proses fotosintesis, terutama

pada pembungaan dan pemasakan buah akan tergantung terhadap intensitas sinar

matahari. Angin juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi yaitu

dalam penyerbukan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman

(Herawati, 2012).

Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang

rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu

proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi

akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu bunting

dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari.

Temperatur yang tepat untuk dataran rendah pada ketinggian 0-650 m dpl

temperatur 22-27oC sedangkan didataran tinggi 650-1500 m dpl dengan

temperatur 19-23oC (Hanum, 2008).

Tanaman padi secara umum membutuhkan suhu minimum 11°-25°C untuk

perkecambahan, 22°-23 C untuk pembungaan, 20°-25°C untuk pembentukan biji,

dan suhu yang lebih panas dibutuhkan untuk semua pertumbuhan karena

merupakan suhu yang sesuai bagi tanaman padi khususnya di daerah tropika.

Suhu udara dan intensitas cahaya di lingkungan sekitar tanaman berkorelasi

positif dalam proses fotosintesis, yang merupakan proses pemasakan oleh

tanaman untuk pertumbuhan tanaman dan produksi buah atau biji (Aak, 2003).
7

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas

dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm bulan-1

atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki sekitar

1500-2000 mm tahun-1 dengan ketinggian tempat berkisar antara 0-1500 m dpl

dan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah dengan

kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan perbandingan tertentu dan

diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan atasnya sekitar

18-22 cm dengan pH 4-7 (Surowinoto, 1982).

Tanah

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk

pengamatan tertentu. Kesesuian tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini

(present) atau setelah diadakan perbaikan (improvement). Lebih spesifik lagi

kesesuian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri

atas iklim, tanah, topografi, hidrologi, dan/atau drainase sesuai untuk suatu usaha

tani atau komoditas tertentu yang produktif (Djaenudin et al., 2003).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah

yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu

dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik

pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm (Siregar et al., 2007).
8

Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah

bertekstur kasar. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya

berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram)

mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan)

air dan unsur hara. Pada tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya kegiatan jasad

renik dalam perombakan bahan organik akan mengalami kesulitan dikarenakan

tanah-tanah yang bertekstur demikian berkemampuan menimbun bahan-bahan

organik lebih tinggi yang kemudian terjerap pada kisi-kisi mineral, dan dalam

keadaan terjerap pada kisi-kisi mineral tersebut jasad renik akan sulit merombak

(Abdurrahman et al., 2007).

Syarat Tumbuh Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

Iklim

Tanaman mangga mempunyai daya adaptasi yang tinggi, baik di dataran

rendah maupun dataran tinggi, dengan keadaan volume curah hujan sedikit atau

banyak. Tetapi untuk memperoleh produksi mangga yang tinggi membutuhkan

temperatur, curah hujan, keadaan awan dan angin yang sesuai untuk syarat

pertumbuhan tanaman mangga (Rohmaningtyas, 2010).

Suhu udara yang ideal adalah antara 27-34 C dan tidak ada angin kencang

atau angin panas. Di samping itu, untuk mendapatkan produksi yang optimal,

tanaman mangga membutuhkan penyinaran antara 50%-80% (Rukmana, 1997).


9

Temperatur untuk pertumbuhan optimum tanaman mangga antara 24-

27ºC. Suhu tersebut memungkinkan pertumbuhan vegetatif dengan hasil yang

baik. Temperatur yang rendah akan menyebabkan kerusakan bagi tanaman

mangga muda (umur lima tahun). Namun ada juga tanaman mangga yang masih

tahan terhadap suhu rendah, tetapi tidak dapat berproduksi dengan baik

(Gunawan, 2003).

Tanah

Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung

pasir dan lempung dalam jumlah yang seimbang. Derajat keasaman tanah (pH

tanah) yang cocok adalah 5,5-7,5. Jika pH di bawah 5,5 sebaiknya dikapur dengan

dolomit (BPP Teknologi, 2014).

Tanah yang baik untuk budidaya mangga dalam kondisi tanah tidak terlalu

kering atau terlalu basah dan tidak banyak mengandung garam atau air payau.

Tanaman mangga yang ditanam di daerah berpasir, mangga dapat hidup dengan

baik dan cepat berproduksi pada tanah yang bertekstur ringan (tanah lempung

berpasir) yang banyak mengandung unsur hara nitrogen sampai tanah berat (tanah

lempung atau tanah liat), asalkan drainasenya baik (Kurnia, 2005).

Pertumbuhan dan produksi mangga yang optimal membutuhkan jenis

tanah berpasir, lempeng atau agak liat. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman
mangga adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik,dan

drainasenya baik. Jenis tanah Aluvial mempunyai pengaruh baik terhadap kualitas

buah

(Rukmana, 1997)
10

Anatomi Batang

Batang merupakan organ tumbuhan yang menopang daun dan organ

reproduktif dan biasanya terletak diatas tanah (kecuali pada tanaman yang

berhizoma) dan berdiri tegak. Batang tersusun atas xilem, floem, perisikel,

endodermis, korteks, dan epidermis (Nugraha et.al., 2017).

Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal

(protoderm, ground meristem, dan prokambium) dan terdiri dari jaringan

epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan

kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil

dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm. Pada batang monokotil,

jaringan permanen primer selain dari meristem apikal juga berasal dari meristem

interkalar. Jaringan monokotil primer terdiri dari jaringan dasar fundamental

dimana letak ikatan pembuluh terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat

kambium, kecuali pada beberapa spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan

sekunder, walaupun tidak dapat mengadakan pertumbuhan sekunder, batang

monokotil dapat mempunyai batang yang besar karena adanya pertumbuhan

meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil dan monokotil tersebut, memiliki

perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada batang. Pada dikotil, tipe ikatan

pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan bikolateral. Sedangkan pada


monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe kolateral tertutup yang

umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan anatomi akar lebih

sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan anatomi akar

bervariasi-Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga sistem jaringan

pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan


11

pengangkut. Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang

berfungsi melindungi promeristem akar (David, 2013).

Pada akar dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada di lapisan paling

luar akar adalah epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih. Beberapa

sel epidermis membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu

akar. Bulu-bulu akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga

memperluas permukaan kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih

memacu penyerapan air oleh akar karena semakin banyak bagian matrik tanah

yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks

yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel

korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan

akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan

paling dalam pada korteks adalah endodermis, yaitu suatu silinder setebal satu sel

yang membentuk perbatasan antara korteks dan stele (Lakitan, 2007).

Perbedaan yang mendasar antara anatomi batang dan akar terletak pada

struktur pembuluh angkutnya. Susunan xilem dan floem pada akar terletak pada

radius yang berbeda dan berseling secara bergantian, sedang pada batang floem

dan xilem terletak dalam satu radius, floem berada di sebelah luar dan xilem di
sebelah dalam. Susunan berkas pengangkut pada akar disebut radial sedangkan

pada batang kolateral. Sifat xilem pada akar disebut eksark karena letak

protoxilem berada di sebelah luar metaxilem sedangkan pada batang disebut

endark karena letak protoxilem di sebelah dalam metaxilem. Floem dan xilem

pada batang membentuk suatu berkas yang tersusun di dalam satu lingkaran

(Kartini, 2010).
12

Sel – sel epidermis tersusun atas satu lapis sel, rapat, tidak bercelah dan

pada dinding yang menghadap ke atmosfer, didapatkan penebalan yang

mengandung kutin (Dima, 2010).

Xilem yang terbentuk pertama kali adalah protoxilem dan unsur xilem

yang terbentuk kemudian adalah metaxilem yang menjadi dewasa secara

sentrifugal, yang disebut xilem endark. Walaupun kedua macam xilem ini tidak

dapat dibedakan dengan jelas dalam irisan melintang, namun diantara dua macam

jaringan ini terdapat perbedaan struktural dimana protoxilem berukuran kecil dan

metaxilem berukuran lebih besar. Sebagaimana pada xilem primer, dalam floem

primer terdapat protofloem dan metafloem. Protofloem berdiferensiasi lebih

dahulu daripada metafloem dan arah diferensiasinya secara sentripetal. Dari hasil

penelitian sulit membedakan protofloem dan metafloem sehingga floem primer

dianggap satu jaringan dan tidak ditentukan protofloem dan metafloemnya

(Faria.et al, 2012).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Program

Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada hari

Selasa, 12 November 2019 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain mikroskop

cahaya sebagai alat untuk mengamati objek, preparat abadi, preparat basah beserta

deck glass untuk tempat meletakkan objek, pipet tetes untuk meneteskan aquades

ke preparat, pisau silet (gillete) untuk mengiris batang agar mudah diamati, lampu

penerangan beserta cok sambung untuk menerangi objek pada saat pengamatan

dengan mikroskop, kamera ponsel untuk mendokumentasikan hasil pengamatan

dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain gabus

ubi kayu (Manihot esculenta), batang mangga yang masih muda (Mangifera
indica L.), batang padi (Oryza sativa L.) dan aquades untuk membantu

melekatkan objek pada preparat.

14

Prosedur Praktikum

A. Pengamatan dengan Preparat Abadi

1. Diatur masuknya cahaya pada mikroskop,

2. Diletakkan preparat abadi pada meja preparat,

3. Dilihat dengan objek 10x, diteteskan posisi epitel yang akan diperiksa,

4. Dibuat perbesaran dengan objektif 40x.

B. Pengamatan dengan Preparat Basah

1. Diatur masuknya cahaya pada mikroskop,

2. Dipersiapkan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum,

3. Dibelah gabus ubi kayu kira-kira sepanjang 1 cm,

4. Dimasukkan organ tumbuhan lain ke dalam gabus ubi kayu yang telah dibelah,

5. Dipotong setipis mungkin dengan menggunakan silet,

6. Diletakkan potongan tersebut ke preparat,

7. Diteteskan air secukupnya pada preparat,

8. Diamati dengan mikroskop dan difoto hasilnya.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Preparat Abadi

No. Gambar Keterangan


1. Batang Dikotil (Mangga)
1. Epidermis
1
2. Korteks
2 3. Xilem
4. Kambium
5. Floem
6. Empulur
7. Berkas Pembuluh
8. Perisikel
9. Sklerenkim
2. Batag Monokotil (Padi)
1. Epidermis
2. Berkas Pembuluh
3. Floem
4. Jaringan Dasar
5. Empulur
6. Xilem

16

Pembahasan

Batang merupakan organ tumbuhan yang menopang daun dan organ

reproduktif dan biasanya terletak diatas tanah (kecuali pada tanaman yang

berhizoma) dan berdiri tegak. Hal tersebut sesuai dengan literatur (Nugraha.et.al,

2017) yang menyatakan bahwa, batang tersusun atas xilem, floem, perisikel,

endodermis, korteks, dan epidermis.

Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan

daun, bunga, buah, biji, batang dan akar. Hal tersebut sesuai dengan literatur

(Rompas, 2011) yang menyatakan bahwa, berdasarkan ontogeninya, epidermis

berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm . Epidermis berfungsi sebagai


pelindung bagian dalam organ tumbuhan. Berdasarkan fungsinya, epidermis dapat

berkembang dan mengalami modifikasi seperti stomata dan trikomata.

Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks yang memiliki ukuran

yang relatif besar dan berdinding tipis. Hal tersebut sesuai dengan literatur

(lakitan,2007) yang menyatakan bahwa, dinding sel korteks ini sangat parmeabel,

sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akar bergerak menuju pembuluh

xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks

adalah endodermis, yaitu suatu silinder setebal satu sel yang membentuk

perbatasan antara korteks dan stele.

Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada

perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas

pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium

vasikuler. Hal tersebut sesuai dengan literatur (Zhao,2005) yang menyatkan

bahwa,
17

keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan

bertambah besarnya diameter batang.

Perbedaan yang mendasar antara anatomi batang dan akar terletak pada

struktur pembuluh angkutnya. hal ini sesuai dengan literatur (Kartini, 2010) yang

menyatakan bahwa, susunan xilem dan floem pada akar terletak pada radius yang

berbeda dan berseling secara bergantian, sedang pada batang floem dan xilem

terletak dalam satu radius, floem berada di sebelah luar dan xilem di sebelah

dalam. Susunan berkas pengangkut pada akar disebut radial sedangkan pada

batang kolateral. Sifat xilem pada akar disebut eksark karena letak protoxilem
berada di sebelah luar metaxilem sedangkan pada batang disebut endark karena

letak protoxilem di sebelah dalam metaxilem. Floem dan xilem pada batang

membentuk suatu berkas yang tersusun di dalam satu lingkaran.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada praktikum anatomi batang antara lain sebagai

berikut:

1. Batang merupakan organ tumbuhan yang menopang daun dan organ

reproduktif dan biasanya terletak diatas tanah (kecuali pada tanaman yang

berhizoma) dan berdiri tegak.

2. Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan

daun, bunga, buah, biji, batang dan akar.

3. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks yang memiliki ukuran yang

relatif besar dan berdinding tipis.


4. Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan

selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut

juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium vasikuler.

5. Perbedaan yang mendasar antara anatomi batang dan akar terletak pada struktur

pembuluh angkutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2003. Budi Daya Tanaman padi, Yogyakarta: Kanisius.

Abdurachman, A., A. Dariah dan., A. Mulyani. 2007. Strategi dan teknologi


Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional
Jurnal Litbang Pertanian, 27(2): hal 43-49.

Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan


Horkultura (BBPPMBTPH). 2014. Pengendalian Hama dan Penyakit
pada Tabulampot Mangga (Mangifera indica). Jakarta: Kementrian
Pertanian.

David. 2013. Anatomy Morphology of Plants. General Horticulture,


Online Journal

Denda, T. 2013. Struktur dan Jaringan Pada Tumbuhan. Jurnal Online

Dima, S.R. 2010. Analisis Struktur Anatomi Akar Tanaman Bayam


(Amaranthus sp.). Skripsi, Universitas Nusa Cendana, Kupang
Djaenuddin, et al. 2003. Etunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas
Pertanian. Bogor. Balai Penelitian Tanah, Puslitbang Tanah dan Agroklimat

Faria, A.P.G. de, Viera, A.C.M. and Wendt, T. 2012. Leaf Anatomy and Its
Contribution to The Sistematics of Aechmea Subgenus Macrochordion
(de Vriese) Baker (Bromeliaceae). Anais da Academia Braseleira de
Ciencias, 84(4): 961-971.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman jilid 2. Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. 280 hal.

Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media. Jakarta. 68 hal.

Herawati, W.D. 2012. Budidaya Padi, Yogyakarta: Javalitera.

Kartini, E. 2010. Batang Pada Tanaman. Jurnal Online UM

Kurnia. 2005. Panduan Lengkap Budidaya Mangga. Jakarta: PT. Penebar


Swadaya.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja


Grafindo Persada

Nugraha dan Hartanto, L. 2017. Buku Penunjuk Praktikum Anatomi Tumbuhan.


Bandung: UPI
20

Permatasari, N. 2012. Penuntun Biologi. Pdf

Pracaya. 2006. Bertanam Mangga Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rohmaningtyas, D. 2010. Perbanyakan Tanaman Mangga Dengan Teknik


Okulasi Di Kebun Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura Tejomantri
Wonorejo Polokarto Sukoharjo. Skripsi. Surakarta, Universitas Sebelas
Maret.

Rompas, Y. 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan

Suku Orchidaceae Jurnal Biologos, Volume 1 nomor 1,

Rukmana, R. 1997. Mangga: Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius

Safitri, A.A. 2012. Studi Pembuatan Fruit Leather Mangga-Rosella. Skripsi


Makassar, Universitas Hasanuddin.

Siregar, F.I. J. Ginting dan T. Irmansyah. Pertumbuhan dan Produksi Padi


Gogo Varietas Situ Bagendit pada Jarak Tanam yang Berbeda dan
Pemberian Kompos Jerami. Jurnal Online Agroteknologi 1(2): 98-111

Surowinoto, S. 1982. Budidaya Tanaman Padi. Jurusan Agronomi Faperta IPB


Bogor. Hal: 56-58.

Zhao. 2005. The Xylem and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues

of the Arabidopsis Root-Hypocotyl1. Oxford Journal.

Anda mungkin juga menyukai