Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Ekologi Medan, Oktober 2021

ANALISIS PERBEDAAN TUMBUHAN BAWAH DAN SEMAI

Dosen Penanggung jawab :

Dr. Budi Utomo, SP, MP


Disusun Oleh :
Khairanti Liandari 201201027
Abdul Rahman Hakim 201201084
Supri Alwin 201201163
Yanri 201201170
Indira Laksmi Wardhani 201201176

Kelompok 5
HUT 3B

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan laporan Praktikum Ekologi yang berjudul “Analisis Perbedaan
Tumbuhan Bawah Dan Semai” ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan Praktikum
Ekologi ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Ekologi, Program
Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian laporan ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Budi Utomo, SP,
MP selaku dosen pembimbing mata kuliah ekologi, yang telah mengajarkan materi
praktikum dengan baik begitu juga dengan asisten praktikum silvika yang telah
membantu kami dalam melaksanakan praktikum yang hasilnya kemudian
dituangkan dalam laporan ini.
Kami sadar, penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
teknik maupun materi. Oleh sebab itu, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran
dari para pembaca demi penyempurnaan laporan praktikum ini. Akhir kata, semoga
laporan praktikum ini bermanfaat bagi kita semua

Medan, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan .......................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ....................................................................................... 5
Alat dan Bahan ............................................................................................ 5
Prosedur Praktikum ..................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................................. 7
Pembahasan ................................................................................................. 8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................. 10
Saran ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Analisis Perbedaan Tumbuhan Bawah di Ekosistem Hutan ................... 7
Tabel 2. Analisis Perbedaan Semai di Ekosistem Hutan ...................................... 7
Tabel 3. Analisis Perbedaan Tumbuhan Bawah di Ekosistem Non Hutan ........... 7
Tabel 4. Analisis Perbedaan Semai di Ekosistem Hutan ...................................... 7

iii
1

PENDAHULUAN

Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan hujan tropis
yang sangat luas. Ekosistem hutan hujan tropis memiliki tingkat keanekaragaman
hayati yang tinggi karena adanya kondisi habitat yang heterogen, baik secara
vertikal maupun horisontal. Kondisi habitat yang bervariasi memberikan peluang
berbagai spesies tumbuhan untuk hidup bersama dalam ekosistem, salah satu
diantaranya adalah spesies tumbuhan bawah. Indonesia merupakan negara tropika
yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas. Keberadaan kawasan hutan ini
merupakan aset nasional yang harus terus dikelola dan dikembangkan kearah lebih
baik, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hutan merupakan sumberdaya
alam yang mempunyai manfaat besar bagi bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi,
sosial budaya, maupun ekonomi yang harus dikelola dan dimanfaatkan secara
rasional dengan memperhatikan kebutuhan generasi masa kini dan masa datang.
Hasil yang diperoleh dari hutan berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu
(Tudjuka et al., 2014).
Dari keanekaragaman sumber daya hayati dihutan tersebut tidak hanya
terbatas pada jenis tumbuhan berkayu, namun juga ditumbuhi oleh keanekaragaman
tumbuhan bawah yang memiliki beranekaragaman jenis yang tinggi. Tumbuhan
bawah juga menjadi salah satu dari fungsi hutan. Keanekaragaman jenis tumbuhan
bawah yang sangat tinggi menyebabkan adanya kemungkinan masih banyak jenis-
jenis tumbuhan bawah lainnya yang belum teridentifikasi, sehingga kita tidak dapat
mengetahui dengan jelas bagaiman keanekaragaman tumbuhan bawah yang
sebenarnya. Tumbuhan bawah adalah suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di
bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan,
herba dan semak belukar. Tumbuhan bawah memiliki fungsi pokok dalam
mengkonversi tanah dan air. Hal ini dikarenakan tumbuhan bawah memiliki sistem
perakaran yang banyak sehingga menghasilkan rumpun yang rapat dan mampu
mencegah erosi tanah, sebagai pelindung tanah dari butiran hujan dan aliran
permukaan, juga berperan dalam meningkatkan bahan organik dalam tanah
(Achmad et al., 2014).
2

Semai merupakan suatu tahapan dari siklus hidup tumbuhan. Semai adalah
akhir dari suatu proses regenerasi dari bjij. Semai itu anakan pohon mulai kecambah
sampai tinggi kurang dari 1,5 m. Periode pertumbuhan semai terletak antara masa
perkecambahan biji dan masa tumbuhan muda yang merupakan periode paling
kritis dan mematikan. Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegitan
memproses benih menjadi bibit/ semai yang selalu siap ditanam. Ciri-ciri semai
yang selalu dilakukan adalah akar yang bagian tubuh tumbuhan yang berada dalam
tanah. Akar pada semai terbentuk dan merupakan pertumbuhan lanjut dari radikula.
Akar lembaga atau radikula biasanya akan tumbuh terus sebagai akar tunggang.
Hipokotil merupakan bagian pangkal pada sumbu yang ke batang dan hanya terdiri
atas satu ruas. Hipokotil diantara kotiledon dan leher akar. Kotiledon merupakan
salah satu organ pada semai yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan atau
fotosintesis (Sutarman et al., 2015).
Tumbuhan bawah adalah tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang
tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Persaingan
atau kompetisi adalah suatu corak interaksi antara dua pihak organisme yang
memperebutkan faktor kehidupan yang sama. Persaingan terjadi apabila sejumlah
organisme membutuhkan kehidupan yang sama dengan faktor tersebut tidak cukup
tersedia. Dalam hal melakukan identifikasi terhadap berbagai jenis tumbuhan
bawah yang juga merupakan bagian dari keanekaragaman sumber daya alam hayati
maka perlu dilakukan pengukuran – pengukuran, baik itu pengukuran secara
langsung terhadap organisme yang bersangkutan ataupun dengan cara
mengevaluasi indikator – indikator yang ada. Aspek yang dapat diamati saat
pengukuran keanekaragaman sumber daya hayati adalah jumlah jenis, kerapatan
atau kelimpahan, penyebaran, dominasi, produktivitasi, variasi di dalam jenis,
variasi atau keanekaragaman genetik, laju kepunahan jenis, nilai jenis atau genetik,
jenis asli (alami) atau asing, dan indikator lainnya (Fahmi et al., 2015).

Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai perbedaan antara tumbuhan bawah dengan semai yang ada didalam atau
disekitar kampus USU agar potensi tersebut dapat dikelola dan dimanfaatkan bagi
kepentingan ilmu pengetahuan.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan bawah merupakan komponen vegetasi dasar di bawah tegakan


hutan selain permudaan pohon, yang terdiri atas rerumputan, herba dan semak
belukar. Kelompok vegetasi ini memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas
ekosistem hutan, dan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah berfungsi untuk
mempertahankan siklus hidrologi, penyedia bahan organik, dan menjaga
kelembaban tanah. Tumbuhan bawah selain memiliki fungsi ekologi juga memiliki
manfaat ekonomi yang dapat dikem bangkan, salah satunya sebagai sumber bahan
obat. Pemanfaatan tumbuhan bawah sebagai sumber bahan obat merupakan
alternatif yang dapat diusaha kan untuk mendorong pengembangan hasil hutan
bukan kayu dari kawasan hutan hujan tropis (Sutarman et al., 2015).
Dalam suatu ekosistem hutan, masyarakat tumbuh-tumbuhan berhubungan
erat satu sama lain dengan lingkungannya. Hubungan ini terlihat dengan adanya
variasi dalam jumlah masing-masing jenis tumbuhan dan terbentuknya struktur
masyarakat tumbuh tumbuhan tersebut. Terbentuknya pola keanekaragaman dan
struktur spesies vegetasi hutan merupakan proses yang dinamis, erat hubungannya
dengan kondisi lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Tumbuhan bawah adalah
suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan
pohon hutan, yang meliputi rerumputan, herba dan semak belukar. Dalam
stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah menempati stratum D yakni
lapisan perdu, semak dan lapisan tumbuhan penutup tanah pada stratum E.
Keberadaan tumbuhan bawah di lantai hutan dapat berfungsi sebagai penahan
pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga meminimalkan bahaya-bahaya
erosi (Dahir, 2012).
Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)
maupun binatang (fauna) dari yang sederhana sampai yang bertingkat tinggi dan
dengan luas sedemikian rupa serta mempunyai kerapatan tertentu dan menutupi
areal, sehingga dapat membentuk iklim mikro tertentu.. Keberadaan flora dan fauna
yang menjadi satukesatuan dalam menyusun ekosistem hutan dan membentuk
keanekaragaman hayati. Keadaan flora hutan rakyat yang beragam akan memberi
pengaruh yang beragam terhadap ekosistem hutan itu sendiri. Terutama terhadap
4

ekosistem tanah yang bergantung pada seresah dan fauna tanah yang akan
berpengaruh terhadap kemampuan tanah tersebut dalam menyerap air hujan.
Struktur vegetasi akan mempengaruhi terhadap ketebalan serasah yang akan
mempengaruhi ekosistem permukaan tanah. Struktur vegetasi juga akan
berpengaruh terhadap dayaporositas tanah karena adanya peran akar pepohonan
yang menjadi jalan bagi air masuk kedalam tanah (Setiadi, 2018).
Tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang menempati lapisan bawah suatu
komunitas pohon. Komunitas pohon tersebut dapat berupa hutan alam ataupun
hutan tanaman. Komunitas tumbuhan bawah selalu identik dengan gulma yang
sejak dahulu dipandang sebagai tanaman pengganggu dan merugikan. Apabila
dilihat dari perspektif yang lain, keberadaan komunitas tumbuhan bawah pada
hutan tanaman merupakan komponen keanekaragaman hayati yang sangat penting
untuk dilestarikan, karena mempunyai beberapa nilai yaitu: nilai eksistensi, etika,
estetika, nilai jasa lingkungan, nilai warisan, nilai pilihan, nilai konsumtif dan nilai
produktif. Tumbuhan bawah juga mempunyai arti ekologis karena pada hakekatnya
tumbuhan bawah adalah sebagian dari penyusun ekosistem hutan. Kehadiran
tumbuhan bawah pada hutan tanaman selain sebagai sumber keragaman hayati juga
berperan untuk melindungi tanah dan organisme tanah, membantu menciptakan
iklim mikro di lantai hutan, menjaga tanah dari bahaya erosi, serta dapat
memelihara kesuburan tanah (Fahmi et al., 2015).
Vegetasi tumbuhan bawah, yaitu semua vegetasi yang bukan pohon dan tidak
dapat tumbuh menjadi tingkat pohon. Kehadiran tumbuhan bawah pada hutan
tanaman selain sebagai sumber keragaman hayati juga berperan untuk melindungi
tanah dan organisme tanah, membantu menciptakan iklim mikro di lantai hutan,
menjaga tanah dari bahaya erosi, serta dapat memelihara kesuburan tanah. Erosi
permukaan yang berlangsung terus menerus akan menghanyutkan unsur hara pada
lapisan tanah atas, sehingga mengakibatkan hilangnya kesuburan tanah pada suatu
tegakan hutan tanaman (Wijana, 2014).
Tumbuhan bawah merupakan vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan
hutan yang meliputi rerumputan, herba dan semak belukar. Tumbuhan bawah
memiliki banyak potensi antara lain sebagai tumbuhan obat, bahan pangan,
tanaman hias, dan penghasil minyak atsiri. Keberadaan tumbuhan bawah di lantai
5

hutan juga berfungsi untuk menjaga kelembaban dan meningkatkan infiltrasi air
hujan ke dalam tanah. Selain tumbuhan koleksi dan tumbuhan yang sengaja
ditanam. Pada tegakan tertentu, tumbuhan bawah yang sangat rimbun dapat
mempengaruhi produktivitas getah pinus, dikarenakan tumbuhan bawah dapat
menutupi bidang sadapan dari cahaya matahari. Cahaya matahari dapat
meningkatkan suhu dan menurunkan persen kelembaban di suatu lingkungan.
Rendahnya suhu dan tingginya kelembaban pada tegakan pinus dapat
mempengaruhi produktivitas pinus. Pertumbuhan pada tumbuhan bawah sangat
dipengaruhi oleh intensitas matahari dan tutupan tajuk. Intensitas matahari yang
besar menyebabkan tumbuhan bawah di tegakan pinus tumbuh dengan baik. Zat
alelopati dapat menghambat munculnya tumbuhan bawah (Baba, 2020).
Tumbuhan bawah mempunyai beberapa peranan yang sangat penting sebagai
bagian atau komposisi dari keanekaragaman hayati dan oleh karena itu dalam
pengendalian laju erosi tumbuhan bawah sangat diperlukan. Namun demikian
informasi-informasi yang mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan-tumbuhan
bawah pada hutan tanaman, khususnya data kuantitatif masih sangat sedikit dan
minim. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui komposisi dan
keragaman jenis tumbuhan bawah pada beberapa jenis tegakan hutan tanaman
penghasil kayu pertukangan seperti mahoni, pinus, sungkai, dan seru (Asdak,
2012).
Kehadiran tumbuhan bawah pada hutan tanaman selain sebagai sumber
keragaman hayati juga berperan untuk melindungi tanah dan organisme tanah,
membantu menciptakan iklim mikro di lantai hutan, menjaga tanah dari bahaya
erosi, serta dapat memelihara kesuburan tanah. Erosi permukaan yang berlangsung
terus menerus akan menghanyutkan unsur hara pada lapisan tanah atas, sehingga
mengakibatkan hilangnya kesuburan tanah pada suatu tegakan hutan tanaman.
Penghilangan tumbuhan bawah dan seresah dalam pengelolaan hutan tanaman dan
kebun campuran dapat meningkatkan besarnya erosi dan aliran permukaan.
Disamping itu keberadaan tumbuhan bawah dapat digunakan untuk
menggambarkan keadaan tanah yang dapat dilihat secara nyata di lapangan,
sebelum dilakukan analisis laboratorium. (Adi et al., 2013).
6

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Ekologi Hutan yang berjudul “Analisis Keanekaragaman
Tumbuhan Bawah dan Semai” ini dilaksanakan pada hari Jumat, 19 November
2021 pada Pukul 15.50 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini dilakukan secara
daring dengan menggunakan Google Meet, Google Classroom, dan Whatsapp..

Alat dan Bahan


Alat yang digunaka dalam praktikum ini adalah meteran, patok, tali
plastik/rafia, counter, dan buku pedoman pengenalan jenis tumbuhan bawah.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ekosistem hutan dan
ekosistem non hutan yang akan diamati.

Prosedur Praktikum
1. Dibuatlah petak contoh pengamatan dengan ukuran 5 x 5 m, Untuk
memudahkan pengukuran dan pengamatan, petak contoh tersebut dibagi lagi
menjadi 5 x 1m.
2. Dihitunglah banyaknya jenis tumbuhan bawah dan semai yang ada.
3. Lakukan identifikasi jenis tumbuhan bawah serta semai yang ada pada setiap
sub plot

Contoh Tabel
Tabel 1. Analisis Perbedaan Tumbuhan Bawah dan Semai
Plot No Jenis Jumlah Ciri-ciri
1
2
3
4
5

HASIL DAN PEMBAHASAN


7

Hasil
Adapun hasil dari praktikum yang berjudul “Analisis Perbedaan Tumbuhan
Bawah dan Semai” ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data pengamatan Ekosistem Hutan Analisis Semai
Sub
Plot No Jenis Ciri-Ciri Jumlah
Plot
Batang lurus, daun majemuk
1 1 1 Mahoni (Swietenia mahagoni) 2
menyirip genap
Batang lurus, daun majemuk
2 1 Mahoni (Swietenia mahagoni) 2
menyirip genap
3 - - - -
Batang lurus, daun majemuk
4 1 Mahoni (Swietenia mahagoni) 1
menyirip genap
5 - - - -

Tabel 2. Data Pengamatan Ekosistem Hutan Analisis Tumbuhan Bawah


Sub
Plot No Jenis Ciri-Ciri Jumlah
Plot
Daun majemuk, tulang daun
1 1 1 Paku-pakuan (Adiantum pedatum) 62
menyirip, agak berkayu
Daun majemuk, tulang daun
2 1 Paku-pakuan (Adiantum pedatum) 86
menyirip, agak berkayu
Daun majemuk, tulang daun
3 1 Paku-pakuan (Adiantum pedatum) 98
menyirip, agak berkayu
Daun majemuk, tulang daun
4 1 Paku-pakuan (Adiantum pedatum) 79
menyirip, agak berkayu
Daun majemuk, tulang daun
5 1 Paku-pakuan (Adiantum pedatum) 95
menyirip, agak berkayu

Tabel 3. Data Pengamatan Ekosistem Non Hutan Analisis Semai


Sub
Plot No Jenis Ciri-Ciri Jumlah
Plot
1 1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -

Tabel 4. Data Pengamatan Ekosistem Non Hutan Analisis Tumbuhan Bawah


Plot Sub No Jenis Ciri-Ciri Jumlah
Plot
1 1 1 Putri Malu (Mimosa pudica) Batang berwarna merah dan 3
daun hijau majemuk
2 Rumput Gajah (Pennisetum Tegak lurus, merumput lebar, 12
purpureum) daun panjang
3 Rumput Teki (Cyperus rotundus) Daun garis, licin, tidak 8
berambut
2 1 Rumput Gajah (Pennisetum Tegak lurus, merumput lebar, 11
purpureum) daun panjang
2 Rumput (Borrebia otala) Memiliki bunga, daun menyirip 2
3 Mawar Kayu Kuning (Canonea Menjalar, daun menyirip dan 4
umbellata) berwarna hijau
4 Paku-pakuan (Adiantum Daun menyirip, agak berkayu 1
pediatum)
8

3 1 Putri Malu (Mimosa pudica) Batang berwarna merah dan 2


daun hijau majemuk
2 Rumput Teki (Cyperus rotundus) Daun garis, licin, tidak 8
berambut
3 Mawar Kayu Kuning (Canonea Menjalar, daun menyirip dan 11
umbellata) berwarna hijau
4 Paku-pakuan (Adiantum Daun menyirip, agak berkayu 3
pediatum)
4 1 Paku-pakuan (Adiantum Daun menyirip, agak berkayu 2
pediatum)
2 Rumput Teki (Cyperus rotundus) Daun garis, licin, tidak 5
berambut
5 1 Rumput Gajah (Pennisetum Tegak lurus, merumput lebar, 8
purpureum) daun panjang
2 Rumput Teki (Cyperus rotundus) Daun garis, licin, tidak 7
berambut

Pembahasan
Berdasarkan pengamatan Praktikum Ekologi Hutan berjudul “Analisis
Perbedaan Tumbuhan Bawah dan Semai” ini dihasilkan data berdasarkan pada plot
ukuran 5 meter x 5 meter yang memiliki 5 subplot yang masing-masing berukuran
1 meter x 5 meter. Pengamatan ini dilakukan di dua ekosistem berbeda yaitu
ekosistem hutan dan ekosistem non hutan. Pada ekosistem hutan diperoleh analisis
semai dengan satu jenis yaitu, Mahoni (Swietenia mahagoni) yang terdapat di plot
1, 2, dan 4 dengan jumlah masing- masing 2, 2, dan 1. Sedangkan analisis tumbuhan
bawahnya ditemukan satu jenis juga yaitu, Paku-pakuan (Adiantum Pediatum) yang
terdapat di semua subplot dengan jumlah masing-masing 1.
Pada ekosistem non hutan analisis semainya tidak terdapat apapun
didalamnya. sedangkan untuk tumbuhan bawah terdapat putri malu (Mimosa
pudica) berjumlah 3, rumput gajah (Pennisetum purpureum) berjumlah 12 dan
rumput teki (Cyperus rotundus) berjumlah 8 di subplot 1. pada sub plot 2 terdapat
rumput gajah (Pennisetum purpureum) berjumlah 11, rumput, mawar kayu kuning
(Canonea umbellata) berjumlah 2, dan paku-pakuan (Adiantum peditum) berjumlah
4. Pada subplot 3 terdapat putri malu (Mimosa pudica) berjumlah 2, rumput teki
(Cyperus rotundus) berjumlah 8, rumput gajah (Pennisetum purpureum) berjumlah
11 dan mawar kayu kuning (Canonea umbellata) berjumlah 3. Pada subplot 4
terdapat paku-pakuan (Adiantum peditum) berjumlah 2 dan rumput teki (Cyperus
rotundus) berjumlah 5. Pada subplot 5 terdapat rumput gajah (Pennisetum
purpureum) berjumlah 8 dan rumput teki (Cyperus rotundus) berjumlah 7.
9

Menurut Erna (2017) menjelaskan bahwa Semai aadalah salah satu


komposisi vegetasi yang beriupa anakan pohon yang mula berkecambah dan
memeiliki ketinggian sampai atau kurang dari 1,5 meter sedangkan tumbuhan
bawah sendiri adalah tumbuhan bawah yang terdiri dari tumbuhan bawah selain
permudaan pohon, misalnya rumput, herba, dan semak belukar atau perdu serta
paku – pakuan. Pananjung tumbuhan bawah memiliki fungsi pokok dalam
mengkonservasi tanah dan air. Hal ini dikarenakan tumbuhan bawah memiliki
sistem perakaran yang banyak sehingga menghasilkan rumpun yang rapat dan
mampu mencegah erosi tanah, sebagai pelindung tanah dari butiran hujan dan aliran
permukaan, juga berperan dalam meningkatkan bahan organik dalam tanah
(sebagai pupuk hijau maupun mulsa). Selain fungsi ekologi, beberapa jenis
tumbuhan bawah telah diidentifikasi sebagai tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pangan, tumbuhan obat, dan sebagai sumber energi alternatif.
Soerianegara dan Indrawan (2019) memberikan batasan mengenai vegetasi
tumbuhan bawah, yaitu semua vegetasi yang bukan pohon dan tidak dapat tumbuh
menjadi tingkat pohon. Kehadiran tumbuhan bawah pada hutan tanaman selain
sebagai sumber keragaman hayati juga berperan untuk melindungi tanah dan
organisme tanah, membantu menciptakan iklim mikro di lantai hutan, menjaga
tanah dari bahaya erosi, serta dapat memelihara kesuburan tanah. Erosi permukaan
yang berlangsung terus menerus akan menghanyutkan unsur hara pada lapisan
tanah atas, sehingga mengakibatkan hilangnya kesuburan tanah pada suatu tegakan
hutan tanaman. Penghilangan tumbuhan bawah dan seresah dalam pengelolaan
hutan tanaman dan kebun campuran dapat meningkatkan besarnya erosi dan aliran
permukaan. Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, salah
satunya tidak terlalu padat, sehingga dapat membantu pembentukan dan
perkembangan akar tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
10

1. Tumbuhan bawah merupakan komponen vegetasi dasar di bawah tegakan


hutan selain permudaan pohon, yang terdiri atas rerumputan, herba dan
semak belukar.
2. Semai adalah akhir dari suatu proses regenerasi dari bji.
3. Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, hanya terdapat vegetasi
Mahoni (Swietenia mahagoni) di dalam plot semai ekosistem hutan.
4. Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, pada ekosistem non hutan
analisis semainya tidak terdapat apapun didalam plot pengamatannya.
5. Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, pada ekosistem non hutan
analisis tumbuhan bawahnya terdapat tumbuhan Putri malu (Mimosa
pudica).

Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan secara offline agar praktikan lebih
memahami materi yang akan di ujikan, dan sebaiknya praktikan belajar terlebih
dahulu sebelum praktikum dimulai agar praktikan bisa lebih memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad., Hadi.S., Harram.S., Sa’id.G.E., Satiawiharja.B., Dan Kardin.K.M.


2014. Mekanisme Serangan Pathogen Lodoh Pada Semai Pinus (Pinus
Merkusii). Jurnal Silvikultur Tropika. 3(1) : 57-64.

Asdak. 2012. Analisis Komposisi Dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Di


Hutan Desa Bali Aga Tigawasa, Buleleng – Bali. Jurnal Biodiversitas,
3(1): 288–299.

Baba A. 2020. Struktur Dan Komposisi Tumbuhan Bawah 3 Tahun Setelah


Kebakaran Pada Tegakan Pinus Merkusii Hutan Pendidikan Universitas
Hasanuddin. Jurnal Universitas Hasanuddin, 1-11.

Dahir. 2012. Analisis Vegetasi Tumbuhan Invasif Di Kawasan Cagar Alam


Lembah Anai, Sumatera Barat. Jurnal Biology Education Conference,
13(1): 743-747.

Fahmi, A. N., Pantiwati, Y., & Rofieq, A. 2015. Keanekaragaman Flora Pada
Ekosistem Hutan Rakyat Di Desa Prancak Kabupaten Sumenep.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Malang. 1(1): 328-338.

Nikmah, N., Jumari, J., & Wiryani, E. 2016. Struktur Komposisi Tumbuhan
Bawah Tegakan Jati Di Kebun Benih Klon (Kbk) Padangan
Bojonegoro. Jurnal Akademika Biologi. 5(1): 30-38.

Setiadi D. 2018. Keragaman Genetik Araucaria Cunninghamii Sumber Asal Benih


Kepulauan Papua Pada Pertumbuhan Di Tingkat Semai. Jurnal Biology
Education Conference, 15(1): 785-790.

Sutarman Dan Prihatiningrum, E, A. 2015. Penyakit Hawar Daun Pinus Merkusii


Di Berbagai Persemaian Kawasan Utama Hutan Pinus Jawa Timur. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman Tropika. 15(1) : 44-52.

Tudjuka, K., Ningsih, S., & Toknok, B. 2014. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Obat Pada Kawasan Hutan Lindung Di Desa Tindoli Kecamatan Pamona
Tenggara Kabupaten Poso. Warta Rimba, 2(1), 120-128.
LAMPIRAN

Ekosistem non hutan

Gambar 1. Pembuatan Plot Gambar 2. Paku-pakuan (Adiantum pediatum)

Gambar 3. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Gambar 4. Plot non hutan

Ekosistem Hutan

Gambar 5. Pembuatan plot Gambar 6. Plot semai


Gambar 7. Plot tumbuhan bawah Gambar 8. Paku-pakuan (Adiantum pedatum)

Anda mungkin juga menyukai