Anda di halaman 1dari 17

STUDI PUSTAKA : REVIEW JURNAL "SIFAT KIMIA TANAH

PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI UB FOREST"


Dosen Pembimbing :
Dr. Rosalina, S.T, M.Si
Ir. Erna Styani, M.Si
Jenny Anna MT, M.Si

Disusun oleh : Kelompok 3 (2F)

1. Ahmad Prayoga 2230425

2. Karira Anindya 2230447

3. Leo Candra Permana Sadi 2230450

4. Nathalia Milanova Paat 2230460

5. Wisnu Bagus Irawanto 2230478

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
POLITEKNIK AKA BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Studi Pustaka : Review Jurnal “Sifat Kimia Tanah Pada
Berbagai Penggunaan Lahan di UB Forest” ini dengan baik.
Terselesaikan makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Dr. Rosalina, S.T., M.Si, selaku dosen pembimbing dan dosen mata
kuliah Kimia Lingkungan yang telah memberi bimbingan kepada kami,
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Ir. Erna Styani, M.Si, selaku dosen pembimbing dan dosen mata kuliah
Kimia Lingkungan yang telah memberi bimbingan kepada kami, sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Jenny Anna MT, M.Si, selaku dosen pembimbing dan dosen mata kuliah
Kimia Lingkungan yang telah memberi bimbingan kepada kami, sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami berharap dengan sungguh-sungguh supaya laporan ini mampu
berguna serta bermanfaat. Kami sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik serta saran untuk memperbaiki makalah ini dengan baik.

Bogor, 3 September 2023

Penyusun,
Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Hutan Pendidikan...........................................................................................6
2.2 Tanah..............................................................................................................6
2.3 Sifat Kimia Tanah...........................................................................................7
2.4 Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Kimia Tanah...........................8
2.5 Pengaruh Bahan Organik Pada Sifat Kimia Tanah.........................................9
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................9
3.1 Lokasi dan Waktu.........................................................................................10
3.2 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................10
3.3 Metode Penelitian.........................................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL.............................................................10
BAB V PENUTUP................................................................................................12
5.1 Kesimpulan...................................................................................................13
5.2 Saran.............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan merujuk pada suatu ekosistem yang terdiri dari sebidang lahan yang
penuh dengan sumber daya alam hayati, dengan pepohonan yang
mendominasi dalam konteks lingkungannya. Dalam lingkungan ini, elemen-
elemen ini saling terhubung dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sementara itu, kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang telah ditetapkan
dan diakui oleh pemerintah untuk dijaga dan dipelihara agar tetap berfungsi
sebagai hutan yang utuh. Fungsi lain hutan untuk ekologi adalah sebagai
gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi
flora dan fauna, bank lingkungan regional dan global yang tidak ternilai, baik
sebagai pengatur iklim, penyerap CO2 serta penghasil oksigen (Jayapercunda,
2002). ). Luas kawasan hutan Indonesia tahun 2012 mencapai 130,61 juta Ha.

Pada tahun 2016, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik


Indonesia memberikan mandat kepada Universitas Brawijaya (UB) untuk
mengelola hutan produksi yang diberi nama UB Forest. Hutan ini memiliki
luas 554 hektar dan terletak di lereng Gunung Arjuno, tepatnya di Dusun
Sumbersari, Desa Tawang Argo, Karangploso, Kabupaten Malang. Komunitas
akademik Universitas Brawijaya (UB) berinisiatif mendirikan UB Forest
sebagai bentuk pengabdian. Misi UB Forest adalah mengubahnya menjadi
tempat penelitian yang mendukung pengembangan produk-produk yang
bersaing di tingkat internasional. Selain itu, dengan membangun kawasan UB
Forest, harapannya adalah meningkatkan produktivitas dan pendapatan
masyarakat lokal.

Hingga saat ini, belum ada penelitian yang telah dilakukan untuk
memahami situasi kimia tanah dalam berbagai jenis penggunaan lahan di
dalam wilayah UB Forest. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang akan
mengkaji sifat kimia tanah untuk memberikan kerangka referensi yang
berguna dalam upaya mengelola lahan di UB Forest, baik dalam konteks
budidaya pertanian maupun pelestarian ekosistem hutan yang ada di sana.

4
Penelitian ini akan membantu dalam pengembangan praktik-praktik
berkelanjutan serta memahami peran penting tanah dalam ekosistem ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konten utama yang terdapat dalam jurnal tersebut?
2. Apa saja kekurangan dalam jurnal tersebut yang harus duperhatikan dan
diperbaiki?

1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi konten dalam jurnal
2. Menemukan aspek-aspek yang perlu diperbaiki dari jurnal tersebut

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Pendidikan
Hutan adalah suatu kawasan yang ditandai oleh vegetasi yang sangat lebat,
yang meliputi berbagai jenis tanaman seperti pohon, semak, paku-pakuan, rumput,
jamur, dan lain-lain. Hutan ini tersebar luas di wilayah-wilayah yang beragam.
Fungsi-fungsi utama hutan meliputi penyerapan karbon dioksida (sebagai
penampung karbon dioksida), sebagai habitat bagi beragam hewan, pengatur
aliran air, menjaga keberlangsungan tanah, dan memiliki peran signifikan dalam
biosfer Bumi. Hutan merupakan komponen kehidupan yang ada di seluruh dunia,
ditemukan di berbagai iklim dan topografi, mulai dari daerah tropis hingga daerah
beriklim dingin, serta dari dataran rendah hingga pegunungan, dan dari pulau-
pulau kecil hingga benua-benua besar.

Hutan Pendidikan adalah kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh


pejabat atau pihak terkait lainnya sebagai kawasan hutan yang diperuntukkan
sebagai hutan Pendidikan. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang,
memiliki luas hutan yang besar baik itu itu hutan lindung dan hutan industry,
hendaknya dikelola dan dikembangkan dengan baik sehingga dapat dijadikan
sarana edukasi. Dalam pemanfaatan dan pengembangan hutan sebagai sarana
edukasi hendaknya mematuhi peraturan yang sudah ditentukan oleh pemerintah,
agar tetap lestari untuk generasi berikutnya.

2.2 Tanah
Tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersamaan dengan sistem bumi
yang lain yaitu air dan atmosfer, menjadi inti, fungsi, perubahan dan kemantapan
ekosistem. Tanah berkedudukan khas dalam masalah lingkungan hidup,
merupakan kimia lingkungan dan membentuk landasan hakiki bagi manusia
(James, 1995 dalam Notohadiprawiro, 1998)). Tanah merupakan material
kompleks yang terbentuk dari batuan besar.

Formasi tanah merupakan hasil dari siklus geologi yang secara terus
menerus terjadi pada permukaan tanah. Siklus in meliputi pelapukan, transportasi,
deposisi atau pelapisan dan seterusya yang dipengaruhi ole pelapukan dan cuaca
(Redana, 2011). Fungsi tanah secara kimiawi adalah sebagai gudang dan

6
penyuplai zat hara atau nutrisi (senyawa-senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, B, CI)
(Mas'ud, 1992). Unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersebut dikelompokan
menjadi dua yaitu unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro tersusun atas
N, P, K, Ca, Mg, S, CHO sedangkan unsur hara mikro tersusun atas Fe, Mn, Mo,
B, Zn, Cu, CI, Na, Co. Ini merupakan nutrisi bagi tanaman yang harus tersedia
dalam tanah sesuai peruntukannya.

Faktor pembentukan tanah adalah kondisi lingkungan tau kekuatan yang


dapat mendorong proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses
pembentukan tanah untuk berjalan. Proses pembentukan tanah dilakukan melalui
berbagai reaksi fisik, kimia dan biologi. Reaksi in menghasilkan sifat-sifat tanah,
dan karena sifat-sifat tersebut tanah dapat melakukan fungsi-fungsi tertentu
(Notohadiprawiro, T. 2016).

Faktor-faktor lain memainkan peran penting dalam pembentukan tanah,


tetapi faktor-faktor in bersifat lokal. Faktor-faktor tersebut selaniutnva berperan
dalam proses pelapukan bahan induk dan pembentukan tanah, meliputi proses
fisik, kimia, dan biologi. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah menurut Anwar
dan Dyah (2014) adalah iklim, organisme atau jasad hidup, topografi, bahan
induk, dan waktu.

2.3 Sifat Kimia Tanah


Hutan memberikan banyak manfaat baik secara langsung maupun tidak
langsung, salah satunya manfaatnya sebagai gudang keanekaragaman hayati.
Selain itu hutan dengan berbagai jenis penggunaan lahan yang beragam dapat
menyumbang seresah melalui bagian tanaman (daun, ranting, batang, buah dan
bunga).

Seresah merupakan bagian mati pada tanaman berupa daun, cabang,


ranting, bunga dan buah yang gugur dan tinggal di permukaan tanah baik yang
masih utuh ataupun yang sudah mengalami pelapukan. Peran seresah sangat
penting untuk mengendalikan penguapan yang berlebihan pada musim kemarau
sehingga tanah tetap lembab dan kekeringan tidak terjadi secara berkepanjangan.
Pada musim penghujan seresah di permukaan tanah berperanan penting dalam

7
meningkatkan jumlah air yang masuk ke dalam tanah, mengurangi jumlah dan
laju limpasan permukaan pada lahan-lahan berlereng (Hairiah et al., 2004).

Penutupan seresah pada permukaan tanah penting untuk mengendalikan


penguapan yang berlebihan pada musim kemarau sehingga tanah tetap lembab
dan kekeringan tidak terjadi secara berkepanjangan. Pada musim penghujan
seresah di permukaan tanah berperan mengurangi laju limpasan permukaan pada
lahan-lahan berlereng. Lapisan seresah menjadi tempat mencari makan bagi
organisme tanah. Seresah juga mempertahankan kandungan bahan organik tanah
tetap tinggi (Hartanto, 2010).

Banyaknya karbon organik tanah pada lapisan tanah yang lebih dalam
merupakan fraksi terpenting bagi sekuestrasi-C jangka panjang. Berbeda dengan
karbon organik tanah dalam tanah permukaan (topsoil), yang sering mengalami
dekomposisi cepat oleh meningkatnya aktivitas mikroba dekat permukaan tanah
dan fluktuasi suhu tanah serta kadar air yang tinggi, karbon organik tanah dalam
subsoil terlindung di dalam agregat tanah dan mempunyai laju pelapukan yang
rendah (Lorenz dan Lal, 2005). Hasil penelitian Poirier et al. (2009) di Quebec,
Canada menunjukkan bahwa akumulasi karbon (C) lebih tinggi pada lapisan di
bawah permukaan tanah. Di Australia ditemukan bahwa potensi penyimpanan
karbon (C) adalah terbatas pada lapisan 0-10 cm dan akan berkurang sejalan
dengan waktu. Secara umum, tanah diestimasi mengandung 1500 Pg karbon
sampai kedalaman 1 m, yaitu dua kali lipat jumlahnya di atmosfir. Tingginya
kadar C tersebut disebabkan oleh produksi biomasa yang tinggi (di atas dan
dibawah tanah), serasah dan akhirnya tingginya residu organik yang dikembalikan
ke dalam tanah, dan juga meningkatkan agregasi tanah yang melindungi senyawa
karbon dari dekomposisi yang cepat (Conant et al., 2001; Lu et al., 2011; Six et
al., 2000). Akumulasi karbon dapat meningkat pada lapisan tanah 0-10 cm, tetapi
juga dapat cepat menurun karena mudah terdekomposisi (Sanderman et al., 2010).

2.4 Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Kimia Tanah


Pengelolaan tanah memberi kontribusi yang sangat besar bagi simpanan
karbon dunia, sebab kapasitas lahan pertanian dan tanah terdegradasi dalam
mengikat karbon mencapai 50 - 60% dari kehilangan karbon yang mencapai 42 –

8
72 Pg (1 Pg = 1015 g C). Praktek pengelolaan tanah meningkatkan simpanan
karbon organik tanah melalui penambahan biomasa dalam jumlah besar ke dalam
tanah mengurangi kerusakan tanah, menjaga tanah dan air, meningkatkan struktur
tanah, memacu aktivitas dan keragaman spesies fauna tanah, dan mendorong
mekanisme siklus unsur hara tanah (Lal, 2004). Pengolaan tanah berupa
penggunaan pupuk yang tepat (jenis, dosis, waktu dan cara) akan sangat
menguntungkan baik secara ekonomis, teknis, sosial, maupun kesehatan
lingkungan. Untuk mendapatkan dosis pupuk yang efisien dan rasional, maka
diperlukan dukungan data mengenai status kesuburan tanah dan kebutuhan
tanaman akan unsur hara. Sabihan dan Anas (2000) mengatakan penyusunan
rekomendasi pemupukan yang sesuai dengan status kesuburan tanah sangat
penting mengingat penggunaan pupuk yang tidak berimbang atau rasional
(misalnya N, P, K), secara terus menerus pada lahan pertanian akan mempercepat
pengurangan unsur hara lain seperti Ca, Mn, S, Cu dan Zn (Richard et al., 2001).
Simpanan bahan organik di dalam tanah juga berasal dari bahan organik yang
ditambahkan dalam bentuk pupuk atau mulsa organik ke dalam tanah.

2.5 Pengaruh Bahan Organik Pada Sifat Kimia Tanah


Pengaruh bahan organik terhadap sifat kimia tanah antara lain terhadap
kapasitas tukar kation, pH tanah, kemampuan tanah terhadap keharaan tanah.
Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KTK tanah. Koloid
yang bersal dari batuan memiliki KTK lebih rendah (3-150 me.100g-1). Secara
kualitatif KTK tanah dapat diketahui dari teksturnya. Tanah dengan kandungan
pasir yang tinggi memiliki KTK yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah
dengan kandungan liat atau debu. KTK tanah yang rendah dapat ditingkatkan
dengan menambahkan bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang,
penambahan hancuran batuan zeolit secara signifikan juga.

9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada Mei 2017 sampai dengan Oktober 2017 di
wilayah UB Forest yang terletak di Kecamatan Karangploso dan Kecamatan
Singosari, Kabupaten Malang.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup untuk pengukuran sifat kimia dan fisika tanah berdasarkan
parameter KTK, Basa-basa tersedia, pH, N-Total, Tekstur, P-Tersedia di UB
Forest.

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan oleh jurnal dengan melakukan survei
lapangan untuk penentuan plot. Lokasi plot pengambilan sampel terdapat pada
berbagai sistem penggunaan lahan di kawasan UB Forest di Dusun Sumbersari
dan Buntoro.

10
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
Universitas Brawijaya (UB) diberi mandat oleh Menteri Kehutanan dan
Lingkungan Hidup Republik Indonesia untuk mengelola hutan produksi seluas
544 ha yang sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani sebagai Kawasan Hutan
dengan Tujuan Khusus untuk Pendidikan (KHDTK), dan diberi nama UB Forest.
Kondisi penggunaan lahan yang ada di UB Forest bervariasi mulai dari sangat
rapat sampai jarang. Perbedaan dalam penggunaan lahan dapat berpotensi
memengaruhi masukan bahan organik yang berasal dari seresah (daun, cabang,
ranting yang gugur) dan akar-akar yang telah mati. Namun hingga saat ini belum
ada penelitian yang telah dilakukan untuk memeriksa situasi kimia tanah dalam
berbagai jenis penggunaan lahan di UB Forest. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian tentang karakteristik kimia tanah agar dapat menjadi panduan dalam
mengelola lahan, baik dalam konteks pertanian maupun pelestarian ekosistem di
UB Forest.

Akan tetapi, masih terdapat beberapa kekurangan pada jurnal yang harus
mendapatkan perhatian lebih lanjut. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas
jurnal tersebut, perlu dilakukan evaluasi mendalam terhadap metode penelitian
yang digunakan, pengumpulan dan analisis data, serta penggunaan referensi yang
mendukung. Selain itu, penting juga untuk mengidentifikasi dan mengatasi setiap
potensi kesalahan yang mungkin muncul dalam penelitian. Dengan
memperhatikan dan mengatasi kekurangan-kekurangan ini, jurnal dapat menjadi
sumber informasi yang lebih kuat dan bermanfaat bagi pembaca dan peneliti
lainnya.

Pertama, penelitian ini tidak melakukan perbandingan dengan baku mutu


atau parameter kualitas tertentu yang umumnya digunakan dalam penelitian
kualitas tanah. Dalam konteks jurnal penelitian yang disebutkan, terdapat
ketidakjelasan mengenai jenis lahan yang menjadi fokus studi, hal ini
mengakibatkan kesulitan dalam membandingkan hasil penelitian dengan standar
yang ada pada Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000. Sebaliknya, penelitian
ini lebih berfokus pada memahami bagaimana faktor-faktor lingkungan seperti

11
nutrisi tanah, kelembapan udara, cahaya matahari, dan suhu memengaruhi
pertumbuhan tanaman.

Kedua, penelitian ini tidak memberikan informasi yang cukup tentang


kedalaman tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tertentu. Meskipun
penelitian tersebut mempertimbangkan beberapa variabel lingkungan seperti
tingkat keasaman tanah (pH) dan kapasitas tukar kation (KTK) pada kedalaman
tertentu, penjelasan lebih lanjut tentang kedalaman tanah yang optimal akan
menjadi tambahan yang berharga dalam konteks penelitian ini. Kedalaman tanah
yang ideal dapat bervariasi tergantung pada jenis tanaman yang diteliti, dan
penjelasan lebih lanjut tentang hal ini akan memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif tentang faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan tanaman.

Ketiga, penelitian ini tidak mencakup detail teknik pengambilan sampel


dan metode pengujian yang digunakan. Meskipun disebutkan bahwa penelitian
menggunakan metode survei lapangan dan bahwa lokasi plot pengambilan sampel
tersebar di berbagai sistem penggunaan lahan, informasi yang lebih mendalam
tentang metode ini tidak diberikan. Penyebutan hanya variasi pengambilan sampel
dan metode statistik adalah kurang memadai dan membatasi pemahaman tentang
prosedur penelitian yang sebenarnya.

Meskipun demikian, penelitian Oktaria Hermata Putri dan rekan-rekan


memberikan kontribusi yang berharga dalam pemahaman tentang hubungan
antara faktor lingkungan dan pertumbuhan tanaman. Dengan memperhatikan
kekurangan-kekurangan ini, penelitian selanjutnya dapat mengisi kesenjangan
pengetahuan ini dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang
faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan tanaman serta kualitasnya.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan serta hasil yang didapat, dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini memberikan wawasan tentang kondisi tanah di UB Forest,
yang memiliki variasi penggunaan lahan yang bervariasi. Meskipun terdapat
beberapa kekurangan dalam penelitian ini, seperti ketidakjelasan dalam metode
penelitian dan kurangnya perbandingan dengan baku mutu, penelitian ini
memberikan langkah awal yang penting dalam memahami hubungan antara
kondisi tanah dengan pemanfaatan lahan.

5.2 Saran
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas penelitian pada jurnal,
diharapkan melakukan perbaikan sebagai berikut:

Dalam perbandingan dengan baku mutu, dapat menyertakan secara


langsung baku mutu yang berlaku yaitu, Peraturan Pemerintah No. 150 tahun 200,
agar pembaca dapat memastikan bahwa penelitian lingkungan dilakukan secara
konsisten dan dapat diandalkan.

13
Dengan hasil atau data penelitian yang di peroleh dengan membandingkan
dengan baku mutu yang ada, seharusnya dilakukan penambahan informasi
mengenai kedalaman optimal untuk kegiatan penanaman tumbuhan di setiap
lahannya

Dalam penyajian metode penelitian, kita dapat menguraikan variabel


pengamatan yang digunakan serta metode pengujiannya, sebagaimana telah
dicontohkan dalam jurnal lain yang relevan. Proses ini bertujuan untuk
memberikan kejelasan dan transparansi tentang bagaimana data dikumpulkan dan
diuji dalam penelitian ini.

Dengan melakukan perbaikan ini, penelitian selanjutnya dapat


memberikan pemahaman yang lebih komprehensif dan aplikatif tentang kondisi
tanah di UB Forest, yang dapat digunakan sebagai panduan dalam pengelolaan
lahan dan pelestarian ekosistem di kawasan tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, D. W. 2010. Peran Lembaga Adat dalam Pelestarian Hutan.

http://boedhy02.risnandarweb.com/index.php?option=com content&view=a

rticle&id=61:peran-lembaga-adat-dalam-pelestarianhutan&catid=35:

everyday. Diakses pada 4 Agustus 2023

Notohadiprawiro, T. 2006. Tanah Dan Lingkungan. Yogyakarta:


Universitas Gadjah Mada.

Notohadiprawiro.T. (1998). Selidik Cepat Ciri Tanah di Lapangan. Jakarta

Gahlia Indonesia

Syaiful, Anwar and S, Dyah Tjahyandri (2014) Dasar-dasar Ilmu Tanah.


In: Jati Diri Tanah. Universitas Terbuka, Jakarta, pp. 1-50. ISBN 9789790118140

Hairiah, K., Widianto, Didik, S., Rudi, H.W., Pratiknyo, P., Subekti, R. dan
Meine, V.N.2004. Ketebalan Seresah Sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai
(DAS) Sehat. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor

Lorenz, K. dan Rattan , L. 2005. The depth distribution of soil organic


carbon in relation to land use and management and the potential of carbon
sequestration in subsoil horizons. Elsevier. Advance in Agronomy 88 (Lal, 2004,
2010). Soil organic carbon (SOC) plays a major role in the global greenhouse gas
balance

Sanderman, J., Ryan, F., dan Jeffrey, B. 2010. Soil Carbon Sequestration
Potential: A review for Australian Agriculture. CSIRO Land and Water. pp.76.

Sabihan, S. dan Anas. 2000. Perkembangan Ilmu dalam Bidang Kimia,


Biologi dan Kesuburan Tanah. Prosseding Kongres Nasional ke VII HITI
Bandung.

15
Poirier,V., Denis, A.A., Philippe, R., Martin, H.C., Noura, Z., Gilles, T.,
dan Josee, F. 2009. Interactive Effect of Tillage and Mineral Fertilization on Soil
Carbon Profiles. Soil Science Society of America

Upa, J. 2002. SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA TANAH PADA HUTAN
RAKYAT BERBASIS CEMARA GUNUNG (GYMNOSTOMA RUMPHIANUM
(MIQ.) L.A.S. JOHNSON) DI KABUPATEN TORAJA UTARA. Makassar:
Universitas Hasanuddin

16
17

Anda mungkin juga menyukai