Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH GEOGRARFI PERTANIAN

“ Pengembangan Agroforestry Berwawasan Pemberdayaan Masyarakat


& keunggulan agroforestry dibandingkan pertanian konvensional”
Dosen Pengampu : Nina Novira Ph.D

Disusun Oleh :

1. Arbiansyah (3213131034)
2. Edoy Nainggolan (3213131004)

3. Epri Yandi Sembiring (3203331016)

4. Friska Tampubolon (3203331011)

(3213131013)
5. Laurentina Putri P.Siboro
6. Iin Arsenna Br. Sembiring (3213331017)

(3202431002)
7. Nanda Setiawan

KELAS A 2021

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh; Puji syukur kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas-
tugas makalah tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
GEORAFI PERTANIAN yang dibimbing oleh dosen pengampu yaitu Nina Novira Ph.D
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang mata kuliah tersebut
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 11 April 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Agroforestri merupakan solusi yang tepat dalam pemulihan hutan di Indonesia.


Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan yang mengkombinasikan
tanaman pertanian dan tanaman kehutanan dengan suatu pengaturan jarak tanam
dengan tujuan mengurangi persaingan antar tanaman (Figyantika et al. (2020). Secara
umum, agroforestri dibedakan menjadi agroforestri sederhana (Tumpangsari), dan
agroforestri kompleks. Indonesia mempunyai beberapa agroforestri kompleks yang
bersumber dari kearifan lokal daerah yaitu Pekarangan, Wono, Talun, Parak, Repong
Damar, Kebun Campuran, Munaant, Simpukng, Tembawang, Kebont We, Amarasi,
Oma, Kebon, Ngerau, Rau, Kamutu Luri, Omang Wike, Okaluri, Ongen, Uma, Napu,
Nggaro dan Mamar. Agroforestri telah berhasil digunakan untuk pengembangan desa
hutan sehingga keberadaannya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Selain itu,
agroforestri merupakan salah satu solusi pemanfaatan lahan akibat besarnya
pembangunan di daerah pedesaan. Oleh karena itu, kajian mengenai agroforestry lokal
Indonesia menjadi sangat penting karena keberadaannya yang toleran terhadap
kehidupan yang antroposentris

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang akan kami paparkan sebagai berikut :
1
1. Jeaskan apa Konsep atau defenisi pengembangan agroforestry
2. Jelaskab apa Pengembangan agroforestry berwawasan pemberdayaan masyarakat
3.Jelaskan apa Pengembangan agroforestry berwawasan pemberdayaan masyarakat

1.3 TUJUAN MAKALAH


Adapun tujuan dari makalah kami ini sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui apa itu Konsep atau defenisi pengembangan agroforestry

2.Untuk mengetahui Konsep atau defenisi pengembangan agroforestry

3.Untuk mengetahui Pengembangan agroforestry berwawasan pemberdayaan


masyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agroforestri

Agroforestri adalah sistem budidaya tanaman kehutanan yang dilakukan bersama


dengan tanaman pertanian / peternakan. Tanaman kehutanan yang dimaksud
adalah tanaman pepohonan, sedangkan tanaman pertanian berkaitan dengan
tanaman semusim.Pengertian agroforestri dapat dijelaskan secara lebih luas, yaitu
penggabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, perikanan, dan
peternakan.Istilah agroforestri berasal dari kata serapan bahasa Inggris,
yakni “agroforestry”. Agro yang berarti pertanian, sedangkan forestry berarti
kehutanan.Di Indonesia, sistem ini seringkali disebut dengan istilah “wanatani”
yang merupakan gabungan dari kata “wana” dan “tani” yang berarti hutan tani.
Pada prakteknya, agroforestri ialah suatu sistem pengelolaan lahan yang berguna
untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan dan untuk meningkatkan
produktivitas lahan.

Menurut Para Ahli :

3
Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau
agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan
pertanian.

• Koppelman (1996) mendefinisikan Agroforestry sebagai bentuk menumbuhkan


dengan sengaja dan mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman
pertanian dan atau makanan ternak dalam sistem yang bertujuan menjadi
berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi.

Menurut De Foresta dan Michon (1997), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi


dua sistem, yaitu :

- sistem agroforestri sederhana

- sistem agroforestri kompleks

• Reijntjes (1999) : Agroforestry sebagai pemanfaatan tanaman kayu tahunan


(pepohonan, belukar, palem, bambu) pada suatu unit pengelolaan lahan yang sama
sebagai tanaman yang layak tanam, padang rumput dan atau hewan, baik dengan
pengaturan ruang secara campuran atau ditempat dan saat yang sama maupun
secara berurutan dari waktu ke waktu.

• King and Chandler, (1978) : agroforestry adalah Suatu system pengelolaan lahan
yang lestari untuk meningkatkan hasil, dengan cara memadukan produksi hasil
tanaman pangan (termasuk hasil pohon-pohonan) dengan tanaman kehutanan
dan/atau kegiatan peternakan baik secara bersama-sama maupun berurutan pada
sebidang lahan yang sama, dan menggunakan cara-cara pengelolaan yang sesuai
dengan pola kebudayaan penduduk setempat.

Konsep Agroforestri

4
Konsep agroforestri merupakan rintisan dari tim Canadian International
Development Centre yang melakukan kegiatan identifikasi prioritas pembangunan
dalam bidang kehutanan di negara berkembang pada kisaran tahun 1970-an. Tim ini
menyimpulkan jika hutan di kawasan berkembang belum cukup dimanfaatkan dan
hanya terbatas pada aspek, yaitu:eksploitasi selektif hutan alam dan tanaman hutan
secara terbatas

Oleh sebab itu, agroforestri diharapkan mampu mengoptimalkan penggunaan lahan


dan mencegah perluasan lahan terdegradasi, melestarika sumber daya hutan,
meningkatkan mutu pertanian dan menyempurnakan intensifikasi serta
diversifikasi silvikultur.Akan tetapi, jauh sebelum itu sistem agroforestri telah
dilakukan oleh petani di Indonesia selama berabad-abad dengan istilah berbeda.

Dari pengertian agroforestri maka dapat disimpulkan jika sistem ini sangat
bervaraisi dan dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteris-kriteria sebagai berikut:

1.Secara Struktural adalah berkaitan dengan komposisi komponen, seperti sistem


agrisilvikultur, silvopastur, agrisilvopastur dan lainnya

2.Secara Fungsional adalah terkait fungsi atau peranan utama suatu sistem,
terutama komponen tanaman kayu

3.Secara Sosial Ekonomis adalah berkaitan dengan tingkat masukan dalam suatu
pengelaolan, meliputi masukan rendah atau tinggi, intensitas dan skala
pengelolaan, tujuan usaha, sub sistem, komersial dan intermedier

4.Secara Ekologis adalah menyangkut kondisi lingkungan dan kesesuaian ekologis


penerapan sistem agrisilvikultur, silvopastur, agrisilvopastur dan lainnya

Dapat disimpulkan pula bahwa komponen utama agroforestri terdiri dari


kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan.

2.2 Pengembangan agroforestry berwawasan pemberdayaan masyarakat

Merujuk dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Henny Mayrowani, dan Ashari
bahwa Agroforestry dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau

5
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestry utamanya diharapkan dapat
membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan
guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat; dan dapat
meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan.

Saat ini ada banyak program yang telah berkembang, salah satunya
Pemberdayaan masyarakat desa hutan (PHBM). PHBM milik Perhutani memfokuskan
pada saling ketergantungan antara masyarakat dan hutan dalam aktivitas-aktivitas di
hutan pada berbagai perspektif dengan menggunakan kombinasi ilmu pengetahuan
alam dan ilmu-ilmu sosial. Program tersebut sekaligus untuk memahami dan
mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi di kawasan hutan. Dalam implementasi
PHBM telah dibentuk sebuah kelembagaan di desa hutan yang disebut Lembaga
Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Lembaga ini dibentuk oleh masyarakat desa hutan
dalam rangka kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan dengan Perhutani. LMDH
merupakan Lembaga yang berbadan hukum mempunyai fungsi sebagai wadah bagi
masyarakat desa hutan untuk menjalin kerjasama dengan Perum Perhutani dalam
PHBM dengan prinsip kemitraan. Permasalahan yang umumnya dijumpai dalam
program LMDH ini adalah permasalahan sosial, yaitu diperlukan waktu untuk
mensosialisasikan program ke masyarakat sekitar hutan. Menurut Soetrisno (1992)
dalam Mulyono (1998), pada dasarnya masalah sosial masyarakat desa hutan adalah
mengenai etika mereka dalam mengelola dan untuk memanfaatkan sumberdaya hutan
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi, baik masyarakat yang tinggal di dalam
hutan. Etika tersebut maupun menjamin kelestarian hutan dan menjamin agar manusia
yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan juga memanfaatkannya, guna menunjang
dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Pemanfaatan hutan harus didasarkan pada
pemikiran bahwa hutan merupakan sumber keuntungan (devisa negara) dan
merupakan sumber kehidupan manusia, khususnya yang tinggal di dalam dan di
sekitar kawasan hutan.

6
Pengelolaan agroforestri dan gagasan pengelolaan hutan berbasis masyarakat
(PHBM) terkait erat dalam praktiknya (A.Samsu, Millang, & Dassir, 2019). Kelestarian
hutan tidak bisa dilepaskan dari peran masyarakat di sekitar hutan, sehingga
keberadaan skema pengelolaan hutan berbasis masyarakat di Indonesia menjadi salah
satu peluang besar untuk mewujudkan kelestarian hutan. Dengan mengintegrasikan
faktor ekonomi, ekologi, dan sosial secara proporsional dan profesional, PHBM
bertujuan untuk memberikan pedoman dalam pengelolaan sumber daya hutan. Salah
satu bentuk pengelolaan hutan berbasis masyarakat adalah hutan kemasyarakatan
(HKM). Upaya pemerintah dalam menanggulangi kerusakan hutan dengan
memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan dilakukan melalui
program hutan kemasyarakatan. Program ini ditujukan untuk memberikan kepastian
kepada masyarakat dalam melakukan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
hutan dengan mementingkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan sehingga
fungsi pokok dari hutan tidak terganggu. Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya
untuk meningkatkan kapasitas dan produktifitas ke arah kemandirian, maka akan
tumbuh dan berkembang kelompokkelompok (KTH) di masyarakat sebagai pelaku dan
pendukung pembangunan kehutanan. Berbagai kegiatan KTH salah satunya adalah
agroforestry. Hadirnya model sistem pertanaman Agroforestry adalah suatu bentuk
sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Keberlanjutan pengelolaan lahan berbasis
Agroforestry mampu di tinjau dari berbagai aspek, mulai dari aspek ekonomi, sosial,
dan ekologi.

Pengembangan agroforestry berwawasan pemberdayaan masyarakat


merupakan pendekatan yang menekankan pada partisipasi aktif dan keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Agroforestry
sendiri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang mengintegrasikan kegiatan
pertanian dengan kegiatan kehutanan dalam satu lokasi, sehingga dapat memberikan
manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan. Dalam konteks
pengembangan agroforestry berwawasan pemberdayaan masyarakat, tujuan utamanya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan sumber
7
daya alam secara berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, beberapa strategi
yang dapat dilakukan antara lain:

 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumber daya


alam secara berkelanjutan melalui penyuluhan, pelatihan, dan kampanye.
 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait
pengelolaan sumber daya alam, baik melalui mekanisme partisipasi publik,
forum musyawarah desa, maupun lembaga adat setempat.
 Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam bidang agroforestry melalui
pelatihan dan pendampingan, sehingga masyarakat mampu mengembangkan
agroforestry secara mandiri dan berkelanjutan.
 Mendorong kerjasama antara masyarakat dengan lembaga pemerintah, swasta,
dan masyarakat sipil dalam pengembangan agroforestry.
 Menyediakan akses terhadap modal, teknologi, dan pasar untuk mendorong
pengembangan agroforestry secara berkelanjutan.

Dengan mengadopsi strategi-strategi tersebut, diharapkan pengembangan


agroforestry berwawasan pemberdayaan masyarakat dapat memberikan manfaat yang
signifikan bagi kesejahteraan masyarakat, serta memperkuat keberlanjutan pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan.

Beberapa teori yang relevan dalam pengembangan agroforestri berwawasan


pemberdayaan masyarakat antara lain:

1. Teori Partisipasi

Partisipasi adalah suatu proses dimana masyarakat secara aktif terlibat dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan program atau proyek yang berdampak pada
kehidupan mereka. Dalam pengembangan agroforestri, partisipasi masyarakat sangat

8
penting untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan sistem agroforestri tersebut.
Partisipasi masyarakat dapat meliputi pengambilan keputusan terkait jenis pohon atau
tanaman yang akan ditanam, pengelolaan lahan, dan pemilihan teknologi yang tepat.

2. Teori Pembangunan Berbasis Masyarakat

Teori pembangunan berbasis masyarakat menekankan pada peran aktif masyarakat


dalam proses pembangunan. Dalam konteks agroforestri, masyarakat dapat
dimobilisasi untuk mengembangkan sistem agroforestri yang sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi lokal. Masyarakat dapat terlibat dalam semua tahap proses, mulai dari
perencanaan, implementasi, hingga evaluasi.

3. Teori Keberlanjutan

Teori keberlanjutan menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara ekonomi,


lingkungan, dan sosial dalam pembangunan. Dalam pengembangan agroforestri,
keberlanjutan dapat dicapai melalui penerapan prinsip-prinsip agroforestri yang ramah
lingkungan dan efisien dalam penggunaan sumber daya, serta memperhatikan
kesejahteraan masyarakat.

4. Teori Kemandirian

Teori kemandirian menekankan pada pentingnya mendorong masyarakat untuk


menjadi mandiri dan tidak tergantung pada bantuan atau subsidi dari pemerintah atau
lembaga lainnya. Dalam pengembangan agroforestri, masyarakat dapat diberdayakan
melalui pemberian pelatihan dan pendampingan dalam mengelola sistem agroforestri,
sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan keberhasilan sistem tersebut.

5. Teori Perubahan Sosial

Teori perubahan sosial menekankan pada pentingnya perubahan nilai, norma, dan
perilaku dalam masyarakat untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Dalam

9
pengembangan agroforestri, perubahan sosial dapat dicapai melalui kampanye
sosialisasi dan edukasi terkait manfaat dan pentingnya sistem agroforestri bagi
lingkungan dan kehidupan masyarakat.

Dengan mengaplikasikan teori-teori di atas, pengembangan agroforestri berwawasan


pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan efektif dan efisien sehingga dapat
meningkat

2.3 Keunggulan Agroferesti Dibandingkan Pertanian Konvensional

Dalam bahasa Indonesia Agroforestry dikenal sebagai Wanatani, yaitu menanam


pepohonan di lahan pertanian. Konsep Agroforestry dirintis pertama kali oleh
Canadian International Development Centre, yaitu Lembaga yang bertugas
mengidentifikasi prioritas pembangunan bidang kehutanan di negara- negara
berkembang pada tahun 1970-an. Hasil identifikasi menunjukkan hutan-hutan di
negara berkembang belum dimanfaatkan secara optimal. Di pihak lain ditemukan
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pengrusakan lingkungan. Kegiatan tersebut
perlu dicegah melalui pengelolaan lahan yang dapat mengawetkan lingkungan fisik
secara efektif, sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pangan, papan dan sandang bagi
manusia. Berikut beberapa definisi Agroforesty :

1.International Council for Research in Agroforestry (ICRAF) mendefinisikan


Agroforestry sebagai suatu system pengelolaan lahan yang berasaskan kelestarian

10
dalam meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi
tanaman (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan dan atau ternak
secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara-
cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat.

2.Satjapradja (1981) mengemukakan Agro- forestry adalah suatu metode penggunaan


lahan secara optimal yang mengkombinasi- kan sistem-sistem produksi biologis
berotasi pendek dan panjang (suatu kombinasi produksi kehutanan dan produksi
biologis lainnya) berdasarkan asas kelestarian secara bersamaan atau berurutan di
dalam atau di luar kawasan hutan dengan tujuan mencapai kesejahteraan masyarakat.

3.Nair (1989) mengemukakan bahwa Agroforestri adalah nama kolektif untuk sistem-
sistem penggunaan lahan, dimana tanaman berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis
palm, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian,
dan/atau hewan dengan tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau
urutan temporal dan didalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi
diantara berbagai komponen yang bersangkutan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa agroforestri mempunyai ciri ciri,
yaitu: 1) suatu sistem pengelolaan lahan yang berasaskan kelestarian, 2)
mengkombinasi-kan produksi tanaman pertanian (termasuk pohon-pohonan), tanaman
kehutanan dan peternakan secara bersamaan atau berurutan pada suatu unit lahan, 3)
pengelolaan lahan sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat, dan 4) bertujuan
mencapai kesejahteraan masyarakat.

Agroforestri terdiri dari tiga komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian dan
peternak-an (Hairiah et at., 2003). Namun peneliti lain (Vegara, 1982; Lundgren dan
Raintree, 1983; Nair, 1984) mengemukakan bahwa agroforestry terdiri atas
Agrisilvikultur, yaitu pengelolaan lahan yang mengkombinasikan komponen
kehutanan dengan pertanian, Silvopastura, yaitu pengelolaan lahan yang
mengkombinasikan komponen kehutanan dengan peternakan, dan Agrosilvopastura,

11
yaitu pengelolaan lahan yang mengkombinasikan komponen pertanian dengan
kehutanan dan peternakan. Selain tiga bentuk di atas, Nair (1987) menambahkan sistem
lain yang dapat dikategorikan sebagai agroforestri, yaitu: Silvofishery, yaitu
pengelolaan lahan yang mengkombinasikan komponen kehutanan dengan perikanan
dan Apiculture, yaitu budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam komponen
kehutanan.

Adapun Keunggulan lainnya dari Agroforesty yakni :

1.Membantu penggunaan lahan secara optimal sehingga dapat memperbaiki kebutuhan


hidup masyarakat

2.Meningkatkan daya dukung ekologi manusia terutama di daerah pedesaan.


Agroforestri juga bisa dimanfaatkan untuk menjamin dan memperbaiki kebutuhan
pangan

3.Meningkatkan persediaan pangan pada tiap musim, sehingga petani dapat


memperoleh tambahan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun untuk
memperoleh manfaat ini, maka petani harus memperhatikan kualitas nutrisi,
pemasaran serta setiap proses yang terjadi pada agroforestri

4.Meningkatkan dan memperbaiki produksi bahan mentah hasil kehutanan maupun


pertanian. Umumnya peningkatan produksi bahan mentah ini dilakukan secara
kualitatif dan diversifikasi. Selain itu, biasanya juga dilakukan dengan memanfaatkan
berbagai jenis pohon dan perdu

5.Memperbaiki kualitas hidup terutama di daerah pedesaan, terutama di daerah


miskin. Agroforestri dapat meningkatkan pendapatan serta tersedianya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat

12
6.Memelihara dan memperbaiki kemampuan dan kelestarian lingkungan setempat. Hal
ini dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya erosi tanah dan degradasi
lingkungan.

Tujuan akhir program agroforestri adalah meningkatkan kesejahteraan petani, terutama


yang berada di sekitar hutan, yaitu dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat
dalam memperbaiki dan memelihara lingkungan. Tujuan tersebut dapat tercapai
dengan mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya
(pepohonan, tanaman pertanian, ternak/hewan) atau interaksi antara komponen-
komponen tersebut dengan lingkungannya. Dalam hal ini ada beberapa keunggulan
agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya yaitu:

1.Produktivitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk total sistem campuran


dalam agroforestri lebih tinggi dibandingkan dengan sistem monokultur (penanaman
satu jenis tanaman). Kegagalan satu komponen/jenis tanaman pada sistem tanaman
campuran dapat ditutupi oleh keberhasilan komponen/jenis tanaman lainnya.

2.Diversitas Adanya kombinasi dua komponen atau lebih pada sistem agroforestri
menghasilkan diversitas (keragaman) yang tinggi, baik menyangkut produk maupun
jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat mengurangi risiko kerugian akibat
fluktuasi harga pasar, sedangkan dari segi ekologi dapat menghindarkan gagal panen
sebagaimana dapat terjadi pada penanaman satu jenis tanaman (monokultur).

3.Kemandirian Diversifikasi yang tinggi dalam agroforestri diharapkan mampu


memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan petani kecil, sekaligus melepaskan
ketergantungan terhadap produk luar. Kemandirian sistem akan lebih baik dalam arti
tidak memerlukan banyak input seperti pupuk dan pestisida dibandingkan dengan
sistem monokultur.

13
4.Stabilitas Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang
optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan,
sehingga dapat menjamin stabilitas dan kebelanjutan pendapatan petani.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Agroforestri adalah sistem budidaya tanaman kehutanan yang dilakukan bersama


dengan tanaman pertanian / peternakan. Tanaman kehutanan yang dimaksud adalah
tanaman pepohonan, sedangkan tanaman pertanian berkaitan dengan tanaman
semusim.Pengertian agroforestri dapat dijelaskan secara lebih luas, yaitu
penggabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, perikanan, dan peternakan.
Sedangkan Agroforestry dikenal sebagai Wanatani, yaitu menanam pepohonan di
lahan pertanian. Konsep Agroforestry dirintis pertama kali oleh Canadian International
Development Centre, yaitu Lembaga yang bertugas mengidentifikasi prioritas
pembangunan bidang kehutanan di negara- negara berkembang pada tahun 1970-an.
Hasil identifikasi menunjukkan hutan-hutan di negara berkembang belum
dimanfaatkan secara optimal.

14
3.2 Saran

Demikianlah makalah yang kami susun. Semoga dengan adanya makalah ini bisa
menambah pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses
akhir, melainkan awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya
makalah kami ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.dictio.id/t/apa-saja-keunggulan-penerapan-agroforestri/145376/3

https://media.neliti.com/media/publications/132316-ID-peningkatan-produktivitas-
tanah-melalui.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/64154-none-cc75e2df.pdf

http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/18609/

15

Anda mungkin juga menyukai