Disusun Oleh :
1. Arbiansyah (3213131034)
2. Edoy Nainggolan (3213131004)
(3213131013)
5. Laurentina Putri P.Siboro
6. Iin Arsenna Br. Sembiring (3213331017)
(3202431002)
7. Nanda Setiawan
KELAS A 2021
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau
agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan
pertanian.
• King and Chandler, (1978) : agroforestry adalah Suatu system pengelolaan lahan
yang lestari untuk meningkatkan hasil, dengan cara memadukan produksi hasil
tanaman pangan (termasuk hasil pohon-pohonan) dengan tanaman kehutanan
dan/atau kegiatan peternakan baik secara bersama-sama maupun berurutan pada
sebidang lahan yang sama, dan menggunakan cara-cara pengelolaan yang sesuai
dengan pola kebudayaan penduduk setempat.
Konsep Agroforestri
4
Konsep agroforestri merupakan rintisan dari tim Canadian International
Development Centre yang melakukan kegiatan identifikasi prioritas pembangunan
dalam bidang kehutanan di negara berkembang pada kisaran tahun 1970-an. Tim ini
menyimpulkan jika hutan di kawasan berkembang belum cukup dimanfaatkan dan
hanya terbatas pada aspek, yaitu:eksploitasi selektif hutan alam dan tanaman hutan
secara terbatas
Dari pengertian agroforestri maka dapat disimpulkan jika sistem ini sangat
bervaraisi dan dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteris-kriteria sebagai berikut:
2.Secara Fungsional adalah terkait fungsi atau peranan utama suatu sistem,
terutama komponen tanaman kayu
3.Secara Sosial Ekonomis adalah berkaitan dengan tingkat masukan dalam suatu
pengelaolan, meliputi masukan rendah atau tinggi, intensitas dan skala
pengelolaan, tujuan usaha, sub sistem, komersial dan intermedier
Merujuk dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Henny Mayrowani, dan Ashari
bahwa Agroforestry dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau
5
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestry utamanya diharapkan dapat
membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan
guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat; dan dapat
meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan.
Saat ini ada banyak program yang telah berkembang, salah satunya
Pemberdayaan masyarakat desa hutan (PHBM). PHBM milik Perhutani memfokuskan
pada saling ketergantungan antara masyarakat dan hutan dalam aktivitas-aktivitas di
hutan pada berbagai perspektif dengan menggunakan kombinasi ilmu pengetahuan
alam dan ilmu-ilmu sosial. Program tersebut sekaligus untuk memahami dan
mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi di kawasan hutan. Dalam implementasi
PHBM telah dibentuk sebuah kelembagaan di desa hutan yang disebut Lembaga
Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Lembaga ini dibentuk oleh masyarakat desa hutan
dalam rangka kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan dengan Perhutani. LMDH
merupakan Lembaga yang berbadan hukum mempunyai fungsi sebagai wadah bagi
masyarakat desa hutan untuk menjalin kerjasama dengan Perum Perhutani dalam
PHBM dengan prinsip kemitraan. Permasalahan yang umumnya dijumpai dalam
program LMDH ini adalah permasalahan sosial, yaitu diperlukan waktu untuk
mensosialisasikan program ke masyarakat sekitar hutan. Menurut Soetrisno (1992)
dalam Mulyono (1998), pada dasarnya masalah sosial masyarakat desa hutan adalah
mengenai etika mereka dalam mengelola dan untuk memanfaatkan sumberdaya hutan
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi, baik masyarakat yang tinggal di dalam
hutan. Etika tersebut maupun menjamin kelestarian hutan dan menjamin agar manusia
yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan juga memanfaatkannya, guna menunjang
dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Pemanfaatan hutan harus didasarkan pada
pemikiran bahwa hutan merupakan sumber keuntungan (devisa negara) dan
merupakan sumber kehidupan manusia, khususnya yang tinggal di dalam dan di
sekitar kawasan hutan.
6
Pengelolaan agroforestri dan gagasan pengelolaan hutan berbasis masyarakat
(PHBM) terkait erat dalam praktiknya (A.Samsu, Millang, & Dassir, 2019). Kelestarian
hutan tidak bisa dilepaskan dari peran masyarakat di sekitar hutan, sehingga
keberadaan skema pengelolaan hutan berbasis masyarakat di Indonesia menjadi salah
satu peluang besar untuk mewujudkan kelestarian hutan. Dengan mengintegrasikan
faktor ekonomi, ekologi, dan sosial secara proporsional dan profesional, PHBM
bertujuan untuk memberikan pedoman dalam pengelolaan sumber daya hutan. Salah
satu bentuk pengelolaan hutan berbasis masyarakat adalah hutan kemasyarakatan
(HKM). Upaya pemerintah dalam menanggulangi kerusakan hutan dengan
memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan dilakukan melalui
program hutan kemasyarakatan. Program ini ditujukan untuk memberikan kepastian
kepada masyarakat dalam melakukan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
hutan dengan mementingkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan sehingga
fungsi pokok dari hutan tidak terganggu. Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya
untuk meningkatkan kapasitas dan produktifitas ke arah kemandirian, maka akan
tumbuh dan berkembang kelompokkelompok (KTH) di masyarakat sebagai pelaku dan
pendukung pembangunan kehutanan. Berbagai kegiatan KTH salah satunya adalah
agroforestry. Hadirnya model sistem pertanaman Agroforestry adalah suatu bentuk
sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Keberlanjutan pengelolaan lahan berbasis
Agroforestry mampu di tinjau dari berbagai aspek, mulai dari aspek ekonomi, sosial,
dan ekologi.
1. Teori Partisipasi
Partisipasi adalah suatu proses dimana masyarakat secara aktif terlibat dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan program atau proyek yang berdampak pada
kehidupan mereka. Dalam pengembangan agroforestri, partisipasi masyarakat sangat
8
penting untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan sistem agroforestri tersebut.
Partisipasi masyarakat dapat meliputi pengambilan keputusan terkait jenis pohon atau
tanaman yang akan ditanam, pengelolaan lahan, dan pemilihan teknologi yang tepat.
3. Teori Keberlanjutan
4. Teori Kemandirian
Teori perubahan sosial menekankan pada pentingnya perubahan nilai, norma, dan
perilaku dalam masyarakat untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Dalam
9
pengembangan agroforestri, perubahan sosial dapat dicapai melalui kampanye
sosialisasi dan edukasi terkait manfaat dan pentingnya sistem agroforestri bagi
lingkungan dan kehidupan masyarakat.
10
dalam meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi
tanaman (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan dan atau ternak
secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara-
cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat.
3.Nair (1989) mengemukakan bahwa Agroforestri adalah nama kolektif untuk sistem-
sistem penggunaan lahan, dimana tanaman berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis
palm, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian,
dan/atau hewan dengan tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau
urutan temporal dan didalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi
diantara berbagai komponen yang bersangkutan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa agroforestri mempunyai ciri ciri,
yaitu: 1) suatu sistem pengelolaan lahan yang berasaskan kelestarian, 2)
mengkombinasi-kan produksi tanaman pertanian (termasuk pohon-pohonan), tanaman
kehutanan dan peternakan secara bersamaan atau berurutan pada suatu unit lahan, 3)
pengelolaan lahan sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat, dan 4) bertujuan
mencapai kesejahteraan masyarakat.
Agroforestri terdiri dari tiga komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian dan
peternak-an (Hairiah et at., 2003). Namun peneliti lain (Vegara, 1982; Lundgren dan
Raintree, 1983; Nair, 1984) mengemukakan bahwa agroforestry terdiri atas
Agrisilvikultur, yaitu pengelolaan lahan yang mengkombinasikan komponen
kehutanan dengan pertanian, Silvopastura, yaitu pengelolaan lahan yang
mengkombinasikan komponen kehutanan dengan peternakan, dan Agrosilvopastura,
11
yaitu pengelolaan lahan yang mengkombinasikan komponen pertanian dengan
kehutanan dan peternakan. Selain tiga bentuk di atas, Nair (1987) menambahkan sistem
lain yang dapat dikategorikan sebagai agroforestri, yaitu: Silvofishery, yaitu
pengelolaan lahan yang mengkombinasikan komponen kehutanan dengan perikanan
dan Apiculture, yaitu budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam komponen
kehutanan.
12
6.Memelihara dan memperbaiki kemampuan dan kelestarian lingkungan setempat. Hal
ini dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya erosi tanah dan degradasi
lingkungan.
2.Diversitas Adanya kombinasi dua komponen atau lebih pada sistem agroforestri
menghasilkan diversitas (keragaman) yang tinggi, baik menyangkut produk maupun
jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat mengurangi risiko kerugian akibat
fluktuasi harga pasar, sedangkan dari segi ekologi dapat menghindarkan gagal panen
sebagaimana dapat terjadi pada penanaman satu jenis tanaman (monokultur).
13
4.Stabilitas Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang
optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan,
sehingga dapat menjamin stabilitas dan kebelanjutan pendapatan petani.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami susun. Semoga dengan adanya makalah ini bisa
menambah pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses
akhir, melainkan awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya
makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dictio.id/t/apa-saja-keunggulan-penerapan-agroforestri/145376/3
https://media.neliti.com/media/publications/132316-ID-peningkatan-produktivitas-
tanah-melalui.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/64154-none-cc75e2df.pdf
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/18609/
15