GEOGRAFI TANAH
Oleh :
Nama : Lia Muniar Lumbantoruan
Kelas : Pend. Geo A17
NIM : 3173131021
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTASILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. yang telah memberikan rahmat serta
Karunia -Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report sebagai tugas
untuk penambahan nilai saya.
Di sini saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Dwi Wahyuni Nurwihastuti. S.Si.,M.Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah Geografi Tanah. Serta saya ucapkan terimakasih kepada
keluarga dan rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga saya mampu
menyelesaikan tugas ini dengan lancar dan tanpa halangan apapun.
Dalam penyusunan tugas ini tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan, untuk itu saya
mohon kritik dan saran demi perbaikan. Semoga penyusunan Critical Book Report ini
memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat memberikan pengetahuan serta wawasan.
i
DAFTAR ISI
ii
IDENTITAS BUKU
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang, penulis membatasi materi yang akan kami kritik,
antara lain:
1. Bagaimana isi di setiap struktur ?
2. Bagaimana inti sari atau ringkasan dari setiap bab buku ?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan buku ?
C. Tujuan
Adapun tujuan critikal book ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan isi buku,
menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau
penulis lainnya. Kemudian manfaatnya untuk memenuhi tugas kuliah dan untuk menambah
pengetahuan tentang bagaimana mengkritik sebuah buku.
1
BAB II
RINGKASAN BUKU
Sebaliknya kita sering menemukan keadaan dimana pori tanah tidak mengandung
udara sama sekali, jadi pori tersebut menjadi penuh terisi air. Di Indonesia sering terdapat
tanah yang tidak jenuh air sehingga perlu kita insyafi bahwa pemakaian teori-teori untuk
tana semacam ini kurang tepat. Walaupun demikisn, jumlah udara yang terdapat pada tanah
yang tidak jenuh air, biasanya sangat sedikit sehingga untuk keperluan soal-soal praktis
masih dapat dianggap sebagai tanah yang jenuh air.
Sifat-sifat suatu macam tanah tertentu banyak bergantung pada ukuran butirannya.
Karena itu pengukuran besarnya butiran tanah merupakan suatu percobaan yang sangat
sering dilakukan dalam bidang mekanika tanah. Besarnya butiran juga merupakan dasar
untuk klasifikasi atau pemberian nama kepada macam-macam tanah tertentu. Biasanya suatu
macam tanah tertentu terdiri dari butiran-butiran yang termasuk beberapa golongan, yaitu
kerikil sering mengandung pasir dan lepung, dan pasir sering mengandung pasir lanau atau
lempung.
Landasan Umum untuk menyatakan dan klasifikasi tanah dalam teknik sipil.
Dari sudut pemandangan teknis, tanah-tanah itu dapat digolongkan kedalam macam
pokok berikut ini :
1. Batu kerikil (grsvel) : terdiri dari batu krikil biasanya terdiri dari pecahan-pecahan
batu, terkadang terdiri dari zat mineral.
2
2. Pasir (sand)
3. Lanau (silit): merupakan peralihan antara lempung dan pasir halus dan lebih mudah di
tembus oleh air.
4. Lempung inoganik (Clay): terdiri dari butir-butir sangat kecil dan menunjukkan sifat-
sifat plastisitas dan cohesi.
1. Deskripsi Sistematik
Klasifikasi tanah dapat dilakukan secara visuil atau dapat didasarkan pada hasil-hasil
percobaan laboratorium. Apabila sudah diketahui bahwa butir-butir tanah tersebut,
seluruhnya lebih halus dari 0,06mm, maka tak perlu lagi mengukur lebih lanjut
ukuran-ukuran butirannya, untuk menentukan apakah tanah itu lanau atau lempung.
2. Deskripsi Visuil
Bila hampir seluruh tanah itu lebih kasar dari ukura batas ini, maka diberi nama yang
sesuai, dengan memperhatikan perbandingan relatip dari ukuran butir-buti yang ada,
sebagai dasar untuk menyatakan contoh Krikil kepasiran dimana artinya suatu bahan
yang hampir selutuhnya terdiri dari pasir, tetapi ada mengandung sejumblah lempung.
Tanah yang digunakan untuk pembuatan tanggul, bendungan tanah, dasar jalan
harus dipadatkan untuk:
1. Menaikan kekuatannya
2. Memperkecil “compressibility”nya dan daya rembesan airnya.
3. Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut.
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah di keluarkan dengan
salah satu mekanis. Proses pemadatan berlaianan sama sekali dengan proses.
“consolidasi” dan kedua istilah ini tidak boleh dicampur baur.
Tujuan pemadatan dilapangan adalah memadatkan tanah pada keadaan kadar air
optiumnya, sehingga tercapai keadaan paling padat. Dengan demikian tanah tersebut
akan mempunyai kekuatan yang relatif besar,compressibility yg kecil, dan pengruh aiir
terhadapnya akan diperkecil.
3
BAB IV REMBESAN AIR DALAM TANAH
Pori-pori ini selalu berhubungan dengan yang lain sehingga air dapat mengalir
melalui ruangan pori tersebut. Proses ini disebut dengan rembesan (sepage) dan
kemampuan tanah untuk dapat di rembes air disebut daya rembes(permetely).
Daya Rembesan dimana rembesan air dalam tanah hampir selalu berjalan dengan secara
“linier”, yaitu jalan atau garis yang di tempuh air merupakan gais dengan bentuk yang
teatur (smoth curve)
Pada Umumnya Konsolidasi ini akan berlangsung dalam sau juurusan saja, yaitu
jurusan vertikal, karena lapisan yang kena tambahan beban itu tidak dapat bergerak
dalam jurusan horizontal ( ditahan oleh tanah disekelilingnya).
Bilamana tanah terdiri dari lempungg mka penurunan akan agak besar sedangkan
kalau tanah terdiri dari pasir, penurunan kecil. Karena itu lempung dikatakan
mempunyai “high compressibility” dan pasir mempunyai “low compressibility.”
Penurunan pada lempung biasanya makan waktu yang lama, karna daya rembesan air
sangat rendah. Dalam istilah Normally Consoliated. Dimana istilah ini digunakan untuk
4
menggambarkan suatu sifat yang penting dari lapisan lempung endapan (sedimentary
clay). Lapisan semacam ini setelah pengendapannya akan mengalami konsolidasi dan
penurunan akibat tekanan dari lapisan- lapisan kemudian yang mengendap di atasnya.
Dalam bab ini juga membahas mengenai pengukuran konsolidasi, besarnya penurunan
dan hasil percobaan konsolidasi.
1. Teori Dasar
Keruntuhan geser ( shear failure) dalam tanah adalah akibat gerak relatip antara
butirannya, bukanlah karena butirannya sendiri hancur. Oleh krena itu kekuatan
tanah tergantung gaya-gaya yang bekerja antara butirnya. Dengan demikian kekuatan
geser tanah dapat dianggap terdiri dari dua bagian (components):
1. Bagian yang bersifat kohesi yang tergantung kepada macam tanah dan kepadatan
butirannya.
2. Bagian yang mempunyai sifat gesekan (frictional) yang sebanding dengan
tegangan efektif yang bekerja pada bidang geser
Pengukuran Kekuatan Geser dimana ada 2 penentuan nilai U juga tidak sulit asal
kedua hal yang berikut di perhatikan : 1. Keadaan air, 2. Kecepatan percobaan.
Tegangan ini bekerja dalam keadaan dimana deformasi ( gerakan) horizontal tidak
dapat terjadi, karena pada setiap tempat deformasi ini dihindarkan oleh tanah
disekelilingnya.
Pada pembuatan dinding penahan, kita terlebih dahulu melakukan penggalian tanah
kemudian, setelah dinding selesai kita mengisi tanah kembali dibelakang dinding
tersebut. Apabila dinding ini sungguh kaku sehingga tidak dapt bergerak sedikitpun,
maka tegangan yang bekerja pada dinding ini akan tetap besar. Tegangan yang bekerja
5
dalam hal ini disebut tegangan tanah aktif. Ada juga beberapa keadaan dimana dinding
ditekan sehingga bergerak kebelakang. Ada beberapa menghitung tekanan tanah yaitu
dengan Cara Rankine dan Cara coulombs untuk tanah yang tidak berkohesi.
Dalam bidang teknik sipil ada 3 macam lereng yang perlu kita perhatikan yaitu
1. Lereng alam
2. Lereng yang dibuat dalam tanah asli.
3. Lereng yang dibuat dari tanah yang dipadatkan.
Pada setiap lereng ini kemungkinan terjadinya longsor selalu ada dan bilamana perlu
kita harus melakukan pemeriksaan atau peniilaian terhadap lereng tersebut untuk
mengetahui apakah akan longsor atau tidak. Biasanya jelas bahawa tanah longsor itu
pada suatu bidang tetrentu. Bidang ini disebut bidang gelincir (slip surface) atau bidang
geser (shear surface),
Bilamana terjadi tanah longsor, maka hal itu berarti bahwa kekuatan geser tanah
telah dilampaui yaitu perlawanan geser pada bidang gelincir tidak cukup besar untuk
menahan gaya-gaya yg bekerja pada bidang tersebut.
Dalam buku ini juga membahas mengenai perhitungan kemantapan lereng (limit
equilibrium) , yang mana ada bebeerapa cara yaitu :
a. Rotational slides
b. Translational slides
Pada prinsipnya, cara yang dipakai untuk menjadikn lereng supaya lebih aman ada
2 golongan yaitu:
6
b. Memperbesar gaya melawan atau momen melawan
Dengan memakai “counterweight” yaitiu tanah timbunan pada kaki lereng
Dengan mengurangi tegangan air pori didalam lereng
Dengan cara mekanis
Dengan injeksi
BAB II PEMADATAN
Dalam semua pekerjaan teknik sipil, tanah dipergunakan sebagai suatu ahan
bangunan. Pemadatan suatu tanah dilakukan untuk meningkatkan sifat-sifat tanah, dan
merupakan suatu cara yang ditentukan oleh sarjana teknik. Pemadatan dilakukan dengan
menggilas atau menumbuk dan menimbulkan pemampatan pada tanah dengan mengusir
udara dari pori-pori. Adalah tidak mungkin menghilangkan air dari pori-pori dengan
pemadatan, akan tetapi penambahan air pada tanah yang sedikit lembab membantu
pemadatan dengan mengurangi tarikan permukaan. Akan tetapi terdapat suatu kadar air
optimum, di atas mana tambahan air akan menyebabkan meningkatnya pori-pori.
7
BAB III KLASIFIKASITANAH
A. IDENTIFIKASI DI LAPANGAN
Di dalam teknik sipil suatu tanah dapat meliputi setiap lapisan endapan
lepas. Ini dapat meliputi pasir, lempung, kerikil, napal ( marl ), dan sebagainya.
Supaya dapat membahas sifat-sifat dari tipe tipe tanah yang berbeda, pertama-
tama perlu untuk mempunyai beberapa cara untuk mengklasifikasikan mereka.
Ada banyak cara untuk mengklasifikasikan tanah, berdasar geologis, berdasar
kadar mineral, berdasarkan ukuran butir atau berdasar plastisitas. Dua yang
terakhir merupakan yang paling banyak digunakan oleh para ahli teknik sipil.
Dalam system ukuran butir, tanah dibagi kedalam tanah tidak kohesif
berbutir kasar, tanah kohesif berbutir halus, dan tanah organic yang selanjutnya
dibagi lagi kedalam kerikil, pasir, lanau dan lain-lain. Sedangkan dalam
plastisitas, tanah kohesif berbutir halus dibagi kedalam lanau dan lempung
menurut plastisitasnya.
8
BAB IV DAYA REMBES
Daya rembes merupakan suatu ukuran kemudahan air mengalir melalui batu-batu
dan tanah. Hal ini penting bagi ahli teknik sipil pada waktu memperhitugkan rembesan
dibawah bendungan-bendungan, pengeringan bidang tanah atau penurunan muka air
tanah. Ketelitian pengukuran daya rembes harus selalu diingat bahwa pengukuran daya
rembes suatu tanah tidak akan pernah diteliti.
Pertama-tama adanya perkisaran yang sangat luas dari harga-harga yang tercakup
untuk suatu lanau halus, akan membatasi derajat ketelitian yang diperoleh secara normal
di dalam perhitungan-perhitungan. Variasi yang luas dari tanah pada suatu tempat akan
menyebabkan variasi-variasi di dalam daya rembes, tergantung kepada arah pengaliran.
Suatu taksiran daya rembes tanah dapat dibuat dengan memakai lubang-lubang
bor yyang dibuat pada waktu penyelidikan di lapangan. Terdapat banyak cara empiris
untuk menentukan daya rembes dengan jalan ini, dan dengan diberikan batas
ketidaktelitian yang umum dalam menentukan daya rembes, ini adalah metoda-metoda
yang memuaskan dan dapat diterima akal.
BAB V KONSOLIDASI
Penurunan merupakan penyebab yang paling umum bagi keruntuhan fondasi-
fondasi dan karenanya sangat penting untuk memahami mekanisme penurunan.
Deformasi elastic dari tanah apabila dibebani, akan terjadi segera setelah beban
dipasang, dank arena itu relative dapat diperbaiki dengan mudah. Akan tetapi,
konsolidasi jangka panjang dari tanah lempung dapat memerlukan waktu bertahun-
tahun untuk menjadi sempurna, dengan mengakibatkan kerusakan pada konstruksi yang
terjadi lama setelah penyelesaian pekerjaan.
Pada tanah berbutir kasar, konsolidasi terjadi dengan cepat dan karenanya
merupakan masalah yang berbeda. Mungkin terdapat pula penurunan yang lebih lanjut
pada waktu konsolidasi hamper sempurna, yang disebabkan oleh “rangkak” dalam
massa tanah, ini dikenal sebagai penurunan sekunder. Konsolidasi jangka panjang dari
tanah-tanah lempung barangkali merupakan tipe penurunan yang paling menyulitkan.
9
BAB VI KEKUATAN GESER
Kekuatan geser suatu tanah dapat didefinisikan sebagai tahanan maksimum dari
tanah terhadap tegangan geserdi bawah suatu kondisi yang diberikan. Kondisi-kondisi
yang ditekankan di atas terutama bersangkutan dengan sifat-sifat drainase tanah. Untuk
suatu tanah berbutir kasar, drainase pada umumnya baik dan terjadi seperti yang
dihasilkan dalam percobaan. Akan tetapi suatu tanah berbutir halus, akan mongering
dengan sangat lambat dan karenanya kecepatan percobaan merupakan suatu faktor yang
penting. Ada beberapa percobaan geser dasar yang dapat dilakukan terhadap suatu
tanah, yang mana apabila dilakukan dengan kondisi drainase yang sama, harus
memberikan hasil-hasil yang sebanding. Percobaan tersebut diantaranya:
10
C. Dindig-Dinding Turap
Dinding-dinding turap pada umumnya bergantung kepada tahanan pasif tanah
untuk mempertahanka keseimbangan. Persoalan dengan turap ialah untuk
menentukan kedalaman turap yang harus dipancang supaya stabil dan ekonomis.
Apabila tanah yang harus ditahan tinggi, maka biasanya turap akan perlu diikat ke
belakang di dekat permukaan untuk mempertahankan keseimbangan. Untuk
kedalaman-kedalaman yang kecil, turap dapat bekerja sebagai suatu kantilever.
Apabila turap mengalami tekanan aktif dari tanah yang ditahan, maka tanah di
depan turap akan mengalami tekanan pasif.
Suatu keruntuhan teknis yang paling umum adalah longsornya suatu timbunan
atau galian, dan telah dilakukan sejumlah besar penelitian untuk mencari sebab-sebab
keruntuhan ini. Air sering merupakan penyebab kelongsoran tanah, baik dengan
mengikis suatu lapisan pasir, melumasi batuan ataupun meningkatkan kadar air suatu
lempung, dan karenanya mengurangi kekuatan geser. Apabila terjadi suatu longsoran
dalam tanah lempung, seringkali didapat merupakan sepanjang bsur lingkaran, dan
karenanya bentuk inilah yang dianggap terjadi pada waktu mempelajari stabilitas suatu
lereng. Busur lingkaran ini, dapat memotong permukaan lereng melalui titik kaki lereng,
atau memotong dasar lereng dan menyebabkan pengangkatan pada dasar.
Sebab-sebab keruntuhan lereng pada suatu galian akan sangat berbeda dengan
pada suatu timbunan. Suatu galian adalah suatu kasus tanpa pembebanan dimana tanah
dihilangkan, oleh karena itu menyebabkan suatu sokongan tegangan di dalam tanah.
Tahanan tanah akan menghambur dengan waktu dan suatu bagian dari persoalan
perencana adalah untuk meramalkan sifat-sifat tanah selama masa hidup rencana dari
suatu galian.
11
BAB III
3.1. KELEBIHAN
3.2. KEKURANGAN
3.2.1. BUKU UTAMA
Kekurangan dalam buku utama ini adalah kurangnya penjelasan sebelum
memasuki rumus-rumus yangakan di pelajari. Contohnya pengertian tanah itu
apa, pencetus tanah asal tanah terbentuk. Kemudian pada buku ini kurangnya teori
dan contoh soal.
3.2.2. BUKU PEMBANDING
Dalam buku ini kekurangannya hampir sama dengan buku utama dimana
kurangnya pembahasan contoh soal, dan kurangnya teori mengenai Tanah.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Kesimpulan dari kedua buku ini adalah bahwa buku ini membahas mengenai Tanah,
klasifikasi perhitungan tanah dan jenis-jenis Tanah. Bagaimana cara menghitung rembesan
air bagaimana sifat-sifat tanah dan bagaimana benukan butiran tanah. Kedua buku
merupakan buku yang cocok digunakan oleh teknik sipil.
4.2. SARAN
Hendaknya buku yang kita revisi dapat menjadi penambahan ilmu kita mengenai tanah
Dan dapat dijadikan sarana mendewasakan pembacanya menjadi orang sadar dan
bertanggung jawab.
13
DAFTAR PUSTAKA
14