Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

GEOGRAFI REGIONAL ASIA TENGGARA DAN PASIFIK

SKOR :

Disusun Oleh :

Nama : Nur Saidah Siregar

Nim : 3182131004

Dosen Pengampu : Drs.Mbina Pinem ,M.Si.

Mata Kuliah : Geografi Regional Asia Tenggara dan Pasifik

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Azza Wa zalla, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas
“CRITICAL JOURNAL REVIEW” mata kuliah Geografi Regional Asia
Tenggara dan Pasifik ini dengan semaksimal mungkin, walaupun masih banyak
kekurangan dari critical book report ini.

Saya sangat berharap Critical Journal Review dapat berguna dan


bermanfaat bagi orang lain. Saya menyadarai bahwa di dalam Critical Journal
Review ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu kami berharap
adanya kritik ,saran dan pendapat yang membangun agar saya bisa memperbaiki
Critical Journal Review selanjutnya. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa adanya kritik,saran dan pendapat yang membangun yang bisa membantu saya
untuk memperbaiki Critical Journal Review .

Semoga hasil Critical Journal Review yang belum sepenuhnya sempurna ini
dapat membantu orang lain. Dan sekiranya laporan Critical Journal Review ini
dapat membantu saya maupun orang lain yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penyusunan Critical Journal
Review ini, karena saya masih belajar dan perlu banyak belajar serta mendapat
kritik dan saran yang membangun.

Medan, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................


1.2 Tujuan CJR ...............................................................................................
1.3 Manfaat CJR .............................................................................................

Bab II Pembahasan

2.1 Identitas Jurnal ...........................................................................................

2.2 Ringkasan Isi Jurnal ...................................................................................

Bab III Analisis Isi Jurnal

3.1 Kelebihan Jurnal.........................................................................................

3.2 Kekurangan Jurnal .....................................................................................

Bab IV Penutup

4.1 Kesimpulan ................................................................................................

4.2 Saran ...........................................................................................................

Daftar Pustaka ..................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting bagi
mahasiswa karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah
ada. Terdapat beberapa hal yang penting sebelum kita mereview jurnal, seperti
menemukan jurnal yang sesuai dengan topik yang diangkat, membaca keseluruhan
dari isi jurnal dan mencoba untuk menuliskan kembali dengan bahasa sendiri
pengertian dari jurnal tersebut.

Pada bab pembahasan, saya mengangkat topik ekonomi-politik Vietnam


karena topik ini berhubungan dengan Mini Riset kelompok, yang mana tujuan dari
pengangkatan topik ini adalah sekaligus untuk memperdalam ilmu dan pengetahuan
saya tentang negara Vietnam dan akan mempermudah saya saat presentasi makalah.
Setelah ditelusuri isi jurnal, sejarah negara Vietnam memiliki hubungan sebab
adanya penduduk China di Indonesia.

1.2 Tujuan CJR


a. Memahami dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal
b. Mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada
c. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam suatu jurnal.

1.3 Manfaat CJR


a. Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang
terdapat dalam suatu jurnal
b. Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu jurnal di penerbitan
berikutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

Identitas Jurnal

Jurnal I

Judul Jurnal : Penampungan Orang Vietnam Di Pulau Galang 1975-1979


Nama Jurnal : e Journal Pendidikan Sejarah
Edisi Terbit : Vol.1, No.1 Januari 2013
Pengarang Jurnal : Moh.Fandik
Kota Terbit : Universitas Negeri Surabaya: Surabaya
Nomor ISSN :-

Jurnal II

Judul Jurnal : Perbandingan Demokratisasi Vietnam dan China (Efek


DOI-MOI Vietnam 1987 dan Reformasi Ekonomi China
1978)
Nama Jurnal :-
Edisi Terbit :-
Pengarang Jurnal : Helmia Asyathri
Kota Terbit : Universitas Negeri Malang:Malang
Nomor ISSN :-
Ringkasan Jurnal

Jurnal I

Selama tiga puluh tahun perang melanda negara Vietnam dan berakhir pada tahun
1975. Perang Vietnam yang berkepanjangan menyebakan kerusakan berbagai segi
kehidupan dan lingkungan alam. Tantangan yang berat bagi republik demokratik
Vietnam adalah berkaitan dengan masalah material dan inmaterial. Dua masalah
utama ini yaitu mengubah 1. sistem ekonomi perang menjadi sistem ekonomi
damai, yang menuntut suatu peraturan transisi sosial politik di daerah Selatan yang
baru direbut dan menjalin hubungan luar negeri yang baik sehingga berdampak ada
pengakuan, 2. dari negara lain mengenai legitimasi dan keberadaan negara Vietnam
yang telah merdeka.

Setelah pemerintah Hanoi pada tahun 1976 berhasil mengintegrasikan secara politik
kedua Vietnam. Pada bulan Maret 1978 pemerintah Hanoi mulai melaksanakan
usaha pengintegrasian sistem sosial dan ekonomi secara bertahap pemerintah
mengadakan kebijaksanaan-kebijaksanaan baru. Kebijakan baru pemerintah
Vietnam yang akan dilaksanakan disamping ditujukan untuk mencapai masyarakat
sosialis Komunis, juga dimaksudkan untuk menanggulangi masalah perekonomian
di dalam negeri yang sangat kritis akibat kedaan perang selama lebih dari 30 tahun.
Beban berat ini ditambah lagi dengan ikut campurnya Vietnam di Laos dan
Kamboja. Untuk mencukupi tersedianya cadangan pangan bagi rakyatnya
pemerintah menjalankan program pemindahan penduduk ke desa-desa yang
tujuannya untuk mengolah pertanian di daerah yang disebut “New Economic Zone”
(NEZ). Pelaksanaan NEZ pemerintah Vietnam membangun tempat reduksi dan
sistem kepenjaraan bagi eks orang Vietnam Selatan dan keturunan Cina.
Penampungan reedukasi dilakukan kerja paksa , dengan jaminan makanan yang
tidak seimbang. Jatah makan mereka 400-470 gram/hari, diberi daging saat hari
raya nasional, dan kesehatan mereka kurang diperhatikan.

Parahnya perekonomian di dalam negeri Vietnam mempercepat pelaksanaan


kebijaksanaan baru pemerintah. Orang keturunan Cina yang tinggal di kota Cholon
dibuat panik. Mereka tidak terbiasa bekerja kasar di bidang pertanian dan mereka
takut diperalatpolitikan oleh Vietnam, oleh karena itu mereka berfikiran lebih baik
lari dari negara Vietnam. Alasan ini memperjelas jika pengungsi-pengungsi yang
datang ke negara-negara ASEAN khususnya Indonesia 70% adalah keturunan Cina.
Usaha menanggapi masalah pengungsi tersebut, pemerintah Hanoi selalu
menyatakan bahwa orang-orang yang ke luar dari Vietnam tidak dapat
menyesuaikan diri dengan sistem sosialis. Ada dua keuntungan bagi pemerintah
Vietnam dengan adanya pengusiran orang-orang keturunan Cina tersebut yaitu
Pertama dengan tidak membunuh mereka atau memasukkan mereka ke kamp-kamp
kerja paksa, pemerintah Vitenam akan dianggap berperikemanusiaan. Di samping
itu mendirikan kamp-kamp kerja paksa memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Kedua , pemerintah Vietnam sudah tidak mempunyai beban dengan adanya orang-
orang yang dianggapnya reaksioner dan borjuis sehingga maksud untuk
membangun masyarakat sosialis akan tercapai, karena orang keturunan Cina yang
dianggap oleh pemerintahan Vietnam dapat digunakan oleh RRC sudah dapat
disingkirkan.

Konflik Kamboja-Vietnam yang terus meningkat sejak bulan Desember 1977,


membuat RRC berinisiatif menghentikan bantuan kepada negara Vietnam.
Semakin terdesaknya pasukan Pol-Pot menimbulkan kemarahan RRC yang
dibuktikan pada pertengahan tahun 1978 pemerintahan Beijing memutuskan untuk
menghentikan semua bantuannya kepada Vietnam. teknisi RRC ingin pulang ke
RRC dan membuat kepanikan sekitar 300.000 orang keturunan Cina yang tinggal
di sebelah Vietnam bagian Utara. Konflik Vietnam-Kamboja membuat situasi di
kawasan Asia Tenggara semakin rumit, karena disatu pihak anti komunis di pihak
lain bekerja sama dengan pihak komunis dalam masing-masing upaya untuk
mempertahankan eksitensinya. Arus pengungsi tersebut menambah beban yang
tidak ringan bagi negara-negara ASEAN , khususnya Thailand,Malaysia dan
Indonesia. Dari perkembangan diatas jelaslah bahwa Vietnam pantas disebut
sebagai sumber segala permasalahan mengalirnya arus pengungsi Indocina. Jadi
tepatlah bila konferensi para Menlu ASEAN ke-12 di Bali pada tahun 1979
menunjuk Vietnam sebagai negara yang bertanggung jawab atas masalah
pengungsi.
Perlakuan diskriminasi yang dilakukan Pemerintah Vietnam menimbulkan orang
Vietnam Selatan melakukan eksodus ke negara-negara Asia Tenggara diantaranya
Filiphina, Malaysia, Hong Kong dan Indonesia.Para pengungsi mengunakan kapal-
kapal kecil untuk mengungsi ke negara-negara yang dianggapnya aman, karena itu
mereka disebut boat people (manusia perahu). Tujuan para pengungsi Vietnam
tidaklah jelas negara mana yang akan mereka ingin datangi namun, menurut mereka
lebih baik mencari negara singgahan lain daripada menetap di nagara mereka
sendiri yang tidak bisa memberikan mereka jamninan hidup aman dan sejahtera.

Di negara indonesia Kepala Staf Kopkamtib Laksamana TNI Sudomo melaporkan


bahwa pada tanggal 19 Mei 1975 pengungsi-pengungsi dari Vietnam telah mulai
berdatangan di Indonesia menurut laporan tersebut sejumlah 92 orang hanya
singgah di Tarempa, kecamatan Siantar, Kepulauan Riau dalam perjalannya ke
Singapura. Jumlah pengungsi yang semakin meningkat tiap harinya menurut
pemerintah setempat menampung mereka dibalai kecamatan. Keberhasilan perahu
pionir ini disusul dengan jumlah yang amat besar, melebihi jumlah penduduk
setempat. Mengatasi problema pengungsi ini,pada bulan februari 1979 para Menteri
Luar Negeri ASEAN, mengadakan pertemuan di Bangkok, yang menghasilkan
Bangkok Statement 21 februari 1979. Negara-negara ASEAN setuju bekerja sama
untuk meringankan beban pengungsi dengan menyiapkan tempat pusat prosessing,
sebagai tempat transit sementara dengan batas waktu dan jumlah tertentu sesuai
dengan kemampuan negara masing-masing. UNCHR dan negara-negara maju pun
diharapkan memberikan bantuan.

Usul Indonesia menawarkan Pulau Rempang atau Galang sebagai pusat


pemrosesan pengungsi disetujui. UNCHR kemudian membuka kantor di Jakarta,
sekaligus menyelenggarakan pertemuan 24 negara pada tanggal 15-16 Mei 1979.
Dari hasil pertemuan tersebut pemerintah Indonesia membentuk tim
pembangunan tempat pemrosesan yang terdiri atas Departemen Pekerjaan
Umum, Departement Hankam, dan Departement Dalam Negeri. Menteri Luar
negeri ditugasi untuk menyelenggarakan aksi diplomasi Menteri Dalam Negeri
dan para kepala daerah ditugasi untuk melakukan tindakan pencegahan agar
pengungsi tidak memberatkan kehidupan penduduk setempat pusat pemrosesan
di Pulau galang yang dibangun sejak 1 Juni 1979 pada bulan Agustus 1979 telah
selesai. Para pengungsi diberbagai tempat mulai dipindahkan ke Pulau Galang.
Beberapa negara memberikan bantuan pembangunan fasilitas umum.

Di Indonesia cara umtuk mencegah bertambahnya pengungsi Vietnam yang


berdatangan salah satu cara yang ditempuh ialah melalui Operesi halilintar Untuk
mengatasi masalah penyelendupan dan pengungsi Vietnam terutama di peraian
Riau. Pemerintah Indonesia telah membentuk Komando operasi Halililntar.
Sedangkan Pelaksanaan penanggulangan pengungsi Vietnam di Indonesia
ditangani oleh Tim penangulangan dan penanganan pengungsi Vietnam (P3V) di
bawah Departemen Hankam RI berdasarakan kepres RI no.38 tahun 1979. Pada 2
Juli 1979, Menteri Hankam membentuk tim Penanggulangan Dan Pengelolaan
Pengungsi Vietnam ( P3V). Penampungan pengungsi Vietnam memaparkan
pada generasi penerus bangsa bahwa negara Indonesia mempunyai dasar negara
yaitu Pancasila bukan hanya sekedar wejangan saja namun benar-benar ditegakan
serta diaplikasikan dalam kehidupan bernegara.

Jurnal II

Dalam pandangan internasional, Vietnam dan China dianggap sebagai Negara yang
authoritarian. Persamaan dari kedua Negara tidak hanya sebagai Negara dipimpin
oleh rejim komunis yang authoritarian, namun keduanya juga mengalami ledakan
pertumbuhan ekonomi yang mencengangkan setelah melalui proses reformasi
dengan meliberalisasi perekonomiannya. Vietnam memulainya pada tahun 1987
yang dikenal dengan inisiasi Doi‐Moi, sedangkan China lebih awal melakukan
reformasi pada tahun 1978. Meskipun pertumbuhan ekonomi Vietnam tidak
setinggi ledakan ekonomi China, namun keduanya tercatat mengalami peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang konsisten.

Secara singkat proses reformasi ekonomi keduanya dapat digambarkan dalam


bentuk Big‐Bang1 Versus Gradual2 Pemerintah Vietnam relatif lebih responsif
terhadap kondisi perekonomiannya dan menyadari pentingnya reformasi. Hanya
berselang beberapa bulan diinisiasikan Doi‐Moi kemudian diaplikasikan sebagai
kebijakan baru ekonomi Vietnam di tahun 1987. Sedangkan reformasi China
dilakukan dengan sangat hati‐hati dan bertahap, dimulai pada tahun 1978 dan dua
tahun kemudian baru disahkan sebagai bentuk kebijakan ekonomi negara dibawah
kepemimpinan Deng Xiao Ping pada tahun 1980. Kebijakan Doi-Moi Vietnam
merupakan keputusan yang dihasilkan dari pertimbangan domestik dan
perbandingan dengan lingkungan sekitar. Pertama, pertimbangan domestik
didasarkan pada pandangan elit terhadap politik luar negeri yang sebelumnya tidak
begitu efektif serta memberi manfaat terhadap perekonomian domestik yang
merupakan tolak ukur keberhasilan Negara. Yang kedua, kondisi ekonomi domestik
yang dibandingkan dengan negara‐negara tetangga di Asia Tenggara yang
mengalami kemakmuran membuat Vietnam mulai merasa tertinggal.

Doi moi sebagai agenda perbaikan ekonomi berhasil merealisasikan tujuannya


dengan menunjukan angka pertumbuhan yang signifikan, dan distribusi pendapatan
yang merata bila dibandingkan dengan China. Dalam konteks authoritarianism,
legitimasi politik merupakan isu yang problematik. Klaim atas legitimasi suatu
rejim sangat ditentukan oleh persetujuan popular. Tipikal konsensus popular
tersebut dalam tataran institusionalis atau kelembagaan Negara, dapat ditemukan
dan diekspresikan dalam pemilihan umum yang bebas dan adil (free and fair
election)3. Vietnam dan China tidak mengaplikasikan pemilihan umum yang bebas
dan adil sebagaimana indikator demokrasi gaya barat namun tidak memiliki
persoalan terkait dengan legitimasi. Oleh karena itu diperlukan indikator lainnya
untuk mengisi kekurangan tersebut. Bagi rejim authoritarian, sumber legitimasi
biasanya diperoleh dari hasil kebijakan yang dibuat (performance based). Ketika
produk kebijakan yang dibuat dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh
masyarakatnya secara merata, maka tidak sulit untuk mendapat legitimasi. Rejim
authoritarian yang mampu menyediakan hal‐hal yang dibutuhkan masyarakat
seperti pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, maka secara otomatis akan
memperoleh legitimasi, secara otomatis pengakuan terhadap kekuasaan (tidak
peduli dengan model atau cara yang seperti apa) yang dijalankan berdasarkan hasil
kebijakan tersebut selama masyarakat memperoleh kesejahteraan maka pemerintah
dapat dengan mudah memperoleh legitimasi politik. Pertumbuhan ekonomi yang
kian meningkat makin menguatkan legitimasi posisi rejim authoritarian, hal ini
secara teoritis dapat diasumsikan menjauhkan kedua Negara tersebut dari
demokratisasi, namun bila dianalisa lebih dalam dengan mengidentifikasi latar
belakang pertumbuhan ekonomi tersebut dalam penulisan ini dapat ditemukan
kemungkinan adanya proses demokratisasi.

Doi‐moi pada masa transisi pelaksanaannya masih lemah terutama dalam


mekanismenya. Tidak ada batasan penerapan waktu dalam strategi perencanaan
maupun implementasi kebijakan Doi‐Moi secara keseluruhan, semuanya berjalan
secara tanpa adanya perencanaan lima tahunan seperti rencana ekonomi negara
pada umumnya. Kebijakan yang dijalankan Vietnam tanpa perencanaan tersebut
bisa dikatakan serampangan dan beresiko. Doi‐Moi dijalankan tanpa adanya
alternatif kebijakan lain bila dalam realisasinya mengalami kegagalan. Namun
disisi lain tindakan tersebut juga bisa dikatakan sangat berani dalam arti yang
positif, karena kebijakan reformasi bisa dianggap sebagai eksperimen kolosal bagi
Vietnam. Meskipun resiko yang dihadapi sangat besar namun hal tersebut cukup
memuaskan bila melihat hasil yang diperoleh pasca reformasi tersebut. Hasil dari
perencanaan pembangunan ekonomi ditandai dengan meningkatnya GDP Vietnam.
Tahun 2001 merupakan tahun penting, sebagai tahun awal rencana lima tahun dan
strategi pembangunan sosial 10. Berdasarkan hasil rencana sosio‐ekonomi lima
tahun, strategi lima tahunan 1995‐2000 menunjukan adanya perbaikan ekonomi.
BAB III

ANALISIS ISI JURNAL

3.1 Kelebihan Jurnal

Jurnal I

Jurnal ini menurut saya memiliki kelebihan yaitu alur ceritanya alur maju. Mulai
dari bagaimana bisa masyarakat keturunan Vietnam sampai ke Pulang Galang yang
ada di Indonesia, sistem pengungsiannya, dan keuntungan-kerugian yang didapat
Indonesia dari penampungan tersebut. Alur maju ini mempermudah pembaca
memahami jalannya cerita. Apalagi sejarah, jika menggunakan alur maju-mundur,
saya pribadi terkadang kesulitan memahami jalannya cerita.

Jurnal II

Jurnal ini menurut saya memiliki kelebihan yaitu terdapat diagram yang
menunjukkan bagaimana hubungan China dan Vietnam dalam sektor ekonomi dan
bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi kedua negara tersebut.
Selain itu, kelebihannya adalah terdapat daftar pustaka pada setiap lembar jurnal
sehingga pembaca lebih cepat menemukan daftar pustakanya.

3.2 Kekurangan Jurnal

Jurnal I

Tidak memiliki identitas jurnal yang lengkap

Jurnal II

Tidak memiliki identitas jurnal yang lengkap


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kedua jurnal ini cocok dijadikan referensi karena jalan ceritanya runtun
(berdasarkan kronologi) dan kita jadi tau bagaimana sejarah menukil perjalanan
China hingga banyak tersebar di Indonesia.

4.2 Saran

Kedua jurnal sudah bagus tapi alangkah baiknya semua kekurangan pada bab III
diperbaiki/dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA

Fandik,Moh.2013.Penampungan Orang Vietnam Di Pulau Galang 1975-1979.


Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.

Asyathri ,Helmia.Perbandingan Demokratisasi Vietnam dan China (Efek DOI-


MOI Vietnam 1987. Universitas Negeri Malang:Malang.

Anda mungkin juga menyukai