Pengantar Geografi
Disusun Oleh :
Kelompok 3
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Dr. Darwin P. Lubis,
S.Si, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Pemgembangan Materi IPS yang
telah memberikan kami kesempatan untuk bekerja sama dalam menyusun
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat tantangan untuk mencari
sumber informasi sesuai materi yang diberikan. Akan tetapi, atas kerja sama dari
setiap anggota, tantangan tersebut teratasi. Oleh karena itu, kami menyusun
makalah ini sebaik mungkin. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami maupun kepada para pembaca.
Kami juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan atau
penulisan makalah ini. Kami senantiasa mengharapkan masukan, baik berupa
saran atau kritik demi penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kererta api menjadi transportasi umum yang murah dan banyak diminati
masyarakat. Namun sepanjang rel kereta api tersebut masyarakat malah membuat
permukiman yang mana menjadikan pemandangan buruk terhadap sepanjang rel
kereta api tersebut. Dimana permukiman kumuh tersebut tersebut juga membuat
kesan jelek terhadap kawasan rel. Masyarakat kawasan pinggiran rel sudah
menempati kawasan tersebut selama berpuluh-puluh tahun. Hal ini dikarenakan
perkembangan suatu kawasan dimana pastilah semakin berkembang suatu
kawasan maka semakin banyak penduduknya. Salah satunya penduduk yang ada
di daerah kecamatan medan timur, kawasan tersebut dikenal cukup padat dan
sesak. Ditambah lagi terdapat pasar tradisional yang membuat pemandangan
kawasan tersebut terlihat kumuh. Karena masalah tersebutlah yang melatar
belakangi dan membuat kami tertarik untuk melakukan riset terhadap masyarakat
yang ada di daerah pinggiran rel dikecamatan medan timur tersebut. tidak sedikit
warga desa yang tersingkir akibat kurang mampunya melakukan persaingan di
kota demi meningkatkan taraf kehidupan. Karena tersingkirnya persaingan
kehidupan kota maka segelintir kaum yang bersaing memilih alternatif yang salah,
akibat kurangnya pengertian akan hidup yang layak dan kurannya modal yang
cukup yaitu pekerjaan yang tetap sebagai pegangan untuk dapat bertahan hidup di
tengah-tengah kehidupan kota.
Sementara kota sendiri tidak dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi
mereka pendatang baru yang dimana kurang memiliki keterampilan dan rendah
pendidikan. Sehingga mereka mau mengerjakan pekeerjaan apa saja agar mereka
bisa bertahan hidup. Penghasilan yang rendah dan penuh ketidakpastian membuat
mereka memilih untuk tinggal dimana saja selama mereka merasa aman. Akhirnya
mereka mendiami daerah tertentu yang disebut daerah kumuh (slum area) di
daerah pinggiran rel, sebagai tempat yang layak unuk dapat digunakan bagi
5
masyarakat kumuh. Dampak dari terbentuknya pemukiman kumuh di perkotaan
menyebabkan rendahnya tingkat kualitas pemukiman. Karena masalah tersebutlah
yang mendorong kami melakukan riset terhadap pinggiran rel di kecamatan
medan timur
B. Tujuan
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang bagaimana keadaan masyarakaat yang ada di
pinggiran rel tersebut
2. Mengetahui Budaya yang terjadi di daerah kumuh sekitar pinggiran rel
3. Untuk Mengetahui Perkembangan yang terjadi di daerah tersebut
4. Untuk mengetahui bagaimana kondisi rumah mereka apakah legal atau
illegal
5. Meneliti kehidupan sosial masyarakat yang ada di daerah pinggiran rel
tersebut.
C. Manfaat
Manfaat dari mini riset yang kami lakukan ialah untuk memperoleh
informasi terkait masalah yang terjadi di daerah permukiman kumuh yang
disekitar rel khususnya di kecamatan medan timur. Melalui penelitian ini juga
memberikan sumber referensi mengenai perkembangan permukiman kumuh yang
ada di sekitar rel kereta api.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2. Ciri-Ciri Permukiman Kumuh
Ditempatkan dimanapun juga, kata kumuh tetap menjurus pada sesuatu
hal yang bersifat negative, pemahaman kumuh dapat ditinjau dari :
a. Sebab Kumuh (Kumuh adalah kemunduran atau kerusakan lingkungan
hidup) dilihat dari:
1. Segi fisik, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam
seperti air dan udara,
2. Segi masyarakat / sosial, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh
manusia sendiri seperti kepadatan lalulintas, sampah.
b. Akibat Kumuh (Kumuh adalah akibat perkembangan dari gejala-gejala)
antara lain:
1. Kondisi perumahan yang buruk,
2. Penduduk yang terlalu padat,
3. Fasilitas lingkungan yang kurang memadai,
4. Tingkah laku menyimpang,
5. Budaya kumuh,
6. Apati dan isolasi.
b. Urbanization (Urbanisasi)
Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus
migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanis
yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di
pusat kota, tentu saja memilih untuk tinggal di permukiman di sekitar
kaeasan pusat kota (down town). Hal ini juga akan menyebabkan
pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota. Menurut
Danisworo dalam Khomarudin (1997: 83-112) bahwa kita harus akui pula
bahwa tumbuhnya permukimanpermukiman spontan dan permukiman
kumuh adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
urbanisasi.
8
4. Tingkatan Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh juga memiliki tingkatan yang mana terdapat beberapa
permukiman kumuh yaitu permukiman kumuh ringan, permukiman kumuh
sedang dan permukiman kumuh berat, yaitu antara lain:
1. Permukiman Kumuh Ringan
a. Aspek Sarana dan Prasarana
Dari segi sarana dan prasarana umuumnya kondisi sarana dan prasarana
permukiman kumuh rendah cenderung lebih baik dibandingkan dengan kategori
permukiman kumuh lainnya. Beberapa sarana dan prasarana yang cukup baik
penyediaannya, antara lain adalah air bersih, aksesibilitas, dan persampahan.
Untuk air bersih umumnya masyarakat telah mengakses air PAM (50%). Dari segi
aksesibilitas, umumnya kondisi jalan yang terdapat di lingkungan permukiman ini
cukup baik dan sudah diperkeras dan diantara ketiga kategori tersebut,
permukiman kumuh rendah memiliki persentase jalan yang terawat paling besar
(62,5%). Sedangkan untuk masalah persampahan umumnya masyarakat telah
memiliki tong sampah pribadi di masing-masing rumahnya untuk kemudian
diangkut oleh petugas sampah langsung menuju truk pengangkut sampah untuk
dibuang ke TPA Bantar Gebang. Untuk aspek sarana dan prasarana yang kurang
baik diantaranya adalah sanitasi dan drainase. Untuk sanitasi, sebagian besar
masyarakat telah memiliki kamar mandi dan jamban pribadi di masing-masing
rumahnya, sedangkan untuk masyarakat yang menggunakan kamar mandi atau
jamban bersama umumnya adalah mereka yang mengontrak, dimana pada wilayah
tersebut ternyata juga terdapat kontrakan atau kos-kosan yang umumnya ditempati
oleh pekerja/buruh. Hal ini terjadi mengingat lokasi wilayah ini yang berdekatan
dengan indutsri. Sedangkan untuk prasarana drainase, umumnya memiliki kondisi
yang tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi mengingat adanya kegiatan
ekonomi berupa industri dan juga RPH babi yang berada di sekitar lingkungan
permukiman kumuh ringan ini yang tak jarang membuang limbahnya ke saluran
air disekitar permukiman tersebut.
9
memiliki kesamaan karakteristik pada seluruh kawasan permukiman
kumuh Kelurahan Kapuk, termasuk permukiman kumuh tingkat rendah, yaitu
memliki konstruksi bangunan semi permanen. Hal tersebut terlihat dari bahan
material yang digunakan masyarakat dalam membangun rumah mereka.
c. Aspek Sosial
Ditinjau dari aspek sosial, Umumnya masyarakat penghuni permukiman
kumuh rendah merupakan pendatang yang berasal dari luar Jakarta, dimana
sebagian dari mereka masih menggunakan KTP Asal Daerah . Hal ini disebabkan
karena sebagian masyarakat penghuni permukiman kumuh rendah tersebut
cenderung baru beberapa tahun berada pada wilayah tersebut. Untuk alasan
pemilihan lokasi tempat tinggal tersebut umumnya
masyarakat mempertimbangkan faktor kedekatan antara tempat tinggal
dengan lokasi bekerja. Hal ini disebabkan karena adanya keberadaan pabrik dan
pergudangan di sekitar lingkungan tersebut. Untuk tingkat pendidikan, umumnya
masyarakat penghuni permukiman kumuh rendah tersebut tidak memiliki jenjang
pendidikan yang tinggi, mayoritas dari mereka berada pada jenjang pendidikan
tamat SMP/sederajat. Sedangkan untuk tingkat kekerabatan antar individu
masyarakat, di lingkungan permukiman kumuh rendah ini hanya terdapat kegiatan
10
kerja bakti dan juga PKK, berbeda dengan permukiman kategori lainnya yang
sedikit lebih beragam.
d. Aspek Ekonomi
Untuk aspek ekonomi, mayoritas penghuni permukiman kumuh rendah
memiliki mata pencaharian sebagai buruh. Penghasilan masyarakat yang didapat
per bulannya berkisar antara Rp. 2.100.000 s/d 2.500.000. Hal tersebut
dikarenakan karakteristik masyarakatnya yang sebagian besar bekerja sebagai
buruh sehingga kurang lebih mereka menerima gaji sesuai dengan dengan UMR
DKI Jakarta, yaitu sebesar Rp. 2.441.301.
11
prasarana persampahan, hanya sebagian masyarakat yang memiliki tong sampah
di masing-masing rumahnya (17%) sedangkan sebagian lainnya membuang
sampahnya dengan cara ditimbun di lahan kosong (34%) dan juga dibuang
dikali/sungai (21%). Sedangkan untuk prasarana sanitasi, sebagian besar
masyarakat telah memiliki kamar mandi dan jamban pribadi di masing-masing
rumahnya, namun demikian masih ada pula masyarakat yang menggunakan kamar
mandi atau jamban umum dan umumnya kondisinya juga kurang baik dan
terkesan kotor. Untuk prasarana drainase, umumnya saluran yang ada di wilayah
ini tidak berfungsi dengan baik,hal ini umumnya diakibatkan oleh perilaku
masyarakat itu sendiri yang kerap membuang sampahnya ke saluran air.
b. Aspek Fisik
Untuk kondisi fisik rumah yang terdapat di permukiman kumuh sedang
ini memiliki karakteristik permukiman semi-permanen, sama seperti yang terdpat
pada permukiman kumuh rendah. Umumnya masyarakat menggunakan bahan
bangunan berupa asbes sebagai atap rumah mereka, semen sebagai bahan lantai
dan ½ tembok ½ papan sebagai bahan dinding nya.
c. Aspek Sosial
12
Untuk aspek sosial, berbeda dengan masyarakat permukiman kumuh
ringan yang sebagian besar merupakan penduduk luar Jakarta, pada permukiman
ini proporsi antara penduduk asli Jakarta dengan penduduk Luar Jakarta cukup
seimbang, masing-masing sebesar (49%) dan (51%). Sedangkan untuk status
kependudukan, mereka umumnya telah memiliki KTP Jakarta, termasuk mereka
yang merupakan penduduk Luar Jakarta. Hal ini dikarenakan umumnya
masyarakat yang tinggal di permukiman tersebut sudah cukup lama menetap di
wilayah itu. Untuk alasan pemilihan lokasi bermukim, umumnya masyarakat
mempertimbangkan faktor harga yang murah (34%) dan juga kedekatan dengan
lokasi bekerja (32%). Sedangkan untuk tingkat pendidikan, sama halnya dengan
masyarakat permukiman kumuh ringan yang umumnya tidak memiliki pendidikan
yang tinggi, di wilayah ini umumnya masyarakat hanya mengenyam pendidikan
hingga tamat SMP/sederajat (24%). Sedangkan untuk tingkat kekerabatan
masyarakat di lingkungan permukiman kumuh sedang cenderung lebih beragam
dibandingkan dengan permukiman kumuh ringan, dimana pada permukiman
kumuh sedang ini tidak hanya terdapat kegiatan kerja bakti dan PKK saja, tetapi
juga terdapat kegiatan arisan.
d. Aspek Ekonomi
Untuk aspek ekonomi, berbeda dengan masyarakat permukiman kumuh
rendah yang umumnya didominasi oleh pekerjaan sebagai buruh, pada
permukiman ini meskipun banyak pula masyarakat yang memiliki pekerjaan
sebagai buruh, namun pekerjaan yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat
tingkat kumuh ini adalah sebagai pedagang (26%). Sedangkan untuk pengahasilan
yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat kumuh sedang sama dengan
terdapat di kumuh ringan, yaitu berada pada rentang Rp. 2.100.000 s/d Rp
2.500.000
13
cm. dengan lama genangan selama sehari dan dengan intensitas terjadinya banjir
setiap setahun sekali.
b. Aspek Fisik
Untuk kondisi fisik tidak jauh berbeda dengan yang terdapat pada
permukiman kumuh rendah dan juga sedang, pada wilayah permukiman ini juga
14
cenderung memiliki konstruksi bangunan yang semi permanen. Hal tersebut
sesuai dengan yang tertera dalam dokumen [5] yang menyatakan bahwa mayoritas
bangunan yang terdapat di permukiman kumuh kelurahan tersebut adalah
c. Aspek Sosial
Untuk kondisi sosial dilihat dari aspek tingkat pendidikan, umumnya
masyarakat permukiman kumuh rendah memiliki tingkat pendidikan yang lebih
rendah dibandingkan dengan permukiman kumuh rendah dan sedang, dimana
pada permukiman kumuh ini mayoritas masyarakatnya berada pada jenjang
pendidikan tamat SD/sederajat (34%). Sedangkan untuk asal masyarakatnya,
mayoritas masyarakat penduduk ini merupakan penduduk dari luar Jakarta, hanya
saja berbeda dengan permukiman kumuh rendah, pada permukiman ini umumnya
masyarakat telah memiliki KTP Jakarta. Hal ini dikarenakan umumnya
masyarakat yang berada pada permukiman ini telah menetap selama bertahun-
tahun, sehingga mereka telah memiliki KTP Jakarta. Untuk alasan masyarakat
dalam memilih lokasi bermukim disana mayoritas adalah karena faktor harga
yang terjangkau (60%). Sedangkan untuk tingkat kekerabatan masyarakat di
lingkungan permukiman kumuh berat cenderung lebih beragam dibandingkan
15
dengan kedua kategori permukiman lainnya. Dalam permukiman kumuh berat ini
interaksi ataupun kegiatan sosial yang dimiliki masyarakat tidak hanya kerja bakti,
PKK, dan arisan saja, tetapi ternyata ditemui pula kegiatan pengajian yang rutin
dilakukan oleh masyarakat di lingkungan tersebut.
d. Aspek Ekonomi
Kondisi masyarakat permukiman kumuh berat apabila dilihat dari segi
ekonomi tergolong lebih rendah dengan lainnya, dimana mayoritas masyarakat
permukiman ini memiliki penghasilan dengan rentang antara Rp. 1.100.000 s/d
1.500.000. Untuk pekerjaan, mayoritas masyarakat selain bekerja sebagai buruh,
namun banyak pula masyarakat yang bekerja pada sektor informal, seperti
misalnya tukang ojek, kuli bangunan, tukang sapu, PRT dan lain sebagainya.
16
BAB III
METODOLOGI
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui metode observasi langsung dan
wawancara kepada masyarakat serta Kepala Lingkungan yang tinggal di
persimpangan jalan bilal dan jalan suratman kecamatan Medan Timur Kota
Medan mengenai apa yang melatar belakangi mereka tinggal di wilayah
tersebut.
D. Populasi
17
Populasi penelitian ini adalah kepala rumah tangga yang berada di
sempadan rel kereta api di 1 (satu) kecamatan dengan 1 ( satu ) kelurahan,
yaitu jalan bilal dan jalan suratman kecamatan Medan Timur Kota Medan
Sedangkan masyarakat yang bertempat tinggal di sempadan rel kereta api
berjumlah 3.243 jiwa yang akan menjadi populasi dari penelitian ini.
E. SAMPEL
Pengambilan sampel pada penelitian yaitu dengan menggunakan teknik
random samplingatau pengambilan sampel secara acak. Teknik random
sampling digunakan karena peneliti menjadikan tiap individu dalam populasi
untuk menjadi anggota sampel. Sampel diambil berdasarkan rumah yang
berada di sempadan rel kereta api jalan bilal dan jalan suratman kecamatan
Medan Timur Kota Medan.
18
Bab IV
PEMBAHASAN
C. Pembahasan
Dari hasil penelitian lapangan yang diperoleh dari lapangan melalui
pengumpulan data melalui wawancara dan observasi lapangan. Pemaparan data
hasil penelitian ini pada dasarnya berusaha mencari dan mengetahui keadaan
sosial budaya penduduk di pemukiman kumuh pinggir rel kereta api jalan bilal
dan jalan suratman kecamatan Medan Timur Kota Medan. Dilihat dari status
pekerjaan, tingkat pendapatan, keadaan pendidikan, jumlah anggota keluarga, cara
hidup atau kebiasaan, interaksi sosial antar sesama penduduk dengan mengikuti
organisasi seperti STM, Pengajian, Arisan, dan PKK, Serta alasan mereka tetap
bertahan tinggal di pinggir Rell kereta api. Dalam analisis data diuraikan
bagaimana kondisi sosial budaya penduduk di permukiman kumuh jalan bilal dan
jalan suratman kecamatan Medan Timur Kota Medan. Dari pembahasan ini dapat
memberikan gambaran tentang keadaan sosial budaya penduduk di pemukiman
kumuh pinggir rel kereta api. Hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan yang
akan diuraikan adalah : status pekerjaan, pendapatan, keadaan pendidikan anak
(orang tua), jumlah anggota keluarga, cara hidup atau kebiasaan, interaksi sosial,
alasan tetap bertahan tinggal, dan kondisi permukiman penduduk di permukiman
kumuh jalan bilal dan jalan suratman kecamatan Medan Timur Kota Medan
19
Sumber pekerjaan menentukan status sosial ekonomi. Pekerjaan bukanlah batu
loncatan untuk mencapai sesuatu hal yang lebih baik, melainkan akhir dari
segalanya. Sama saja dengan hari ini, pekerjaan tidak sama sekali menjanjikan
pembebasan esok hari, bulan depan, ataupun tahun depan (Suparlan 1993:178).
Banyak ragam dan jenis pekerjaan yang ada di pemukiman kumuh daerah
pinggir Rell kereta api jalan bilal dan jalan suratman kecamatan Medan Timur
Kota Medan seperti : Pedagang, buruh bangunan, pembantu rumah tangga, tukang
becak, dll. Dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan Masyarakat adalah
pedagang yakni 50,00 % Masyarakat, dan ada juga yang bekerja sebagai penarik
becak yakni 20,00 % Masyarakat, sedangkan yang bekerja sebagai buruh
sebanyak 17,50 % Masyarakat, dan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak
12,50% Masyarakat. Dari hasil tabel 12 tentang status pekerjaan Masyarakat di
atas dapat kita analisis bahwa pekerjaan yang paling dominan di lingkungan
tersebut yang terdapat di pinggir Rell kereta api adalah pedagang dengan jumlah
50,00 %. Banyak di antara mereka yang pekerjaannya sebagai pedagang karena
mereka tidak memiliki skill di bidang pekerjaan yang lainnya. Karena tingkat
pendidikan mereka yang rendah. Dan kebanyakan dari mereka hanyalah tamatan
SD dan SMP.
20
PENUTUP
Kesimpulan
Simpulan dari semua hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian
tentang Berkembangnya Lingkungan Lingkungan Kumuh Disekitar Pinggiran Rel
Jalan Bilal Kecamatan Medan Timur adalah sebagai berikut:
1. Terbentuknya permukiman liar di sempadan rel kereta api Kecamatan
Medan Timur termasuk ke dalam proses infiltrasi dimana orang-orang yang
melakukannya memiliki inisiatif sendiri dan berlangsung lambat.
2. Sebagian besar masyarakat masih berasal dari sekitar Medan Dan daerah
luar Medan seperti Tebing, Pakam, Binjai, dan lain sebagainya, mereka
melakukan perpindahan karena ingin hidup yang lebih baik seperti halnya
orang-orang lain di kota besar. Pekerjaan utama masyarakat yang bertempat
tinggal di sempadan rel kereta api adalah berdagang.
3. Faktor pendorong yang membuat sebagian masyarakat melakukan
perpindahan dari tempat asal dan membuat rumah di sempadan rel kereta
api yaitu karena lokasi yang mereka tempati merupakan daerah yang
strategis dan dekat dengan lokasi pekerjaan, dan karena rumah yang
ditempati saat ini merupakan rumah warisan dari orang tua, maka mau tidak
mau mereka menetap di lokasi tersebut.
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk menekan angka perkembangan
permukiman liar di sempadan rel kereta api Kota Medan, antara lain:
21
3. Masyarakat pendatang harus memiliki kesadaran hukum untuk mendirikan
bangunan di lahan yang sudah diketahui dilarang untuk mendirikan bangunan
apapun.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.unime
d.ac.id/2012/index.php/antrophos/article/view/5080&ved=2ahUKEwimia6FrPflA
hUtyzgGHdO8BrIQFjAAegQIBRAB&usg=AOvVaw39dTib3fa78LNoOwYHNfYq
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.neliti.co
m/id/journals/jurnal-ilmiah-mahasiswa-fakultas-kesehatan-masyarakat-
universitas-
diponegoro&ved=2ahUKEwimia6FrPflAhUtyzgGHdO8BrIQFjADegQIAxAB&us
g=AOvVaw0VCIj-Zl-Hjy8zeN7Vx0AM
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.unipasb
y.ac.id/index.php/waktu/article/download/62/26/&ved=2ahUKEwimia6FrPflAhUt
yzgGHdO8BrIQFjAFegQIBBAB&usg=AOvVaw1l07M0RBCSzTBlAaLJWiBA
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://lib.unnes.ac.id
/21280/1/3211410013-
s.pdf&ved=2ahUKEwimia6FrPflAhUtyzgGHdO8BrIQFjAEegQIAhAB&usg=AO
vVaw1GPv7e5yQfEhaxGayk3thi
22
LAMPIRAN DOKUMENTASI PENELITIAN
23