PENGOLAHAN DAS
Dosen Pengampu:
Nina Novira, S.Si., M.Sc., Ph.D.
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Nina Novira, S.Si., M.Sc., Ph.D. selaku Dosen
yang telah mengajarkan mata kuliah Pengolahan DAS, serta tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada orang tua kami yang telah menyediakan fasilitas. Tanpa jasa kedua orang tua kami, tugas
ini tidak dapat terselesaikan.
Untuk kedepannya, semoga tugas ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan untuk
kepentingan belajar.
Tentu kami menyadari bahwa tugas yang kami buat ini memiliki banyak kesalahan,
karena itu dengan penuh kerendahan hati kami mohon maaf. Saran disertai kritik yang
membangun dengan kerendahan hati kami menerima demi kesempurnaan makalah yang kami
buat ini.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB IPENDAHULUAN..............................................................................................................4
BAB IIPEMBAHASAN................................................................................................................5
BAB IIIPENUTUP.....................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................15
3.2. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan daerah dimana
semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya
dibatasi oleh batas topografi, yaitu merupakan tempat tertinggi (punggung bukit) sehingga air
hujan yang jatuh didalamnya akan selalu menuju tempat hilirnya (bagian yang lebih rendah).
Batas ini tidak ditetapkan berdasar air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu
berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian. Daerah Aliran Sungai
berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap
air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi bagian hulu bagian hilir, bagian pesisir dan
dapat berupa wilayah lindung, wilayah budidaya, wilayah pemukiman dan lain-lain. Daerah
aliran sungai ditentukan berdasarkan topografi daerah tersebut. Pada peta topografi batas
DAS dapat ditentukan dengan cara membuat garis imajiner yang menghubungkan titik yang
memiliki elevasi kontur tertinggi disebelah kanan dan kiri sungai yang ditinjau. Untuk
menentukan luas daerah aliran sungai dapat ditentukan dengan planimeter.
Karakteristik fisik DAS merupakan variabel dasar yang menentukan proses hidrologi
pada DAS, sedangkan karakteristik sosial ekonomi dan budaya masyarakat adalah variabel
yang mempengaruhi percepatan perubahan kondisi hidrologi DAS. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai karakteristik fisik DAS, dalam hal ini 'terrain' dan geomorfologi, pola
pengaliran dan penyimpanan air sementara pada DAS, dapat membantu mengidentifikasi
daerah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap terjadinya persoalan DAS, serta
perancangan teknik-teknik pengendalian yang sesuai dengan kondisi setempat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik daerah aliran sungai ?
2. Bagaimana pola aliran sungai?
3. Bagaimana morfometri DAS?
Pola aliran sungai secara umum dibagi menjadi 5 macam, yaitu pola aliran dendritik, pola
aliran rektangular, pola aliran trellis, pola aliran radial, dan pola aliran radial sentripetal.
Berikut adalah penjelasan masing-masing pola aliran air sungai :
1. Pola Dendritik
Pola aliran sungai dendritik adalah pola aliran dengan cabang-cabang sungai menyerupai garis
penampang atau pertulangan daun. Jenis pola aliran ini dikontrol oleh litologi yang homogen.
Aliran sungainya memiliki tekstur dengan kerapatan tinggi yang diatur oleh jenis batuan. Tekstur
sungai adalah panjang sungai per satuan luas.
Contohnya adalah sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak atau kurang resisten terhadap
erosi sehingga membentuk tekstur sungai yang rapat. Namun bila aliran berada diatas batuan
yang resisten, maka akan membentuk tekstur renggang. Resistensi batuan terhadap erosi
memberi pengaruh besar pada proses pembentukan alur sungai. Sebab, batuan yang tidak resisten
akan mudah mengalami erosi membentuk jalur aliran baru.
Pola sungai rektangular adalah pola aliran yang umumnya terdapat di wilayah batuan beku.
Bentuk alur sungai ini lurus mengikuti struktur patahan dengan ditandai bentuk sungai yang
tegak lurus. Pola sungai rektengular biasanya berkembang pada batuan yang resisten terhadap
erosi, tipe erosi cenderung seragam, namun dikontrol oleh kekar dua arah dengan sudut yang
saling tegak lurus.
Kekar merupakan pemecahan atau pemisahan batu secara geologis yang cenderung kurang
resisten terhadap proses erosi sehingga kemungkinan aliran air akan mengembang melalui
rekahan dan pada akhirnya membentuk pola aliran sesuai alur pecahan batuan.
Sungai dengan pola aliran rektangular banyak ditemukan di kawasan sesar dengan ciri utama
aliran sungai akan mengikuti jalur yang kurang resisten serta terkumpul pada tempat singkapan
batuan yang bersifat lunak. Pada percabangan sungai akan membentuk sudut tumpul dengan
sungai utamanya.
Pola sungai aliran rektangular adalah pola yang dikontrol oleh struktur geologi, seperti sesar atau
patahan, serta kekar atau rekahan dengan aliran air yang mengikuti pola geologi tersebut.
Pola aliran sungai trellis adalah pola aliran yang bentuknya mirip seperti pagar yang dikontrol
oleh struktur geologi berupa lipatan sinklin dan antiklin. Sungai dengan aliran tralis memiliki ciri
berupa kumpulan saluran air yang bentuknya sejajar, mengalir mengikuti kemiringan lereng dan
tegak lurus terhadap aliran utamanya. Umumnya arah saluran utama searah dengan sumbu
lipatan.
Aliran trellis merupakan perpaduan antara jenis sungai konsekuen dan subsekuen. Selain itu,
pola sungai trellis juga dapat terbentuk di sepanjang lembah pararel pada sabuk lipatan
pegunungan. Alur-alur sungai akan melintasi lembah dan bertemu kembali di saluran utama.
Pola aliran radial adalah pola sungai dengan aliran yang arahnya terdistribusi atau menyebar
secara radial dari ketinggain tertentu menuju daerah bawah. Bentuknya menyerupai gunung
berapi atau puncak intrusi magma.
Pola sungai radial mengikuti kontur muka bumi yang cembung dan menjadi asal mula sungai
konsekuen. Pola aliran sungai jenis radial juga dapat ditemukan pada bentukan-bentukan
bentangan alam kubak dan laccolith. Pada jenis bentang alam ini, aliran sungai akan membentuk
pola kombinasi radial dan annular.
5. Pola Aliran Radial Sentripetal
Pola sungai radial sentripetal adalah pola yang bentuknya berlawanan dengan pola radial. Pola
ini membentuk alur sungai yang mengarah ke tempat yang cekung. Pola sungai ini dapat
berkembang menjadi pola annular dan memunculkan sungai obsekuen, sungai subsekuen sejajar
dan sungai resekuen.
Pola aliran sungai pararel adalah pola aliran yang terdapat di daerah yang sangat luas denga
kemiringan yang curam. Kemiringan ini menyebabkan gradien sungai menjadi besar sehingga
mengalirkan air ke tempat terendah dengan bentuk jalur yang hampir lurus. Pola ini dapat
ditemukan di kawasan daratan pantai yang masih muda dengan lereng asli yang kemiringannya
mengarah ke laut.
Pola aliran sungai annular adalah bentuk variasi dari pola sungai beraliran radial. Pola annular
dapat ditemukan pada daerah dome atau kaldera staium dewasa yang juga terdapat sungai
konsekuen, subsekuen, resekuen, dan obesekuen.
Pola aliran angular adalah pola aliran yang bentuknya lebih besar atau lebih kecil dari sudut 90
derajat. Sungai dengan pola seperti ini akan terlihat mengikuti garis-garis patahan.
Pola aliran sungai radial sentrifugal adalah pola aliran yang bentuknya menyebar secara radial
dari titik ketinggian tertentu. Umumnya sungai dengan jenis aliran ini terdapat di daerah
pegunungan yang aliran airnya menyebar ke arah lereng.
Pola aliran pinnate adalah pola aliran air sungai yang pada bagian mura anak sungai membentuk
sudut lancip dengan induk sungai. Sungai jenis ini dapat ditemukan di bukit-bukit yang memiliki
lereng terjal.
Bentuk Aliran Sungai
Terdapat berbagai bentuk atau tipe aliran sungai. Berikut ini adalah 12 bentuk aliran beserta
penjelasannya:
1. Sungai Konsekuen Lateral, yaitu sungai yang alirannya mengarah menuruni lereng-lereng
asli di permukaan bumi, seperti dome, block, mountain atau daratan yang baru terangkat.
2. Sungai Konsekuen Longitudinal, yakni sungai yang alirannya sejajar dengan antiklinal
atau bagian puncak gelombang pegunungan.
3. Sungai subsekwen adalah sungai yang terbentuk pada sungao konsekuwen lateral yang
mengalami erosi mundur hingga ke puncak lerengnya. Sungi ini akan mengalami erosi ke
samping dan memperluas lembah sehingga muncul aliran baru mengikuti arah patahan.
4. Sungai Superimposed, yaitu sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang
menutupi lapisan batuan batu dibawahnya. Jika terjadi peremajaan, maka sungai tersebut
akan mengikis lapisan penutup dan memotong formasi batuan awal, sehingga alirannya
tidak sesuai dengan struktur batuan.
5. Sungai Anteseden, yaitu sungai yang arah alirannya tetap karena mengimbangi
pengangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya terbentuk bila pengangkutan berjalan
lambat.
6. Sungai Resekuen adalah sungai yang alirannya menuruni kemiringan patahan atau dip
slope. Alirannya searah dengan sungai resekwen lateral dan bisa umumnya terbentuk dari
aliran sungai subsekwen.
7. Sungai Obsekwen, yakni sungai yang alirannya turun dari permukaan patahan dan
berlawan dengan dip dari formasi-formasi patahan.
8. Sungai Insekwen, yaitu sungai yang alirannay terbentuk tanpa penyebab nyata. Sungai ini
mengalir tanpa mengikuri lapisan batuan. Alirannya tidak menenti dan mengikuti pola
aliran dendritis.
9. Sungai Reserve adalah sungai yang tidak mampu mempertahankan arah alirannya
melawan pengangkatan, sehingga arahnya dapat berubah dan menyesuaikan diri.
10. Sungai Komposit, yaitu sungai yang mengalir dari daerah dengan struktur geologi
berlainan. Contohnya adalah sungai-sungai besar ang ada di Indonesia.
11. Sungai Anaklinal adalah sungai yang mengalir pada permukaan dengan kecepatan
lambat, terangkat dan arahnya pengangkatan berlawanan dengan arus sungai.
12. Sungai Compound adalah sungai yang membawa air dari daerah yang memiliki
geomorfologi berlawanan.
a. Geologi
b. Geomorfologi
c. Topografi
d. Tanah
e. Perwilayahan DAS
Geologi
Untuk memperoleh informasi variabel geologi ini maka sumber data utama yang dapat
diacu adalah Peta Geologi Bersistem yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan.
Namun apabila peta tersebut tidak tersedia, dapat digunakan informasi yang terdapat dalam
REPPPROT ataupun melakukan interpretasi pada citra penginderaan jauh.
Geomorfologi
Untuk mendapatkan informasi bentuk lahan, maka dapat dilakukan dengan interpretasi
pada citra penginderaan jauh. Sistem klasifikasi bentuk lahan yang digunakan dalam proses
pemetaan bentuk lahan mengacu pada sistem klasifikasi betuk lahan yang dikeluarkan oleh
BAKOSURTANAL.
Topografi
a.Ketingian (Elevation) DAS
Ketinggian suatu tempat dapat diketahui dari peta topografi, hubungan antara elevasi
dengan luas DAS dapat dinyatakan dalam bentuk hipsometrik.
b. Orientasi DAS
(Aspect) Lee (1963) dalam Peraturan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan
Perhutanan Sosial (2013) menyatakan bahwa arah DAS dapat dinyatakan sebagai azimuth dari
garis utara searah jarum jam.
c. Kemiringan Lereng DAS
Untuk mengukur lereng dapat dilakukan dengan menggunakan alat Abney Level atau
clinometer. Pada potret udara pengukuran lereng dapat dilakukan dengan menggunakan slope
meter atau dengan mencari beda tinggi dengan paralaks meter atau dengan menggunakan rumus
Avery (1975) dan Horton (1945) dalam Peraturan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS
dan Perhutanan Sosial (2013), menggunakan contour method dengan rumus:
Lereng (%) = (C x l)/A
Dimana : C = interval kontur (m), l
= total panjang kontur (m), dan A
= luas DAS (m2 ).
Jika suatu daerah mempunyai lereng yang seragam, maka lereng rata–rata dapat diperoleh
dengan menggunakan rumus (2) di bawah ini :
Lereng (%) = e/d (100%) atau,
Lereng = ctg (c/d)
Dimana : c = perbedaan elevasi antara titik tertinggi dan terendah pada DAS (m),
d = Jarak horizontal antara elevasi titik tertinggi dan titik terendah tersebut (m).
Untuk memudahkan proses pemetaan dari variabel lereng tersebut, maka peta lereng yang
sudah dihasilkan dikelompokkan atau dikelaskan ke dalam 5 kelas.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan daerah dimana
semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya
dibatasi oleh batas topografi, yaitu merupakan tempat tertinggi (punggung bukit) sehingga air
hujan yang jatuh didalamnya akan selalu menuju tempat hilirnya (bagian yang lebih rendah).
Batas ini tidak ditetapkan berdasar air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu
berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian.
Daerah Aliran Sungai berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah
penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi bagian hulu
bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa wilayah lindung, wilayah budidaya, wilayah
pemukiman dan lain-lain. Daerah aliran sungai ditentukan berdasarkan topografi daerah
tersebut. Pada peta topografi batas DAS dapat ditentukan dengan cara membuat garis
imajiner yang menghubungkan titik yang memiliki elevasi kontur tertinggi disebelah kanan
dan kiri sungai yang ditinjau.
Karakteristik DAS merupakan gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh
parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah geologi, vegetasi,
penggunaan lahan, hidrologi dan manusia.
3.2. Saran
Demikian makalah ini,semoga dapat bermanfaat bagi semua kalangan terkhusus bagi
kalangan pelajar tentunya.makalah tersebut masih jauh dari kata sempurna,untuk itu Tim
penulis berharap adanya kritik serta saran yang dapat membangun dari para pembaca,agar
makalah tersebut dapat semakin sempurna di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Indarto, I., Wahyuningsih, S., Usman, F., & Rohman, L. (2009). Pembuatan jaringan
sungai dan karakteristik topografi DAS dari DEM-Jatim. Media Teknik Sipil, 8(2), PP-99.