Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
makalah Laporan tugas project ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, laporan
tugas project ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak dosen pengampu.
Penulis berterima kasih kepada Bapak Pengampu Drs. Nahor Simanungkalit. M.Si yang telah
memberikan bimbingannya.
Penyusunan Laporan tugas project ini merupakan tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah di Jurusan Pendidikan Geografi FIS Universitas Negeri
Medan dan harapannya dapat menjadi bahan referensi untuk kedepannya.
Dalam tugas Laporan tugas project ini, penulis menyadari bahwa tugas ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan tugas ini.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................4
1.3 TUJUAN ....................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................................................5
2.1 SUNGAI......................................................................................................................................5
2.2 HIDROMETRI............................................................................................................................6
1. Pengukuran Kecepatan Aliran...................................................................................................6
2. Pengukuran Tinggi Muka Air....................................................................................................6
4. Pengukuran Debit......................................................................................................................7
2. 3 INFILTRASI..............................................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................................9
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................................................9
3.1 PRAKTIKUM INFLITRASI......................................................................................................9
3. 2 PRAKTIKUM HIDROMETRI.................................................................................................12
BAB IV..................................................................................................................................................14
INFILTRASI DAN HIDROMETRI PADA DAS............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sungai adalah aliran terbuka dengan ukuran geometrik yaitu penampang melintang,
profil memanjang dan kemiringan lembah yang berubah seiring waktu, tergantung pada debit,
material dasar dan tebing. Setiap sungai memiliki karakteristik dan bentuk yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya, hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantarannya
topografi, iklim, maupun segala gejala alam dalam proses pembentukkannya.Sungai juga
merupakan tempat lingkungan hidup makhluk hidup di alam terbuka dengan aliran air yang
mengalir dari hulu hingga hilir. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu area yang terdapat
butir-butir air yang mengalir dari daerah hulu hingga hilir yang dimana butir-butir air tersebut
terdap dari jatuhnya air hujan ke area DAS tersebut. Kondisi aliran dalam saluran terbuka
yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan permukaan yang bebas cendrung
berubah sesuai waktu dan ruang. Alur sungai akan selalu ada alur yang lurus, kelokan
(meander) dan bercabang. Pos duga air adalah lokasi di sungai yang berguna sebagai tempat
pengukuran aliran .pos duga air meliputi debit dan angkutan sedimen,pengukuran tinggi
muka air yang dilaksanakan dan dilakukan secara sistematis. Keadaan Aliran Sungai adalah
kondisi aliran sungai tersebut.Keadaan Aliran Sungai ini berfungsi untuk mengetahui
bagaimana kondisi aliran suatu sungai untuk mempelajari Hidrometri.Keadaan Aliran Sungai
ini terbagi 4 yaitu, (1)Aliran Seragam dan Tidak Seragam, (2)Aliran Laminer dan Turbulen,
(3)Aliran Ketat dan Tidak Ketat dan (4)Aliran Lambat,Kritis dan Cepat.
Variabel aliran sangat tidak teratur terhadap ruang dan waktu. Variabel tersebut adalah
tampang lintang saluran, kekasaran, kemiringan dasar, belokan, debit aliran dan sebagainya.
Menurut Wardani, (2018) proses terjadinya sungai adalah air yang berada di permukaan
daratan, baik air hujan, mata air, maupun cairan gletser, akan menglir melalui sebuah saluran
menuju tempat yang lebih rendah. Namun, secara proses alamiah aliran ini mengikis daerah-
daerah yang dilaluinya. Akibatnya, saluran ini semakin lama semakin lebar dan panjang, dan
terbentuklah sungai. Perkembangan suatu lembah sungai menunjukan umur dari sungai
tersebut. Umur disini merupakan umur relatif berdasarkan ketampakan bentuk lembah
tersebut yang terjadi dalam beberapa tingkat (stadium).Menurut Yulianto (2013) dalam
Pradipta, (2018), tahapan perkembangan suatu sungai dapat dibagi menjadi 5 (lima) stadia,
yaitu stadia sungai awal, stadia muda, stadia dewasa, stadia tua, dan stadia remaja kembali
rejuvenation. Adapun ciri-ciri dari tahapan sungai adalah sebgai berikut:
a. Tahapan Awal Initial Stage: Tahap awal suatu sungai sering dicirikan oleh sungai yang
belum memiliki orde dan belum teratur seperti lazimnya suatu sungai. Air terjun, danau, arus
yang cepat dan gradien sungai yang bervariasi merupakan ciri-ciri sungai pada tahap awal.
Bentang alam aslinya, seringkali memperlihatkan ketidakakuran, beberapa diantaranya
berbeda tingkatannya, arus alirannya berasal dari air runoff ke arah suatu area yang
membentuk suatu depresi (cekungan) atau belum membentuk lembah. Sungai pada tahap
awal umumnya berkembang di daerah dataran pantai coastal plain yang mengalami
pengangkatan atau di atas permukaan lava yang masih baru/muda dan gunung api, atau di
atas permukaan dimana sungai mengalami peremajaan.
b. Tahapan Muda: Sungai yang termasuk dalam tahapan muda adalah sungai yang aktifitas
aliran sungainya mengerosi ke arah vertikal. Aliran sungai yang menempati seluruh lantai
dasar suatu lembah. Umumnya profil lembahnya membentuk huruf V, air terjun dan arus
yang cepat mendominasi.
c. Tahapan Dewasa: Tahapan awal dari sungai dewasa dicirikan oleh mulai adanya
pembentukan dataran banjir secara setempat-setempat dan semakin lama semakin lebar dan
akhirnya terisi oleh aliran sungai yang berbentuk meander, sedangkan pada sungai yang
sudah masuk dalam tahapan dewasa, arus sungai sudah membentuk aliran yang berbentuk
meander, penyisiran ke arah depan dan belakang memotong suatu dataran banjir flood plain
yang cukup luas sehingga secara keseluruhan ditempati oleh jalur-jalur meander. Pada
tahapan ini aliran arus sungai sudah memperihatkan keseimbanan antara laju erosi vertikal
dan erosi lateral.
d. Tahapan Tua: Pada tahapan ini dataran banjir diisi sepenuhnya oleh meander dan lebar dari
dataran banjir akan beberapa kali lipat dari luas meander belt. Pada umumnya dicirikan oleh
danau tapal kuda oxbow lake dan rawa swampy area.
e. Peremajaan Sungai: Setiap saat dari perkembangan suatu sungai dari satu tahap ke tahap
lainnya, perubahan mungkin terjadi dimana kembalinya dominasi erosi vertikal sehingga
sungai dapat diklasifikasi menjadi sungai dalam tahapan muda. Sungai dewasa dapat
mengalami pengikisan kembali ke arah vertikal untuk kedua kalinya karena adanya
pengangkatan dan proses terjadinya erosi ke arah vertikal pada sungai berstadia dewasa
akibat pengangkatan dan stadia sungaikembali menjadi stadia muda.
2.2 HIDROMETRI
Hidrometri adalah cabang ilmu (kegiatan) pengukuran air, atau pengumpulan data dasar
bagi analisis hidrologi (Sri Harto, 1993). Dalam pengertian sehari-hari, kegiatan hidrometri
pada sungai dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan data mengenai sungai,
baik yang menyangkut tentang ketinggian muka air maupun debit sungai serta sedimentasi
atau unsur aliran lain. Beberapa macam pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan
hidrometri adalah sebagai berikut:
Kecepatan aliran merupakan komponen aliran yang sangat penting. Hal ini disebabkan
oleh pengukuran debit secara langsung pada suatu penampang sungai tidak dapat dilakukan
(paling tidak menggunakan cara konvensional). (Sri Harto,2000) Kecepatan ini diukur dalam
dimensi satuan panjang setiap satuan waktu, umumnya dinyatakan dalam satuan meter per
detik (m/d). Pengukuran kecepatan aliran dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
ialah pengukuran menggunakan pelampung (float). Pelampung digunakan sebagai alat
pengukur kecepatan aliran apabila diperlukan kecepatan aliran dengan ketelitian yang relatif
kecil. Perhitungan kecepatan aliran sungai dengan membagi antara jarak dengan waktu
tempuh rata-rata (Sri Harto,2000).
v=
𝐿
𝑡
(m/d)..........................................................................................(3.1)
keterangan :
Pengukuran luas penampang basah memerlukan data tinggi muka air, pengukuran
tinggi muka air dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung dari kondisi aliran sungai
yang akan diukur, salah satu cara yaitu dengan menggunakan tongkat (pipa) yang dilengkapi
dengan rambu ukur.
Pengukuran lebar aliran juga digunakan untuk mengetahui lebar dasar saluran yang
nantinya digunakan untuk mendapatkan luas penampang. Pengukuran lebar aliran
dilaksanakan menggunakan meteran (oddo meter atau meteran roda).
4. Pengukuran Debit
Debit (discharge), atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran yang
mengalir melalui suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit dinyatakan
dalam satuan m3 /detik atau liter/detik. Aliran adalah pergerakan air di dalam alur sungai.
Pada dasarnya perhitungan debita dalah pengukuran luas penampang dikalikan dengan
kecepatan aliran sungai yang dirumuskan sebagai berikut (Sri Harto, 2000) :
Q = A x v ...............................................................................................
Keterangan:
Q = Debit (m3/d)
A = Luas penampang (m2)
v = Kecepatan rata-rata (m/d)
Nilai A (luas penampang aliran di ambil setiap maksimal 10 m) agar didapat kondisi yang
lebih mendekati kondisi asli di lapangan maka menggunakan persamaan berikut:
A = h (b + m x h)....................................................................................
Keterangan:
A = Luas penampang (m2)
h = kedalaman aliran (m)
b = lebar dasar aliran (m)
m = kemiringan tebing (vertikal : horizontal)
Dengan demikian perhitungan debit adalah pengukuran dan perhitungan kecepatan aliran,
lebar aliran, dan pengukuran tinggi muka air yang akan digunakan untuk perhitungan luas
penampang.
2. 3 INFILTRASI
Secara umum peresapan air merupakan proses masuknya air hujan ke dalam tanah
sebagai akibat adanya gaya kapiler dan gaya gravitasi dengan cara infiltrasi maupun perkolasi
ke lapisan tanah yang lebih dalam. Infiltrasi merupakan cara air bergerak ke dalam tanah
melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah
permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Dengan
pengaruh gaya gravitasi air hujan akan masuk ke dalam tanah melalui pori-pori tanah dan
gaya kapiler akan mengalirkan air tersebut ke atas ke bawah dan ke arah horizontal.
Sedangkan laju peresapan air adalah kecepatan masuknya air hujan ke dalam tanah
selama hujan berlangsung karena faktor alam maupun berkat adanya campur tangan manusia.
Laju peresapan air dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: tekstur tanah, bahan organik
tanah, kepadatan tanah, jenis dan jumlah.
Dalam kaitan ini terdapat dua pengertian tentang kuantitas infiltrasi, yaitu kapasitas
infiltrasi, dan laju infiltrasi.
a). Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah
tertentu, Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah
dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih kecil dari
pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan.
b). Laju infiltrasi adalah laju infiltrasi nyata suatu jenis tanah tertentu. Laju
infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitascurah
hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi yang tidak kembali lagi ke
atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah untuk seterusnya mengalir
ke sungai disekitar.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Ring infiltrasi dimasukkan ke dalam tanah (dipilih tempat yang baik, tidak banyak
akar mati) sedalam ± 15 cm.
2. Kayu berat diletakkan di atas ring secara melintang. Kayu tersebut dipukul sambil
posisinya dipindah-pindahkan di atas ring supaya tekanan terhadap ring merata dan
masuk ke dalam tanah secara bersamaan. Pekerjaan ini dilakukan pada kedua ring
infiltrasi.
3. Ring luar digunakan bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi perembesan airsecara
lateral pada dalam ring.
4. Penggaris diletakkan tegak lurus pada bagian dalam ring
5. Garis tera dibuat pada ring sebagai titik nol.
6. Dilakukan hal yang sama pada kedua ring.
7. Kedua ring diisi air sampai garis tera (titik nol).
8. Saat pengukuran dicatat pada setiap penurunan permukaannya setiap pengukuran.
9. Dilakukan pengukuran pada ring dengan interval waktu pengukuran sebagai berikut.
a) Menit 1-5 pengukuran pada interval 1 menit.
Perhitungan :
Tabel persamaan kostiakof
Jadi hasil laju infiltrasi pada praktikum ini selama 29 menit adalah 0,89 cm/jam sehhingga
dalam klasifikasi termasuk sangat lambat.
3. 2 PRAKTIKUM HIDROMETRI
= 1,25428796 m3/s
Pengukuran luas penampang basah memerlukan data tinggi muka air, pengukuran tinggi
muka air dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung dari kondisi aliran sungai yang
akan diukur, salah satu cara yaitu dengan menggunakan tongkat (pipa) yang dilengkapi
dengan rambu ukur. . jadi dari hasil pengukuran tinggi air sungai yaitu 0,53 cm atas, 0,93
tengah, 0,33 bawah.
Pengukuran lebar aliran juga digunakan untuk mengetahui lebar dasar saluran yang nantinya
digunakan untuk mendapatkan luas penampang. Pengukuran lebar aliran dilaksanakan
menggunakan tali dan diukur dengan meter. Sehingga hasil yang kami dapat yaitu 2300 cm.
Perhitungan:
A = d1 + d22x t rata-rata
BAB IV
INFILTRASI DAN HIDROMETRI PADA DAS
https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/
2018/05/18cb6_Modul_3_Survey_Hidrologi_dan_Hidrometri.pdf