Anda di halaman 1dari 37

Laporan Hasil Pengukuran Debit Sungai

Telunjuk Raung
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Mekanika Fluida dan Hidrolika
Dosen : Zulis Erwanto, ST.MT

1. Mifta Adhitya – 362022401035 ( 02 )


2. Muhamad Angger Hidayatullah – 362022401084 (15)
3. Nickyta Diva Ramadhanti – 362022401092 (21)
4. Mohamad Alfin Pratama Putra - 362022401092 (23)

Kelas 1D
Prodi D3Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banyuwangi
Jalan Raya Jember-Banyuwangi KM 13, Labanasem, Kabat, Banyuwangi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Hasil Pengukuran Debit Sungai Telunjuk Raung. Makalah Laporan
Penelitian disusun guna memenuhi tugas Mekanika Fluida dan Hidrolika. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang pengukuran debit air pada sungai
dengan baik
dan benar.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
dipahami bagi siapa pun yang membacanya.

Banyuwangi, 5 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ……………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5

2.1 Sungai .................................................................................................... 5


2.2 Morfologi dan Geografi Sungai ............................................................. 7
2.3 Debit
2.4 Daerah Aliran Sungai
2.5 Metode mengungukuran debit air
2.5.1 Velocity Methode
2.5.2 Pengukuran Debit Menggunakan Metode Pelampung (float area methode)
2.5.3 Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu
2.5.4 Pengukuran Debit Melalui Alat Ukur V-Nothch 90 derajat Thomson
2.5.5 Pengukuran Debit Melalui Bangunan Air
2.5.6 Pengukuran Debit ADCP
2.5.7 Pengukuran Debit Current Meter
2.5.8 Pengukuran Debit Winch Cable Way
BAB III Methodelogi …………………………………………………………10
3.1 PENGUKURAN DEBIT
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN SURVEY
4.1 Waktu dan Tempat pelaksanaan survey
4.2 Tujuan pengukuran
4.3Teknik pengukuran Debit dengan metode pelampung (float area method)
dengan menggunakan bola pingpong
4.3 Pengukuran waktu tempuh aliran
4.4 Pengukuran kedalam bola pingpomg yang terendam
4.5 Pengukuran penampang saluran
4.6 Perhitungan debit rata-rata konstanta pelampung
4.7 Perhitungan kecepatan aliran
4.8 Perhitungan debit air sugai

BAB V PENUTUP
A. Hasil pengamatan
B. Pembahasan
5.1 Kesimpulan dan Saran
5.1.1 kesimpulan
5.1.2 saran

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................


DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sungai adalah sebuah sistem alur alam yang secara menerus menyesuaikan dirinya terhadap perubahan
lingkungan sekitarnya dalam bentuk aksi dan reaksi. Penyesuaian terhadap perubahan lingkungan sekitar ini
bisa berjalan pelan tak terlihat dan berjangka panjang atau bisa juga berjalan sangat cepat mendadak.
Kecepatan laju aliran sungai dalam ilmu hidrologi disebut sebagai debit.

Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai
per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/dt). Dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran.
Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang
berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan
(fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 2001).

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit adalah satuan
besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir
per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak, 2010).

Debit adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber
persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per/detik, untuk memenuhi keutuhan air pengairan, debit
air harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran yang telah disiapkan (Dumairy, 1992). Aliran sungai
berasal dari hujan yang masuk kedalam alur sungai berupa aliran permukaan dan aliran air dibawah
permukaan,debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup , kemudian yang turun kembali
setelah hujan selesai. Grafik yang menunjukan naik turunnya debit sungai menurut waktu disebut hidrograf,
bentuk hidrograf sungai tergantung dari sifat hujan dan sifat daerah aliran sungai (Arsyad, 2010).

Terdapat tiga kemungkinan perubahan debit air sungai yaitu Laju pertambahan air bawah tanah lebih
kecil dari penurunan aliran air bawah tanah normal, Laju pertambahan air bawah tanah sama dengan laju
penurunannya, sehingga debit aliran menjadi konstan untuk sementara, danLaju pertambahan air bawah
tanah melebihi laju penurunan normal, sehingga terjadi kenaikan permukaan air tanah dan debit sungai
(Arsyad, 2010).

Singkatnya, penghitungan data debit aliran sungai dapat digunakan sebagai pembantu enggineer dalam
rekayasa konstruksi bangunan air.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari tugas hidrolika ini yaitu bagaimana menghitung debit dengan metode pelampung
(float area methode)?

1.3 Tujuan
Laporan hidrolika ini bertujuan agar mahasiswa dapat menghitung debit dengan metode pelampung
(float area methode).
1.4 Manfaat
Laporan hidrolika ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Penulisan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan akademik untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai perhitungan debit air sungai.
2. Untuk memperkirakan model dan ukuran dalam pembangunan bangunan air.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai
Pengertian sungai Dikutip dari Dinamika Hidrosfer (2018), sungai adalah aliran air permukaan yang
berbentuk memanjang dan mengalir secara terus menerus dari hulu ke hilir. Arah aliran sungai sesuai dengan
sifat air, dari tempat tinggi ke tempat rendah. Sungai bermula dari gunung atau dataran tinggi menuju ke
danau atau lautan. Baca juga: Bagian Sungai: Hulu, Tengah, dan Hilir Jenis-jenis sungai Ada bermacam-
macam jenis sungai. Sungai dapat dibedakan berdasarkan sumber air, debit atau volume aliran, struktur
lapisan batuan, arah aliran yang dilalui, dan tempat bermuaranya. Berdasarkan sumber airnya, sungai dibagi
menjadi: Sungai hujan: Airnya berasal dari proses presipitasi (hujan) dan keluar melalui mata air di bagian
hulu. Contohnya Sungai Bendo, Sungai Sendang Seruni, dan Sungai telunjuk raung. Sungai gletser: Airnya
berasal dari es atau salju yang mencair. Contohnya Sungai Mamberamo yang airnya berasal dari es di Puncak
Jaya, Papua. Sungai campuran: Airnya berasal dari proses presipitasi dan pencairan es atau salju. Contohnya
Sungai Digul.
Berdasarkan besar atau debit alirannya, sungai dibagi menjadi: Sungai permanen (perenial) Debit
airnnya relatif sepanjang tahun. Contohnya Sungai Kapuas, Sungai Kahayan, Sungai Barito, Sungai
Mahakam, Sungai Musi, Sungai Batanghari dan Sungai Indragiri. Baca juga: Pola Aliran Sungai Sungai
periodik (intermiten) Lihat Foto Penghentian produksi air bersih di Bengawan Solo diprediksi sempat
terdampak ke 16.000 pelanggan. (BBC News Indonesia/Fajar Sodiq) Sungai yang memiliki debit air besar
pada musim hujan. Namun pada musim kemarau, debit airnya akan mengecil. Contohnya Sungai Bengawan
Solo, Sungai Opak, Sungai Progo, Sungai Code, dan Sungai Brantas. Sungai episodik Sungai yang debit
airnya hanya ada pada musim hujan. Sedangkan pada musim kemarau menjadi kering. Contohnya Sungai
Kalada di Pulau Sumba.

2.2 Morfologi dan Geografis Sungai


Morfologi Sungai sesuai dengan terjemahan dari Bahasa Inggris, Morphologi sungai merupakan hal-
hal yang berkaitan dengan bentuk dan struktur sungai. Ahli geomorphologi melihat landscape bumi dalam
perspektif historis dan mempelajari pembentukan muka bumi (landforms) dan proses-proses pengendalinya.
Dengan tambahan kata fluvial(secara harfiah=sungai) yang berarti sesuatu yang terdapat, berkaitan dan
dihasilkan dari sungai maka ilmu fluvial geomophologi mempelajari sungai dalam perspektif morfologi dan
sistemnya dan berkonsentrasi pada sungaisungai dan daerah pengalirannya dengan mengikut sertakan
semuanya dari perbukitan ke hidrolika saluran terbuka sampai ke sedimentologi delta. Sedangkan ahli
geologi tertarik dengan sejarah bumi melalui jutaan tahun (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002).
Hal-hal yang berkaitan dengan morphologi sungai antara lain: dataran banjir (flood plain),
pembentukan delta, bentuk sungai dan klasifikasi sungai (sungai lurus,sungai berselampit/braided, sungai
bermeander). Sungai bermeander terdiri atas lengkungan sungai yang membentuk huruf S. Lane (1957,
dalamKodoatie dan Sugiyanto 2002) mendefenisikan sebagai sungai yang alinyemen memanjangnya terdiri
atas bentuk-bentuk lengkungan yang belum ditentukan oleh variasi alam tetrain yang dilewati sungai tersebut
(Kodoatie dan Sugiyanto, 2002). 6 Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari sifat, jenis dan perilaku
sungai dengan semua aspek perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu.

Pola siklus hidrologi merupakan bagian dari lingkaran gerak perubahan air pada suatu Daerah Aliran
Sungai (DAS) baik itu sebagai curah hujan, penguapan, infiltrasi, perkolasi, aliran air permukaan maupun
aliran air tanah. Proses perubahan air dalam siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan
kondisi geografi suatu DAS. Kondisi iklim yang mempengaruhi siklus hidrologi pada suatu DAS dilakukan
pengukuran dengan peralatan hidroklimatologi untuk mengetahui dan mengamati iklim spesifik suatu DAS.
Peralatan hidroklimatologi tersebut mengamati cuaca seperti kondisi kecepatan angin, temperatur,
kelembaban, penyinaran matahari, curah hujan dan penguapan.

Letak geografis, jenis tanah, kondisi tutupan lahan serta aktifitas manusia pada suatu DAS juga
mempengaruhi kondisi pola aliran permukaan pada DAS tersebut. Peralatan hidrometri mengukur pola aliran
permukaan untuk kebutuhan dan kepentingan aktivitas manusia yang hidup diatas permukaan suatu DAS
dalam rangka bersinergi dengan kondisi alam. Kondisi alam meliputi kondisi yang cenderung dianggap statis,
seperti letak geografi dan jenis tanah, sedangkan kondisi yang cenderung dianggap dinamis meliputi iklim
dan tata guna lahan, akan tetapi karena perubahan tata guna lahan cenderung berangsung lambat
perubahannya, maka sering dikelompokkan kedalam kondisi alam yang cenderung statis

2.3 Debit
Debit Sungai Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter
kubik per detik (m3 /dt). Dalam laporanlaporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk
hidrograf aliran.Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik
biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya
perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 1995).
Debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian akan turun kembali setelah
hujan selesai. Gambar tentang naik turunnya debit 7 sungai menurut waktu disebut hidrograf. Bentuk
hidrograf suatu sungai tegantung dari sifat hujan dan sifat-sifat daerah aliran sungai yang bersangkutan
(Arsyad,2006).

Sebagian besar debit aliran pada sungai kecil yang masih alamiah adalah debit aliran yang berasal
dari air tanah atau mata air dan debit aliran air permukaan (air hujan). Dengan demikian aliran air pada sungai
kecil pada umumnya lebih menggambarkan kondisi hujan daerah yang bersangkutan. Sedangkan sungai
besar, sebagian besar debit alirannya berasal dari sungai-sungai kecil dan sungai sedang diatasnya. Sehingga
aliran air sungai besar tidak mesti menggambarkan kondisi hujan dilokasi yang bersangkutan. Aliran dasar
pada sungai kecil terbentuk dari aliran mata air dan air tanah, sedang aliran dasar padasungai besar dibentuk
dari aliran dasar sungai-sungai kecil dan sedang diatasnya (Maryono, 2005). Besarnya debit ditentukan oleh
luas penampang air dan kecepatan alirannya, yang dapat dinyatakan dengan persamaan :
Q = A V ......................................................................................................(1)
dimana :
Q = debit air (m3 /detik atau m3 /jam)
A = luas penampang air (m2 ) V = kecapatan air melalui penampang tersebut (m/detik)
(Arsyad, 1989).
Pengukuran Debit Secara Langsung Besarnya aliran tiap waktu atau disebut dengan debit, akan
tergantung pada luas tampang aliran dan kecepatan aliran rerata. Pendekatan nilai debit dapat dilakukan
dengan cara mengukur tampang aliran dan mengukur kecepatan aliran tersebut. Cara ini merupakan prosedur
umum dalam pengukuran debit sungai secara langsung( Elisa, 2011).

Pengukuran luas tampang aliran dilakukan dengan mengukur tinggi muka air dan lebar dasar alur
sungai.Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, pengukuran tinggi muka air dapat dilakukan pada beberapa
titik pada sepanjang tampang aliran. Selanjutnya debit aliran dihitung sebagai penjumlahan dan semua luasan
pias tampang aliran yang terukur( Elisa, 2011).

1.Pengukuran kecepatan arus dengan Current Meter Kecepatan aliran biasanya diukur dengan
menggunakan alat ukur current meter (alat ukur kecepatan aliran yang berbentuk propeler). Alat berbentuk
plopeler tersebut dihubungkan dengan kontak pencatat (alat monitor yang akanmencatat jumlah putaran
selama plopeler tersebut berada dalam air) kemudian dimasukkan ke dalam sungai yang akan diukur
kecepatan alirannya(Asdak, 2007). 9 Kecepatan aliran sungai bervariasi dari yang paling kecil pada dasar
sungai sampai pada kecepatan terbesar dekat atau pada permukaan air sungai. Perhitungan yang lazim
dilakukan di lapangan adalah bahwa untuk memperoleh kecepatan rata-rata aliran sungai, kedalaman 0,2 dan
0,8 di bawah permukaan air sungai umum dipakai sebagai lokasi alat ukur. Prosedur perhitungan kecepatan
aliran sungai rata-rata menurut cara tersebut di atas adalah sebagai berikut : a. Hitung kedalaman sungai
dengan menggunakan tongkat berskala. b. Tempatkan alat ukur current meter pada kedalaman 0,8 dari total
kedalaman sungai, hitung kecepatan aliran sungai melalui angka meter pada alat tersebut. Lama waktu setiap
pencatatan adalah 45 detik. c. Tempatkan alat ukur pada kedalaman 0,2 dari total kedalaman sungai dan
ulangi langkah (b). Pada sungai dangkal, perhitungan kecepatan aliran sungai dapat dilakukan hanya pada
kedalaman 0,6 dari total kedalaman sungai. (Asdak, 2007).

2.Pengukuran kecepatan arus dengan Velocity Head Rod Dengan alat ini hasil pengukuran yang
didapat juga tidak begitu teliti dan yang terukur adalah kecepatan aliran permukaan.Sebaiknya digunakan
pada pengukuran yang dikendaki secara cepat pada kecepatan aliran yang lebih besar darim/detik.

Menurut Soewarno (1991), debit air adalah volume air yang melalui penampang basah sungai dalam
satuan waktu tertentu yang biasanya dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik) atau liter per
detik (l/detik). Debit air sungai dapat diukur dengan menggunakan alat pengukur kecepatan arus (rotating
current meter) atau sarana penunjang lainnya yang dialirkan pada setiap luasan segmen-segmen sungai yang
telah ditentukan sebelumnya dari penampang melintang badan sungai. Selanjutnya, besarnya debit sungai
dapat diperoleh dengan mengalikan masing-masing kecepatan arus terukur dengan luasan setiap segmen
yang diperoleh melalui perhitungan luas penampang segmen. Hasil pengamatan terhadap limpasan air sungai
secara temporal pada umumnya diperoleh sejumlah besar limpasan debit sungai yang terjadi pada waktu
berlangsungnya curah hujan dan beberapa saat setelah kejadian hujan hanya diperoleh sejumlah kecil
limpasan air sungai yang ada.
Menurut Soewarno (1991), pengukuran debit air dapat dilaksanakan secara langsung (direct) ataupun
tidak langsung (indirect). Pengukuran debit air dikatakan secara langsung apabila kecepatan alirannya diukur
secara langsung dengan menggunakan alat kecepatan aliran yaitu:
1. Alat ukur arus (rotating current meter).
2. Pelampung (float) dan
3. Zat pewarna (diction).
Menurut Asdak (1995), data debit air sungai merupakan informasi yang penting bagi pengelola
sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir, sedangkan
data debit air yang kecil diperlukan untuk perencanaan lokasi (pemanfaatan air) untuk berbagai macam
keperluan terutama musim kemarau panjang.

2.4 Daerah Aliran Sungai


Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-punggung gunung dimana air
hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan
melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995). DAS termasuk suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1).
Daerah aliran sungai (Watershed) atau dalam skala luasan kecil disebut Catchment Area adalah suatu
wilayah daratan yang dibatasi oleh punggung bukit atau batas-batas pemisah topografi, yang berfungsi
menerima, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke alur-alur sungai dan terus
mengalir ke anak sungai dan ke sungai utama, akhirnya bermuara ke danau/waduk atau ke laut. Sungai
dimaknai dengan sistem pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada kanan dan
kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. (Permen No 39/1989 Tentang pembagian
wilayah sungai Pasal 1 ayat 2). Pembagian Daerah Aliran Sungai berdasarkan fungsi Hulu, Tengah dan Hilir
yaitu:
1. Bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi
lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan
vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.
2. Bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat
memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari
kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait
pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
3. Bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat
bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan
air limbah.
4. Daerah Aliran Sungai (DAS) Berdasarkan PP No 37 tentang Pengelolaan DAS Pasal 1, Daerah Aliran Sungai
yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas
di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Pola sungai menentukan
bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang mengalir menuju outlet.
Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin singkat waktu konsentrasi yang diperlukan, sehingga semakin
tinggi fluktuasi banjir yang terjadi. Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang
diperlukan semakin lama sehingga fluktuasi banjir semakin rendah.
Sudarmadji (1997) menyatakan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi keadaan debit air pada suatu
daerah aliran sungai (DAS) adalah:
1. Kondisi geologi
Kondisi geologi sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah yang terbentuk dengan adanya penutupan
vegetasi akan sangat menentukan kapasitas infiltrasi terhadap curah hujan yang jatuh di atasnya.
Menurut Utomo (1989), sifat-sifat fisik tanah yang berpengaruh adalah struktur tanah, bahan organik,
sifat lapisan bawah tanah dan kesuburan tanah.
2. Penutupan vegetasi
Vegetasi berperan melindungi permukaan tanah dari tumbukan curah hujan secara langsung yang
mempunyai energi sangat besar sehingga dapat menghindarkan pemecahan agregat tanah dan dispersi
partikel-partikel tanah yang kemungkinan dapat menyumbat pori-pori tanah sehingga akan
menurunkan kapsitas infiltrasi tanah yang pada akhirnya meningkatkan limpasan permukaan. Selain
itu, system perakran yang dalam dan menyebar adalah sangat baik untuk meningkatkan kapasitas
infiltrasi tanah terhadap curah hujan yang jatuh di atasnya (Sudarmadji, 1997).
3. Kondisi topografi
Kondisi topografi yang curam pada umumnya akan mempercepat konsentrasi air pada titik patusan
wilayah DAS, karena disamping prosentase kelerengan curam yang besar, juga system jaringan
sungai yang lebih padat dibandingkan dengan wilayahn DAS dengan kondisi topografi yang
relatif datar (Sudarmadji, 1997). Menurut Utomo (1989), topografi berperan dalam menentukan
volume air limpasan permukaan. Dua unsur topografi yang berpengaruh adalah panjang dan
kemiringan lereng serta unsur lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi,
keseragaman lereng dan curah hujan.
4. Bentuk DAS
Bentuk wilayah DAS dan system jaringan sungai yang ada di dalam DAS akan sangat menentukan
proses limpasan air dari seluruh wilayah DAS menuju titik patusan (outlet) dari wilayah DAS yang
bersangkutan.
Menurut Asdak (1995), bentuk DAS mempunyai peranan yang lebih penting dibanding kerapatan
drainase dalam mempengaruhi besarnya debit puncat (banjir) dan lama waktu berlangsungnya debit puncak
tersebut. Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola sumberdaya
air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit
aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan,
terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi
sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
Dalam Hidrologi, debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur
permukaan air sungai. Pengertian lain debit air sungai adalah laju aliran air (volume air) yang melewati suatu
penempang melintang sungai persatuan waktu. Satuan besaran debit dalam sistem satuan SI dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (m³/s). Aliran air sungai terbentuk dari beberapa sumber air yang berada
pada bukit atau gunung.Bukit dan gunung merupakan daerah penyerap dan penyimpan cadangan air yang
berasal dari air hujan. Cadangan air yang diserap tersebut masuk ke dalam celah tanah dan batuan, karena
volume air tersimpan dalam jumlah besar, air keluar ke permukaan melalui bibir cekungan atau tekuk lereng.
Air yang keluar tersebut kemudian mengalir pada permukaan yang kemudian menjadi sungai. Aliran air ini
mengalir ke permukaan yang memiliki ketinggian yang lebihrendah sesuai dengan sifat air yaitu mengalir
dari tempat yang memiliki ketinggian yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Dalam proses pengaliran air ini, air mengalir mencari tempat yang lebih rendah akan terhalang batuan
atau vegetasi lainnya, kemudian air akan mencaritempat lain yang bisa untuk dilalui. Selama proses itu aliran
air melakukan proses pengikisan pada permukaan tanah dan membawa material-material yang ada pada
permukaan tanah dalam aliran. Material-material yang dibawa air tergantung pada besarnya debit aliran
tersebut, semakin besar debit aliran air maka semakin besar dan banyak material yang dibawa. Proses
pengikisan permukaan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan lebar dan kedalaman sungai pada tempat-
tempat tertentu karena keterbatasan kemampuan air dalam mengikis dan membawa material tanah dan
batuan.
Untuk menghitung debit air, dapat memakai beberapa rumus dalam metode perhitungan. Umumnya
satuan untuk menyatakan debit adalah volume per satuan waktu, seperti m3/s (meter kubik per sekon) dalam
satuan internasional, atau ft3/s (kaki kubik per detik) dalam satuan imperial.
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑣
𝑄= =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
𝑉 = 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 = 𝑉 = 𝐷𝑥 𝑡

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑣
𝑡= =
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑄

2.5 Metode Pengukuran Debit Air


Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah horisontal maupun arah vertikal.
Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat
permukaan air tidak sama dengan kecepatan pada dasar alur.
Distribusi Kecepatan Aliran
A : teoritis
B : dasar saluran kasar dan banyak tumbuhan
C : gangguan permukaan (sampah)
D : aliran cepat, aliran turbulen pada dasar
E : aliran lambat, dasar saluran halus
F : dasar saluran kasar/berbatu
Menurut mayong.(situs mayong)
Ada beberapa metode pengukuran debit aliran sungai yaitu :
Area-velocity method
Fload area method
Metode kontinyu
2.5.1 Velocity Method
Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan aliran. Penampang basah (A)
diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau
kabel pengukur. Kecepatan aliran dapat diukur dengan metode : metode current-meter dan metode apung.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus). Ada dua tipe current meter
yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh karena distribusi kecepatan aliran
di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan alat
ini tidak cukup pada satu titik. Debit aliran sungai dapat diukur dengan beberapa metode. Tidak semua
metode pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode tergantung pada kondisi (jenis sungai, tingkat
turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai.

2.5.2 Pengukuran Debit Menggunakan Metode Pelampung (Float Area Methode)


Pada metode ini yang digunakan yaitu bola pingpong yang dihanyutkan dari titik awal hingga titik
akhir pada jarak yang telah ditentukan. Waktu diukur dengan stopwatch lalu dicatat dan dilakukan lima kali
pengulangan.
a. Tujuan Pengukuran :
Untuk mengetahui debit air pada saluran terbuka dengan metode pelampung secara langsung di
lapangan.

b. Alat-alat Yang Digunakan :


1. Pelampung (bisa berupa bola plastik kecil, bambu, atau balok kayu)
2. Stopwatch
3. Meteran / roll meter
4. Penggaris
5. Alat tulis
6. Benang woll atau tali raffia

c. Prinsip Kerja dan Dasar Teori :


1. Kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (V).
2. Luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L) dan kedalaman
saluran (D).
3. Debit sungai 𝑄 = 𝐴 𝑥 𝑉
𝑄 =𝐴𝑥𝑘𝑥𝑉

Dengan
Q = debit (m3/det)
V = kecepatan pelampung (m/det)
A = luas penampang basah
k = koefisien pelampung
𝑘 = 1 − 0,116 { (√1 − 𝛼) - 0,1 )}
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎𝑚 (𝑚)
𝛼 =
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑚)
Pengukuran Debit dengan Current-meter
Prinsip :
kecepatan diukur dengan current-meter
luas penampang basah ditetapkan berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air.
Kedalaman dapat diukur dengan mistar pengukur, kabel atau tali.
Pengukuran :
Ada 4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam Tabel berikut :
Cara Pengukuran Kecepatan Aliran
Keterangan :
Vs di ukur 0,3 m dari permukaan air
Vb di ukur 0,3 m di atas dasar sungai
Kecepatan aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling per waktu putarannya (N = putaran/dt).
Kecepatan aliran V = aN + b dimana a dan b adalah nilai kalibrasi alat current meter. Hitung jumlah putaran
dan waktu putaran baling-baling (dengan stopwatch).

2.5.3 Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu

Gambar 2.1 Metode Pelampung ( Float Area Methode)


(Modul Praktik Pengukuran Debit, 2017)

2.5.4 Pengukuran Debit Melalui Alat Ukur V-Notch 90° THOMSON


Metode pelampung bertujuan untuk mengetahui debit air melalui bangunan air atau bendung secara
langsung dilapangan. Alat alat yang digunakan untuk mengukur debit dengan alat ukur V-Notch 90°
THOMSON antara lain :
1. Bak Ukur V-Notch 900
2. Meteran / roll meter
3. Penggaris
4. Alat tulis
Thomson sebagai alat ukur untuk mengetahui perkiraan debit air terutama kurang dari 200 l/d. Selain
Thompson, ada juga Cipoletti dan Romyn (untuk debit antara 200 dan 2.000 l/d), dan untuk debit di atas
2.000 l/d digunakan Bendulan/Crump de Gruyter. Dua alat yang disebut terakhir biasanya dikenal dengan
nama pintu ukur karena selain untuk mengukur debit juga untuk membuka-tutup aliran.
Weir ialah ambang, yaitu sekat penghalang yang dikalibrasi, dibuat melintang (tegak lurus arah
aliran) di saluran (kanal). Alat ukur primer ini sederhana, murah dan dapat dibuat dari beragam bahan, seperti
aluminum, fiberglass, pelat logam, plastik, kayu. Jenis ambang atau sekat ini dapat diklasifikasikan
berdasarkan bentuk takiknya (notch), yaitu segiempat panjang, tapezium (Cipoletti), dan segitiga (misalnya
Thompson). Dapat juga dibedakan atas bentuk puncaknya, yaitu ambang tajam (sharp crested weir), ambang
bulat (ogee weir), ambang lebar (broad crested weir), dan ambang sempit (narrow crested weir). Selain itu,
ambang bisa juga dibagi menjadi dua: ambang kontraksi (contracted weir) dan ambang tanpa kontraksi
(suppressed weir).
V-notch merupakan alat yang terdiri atas takik segitiga yang dipotong di dalam kanal, puncaknya
terletak di bagian dasar. Sudut V-notch yang umum dipakai ialah 900 , 600 dan 450 . Dalam pemakaian
khusus sudutnya ada juga yang 120°, 30°, dan 22 ½° . Persamaan umum untuk menghitung debitnya adalah:
𝑄 = 𝐶 𝑥 𝐻 2,5
Dengan :
Q = Debit (m3 /d)
H = Head di atas weir (m)
C = Konstanta atau koefisien, fungsi terhadap sudut weir dan unit pengukuran. Nilai K ini berkisar antara
0,570 dan 0,611, bergantung pada H dan Q.

Formula lainnya, setelah melalui perhitungan integral, dan untuk takik siku-siku serta koefisien
debitnya 0,6 maka dapat ditulis sebagai berikut :
𝑄 = 1,418 𝑥 𝐻 2,5
Dengan :
Q = Debit (m3 /d)
H = Tinggi air di ambang (m)

Formula untuk Cipoletti dengan ambang Trapesium adalah :


2
𝑄 = √2𝑔. 𝐿. 𝐻1/2
3
Atau
𝑄 = 1.85. 𝐿. 𝐻 3/2
Dengan :
Q = Debit (m3/d)
g = Gravitasi = 9,81 m/d2
H = Tinggi air di ambang (m)
L = Lebar ambang (m)

Sedangkan untuk ambang persegi memiliki persamaan sebagai berikut :


𝑄 = 1,84. 𝐿. 𝐻 2.5
Dengan :
Q = Debit (m3 /d)
H = Tinggi air di ambang (m)
L = Lebar ambang (m)

Agar akurasi pengukurannya terjamin, ada beberapa syarat yang harus dipatuhi:
1. Weir harus halus dan tegak lurus terhadap sumbu kanal.
2. Panjang weir atau sudut notch ditentukan dengan akurat.
3. Upayakan tinggi kanal dari dasar dua kali dari maksimum head air di atas dasar takik.
4. Bahannya dari lempeng tipis 3-5 mm.
5. Alat ukur dipasang pada jarak minimal tiga kali head maksimumnya.
Gambar 2.2 Pengukuran Debit Melalui Alat Ukur V-Notch 90° THOMSON
(Modul Praktik Pengukuran Debit, 2018)

2.5.5 Pengukuran Debit Melalui Bangunan Air


a. Tujuan Pengukuran :
Untuk mengetahui debit air melalui bangunan air atau bendung secara langsung di lapangan.

b. Alat-alat Yang Digunakan :


1. Rambu ukur
2. Meteran / roll meter
3. Penggaris
4. Alat tulis

c. Prinsip Kerja dan Dasar Teori :


Pada metode ini, debit air dapat diperoleh dengan rumus berikut :
𝑄 = 𝐶. 𝐿. ℎ1.5
ℎ 1/2
0.0012 ( )
𝐿
𝐶 = 1,838 (1 + ) (1 − )
ℎ 10

Dengan :
Q= debit (m3/det)
H= kedalaman limpahan air (m)

C = koefisien debit air (m0.5/dt)


L = lebar dari bukaan bendung (m)
Gambar 2.3 Pengukuran Debit Melalui Bangunan Air
(Modul Praktik Pengukuran Debit, 2018)

2.5.6 Dengan Menggunakan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler)


ADCP adalah alat pengukur arus dimana kecepatan arus air dapat terpantau dalam 3 dimensi pada
suatu penampang melintang sungai dengan menggunakan efek dari doppler pada gelombang supersonic.
Alat ini dipasang di perahu dan akan mengukur air di sungai secara cepat bila perahu melalui suatu
penampang sungai.

Gambar 2.5 Metode ADCP


(Bayu, 2011)

Cara bekerjanya peralatan ADCP adalah air sungai yang mengandung larutan sedimen, tanaman,
kayu, dll. merupakan media untuk memantulkan gelombang supersonic didalam air secara tegak lurus dalam
2 arah yang dikirim oleh peralatan ADCP. Dengan menghitung data sistim transmisi, distribusi kecepatan
arus 3 dimensi pada tampang aliran dapat diketahui. Profil kecepatan arus digunakan untuk mengintegrasikan
arah aliran vertikal dan susunan keepatan arus terhadap tampang horizontal sungai dan digunakan untuk
menghitung debit aliran
Keuntungan dan kerugian menggunakan peralaran ADCP ini :
1. Pengukuran kecepatan dapat dilakukan secara cepat
2. Distribusi kecepatan arus secara 3 dimensi dapat teramati
3. Kondisi kecepatan aliran, dan debit dapat langsung diketahui
4. Pada kondisi dimana banyak kayu besar yang terbawa dapat menghantam alat ADCP
5. Pengukuran sulit untuk dilakukan pada malam hari dan sungai yang berkelok-kelok
6. Komunikasi antara perahu radio kontrol dan kontrol transmisi radio maksimum berjarak 1000 meter.
2.5.7 Dengan Menggunakan Current Meter
Pengukuran debit dengan menggunakan current meter (alat ukur arus) dilakukan dengan cara
merawas, dari jembatan, dengan menggunakan perahu, dengan menggunakan winch cable way dan dengan
menggunakan cable car.
Apabila pengukuran dilakukan dengan kabel penggantung dan posisi kabel penduga tidak tegak lurus
terhadap muka air, maka kedalaman air harus dikoreksi dengan besarnya sudut penyimpangan.

Gambar 2.6 Pengukuran debit dengan current meter


(Bayu, 2011)

Pengukuran dengan merawas dilakukan apabila kedalaman air tidak lebih dari 1,2 m dan kecepatan
air lebih kecil dari 1 m/detik, apabila kedalaman dan kecepatan arus air lebih dari kriteria tersebut maka
pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu pengukuran yang lain.
Tahapan pengukuran dengan menggunakan current meter adalah sebagai berikut:
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran yaitu:
a. 1 (satu) set alat ukur arus atau current meter lengkap
b. 2 (dua) buah alat penduga kedalaman (stang/stick) panjang masing-masing 1 m
c. Kartu Pengukuran
d. Alat Tulis
e. Alat pengambilan sample air
f. Botol tempat sample air
g. Peralatan penunjang lainnya seperti topi, sepatu lapangan dll.
2. Bentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan posisi tegak lurus dengan arah arus
air dan tidak melendut
3. Tentukan titik pengukuran dengan jarak antar vertikal ± 1/20 dari lebar sungai dan jarak minimum =
0.50 m
4. Berikan tanda pada masing-masing titik
5. Baca ketinggian muka air pada pelskal
6. Tulis semua informasi/keterangan yang ada pada kartu pengukuran seperti nama sungai dan tempat,
tanggal pengukuran, nama petugas dll.
7. Catat jumlah putaran baling – baling selama interval waktu yang telah ditentukan (40 – 70 detik),
apabila arus air lambat waktu yang digunakan lebih lama (misal 70 detik), apabila arus air cepat waktu
yang digunakan lebih pendek (misal 40 detik.
8. Hitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan menggunakan rumus baling –
balingtergantung dari alat bantu yang digunakan (tongkat penduga dan berat bandul)
9. Hitung kecepatan (v) rata-rata pada setiap vertikal dengan rumus :
a. Apabila pengukuran dilakukan pada 1 titik (0.5 atau 0.6 d) contoh (vertikal 2) maka v rata –
rata = v pada titik tersebut
b. Apabila pengukuran dilakukan pada 2 titik (0.2 dan 0.8 d) contoh (vertikal 3) maka v rata – rata =
(v0.2 + v0.8) / 2
c. Apabila pengukuran dilakukan pada 3 titik (0.2 – 0.8 d dan 0.6 d) contoh (vertikal 4) maka v rata
– rata = [{(v0.2 + v0.8) / 2} + (v0.5 atau v0.6 )] / 2
10. Hitung luas sub/bagian penampang melintang
11. Hitung debit pada setiap sub/bagian penampang melintang
12. Ulangi kegiatan pada butir 10 sampai dengan butir 12 untuk seluruh sub bagian penampang
13. Hitung debit total (Q total) Debit total dihitung dengan cara menjumlahkan debit dari seluruh debit
pada sub/ bagian penampang : Q (total) = q1 + q2 + q3 + … + qn
14. Hitung luas seluruh penampang melintang (A) Luas seluruh penampang melintang dihitung dengan
cara menjumlahkan seluruh luas pada sub/bagian penampang dengan : A = a1 + a2 + a3 + … + an
15. Hitung kecepatan rata-rata seluruh penampang melintang (V) Kecepatan rata-rata seluruh penampang
melintang = debit total / luas seluruh penampang melintang atau V = Q total / A
16. Catat waktu dan tinggi muka air pada pelskal segera setelah pengukuran selesai pada kartu
pengukuran.
17. Catat hasil perhitungan butir 14 sampai dengan 16 pada kartu pengukuran. Pengukuran debit dengan
menggunakan current meter dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya:

2.5.8 Winch Cable Way


Pengukuran debit dengan menggunakan winch cable way dilakukan dari pinggir sungai dengan
menggunakan peralatan winch cable way. Petugas pengukur minimal terdiri dari 2 orang, 1 orang
petugasmengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran.
Lokasi penempatan winch cable way harus memenuhi persyaratan teknis seperti halnya tempat
pengukuran dengan metode lainnya. Persyaratan tersebut antara lain pada bagian alur sungai yang lurus,
aliran laminar dan merata, dll.
Peralatan winch cable way yang terdiri dari:
1. Kabel pengukur lebar sungai
2. Kabel pengukur kedalaman air juga berfungsi sebagai kabel penghantar listrik untuk menghitung
jumlah putaran dan juga berfungsi sebagai penggantung current meter + pemberat yang disesuaikan
dengan kondisi aliran (kedalaman dan kecepatan)
3. Kabel utama (main cable) yang berfungsi sebagai penggantung semua peralatan yang digunakan.
Kabel utama diikatkan pada dua buah tiang yang dipasang pada kedua tebing sungai, dan salah satu
tiangnya digunakan untuk menempatkan pengerek (winch)
4. Pengerek (winch) yang berfungsi untuk menggulung kabel pengukur lebar sungai dan kabel pengukur
kedalaman air. Winch dapat terdiri dari 2 (double drum winch) atau hanya terdiri dari 1 winch (single
drum winch)

Gambar 2.10 Metode Winch cable (Bayu, 2011)

BAB 3 Methodelogi

B. PENGUKURAN DEBIT
1. Dengan Metode Pelampung (Float Area Methode)
a. Tujuan Pengukuran :
Untuk mengetahui debit air pada saluran terbuka dengan metode pelampung secara langsung di lapangan.
b. Alat-alat Yang Digunakan :
 Pelampung (bisa berupa bola plastik kecil, bambu, atau balok kayu)
 Stopwatch
 Meteran / roll meter
 Penggaris
 Alat tulis
 Benang woll atau tali rafia
c. Prinsip Kerja dan Dasar Teori :
 Kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U).
 Luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L) dan kedalaman saluran (D).
 Debit sungaiN (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah konstanta.
Q=AxkxU
Dimana :
Q = debit (m3 /det)
U = kecepatan pelampung (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m2 )
k = koefisien pelampung

𝑘 = 1 − 0,116 { (√1 − 𝛼) - 0,1 )}


𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎𝑚 (𝑚)
𝛼 =
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑚)
BAB 4
HASIL PRAKTEK DAN PEMBAHASAN SURVEY

4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Survey


Survey dilaksanakan pada hari, Minggu,1 November 2020 dimulai dari pukul 11.00 WIB – selesai.
Survey berlokasi di air terjun Telunjuk Raung.

4.2 Tujuan Pengukuran


Tujuan dari pengukuran debit air yang berada disungai Tulunjuk Raung untuk mengetahui kecepatan
aliran dan debit di sungai air terjun Telunjuk Raung metode pelampung ( Float Area Method)

4.3 Teknik Pengukuran Debit dengan Metode Pelampung (Float Area Methode) Menggunakan Bola
Pingpong

Pada Embody’s Float Method, alat yang digunakan adalah bola pingpong, meteran, penggaris, dan
stopwatch. Bola pingpong dihanyutkan dari titik awal hingga titik akhir pada jarak yang telah ditentukan.
Waktu diukur dengan stopwatch, lalu dicatat dan dilakukan lima kali percobaan. Kemudian mengukur lebar
sungai (W), kedalaman (D), dan ditentukan konstanta dari materi dasar saluran (0,8 = berbatu, 0,9 = berpasir).
a. Alat-alat Yang Digunakan :

1.Pelampung (bisa berupa bola plastik kecil, bambu, atau balok kayu)

Gambar 4.1. Bola pingpong


(Dokumentasi, 2020)
2. Stopwatch

Gambar 4.2. Stopwatch


(Dokumentasi, 2020)
3. Meteran / roll meter
Gambar 4.3 Meteran
(Dokumentasi, 2020)
4. Alat tulis

Gambar 4.4. Alat Tulis dan table perhitungan


(Dokumentasi, 2020)

1. Tali rafia

Gambar 4.5. Tali rafia


(Dokumentasi, 2020)
b. Prosedur pengukuran kecepatan aliran sungai dengan metode apung (floating method)
1. Ukurlah panjang aliran air sungai telunjuk raung dengan meteran yang akan dijadikan sebagai
lintasan benda. Ukur jarak sungai dengan jarak 10m yang dibagi atas titik A, titik B, titik C,
dengan jarak antar titik A dan titik B 5m dan dari titik B ke C sejauh 5m.

Gambar 4.6. Pengukuran aliran air sungai telunjuk raung


(Dokumentasi, 2020)

2. Beri tanda dengan menggunakan rafia pada setiap titik dari titik A,B dan C, agar mempermudah
untuk mengetahui pingpong sudah melewati titik titik yang ditentukan

Gambar 4.7. Pemberian tanda pada titik B 5 m


(Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.8. Gambar Pemberian tanda pada titik C
(Dokumentasi, 2020)

3. Benda yang dapat terapung (bola pingpong berisi pasir setengah) dijatuhkan pada titik
pengamatan A dan waktu mulai dihitung pada saat bola pingpong melewati titik A dan pencatat
waktu dihentikan ketika benda telah sampai pada titik pengamatan B dan dilanjut 5m sampai
titikC

Gambar 4.9. Gambar Percobaan bola pingpong


(Dokumentasi, 2020)

Gambar 4.10. Gambar mengukur kedalaman pingpong


(Dokumentasi, 2020)

4. Waktu yang ditempuh bola pingpong mulai dari titik A ke B dicatat lalu pada titik B ke C dicatat
lalu dijumlahkan.
5. Pengamatan dilakukan selama lima kali percoban.
6. Lalu diukur kedalaman setiap pingpong yang digunakan dalam percobaan dan dicatat pada
tabel.
7. Lalu kelima waktu percobaan itu dijumlah dan dirata rata.
8. Kecepatan aliran sungai dihitung dengan mengalikan antara jarak titik pengamatan dengan waktu
tempuh rata-rata.
9. Debit sungai dihitung dengan mengalikan luas sungai dan kecepatan aliran yang didapatkan dari
rata-rata waktu percobaan selama 5 kali.

4.4. Pengukuran Waktu Tempuh Aliran


Waktu rata-rata merupakan hasil pembagi antara jumlah total waktu pengukuran dengan jumlah
pengulangan pengukuran.
Diketahui hasil pengukuran :
Panjang sungai yang telah ditetapkan = 10 m

Tabel 4.1. Perhitungan Waktu Tempuh Aliran


Percobaan Waktu (detik)
I 7,48
II 7,42
III 7,46
IV 7,32
V 7,40
Jumlah 37,08
Rata-Rata 7,42

Dari kelima hasil percobaan pencatatan kecepatan pingpong dengan panjang sungai yang telah
ditetapkan 10 m didapat rata-rata waktu selama 7,42 detik diambil dari:
𝑇 37,08
T 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑛 = 5 = 7,42 detik
Dengan :
T rata –rata : Rata-rata waktu kecepatan pelampung ( s )
T : Jumlah waktu pencatatan kecepatan pelampung ( s )
n : Jumlah percobaan/sampel pelampungan

4.5. Pengukuran Kedalaman Bola Pingpong yang terendam


Pengukuran kedalaman bola pingpong ini di ukur dari setengah bola pimpong yang terendam diair.

Tabel 4.2. Pengukuran Kedalaman Bola Pingpong Yang Terendam


Percobaan Kedalaman (m)
I 0,02
II 0,014
III 0,013
IV 0,02
V 0,025
Rata-rata 0,092

Dari lima hasil percobaan percepatan kecepatan pelampung kedalaman rata-rata yang diperoleh yaitu
0,092 m.

4.6. Pengukuran Penampang Saluran


Pengukuran penampang saluran dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut :
1. Lebar sungai tiap pias diukur lalu ditentukan jaraknya. Berikut gambar dari salah satu pengukuran di
titik B :
Gambar 4.11. Pengukuran lebar sungai dan pembagian 6 garis kedalaman
(Dokumentasi,2020)

2. Pada bagian 6 titik yang telah ditentukan lalu diukur kedalam sungai dengan menggunakan ranting
atau kayu agar mempermudah perhitungan. Berikut gambar salah satu pengukuran kedalaman
sungai:

Gambar4.12.Pengukuran kedalaman air pada setiap 6 bagian


(Dokumentasi 2020)

Gambar 4.13. Site Plan


(Desain Gambar, 2020)
Gambar 4.14. Potongan Memanjang
(Desain Gambar, 2020)

Gambar 4.15. Potongan Melintang A-A


(Desain Gambar, 2020)

Gambar 4.16. Potongan Melintang B-B


(Desain Gambar, 2020)
Gambar 4.17. Potongan Melintang C-C
(Desain Gambar, 2020)

3. Kedalaman titik pembagian pada masing-masing pias diukur dan hasil kedalaman dicatat pada
lembar kerja.

Tabel 4.3. Pengukuran Tinggi Muka Air Dan Luas Penampang


Cross Lebar
No h (cm) h (m) h rata-rata (m) Luas (m2)
Section (m)
1 48 0,48
2 62 0,62
3 56 0,56
A-A 3,6 0,468 1,68
4 55 0,55
5 45 0,45
6 26 0,26
1 30 0,3
2 54 0,54
3 55 0,55
B-B 0,438 1,314
3 4 50 0,5
5 48 0,48
6 26 0,26
1 41 0,41
2 40 0,4
3 57 0,57
C-C 3,7 0,565 2,3
4 79 0,79
5 73 0,73
6 49 0,49
Rata-Rata 0,496 1,764

Dari hasil tabel di atas diketahui kedalaman rata-rata adalah 0,496m dan luas rata-rata adalah 1,764 m2.
4.7 Perhitungan Debit Rata-rata Konstanta Pelampung
Dalam menghitung debit, konstanta pelampung harus diketahui terlebih dahulu. Langkah untuk
menghitung debit air adalah sebagi berikut :

𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 0,092𝑚
α = = 0,496 𝑚 = 0,185 m
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

Hasil α diperoleh dari rata-rata kedalaman pingpong dibagi dengan rata-rata kedalaman elevasi dasar
sungai dari muka air sungai yaitu 0,185 m.
Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang dipakai. Nilai tersebut dapat dihitung dengan

k = 1 – 0,166 x ((√1 − 𝛼) – 0,1)


= 1 – 0,166 x ((√1 − 0,185) – 0,1)
= 0,88
Jadi dari hasil perhitungan didapat konstanta pelampung sebesar 0,88.
4.8. Perhitungan Kecepatan Aliran
Kecepatan adalah hasil pembagian antara panjang salutran/aliran dibagi dengan waktu rata-rata.
Panjang
V = 𝑇 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
Dengan :
V = Kecepatan (m/detik)
P = Panjang saluran (m)
T rata-rata = Waktu rata-rata (detik)
Diket :
Panjang saluran = 10 m
T rata-rata = 527,04 detik
Ditanya : V = ….. ?
Panjang
Jawab : V = 𝑇 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 m/ det
10
= 7,42 m/det
= 1,35 m/det

Hasil dari kecepatan aliran rata-rata diperoleh dari panjang pias saluran dibagi dengan rata-rata waktu
pencatatan kecepatan pelampung yaitu 1,35 m/detik.

4.9. Perhitungan Debit air sungai


Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A) dengan kecepatan aliran (V) dan
konstanta pelampung (k)
Q =AxVxk
Dengan :
Q = debit (m3/det)
A = luas penampang basah (m2)
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
k = koefisien pelampung

Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang dipakai.


Diketahui :
A = 1,764 m2
V =1,35 m/det
k = 0,88
Ditanya : Q = …… ?
Penyelesaian :
Q =AxVxk
= 1,764 x 1,35 x 0,88
= 2,09 m3/det

Hasil debit rata-rata diperoleh dari luas penampang basah dikali kecepatan aliran rata-rata elevasi
dasar sungai dari muka air sungai dikali koefisien pelampung yaitu 2,09 m3/det.
BAB 5 PENUTUP

A. Hasil Pengamatan
Waktu rata-rata merupakan hasil pembagi antara jumlah total waktu pengukuran dengan jumlah pengulangan
pengukuran.
Diketahui hasil pengukuran :
Panjang Pias Saluran = 10 m

Tabel 3.1. Perhitungan Waktu Tempuh Aliran


Percobaan Waktu (detik)
I 7,48
II 7,42
III 7,46
IV 7,32
V 7,40
Jumlah 37,08
Rata-Rata 7,42
Sumber : Hasil Pengukuran, 2020

Dari kelima hasil percobaan pencatatan kecepatan pelampung dengan panjang pias saluran 10 m didapat rata-
rata waktu selama 7,42 detik diambil dari:
𝑇 37,08
T 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑛 = = 7,42 detik
5
Dengan :
T rata –rata : Rata-rata waktu kecepatan pelampung ( s )
T : Jumlah waktu pencatatan kecepatan pelampung ( s )
n : Jumlah percobaan/sampel pelampungan

3.5. Pengukuran Kedalaman Bola Pingpong yang terendam


Pengukuran kedalaman bola pingpong ini di ukur dari setengah bola pimpong yang terendam air

Tabel 3.2. Pengukuran Kedalaman Bola Pingpong Yang Terendam


Percobaan Kedalaman (m)
I 0,02
II 0,014
III 0,013
IV 0,02
V 0,025
Rata-rata 0,092
Sumber : Hasil Pengukuran, 2020

Tabel 3.3. Pengukuran Tinggi Muka Air Dan Luas Penampang


Cross Lebar
No h (cm) h (m) h rata-rata (m) Luas (m2)
Section (m)
1 48 0,48
2 62 0,62
3 56 0,56
A-A 3,6 0,468 1,68
4 55 0,55
5 45 0,45
6 26 0,26
1 30 0,3
2 54 0,54
3 55 0,55
B-B 0,438 1,314
3 4 50 0,5
5 48 0,48
6 26 0,26
1 41 0,41
2 40 0,4
3 57 0,57
C-C 3,7 0,565 2,3
4 79 0,79
5 73 0,73
6 49 0,49
Rata-Rata 0,488 1,764
Sumber : Hasil Pengukuran, 2020

Dari hasil tabel di atas diketahui kedalaman rata-rata adalah 0,488m dan luas rata-rata adalah 1,764
2
m.
Dalam menghitung debit, konstanta pelampung harus diketahui terlebih dahulu. Langkah untuk menghitung
debit air adalah sebagi berikut :

𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 0,092𝑚
α = = 0,488 𝑚 = 0,188 m
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

Hasil α diperoleh dari rata-rata kedalaman pingpong dibagi dengan rata-rata kedalaman elevasi dasar sungai
dari muka air sungai yaitu 0,188 m.
Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang dipakai. Nilai tersebut dapat dihitung dengan

k = 1 – 0,166 x ((√1 − 𝛼) – 0,1)


= 1 – 0,166 x ((√1 − 0,188) – 0,1)
= 0,89
Jadi dari hasil perhitungan didapat konstanta pelampung sebesar 0,89.
Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A) dengan kecepatan aliran (V) dan
konstanta pelampung (k)
Q =AxVxk
Dengan :
Q = debit (m3/det)
A = luas penampang basah (m2)
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
k = koefisien pelampung

Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang dipakai.


Diketahui :
A = 1,764 m2
V =1,35 m/det
k = 0,89
Ditanya : Q = …… ?
Penyelesaian :
Q =AxVxk
= 1,764 x 1,35 x 0,89
= 2,09 m3/det

Hasil debit rata-rata diperoleh dari luas penampang basah dikali kecepatan aliran rata-rata elevasi
dasar sungai dari muka air sungai dikali koefisien pelampung yaitu 2,09 m3/det.

B. Pembahasan
Prinsip kerja dari Embody’s float Method adalah mengandalkan kecepatan bola pingpong mengikuti
arus air. Ada beberapa hal yang mempengaruhinya, seperti factor angin dan arus yang berkelok-kelok
sehingga menyebabkan waktu yang diperlukan untuk mencapai kisaran jarak tertentu juga berbeda-beda
sehingga pada akhirnya nanti nilai debit airnya juga berbeda-beda, yaitu 0,32 cfs; 0,19 cfs; 0,07 cfs dan 0,005
cfs.
Debit air yang didapat pada penghitungan dengan metode rectangular weir adalah 0,06 cfs; 0,14 cfs;
0,15 cfs dan 0,14 cfs dengan nilai rata-rata debit air 0,123 cfs. Nilai debit air yang didapat dengan
menggunakan metode 90 Notch Weir adalah 0,0182 cfs; 0,0281 cfs; 0,0216 dan 0,0281 cfs dengan nilai
rata-rata debit air adalah 0,024
Manfaat dari perhitungan debit air salah satunya adalah untuk pengendalian banjir. Langkah-
langkah untuk dapat mengendalikan luapan air sungai agar tidak begitu melimpah pada saat-saat tertentu
yang dapat menyebabkan terjadinya banjir adalah dengan mengetahui berapabesarnya nilai debit suatu
perairan. Kondisi perairan yang tetap terkendali dapat menguntungkan untuk tetap dapat berjalannya usaha
perikanan yang ada di badan perairan tersebut. Perhitungan debit juga dapat menunjukkan adanya respon
akibat adanya perubahan karakteristik biogeofisika yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya
kegiatan pengolaan DAS) atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal. Hal ini
nantinya dapat bermanfaat untuk selanjutnya dilakukan pengelolaan DAS sesuai dengan hukum
keseimbangan alam (ekologi) yang pada akhirnya terciptalah kelestarian lingkungan. Terjaganya ekologi
DAS sangat besar manfaatnya untuk tetap dapat berjalannya usaha perikanan pada badan air ini sebab
ekosistem yang ada di dalamnya hidup dengan faktor-faktor kondisi yang selalu mendukung ( Asdak 1995).

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Debit air dengan menggunakan Em body’s float
2. Metode Embody’s float memiliki kelemahan yaitu adanya kekurangakuratan hasil akibat dari bola
pingpong yang berjalan agak membelok ketika dijatuhkan di aliran sungai yang mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan untuk sampai pada jarak 10 meter.
3. Adanya kelemahan dari setiap metode yang dilakukan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan alat.
4. Adanya kelebihan dari masing-masing metode yang dilakukan, seperti sederhananya cara kerja yang
dilakukan pada metode Embody’s float dan keakuratan hasil perhitungan dengan menggunakan metode weir.
5. Ada banyak manfaat dari perhitungan debit air untuk usaha perikanan agar tetap berjalan lestari dengan
adanya langkahpengendalian banjir dan pengamatan kondisi kelayakan DAS.
5.2 Saran
1. Ada baiknya, mencari tempat yang mudah untuk mengitung debit
2. Segala potensi yang ada di sungai telunjuk raung juga harus dapat kita gunakan seefektif dan seefisen
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian PUPR : Modul 5 Hidrolika Sungai . 2017

Dr. Badaruddin,S.Hut,MP : Panduan Praktikum Debit Air . Lambung Mangkurat Banjarbaru . 2017

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Irwan, Zoeraini, Djamal. 1995. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Bumi
Aksara. Jakarta.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistika untuk Analisis Data. Penerbit “NOVA”. Bandung.
Soewarno. 1995. Hidrologi Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Penerbit
“NOVA”. Bandung.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54853/Chapter%20II.pdf;jsessionid=589856C295639BD7
5D82A0D0DB7E09B5?sequence=4

https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/10/200000969/pengertian-dan-jenis-jenis-
sungai?page=all#:~:text=Pengertian%20sungai,menerus%20dari%20hulu%20ke%20hilir.&text=Sungai%20bermula
%20dari%20gunung%20atau%20dataran%20tinggi%20menuju%20ke%20danau%20atau%20lautan.

http://eprints.itenas.ac.id/506/5/05%20BAB%202%20222015128.pdf
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Metode Pelampung ( Float Area Methode) (Modul Praktik Pengukuran Debit, 2017)
Gambar 2.2 Pengukuran Debit Melalui Alat Ukur V-Notch 90° THOMSON (Modul Praktik Pengukuran
Debit, 2018)
Gambar 2.3 Pengukuran Debit Melalui Bangunan Air (Modul Praktik Pengukuran Debit, 2018)
Gambar 2.4 Metode Larutan (Bayu, 2011)
Gambar 2.5 Metode ADCP (Bayu, 2011)
Gambar 2.6 Pengukuran debit dengan current meter (Bayu, 2011)
Gambar 2.7 Metode Winch cable (Bayu, 2011)
Gambar 4.1. Bola pingpong (Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.2. Stopwatch (Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.3 Meteran (Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.4. Alat Tulis dan table perhitungan (Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.5. Tali rafia (Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.6. Pengukuran aliran air sungai telunjuk raung (Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.7. Pemberian tanda pada titik tengah 5 m (Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.8. Gambar Pemberian tanda pada titik C (Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.9. Gambar Percobaan bola pingpong (Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.10. Gambar mengukur kedalaman pingpong (Dokumentasi, 2020)
Gambar 4.11. Pengukuran lebar sungai dan pembagian 6 garis kedalaman (Dokumentasi,2020)
Gambar 4.12.Pengukuran kedalaman air pada setiap 6 bagian (Dokumentasi 2020) Gambar 4.13. Site
Plan (Desain Gambar, 2020)
Gambar 4.14. Potongan Memanjang (Desain Gambar, 2020)
Gambar 4.15. Potongan Melintang A-A (Desain Gambar, 2020)
Gambar 4.16. Potongan Melintang B-B Desain Gambar, 2020)
Gambar 4.17. Potongan Melintang C-C (Desain Gambar, 2020)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Perhitungan Waktu Tempuh Aliran


Tabel 3.2. Pengukuran Kedalaman Bola Pingpong Yang Terendam
Tabel 3.3. Pengukuran Tinggi Muka Air Dan Luas Penampang

Anda mungkin juga menyukai