Disusun Oleh:
D1A020115
Kelas B – SDL
Dosen Pengampu:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan
laporan praktikum manajemen daerah aliran sungai dengan judul “Mendeliniasikan
DAS Citarum Hulu Dengan Menggunakan Arctools pada ArcGis”.
Penulis juga berterima kasih kepada ibu Diah Listyarini, S.P., M.Si. selaku
dosen pengampu pada mata kuliah manajemen daerah aliran sungai. Laporan
praktikum ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu tugas mata kuliah
manajemen daerah aliran sungai. Laporan praktikum ini berisikan informasi
mengenai delineasi DAS.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum yang dibuat jauh dari kata
sempurna. Oleh karna itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
4.1 Hasil.............................................................................................................. 8
LAMPIRAN ............................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Agar mengetahui proses delineasi DAS dan mengetahui software yang
digunakan untuk mendeliniasi peta.
2. Kegunaan praktikum ini agar praktikan memiliki keterampilan dalam
menggunakan berbagai software untuk mendeliniasi DAS
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DAS adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alaminya sedemikian rupa
sehingga merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang
melaluinya. Sungai dan anak-anak sungai tersebut berfungsi untuk menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan serta sumber air
lainnya. Penyimpanan dan pengaliran air dihimpun dan ditata berdasarkan hukum
alam di sekelilingnya sesuai dengan keseimbangan daerah tersebut. Proses tersebut
dikenal sebagai siklus hidrologi (Rahayu, et al., 2009).
Batas DAS yang tergambar pada suatu peta jaringan sungai adalah batas
artificial atau batas buatan, karena pada kenyataannya batas tersebut tidak tampak
di lapangan. Batas tersebut meskipun tidak tampak di lapangan tetapi pada
kenyataannya, batas tersebut membatasi jumlah air hujan yang jatuh di atasnya.
Batas DAS besar tersusun atas beberapa sub DAS. Sub DAS adalah bagian dari
DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai
utama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS (Anonim, 2006).
2
2.2 Karakteristik DAS Citarum Hulu
2.2.1 Iklim
Secara umum DAS Citarum mempunyai curah hujan rata-rata tahunan antara
1500 mm sampai 4000 mm. Curah hujan 1500–2000 mm/thn menempati dataran
Bandung sedangkan kawasan perbukitan dan pegunungan mempunyai curah hujan
lebih tinggi. Curah hujan 4000 mm hanya bersifat lokal. (Haryanto, 2013).
Menurut Koppen dalam Tjasyono (1987) bahwa iklim Jawa Barat termasuk
tipe iklim Am, yaitu iklim yang secara periodik kering. Iklim Am ini menyatakan
bahwa walaupun terdapat bulan-bulan kering dengan curah hujan bulanan dibawah
60 mm, curah hujan setahun lebih dari 2000 mm dan temperatur pada bulan
terdingin lebih dari 22°C dan diberi notasi Ama, seperti Bandung. Umumnya batas
antara Am dan Ama terletak pada ketinggian 750 m dpl.
2.2.2 Topografi
DAS Citarum Hulu merupakan DAS yang membentuk cekungan dengan
bekas danau sebagai dasar dan dikelilingi oleh lereng pegunungan. DAS Citarum
Hulu terletak pada ketinggian antara 550 m dpl sampai 2600 m dpl. Tempat-tempat
tinggi umumnya merupakan puncak-puncak gunungapi diantaranya Gunung
Tangkuban Perahu, G. Pa-tuha, G. Burangrang, G. Rakutak, G. Palasari, G.
Bukittunggul dan lain-lain. Sedangkan kawasan lembah merupakan dataran yang
karena ketinggiannya yang lebih dari 500 m dpl. sering disebut atau dikenal sebagai
dataran tinggi Bandung. Das Citarum Hulu juga sering disebut sebagai Cekungan
Bandung karena morfologinya secara keseluruhan membentuk suatu cekungan
yang menyerupai mangkuk (Haryanto, 2013).
2.2.3 Lereng
DAS Citarum Hulu menempati kawasan dataran dan perbukitan. Bila dilihat
dari klasifikasi lereng, kawasan DAS Citarum Hulu terdiri dari berbagai kelas
lereng mulai dari datar sampai terjal. Kawasan terjal menempati kawasan selatan
dan utara yang merupakan pembatas topografi dengan kemiringan lereng yang
sangat curam. (Haryanto, 2013).
2.3 DEM (Digital Elevation Model)
DEM (Digital Elevation Model) adalah data digital yang menggambarkan
geometri dari bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan
3
titik-titik koordinat hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang
mendefinisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan koordinat (Moore,
Grayson and Ladson, 1991). DEM merupakan suatu sistem, model, metode, dan
alat dalam mengumpulkan, prosessing, dan penyajian informasi medan. Susunan
nilai-nilai digital yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik medan,
distribusi spasial di wakili oleh nilai sistem koordinat X, Y dan karakteristik
ketinggian medan diwakili dalam sistem koordinat Z (Zhang and Montgomery,
1994).
Sumber data dari DEM dapat bermacam-macam diantaranya FU stereo
(Photogrammetric Techiques), citra satelit stereo (Stereo-pairs technique), data
pengukuran lapangan (GPS, Theodolith, EDM, Total Station, Echosounder), peta
topografi (Interpolation Technique), peta topografi (Interpolation Technique), radar
(Radar technique), LiDAR (Laser Scanner Technique). Sedangkan bentuk data dari
DEM meliputi titik (titik tinggi), garis (kontur), dan penyiaman (LiDAR) (Purwanto
2015).
DEM digunakan dalam berbagai apllikasi baik secara langsung dalam bentuk
visualisasi model permukaan tanah maupun dengan diolah terlebih dahulu sehingga
menjadi produk lain. Informasi dasar yang diberikan DEM dan digunakan dalam
pengolahan adalah koordinat titik-titik pada permukaan tanah. Informasi lain yang
dapat diturunkan dari DEM adalah:
- Jarak pada relief atau bentuk permukaan tanah
- Luas permukaan suatu area
- Volume galian dan timbunan
- Slope dan Aspect
- Kontur
- Profil
Contoh aplikasi-aplikasi yang menggunakan DEM, yaitu:
- Rekayasa teknik sipil
- Pemetaan hidrografi
- Pemetaan topografi
- Pemetaan geologi dan geofisiska
- Rekayasa pertambangan
- Simulasi dan visualisasi permukaan tanah
- Rekayasa militer
4
2.4 Pengertian Deliniasi
Delineasi batas DAS adalah proses penentuan batas DAS atau Sub-DAS
berdasar karakteristik hidrologi suatu bentang alam (Amir et al., 2014). Delineasi
batas DAS memiliki beberapa kegunaan seperti mengetahui bentuk hidrograf debit
puncak, digunakan dalam analisa banjir, dan perencanaan manajemen sumber daya
air (Nadia, Fatiha, Manyuk Fauzi, 2015). Seiring dengan perkembangan teknologi,
delineasi batas DAS bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan data
digital elevation model (DEM). Prinsip penggunaan data DEM yaitu untuk
mengetahui kondisi topografis permukaan bumi sehingga dapat diperoleh
karakterisitk hidrologis yang merupakan dasar dari proses delineasi batas DAS.
Delineasi batas DAS secara otomatis tersusun atas algoritma dengan prinsip
ekstraksi data topografis untuk memperoleh paramater-parameter hidrologi suatu
DAS (Lin et al., 2006). Parameter-parameter tersebut terdiri dari arah aliran (flow
direction), akumulasi aliran (flow accumulation), orde sungai (stream order), serta
batas aliran (watershed) yang secara keseluruhan sangat tergantung dari
karakteristik topografi DAS (ESRI, 2010).
5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
6
6. Selanjutnya, masih pada menu yang sama untuk membuat hydrology
dengan tampilan flow direction jika sudah di buat fill pada dem.tif
sebelumnya.
7. Dengan hal yang sama untuk membuat hydrology, selanjutnya dengan
membuat tampilan flow accumulation jika sudah di buat flow pada
dem.tif sebelumnya.
8. Selanjutnya membuat shapefile dengan coordinate system WGS 1984
UTM ZONE 48S berupa point untuk membut pour point sebagai outlet.
9. Setelah pour point terbuat, tandai setiap titik (outlet) pada tempat yang
terakumulasi aliran
10. Selanjutnya, buka menu ArcToolbox kemudian pilih spatial analyst
tools untuk membuat hydrology dengan tampilan snap pour point,
dimana menggunakan pour point yang sudah terbuat.
11. Setelah pour point terbuat, kemudian buka menu Spatial Analyst Tools
untuk membuat hydrology dengan tampilan watershed dari hasil
sebelumnya
12. Setelah watershed terbuat, maka ubah data raster menjadi polygon (shp)
13. Setelah polygon (shp) terbuat, tentukan luasan dengan membuat kolom
baru pada atribut tabel kemudian hitung luasan dalam satuan ha dengan
menggunakan calculate geometry.
14. Langkah terakhir yaitu membuat layout peta yang sudah siap untuk
diberi keterangan dan di export menjadi gambar dalam bentuk jpg.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 2. Peta Batas Sub DAS Citarum Hulu (1) SubDas Cikapundung (2) SubDas
Cirasea (3) SubDas Ciwidey (4) SubDas Cisangkuy (5) SubDas Citarik-
Cikeruh).
8
Gambar 3. Peta Batas DAS (Watersehed) Citarum Hulu
4.2 Pembahasan
DAS Citarum Hulu yang terletak pada 643’8,65”-714’32,09” LS dan
10715’46,27” 10757’1,99” BT yang dibatasi oleh outlet Nanjung. Secara
geografis DAS Citarum Hulu dibatasi oleh Kabupaten Subang dan Purwakarta
dibagian utara; Kabupaten Cianjur dan Garut dibagian selatan; Kabupaten Bandung
Barat dibagian timur; Kabupaten Sumedang dan Garut dibagian barat.
Pada tahap pengolahan data utama (main processing) proses yang dilakukan
adalah proses delineasi batas DAS. Proses delineasi batas DAS dilakukan secara
otomatis menggunakan perangkat GIS, sementara untuk analisis hidrologi
digunakan perangkat (tool) Spatial Analyst dan ArcHydro pada perangkat ArcGIS.
Proses delineasi ini dibuat dengan prinsip ekstraksi data topografis untuk
memperoleh nilai masukan pada penentuan karakteristik hidrologi DAS (flow
direction – flow accumulation – stream order – basin/watershed). Berdasar hasil
delineasi batas DAS secara otomatis didapatkan sejumlah hasil data luaran (output)
berupa beberapa paramater hidrologis DAS. Parameter yang dihasilkan berdasar
skema proses delineasi batas DAS seperti pada gambar 1. Parameter tersebut terdiri
dari sejumlah luaran data yaitu Arah aliran air (Flow Direction), Akumulasi aliran
9
air (Flow Accumulation), Jaringan Sungai (Stream Order and Stream Network) dan
Deliniasi Batas DAS (Watershed Delineation).
Berdasarkan hasil prediksi analisis Peta Das Citarum Hulu dengan ArcView,
di dapat jumlah SubDas pada DAS Citarum Hulu sebanyak 5 (Lima) SubDas,
diantaranya yaitu SubDas Cikapundung, SubDas Cirasea, SubDas Ciwidey,
SubDas Cisangkuy dan SubDas Citarik-Cikeruh. Selanjutnya, untuk hasil prediksi
wilayah DAS Citarum Hulu ini memiliki total luasan sebesar 180,539 ha. Dimana
pada setiap SubDas memiliki luasan yang berbeda – beda, berdasarkan prediksi
pada ArcView di dapat pada SubDas Cikapundung luas wilayah sebesar 29,702 ha,
SubDas Cirasea sebesar 46,083 ha, SubDas Ciwidey sebesar 27,821 ha, SubDas
Cisangkuy sebesar 26,330 ha dan SubDas Citarik-Cikeruh sebesar 50,602 ha.
Dimana SubDas dengan luasan terbesar yaitu SubDas Citarik-Cikeruh sebesar
50,602 ha dan SubDas terkecil yaitu SubDas Cisangkuy sebesar 26,330 ha.
10
BAB V
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
13
Gambar 6. Peta Flow DAS Citarum Hulu
14