Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM VII

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

PETA UNIT LAHAN DAS ABELI

Oleh:

LISTI SYA
M1A121061
KELOMPOK 2
KEHUTANAN B

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini yang

berjudul “Laporan Praktikum Pengelolaan Daerah Aliran Sungai” sesuai dengan

waktu yang telah ditetapkan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada

Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kejahilan menuju

alam terang benderang yang telah banyak membagi ilmunya kepada kita semua

sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak tedapat

kesalahan-kesalahan yang patut penulis perbaiki. Oleh karena itu, saran dan kritik

yang bersifat konstruktif sangat penulis nantikan dari para pembaca. Akhirnya,

semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dari para pembaca pada

umumnya.

Kendari, 21 Desember 2023

Listi Sya
M1A121061

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat.............................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Satuan Lahan.......................................................................................... 3
2.2 Kemampuan Lahan Terhadap DAS....................................................... 3
2.3 Hubungan Unit Lahan dengan Pengelolaan DAS.................................. 5
2.4 Hubungan SIG dalam Pembuatan Unit Lahan....................................... 6
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................... 8
3.3 Prosedur Kerja ..................................................................................... 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil...................................................................................................... 11
4.2 Pembahasan.......................................................................................... 12
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 14
5.2 Saran..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
LAMPIRAN.................................................................................................... 17

iii
DAFTAR GAMBAR

1. Peta Unit Lahan DAS Abeli........................................................................ 14

iv
DAFTAR TABEL

1. Luasan Unit Lahan DAS Abeli.................................................................... 14

v
DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Unit Lahan DAS Abeli........................................................................ 18


2. Jurnal............................................................................................................ 19
3. Bukti Konsul .............................................................................................. 20

vi
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daratan yang dibatasi oleh

topografi bukit atau gunung yang berfungsi untuk menyimpan,

manampung dan mengalirkan air hujan menuju sunagi atau danau. Bagian

hulu dari ekosistem DAS memiliki fungsi penting bagi perlindungan

terhadap keseluruhan bagian DAS, perlindungan yang dimaksud yaitu

fungsi dari tata air dan tanah. Aliran permukaan air dapat menentukan

besarnya air masuk kedalam tanah yang berhubungan dengan tingkat

infiltrasi. Semakin tinggi tingkat infiltrasi maka semakin kecil bahaya

banjir yang terjadi. Tata guna lahan yang berubah berpengaruh terhadap

ketersediaan air tanah akibat dari perubahan nilai laju infiltrasi yang

masuk ke dalam tanah. Lahandigunakan sebagai sumberdaya yang

memiliki hubungan dengan aktivitas manusia untukmemenuhi kebutuhan

hidupnya (Banjarina et al., 2021).

Penggunaan lahan erat kaitannya dengan aktivitas manusia,

aktivitas manusia dalam mengelola atau memanfaatkan suatu lahan untuk

penggunaan tertentu disebut dengan penggunaan lahan. Dalam

aktivitasnya pada penggunaan lahan, tidak jarang manusia melakukan

modifikasi ataumengubah penggunaan lahan awal menjadi penggunaan

lahan baru. Fenomena itudisebut dengan perubahan penggunaan

lahan.Perubahan penggunaan lahan saat ini sudah menjadi hal yang wajar

terjadi di berbagai tempat. Faktor yang menyebabkan adanya perubahan


2

penggunaan lahan ini utamanyadidasari oleh kebutuhan masyarakat akan

lahan karena efek dari kondisi pertambahan penduduk. Selain itu,

perubahan penggunaan lahan juga dapatmencerminkan suatu fenomena

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah (Swardana et al., 2020).

Lahan merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan

penting dalam kehidupan manusia. Lahan diperlukan manusia untuk

tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan,

perikanan, kehutanan dan pertambangan. Hal yang dapat dilakukan untuk

mempermudah mengetahui kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan jalan

pemetaan unit lahan. Alternatif pemetaan unit lahan dapat dijadikan bahan

informasi untuk membantu menentukan kesesuaian lahan yang tepat.

Pendekatan unit lahan diartikan sebagai satuan pemetaan lahan yang

digunakan untuk membahas kesesuaian lahan (Atmaja, 2020).

Pengelolaan lahan tanpa mempertimbangkan kemampuan dan daya

dukung lahan telah mengakibatkan kerusakan DAS sehingga terjadinya

erosi tanah,sedimentasi sungai, fluktuasi debit sungai (banjir pada musim

hujan dan kekeringan pada musim kemarau) dan menurunnya

produktivitas lahan. Pemanfaatansumberdaya tanah dan air harus

dilakukan berdasarkan asas kelestarian, setiappengembangan serta

penggunaan lahan yang berkenaan pengelolaan sumberdaya lahanperlu

direncanakan secara tepat dan terarah dalam satuan Daerah Aliran Sungai

(DAS) untuk mencegah degradasi lahan (Fitri et al., 2018).Unit lahan

merupakan sebidang lahan yang memiliki kondisi sama dalam hal bentuk
3

lahan, jenis tanah, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Unit lahan

ini diturunkan dari beberapa peta yaitu peta jenis tanah, peta kemiringan

lereng, dan peta penggunaan lahan (Toyibulah dan Fahrunsyah, 2023).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari laporan praktikum ini adalah bagaimana

pengaruh unit lahan terhadap pengelolaan DAS Iwoimenda?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari laporan praktikum ini adalah untuk mengetahui

pengaruh unit lahan terhadap pengelolaan DAS Iwoimenda.

Manfaat dari laporan praktikum ini adalah dapat mengetahui

pengaruh unit lahan terhadap pengelolaan DAS Iwoimenda.


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Satuan Lahan

Satuan lahan lazim digunakan sebagai satuan analisis dalam kajian

geografi. Satuan lahan merupakan kelompok lokasi yang berhubungan, dengan

bentuk lahan tertentu dalam sistem lahan dan seluruh satuan lahan yang sama dan

mempunyai asosiasi lokasi yang sama. Sistem lahan merupakan area yang

mempunyai pola yang berulang dari topografi, tanah dan vegetasi. Satuan lahan

merupakan kompleks wilayah atas asosiasi karakteristik tertentu. Satuan lahan

terdiri dari 3 atribut maupun 4 atribut bergantung kepada topik kajian. Satuan

lahan merupakan kumpulan informasi yang menggambarkan perbedaan dan

persamaan karakter suatu wilayah satu dengan yang lain. Sehingga dalam kajian

tertentu perlu diperhatikan informasi (atribut) apa yang diperlukan untuk

mengetahui karakter lahan berdasarkan tujuan penelitian/topik kajian (Sari et al.,

2021).

Pengertian unit lahan adalah gambaran unsur-unsur lahan yang hampir

sama dalam topografi, struktur atau batuan, proses pembentukan kemiringan

lereng dan vegetasi. Pembuatan peta unit lahan dilakukan dengan cara

menumpangsusunkan gambar unsur-unsur dan skala yang ada dalam peta haruslah

seragam maka didapatkan suatu peta unit lahan (Sulastri et al., 2015). Unit lahan

adalah suatu bidang lahan yang merupakan kombinasi berulang-ulang yang

ditemukan di lapangan, terdiri dari dua faktor, yaitu faktor bentuk wilayah dan

faktor jenis tanah pada suatu lahan (Kadir et al., 2016).


5

Unit lahan merupakan unit terkecil dari suatu kajian bentang lahan yang

meliputi parameter fisik (lereng, tanah, air) dan vegetasi (Lihawa, 2013). Satuan

unit lahan merupakan data spasial yang memiliki informasi mengenai karakteristik

suatu wilayah. Satuan unit lahan juga merupakan salah satu representatif suatu

wilayah yang memiliki karakteristik yangspesifik untuk digunakan dalam

menentukan titik pengambilan sampel pada suatu daerah untukdilakukan analisis

atau evaluasi (Setyowibowo et al., 2023).

2.2 Kemampuan Unit Lahan Terhadap DAS

Klasifikasi kemampuan lahan adalah proses penilaian lahan secara

sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas

sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara

berkelanjutan. Kelas kemampuan lahan adalah kelompok dari sub kelas

kemampuan yang memiliki tingkat pembatas atau bahaya relatif sama. Kelas

kemampuan dinyatakan dengan simbol huruf romawi dan pembatas terhadap

bentuk penggunaan lahan maupun pengelolaan makin bertambah dari kelas I

sampai kela VIII. Kategori kemampuan lahan dibedakan menjadi 2 kelompok,

yakni kelompok pertama kelompok kelas I sampai kelas IV yang dinilai dapat

digunakan untuk lahan usaha tani atau sebagai lahan yang dapat diolah dan

kelompok kedua adalah kelas V sampai kelas VIII yang ditetapkan sebagai lahan

yang tidak dapat diolah sebagai lahan usaha tani (Eraku dan Pernama, 2020).

Klasifikasi kemampuan lahan merupakan bentuk penyederhanaan kondisi

nyata yang dapat menampilkan karakteristik, permasalahan dan prakiraan secara

visual, sehingga diharapkan dapat diperoleh informasi pengelolaan lahan yang


6

tepat sesuai kemampuan lahannya. Kemampuan lahan sebagai salah satualternatif

acuan untuk penentuan pengelolaan lahan, sebab kemampuan lahan merupakan

hasil evaluasi lahan dari berbagai parameter fisik. Hasil klasifikasi kemampuan

lahan dapat menjelaskan unsur faktor pembatas atau ancaman kerusakan lahan.

Kemampuan lahan menjadi sumber acuan secara fisik untuk penentuan tata guna

lahan dalam menentukan pengelolaan lahan, sebab kemampuan lahan dapat

mewakili regional (Lina et al., 2023).

Kelas kemampuan lahan adalah lahan dikelompokkan kedalam beberapa

kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat

dalam penggunaannya. Kerusakan sumberdaya lahan yang banyak terjadi di

bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) terjadi akibat dari kegiatan manusia

yang tidak memperhatikan kemampuan lahan tersebut. Apabila keadaan ini terus

berlangsung tanpa memperhatikan kelas kemampuan lahannya akan

mempengaruhi fungsi produksi, fungsiekologis dan fungsi hidrologis. Oleh karena

itu, pengelolaan DAS diperlukan untuk mengembalikan serta melestarikan fungsi

utama DAS untuk mendapatkan manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan

terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah (Putri et al., 2020).

Kondisi hidrologi DAS dapat berpengaruh akibat adanya perubahan

penggunaan lahan. Selain itu perubahan penggunaan lahanjuga mempengaruhi

kemampuan tanah dalam proses penyerapan/infiltrasi dan dapatmeningkatkan

debit aliran air (Ali et al.,2016). Penggunaan lahan yang seharusnya menjadi

kawasankonservasi ruang hijau dan tidak diizinkkan untuk menjadi kawasan

terbangun.Perubahan penggunaan lahan pada suatu Daerah Aliran Singai(DAS)


7

dapat berdampak pada debit sungai sehinggamenyebabkan perubahan limpasan

permukaan (surface run off), pengurangan aliran air sungai, penurunan airtanah,

menyebabkan erosi tanah, hingga menyebabkan terjadi banjir dan banjir bandang

(Febriani dan Ahyuni, 2023).

2.3 Hubungan Unit Lahan dengan Pengelolaan DAS

Tujuan utama pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah untuk

melaksanakan tindakanpengelolaan sumber daya alam secara efisien dan efektif

agar fungsi DAS dapat berfungsi secaraoptimal dan lestari serta

sistematis.Pengelolaan air dan ekosistemnya secara bersamaan dapatmendukung

peningkatan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan dan fungsi konservasi

DAS tanpagangguan(Adi dan Savitri, 2017). Kerusakan DAS dapat disebabkan

oleh beberapa faktor seperti perubahan penggunaan lahan yang cepat,

pengurangan luas kawasan hutan secara drastis dan prinsip

perencanaanpenggunaan lahan yang tidak dilaksanakan secara baik pada saat

pembangunan. Upaya pengendelaian erosi akan sangatmempengaruhi besar

kecilnya nilai Indeks Bahaya Erosi (IBE) pada setiap unit lahan.

Programpengelolaan dapat dinyatakan berhasil apabila nilai indek bahaya erosi

semakin rendah (Syaf et al., 2022).

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu penggunaan, pengaturan,

dan perlakuan sumber daya hutan, air dan tanah di Suatu Daerah Aliran Sungai

(DAS) untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengelolaan DAS adalah upaya

manusia di dalam mengendalikan hubungan timbal balik antaran sumberdaya

alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, dengan tujuan
8

membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan

sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Kegiatan yang perlu

dilakukan pada unit lahan yang memiliki nilai erosi aktual (A)yang melampaui

erosi yang diperbolehkan (EDP) yaitu dengan penanaman tanaman penutup tanah,

penambahan kombinasi populasi tanaman (tajuk bertingkat) dan pembuatan serta

perbaikan teras (Tandirerung, 2019).

Erosi dan sedimentasi menjadi dua bahasan utama yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Partikel-partikel tanah hasil erosi akan menyebabkan

pendangkalan jika masuk ke badan air (Auliyani et al., 2018). Karena setiap unit

lahan memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap erosi, maka perlu

diketahui distribusi spasialnya. Informasi mengenai sensitivitas lahan terhadap

erosi dan sebaran spasialnya sangat penting dalam pengelolaan DAS/Sub-DAS,

terutama DAS/Sub-DAS yang dimanfaatkan sebagai kawasan pertanian. Dengan

informasi tersebut, dapat dirumuskan teknik konservasi tanah dan air yang tepat

bagi keberlangsungan produktivitas lahan pertanian sehingga laju erosi yang

menyebabkan lahan terdegradasi dapat ditekan (Auliyani, 2020).

2.4 Hubungan SIG dengan Pembuatan Peta Unit Lahan

Peta satuan lahan diperoleh dari tiga jenis peta berupa peta jenis tanah,

peta kelerengan dan peta tutupan lahan yang di tumpang susunkan (overlay)

dengan menggunakan perangkat lunak sistem informasi geografis (GIS).

Berdasarkan hasil penggabungan tiga petama diperoleh peta satuan lahan yang

telah terbagi kedalam beberapa kelas (Hardiana et al., 2019).


9

Pengklasifikasian lahan dimaksudkan agar dalam pendayagunaan lahan

yang digunakan sesuai dengan kemampuannya dan bagaimana menerapkan teknik

konservasi tanah dan air yang sesuai dengan kemampuan lahan tersebut.

Pengklasifikasian lahan dapat dilakukan dengan membuat peta unit lahan

menggunan Arcgis. Membuat peta unit lahan dengan mengoverlay peta lereng,

peta kedalam tanah, peta penggunaan lahan, peta tekstur, peta permeabilitas,

dengan geoprosecing (Sefle et al., 2013). Penentuan peta unit lahan diperoleh

dari hasil overlay antara peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta

kelerengan menggunakan aplikasi ArcMap 10.3. Peta unit lahan ditentukan

berdasarkan informasi yang diperoleh dari overlay peta jenis tanah, peta

penggunaan lahan, data curah hujan dan peta kemiringan lereng (Hidayat et al.,

2020).

Sistem informasi geografis (SIG) dapat membantu dalam pembuatan peta

unit lahan. Sistem informasi geografis (SIG) juga dapat digunakan untuk

menggambarkan berbagai jenis peta, termasuk peta topografi, peta dunia atau

geografi dan peta khusus seperti peta penggunaan lahan, jenis tanah dan curah

hujan (Dewi, 2019). Sistem Informasi Geografis (SIG) juga dapat digunakan

untuk menghitung debit limpasan disuatu daerah, dengan melakukan analisis

overlay tiga layer, yaitu layer Daerah aliran sungai, layer peta kemiringan lahan

dan layer tutupan lahan (Wijatmiko et al., 2016).


III METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum pengelolaan daerah aliran sungai, bertempat di ruangan

C.3.2.1 Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Jl. HEA Mokodompit, Kambu,

Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat

tanggal 22 Desember 2023, Pukul 15.30 WITA-selesai.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah SHP Tutupan Lahan

DAS Abeli, SHP Jenis Tanah DAS Abeli dan SHP Kemiringan Lereng DAS Abeli

yang digunakan membuat Peta Unit Lahan. Alat yang digunakan pada praktikum

ini adalah laptop atau komputer yang digunakan untuk mengaplikasikan ArcGis

untuk membuat Peta Unit lahan.

III.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Buka software Arcmap/ArcGIs, Kemudian pilih Cancel, untuk membuka

lembar kerja baru Arcmap/ArcGIS.

2. Atur sistem koordinat Arcmap/ArcGIS dengan klik kanan pada Layers, Pilih

properties, maka akan muncul jendela Data Frame Propertis.

3. Setelah muncul jendela Data Frame Propertis, Pilih Coordinate system,

>Pilih Projected Coordinate System>Pilih UTM >Pilih WGS 1984 >Pilih


11

Southern Hemisphere>Scrool kebawah dan pilih WGS 1984 UTM Zone 51S

> Tekan Ok.

4. Add data SHP Jenis tanah, SHP tutupan lahan, dan SHP Kemiringan lereng

DAS Abeli pada layers.

5. Pilih ArcToolbox> Cari Analysis tools>overlay>Intersect>Input Feature

masukkan SHP Jenis tanah, SHP tutupan lahan, dan SHP Kemiringan

lereng>Pilih folder penyimpanan>Klik Save>Klik Ok.

6. Selanjutnya open attribute table yang telah di intersect, kemudian Add Field

buatkan tabel kode tanah, kode tutupan lahan, kode lereng dan unit lahan.

7. Klik Star editing pada yang telah intersect, mengisi semua kode tabel yang

telah dibuat lalu klik save editing.

8. Pada Open Attribut table, pilih field calculator kemudian gabungkan ketiga

atribut kode yang telah dibuat untuk menunjukkan atribut satuan lahan.

9. Buka properties>Categories >Unique value>ubah value fieldnya menjadi unit

lahan, setelah itu diberiwarna.

10. Setelah selesai, maka lanjut pada Layout peta.

11. Untuk membuat layout pertama harus mengatur ukuran kertas yang akan

diguakan yaitu klik file > pilih page and setup. Klik size kertas yang akan

digunakan > klik orientation landscape > klik ok.

12. Kemudian buat garis tepi peta menggunakan rectangle setelah itu, membuat 2

kotak untuk pemisah antara kop/legenda peta dengan gambar peta.

13. Setelah itu, klik layers > pilih properties > klik new grid > klik graticule >

klik next > klik graticule and labels> klik finish > klik apply.
12

14. Membuat nama peta, sumber data nama yang buat peta dan jurusan dengan

cara klik text dan tulis menggunakan huruf dan besar huruf sesuai dengan

kebutuhan > diatur sesuai dengan urutan dalam kop/legenda peta.

15. Membuat insert peta dengan cara klik insert > data frame> add data > batas

wilayah pulau Sulawesi Tenggara 2022 > properties > grid > atur intervalnya

dan klik ok.

16. Untuk memunculkan atau untuk mengetahui lokasi yang dipetakan dapat

mengaturnya dengan cara klik extent indicators > other data frame

dipindahkan ke show extent indicators for these data frame.

17. Setelah semua selesai dibuatkan layout dan dirapihkan penulisannya, maka

peta siap disave.


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pada praktikum peta unit lahan ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Peta Unit Lahan DAS Abeli

4.2 Pembahasan

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang

merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi

menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan

kedanau atau kelaut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah

topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih

terpengaruh aktivitas daratan (Karim, 2019).


14

Jenis tanah sulfat soils merupakan jenis tanah muda tanpa perkembangan

dengan tekstur kasar dan berfraksi pasir 60% serta mempunyai produktivitas dan

kesuburan rendah, tetapi masih dapat dikelola dan digunakan untuk usaha

pertanian dengan bantuan pasokan pupuk dan air sehingga penggunaan mikoriza

dapat dijadikan sebagai alat biologis untuk mengefisienkan penggunaan pupuk

buatan pada jenistanahiniterutama fosfat dan mengefisienkan unsur-unsur hara

terutama pada lahan marginal (Nurhalimah et al., 2014).

Kemiringan lereng pada unit lahan DAS Abeli yang didominasi

kelerengan yang datar menyebabkan rendahnya bencana pada daerah tersebut.

Pengelolaan DAS terhadap kelas kemiringan datar dapat dilakukan dengan

berbagai cara, seperti melakukan penghijauan, pengendalian erosi dan pengaturan

tata guna lahan. Kelas kemiringan datar memiliki kemampuan lahan yang baik

untuk pertanian, namun tetap perlu dilakukan pengelolaan yang baik agar tidak

terjadi kerusakan lahan akibat penggunaan lahan yang tidak tepat (Rakuasa et al.,

2022). Pengelolaan DAS juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain yang

sangat berpengaruh seperti tekstur tanah, kedalaman tanah, permeabilitas, drainase

dan ancaman banjir (Sudarwanto, 2015).

Peta unit lahan adalah tumpang tindih (overlay) dari peta topografi (kelas

lereng), peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan dengan menggunakan

perangkat komputer dan program ArGis 10.8 (Nurhapisah, 2019). Satuan unit

lahan adalah kumpulan informasi yang menggambarkan perbedaan dan persamaan

karakter suatu daerah lingkungan satu dengan yang lain. Satuan unit lahan

merupakan bagian dari lahan yang mempunyai kesamaan karakter yang spesifik,
15

dapat meliputi lereng, jenis tanah, penggunaan lahan dan bentuk lahan.

Pembentukan satuan unit lahan ditumpang susunkan (overlay) antara peta lereng,

peta jenis tanah dan penggunaan lahan (Bahihi, 2020).


16

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikumpeta unit lahan ini adalah Berdasarkan

praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa peta unit lahan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS).

Perubahan tata guna lahan di unit lahan, seperti deforestasi atau konversi hutan

menjadi lahan pertanian, dapat memiliki dampak besar pada DAS. Pengelolaan

DAS juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain yang sangat berpengaruh

seperti tekstur tanah, kedalaman tanah, permeabilitas, drainase dan ancaman

banjir.

5.2 Saran

Saran pada praktikum ini adalah sebaiknya praktikum pembuatan peta unit

lahan selanjutnya praktikum kakak-kakak asisten mendampingi praktikannya agar

tidak kebingungan pada saat praktikum dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Adi, R.N. dan E. Savitri, 2017. Daya Dukung Das Brantas Berdasarkan Evaluasi
Kriteria Tata Air.Prosiding, 522–532. ISBN: 978–602–361–072-3.
Ali, M., S. Hadi dan B. Sulistyantara. 2016. Study On Land Cover Change Og
Ciliwung Doenstream Watershed With Spatial Dynamic Approach. Social
And Sciences. 3(1): 52-59.
Atmaja, D.M, 2020. Pemetaan Unit Lahan Untuk Kesesuaian Tanaman Kakao di
Desa Unggahan Kecamatan Seririt. Jurnal ENMAP (Environment dan
Mapping). 1(1): 11-19.
Auliyani, D, 2020. Upaya Konservasi Tanah dan Air Pada Daerah Pertanian
Dataran Tinggi di Sub-Daerah Aliran Sungai Gandul (Soil and water
conservation efforts in the highland agriculture area in Gandul Sub
Watershed). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 25(3): 382-387.
Auliyani D., E. B. Nugrahanto dan W. W. Wijaya. 2018. Nisbah Hantar Sedimen
Di Sub Daerah Aliran Sungai Watujali dan Silengkong. Prosiding Seminar
Nasional 4 Pengelolaan Pesisir dan Daerah ALiran Sungai. 1-8.
Bahihi, H., Z. E. Tamod dan S. E. Pakasi. 2020. Analisis ketersediaan lahan
pangan berkelanjutan di Kecamatan Mapanget Kota Manado. In Cocos.
2(1): 1-14.
Banjarina, F.A., Badaruddin dan S. Kadir, 2021. Analisis Infiltrasi Berbagai Unit
Lahan Yang Berbeda Pada Sub DAS Banyu Irang DAS Maluka. Jurnal
Rimba Lestari. 1(1): 47-58.
Eraku, S.S. dan A.P. Pernama, 2020. Analisis Kemampuan Lahan dan Kesesuaian
Lahan di Daerah Aliran Sungai Alo, Provinsi Gorontalo. Jurnal Teknik
Lingkungan. 6(1): 86-99.
Febriani, N. dan Ahyuni, 2023. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun
2010-2020 Terhadap Debit Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sikilang
Kabupaten Pasaman. Jurnal El-Jughrafiah. 3(1):46-61.
Fitri, R., S.D. Tarigan., S.R. Sitorus dan L.M. Rachman, 2018. Perencanaan
Penggunaan Lahan Untuk Pengembangan Agroforestri di Das Ciliwung
Hulu Provinsi Jawa Barat. Tata Loka. 20(2): 148-159.
Hardiana, E., S. Kadir dan Y. Nugroho, 2020. Analisis Tingkat Bahaya Erosi
(TBE) di DAS Dua Laut Kabupaten Tanah Bumbu. Jurnal Sylva
Scienteae. 2(3): 529-539.
Hidayat, R., A Tjoneng dan A. Boceng, 2020. Aplikasi Sistem Informasi
Geografis Dalam Perencanaan Penggunaan Lahan Padi Sawah di
Kecamatan Bengo Kabupaten Bone. AGrotekMAS Jurnal Indonesia:
Jurnal Ilmu Peranian. 1(3): 1-7.
18

Kadir, S., K. Sirang dan B. Badaruddin, 2016. Pengendalian Banjir Berdasarkan


Kelas Kemampuan Lahan di Sub DAS Martapura Kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis. 4(3): 254-264.
Karim, S.K. dan B.Muhid.2019. Sistem Informasi Geografis Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (Das) Di Provinsi Kalimantan Timur Berbasis Website.
In Prosiding Seminar Nasional Teknologi, Inovasi dan Aplikasi di
Lingkungan Tropis. 2(1): 51-59.
Lihawa, F, 2013. Tingkat Erosi Permukaan Pada Lahan Pertanian Jagung di DAS
Alo-Pohu Provinsi Gorontalo. Prosiding. 10(5): 1-13.
Lina, L.N., L. Sabaruddin dan L. Baco, 2023. Klasifikasi Kemampuan Lahan
Sebagai Arahan Pengolahan Lahan di Daerah Aliran Sungai Lepo-Lepo.
Jurnal Perencanaan Wilayah. 8(1): 20-34.
Nurhapisah, N., A. Tjoneng dan S. Saida. 2019. Pengelolaan lahan berdasarkan
indeks bahaya erosi dan ekonomi sub DAS Pacang kuda Hulu Kota
Palopo. Agrotek: Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian. 3(1): 63-75.
Putri, A.M., M.S. Sumarniasih dan I.N. Puja, 2020. Arahan Penggunaan Lahan
Berdasarkan Kelas Kemampuan Lahan di Sub DAS Bubuh Kabupaten
Bangli Provinsi Bali. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 27(3): 246-255.
Sari, P.P., V.H. Makarau dan R.M.Lakat, 2021. Analisis Daya Dukung dan Daya
Tampung Lahan di Kecamatan Girian Kota Bitung Untuk Pengembangan
Permukiman. Jurnal Spasial. 8(1): 89-100.
Sefle, L., S.E. Pakasi., Y.G. Kamagi dan R.Kawulusan, 2013. Klasifikasi
Kemampuan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di
Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow. In Cocos. 2(4): 1-14.
Setyowibowo, R.F., S. Budiyanto dan E.D. Pubayanti, 2023. Evaluasi Kesesuaian
Lahan Tanaman Buah–Buahan di Kecamatan Ngluwar Kabupaten
Magelang. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. 27(2): 249-258.
Sulastri, S., I.W.S. Adnyana dan I.N.Merit, 2015. Perencanaan Penggunaan Lahan
Melalui Pendekatan Prediksi Erosi Dan Klasifikasi Kemampuan Lahan di
Daerah Aliran Sungai Koloh Pasiran Lombok Timur. Ecotrophic. 9(1): 63-
71.
Swardana, A., R. Januar., A. Mansyur., F. Ismail dan R.G. Merdeka, 2020. Survey
Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Metode Unit Lahan di Lahan
Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Agroteknologi.
5(1): 331-340.
Syaf, H., M. Abadi., U.O. Hasani., A. Basri., L.K. Arif dan L. Gandri, 2022.
Penilaian Kinerja Pengelolaan DAS Poleang di Sulawesi Tenggara
Berdasarkan Indikator Kondisi Lahan. Jurnal Ilmiah Membangun Desa
Dan Pertanian. 7(5): 188-199.
19

Tandirerung, W.Y. 2019. Arahan Penggunaan Lahan Sub DAS Jenelata, DAS
Jeneberang Berdasarkan Prediksi Erosi Berbasis Unit Lahan. Jurnal
Ilmiah Agrosaint. 10(2): 91-98.
Toyibulah, Y. dan Fahrunsyah, 2023. Analisis Kemampuan Lahan Untuk Arahan
Penggunaan Lahan Pada Lahan Bekas Tambang di Desa Krayan Makmur-
Long Ikis Kabupaten Paser. Jurnal Purnama Media. 1(3): 143-153.

LAMPIRAN
20

Lampiran 1. Peta Kemiringan Lereng DAS Abeli


21
22

Lampiran 2. Jurnal
23
24
25
26
27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai