Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

PENYEBAB DAN DAMPAK BENCANA BANJIR TERHADAP KONDISI


SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN HULU SUNGAI
TENGAH

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Rekayasa Lingkungan

Dibuat oleh:
Erina Febriyanti
NIM. 2010811220032

Dosen Pengampu:
Nopi Stiyati Prihatini Dr. S.Si., M.T.
NIP. 19841118 200812 2 003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyusun karya tulis yang
berjudul “Penyebab dan Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah” dengan baik dan tepat
waktu.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja
seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas
terselesaikannya karya tulis ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Nopi Stiyati Prihatini, S.Si., M.T. yang menjadi dosen pengampu mata
kuliah Rekayasa Lingkungan.
2. Diri penulis sendiri yang telah berusaha menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini dengan baik.
3. Teman-teman dan seluruh pihak yang telah membantu dalam pengerjaan
karya tulis ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini.

Banjarbaru, 14 Oktober 2022

Erina Febriyanti
NIM. 2010811220032

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan penelitian ........................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................ 2
1.5 Manfaat penelitian ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Bencana Banjir............................................................................................... 3
2.2 Faktor Penyebab Banjir ................................................................................. 4
2.2.1 Perubahan Guna Lahan ............................................................................ 4
2.2.2 Curah hujan dan jenis tanah ..................................................................... 4
2.2.3 Tingkat kelerengan .................................................................................... 5
2.2.4 Erosi dan sedimentasi ............................................................................... 5
2.2.5 Kapasitas drainase yang tidak memadai ................................................ 6
2.3 Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .... 7
2.3.1 Kondisi Sosial ............................................................................................ 7
2.3.2 Kondisi Ekonomi....................................................................................... 8
2.4 Solusi Terhadap Bencana Banjir ................................................................... 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 11
3.1 Metode Penelitian ........................................................................................ 11
3.2 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 12
4.1 Pembahasan ................................................................................................. 12
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14

iii
5.2 Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Wilayah Penelitian ............................................................................ 11

v
ABSTRAK

Febriyanti, Erina. 2022. Penyebab dan Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Fakultas Teknik. Universitas Lambung Mangkurat.

Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan


daerah rawa) menjadi tergenang air, hal tersebut disebabkan karena curah hujan
yang tinggi dan kondisi topografi wilayah yang rendah hingga cekungan. Faktor
yang mendorong terjadinya banjir tidak hanya disebabkan oleh faktor alam saja.
Namun, faktor non alam juga menjadi salah satu penyebabnya. penyebab banjir di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah tidak hanya dikarenakan curah hujan yang
tinggi, namun juga dikarenakan oleh aktivitas manusia seperti perubahan guna
lahan akibat pertambangan, pemukiman, dan perkebunan kelapa sawit. Akibat
perubahan guna lahan menjadi pertambangan di daerah hulu maka terjadi erosi yang
akan mengakibatkan timbulnya sedimentasi pada sistem drainase/sungai. Banjir di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah memberikan dampak pada kegiatan aktivitas
masyarakat baik dari sisi sektor perdagangan, pertanian, perkantoran, maupun
pemerintahan, dalam hal ini tentunya berdampak pada kondisi sosial ekonomi
masyarakat.

Kata Kunci: Banjir, Penyebab, Dampak, dan Kerusakan Lingkungan

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi di berbagai
daerah. Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai yang diakibatkan oleh debit
sungai yang melebihi daya tampung sungai pada kondisi curah hujan. Faktor yang
mendorong terjadinya banjir tidak hanya disebabkan oleh faktor alam saja. Namun,
faktor non alam juga menjadi salah satu penyebabnya, seperti banyaknya gunung
yang gundul, penebangan hutan secara liar dengan menjadikannya sebagai lahan
untuk pemukiman dan banyaknya tambang tanpa reklamasi. Salah satu daerah di
Indonesia yang kerap menghadapi banjir adalah Provinsi Kalimantan Selatan
(Razikin dkk., 2017).

Secara geografis, Kalimantan Selatan berada di bagian tenggara pulau


Kalimantan, memiliki kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur,
serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus di tengah (Diskominfo
Kalsel, 2021). Beberapa kota di wilayah Kalimantan Selatan yang terdampak banjir
diantaranya wilayah kabupaten Banjar, wilayah kabupaten Tanah Laut, wilayah
Hulu Sungai (mencakup wilayah Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu
Sungai Utara) yang paling parah adalah daerah Hulu Sungai Tengah. Banyak sekali
dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Bukan hanya rumah yang tergenang,
beberapa lagi diantaranya rumah mereka hanyut terbawa arus. Ditambah banjir ini
terjadi di masa pandemi, yang mana kondisi perekonomian masyarakat yang turun
naik.

Kesehatan dan penerapan protokol kesehatan bisa dibilang terabaikan.


Sebagian besar masyarakat yang terdampak banjir mengeluh karena penyakit kulit
yang dideritanya akibat terlalu lama terendam banjir. Sebagian lagi dari mereka
banyak yang hilang terseret arus sungai. Tidak menutup kemungkinan banyak
orang yang meninggal dunia selama banjir melanda di daerah rawan bantaran
sungai.

1
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk membuat karya tulis
ilmiah yang berjudul “Penyebab dan Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah”.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas mencakup hal-hal sebagai berikut ini:

1. Apa yang dimaksud dengan bencana banjir?


2. Apa penyebab bencana banjir di Hulu Sungai Tengah?
3. Bagaimana dampak bencana banjir terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat di Hulu Sungai Tengah?
4. Bagaimana solusi terhadap bencana banjir di Hulu Sungai Tengah?

1.3 Tujuan penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bencana banjir.


2. Mengetahui penyebab banjir di Hulu Sungai Tengah.
3. Menganalisis dampak bencana banjir terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat di Hulu Sungai Tengah.
4. Menganalisis solusi terhadap bencana banjir di Hulu Sungai Tengah.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wilayah yang terdampak banjir adalah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.


2. Banjir yang terjadi yaitu banjir di awal tahun 2021.

1.5 Manfaat penelitian


Hasil penelitian dalam karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat luas agar dapat siap siaga dalam menghadapi permasalahan banjir yang
kerap terjadi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana Banjir


Bencana adalah rangkaian peristiwa yang mengancalrl dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan. baik oleh faktor alam
dan taktor non alam maupun faktor manusia. Bencana merupakan suatu peristiwa
di alam yang disebabkan oleh manusia maupun alanr yang berpotensi merugikan
kehidupan manusia, mengganggu kehidupan normal, serla hilangnya harta dan
benda. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa salah satunya adalah banjir (Kumalawati dkk., 2017).

Secara umum, banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya


kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang air, hal tersebut disebabkan karena
curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah yang rendah hingga
cekungan. Banjir juga merupakan bencana yang hampir terjadi setiap tahun
(Alpisah, 2022). Banjir merupakan fenomena alam biasa, namun akan sangat
merugikan jika mengancam keberadaan manusia kehidupan. Banjir yang terjadi
disebabkan oleh hujan lebat dan terus menerus serta ketidakteraturan musim yang
ditandai dengan Elnino fenomena (musim kemarau berkepanjangan) dan Lanina,
yaitu hujan yang turun terus menerus (Arifin dkk., 2021).

Banjir merupakan fenomena alam yang biasanya terjadi di saat debit air di
sungai meningkat dan meluap pada musim penghujan. Terjadinya bencana banjir
disebabkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan
tanah tidak mampu lagi menyerap air. Selain itu, terjadinya banjir juga dapat
disebabkan oleh limpasan air permukaan yang meluap dan volumenya melebihi
kapasitas pengairan sistem drainase atau sistem aliran sungai (Alpisah, 2022).
Banjir dapat menjadi masalah besar dan berkembang menjadi bencana ketika banjir
tersebut mengganggu aktivitas manusia dan bahkan menimbulkan korban jiwa dan
harta benda.

3
2.2 Faktor Penyebab Banjir
Banjir bisa disebabkan oleh dua kategori yaitu, pertama banjir akibat alami
dan kedua banjir akibat aktivitas dari manusia. Banjir akibat alami dapat
dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai,
kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan untuk banjir akibat aktivitas
manusia disebabkan karena ulah manusia sendiri yang menyebabkan perubahan-
perubahan lingkungan seperti, perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS),
kawasan pemukiman di daerah bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan
bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan
sistem pengendali banjir yang tidak tepat (Alpisah, 2022).

Menurut Nugroho & Handayani (2021), pada umumnya banjir terjadi akibat
adanya luapan air yang tidak dapat tertampung oleh sistem drainase perkotaan
seperti sungai, gorong-gorong, parit dan saluran pengaliran air lainnya. Perubahan
guna lahan di kawasan hulu menyebabkan semakin banyak debit air yang menuju
ke sistem drainase sehingga akan membebani kapasitas sistem drainase tersebut.
Secara umum, variabel penelitian berupa faktor-faktor penyebab banjir yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.2.1 Perubahan Guna Lahan


Banjir disebabkan oleh beberapa faktor, tapi umumnya disebabkan oleh
adanya perubahan guna lahan di daerah tangkapan air yakni daerah hulu/up land.
Pertambahan jumlah penduduk akibat urbanisasi, tidak teraturnya tata ruang
perkotaan dan pemanfaatan guna lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
telah mengakibatkan meningkatnya permasalahan banjir di wilayah perkotaan. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan kawasan kedap air di area perkotaan
sehingga menyebabkan peningkatan run off (Nugroho & Handayani, 2021).

2.2.2 Curah hujan dan jenis tanah


Banjir semakin diperparah oleh adanya hujan lebat dan peristiwa iklim yang
ekstrem disamping akibat adanya perubahan dramatis terhadap guna lahan. Pada
musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan volume air yang
masuk ke dalam sistem drainase, misal sungai, melebihi kapasitas rencana.
Bilamana volume air yang masuk melebihi tebing sungai, maka akan menimbulkan

4
banjir atau genangan termasuk bobolnya tanggul sungai. Jenis tanah tertentu juga
memiliki perbedaan respon terhadap curah hujan. Tanah dengan tekstur halus
memiliki peluang untuk mengalami kejadian banjir lebih tinggi daripada tekstur
tanah yang lebih kasar. Hal tersebut dikarenakan semakin halus tekstur tanah
menyebabkan air yang berasal dari hujan sulit untuk meresap ke dalam tanah atau
permeabilitasnya rendah (Nugroho & Handayani, 2021).

2.2.3 Tingkat kelerengan


Semakin landai kemiringan lereng suatu daerah, maka akan semakin besar
peluang kawasan tersebut mengalami banjir, demikian pula sebaliknya. Semakin
curam kemiringan lereng suatu daerah maka akan semakin aman kawasan tersebut
dari banjir (Darmawan & Suprayogi, 2017). Perubahan kelandaian lahan dari
kemiringan lereng curam ke kemiringan lereng yang landai/datar juga akan
menciptakan daerah yang akan menimbulkan perubahan kecepatan aliran
permukaan. Hal tersebut yang kemudian akan menimbulkan banjir dengan
kecepatan aliran permukaan tinggi atau biasa disebut banjir bandang.

2.2.4 Erosi dan sedimentasi


Akibat perubahan guna lahan menjadi pertambangan maka terjadi erosi yang
akan mengakibatkan timbulnya sedimentasi pada sistem drainase/sungai. Sedimen
masuk ke dalam sistem saluran drainase bersamaan dengan aliran air permukaan
yang berasal dari hujan. Sedimentasi yang masuk ke dalam sistem sungai akan
menyebabkan daya tampung sungai menjadi berkurang. Aktifitas dari suatu
kegiatan usaha, seperti pertambangan batubara pada hakekatnya tidak boleh
menjadi penyebab “kerugian” bagi pihak-pihak tertentu atau kelompok mayoritas
(masyarakat umum). Demikian pula alam yang menjadi sumber penyedia bahan
tambang (sumber daya alam) tidak boleh terganggu karena akan menghilangkan
keseimbangan ekosistem, ekologi yang berakibat pada kerusakan alam/ lingkungan
hidup (Listiyani, 2017).
Pertambangan secara umum adalah serangkaian kegiatan yang meliputi
tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan enjualan serta pasca

5
tambang. Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan
sangat rumit, sarat resiko, merupakan kegiatan jangka panjang, melibatkan
teknologi tinggi, padat modal dan aturan regulasi yang dikeluarkan beberapa sektor.
Selain itu, karakteristik mendasar industri pertambangan adalah membuka lahan
dan mengubah bentang alam sehingga mempunyai potensi merubah tatanan
ekosistem suatu wilayah baik dari segi biologi, geologi dan fisik maupun tatanan
sosio ekonomi dan budaya masyarakat. Keberadaan industri pertambangan batu
bara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi
masyarakat setempat. Dari sisi dampak negatifnya, pertambangan lebih sering
dipahami sebagai aktifitas lebih banyak menimbulkan permasalahan dari pada
manfaat, mulai dari mengganggu kesehatan, konflik perebutan lahan, terjadinya
kerusakan lingkungan, hingga areal bekas pertambangan yang dibiarkan menganga
(Fitriyanti, 2016). Tutupan lahan vegetatif yang rapat seperti semak-semak dan
rumput merupakan penahan laju erosi paling tinggi.

2.2.5 Kapasitas drainase yang tidak memadai


Pengurangan kapasitas tampung drainase disebabkan oleh adanya
sedimentasi dan faktor lain yang disebabkan oleh manusia, seperti tersumbatnya
saluran akibat sampah yang dibuang secara sengaja ke dalam sistem drainase. Hal
tersebut menyebabkan volume air yang dapat tertampung berada di bawah volume
rencana kapasitas drainase yang seharusnya. Di samping itu, penurunan kapasitas
drainase dapat disebabkan oleh adanya bangunan yang berada di sempadan sungai
sehingga menghambat aliran dan menyulitkan operasi pemeliharaan sungai
(Nugroho & Handayani, 2021).
Tidak dapat dipungkiri bahwa kerusakan lingkungan disalahkan atas banjir
yang terjadi. Ini adalah fakta yang sulit dibantah. Karenanya sangat mudah diterima
oleh publik tanpa perlu memikirkan analisis, narasi dan argumentasinya secara
mendalam. Opini tersebut di atas masih terlalu general untuk diterima sebab belum
diikuti penjelasan yang disertai bukti (Puspitarini, 2021).

6
2.3 Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Banjir memberikan dampak pada kegiatan aktivitas masyarakat baik dari sisi
sektor perdagangan, pertanian, perkantoran, maupun pemerintahan, dalam hal ini
tentunya berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

2.3.1 Kondisi Sosial


Dampak yang dirasakan masyarakat akibat banjir yang dipengaruhi oleh
faktor sosial bisa dilihat dari kondisi demografis, kesehatan, pendidikan, kondisi
tempat tinggal. Secara demografis, sebagian besar masyarakat yang terdampak
banjir tetap bertahan di daerahnya dengan alasan takut tidak ada yang menampung
mereka dan mereka takut meninggalkan rumah dan sebagian lagi telah mengungsi
ke rumah keluarga, kerabat atau tempat penampungan lainnya. Ada juga ketika mau
mengungsi beberapa dari mereka hilang terseret arus sungai. Tidak menutup
kemungkinan banyak orang yang yang meninggal selama banjir melanda di daerah
rawan bantaran sungai (Yunida dkk., 2017).
Kesehatan juga menjadi salah satu dampak yang dialami oleh masyarakat.
Selain banjir, pandemic juga menjadi kekhawatiran. Bagaimana tidak, masyarakat
diharuskan untuk mematuhi protocol kesehatan tetapi kebutuhan makan pun
mengharuskan mereka mengantri dengan bergumul dengan para pengungsi lain.
Kesehatan lingkungan pun sama sekali tidak ada pengontrolan, sampah membludak
dari hari-hari bahkan bulan-bulannya sebelumnya. Berakhir pada pengabaian
protokol kesehatan sebab yang dipikirkan mereka hanyalah bagaimana keadaan
agar tetap sehat dan segera mendapat giliran untuk mengambil makanan.
Permasalahan Kesehatan masyarakat semakin hari semakin menurun seperti halnya
mudahnya terkena penyakit kulit yang disebabkan oleh lamanya kaki tergenang air.
Genangan air ini berasal dari campuran air banjir dan air sungai yang mengandung
bakteri. Untungnya, promosi kesehatan dan bantuan pelayanan dari berbagai pihak
seperti pihak kesehatan serta para relawan banjir yang sangat sigap membantu
dalam masa proses penyembuhan dan pemulihan kesehatan masyarakat. Selain
masalah kesehatan yang terjadi, pendidikan juga ikut terkena dampaknya (Yunida
dkk., 2017).
Menurut UUD Nomor 20 tahun 2003, pendidikan merupakan sebuah kegiatan
usaha sadar dan terencana dalam menciptakan suasana belajar yang mengaktifkan

7
siswa supaya potensi, keterampilan, kepribadian, akhlak semua dapat berkembang.
Ketika banjir terjadi, banyak sekolah yang terendam bahkan ada banyak sekolah
yang mengalami kerusakan parah akibat kerasnya hantaman debit air, buku-buku
tergenang sehingga tidak layak lagi untuk digunakan, akses jalan yang terputus
yang berimbas pada para pelajar yang mengalami kesulitan untuk menuju ke
sekolahnya, Sehingga dampak yang terjadi ini menghambat kegiatan proses belajar
dan pembelajaran.
Kondisi tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok, kepemilikan
pribadi dan barang-barang berharga lainnya tidak dapat diselamatkan dan hal yang
paling diperlukan manusia yakni pangan dan sandang tidak tersisa lagi, semua
dibiarkan tergenang oleh banjir. Pasca banjir terjadi, banyak rumah masyarakat,
barang-barang berharga lainnya ymengalami kerusakan akibat terendam bahkan
tidak sedikit rumah yang hanyut akibat derasnya arus air (Yunida dkk., 2017)

2.3.2 Kondisi Ekonomi


Dampak yang dirasakan masyarakat akibat banjir yang tidak dipengaruhi oleh
faktor sosial saja. Namun, dapat juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang bisa
dilihat dari mata pencaharian, pendapatan serta kepemilikan barang berharga. Mata
pencaharian merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan setiap hari yang menjadi
pokok untuk penghidupan manusia. Dapat diartikan juga sebagai segala bentuk
kegiatan manusia dalam memanfaatkan serta mengolah sumber daya alam yang
ada. Setelah terjadinya banjir, banyak masyarakat yang beralih pekerjaan yaitu
seperti menjadi buruh, berdagang dan beternak. Hal ini bertujuan agar mereka tetap
bisa menghasilkan penghasilan untuk membantu dalam usaha atau kegiatan
ekonomi (Yunida et al., 2017).
Pendapatan masyarakat yaitu penghasilan yang didapatkan baik dari beberapa
sektor seperti sektor formal atau non formal dan penghasilan subsisten yang
terhitung dalam waktu tertentu yang akan diterima masyarakat ataupun pemerintah
pada waktu yang tertentu. Pendapatan masyarakat yang terdampak banjir di
Kalimantan Selatan relative menurun dikarenakan akses akomodasi yang terganggu
dan juga upah yang diberikan tidak hanya uang tetapi bisa juga barang seperti

8
sembako, kemudian ada juga yang tempat bekerja nya rusak yang menjadikan
masyarakat tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan.
Kepemilikan barang berharga atau suatu hal yang dianggap masyarakat
berharga seperti handphone, kepemilikan lahan yang dianggap masyarakat
mempunyai peran penting sebagai alat komunikasi, dan barang berharga seperti
lahan yang merupakan salah satu sumber mata pencaharian agar bisa memenuhi
kebutuhan hidup yaitu seperti kegiatan berkebun, bertani, dan beternak (Yunida
dkk., 2017).

2.4 Solusi Terhadap Bencana Banjir


Solusi dari permasalahan banjir adalah dengan melakukan serangkaian upaya
untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kempapuan menghadapi ancaman kepada masyarakat
dengan bantuan peran pemerintah pula.

2.4.1 Mitigasi Bencana


Peta kerawanan banjir dapat dijadikan dasar dalam mitigasi bencana banjir,
dalam tahap kesiapsiagaan (preparedness), serta rekonstruksi dan pembuatan
tanggul atau bendung dalam penanganan/pengurangan ancaman banjir
tersebut,dalam pemetaan daerah rawan banjir maka sebaiknya dilakukan beberapa
tahapan pemetaan, yaitu: survey tinjau, survey semi detil dan survey detil (Razikin
dkk., 2017).
Berdasarkan hasil penelitian Pusat Studi Bencana UGM Yogyakarta (2002),
bahwa pelaksanaan penanggulangan bencana banjir harus melewati 3 (tiga) tahap
utama, yaitu:
1. Tahap sebelum terjadi bencana
2. Tahap selama terjadi bencana
3. Tahap setelah bencana.

2.4.2 Peran Pemerintah


Meningkatnya masalah banjir merupakan salah satu dampak negatif dari
kebijakan pembangunan yang sampai saat ini lebih mementingkan aspek
pertumbuhan ekonomi dan perhatian terhadap kelestarian lingkungan sangat
kurang. Penataan lingkungan dalam rangka pembangunan di dataran banjir belum

9
memasukkan air sebagai faktor pembatas sehingga kurang mengantisipasi adanya
resiko tergenang banjir. Sementara itu, upaya mengatasi banjir sampai saat ini
masih mengandalkan upaya konvensional yang berupa rekayasa struktur di sungai
(in stream) yang mempunyai keterbatasan, bersifat represif dan kurang menyentuh
akar permasalahan,Selain itu upaya mengatasi masalah banjir sampai saat ini tidak
seimbang dengan laju peningkatan masalah yang terus meningkat dari tahun ke
tahun (Razikin dkk., 2017).

10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Karya tulis ini disusun menggunakan metode penelitian yaitu Studi Literatur.
Data yang didapatkan dari situs google cendekia. Saat pencarian jurnal yang
didapatkan 12 jurnal yang relevan. Pada jurnal yang didapatkan, penulis membaca
dengan baik dari abstrak sampai dengan kesimpulan. Banyak didapatkan informasi
yang menggambarkan keadaan banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan secara
lengkap dengan pembahasan mengenai penyebab, dampak, dan kerugian yang
dialami masyarakat serta peran pemerintah untuk menanggulangi banjir tersebut.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan
Selatan.

Gambar 3.1 Wilayah Penelitian

11
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Secara geografis, sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan berada dibawah
permukaan laut menyebabkan aliran air pada permukaan tanah menjadi kurang
lancar. Selain faktor geografis, penyebab banjir juga disebabkan karena maraknya
penambangan batubara di bagian hulu dan illegal logging (Kumalawati & Angriani,
2017). Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel
Kisworo Dwi Cahyono berpendapat bahwa hilangnya hutan sekunder dan primer
biasanya menjadi daerah serapan air dan digantikan dengan lahan tambang batu
baru bara menyebabkan banjir besar melanda Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Senada dengan pendapat ini Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mengemukakan
adanya lubang tambang yang tidak ditutup, dan perluasan lahan tambang yang
menggantikan kawasan pertanian dan ladang seluas 251.000 dan kawasan hutan
seluas 464.000 (Hidayatullah, 2021).

Perubahan guna lahan di kawasan hulu menyebabkan semakin banyak debit


air yang menuju ke sistem drainase sehingga akan membebani kapasitas sistem
drainase tersebut. Akibat perubahan guna lahan menjadi pertambangan maka terjadi
erosi yang akan mengakibatkan timbulnya sedimentasi pada sistem
drainase/sungai. Sedimen masuk ke dalam sistem saluran drainase bersamaan
dengan aliran air permukaan yang berasal dari hujan. Sedimentasi yang masuk ke
dalam sistem sungai akan menyebabkan daya tampung sungai menjadi berkurang.
Sehingga pada saat intensitas hujan di Hulu Sungai Tengah tinggi, debit aliran air
sungai meningkat pula akibat kurangnya daerah resapan air, hal ini lah yang
membuat Kabupaten Hulu Sungai Tengah terendam banjir.

Hasil penelitian dari studi literatur yang telah dikumpulkan menyatakan


bahwa masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami banjir, dan dalam
keadaan itu mereka selalu merasakan dampak akibat dari banjir yang terjadi. Hal
ini menyebabkan masyarakat harus bisa menyiapkan diri dalam menghadapi suatu
kondisi apabila ancaman itu terjadi baik bencana besar maupun kecil. Kabupaten
Hulu Sungai Tengah merupakan daerah yang sering terjadi banjir karena terdapat

12
sungai besar yaitu sungai barabai, sehingga masyarakat harus waspada saat debit
air sungai naik, dalam hal ini dampak sosial ekonomi sangat dirasaka oleh
masyarakat karena banyak keluarga dan anak-anak serta lansia di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah.

Dampak sosial akibat banjir yang paling dirasakan masyarakat yaitu kepala
keluarga mengalami hambatan untuk bekerja, ibu rumah tangga sulit untuk
memasak maupun mengurus keluarga, para pelajar sulit untuk bersekolah kerena
akses jalan yang tidak mendukung serta gedung dan sarana prasarana sekolah yang
tidak memungkinkan untuk siswa dan guru melakukan belajar dan pembelajaran.
Banyak rumah masyarakat yang rusak akibat banjir terutama rumah yang terbuat
dari kayu. Banyak rumah yang mengalami rusak ringan, yaitu rusak pada lantai dan
dinding. Selain dampak sosial, dampak ekonomi berdampak pada kehidupan
masyarakat yaitu kehilangan harta benda, maupun surat-surat berharga lainnya
akibat genangan air banjir. Pendapatan masyarakat menjadi menurun akibat banjir,
dan apabila musim panen tiba padi banyak yang busuk akibat terendam air banjir.
Kepemilikan barang berharga menjadi sangat penting dalam kelangsunagn
kehidupan pascabanjir.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari studi literatur yang telah dikumpulkan,
penyebab banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah tidak hanya dikarenakan
curah hujan yang tinggi, namun juga dikarenakan oleh aktivitas manusia seperti
perubahan guna lahan akibat pertambangan, pemukiman, dan perkebunan kelapa
sawit. Akibat perubahan guna lahan menjadi pertambangan di daerah hulu maka
terjadi erosi yang akan mengakibatkan timbulnya sedimentasi pada sistem
drainase/sungai.

Dapat disimpulkan pula bahwa dampak bencana banjir terhadap kondisi


sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan
adalah berada pada klasifikasi “Sedang” artinya masyarakat masih bisa bertahan
hidup ketika terjadi banjir, dan masih dapat beraktivitas meski terhambat oleh
banjir. masyarakat masih memiliki pekerjaan ketika terjadi banjir walau lahan
pertanian rusak, lebih banyak di pengaruhi oleh faktor ekonomi karena mayoritas
rata-rata memiliki pekerjaan sampingan selain dari bertani.

5.2 Saran
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa penyebab banjir tidak hanya
dari lingkungannya saja tetapi ulah tangan manusia juga menjadi salah satu
penyebabnya. Kemudian banjir ini sangat memberikan dampak dan kerugian pada
masyarakat yang terkena bencana banjir ini. Maka dari itu, tidak hanya
masyarakatnya saja, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk
menanggulangi bencana banjir ini dengan cara:

1. Melakukan pendataan ulang terhadap para oknum tambang secara ketat,


seperti yang kita ketahui aktivitas pertambangan di Kalimantan Selatan
sangat banyak tetapi belum semua mempunyai izin. Maka dari itu perlunya
pendataan yang ketat agar aktivitas tambang di pergunakan untuk
memenuhi kebutuhan yang diperlukan.
2. Membuat perjanjian kepada oknum tambang seperti setelah melakukan
aktivitas pertambangan maka harus melakukan reklamasi. Reklamasi ini

14
bertujuan untuk memperbaiki juga menata kegunaan lahan yang bekas
terganggu aktivitas pertambangan.
3. Melakukan kegiatan reboisasi atau penghijauan yakni penanaman kembali
pohon yang sudah ditebang. Reboisasi ini berguna untuk mencegah banjir.
Pepohonan yang ditanam akan memiliki akar yang fungsinya sebagai
penyerap air dan menyimpannya di dalam tanah. Dengan demikian, air yang
diserap oleh akar pepohonan akan terkunci di dalam tanah. Sehingga dengan
terkuncinya air di dalam tanah maka akan sedikit resiko terjadinya banjir.
Jika curah hujan yang tinggi juga terjadi air tidak akan meluap. Karena
terjadinya proses penyerapan oleh akar pepohonan.
4. Melakukan normalisasi sungai-sungai di daerah rawan banjir, pengerukan
drainase agar saluran air lancar hingga ke pembuangan terakhir, dan
memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya membuang
sampah pada tempatnya juga menjaga lingkungan sekitar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alpisah. (2022). Analisa Banjir yang Terjadi di Daerah Barabai, Hulu Sungai
Tengah, Kalimantan Selatan. Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM,
1(1), 1–10.
Arifin, S., Marlinae, L., Biyatmoko, D., & Irawan, C. (2021). ANALYSIS THE
POTENTIAL FACTORS OF COMMUNITY CAPABILITIES IN FLOOD
PREVENTION AND ENVIRONMENT-BASED DISEASE IN BANJAR
REGENCY. Turkish Journal of Physiotherapy and Rehabilitation, 32(3).
Darmawan, K., & Suprayogi, A. (2017). ANALISIS TINGKAT KERAWANAN
BANJIR DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN METODE
OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS. In Jurnal Geodesi Undip Januari (Vol. 6, Nomor 1).
Diskominfo Kalsel. (2021). Potensi Daerah. https://kalselprov.go.id/laman/potensi
daerah
Fitriyanti, R. (2016). Pertambangan Batubara : Dampak Lingkungan, Sosial dan
Ekonomi. Jurnal Redoks, 1(1), 34–40.
Hidayatullah, D. (2021). MITOS DAN BANJIR. Undas, 17(2), 227–242.
Kumalawati, R., Adyatma, S., & Nurlianti. (2017). PEMETAAN BAHAYA
BANJIR DI KECAMATAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR. JPG
(Jumal Pendidikan Geografi, 4(5), 40–52.
Kumalawati, R., & Angriani, F. (2017). Pemetaan Risiko Bencana Banjir di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Prosidin Seminar Nasional Geografi UMS,
1–18.
Listiyani, N. (2017). DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN
HIDUP DI KALIMANTAN SELATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI HAK-HAK
WARGA NEGARA (Impact of Mining on Life Environment in South
Kalimantam And Implication for Rights of Citizens). 9(1), 67–86.
Nugroho, D. A., & Handayani, W. (2021). Kajian Faktor Penyebab Banjir dalam
Perspektif Wilayah Sungai: Pembelajaran Dari Sub Sistem Drainase Sungai
Beringin. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 17(2), 119–136.
Puspitarini, R. C. (2021). Perspektif Melihat Banjir Kalimantan Selatan Tahun
2021. JISIP, 1(1), 1–14.
Razikin, P., Kumalawati, R., & Arisanty, D. (2017). STRATEGI
PENANGULANGAN BENCANA BANJIR BERDASARKAN PERSEPSI
MASYARAKAT DI KECAMATAN BARABAI KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH. Jurnal Pendidikan Geografi, 4(1), 42–52.
Yunida, R., Kumalawati, R., & Arisanty, D. (2017). DAMPAK BENCANA
BANJIR TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI
KECAMATAN BATU BENAWA KABUPATEN HULU SUNGAI

16
TENGAH, KALIMANTAN SELATAN. Jurnal Pendidikan Geografi, 4(5),
42–52.

17

Anda mungkin juga menyukai