Dibuat oleh:
Erina Febriyanti
NIM. 2010811220032
Dosen Pengampu:
Nopi Stiyati Prihatini Dr. S.Si., M.T.
NIP. 19841118 200812 2 003
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyusun karya tulis yang
berjudul “Penyebab dan Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah” dengan baik dan tepat
waktu.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja
seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas
terselesaikannya karya tulis ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Nopi Stiyati Prihatini, S.Si., M.T. yang menjadi dosen pengampu mata
kuliah Rekayasa Lingkungan.
2. Diri penulis sendiri yang telah berusaha menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini dengan baik.
3. Teman-teman dan seluruh pihak yang telah membantu dalam pengerjaan
karya tulis ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini.
Erina Febriyanti
NIM. 2010811220032
ii
DAFTAR ISI
iii
5.2 Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16
iv
DAFTAR GAMBAR
v
ABSTRAK
Febriyanti, Erina. 2022. Penyebab dan Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Fakultas Teknik. Universitas Lambung Mangkurat.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk membuat karya tulis
ilmiah yang berjudul “Penyebab dan Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah”.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banjir merupakan fenomena alam yang biasanya terjadi di saat debit air di
sungai meningkat dan meluap pada musim penghujan. Terjadinya bencana banjir
disebabkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan
tanah tidak mampu lagi menyerap air. Selain itu, terjadinya banjir juga dapat
disebabkan oleh limpasan air permukaan yang meluap dan volumenya melebihi
kapasitas pengairan sistem drainase atau sistem aliran sungai (Alpisah, 2022).
Banjir dapat menjadi masalah besar dan berkembang menjadi bencana ketika banjir
tersebut mengganggu aktivitas manusia dan bahkan menimbulkan korban jiwa dan
harta benda.
3
2.2 Faktor Penyebab Banjir
Banjir bisa disebabkan oleh dua kategori yaitu, pertama banjir akibat alami
dan kedua banjir akibat aktivitas dari manusia. Banjir akibat alami dapat
dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai,
kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan untuk banjir akibat aktivitas
manusia disebabkan karena ulah manusia sendiri yang menyebabkan perubahan-
perubahan lingkungan seperti, perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS),
kawasan pemukiman di daerah bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan
bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan
sistem pengendali banjir yang tidak tepat (Alpisah, 2022).
Menurut Nugroho & Handayani (2021), pada umumnya banjir terjadi akibat
adanya luapan air yang tidak dapat tertampung oleh sistem drainase perkotaan
seperti sungai, gorong-gorong, parit dan saluran pengaliran air lainnya. Perubahan
guna lahan di kawasan hulu menyebabkan semakin banyak debit air yang menuju
ke sistem drainase sehingga akan membebani kapasitas sistem drainase tersebut.
Secara umum, variabel penelitian berupa faktor-faktor penyebab banjir yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
banjir atau genangan termasuk bobolnya tanggul sungai. Jenis tanah tertentu juga
memiliki perbedaan respon terhadap curah hujan. Tanah dengan tekstur halus
memiliki peluang untuk mengalami kejadian banjir lebih tinggi daripada tekstur
tanah yang lebih kasar. Hal tersebut dikarenakan semakin halus tekstur tanah
menyebabkan air yang berasal dari hujan sulit untuk meresap ke dalam tanah atau
permeabilitasnya rendah (Nugroho & Handayani, 2021).
5
tambang. Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan
sangat rumit, sarat resiko, merupakan kegiatan jangka panjang, melibatkan
teknologi tinggi, padat modal dan aturan regulasi yang dikeluarkan beberapa sektor.
Selain itu, karakteristik mendasar industri pertambangan adalah membuka lahan
dan mengubah bentang alam sehingga mempunyai potensi merubah tatanan
ekosistem suatu wilayah baik dari segi biologi, geologi dan fisik maupun tatanan
sosio ekonomi dan budaya masyarakat. Keberadaan industri pertambangan batu
bara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi
masyarakat setempat. Dari sisi dampak negatifnya, pertambangan lebih sering
dipahami sebagai aktifitas lebih banyak menimbulkan permasalahan dari pada
manfaat, mulai dari mengganggu kesehatan, konflik perebutan lahan, terjadinya
kerusakan lingkungan, hingga areal bekas pertambangan yang dibiarkan menganga
(Fitriyanti, 2016). Tutupan lahan vegetatif yang rapat seperti semak-semak dan
rumput merupakan penahan laju erosi paling tinggi.
6
2.3 Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Banjir memberikan dampak pada kegiatan aktivitas masyarakat baik dari sisi
sektor perdagangan, pertanian, perkantoran, maupun pemerintahan, dalam hal ini
tentunya berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
7
siswa supaya potensi, keterampilan, kepribadian, akhlak semua dapat berkembang.
Ketika banjir terjadi, banyak sekolah yang terendam bahkan ada banyak sekolah
yang mengalami kerusakan parah akibat kerasnya hantaman debit air, buku-buku
tergenang sehingga tidak layak lagi untuk digunakan, akses jalan yang terputus
yang berimbas pada para pelajar yang mengalami kesulitan untuk menuju ke
sekolahnya, Sehingga dampak yang terjadi ini menghambat kegiatan proses belajar
dan pembelajaran.
Kondisi tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok, kepemilikan
pribadi dan barang-barang berharga lainnya tidak dapat diselamatkan dan hal yang
paling diperlukan manusia yakni pangan dan sandang tidak tersisa lagi, semua
dibiarkan tergenang oleh banjir. Pasca banjir terjadi, banyak rumah masyarakat,
barang-barang berharga lainnya ymengalami kerusakan akibat terendam bahkan
tidak sedikit rumah yang hanyut akibat derasnya arus air (Yunida dkk., 2017)
8
sembako, kemudian ada juga yang tempat bekerja nya rusak yang menjadikan
masyarakat tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan.
Kepemilikan barang berharga atau suatu hal yang dianggap masyarakat
berharga seperti handphone, kepemilikan lahan yang dianggap masyarakat
mempunyai peran penting sebagai alat komunikasi, dan barang berharga seperti
lahan yang merupakan salah satu sumber mata pencaharian agar bisa memenuhi
kebutuhan hidup yaitu seperti kegiatan berkebun, bertani, dan beternak (Yunida
dkk., 2017).
9
memasukkan air sebagai faktor pembatas sehingga kurang mengantisipasi adanya
resiko tergenang banjir. Sementara itu, upaya mengatasi banjir sampai saat ini
masih mengandalkan upaya konvensional yang berupa rekayasa struktur di sungai
(in stream) yang mempunyai keterbatasan, bersifat represif dan kurang menyentuh
akar permasalahan,Selain itu upaya mengatasi masalah banjir sampai saat ini tidak
seimbang dengan laju peningkatan masalah yang terus meningkat dari tahun ke
tahun (Razikin dkk., 2017).
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
11
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Secara geografis, sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan berada dibawah
permukaan laut menyebabkan aliran air pada permukaan tanah menjadi kurang
lancar. Selain faktor geografis, penyebab banjir juga disebabkan karena maraknya
penambangan batubara di bagian hulu dan illegal logging (Kumalawati & Angriani,
2017). Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel
Kisworo Dwi Cahyono berpendapat bahwa hilangnya hutan sekunder dan primer
biasanya menjadi daerah serapan air dan digantikan dengan lahan tambang batu
baru bara menyebabkan banjir besar melanda Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Senada dengan pendapat ini Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mengemukakan
adanya lubang tambang yang tidak ditutup, dan perluasan lahan tambang yang
menggantikan kawasan pertanian dan ladang seluas 251.000 dan kawasan hutan
seluas 464.000 (Hidayatullah, 2021).
12
sungai besar yaitu sungai barabai, sehingga masyarakat harus waspada saat debit
air sungai naik, dalam hal ini dampak sosial ekonomi sangat dirasaka oleh
masyarakat karena banyak keluarga dan anak-anak serta lansia di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah.
Dampak sosial akibat banjir yang paling dirasakan masyarakat yaitu kepala
keluarga mengalami hambatan untuk bekerja, ibu rumah tangga sulit untuk
memasak maupun mengurus keluarga, para pelajar sulit untuk bersekolah kerena
akses jalan yang tidak mendukung serta gedung dan sarana prasarana sekolah yang
tidak memungkinkan untuk siswa dan guru melakukan belajar dan pembelajaran.
Banyak rumah masyarakat yang rusak akibat banjir terutama rumah yang terbuat
dari kayu. Banyak rumah yang mengalami rusak ringan, yaitu rusak pada lantai dan
dinding. Selain dampak sosial, dampak ekonomi berdampak pada kehidupan
masyarakat yaitu kehilangan harta benda, maupun surat-surat berharga lainnya
akibat genangan air banjir. Pendapatan masyarakat menjadi menurun akibat banjir,
dan apabila musim panen tiba padi banyak yang busuk akibat terendam air banjir.
Kepemilikan barang berharga menjadi sangat penting dalam kelangsunagn
kehidupan pascabanjir.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari studi literatur yang telah dikumpulkan,
penyebab banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah tidak hanya dikarenakan
curah hujan yang tinggi, namun juga dikarenakan oleh aktivitas manusia seperti
perubahan guna lahan akibat pertambangan, pemukiman, dan perkebunan kelapa
sawit. Akibat perubahan guna lahan menjadi pertambangan di daerah hulu maka
terjadi erosi yang akan mengakibatkan timbulnya sedimentasi pada sistem
drainase/sungai.
5.2 Saran
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa penyebab banjir tidak hanya
dari lingkungannya saja tetapi ulah tangan manusia juga menjadi salah satu
penyebabnya. Kemudian banjir ini sangat memberikan dampak dan kerugian pada
masyarakat yang terkena bencana banjir ini. Maka dari itu, tidak hanya
masyarakatnya saja, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk
menanggulangi bencana banjir ini dengan cara:
14
bertujuan untuk memperbaiki juga menata kegunaan lahan yang bekas
terganggu aktivitas pertambangan.
3. Melakukan kegiatan reboisasi atau penghijauan yakni penanaman kembali
pohon yang sudah ditebang. Reboisasi ini berguna untuk mencegah banjir.
Pepohonan yang ditanam akan memiliki akar yang fungsinya sebagai
penyerap air dan menyimpannya di dalam tanah. Dengan demikian, air yang
diserap oleh akar pepohonan akan terkunci di dalam tanah. Sehingga dengan
terkuncinya air di dalam tanah maka akan sedikit resiko terjadinya banjir.
Jika curah hujan yang tinggi juga terjadi air tidak akan meluap. Karena
terjadinya proses penyerapan oleh akar pepohonan.
4. Melakukan normalisasi sungai-sungai di daerah rawan banjir, pengerukan
drainase agar saluran air lancar hingga ke pembuangan terakhir, dan
memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya membuang
sampah pada tempatnya juga menjaga lingkungan sekitar.
15
DAFTAR PUSTAKA
Alpisah. (2022). Analisa Banjir yang Terjadi di Daerah Barabai, Hulu Sungai
Tengah, Kalimantan Selatan. Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM,
1(1), 1–10.
Arifin, S., Marlinae, L., Biyatmoko, D., & Irawan, C. (2021). ANALYSIS THE
POTENTIAL FACTORS OF COMMUNITY CAPABILITIES IN FLOOD
PREVENTION AND ENVIRONMENT-BASED DISEASE IN BANJAR
REGENCY. Turkish Journal of Physiotherapy and Rehabilitation, 32(3).
Darmawan, K., & Suprayogi, A. (2017). ANALISIS TINGKAT KERAWANAN
BANJIR DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN METODE
OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS. In Jurnal Geodesi Undip Januari (Vol. 6, Nomor 1).
Diskominfo Kalsel. (2021). Potensi Daerah. https://kalselprov.go.id/laman/potensi
daerah
Fitriyanti, R. (2016). Pertambangan Batubara : Dampak Lingkungan, Sosial dan
Ekonomi. Jurnal Redoks, 1(1), 34–40.
Hidayatullah, D. (2021). MITOS DAN BANJIR. Undas, 17(2), 227–242.
Kumalawati, R., Adyatma, S., & Nurlianti. (2017). PEMETAAN BAHAYA
BANJIR DI KECAMATAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR. JPG
(Jumal Pendidikan Geografi, 4(5), 40–52.
Kumalawati, R., & Angriani, F. (2017). Pemetaan Risiko Bencana Banjir di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Prosidin Seminar Nasional Geografi UMS,
1–18.
Listiyani, N. (2017). DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN
HIDUP DI KALIMANTAN SELATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI HAK-HAK
WARGA NEGARA (Impact of Mining on Life Environment in South
Kalimantam And Implication for Rights of Citizens). 9(1), 67–86.
Nugroho, D. A., & Handayani, W. (2021). Kajian Faktor Penyebab Banjir dalam
Perspektif Wilayah Sungai: Pembelajaran Dari Sub Sistem Drainase Sungai
Beringin. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 17(2), 119–136.
Puspitarini, R. C. (2021). Perspektif Melihat Banjir Kalimantan Selatan Tahun
2021. JISIP, 1(1), 1–14.
Razikin, P., Kumalawati, R., & Arisanty, D. (2017). STRATEGI
PENANGULANGAN BENCANA BANJIR BERDASARKAN PERSEPSI
MASYARAKAT DI KECAMATAN BARABAI KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH. Jurnal Pendidikan Geografi, 4(1), 42–52.
Yunida, R., Kumalawati, R., & Arisanty, D. (2017). DAMPAK BENCANA
BANJIR TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI
KECAMATAN BATU BENAWA KABUPATEN HULU SUNGAI
16
TENGAH, KALIMANTAN SELATAN. Jurnal Pendidikan Geografi, 4(5),
42–52.
17