Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIK TATA GUNA LAHAN

OLEH
Kelompok 2

Abdul Halid Ary 1810611210019


Helma Ariyani 1810611220050
Reza Ayatullah Firdaus 1810611210035
Ridha Mira Azhari 1810611220013
Ubaidillah 1810611310003

FAKULATAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur praktikan panjatkan kehadirat ALLAH SWT, kerena

berkat limpahan rahmat dan hidayah-NYA jualah akhirnya kami dapat

menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Praktikan secara pribadi

mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen pengampu mata kuliah Tata

Guna Lahan yang telah membantu, membimbing kami, baik secara langsung

maupun tidak langsung berperan dalam penyelesaian laporan ini dan juga kepada

para teman-teman dan pihak-pihak yang selalu membantu serta memberikan

dorongan kepada kami.

Kami benar-benar menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan dan untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun sebagai masukan bagi kami dalam

penyempurnaan laporan ini. Akhirnya kami berharap agar laporan ini dapat

bermanfaat bagi para pembacanya, sehingga bisa djadikan bahan informasi yang

berguna untuk pengelolaan dan pembangunan

Banjarbaru, 6 Desember 2021

Regu 2

i
.

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan Praktik............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3

BAB III METODE PRAKTIK.......................................................................6

A. Waktu dan Tempat.................................................................................... 6


B. Alat dan Bahan......................................................................................... 6
C. Prosedur Praktik....................................................................................... 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 8

A. Hasil......................................................................................................... 8
B. Pembahasan ............................................................................................ 9

BAB V PENUTUP......................................................................................... 11

A. Kesimpulan............................................................................................. 11
B. Saran....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 12

LAMPIRAN................................................................................................... 13

ii
iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Titik Lokasi Banjir………………………………………………… 13

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia.

Definisi banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam

jumlah yang besar. Kedatangan banjir dapat diprediksi dengan memperhatikan

curah hujan dan aliran air. Namun kadangkala banjir dapat datang tiba-tiba akibat

dari angin badai atau kebocoran tanggul yang biasa disebut banjir bandang.

Penyebab banjir mencakup curah hujan yang tinggi; permukaan tanah

lebih rendah dibandingkan muka air laut; wilayah terletak pada suatu cekungan

yang dikelilingi perbukitan dengan sedikit resapan air; pendirian bangunan

disepanjang bantaran sungai; aliran sungai tidak lancar akibat terhambat oleh

sampah; serta kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai. Meskipun berada

diwilayah "bukan langganan banjir'. Setiap orang harus tetap waspada dengan

kemungkinan bencana alam ini.

Satu penyebab utama bencana banjir yang lain adalah pelanggaran tata

ruang terkait dengan alokasi ruang terbuka hijau yang jauh dibawah regulasi yang

menetapkan kawasan RTH adalah 30%. Pelanggaran yang lain adalah

pemanfaatan kawasan di sepadan sungai, dimana regulasi menyebutkan kawasan

sepadan sungai seharusnya menjadi kawasan lindung tetapi kawasan ini telah

berkembang menjadi kawasan pemukiman. Tata Ruang Buruk menjadi penyebab

yang lain, dimana penyusunan tata ruang tidak dilakukan dengan baik, tata ruang

dibangun bukan dengan memperhatikan aspek-aspek keseimbangan pembangunan


2

fisik dengan kondisi wilayah. Tata Ruang juga tidak dibangun dengan kajian utuh

dengan memperhitungkan daya dukung dan daya tampung serta kondisi kawasan.

Tata ruang dibuat seperti menyusun template perencanaan ruang tanpa melihat

bagaimana kondisi di lapangan. Oleh sebab itu diperlukan pengecekan pada titik-

titik daerah yang rawan banjir di sekitar wilayah Banjarbaru guna mengetahui

bagiaman kondisi sungai pada wilayah tersebut.

B. Tujuan

Tujuan dari praktik Tata Guna Lahan sebagai berikut.

1. Mengetahui titik-titik banjir di Wilayah Banjarbaru

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi bencana banjir


3

BAB II
TINJAUAU PUSTAKA

Tata Guna Lahan (land use planning) adalah pengaturan

penggunaan lahan, dalam tata guna lahan dibicarakan bukan saja mengenai

penggunaan permukaan bumi, tetapi juga mengenai penggunaan

permukaan bumi di lautan. Tata Guna Lahan menurut Undang-Undang

Pokok Agraria adalah struktur dan pola pemanfaatan tanah, baik yang

direncanakan maupun tidak, yang meliputi persediaan tanah, peruntukan

tanah, penggunaan tanah dan pemeliharaannya. Menurut Lindgren (2005),

penggunaan lahan (land use) mempunyai arti sama dengan lahan yaitu

merupakan tempat tinggal, lahan usaha, lapangan olah raga, rumah sakit

dan areal pemakaman. Sedangkan penutup lahan (land cover) cenderung

mengarah ke vegetasional dan buatan manusia atas lahan untuk mencukupi

kebutuhan manusia.

Jayadinata (2003) mengatakan bahwa penggunaan lahan adalah

wujud atau bentuk usaha kegiatan pemanfaatan suatu bidang tanah pada

satu waktu. Guna lahan menurut Edy Darmawan (2003) adalah pengaturan

penggunaan lahan untuk menentukan pilihan terbaik dalam bentuk

pengalokasian fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan gambaran

secara keseluruhan bagaimana daerah pada suatu kawasan tersebut

seharusnya berfungsi. Pemanfaatan lahan di kota selalu dihubungkan

dengan penilaian yang bertumpu pada ekonomis atau tidaknya jika

sebidang tanah dimanfaatkan baik untuk rumah tinggal maupun

melakukan usaha di atas tanah tersebut.


4

Banjir di defenisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat

meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah

dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009).

Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air

dari saluran yang ada dan menggenangi wilaah sekitarnya. Banjir adalah

ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan,

baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi” (IDEP,2007). Melansir

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, berikut jenis-jenis

banjir:

1. Banjir Bandang

Banjir bandang adalah banjir yang paling berbahaya. Banjir jenis ini akan

mengangkut air, lumpur, bebatuan, dan apapun yang ada di sekitar alirannya.

Banjir bandang juga kerap menimbulkan kerusakan cukup parah. Banjir jenis ini

biasa terjadi akibat hutan gundul. Daerah yang rawan terkena banjir bandang

adalah daerah pegunungan.

2. Banjir Air

Banjir air merupakan banjir yang terjadi akibat luapan air sungai, danau,

atau selokan. Banjir air adalah jenis banjir yang sering terjadi saat hujan deras

dalam waktu yang lama.

3. Banjir Lumpur

Banjir lumpur adalah banjir yang keluar dari perut bumi dan menggenangi

wilayah daratan. Lumpur yang dihasilkan mengandung gas yang berbahaya.

Banjir jenis ini memiliki sedikit kemiripan dengan banjir bandang perihal material

yang dikeluarkan.
5

4. Banjir Rob

Banjir rob atau banjir laut air pasang adalah jenis banjir yang biasa terjadi

di kawasan pemukiman wilayah pesisir pantai. Air laut pasang dapat meluap

menggenangi wilayah daratan. Di Jakarta, banjir rob biasa melanda kota Muara

Baru.

5. Banjir Cileunang

Banjir Cileunang adalah sebutan untuk banjir yang terjadi akibat derasnya

hujan yang menghasilkan debit air yang melimpah dan tidak terbendung. Banjir

ini menyebabkan luapan air yang sedikit mirip dengan banjir air.
6

BAB III
METODE PRAKTIK

A. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktik dilakukan pada hari minggu tanggal 28

November 2021, dimulai pada pukul 08.00 WITA sampai dengan selesai .

Bertempat di Laboraturiom Manajemen Hutan dilanjutkan pada lokasi-lokasi

banjir.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktik sebagai berikut :

1. GPS

2. Meteran roll

3. Hardware berupa laptop atau komputer

4. Shoftware berupa aplikasi Arc Gis

5. Alat Tulis (ATK)

6. Kamera

7. Avenza Map

8. Peta lokasi

C. Prosedur Praktik

Prosedur praktik Tata Guna Lahan sebagai berikut.

1. Pembuata peta subDAS daerah Banjarbaru

2. Penentuan luas lokasi subDAS

3. Pemasukan peta ke aplikasi Avenza Map


7

4. Menuju ke lokasi yang sudah ditetapkan

5. Melakukan pengukuran lebar sungai, siring sungai, dan jarak dari sungai

ke rumah warga

6. Mewawancarai warga yang ada dilokasi tersebut untuk mengetahui apakah

lokasi tersebut rawan banjir atau tidak

7. Membuat titik peta sesuai dengan lokasi yang dituju di Avenza

8. Membuat titik dipeta sesuai jarak banjir yang mengenai rumah warga di

Avenza

9. Membuat peta menggunakan ArcGIS dan memasukan data yang diambil

di lapangan

10. Membuat plotting data lapangan

11. Membuat batas subDAS

12. Membuat buffer (sungai utama)

13. Deliniasi hutan atau kebun

14. Deliniasi pemukiman


8

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktik Tata Guna Lahan sebagai


berikut.

Gambar 1. Peta Titik Lokasi Banjir


9

B. Pembahasan

Pengamatan lokasi banjir dilakukan pada beberapa titik. Lokasi

yang diamati pada praktik ini berada di daerah Palam Banjarbaru. Titik

pertama lokasi pengamatan berada pada Subdas Dalam yang berada di

belakang rumah warga dan vegetasi sekitar sungai dipenuhi oleh ilalang-

ilalang, rumput liar dan hanya sedikit terdapat pepohonan. Sungai pada

wilayah tersebut akan meluap apabila terjadi curah hujan yang melebihi

batas normal. Kondisi sungai mengalami pendangkalan karena

sedementasi. Sempadan sungai merupakan rawa yang permukaan

tanahnya sudah jenuh air sehingga pada saat terjadi hujan luapan air sungai

akan langsung menuju pemukiman karena wilayah sehingga tidak dapat

menjadi resapan untuk menampung air hujan yang curahnya cukup

tinggi. Banjir pada wilayah ini berdampak pada akses transportasi karena

luapan air sungai sampai pada badan jalan. Selain itu rumah warga juga

tentunya terimbas oleh terjadinya banjir tesebut sehingga aktivitas warga

pun terganggu dan tidak dapat berjalan secara maksimal.

Lokasi kedua pengamatan berada pada Subdas Danau Seran.

Kondisi sungai pada wilayah tersebut cukup baik, akan tetapi mengalami

sedikit penyempitan pada badan sungainya. Sungai pada wilayah tersebut

memiliki lebar kurang lebih 5 meter dan kedalaman sekitar 3-4 meter.

Wilayah sempadan sungai merupakan rawa-rawa dengan hanya terdapat

sedikit vegetasi pada wilayah tersebut, tanah pada daerah sungai berjenis

tanah liat sehingga sulit untuk resapan air. Banjir yang terjadi pada
10

wilayah ini biasanya setinggi 70 up dari permukaan air sungai. Pada

wilayah ini banjir sampai memenuhi badan jalan sehingga mengganggu

aktivitas warga sekitar.

Lokasi ketiga yaitu subdas Lambung Mangkurat dan pengamatan

pada lokasi ini dilakukan pada dua titik, titik pertama sungai berada di

pingggir jalan raya dari pengamatan tersebut tutupan lahannya merupakan

lahan terbuka, dan lebar sungai yang awalnya berkisar 4 meter menjadi

lebih kecil karena terjadi penyempitan oleh adanya tumbuhan merambat.

Kedalaman sungai kurang dari 3 meter sehingga sempadan sungainya

(buffer) 10 meter. Salah penyebab banjir pada titik pertama yaitu gorong-

gorong terlalu kecil sehingga air tidak dapat mengalir secara maksimal.

Pada saat banjir, air mengenai kiri-kanan jalan dan masuk ke pemukiman

warga. Sedangakan pada titik ke dua sungai dijadikan tempat wisata dan

pemandian bagi anak-anak kecil, dan wilayah sempadan sungai sudah

tidak alami lagi karena dijadikan sebagai area pemukiman oleh masyarakat

setempat. Banjir pada wilayah ini dapat mencapai sampai melebihi 40 cm

dari permukaan tanah.

Lokasi terakhir yaitu pada daerah hulu sungai, yang berada pada

daerah Kantor Gubernur Provinsi Banjarbaru. Kondisi daerah hulu sungai

mengalami penyempitan pada badan sungai yang tertutup oleh rimbunnya

vegetasi. Kondisi sungai juga mngalami pendangkalan. Hal hal tersebutlah

yang merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya banjir di wilayah

bagian hilir. Pendangkalan sungai adalah proses pengendapan material-

material padat di bagian dasar sungai. Fenomena ini umumnya disebabkan


11

oleh penumpukan beberapa material alami seperti tanah, pasir atau lumpur,

namun juga bisa disebabkan oleh hasil kegiatan manusia seperti

pembuangan sampah ke sungai. Pendangkalan sungai merupakan salah

satu masalah lingkungan yang kurang diperhatikan, sehingga berdampak

kepada masyarakat yang kehidupannya bergantung pada sungai tersebut.


11

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktik Tata Guna Lahan sebagai berikut.

1. Banjir di Wilayah Palam Banjarbaru terdapat pada beberapa titik salah

satunya yaitu pada wilayah Subdas Dalam, Subdas Danau Seran dan

Subdas Lambung Mangkurat.

2. Fakor-faktor yang menyebabkan terjadinya banjir pada daerah Palam yaitu

penyempitan dan pendagkalan sungai. Selain itu pelanggaran yang lain

adalah pemanfaatan kawasan di sepadan sungai, dimana regulasi

menyebutkan kawasan sepadan sungai seharusnya menjadi kawasan

lindung tetapi kawasan ini telah berkembang menjadi kawasan pemukiman

B. Saran

Sebaiknya praktik selanjutnya dilakukan dengan lebih terarah agar aoa


yang akan dianakisis dapat tepat sasaran dengan efektif dan efesien.
13

DAFTAR PUSTAKA

Indradewa Meilani Safira.(2008).Potensi dan Upaya Penanggulangan Bencana


Banjir Sungai Wolowana, Nangaba dan Kali Putih di Kabupaten Ende
Maryono, Agus. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, Dan Lingkungan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yuwono, B.D, Fina Faizana, Arief Laila Nugraha. (2015). Pemetaan resiko
bencana tanah longsor kota Semarang, Volume 4, Nomor 1
14

LAMPIRAN
15

DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIK


16
17

Anda mungkin juga menyukai