Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN

PEMANFAATAN TERASERING PADA AREAL BERBUKIT

UNTUK LAHAN PERTANIAN

DI DESA SUNGAI LARU KECAMATAN KIKIM TENGAH

KABUPATEN LAHAT

Oleh :
Didi Setiadi
NIM. 042580751

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TERBUKA

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, kerena pada kesempatan

ini kami dapat menyusun laporan penyuluhan bersama Dinas Pertanian Kabupaten

Lahat di desa Sungai Laru Kecamatan Kikim Tengah Kabupaten Lahat. Karena

hanya dengan perkenan dan karunia-Nya penyusunan Laporan Kegiatan

Penyuluhan ini dapat diselesaikan dengan baik tanpa kendala yang berarti.

Kegiatan Penyuluhan dengan tema tentang “Pemanfaatan Terasering di

Lahan Berbukit Untuk Pertanian”, yang surveynya telah dilaksanakan pada

tanggal 10 November 2020. Dalam Laporan Penyuluhan ini akan diuraikan

secara jelas dan runtut dari proses awal hingga pelaksanaan penyuluhan.

Akhirnya dengan tangan terbuka, kami menerima saran, masukan dan

kritikan dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan laporan ini dan demi

perbaikan pelaksanaan Penyuluhan selanjutnya.

Lahat, 15 November 2020

Didi Setiadi

2 ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

RINGKASAN.........................................................................................................iv

I. BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….….. 5

A. Latar Belakang…………………………………………….……....5

B. Masalah Pokok Laporan………………………………………..….7

C. Program/Kegiatan…………………………………………….…...9

D. Tujuan Kegiatan…………………………………….….……….....9

II. BAB II TARGET KEGIATAN……………………………………….…10

A. Target Umum………………………………………………….....10

B. Target Khusus……………………………………………….…...10

III. BAB III METODE PELAKSANAAN…………………………………..12

A. Metode Pelatihan………………………………………………....12

B. Waktu dan Lokasi Pelatihan …………………………………......12

C. Peserta Pelatihan dan Pelatih …………………………………....12

IV. BAB IV PEMBAHASAN…………………………………….……….…13

V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………..…15

VI. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....16

VII. DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………......17

iii3
RINGKASAN

Kondisi topografi Kabupaten Lahat dengan lahan mencapai kemiringan

diatas 15% memiliki permasalahan. Masalah yang terjadi adalah erosi sedimen,

tanah longsor, dan banjir, seperti yang sedang melanda saat ini. Walaupun kondisi

lahan seperti ini, tetap menjadi kawasan pengembangan pertanian, khususnya

tanaman padi.

Kegiatan pelatihan menggunakan metode partisipatif yang terdiri dari teori

dan praktek yang berimbang dan ditampilkan dalam bentuk penyajian materi

ceramah dan diskusi, tugas dan aplikasi langsung di lapangan. Kegiatan lapangan

dilakukan langsung pembuatan terasering di lahan miring, para peserta diberi

petunjuk langsung tentang teknik-teknik konservasi tanah dan air sesuai kondisi

lapangan.

Hasil kegiatan meliputi beberapa hal seperti : Adanya animo dan

kesadaran masyarakat/petani untuk ikut serta dalam kegiatan teknis pembuatan

terasering di desa Sungai Laru, dukungan pemerintah setempat untuk melakukan

terasering pada lahan-lahan miring yang bertopografi miring untuk kegiatan

pertanian berkelanjutan sebagai upaya pencegahan bahaya banjir.

iv4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tanah dan air adalah sumber daya alam utama yang menjadi penyokong

seluruh kehidupan makhluk hidup di bumi. Diperlukan konservasi terhadap 2

komponen penting tersebut apabila terjadi kerusakan. Sebab, dua sumber daya

tersebut rentan mengalami degradasi dan kerusakan, terutama akibat aktivitas

manusia seperti kegiatan pertanian, perumahan, infrastruktur dan industri. Jika

tanah dan air mengalami kerusakan, maka tidak akan memberikan manfaat yang

dapat menopang kehidupan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya konservasi tanah

dan air untuk menjaga kualitas tanah dan air agar dapat digunakan secara

berkelanjutan. Konservasi ini umumnya dilakukan di daerah aliran

sungai dan lahan-lahan kritis.

Konservasi tanah dalam arti luas, yakni penempatan bidang tanah pada

penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai

dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.

Sedangkan dalam arti sempit, konservasi tanah merupakan upaya pencegahan

kerusakan tanah dari erosi dan memperbaiki tanah yang rusak akibat erosi.

Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah

untuk kegiatan pertanian secara efisien dan mengatur waktu aliran air dengan

meresapkannya ke dalam tanah agar ketika musim hujan tidak terjadi banjir dan

ketika kemarau masih terdapat cadangan air tanah (A. Sitanala, 2006).

5
Banyak ragam rekayasa metode konservasi tanah dan air dalam

pengelolaan tanah, salah satunya adalah pengelolaan tanah dengan cara terasering

(terrace). Konservasi tanah dan air di lahan miring > 9 %, pengadopsian secara

mekanik, seperti penggabungan teras dari vegetasi diprioritaskan untuk

dilaksanakan (Rahim, 2000). Menurut Jeschke, et al (1977) dalam Saarief, E.S

(1988) sistem pembuatan teras adalah yang terbaik dalam mengatur aliran di

daerah-daerah lahan miring.

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Lahat dilihat dari ketinggiannya

sangat bervariasi yaitu ketinggian antara 25–100 meter dpl seluas 1.156 Km2

(17,47 %), ketinggian antara 100–500 meter dpl seluas 2.520,90 Km2 (38,09 %) ,

ketinggian 500– 1.000 meter dpl seluas 1.532,22Km2 (23,15 %), dan ketinggian

diatas 1.000 meter dpl adalah seluas 1.409,15 Km2 (21,29 %). Jadi secara umum

wilayah Kabupaten Lahat tergolong kedalam dataran tinggi, yang termasuk pada

alur Bukit Barisan dengan puncaknya yang tertinggi yaitu Bukit Serelo dengan

ketinggian lebih kurang 600 meter dpl dan Gunung Dempo dengan ketinggian

lebih kurang 3.159 meter dpl. Daerah dataran tinggi meliputi daerah-daerah

Kecamatan Kota Agung, Tanjung Sakti Pumi, Jarai dan sebagian Kecamatan

Pulau Pinang, Kecamatan Kikim dan Merapi. Kondisi topografi wilayah

Kabupaten Lahat dilihat dari kemiringan lerengnya didominsi oleh kemiringan

lereng > 40 % yaitu seluas 2.729,38 Km 2 atau sekitar 41,24 % dari luas wilayah

Kabupaten Lahat.

Masalah yang terjadi adalah erosi sedimen, tanah longsor, dan banjir,

seperti yang sedang melanda saat ini. Hal ini diperlukan penanganan dan

pengelolaan yang terencana dan terarah, sehingga program ini dapat terealisasi

tanpa merusak lingkungan. Berbagai peristiwa lingkungan yang terjadi pada

6
beberapa tempat, dimana lereng sering mengalami erosi pada permukaan tanah.

Penyebab peristiwa ini adalah air yang jatuh pada permukaan tanah dan air yang

berasal dari lapisan bawah tanah yang berubah menjadi air larian. Air larian atau

run off menyebabkan penggenangan air di permukaan, penghancuran bongkah

tanah dan perpindahan partikel massa tanah. Proses tersebut mengakibatkan

terjadinya perubahan pada lereng dan perubahan dimensi sungai yang belum

terproteksi. Sedangkan peristiwa yang sangat meresahkan masyarakat desa Sungai

Laru yang sering terjadi adalah gerakan massa tanah pada lereng yang

mengakibatkan erosi. Peristiwa pengikisan tanah oleh air yang terjadi pada lahan-

lahan miring di Kabupaten Lahat yang pada akhirnya menyebabkan musibah

banjir.

B. MASALAH POKOK LAPORAN

Desa Sungai Laru merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Kikim

Tengah Kabupaten Lahat yang merupakan kawasan pertanian, memiliki topografi

dataran dan bukit-bukit dengan kemiringan lereng diatas 15 %. Berdasarkan

survey awal yang dilakukan menunjukkan :

1. Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah pertanian dengan

komoditas utama padi

2. Sistem pertanian dilakukan pada lahan miring tanpa kaidah konservasi

tanah dan air atau tanpa terasering

3. Sering terjadi erosi sedimen akibat pengikisan air yang tidak terkendali

pada lahan miring yang berakibat sering meluapnya air sungai dan

banjir

7
4. Petani dan kelompok tani memiliki animo untuk membuat terasering,

namun masih terbatas pada pengetahuan dan keterampilan

5. Dukungan dari pemerintah daerah, Badan Penyuluh dan Kelompok tani

serta masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan Penyuluhan di desa ini

sangat kuat, terkait dengan program pembuatan tersering pada lahan

pertanian di desa ini

Program kerja sama Antara Dinas Pertanian Kabupaten Lahat dan

Mahasiswa Universitas Terbuka merupakan bentuk kegiatan profesional tentang

program pembangunan berwawasan lingkungan yang diintegrasikan dengan

kondisi masyarakat dengan cara partisipasi aktif dalam menggerakkan komponen

yang terkait dalam satu aksi nyata di lapangan sebagai bentuk pengabdian dosen

dan mahasiswa kepada masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk implementasi

dari pendidikan dan penelitian yaitu dengan memperkenalkan teknologi

pembuatan terasering yang sesuai dengan kondisi lereng, sebagai upaya mencegah

erosi dan banjir. Jenis-jenis terasering yang dapat diterapkan adalah teras datar,

teras guludan, teras kredit, dan teras bangku. Beberapa manfaat penerapan

teknologi terasering pada lereng, yaitu : menambah stabilitas lereng, memudahkan

dalam perawatan (Konservasi Lereng), memperpanjang daerah resapan air,

memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng,

mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off), dapat digunakan untuk

landscaping.

8
C. PROGRAM/KEGIATAN

1. Pelatihan tentang pengenalan berbagai jenis teknik konservasi tanah dan

air bagi masyarakat/ kelompok tani yang ada di desa Sungai Laru

2. Aplikasi percontohan pembuatan terasering di lahan miring bersama

masyarakat dan mahasiwa di desa Sungai Laru melalui koordinasi

kepala desa dan balai penyuluh kecamatan dan pemerintah setempat

3. Sosialisasi mengenai pentingnya upaya pencegahan bahaya erosi dan

banjir di Kabupaten Lahat

D. TUJUAN KEGIATAN

1. Peserta dapat menumbuhkan kesadaran dan motivasinya dalam menjaga

kelestarian alam, khususnya pemanfaatan lahan miring untuk kegiatan

pertanian

2. Peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

upaya pencegahan bahaya erosi dan banjir yang senantiasa melanda

daerah tersebut

3. Tersosialisasinya cara atau metode teknik konservasi tanah dan air

melalui pembuatan terasering

9
BAB II

TARGET KEGIATAN

A. TARGET UMUM

Setelah melakukan kegiatan pelatihan dan aplikasi pembuatan tersering

diharapkan :

1. Dapat membantu pemerintah dalam upaya menanggulangi atau

mencegah timbulnya bahaya erosi dan banjir yang selalu melanda

daerah ini

2. Menimbulkan kesadaran bagi masyarakat akan pentingnya menjaga

kelestarian alam khusnya tanah dan air bagi kehidupan

3. Pemanfaatan lahan miring sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan

air bagi usaha pertanian berkelanjutan

B. TARGET KHUSUS

Setelah melakukan kegiatan pelatihan dan penerapan pembuatan terasering

ini diharapkan

1. Pemberdayaan masyarakat untuk keberlanjutan penghidupan dalam

pemanfaatan lahan sesuai kaidah konservasi

2. Masyarakat dan petani dapat melaakukan kegiatan pembuatan

terasering secara mandiri dan didorong oleh badan penyuluh dan

pemerintah

3. Dapat memanfaatkan lahan miring untuk kegiatan pertanian khususnya

pengembangan komoditas jagung sebagai unggulan di daerah ini

10
4. Mengetahui beberapa teknik pembuatan terasering sesuaai dengan jenis

kemiringan lereng yang ada

5. Dapat mensosialisasikan kepada masyarakat lainnya, seehingga

aplikassi teknologi terasering dapat dikembangkan ke seluruh wilayah

Kabupaten Lahat

6. Terbentuknya nilai tambah untuk pengembangan lahan miring untuk

kegiatan pertanian di daerah ini

7. Terbentuknya pengetahuan dan pengalaman yang luas bagi mahasiswa

akan pentingnya menjaga kelestarian alam

8. Terbinanya kerjasama mahasiswa dengan masyarakat/ kelompok tani

sebagai upaya mengembangkan teknologi konseravasi tanah dan air

9. Tersosialisasinya penerapan sistem terasering pada lahan miring untuk

menanggulangi erosi sedimentasi dan bahaya banjir

11
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. METODE PELATIHAN

Kegiatan pelatihan menggunakan metode partisipatif yang terdiri dari teori

dan praktek berimbang dan ditampilkan dalam bentuk penyajian materi ceramah

dan diskusi, tugas dan aplikasi langsung di lapangan. Kegiatan lapangan

dilakukan langsung peneran pembuatan terasering di lahan miring yang ada di

desa Sungai Laru, para peserta diberi petunjuk langsung tentang teknik-teknik

konservasi tanah dan air sesuai kondisi lapangan.

B. WAKTU DAN LOKASI PELATIHAN

Pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan terasering dilakukan pada

Bulan November 2020 di desa Sungai Laru Kecamatan Kikim Tengah Kabupaten

Lahat.

C. PESERTA PELATIHAN DAN PELATIH

Peserta pelatihan teknik pembuatan terasering adalah kelompok tani mitra

dibawah koordinasi Dinas Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Lahat. Sedangkan

fasilitator / pelatih serta pendamping teknik pelatihan dan demplot adalah

Mahasiswa Universitas Terbuka, Tenaga ahli bidang konservasi tanah dan air, dan

Tenaga Teknis dari Dinas Pertanian Kabupaten Lahat.

12
BAB IV

PEMBAHASAN

Terasering adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang

dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan

lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng. Tujuan

pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off)

dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang. Terdapat

berbagai cara mekanik dalam menahan erosi air dan angin. Cara utama adalah

dengan membentuk mulsa tanah dengan cara menyusun campuran dedaunan dan

ranting pohon yang berjatuhan di atas tanah dan membentuk penahan aliran air,

misalnya dengan membentuk teras-teras di perbukitan (terasering) dan pertanian

berkontur. Salah satu jenis terasering adalah Teras Guludan (contour terrace)

Gambar 1. Teras Guludan

Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 - 50 % dan

bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah. Teras guludan adalah suatu

teras yang membentuk guludan yang dibuat melintang lereng dan biasanya dibuat

pada lahan dengan kemiringan lereng 10 – 15 %. Sepanjang guludan sebelah

dalam terbentuk saluran air yang landai sehingga dapat menampung sedimen hasil

13
erosi. Saluran tersebut juga berfungsi untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah menuju saluran pembuang air. Kemiringan dasar saluran 0,1%. Teras

guludan hanya dibuat pada tanah yang bertekstur lepas dan permeabilitas tinggi.

Jarak antar teras guludan 10 meter tapi pada tahap berikutnya di antara guludan

dibuat guludan lain sebanyak 3 – 5 jalur dengan ukuran lebih kecil.

Hasil kegiatan pembuatan terasering ini memberikan manfaat antara lain

menambah stabilitas lereng, memudahkan dalam pengolahan tanah lereng, dapat

memperpanjang daerah resapan air, memperpendek panjang lereng dan atau

memperkecil kemiringan lereng, mengurangi kecepatan aliran permukaan (run

off), dan dapat digunakan untuk landscaping. Hasil pembuatan terasering ini dapat

dilihat pada lampiran.

14
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pembuatan terasering telah memberikan wawasan pengetahuan tentang

pemanfaatan lahan miring untuk kegiatan pertanian bagi para petani dan

masyarakat di desa Sungai Laru dan sekitarnya, sehingga hal ini dapat

ditindaklanjuti dan disebarkan ke seluruh wilayah Kecamatan Kikim Tengah

khususnya dan secara umum di Kabupaten Lahat.

Pembuatan terasering pada lahan miring di desa Sungai Laru ini

dilaksanakan sebagai upaya memberikan pemahaman tentang arti pentingnya

pelestarian lahan kering untuk pemanfaatan berbagai jenis tanaman seperti padi.

Dengan adanya terasering ini terjadi persapan air hujan dan mencegah erosi yang

mengakibatkan sedimentasi di sungai. Pada skala besar dapat menyebabkan

bahaya banjir.

Terasering yang merupakan hasil kerjasama mahasiswa Universitas

Terbuka, Dinas Pertanian Kabupaten Lahat, dan Kelompok Tani di desa Sungai

Laru ini merupakan karya monumental yang patut dilakukan secara sistematis dan

terus menerus pada lahan miring di Kabupaten Lahat, sehingga masyarakat akan

terbebas dari bencana banjir yang sering melanda wilayah ini. Dengan demikian

lahan akan lestari, tanaman memberikan hasil maksimal, terhindar dari erosi dan

bahaya banjir.

Sebagai saran bagi pemerintah dan masyarakat agar dapat melakukan

teknik konservasi tanah pada lahan kering dengan topografi miring di seluruh

Kabupaten Lahat untuk kesejahteraan masyarakat sekarang dan masa depan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Penerbit IPB (IPB

Press)

https://www.lahatkab.go.id/2020/10/18/kondisi-geografis/

https://www.arsitur.com/2017/03/jenis-jenis-terasering.html

https://rimbakita.com/konservasi-tanah-dan-air/

16
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Dokumentasi Kegiatan

Gambar 2.

Kondisi awal

lahan miring

tanpa terasering.

17
Gambar 3. Proses pembuatan teras guludan

Gambar 4. Hasil teras guludan

18

Anda mungkin juga menyukai