Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ANALIS SWOT, KAFI, DAN KAFE


TENTANG BANJIR DI KALIMANTAN SELATAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok


Pembelajaran Agenda 2 dalam Pendidikan Latsar CPNS 2021

KELOMPOK I

Astriani, A.Md.AK
Ulfy Fadilah Nurul Fahmi, A.Md.Gz
Elsa Sri Wahyuni, A.Md.Gz

LATSAR CPNS KABUPATEN GARUT ANGKATAN XI


PPSDM REGIONAL BANDUNG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kalimantan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terbagi menjadi
menjadi 5 provinsi yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara selain itu pulau Kalimantan juga
dibagi menjadi 3 wilayah negara yaitu Indonesia (73%), Malaysia (26%), dan
Brunei (1%).
Kalimantan merupakan salah satu paru – paru dunia, karena memiliki
kekayaan alam berupa hutan yang luas. Total luas hutan yang ada di pulau
Kalimantan mencapai 40,8 juta hektar, akan tetapi dengan seiring berjalannya
waktu luas hutan di Kalimantan semakin menyusut dari tahun ke tahun, salah
satunya di provinsi Kalimantan selatan. Secara keseluruhan, berdasarkan data
KLHK, sebanyak 511 ribu hektare lahan di Kalsel dinyatakan dalam kondisi kritis.
Sekitar 200 ribu hektare berada dalam kawasan hutan, dan sekitar 300 ribu hektare
di luar kawasan hutan. Dari 3,7 juta hektar luas lahan di Kalimantan Selatan, 1,2
juta hektar dikuasai pertambangan, 620 hektar dijadikan lahan perkebunan kelapa
sawit, oleh sebab itu Kalimantan Selatan menjadi salah satu Provinsi di Indonesia
yang mempunyai risiko tinggi terjadi bencana banjir disebabkan karena maraknya
penambangan batu bara di bagian hulu dan illegal logging. Secara geografis juga,
sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan berada dibawah permukaan laut
sehingga menyebabkan aliran air pada permukaan tanah menjadi kurang lancar.
Tingginya kejadian banjir di Kalimantan Selatan terjadi karena adanya
berbagai pemicu seperti perubahan lahan di daerah hulu yaitu adanya pembukaan
hutan dan perkembangan wilayah perkotaan yang sangat padat sehingga sistem
drainase di daerah yang terdampak banjir tak mampu mengalirkan air dengan
volume yang besar Sebab lainnya yaitu adanya air kiriman dari pegunungan
meratus dan juga limpasan sungai. Menurut Direktur Jenderal Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, RM Karliansyah, menyebutkan
bahwa hujan bercurah tinggi dan anomali cuaca sebagai penyebab utama.
Bencana banjir di Kalimantan Selatan ini tentunya harus diawasi dan menjadi
perhatian pemerintah apalagi kejadian banjir ini hampir setiap tahun terjadi.
Dampak kesehatan masyarakat namun juga dapat berpengaruh pada laju ekonomi
di daerah tersebut karena pasti selalu ada kerugian moril maupun materil di setiap
bencana yang terjadi. Dalam upaya penanganannya perlu dilakukan kolaborasi
antara beberapa pemangku kepentingan hingga masyarakat.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah kami susun berdasarkan latar belakang yang
telah dijabarkan:
a. Apa yang menyebakan terjadinya banjir di Kalimantan Selatan?
b. Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah banjir di Kalimantan Selatan?
c. Bagaimana Analisis Faktor Internal (KAFI) terhadap masalah banjir di
Kalimantan Selatan?
d. Bagaimana Analisis Faktor Eksternal ) terhadap masalah banjir di Kalimantan
Selatan?
e. Bagaimana Analisis menggunakan metode SWOT terhadap masalah banjir di
Kalimantan Selatan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari analisis ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penyebab banjir di Kalimantan Selatan;
b. Untuk mengetahui solusi mengatasi masalah banjir di Kalimantan Selatan;
c. Untuk mengetahui dan memahami Faktor Internal (KAFI) terhadap masalah
banjir di Kalimantan Selatan;
d. Untuk mengetahui dan memahami Faktor Eksternal (KAFE) terhadap masalah
banjir di Kalimantan Selatan;
e. Untuk mengetahui dan memahami metode SWOT terhadap masalah banjir di
Kalimantan Selatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyebab terjadinya banjir di Kalimantan Selatan

Penyebab banjir di Kalimantan Selatan hingga saat ini masih menjadi


perdebatan. Salah satu factor penyebabnya yaitu curah hujan yang sangat tinggi /
terjadinya anomali cuaca. Namun, sejumlah pegiat lingkungan mengungkapkan
bahwa banjir di Kalsel terjadi karena faktor penyerta seperti deforestasi hutan untuk
lahan sawit dan pertambangan.
Bisa dikategorikan bahwa penyebab terjadinya banjir di Kalimantan Selatan,
adalah karena:
1. Anomali cuaca, Anomali cuaca adalah kondisi tidak teraturnya cuaca yang
menyimpang dari keadaan normalnya secara rata-rata. Di Kalimantan Selatan
telah terjadi hujan selama 10 hari berturut-turut. Curah hujan tersebut tidak
mampu ditampung oleh Sungai Barito sehingga mengakibatkan banjir.
2. Alih fungsi lahan, Menurut hasil analisis LAPAN menyatakan bahwa selama
periode 10 tahun (2010-2020), memang ada penurunan luas hutan primer,
hutan sekunder, sawah, dan semak belukar di Kalimantan. Penurunan luas
hutan tersebut terjadi karena adanya pembukaan lahan untuk tambang dan
perkebunan sawit. Sehingga akibat alih fungsi lahan tersebut terjadilah
kerusakan ekosistem dimana daerah resapan air menjadi berkurang. Merujuk
pada kondisi itu, pihak Walhi telah berulang kali memperingatkan bahwa
provinsi tersebut dalam kondisi darurat bencana ekologis dan konflik agraria
lantaran mayoritas pemilik tambang maupun sawit adalah perusahaan skala
besar.
3. Deforestasi hutan, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI,
deforestasi adalah aktivitas penebangan hutan. Jadi, aktivitas apa pun yang
dilakukan untuk mengurangi jumlah tanaman pada hutan bisa dinamakan
deforestasi. Proses penggundulan hutan akan mengubah fungsi utama dari
hutan yang awalnya untuk melestarikan lingkungan menjadi lahan untuk
kebutuhan manusia khususnya produksi. Jika pada wilayah yang seharusnya
memiliki pohon yang rimbun seperti daerah pegunungan ternyata pohonnya
ditebangi secara liar, maka sudah pasti jika terjadi hujan pada daerah tersebut
air hujannya tidak akan diserap ke dalam tanah tetapi akan langsung mengalir
ke daerah rendah contohnya daerah hilir atau perkotaan dan perdesaan yang
menyebabkan banjir.
4. Kesadaran Masyarakat yang Kurang Baik, sikap masyarakat yang kurang
sadar terhadap lingkungan juga ternyata sangat berpengaruh pada resiko
terjadinya banjir. Sikap masyarakat yang kurang sadar mengenai membuang
sampah agar pada tempatnya, menjaga keasrian lingkungan dan pentingnya
menanami pohon menjadi faktor yang sangat penting untuk terjaganya
lingkungan dan agar terhindar dari bencana banjir. Selain dapat
menghindarkan banjir, sikap peduli lingkungan juga dapat menyehatkan dan
tentunya akan meningkatkan taraf hidup masyaraktnya.
2.2 Solusi menangani masalah banjir di Kalimantan Selatan
Berikut berbagai macam solusi untuk menangani permasalahan banjir di
Kalimantan Selatan, yakni:
a. Diperlukan hubungan yang solid dan sinergis antara masyarakat dan
pemerintah. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam menangani masalah
banjir, salah satunya yaitu dengan tidak membuang sampah sembarangan.
b. Perlu terobosan-terobosan terkait dengan konservasi tanah dan air, terkait
dengan lanskap yang tidak mendukung. Serta pengembangan kebijakan
konservasi tanah dan air, dan pengembangan sistem peringatan dini.
c. Pemerintah seharusnya antisipatif mengkaji ulang dan mengevaluasi izin-izin
pemanfaatan kawasan hutan yang tidak mendukung kelestarian lingkungan
sambil menggalakkan program rehabilitasi hutan dengan penanaman pohon
secara massal dan masif dan berskala luas.
d. Satu satu solusi jangka panjang mengurangi besar dan kecepatan aliran
permukaan tanah adalah dengan menanam pohon. Makin banyak penutupan
pohon kesempatan air berinfiltrasi ke dalam tanah makin besar dibanding
dengan air yang mengalir di permukaan tanah.
e. Oknum atau pengusaha yang melanggar dan menyalahi perjanjian saat
pengajuan perizinan alih fungsi lahan diberlakukan sanksi tegas dan konkrit
bukan hanya sekedar regulasi tertulis.

2.3 Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFI)


Pada bagian ini kami melakukan analisis masalah menggunakan metode
analisis faktor internal (KAFI) yaitu faktor yang dapat dikendalikan dan analisis
faktor eksternal (KAFE) yaitu faktor diluar kendali serta SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats). Berikut kami sajikan dalam bentuk tabel:
No Faktor Internal Strategik Bobot Rating Skor Kesimpulan
Kekuatan (Strength) A B Axb
1. Kerjasama yang baik antara 35 4 140
pemerintah dan masyarakat dalam
menanggulangi banjir.
2. Ketersediaan sumber dana pemerintah 25 4 100
Setempat
3. Pelatihan pengembangan SDM 20 3 60
4. Kuantitas SDM cukup memadai 10 4 40
5. Arah penyelenggaraan pelayanan publik 10 1 10
Total 100 340
Kelemahan (Weakness)
1. Rendahnya pengawasan pemerintah 40 4 160
(BPBD dan PSDA) terhadap perizinan
perusahaan perseorangan dalam
pembukaan lahan perkebunan dan
tambang
2. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar 20 4 80
terhadap lingkungan
3. Kurangnya transparansi ke publik tentang 10 3 30
soal perizinan alih fungsi hutan dan
tingkat kerusakan alam di Kalimantan
(illegal loging)
4. Pemerintah belum mengoptimalisasikan 20 2 40
pengolahan drainase
5. Pengolahan kerusakan bekas tambang 10 2 20
terlantar
Total 100 330
2.3 Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal (KAFE)
Pada bagian ini kami melakukan analisis masalah menggunakan metode
analisis faktor eksternal (KAFE) yaitu faktor diluar kendali serta SWOT
(Opportunities, Threats). Berikut kami sajikan dalam bentuk tabel :
No Faktor Eksternal Strategik Bobot Rating Skor Kesimpulan
Peluang (Opportunity) A B Axb
1. Adanya kerjasama dan dukungan antar 15 4 60
lembaga pemerintahan baik pusat
maupun daerah
2. Adanya partisipasi masyarakat untuk 15 4 60
cinta lingkungan dalam penanganan
banjir
3. Adanya program Jokowi yaitu BRGM 20 3 60
(Badan Restorasi Gambut dan
Mangrove) untuk daerah di Kalimantan
4. Adanya niat program rehabilitasi lahan 30 4 120
melalui penanaman pohon di hulu
5. Pemerintah cukup mendukung 20 3 60
dalam penangan banjir dan rob
Total 100 360
Ancaman (Treaths)
1. Peningkatan jumlah penduduk 20 4 80
2. Curah hujan yang tinggi (tingginya curah 20 4 80
hujan di wilayah provinsi itu selama 10
hari berturut-turut. Curah hujan tersebut
tidak mampu ditampung oleh Sungai
Barito sehingga mengakibatkan banjir)
3. Pembukaan lahan dan penebangan 30 3 90
hutan secara liar/ maasif
4. Selama periode 10 tahun (2010-2020) , 20 3 60
ada penurunan luas hutan primer, hutan
sekunder, sawah dan semak belukar
5. Kondisi geografis yang berupa cekungan 10 2 20
Total 100 330
2.4 Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Dari Analisis pada tabel faktor internal dan eksternal, menunjukkan bahwa nilai pada
masing – masing factor sebagai berikut:
1) Faktor kekuatan atau strenths : 340
2) Faktor kelemahan atau weaknesses : 330
3) Faktor peluang atau opportunities : 360
4) Faktor ancaman atau threats : 330
Berdasarkan hasil KAFI dan KAFE maka diperoleh titik x dan y sebagai berikut :

(𝑆)𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 − (𝑊 )𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑎ℎ𝑎𝑛 340 − 330 10


(𝑥 ) = = = =5
2 2 2

(𝑂)𝑃𝑒𝑙𝑢𝑎𝑛𝑔 − (𝑇)𝐴𝑛𝑐𝑎𝑚𝑎𝑛 360 − 330 30


(𝑦 ) = = = = 15
2 2 2

Kuadran SWOT

Berbagai
Peluang

(5,15)
Kekuatan Kekuatan
Eksternal Internal

Berbagai
Ancaman

Berdasarkan analisa faktor internal dan eksternal diatas, didapatkan hasil analisa
SWOT posisi Kuadran I (positif, positif). Posisi di Kuadran I ini merupakan posisi yang
menguntungkan karena sama-sama memiliki aspek yang kuat pada kekuatan dan
peluang yang ada. Rekomendasi strategi yang dapat diterapkan pada posisi ini adalah
strategi Agresif yaitu mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Table 1.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT
Faktor Internal Ranking Kekuatan (S) Ranking Kelemahan (W)
1. Kerjasama yang baik
2.4.1 Rendahnya pengawasan
antara pemerintah dan
pemerintah (BPBD dan
masyarakat dalam
menanggulangi banjir PSDA) terhadap perizinan
2. Regulasi preventif
perusahaan perseorangan
penanganan banjir
3. Ketersediaan sumber dalam pembukaan lahan
dana pemerintah
perkebunan dan tambang
Setempat
Faktor Eksternal
2.4.2 Kurangnya kesadaran
masyarakat sekitar terhadap
lingkungan
Ranking Peluang (O) Asumsi Strategi S-O Asumsi Strategi W-O
1. Adanya kerjasama dan Pemerintah beserta 1. Pemerintah secara tegas
lembaga penanggulangan menerapkan hukum/sanksi
dukungan antar
bencana melakukan terkait perizinan dan
lembaga pemerintahan pelatihan pencegahan pembebasan lahan
bencana dan konservasi dikawal oleh organisasi
baik pusat maupun
tanah dengan melibatkan kemasyarakatan setempat
daerah masyarakat di area rawan agar menimbulkan efek
banjir jera
2. Adanya partisipasi
2. Optimalisasi lembaga
masyarakat untuk cinta penanggulangan bencana
bukan hanya saat terjadi
lingkungan dalam
bencana saja tapi dimulai
penanganan banjir sejak dari preventif sampai
rehabilitatif
Ranking Ancaman (T) Asumsi Strategi S-T Asumsi Strategi W-T
1. Peningkatan jumlah 1. Pemerintah dan ahli Menerapkan sistem
menganalisis kembali whistleblowing di sektor terkait
penduduk
perencanaan perbaikan perizinan pembebasan lahan,
2. Curah hujan yang tinggi tata ruang dan siapapun termasuk
2. Melakukan penanaman masyarakat dapat melaporkan
(tingginya curah hujan di
atau berbagai macam bentuk
kembali hutan
pelanggaran kepada pihak
wilayah provinsi itu reboisasi berwenang.
3. Memperketat syarat dan
selama 10 hari berturut-
persetujuan perizinan
turut. Curah hujan pemanfaatan lahan
tersebut tidak mampu
ditampung oleh Sungai
Barito sehingga
mengakibatkan banjir)
BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil pengelolaan data dan analisa yang telah dilakukan, maka ditarik
kesimpulan berdasarkan aspek – aspek akuntabilitas sebagai berikut :
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
Untuk mengatasi masalah banjir di Kalimantan Selatan, diperlukan hubungan
yang solid dan sinergis antara masyarakat dan pemerintah. Pemerintah disini
adalah para pemangku kepentingan seperti Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas
lingkungan Hidup setempat, para penegak hukum setempat, Badan
Penanggulangan Bencana sampai sektor pengusaha dan sektor pemerintahan
terkecil di masyarakat.
2. Berorientasi pada hasil
Pemerintah dapat merancang atau mengeluarkan aturan preventif,
mengeluarkan regulasi perizinan yang lebih ketat juga sanksi terkait alih fungsi
lahan yang disalahgunakan. Sehingga nantinya aturan-aturan tersebut membuat
perbaikan dalam tata ruang dan bencana banjir dapat dicegah secara bertahap.
3. Membutuhkan laporan
Laporan Kinerja dari pemerintah atau instansi pemerintahan terkait
penanggulangan bencana, rencana pembangunan pasca bencana dan rencana
langkah preventif bencana. Laporan ini diberikan secara berkelanjutan, transparan
dan disertai dengan bukti nyata.
4. Membutuhkan konsekuensi
Bagi oknum yang melanggar atau pengusaha yang menyalahi perjanjian saat
pengajuan perizinan alih fungsi lahan diberlakukan sanksi tegas dan konkrit bukan
hanya sekedar regulasi tertulis, seperti pemberian surat peringatan, denda atau
bahkan pencabutan izin didasari dengan Undang-undang yang berlaku.

5. Memperbaiki kinerja
Pemerintah diharapkan dapat memperbaiki alur perizinan dan persetujuan
alih fungsi lahan, diperlukan analisa tata ruang yang tidak merugikan dan
berdampak buruk sebelum pengajuan alih fungsi lahan tersebut disetujui.
DAFTAR PUSTAKA

Bbc.com. 2021. Banjir di Kalsel 'dipicu' berkurangnya area hutan primer dan sekunder, KLHK:
penurunan area hutan di DAS Barito 62,8% [online
]https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55696841 (akses 21 Juli 2021)

KLHK. 2021. Banjir KalSel Terutama karena Anomali Cuasa, Bukan Soal Luas Hutan.

[online]:https://nasional.kontan.co.id/news/klhk-pemprov-kalsel-siapkan-5- strategi-
pemulihan-lingkungan-pasca-banjir-bandang (Diakses pada 21 Juli 2021)

Kompas.com .2021. "Hasil Analisis Lapan soal Penyebab Banjir Besar di Kalimantan Selatan",
[online] : https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/17/190400965/hasil- analisis-lapan-
soal-penyebab-banjir-besar-di-kalimantan-selatan?page=all. Penulis : Jawahir Gustav Editor :
Sari Hardiyanto (akses 21 Juli 2021)

Merdeka.com. 2021. Penjelasan Ahli Soal Penyebab Banjir di Kalimantan Selatan. [online]:
https://www.merdeka.com/peristiwa/penjelasan-ahli-soal-penyebab- banjir-di-
kalimantan-selatan.html (Diakses pada 21 Juli 2021)

Profauna. 2021. Tentang Hutan Kalimantan.

[online]: https://www.profauna.net/id/kampanye-hutan/hutan-kalimantan/tentang-hutan-
kalimantan#.YMljxKgzbIU (Diakses pada 21 Juli 2021)

Anda mungkin juga menyukai