Anda di halaman 1dari 23

PARADIGMA BARU KONSEP

PENGURANGAN RISIKO, TAHAPAN


KEGIATAN SERTA KEBIJAKAN DAN
STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA
Nama Kelompok :
Reni Wulandari 1805019003
Nani Rianingrum 1805019012
Queen Nanda Sofa 1805019014
Perkembangan Paradigma Mitigasi Bencana
• Paradigma Relief & Tanggap darurat ( Tahun 60-an )
Tujuan penanggulangan bencana berdasarkan pandangan ini adalah
menekan tingkat kerugian, kerusakan dan cepat memulihkan keadaan.

• Paradigma Mitigasi ( Tahun 80-an )


Tujuannya lebih diarahkan pada identifikasi daerah-daerah rawan
bencana, mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan kerawanan,
dan melakukan kegiatankegiatan mitigasi yang bersifat struktural
(seperti membangun konstruksi) maupun non-struktural seperti
penataan ruang, building code
• Paradigma Pembangunan ( Tahun 90-an )
• Upaya-upaya yang dilakukan lebih bersifat
mengintegrasikan upaya penanggulangan bencana
dengan program pembangunan.

• Paradigma Pengurangan Risiko ( Tahun 2000-an )


• Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan menekan risiko terjadinya bencana.
Perbedaan paradigma lama dan paradigma
baru dalam penanggulangan bencana :

• Paradigma lama : • Paradigma Baru :


• Reaktif • Preventif Terencana
• Tanggap darurat • Pengurangan Resiko
• Sentralisasi • Desentralisasi
• Tanggungjawab Pemerintah. • Urusan Bersama.
Tiga hal penting terkait dengan perubahan
paradigma ini, yaitu:
1. Penanggulangan bencana tidak lagi berfokus pada aspek
tanggap darurat tetapi lebih pada keseluruhan manajemen
risiko.

2. Perlindungan masyarakat dari ancaman bencana oleh


pemerintah merupakan wujud pemenuhan hak asasi rakyat dan
bukan semata-mata karena kewajiban pemerintah.

3. Penanggulangan bencana bukan lagi hanya urusan pemerintah


tetapi juga menjadi urusan bersama masyarakat dan lembaga
usaha, dimana pemerintah menjadi penanggungjawab
utamanya.
Tahapan Kegiatan Penanggulangan Bencana
1. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika sedang tidak
terjadi bencana dan ketika sedang dalam ancaman potensi
bencana. Terdiri dari:

• Tahap Pencegahan dan Mitigasi => Rangkaian upaya yang dilakukan


dapat berupa perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik maupun
penyadaran serta peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan
pada tahapan ini adalah:
1. membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana.

2. pembuatan alarm bencana.

3. membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu.

4. memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat


yang berada di wilayah rawan bencana.
2. Tahap Kesiapsiagaan

Maka pada tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu


memiliki kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana
tersebut.

Secara umum, kegiatan pada tahap kesiapsiagaan antara lain:


1. menyusun rencana pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan persediaan
dan pelatihan personil.

2. menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana evakuasi


untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.

3. melakukan langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa


bencana terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan
layanan, dan kerusakan saat bencana terjadi.
Tahap tanggap darurat
Kegiatan pada tahap tanggap darurat yang secara umum berlaku
pada semua jenis bencana antara lain:

1. Menyelamatkan diri dan orang terdekat.

2. Jangan panik.

3. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.

4. Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-
barang apa pun.

5. Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri.


Tahap pasca bencana
saat setelah terjadi bencana. Kegiatan inti pada tahapan ini adalah:

1. Bantuan Darurat
a) Mendirikan pos komando bantuan.

b) Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan Bencana


(SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.

c) Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos koordinasi.

d) Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.

e) Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.

f) Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.

g) Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.


2. Inventarisasi Kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang terjadi, baik
bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan segalanya.

3. Evaluasi Kerusakan
Perbaikan dalam penanggulangan bencana diharapkan dapat dicapai pada
tahapan ini.

4. Pemulihan (Recovery)
Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi lingkungan yang
rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya
5. Rehabilitasi
a) Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi kepercayaan dan
melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban bencana. Termasuk dalam
kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
b) Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem pengelolaan
lingkungan.
c) Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap.
d) Relokasi korban dari tenda penampungan.
e) Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana.
f) Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka menengah.
g) Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja.
h) Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit dan pasar
mulai dilakukan.
i) Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau pendampingan.
6. Rekontruksi
Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka
menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial
dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat
pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.

7. Melanjutkan Pemantauan
Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan
besar akan mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemantauan terus-menerus untuk meminimalisir
dampak bencana
Kebijakan Penanggulangan Bencana
Kebijakan penanggulangan bencana di Indonesia diatur terutama melalui
1. UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
2. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana dan
3. Peraturan -peraturan pemerintah serta peraturan presiden turunan
dan peraturan daerah masing-masing terkait penanggulangan
bencana. Contohnya: Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor
143 tahun 2015 tentang penanggulangan bencana daerah 2014-2019
dan Perda Kab. Bandung nomor 2 tahun 2013 tentang
penanggulangan bencana dikabupaten Bandung.
Strategi Penanggulangan Bencana
1) Penguatan kerangka hukum penanggulangan bencana.

2) Pengarusutamaan penanggulangan bencana dalam pembangunan.

3) Peningkatan kemitraan multipihak dalam penanggulangan bencana.

4) Pemenuhan tata kelola yang baik bidang penanggulangan bencana.

5) Peningkatan kapasitas dan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana.

6) Peningkatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana.

7) Peningkatan kapasitas dan efektivitas pemulihan bencana.


Strategi
Penanggulangan
Risiko Bencana
Target Global
Pertanyaan :
• 1.(Shafira Chairunnisa) target global ada yang meningkatkan.
Contohnya seperti apa ?
• 2.(Cut Putri) cara mengetahui kerugian dan pemulihan dalam suatau
becana ?
• 3.(Anggi)Apa yg dimaksud dengan kemitraan multi pihak?
• 4.(Faisal Bahri) apa maksud dari persediaan informasi dan pws?
• 5.(Ardila) maksud dari pengutamaan penanggulangan bencana dalam
pembangunan?

Anda mungkin juga menyukai