Anda di halaman 1dari 12

JPWK JURNAL PERENCANAAN WILAYAH & KOTA

P-ISSN: 2338-1604 dan E-ISSN: 2407-8751


Volume X Nomor X, Bulan Tahun, xx-xx
Journal Homepage: https://journals.unisba.ac.id/index.php/planologi
http://dx.doi.org/xx.xxxx/jpwk.x.x.xx-xx

Evaluasi Dampak Lingkungan pada TPA Pecuk, Desa Dermayu,


Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu

Environmental Impact Evaluation at Pecuk Landfill, Dermayu Village, Sindang District, Indramayu
Regency

Ihsan Harish Febrian1, Wahyu Saleh1, Sholeha Miftah1, Aradhana Ghinacitta Inantya1,
Nanda Mahrunnisya1, Kania Sephiya Sunardi1, Chusharini Chamid1
1
Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia

*E-mail Korespondensi: ihsanharish@gmail.com

Artikel Masuk :
Artikel Diterima :
Tersedia Online :

Abstrak. TPA Pecuk merupakan salah satu dari dua TPA yang terdapat di Kabupaten Indramayu tepatnya berada
di Desa Dermayu. Metode pengelolaan sampah yang digunakan oleh TPA Pecuk adalah sanitary landfill, namun
pada kondisi eksisting sistem sanitary landfill tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini ditandai
dengan terjadinya berbagai dampak lingkungan di wilayah sekitar TPA Pecuk yang diakibatkan oleh kurang
maksimalnya pengelolaan sampah di TPA Pecuk. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi terhadap dampak
lingkungan yang timbul dari adanya TPA Pecuk, sehingga hasil evaluasi dampak yang dilakukan dapat dijadikan
sebagai bahan untuk merencanakan strategi pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi pada TPA Pecuk. Dalam
mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan case studies, yang kemudian diolah dan
dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hasil studi menemukan bahwa dampak lingkungan yang timbul dari adanya
TPA Pecuk adalah penurunan estetika lingkungan, penurunan kualitas udara, penurunan kualitas air, penurunan
kualitas tanah, dan adanya gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah TPA Pecuk.
Kata kunci: dampak lingkungan; evaluasi; strategi pengelolaan; TPA

Abstract. Pecuk landfill is one of two landfills in Indramayu Regency, in Dermayu Village to be precise. The waste
management method used by the Pecuk Landfill is a sanitary landfill, but in the existing conditions the sanitary
landfill system does not work as it should. This is indicated by the occurrence of various environmental impacts
in the area around the Pecuk Landfill caused by less than optimal waste management at the Pecuk Landfill. This
study aims to evaluate the environmental impact arising from the existence of the Pecuk Landfill, so that the
results of the impact evaluation carried out can be used as material for planning a strategy for managing the
environmental impacts that occur at the Pecuk Landfill. In achieving these objectives, this study uses a case
study approach, which is then processed and analyzed descriptively qualitatively. The results of the study found
that the environmental impacts arising from the existence of the Pecuk Landfill were a decrease in
environmental aesthetics, a decrease in air quality, a decrease in water quality, a decrease in soil quality, and
a disturbance to public health. people who live around the Pecuk landfill area.
Keywords: environmental impact; evaluation; management strategy; landfill

© 2022 UNISBA, ASPI dan IAP

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
2 Evaluasi Dampak Lingkungan pada TPA Pecuk, Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu

Pendahuluan

Sampah adalah suatu bekas kegiatan manusia dari waktu ke waktu berubah secara alami yang wujudnya
tidak cair dan tidak berupa gas (Ariyanto et al., 2019). Peningkatan yang pesat dari jumlah penduduk dan
aktivitasnya di suatu wilayah berbanding lurus dengan peningkatan volume timbulan sampah di wilayah tersebut
(Mayangkara, 2016). Kehidupan manusia dengan berbagai kegiatannya pasti tidak terlepas dengan adanya sampah
karena sampah berasal dari adanya kegiatan manusia. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak populasi
manusia meningkat dan semakin canggih perkembangan teknologi maka semakin bertambah juga manusia
menghasilkan sampah dalam berbagai macam kegiatan, seperti hasil produksi dari sampah rumah tangga ataupun
sampah limbah pabrik yang didalamnya mengandung zat kimia berbahaya bagi kesehatan, manusia maupun
lingkungan sekitar. Terlebih jika sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan permasalahan seperti
pencemaran lingkungan, ekosistem menjadi rusak, dan akan menimbulkan bau tidak sedap di lingkungannya, maka
dari itu untuk menghindari dampak buruk pada kesehatan dan lingkungan maka diperlukan proses pengelolaan
yang baik. (Novia Harum Solikhah, 2011).
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk merupakan salah satu TPA di Kabupaten Indramayu selain dari TPA
Kertawinangun. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk memiliki luas sebesar 18 Ha yang berlokasi di Desa
Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. Dalam kegiatan operasionalnya TPA Pecuk melayani
persampahan di wilayah perkotaan dengan cakupan 18 kecamatan dan 3 pasar tradisional yang berada di
Kabupaten Indramayu. Metode pengelolaan sampah yang digunakan TPA Pecuk adalah sanitary landfill. TPA Pecuk
sudah dilengkapi dengan kantor, laboratorium, jembatan timbang, jalan inspeksi, IPAL, sumur pantau, bangunan
komposter, biodigester, aliran gas methan, pagar, gapura, dan alat berat (seperti buldozer dan eksavator). TPA
Pecuk merupakan salah satu lokasi yang dijadikan TPA di Kabupaten Indramayu selain dari TPA Kertawinangun.
Salah satu kendala operasional di TPA Pecuk adalah pencemaran lingkungan oleh limbah cair, akibat limbah cair
tersebut para petani mengalami kerugian yang cukup signifikan. Salah satu kasus yang terjadi yaitu luas sawah
sebesar ±6.300 meter milik salah satu petani di Kecamatan Sindang yang seharusnya mendapatkan menghasilkan
4 ton, namun akibat terjadinya pencemaran lingkungan oleh limbah cair tersebut hasil produksi menyusut
sebanyak 50% (Tosim, 2022).
Dengan kondisi permasalahan yang dijelaskan pada pencemaran TPA Pecuk tersebut maka banyak dampak
negatif yang timbul, selain dengan dampak utama yaitu kerusakan lingkungan akibat limbah cair selanjutnya akan
berkemungkinan munculnya dampak lain yang akan muncul diantaranya seperti pencemaran udara, pencemaran
air permukaan, penurunan tingkat kesehatan masyarakat, berkurangnya estetika lingkungan dan sebagainya. Oleh
sebab itu, dari beberapa dampak negatif yang timbul diperlukan suatu evaluasi terhadap Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Pecuk sehingga nantinya dapat dirumuskan strategi yang tepat untuk mengatasi dampak yang ada.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi terhadap dampak lingkungan yang timbul dari adanya
TPA Pecuk, sehingga hasil evaluasi dampak yang dilakukan dapat dijadikan sebagai bahan untuk merencanakan
strategi pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi pada TPA Pecuk.

Metode Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan case studies. Dimana pada
pendekatan case studies peneliti akan melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap suatu program, kejadian,
proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang ataupun objek penelitian. Eksplorasi yang dilakukan peneliti
adalah eksplorasi terhadap kejadian dampak lingkungan yang ditimbulkan dari adanya Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Pecuk. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas metode
pengumpulan data primer (observasi, wawancara, kuesioner, dan wawancara) dan metode pengumpulan data
sekunder (survey instansional dan studi literatur). Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX
Febrian et al. 3

analisis deskriptif, dimana data-data yang sudah terkumpul akan diolah sehingga mudah dipahami karakteristik
data tersebut dan pada akhirnya akan digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pengelolaan sampah di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk.

Hasil dan Pembahasan

Profil Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk didirikan pada tahun 1996 di Desa Dermayu yang pada awalnya
merupakan lahan peruntukan sawah masyarakat setempat, lalu kemudian dibeli oleh pihak DLH (Dinas Lingkungan
Hidup) Kabupaten Indramayu. Untuk lebih jelasnya letak TPA Pecuk di Desa Dermayu dapat dilihat pada Gambar 4.
Pembangunan Kawasan TPA Pecuk diawali dengan adanya sosialisasi kepada masyarakat sekitar mengenai
pembangunan Kawasan TPA di sekitar wilayah tempat tinggal mereka, dan saat itu respon masyarakat amat positif
dalam menanggapi rencana pembangunan TPA Pecuk. Di tahun 1996 TPA Pecuk mulai beroperasi dengan sistem
open dumping dan pada tahun ini alat berat yang digunakan di dalam TPA Pecuk belum banyak. Pada tahun 2010,
tepatnya saat pembukaan zona landfill ke 2 sistem pengelolaan sampah di TPA Pecuk yang pada awalnya adalah
open dumping diubah menjadi sistem sanitary landfill.
Sampai saat ini, TPA Pecuk memiliki 4 zona landfill yang termasuk kedalam wilayah Desa Panyindangan
Kulon, Desa Dermayu, Desa Kenangan, dan Desa Sindang. Dari keempat zona landfill yang ada, yang masih berfungsi
hingga saat ini adalah zona 4. Zona 1, Zona 2, dan Zona 3 sudah tidak aktif dikarenakan dianggap sudah tidak layak
(kapasitas overload dan sampah tumpah/melebar ke area persawahan). TPA Pecuk dapat menampung sampah
sebanyak 200 ton/hari. Adapun wilayah di Kabupaten Indramayu yang dilayani oleh TPA Pecuk terdiri dari 18
kecamatan dan 3 pasar besar (Jatibarang, Karangampel, dan Indramayu).
Selain dari pasar, sampah yang berada di TPA Pecuk berasal pula dari sampah rumah tangga. Sistem
pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Pecuk dilakukan setiap hari. Hal ini didukung oleh adanya armada
pengangkut sampah sebanyak 34 truk, dengan jenis truk yang terdiri atas arm-roll, drumtruck, roda 3, dan mobil
kecil. Dalam setiap pengangkutan, untuk truk besar mempunyai volume dalam menampung sampah sebesar 6 m3
dengan minimal ritasi sebanyak 3 x ritasi/hari, dimana jam operasional pengangkutan sampah dimulai pada pukul
tujuh pagi hingga pukul lima sore hari. Adapun rute perjalanan dalam pengangkutan sampah, truk melewati jalur
TPS di setiap Kecamatan dan Pasar, Desa Sindang, serta Desa Panyindangan Kulon. Untuk lebih jelasnya mengenai
sistem pengangkutan sampah di TPA Pecuk dapat dilihat pada Gambar 4.
Sampah yang telah masuk ke dalam TPA Pecuk kemudian akan ditindaklanjuti dengan beberapa proses.
Diantaranya adalah sampah akan dipilah terlebih dahulu, pemilahan sampah dilakukan berdasarkan
pengelompokkan atas sampah organik dan sampah anorganik. Untuk sampah organik selanjutnya akan diolah
menjadi pupuk kompos yang dapat bernilai ekonomis. Sedangkan, untuk sampah anorganik belum dilakukan
pengolahan lebih lanjut. Adapun selain pemilahan sampah organik dan anorganik, tindak lanjut yang dilakukan
pengelola TPA Pecuk adalah dengan mengolah air lindi yang dihasilkan oleh sampah. Pengolahan air lindi dilakukan
dengan tujuan untuk menghilangkan kadar BOD dan COD, namun pengolahan air lindi ini belum maksimal
dikarenakan air lindi masih memiliki warna hitam pekat yang membuat masyarakat enggan untuk
memanfaatkannya. Hal ini membuktikan bahwa efektivitas IPAL pada TPA Pecuk belum maksimal.
Air lindi yang telah diolah kemudian akan ditampung di kolam-kolam yang telah disediakan untuk kemudian
dikeluarkan di zona-zona sampah yang sudah tidak aktif. Hal ini dilakukan karena belum tersedianya saluran IPAL
untuk mengalirkan air olahan lindi keluar dari TPA. Adapun untuk uji laboratorium air lindi di TPA Pecuk dilakukan
setiap 6 bulan hingga 1 tahun sekali. Dimana dari hasil uji laboratorium tersebut didapatkan informasi bahwa kadar
pH air lindi masih dalam angka standar (normal).

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX
4 Evaluasi Dampak Lingkungan pada TPA Pecuk, Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu

Kondisi Lingkungan TPA Pecuk dan Sekitarnya


A. Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di Desa Dermayu terdiri dari beberapa jenis, untuk lahan terbangun yang ada di Desa
Dermayu terdiri dari Permukiman dan TPA, lalu untuk kawasan yang tidak terbangun di Desa Dermayu didominasi
oleh Kawasan Persawahan. Penggunaan lahan yang terbesar pada Desa Dermayu yaitu penggunaan lahan
persawahan yang memiliki luasan lebih dari 50% dari total luas Desa Dermayu. Penggunaan lahan di Desa
Dermayu mengalami perubahan setiap tahunnya terutama pada penggunaan lahan Sawah. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perubahan luas sawah di Desa Dermayu yaitu karena adanya pembangunan TPA yang tiap tahunnya
mengalami penambahan luas, sehingga sawah yang berada di sekitar TPA Pecuk diambil alih oleh pemerintah untuk
dijadikan penambahan lahan TPA. Berdasarkan kondisi penggunaan lahan pada citra, dapat dilihat bahwa
penggunaan lahan pada tahun 2001, 2009, dan 2022 memiliki perbedaan luasan lahan pada tiap jenisnya. Untuk
penggunaan lahan Permukiman dan TPA Pecuk dari tahun ke tahun mengalami penambahan luas. Untuk
penggunaan lahan sawah dari tahun ke tahun mengalami penurunan luas. Perubahan luasan sawah pada Desa
Dermayu ini memiliki kaitan yang tinggi dengan keberadaan TPA Pecuk di Desa Dermayu. Beberapa alasan sawah
yang berada di sekitar TPA Pecuk berubah fungsi yaitu karena sawah menjadi tercemar akibat limbah cair yang
berasal dari TPA sehingga sawah menjadi tercemar, lalu alasan kedua yaitu karena adanya kebutuhan lahan yang
lebih untuk menampung sampah di TPA Pecuk sehingga pemerintah membeli sawah yang berada di sekitar TPA
Pecuk sebagai penambahan luasan TPA Pecuk.
B. Estetika Lingkungan
Di TPA Pecuk sendiri keadaan estetika lingkungan yang dilihat yaitu adanya limbah padat yang menumpuk
serta limbah cair pada kolam pengelolaan yang berwarna hitam. Tumpukan sampah yang ada sudah mencapai
tinggi 6 meter dan dapat dilihat sejauh 2 km dari jalan raya.
C. Kualitas Air Permukaan
Terdapat pencemaran pada air permukaan yang berda di sekitar TPA pecuk, dimana aliran irigasi disebelah
TPA Pecuk memiliki air yang berwarna hitam pekat dan berbau. Hal ini diakibatkan oleh merembesnya air lindi yang
berada di kolam penampunga keluar TPA sehingga mencemari saluran irigasi disebelahnya. Namun ini hanya
berlaku untuk irigasi yang berada di sebelah TPA pecuk saja untuk yang di depan TPA Pecuk masih memiliki kondisi
yang baik. Selain itu terdapat kasus tercemarnya air sumur warga, yang mana bebrapa masyarakat terdampak
perubahan bau di air sumur mereka.
D. Kualitas Udara
Kualitas udara di Desa Dermayu termasuk kondisi lumayan dimana kualitas udara dapat diterima bagi
sebagian orang. Namun, untuk kelompok yang sensitif mungkin bisa mengalami gejala ringan hingga sedang dari
keterpaparan jangka panjang, data tersebut berdasarkan indeks kualitas udara indramayu yang diakses dari
AccuWeater yang menyebutkan bahwa skala kualitas udara di Desa Dermayu sering berada di range 20-49 yang
artinya kualitas udara lumayan. Data kualitas udara juga didapatkan dari hasil observasi lapangan dan wawancara,
dimana kualitas udara di Desa Dermayu terutama sekitar TPA Pecuk ada penurunan kualitas udara seperti udara
menjadi berbau tidak enak yang berasal dari tumpukan sampah dari TPA Pecuk yang dapat mempengaruhi
lingkungan sekitar, karena adanya angin maka bau tidak enak akibat tumpukan sampah ini berpengaruh pada desa
sekitar TPA (Desa Panyindangan Kulon, Desa Dermayu dan Desa Sindang) terlebih pada waktu tertentu seperti
pada pagi hari arah angin lebih ke arah kota (Desa Dermayu dan Desa Sindang) dan sore hari arah angin ke arah
barat (Desa Panyindangan Kulon). Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara masyarakat lingkungan
sekitar TPA yang terdampak kualitas udaranya paling jauh berjarak 2 km.
E. Kualitas Tanah
Keberadaan TPA Pecuk di Desa Dermayu sangat mempengaruhi kualitas tanah di lingkungan sekitar
terutama pada sekeliling TPA Pecuk ini penggunaan lahannya persawahan dimana tanah persawahan sangat
mempengaruhi untuk keberhasilan panen suatu pertanian. Kualitas tanah pada sekitar TPA Pecuk ini termasuk
sudah tercemar karena adanya air lindi yang mengalir keluar TPA dan menyebabkan air tersebut masuk ke tanah

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX
Febrian et al. 5

sehingga tanah tercemar. Hal tersebut sangat berdampak kepada petani yang memiliki lahan pertanian dekat
dengan TPA Pecuk, karena jika tanah tercemar hasil panen pun tidak maksimal dan bisa mengalami kerugian.
F. Kondisi Jalan
Berdasarkan hasil observasi lapangan, kondisi jalan di sepanjang area jalur masuk truk sampah di Desa
Dermayu mengalami kerusakan yang cukup parah. Dimana kondisi jalan tersebut memiliki lubang yang cukup
dalam, sehingga dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan. Rusaknya jalan yang berada di Desa Dermayu
khususnya di sepanjang area jalur masuk truk sampah, diakibatkan oleh seringnya truk sampah TPA Pecuk yang
memiliki muatan berat melintas di sepanjang Jalan Pecuk tersebut.
G. Tingkat Partsipasi Masyarakat Sekitar TPA Pecuk
Tingkat partisipasi masyarakat akibat adanya TPA Pecuk sangat minim, dikarenakan Kehadiran Tempat
Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu belum bisa
dirasakan kontribusi sosialnya oleh warga sekitar. Hal ini disebabkana karena belum adanya program pengelolaan
sampah yang diselenggarakan oleh pengelola TPA/Pemerintah setempat yang melibatkan masyarakat sekitar.
H. Tingkat Kesehatan Masyakarat Sekitar TPA Pecuk
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan, terdapat beberapa masyarakat yang menunjukan
kondisi yang kurang sehat saat berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk.

Analisis Pengelolaan Sampah dari Aspek Operasional


A. Sumber Sampah
Sumber sampah yang ada pada Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Pecuk berasal dari kegiatan sehari
hari dalam rumah tangga dan sampah sejenis runah tangga yang berasal dari kawasan komersial, industri, usaha
industri, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainya. Menurut hasil observasi dan wawancara sumber
sampah yang di dapat dari beberapa wilayah di Kabupaten Indramayu yang dilayani oleh TPA Pecuk terdiri yaitu
terdiri dari 18 kecamatan dan 3 pasar besar (Jatibarang, Karangampel, dan Indramayu).
B. Sistem Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Pola pengumpulan sampah yang di lakukan di TPA pecuk menggunakan pola individual, diamana proses
pengumpulan sampah yang dilakukan yaitu setiap sumber sampah dikumpulkan menjadi satu di setiap TPS yang
telah disedikan kemudian diangkut oleh armada ke TPA. Sistem pengumpulan sampah yang dilakukan yauti bersal
dari sampah rumah tangga di 18 kecamatan dan sampah dari 3 pasar tradisional yang menjadi layanan dari TPA
pecuk. Sampah tersebut dikumpulkan menjadi 1 di setiap TPS yang tersedia di masing-masing kecamatan dan pasar
tradisoanal setelah di angkut oleh armada yang telah disiapkan oleh TPA yaitu arm-roll, drumtruck, roda 3, dan
mobil kecil. Rute yang di ambil setiap armada untuk melakukan pengumpulan sampah adalah setiap armada
melewati jalur TPS yang berada di setiap Kecamatan dan Pasar, Desa Sindang, serta Desa Panyindangan Kulon.
Proses pengumpulan sampah yang di lakukan oleh TPA sebanyak 3x/1 hari dimana jam operasinalnya dimulai dari
pukul 07.00-17.00.
TPA Pecuk dapat menampung sampah sebanyak 200 ton/hari. Adapun wilayah di Kabupaten Indramayu
yang dilayani oleh TPA Pecuk terdiri dari 18 kecamatan dan 3 pasar besar (Jatibarang, Karangampel, dan
Indramayu). Selain dari pasar, sampah yang berada di TPA Pecuk berasal pula dari sampah rumah tangga. Sistem
pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Pecuk dilakukan setiap hari. Hal ini didukung oleh adanya armada
pengangkut sampah sebanyak 34 truk, dengan jenis truk yang terdiri atas arm-roll, drumtruck, roda 3, dan mobil
kecil. Dalam setiap pengangkutan, untuk truk besar mempunyai volume dalam menampung sampah sebesar 6 m3
dengan minimal ritasi sebanyak 3 x ritasi/hari, dimana jam operasional pengangkutan sampah dimulai pada pukul
tujuh pagi hingga pukul lima sore hari. Adapun rute perjalanan dalam pengangkutan sampah, truk melewati jalur
TPS di setiap Kecamatan dan Pasar, Desa Sindang, serta Desa Panyindangan Kulon.
C. Sistem dan Metode Pengelolaan Sampah di TPA Pecuk
Metode pengelolaan sampah yang diterapkan di TPA Pecuk adalah sistem sanitary landfill. Akan tetapi fakta
lapangan menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di TPA Pecuk masih menggunakan sistem open dumping, hal ini

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX
6 Evaluasi Dampak Lingkungan pada TPA Pecuk, Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu

dibuktikan dengan adanya gunungan sampah di TPA Pecuk setinggi 8 meter. Pengelolaan sampah di TPA Pecuk
masih kurang maksimal, dimana pengelolaan sampah yang berkelanjutan hanya dilakukan untuk sampah organik
saja yang mana akan dijadikan kompos. Untuk sampah anorganik sendiri masih dalam bentuk pencacahan sampah
botol dan selebihnya diambil oleh pemulung. Untuk sisa sampahnya dipadatkan, ditampung, dan ditimbun dengan
tanah. Penimbunan sampah dengan tanah ini dilakukan setiap 1 meter tinggi sampah, hal ini berguna agar tidak
terjadi longsor.
TPA Pecuk memiliki Kolam IPAL yang mana berfungsi untuk menampung air lindi yang dikeluarkan sampah-
sampah sebelumnya. Air lindi ini mengalir ke instalasi perpipaan yang berada di tempah penumpukan sampah ke
kolam pengolahan air lindi. Pipa ini menuju kolam anaerobic menuju kolam fakultatif terus ke kolam maturase dan
berakhir di wetland. Dimana proses ini berguna untuk menghilangkan kadar BOD dan COD agar bisa digunakan oleh
petani sebagai pupuk cair bagi tanaman meraka. Namun ditemukan bahwa pada kolam penampungan ini kincir
yang beguna untuk mengalirkan air-air ini sedang rusak. Dalam wawancara yang dilakukan juga ditemukan untuk
pengelolaan air lindi keluar belum ada, namun ditemukan bahwa pihak pemgelola menyemprotkan air lindi yang
dikolam ke zona sampah yang mempunyai tujuan agar sampah sampah disana memadat dan hancur secara alami,
air yang disemprot ini nantinya akan mengalir lagi ke bak penampungan dan akan digunakan lagi oleh pihak
pengelola seperti sebelumnya.

Analisis Pengelolaan Sampah dari Aspek Kelembagaan


Pengelolaan sampah dari aspek kelembagaan terlihat dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu sangat berperan penting dalam pengelolaan sampah,terutama
dalam meyiapkan standar, norma, peraturan yang dibutuhkan. Sampai saat ini belum ada kelembagaan lain yang
terkait selain pengelola TPA Pecuk dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu, semua kegiatan yang
berkaitan dengan persampahan atau lingkungan masih dipegang oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Indramayu..maka dari itu, semakin bertambah jumlah sampah di TPA semakin dibutuhkan juga kelembagaan terkait
untuk ikut membantu mengelola TPA Pecuk.

Analisis Pengelolaan Sampah dari Aspek Peran Serta Masyarakat


Masyarakat merupakan salah satu pemegang peran penting dalam pengelolaan sampah yang berada di
lingkungannya. Adapun kendala yang dihadapi sampai saat ini dalam pengelolaan sampah di masyarakat yang
tinggal di sekitar wilayah TPA Pecuk adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah yang
berada di lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini didukung oleh fakta hasil wawancara terhadap masyarakat yang
menyatakan bahwa masih terdapat masyarakat yang kurang paham dalam pengelolaan sampah dengan baik,
dimana masyarakat masih membuang sampah pada saluran drainase dan sungai yang ada, serta ada pula
masyarakat yang langsung membakar sampah yang mereka miliki. Pihak pemerintah Kabupaten Indramayu sudah
membuat peraturan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga,
serta telah melakukan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah melalui konsep 3 R (Reuse, Reduce, dan Recycle).
Namun belum semua wilayah yang berada di Kabupaten Indramayu terjangkau oleh pihak pemerintah khususnya
pihak DLH untuk melakukan sosialisasi program tersebut. Sehingga hingga saat ini, sinergitas peran antara
pemerintah pusat, DLH, dan masyarakat belum maksimal karena masih terdapat beberapa kekurangan dalam
pengelolaan sampah yang baik.

Analisis Timbulan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk memiliki luas 18 Ha sudah berfungsi sejak tahun 1996 hingga saat
ini. Volume sampah yang diangkut ke TPA Pecuk rata-rata berjumlah 612 m3/hari atau 612.000 liter/hari. Timbulan
sampah pada cakupan pelayanan TPA Pecuk bila dinyatakan sebagai satuan skala liter per orang per hari, maka
satu orang menghasilkan sampah sebanyak 0,651 liter/orang/hari. Maka dapat diketahui bahwa jumlah volume
timbulan sampah pada tahun 2022 yaitu 223.380.000 liter/tahun atau 223.380 m3 liter/tahun. Oleh karena itu

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX
Febrian et al. 7

jika sampah tidak dikelola dengan baik maka akan semakin menimbulkan dampak yang tidak baik di sekitar lokasi
TPA Pecuk. Dengan tingginya nilai timbulan sampah tiap tahunnya, luas dari TPA Pecuk sendiri akan terus dilakukan
penambahan hingga 30 Ha yang sesuai dengan RTRW Kabupaten Indramyau yang ada.

Analisis Dampak Timbunan Sampah Terhadap Lingkungan Sekitar TPA Pecuk


Dampak timbunan sampah pada TPA Pecuk menimbulkan dampak positif dan dampak negatif yang diuraikan
sebagai berikut.
A. Dampak Positif
Adapun dampak positif yang ditimbulkan dari pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Pecuk adalah sebagai berikut:
1.) Menjadi tempat sumber mata pencaharian bagi pemulung yang merupakan penduduk sekitar TPA Pecuk. Hal
ini tentu saja dapat mengurangi jumlah sampah di TPA Pecuk, terutama sampah anorganik.
2.) Dihasilkannya pupuk kompos yang berasal dari pengolahan sampah organik, hal ini dapat menjadi sumber
pendapatan bagi TPA Pecuk dan mengurangi jumlah sampah organik di TPA Pecuk.
B. Dampak Negatif
Berikut adalah dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk
terhadap lingkungan di sekitarnya.
1.) Dampak Terhadap Estetika Lingkungan
Sampah yang diangkut ke TPA Pecuk diperlakukan dengan cara ditumpuk pada zona-zona sampah yang ada.
Karena kurangnya pengelolaan sampah dengan baik, pada akhirnya tumpukan sampah tersebut menghasilkan
gunungan sampah. Hal ini menimbulkan dampak atau pengaruh pada pandangan dan estetika lingkungan di wilayah
sekitar TPA Pecuk. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, tumpukan gunung sampah di TPA Pecuk memiliki
tinggi mencapai 8 m, sehingga tinggi tumpukan sampah tersebut terlihat dari luar kawasan TPA hingga dari radius
jarak pandang sejauh ± 764m dari TPA Pecuk. Gangguan estetika lingkungan ini juga ditimbulkan dari ceceran
sampah yang berasal dari truk selama melakukan perjalanan pengangkutan dari TPS di berbagai wilayah dan
beberapa pasar, hal ini membuat lingkungan menjadi kotor. Untuk gangguan estetika lingkungan yang ditimbulkan
oleh limbah cair yaitu adanya air berwarna hitam yang dapat dilihat pada drainase sekitar TPA Pecuk. Untuk lebih
jelasya dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Kelompok 8, 2022


Gambar 1. Peta Wilayah Terdampak Estetika Lingkungan dari Adanya TPA Pecuk

2.) Dampak Terhadap Udara


Timbunan sampah yang berada di TPA Pecuk menyebabkan dampak terhadap kualitas udara di sekitar TPA

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX
8 Evaluasi Dampak Lingkungan pada TPA Pecuk, Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu

Pecuk. Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara, dimana kualitas udara di Desa Dermayu terutama
sekitar TPA Pecuk ada penurunan kualitas udara seperti udara menjadi berbau tidak enak yang berasal dari
tumpukan sampah dari TPA Pecuk yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar, karena adanya angin maka bau
tidak enak akibat tumpukan sampah ini berpengaruh pada desa sekitar TPA (Desa Panyindangan Kulon, Desa
Dermayu dan Desa Sindang) terlebih pada waktu tertentu seperti pada pagi hari arah angin lebih ke arah kota
(Desa Dermayu dan Desa Sindang) dan sore hari arah angin ke arah barat (Desa Panyindangan Kulon).
Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara masyarakat lingkungan sekitar TPA yang terdampak kualitas
udaranya paling jauh dalam jangkauan 2 km. Untuk lebih jelasya dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Kelompok 8, 2022


Gambar 2. Peta Wilayah Terdampak Pencemaran Udara dari Adanya TPA Pecuk

3.) Dampak Terhadap Air


Timbunan sampah yang berada di TPA Pecuk menghasilkan air lindi. Akan tetapi, tingkat efektivitas IPAL
yang berada di TPA Pecuk baik dalam hal kapasitas menampung maupun dalam hal pengelolaan air lindi tidak
maksimal. Sehingga air lindi yang ada masih mengandung zat-zat pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan
memiliki bau yang tidak sedap serta warna yang hitam pekat. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran air terhadap wilayah sekitar TPA Pecuk. Berdasarkan hasil wawancara masyarakat bahwasanya air
yang terdapat dirumah penduduk memiliki ciri fisik berwarna kekuningan serta memiliki bau yang tidak sedap.
Selain itu, air yang berada di saluran drainase sekitar TPA Pecuk memiliki warna hitam pekat dan berbau tidak
sedap. Artinya air lindi yang dihasilkan dari timbunan sampah TPA Pecuk mencemari air permukaan dan air tanah.
Hal ini diperkuat dengan tidak adanya saluran IPAL yang menuju keluar TPA, sehingga air lindi mengalir keluar
melewati drainase yang berada di sekitar TPA Pecuk. Untuk lebih jelasya dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: Kelompok 8, 2022


Gambar 3. Peta Wilayah Terdampak Pencemaran Air dari Adanya TPA Pecuk

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX
Febrian et al. 9

4.) Dampak Terhadap Tanah


Keberadaan TPA Pecuk di Desa Dermayu sangat mempengaruhi kualitas tanah di sekitar lingkungan
terutama pada sekeliling TPA Pecuk yang mempunyai guna lahan eksisting lahan persawahan. Dengan adanya TPA
pecuk mengakibatkan pencemaran tanah yang mempengaruhi keberhasilan panen pertanian. Kualitas tanah pada
sekitar TPA Pecuk ini termasuk sudah tercemar karena adanya air lindi yang mengalir keluar TPA dan
menyebabkan air tersebut masuk ke tanah sehingga tanah tercemar. Untuk lebih jelasya dapat dilihat pada Gambar
4.

Sumber: Kelompok 8, 2022


Gambar 4. Peta Wilayah Terdampak Pencemaran Tanah dari Adanya TPA Pecuk

5.) Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat


Berdasarkan hasil observasi di lapangan, selama berada di wilayah sekitar Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) hanya sedikit masyarakat yang menunjukan keluhan mengenai kondisi kesehatan akibat Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Pecuk. Keluhan tersebut berasal dari pencemaran udara akibat adanya TPA dikarenakan banyak yang
menyatakan bahwa penyakit yang timbul yaitu sesak nafas karena adanya bau tidak sedap, dimana bau tidak sedap
itu terjadi setiap hari sehingga beberapa responden yang merupakan masyarakat sekitar mengalami gangguan
pernapasan berupa sesak setiap hari. Untuk lebih jelasya dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber: Kelompok 8, 2022


Gambar 5. Peta Wilayah Terdampak Kesehatan dari Adanya TPA Pecuk

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX
10 Evaluasi Dampak Lingkungan pada TPA Pecuk, Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu

Analisis Strategi Pengelolaan Dampak


Berikut adalah strategi untuk mengelola beberapa dampak negatif yang timbul dari adanya Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk. Untuk lebih jelasya dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: Kelompok 8, 2022


Gambar 6. Peta Pelaksanaan Strategi Penanganan Dampak TPA Pecuk

Melaksanakan pengelolaan air lindi sesuai dengan Permen LHK No. 50/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2016
tentang Baku Mutu Lindi Bagi Usaha Kegiatan TPA
Pengelolaan air lindi dilakukan untuk mengelola dampak yang ditimbulkan TPA Pecuk terhadap menurunnya
kualitas air dan kualitas tanah yang berada di wilayah sekitar TPA Pecuk dengan guna lahan berupa sawah. Adapun
pengelolaan air lindi yang dilakukan mengacu pada Permen LHK No. 50/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2016 dengan
melakukan beberapa langkah seperti menjamin seluruh lindi yang dihasilkan TPA Pecuk masuk ke IPL, menggunakan
IPL dan saluran lindi kedap air sehingga tidak terjadi perembesan lindi ke lingkungan, melakukan pengolahan lindi,
memiliki prosedur operasional standar pengolahan lindi dan sistem tanggap darurat, melakukan pemantauan
kualitas air tanah setiap 3 bulan sekali, serta memeriksakan kadar parameter lindi secara berkala paling sedikit 1
kali dalam 1 bulan.
Melakukan pengolahan dan pemanfaatan air lindi menjadi pupuk cair
Dengan adanya pengolahan dan pemanfaatan air lindi menjadi pupuk cair diharapkan dapat menciptakan
nilai ekonomis atau sumber penghasilan bagi TPA Pecuk. Pengolahan air lindi menjadi pupuk cair secara jelas dapat
dilihat pada bagan berikut.
Melakukan pembebasan lahan dan membangun Buffer Zone di sekeliling Kawasan TPA Pecuk
Pembangunan Buffer Zone di sekeliling TPA Pecuk diperlukan untuk mereduksi dampak terhadap
pencemaran udara berupa bau yang tidak sedap dan untuk mengatasi gangguan estetika lingkungan berupa
terlihatnya gunungan sampah dari luar Kawasan TPA Pecuk. Untuk membangun Buffer Zone di sekeliling TPA Pecuk
dibutuhkan terlebih dahulu pembebasan lahan seluas 100 meter dari setiap sisi TPA Pecuk. Adapun pohon yang
digunakan pada Buffer Zone TPA Pecuk merupakan Pohon Tanjung yang mempunyai kelebihan berupa menghasilkan
bau harum yang dapat menetralisir bau busuk, dapat mengurangi efek angin, serta termasuk ke dalam jenis
tanaman tinggi. Banyaknya Pohon Tanjung yang harus ditanam untuk mengisi Buffer Zone TPA Pecuk adalah 1.038
pohon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX
Febrian et al. 11

Sumber: Kelompok 8, 2022


Gambar 7. Peta Rencana Buffer Zone pada TPA Pecuk

Melakukan pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampah organik dan non-organik di Tingkat RT
Pengelolaan sampah organik dan non-organik melalui pemberdayaan masyarakat di Tingkat RT perlu
dilakukan untuk mengurangi volume sampah di TPA Pecuk. Hal tersebut turut berpengaruh pada berkurangnya
gunungan sampah di TPA Pecuk yang dapat menimbulkan gangguan estetika lingkungan dan bau tidak sedap yang
dihasilkan dari tumpukan sampah yang ada. Selain itu, pengelolaan sampah organik dan non-organik yang dilakukan
oleh masyarakat diharapkan dapat menghasilkan nilai ekonomis atau sebagai sumber penghasilan tambahan bagi
masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar TPA Pecuk. Pengelolaan sampah organik dapat menghasilkan pupuk
kompos melalui bantuan teknologi biokonversi manggot BSF, sedangkan pengelolaan sampah non-organik dapat
menghasilkan kerajinan tangan dan hiasan yang dapat dijual.
Pemberian kompensasi kepada masyarakat sekitar yang terdampak berupa bantuan biaya pengobatan
Pemberian kompensasi kepada masyarakat sekitar TPA Pecuk yang terdampak dilakukan sebagai solusi
untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh adanya bau tidak sedap dari TPA Pecuk terhadap gangguan
kesehatan masyarakat sekitar. Adapun pemberian kompensasi ini berupa biaya pengobatan ke puskesmas bagi
masyarakat yang kesehatannya terganggu akibat adanya bau tidak sedap dari TPA Pecuk. Biaya kompensasi yang
harus dikeluarkan oleh TPA Pecuk untuk mengatasi dampak terganggunya kesehatan masyarakat sekitar akibat
adanya TPA Pecuk yaitu sebesar Rp. 2.917.800.000 setiap tahunnya dengan setiap KK mendapatkan kompensasi
sebesar Rp. 240.000/Tahun.

Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan terdapat 5 (lima) dampak lingkungan yang timbul dari adanya
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pecuk diantaranya yaitu penurunan estetika lingkungan, penurunan kualitas
udara, penurunan kualitas air, penurunan kualitas tanah, dan adanya gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
Dampak lingkungan yang timbul diakibatkan oleh belum maksimalnya pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
pihak TPA Pecuk. Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk menangani dampak negatif yang terjadi terhadap
lingkungan sekitar TPA Pecuk yaitu: melaksanakan pengelolaan air lindi sesuai dengan Permen Lhk No.
50/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi Usaha Kegiatan Tpa, melakukan pengolahan dan
pemanfaatan air lindi menjadi pupuk cair, melakukan pembebasan lahan seluas 100 meter dari setiap sisi kawasan
TPA Pecuk dan membangun buffer zone di sekeliling Kawasan TPA Pecuk dengan menanam sebanyak 1.038 Pohon
Tanjung, melakukan pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampah organik dan non-organik di tingkat RT,

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX
12 Evaluasi Dampak Lingkungan pada TPA Pecuk, Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu

serta pemberian kompensasi kepada masyarakat sekitar yang terdampak berupa bantuan biaya pengobatan
sebesar Rp. 240.000/Tahun untuk setiap KK.

Ucapan Terima Kasih


Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang penulis hormati dan telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung selama pembuatan penelitian ini. Terutama kepada kedua orang tua,
Ucapan terima kasih ini juga kami sampaikan kepada orang yang penulis hormati yaitu team teaching yang telah
memberikan ilmu dan pengarahan dalam proses pelaksanaan Studio 5 (KK Lingkungan) serta dalam penulisan
penelitian ini. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.

Daftar Pustaka

Alfian, R., & Phelia, A. (2021). Evaluasi Efektifitas Sistem Pengangkutan Dan Pengelolaan Sampah Di TPA Sarimukti
Kota Bandung. JICE (Journal of Infrastructural in Civil Engineering), 2(01), 16-22.
Ariyanto, W., Geografi, P.S., Geografi, F., Surakarta, U.M., 2019. Evaluasi Tpa Candirejo Terhadap Lingkungan
Kecamatan Ngawen Kabupaten.
Damanhuri, Enri. (2010). Diktat kulaih TL-3104 Pengolahan Sampah. Dalam
https://www.academia.edu/11499790/Diktat_Sampah_Prof_Damanhuri?from=cover_page.
Damayanti, A., Hermana, J., Masduqi, A., & FTSP-ITS, J. T. L. (2004). Analisis Dampak Lingkungan Dari Pengolahan
Limbah Pabrik Tahu Dengan Kayu Apu (Pistia Stratiotes L.) Environmental Analysis from Tofu Waste Water
Treatment by Water Lettuce (Pistia Stratiotes L.). Jurnal Purifikasi, 5(4), 151-156.
Effendi, Rayahu. (2018). PEMAHAMAN TENTANG LINGKUNGAN BERKELANJUTAN. Dalam
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul/article/view/20792.
Kasam, I. (2011). Analisis Dampak Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah (Studi Kasus: TPA
Piyungan Bantul). Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 3(1), 19-30.
Kusumah, R. T., & Suryana, H. (2018). Model Analisis Swot Dan Qspm Dalam Pemilihan Strategi Pemasaran Distro
Botrock Cianjur. IENACO (Industrial Engineering National Conference) 6 2018.
Mayangkara, A.P., 2016. Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Di Tpa Gunung Panggung Kabupaten Tuban. JPAP
J. Penelit. Adm. Publik 2, 427–444. https://doi.org/10.30996/jpap.v2i02.1001
Novia Harum Solikhah, A.S.H. dan A.A.N.A., 2011. Dampak Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (Tpa)Terhadap
Kondisi Sosial Masyarakat Dusun Ngablak,Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Pelita VI,
1–8.
Priatna, Laely. PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) GUNUNG TUGEL, DESA KEDUNGRANDU,
KECAMATAN PATIKRAJA, KABUPATEN BANYUMAS. Dalam
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/view/1139.
Suhardi, S. (2011). Quantitative Strategic Planning Matrix (Qspm). Jurnal STIE Semarang, 3(1), 132774.
Tosim, 2022. Tanaman Padi Mati Akibat Dampak Limbah Cair TPA Peuk Indramayu [WWW Document]. Tjimanoek.
URL https://tjimanoek.com/tanaman-padi-mati-akibat-dampak-limbah-cair-tpa-pecuk-indramayu/

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, X (X), XX-XX


http://dx.doi.org/XX.XXX/jpwk..X.X.XX-XX

Anda mungkin juga menyukai