Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK EVALUASI PERENCANAAN

RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN DAN SINTESA


MATERI TERHADAP DUNIA PEKERJAAN PLANNER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Teknik Evaluasi Perencanaan
Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022

Oleh:
SHOLEHA MIFTAH 10070319037
KELAS D

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M/1443 H
A. Materi Perkuliahan
Evaluasi perlu dilakukan untuk menilai kinerja suatu pekerjaan agar
diketahui penyebab kegagalan atau penyebab berhasilnya/beruntungnya
kegiatan tersebut. Menurut Kamus Ilmiah Populer (dalam Bahan Ajar Mata Kuliah
Teknik Evaluasi Perencanaan 2022) evaluasi adalah penaksiran, penilaian,
perkiraan keadaan, penentuan nilai. Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai
suatu kegiatan, hasilnya merupakan potret tentang suatu kegiatan. Adapun
pengertian lainnya dari evaluasi adalah menemu kenali problem yang dihadapi
pada setiap tahapan dari suatu kebijaksanaan atau rencana (Bahan Ajar Mata
Kuliah Teknik Evaluasi Perencanaan, 2022). Hasil dari evaluasi dimaksudkan
sebagai feedback untuk perencanaan kembali.
Berikut adalah hal-hal yang termasuk ke dalam evaluasi kegagalan
kegiatan:
a. Prosedur kegiatan, mulai dari penetapan tujuan kegiatan, tahapan persiapan,
analisa, pelaksanaan atau implementasinya;
b. SDM, yang terdiri atas kualitas dan kuantitas personel;
c. Biaya kegiatan;
d. Kebijakan yang berjalan saat kegiatan dilakukan;
e. Kesulitan di lapangan;
f. Kedisiplinan terhadap target yang akan dicapai; dan
g. Faktor eksternal dan internal terkait lainnya.
Adapun hal-hal yang termasuk ke dalam evaluasi keberhasilan kegiatan
adalah sebagai berikut:
a. SDM, yang terdiri atas kualitas dan kuantitas personel;
b. Spesialisasi penguasaan kegiatan (fokus kegiatan);
c. Prosedur kegiatan, mulai dari penetapan tujuan kegiatan, tahapan persiapan,
analisa, pelaksanaan atau implementasinya;
d. Biaya kegiatan
e. Kebijakan yang berjalan saat kegiatan dilakukan;
f. Kesulitan di lapangan; dan
g. Faktor eksternal dan internal terkait lainnya.
Evaluasi dalam kebijakan publik merupakan suatu tahap yang penting
dan berguna untuk memberikan satuan nilai tertentu terhadap kebijakan yang
sudah diimplementasikan. Adapun yang menjadi urgensi dalam dilakukannya
evaluasi kebijakan adalah memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
kinerja dari suatu kebijakan, memberikan kontribusi kepada klarifikasi dan kritik
dari nilai-nilai yang berada di bawah maksud dan tujuan terpilih, serta dapat
memberikan kontribusi kepada aplikasi dari metode analisis kebijakan yang lain.
Berikut adalah kriteria evaluasi:
Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi
− Unit pelayanan
Apakah hasil yang diinginkan
Efektivitas − Efektivitas pemberian
tercapai?
− Ketepatan waktu
Seberapa jauh hasil yang telah − Unit biaya
Efisiensi tercapai dapat memecahkan − Keuntungan program
masalah? − Manfaat program
Seberapa jauh pencapaian hasil
− Biaya tetap
Kecukupan yang diinginkan memecahkan
− Efektivitas tetap
masalah?
Apakah biaya dan manfaat − Kriteria pareto
didistribusikan merata kepada
Pemerataan − Kriteria Kaldor-Hicks
kelompok masyarakat yang
− Kriteria Rawis
berbeda?
Apakah hasil kebijakan memuat
Konsistensi dengan survei
Responsivitas preferensi/nilai kelompok dan dapat
warga negara
memuaskan mereka?
Program publik harus merata
Apakah hasil yang dicapai dan efisien kepada semua
Ketepatan
bermanfaat? lapisan masyarakat yang
berhak menerima

Menurut Nicholas Hendry (dalam Bahan Ajar Mata Kuliah Teknik Evaluasi
Perencanaan, 2022) evaluasi program merupakan cara untuk memberikan
pengetahuan yang cukup bagi pengambil keputusan public dalam memahami
problem tentang sebab yang dilakukan sebelumnya guna mengurangi problem
serta tentang kegiatan pengamatan/observasi terhadap efektivitas dari program
tertentu. Adapun lingkup evaluasi dalam program adalah sebagai berikut:
a. Memahami dan mengetahui macam kebutuhan program dari para pengambil
keputusan;
b. Mendefinisikan sifat dan lingkup problem;
c. Menentukan tujuan yang benar atau valid;
d. Menentukan ukuran-ukuran secara menyeluruh;
e. Kegiatan evaluasi dilakukan setiap tahap proses kegiatan; dan
f. Mulai dari penilaian alternatif program, penilaian terhadap hasil dari alternatif
program terpilih, pembuatan pilihan dari alternatif program, serta
operasionalisasi dari program.
Berikut adalah kriteria penilaian evaluasi program beserta dengan
pengertiannya.
Kriteria Pengertian
Evaluasi harus memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
Relevansi pengambil keputusan dan pelaku kebijakan yang lain dan harus
menjawab pertanyaan yang benar pada waktu yang tepat
Evaluasi harus memberikan informasi yang baru dan penting bagi
Signifikansi pelaku kebijakan untuk melakukan lebih dari yang selama ini mereka
anggap lebih jelas
Evaluasi harus memberikan pertimbangan yang persuasive dan
Validitas
seimbang mengenai hasil-hasil nyata dari program
Evaluasi harus berisi bukti-bukti bahwa kesimpulan tidak didasarkan
Kepercayaan
atas informasi melalui prosedur pengukuran yang tidak teliti dan tidak
(reliability)
konsisten
Evaluasi harus menghasilkan kesempatan dan informasi pendukung
Objektivitas
yang sempurna dan tidak bias
Ketepatan Evaluasi harus memberikan informasi yang tersedia pada waktu
waktu keputusan itu dibuat
Evaluasi harus menghasilkan kesempatan dan informasi yang dapat
Daya guna digunakan dan dipahami oleh pengambil keputusan dan pelaku
keputusan

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan


(menjadikan maju (baik, sempurna, dan sebagainya)). Dimana berarti suatu hal
yang memang sudah ada dan menjadi lebih berkembang. Sedangkan
pembangunan adalah proses, cara, perbuatan membangun (point of view
infrastruktur: pembangunan prasarana). Yang berarti suatu hal yang tadinya tidak
ada menjadi ada.
Kota adalah sebuah hamparan yang dominasi peruntukannya terbangun
(fungsional), dimana kota merupakan daerah yang memiliki status administratif.
Sedangkan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi (fungsional).
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, wilayah adalah runag yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Wilayah dengan
aspek administratif merupakan unit wilayah berdasarkan level pemerintahan
(nasional, provinsi, kabupaten/kota). Sedangkan wilayah dengan aspek
fungsional berarti kawasan (fungsi utama lindung dan budidaya).
Konsep pengembangan wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu
daerah/wilayah untuk meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata
kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat.
Sehingga pengembangan suatu perkotaan atau wilayah yang dilakukan tersebut
dapat memberikan added value pada kawasan sekitar dan berorientasi outcome.
Kebijakan publik adalah segala sesuatu terkait urusan kolektif yang
menjadi domain publik, dimana urusan tersebut tidak bisa ditangani oleh pihak
swasta dan/atau perorangan. Kebijakan publik dapat diimplementasikan apabila
dituangkan dalam format peraturan perundang-undangan. Dimana kebijakan
dalam bentuk tersebut hanya bisa dijalankan oleh instansi/lembaga yang
diberikan kewenangan. Singkatnya, kebijakan publik berarti apa saja yang
pemerintah lakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun analisis kebijakan
adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi
sehingga dapat memberikan landasan dari para pembuat kebijakan dalam
membuat keputusan. Berikut adalah ciri kebijakan publik:
a. Tindakan yang direncanakan, berpola, dan saling terkait;
b. Dilakukan oleh pejabat pemerintah;
c. Dalam bidang tertentu;
d. Dapat berbentuk positif maupun negatif; dan
e. Mengarah pada tujuan tertentu.
Menurut KBBI (dalam Bahan Ajar Mata Kuliah Teknik Evaluasi
Perencanaan, 2022) masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan. Masalah
adalah sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan, direncanakan, atau
ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya
tujuan (Prajudi Atmosudirjo). Adapun pengertian masalah menurut James Stoner
(dalam Bahan Ajar Mata Kuliah Teknik Evaluasi Perencanaan, 2022) adalah
suatu situasi yang menghambat organisasi untuk mencapai satu atau lebih
tujuan. Masalah terbagi kedalam 2 (dua) jenis, yaitu masalah sederhana dan
masalah rumit. Berikut adalah perbedaan diantara keduanya.
Aspek Pembeda Masalah Sederhana Masalah Rumit
Ciri − Berskala kecil; − Berskala besar;
− Berdiri sendiri (kurang − Tidak berdiri sendiri
memiliki sangkut paut (memiliki sangkut paut
dengan masalah lain); dengan masalah lain);
− Tidak mengandung − Mengandung
konsekuensi yang besar; konsekuensi yang
dan besar; dan
− Pemecahannya tidak − Pemecahannya
memerlukan memerlukan pemikiran
pemikiranyang luas dan yang tajam dan
mendalam. analisis.
Scope Pemecahan masalah Pemecahan masalah
dilakukan secara individual dilakukan secara
berkelompok
Aspek Pembeda Masalah Sederhana Masalah Rumit
Teknik yang biasa Dilakukan atas dasar intuisi,
digunakan pengalaman, kebiasaan dan
-
wewenang yang melekat
pada jabatannya
Jenis − Masalah tersruktur;
dan
-
− Masalah tidak
terstruktur.

Tata cara tindakan dalam evaluasi proyek adalah sebagai berikut:


a. Evaluasi pada tahap perencanaan
Memilih dan menentukan arah skala prioritas terhadap alternatif dengan cash
flow analysis, discounting, cost benefit analysis, dan cost effectiveness
analysis.
b. Evaluasi pada tahap pelaksanaan
Untuk menentukan tingkat kemajuan, monitoring tujuan, pelaksanaan proyek
dan hasil.
c. Evaluasi pada tahap purna pelaksanaan
Untuk melihat dampak dari pelaksanaan kegiatan tersebut.
Adapun aspek yang harus diperhatikan dalam evaluasi proyek adalah
sebagai berikut:
a. Aspek manajerial dan administrasi;
b. Aspek organisasi;
c. Aspek komersial;
d. Aspek finansial; dan
e. Aspek ekonomi.
Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan keuangan yang terbatas serta
unsur-unsur sosial budaya, untuk mencapai tujuan pemangunan melalui
kebijakan pemerintah. Berikut adalah urgensi perencanaan dalam
pembangunan:
a. Memberikan arahan kegiatan serta pedoman bagi pelaksanaan kegiatan
untuk mencapai tujuan;
b. Mengupayakan meminimalisir ketidakpastian melalui prediksi dan prospek
pengembangan dan hambatan-hambatan yang mungkin ada;
c. Memberikan alternatif cara terbaik dalam pembangunan;
d. Dapat menyusun prioritas kegiatan;
e. Dapat menjadi alat ukur untuk pengawasan dan penilaian;
f. Dapat meningkatkan efisiensi (daya-guna) alokasi sumber daya langka dan
terbatas untuk kegiatan pembangunan;
g. Menetapkan perkembangan ekonomi; dan
h. Lebih tahan dalam menggapai fluktuasi kondisi perekonomian dunia.
Adapun tahapan proses perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Penentuan tujuan dan sasaran;
b. Penentuan kebijakan (berdasarkan studi kelayakan);
c. Perumusan jadwal, jumlah dan jadwal biaya, instansi pelaksana;
d. Pengesahan rencana; dan
e. Pelaksanaan dan pengawasan.
Berikut adalah perbedaan antara teknik evaluasi perencanaan dengan
teknik evaluasi proyek.
Aspek Pembeda Teknik Evaluasi Perencanaan Teknik Evaluasi Proyek
Tujuan Suatu proses yang Kegiatan-kegiatan yang
berkesinambungan yang dapat direncanakan dan
merupakan suatu rangkaian dilaksanakan dalam suatu
kegiatan berfikir yang rasional bentuk kesatuan dengan
untuk memecahkan suatu mempergunakan sumber-
permasalahan secara sistematik sumber untuk mendapatkan
dan berencana atau untuk benefit
mencapai keinginan cita-cita
masa datang
Proses kegiatan 1. Pemeriksaan sistem dan 1. Identifikasi;
formulasi masalah; 2. Formulasi (persiapan);
2. Pendefinisikan sistem nilai; 3. Analisis (Appraisal);
3. Pendefinisikan sifat dan tingkat 4. Implementasi (Supervisi);
tujuan; 5. Operasi; dan
4. Gambaran sistem; 6. Evaluasi.
5. Peramalan sistem masa
datang;
6. Desain sekumpulan tindakan-
tindakan alternatif;
7. Penentuan efek-efek tindakan
di masa datang;
8. Evaluasi alternatif-alternatif
dan pemilihan alternatif
terbaik; dan
9. Pelaksanaan
Materi yang dievaluasi Kebijakan perencanaan Hasil proyek, yang meliputi:
pembangunan  Aspek keuangan;
 Aspek anggaran biaya;
 Aspek manajemen
sumber daya manusia;
 Aspek manajemen
produksi;
 Aspek harga;
 Aspek efisiensi dan
efektivitas;
Aspek Pembeda Teknik Evaluasi Perencanaan Teknik Evaluasi Proyek
 Aspek pemasaran;
 Aspek mutu; dan
 Aspek waktu.
Waktu evaluasi Pada setiap tahapan proses Pada waktu proyek berjalan
perencanaan sampai
implementasi kebijakan

Teori kontrak sosial dicetuskan oleh Jean Jacques Rosseau, teori ini
berkembang dan dipengaruhi oleh pemikiran zaman pencerahan (enlightenment)
yang ditandai dengan rasionalisme, realisme, dan humanisme yang
menempatkan manusia sebagai pusat gerak dunia. Negara merupakan sebuah
produk perjanjian sosial, dimana setiap individu dalam masyarakat sepakat untuk
menyerahkan sebagian hak-hak, kebebasan dan kekuasaan yang dimilikinya
kepada suatu kekuasaan bersama.
Menurut William N. Dunn (2014) kebijakan publik adalah rangkaian
pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat
pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti
pertahanan dan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan
masyarakat, kriminalitas, perkotaan, dan lain-lain. Berikut adalah beberapa
bentuk kebijakan publik.
1. Distributive, yaitu melakukan distribusi atau memberikan akses terhadao
sumberdaya tertentu
2. Redistributive, yaitu mendistribusikan kekayaan yang ada
3. Constituent, yaitu ditujukan untuk melindungi negara
4. Regulatory, yaitu mengatur perilaku orang dan masyarakat
5. Ekstraktif, yaitu bagaimana menarik sumber-sumber material dan non-material
untuk kepentingan negara (menyedot dan mengelola yang menguntungkan
negara).
Ruang lingkup kebijakan publik menurut William N. Dunn (1994) terdiri
atas penyusunan agenda (agenda setting), formulasi kebijakan, adopsi/legitimasi
kebijakan, dan penilaian/evaluasi kebijakan. Dalam agenda setting sangat
penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu
agenda pemerintah. Adapun kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan
publik menurut Kimber, Salesbury, Sandbach, Hogwood dan Gunn (1980)
diantaranya sebagai berikut:
1. Telah mencapai titik krisis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman
yang serius
2. Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis
3. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak dan
mendapat dukungan media massa
4. Menjangkau dampak yang amat luas
5. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat
6. Menyangkut suatu persoalan yang sulit dijelaskan tetapi mudah dirasakan
kehadirannya
Berikut adalah 7 (tujuh) langkah analisis kebijakan publik.
1. Formulasi masalah kebijakan;
2. Formulasi tujuan;
3. Penentuan kriteria;
4. Penyusunan model;
5. Pengembangan alternatif;
6. Penilaian alternatif; dan
7. Rekomendasi kebijakan.
Prinsip kebijakan publik diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Didasarkan atas konstitusi;
2. Diputuskan secara demokrasi;
3. Dituangkan dalam Per UU;
4. Memiliki tujuan;
5. Basis hukum;
6. Bisa positif dan negatif;
7. Dilakukan pemerintah; dan
8. Tidak berdiri sendiri.
Sistem kebijakan publik menurut Mustapadjijaja merupakan tatanan
kelembagaan yang berperan atau wahana dalam penyelenggaraan proses
kebijakan. Manjemen kebijakan publik terbagi menjadi 2 (dua) yaitu kebijakan
strategik dan kebijakan taktis. Kebijakan strategik adalah kebijakan yang
berkaitan dengan penetapan politik strategi dasar negara, yang membentuk
wewenang lembaga negara serta penyelenggaraan tugas pokoknya. Sedangkan
kebijakan taktis adalah acuan pelaksanaan pencapaian sasaran-sasaran tertentu
secara teknis dalam rangka melaksanakan kebijakan pemerintah. Kebijakan
taktis terbagi 2 (dua), yaitu kebijakan umum (mengatur serta menertibkan tata
kehidupan negara) dan kebijakan khusus (berkedudukan sama namun dalam
urusan tertentu pemerintahan).
Berikut adalah lingkungan kebijakan publik beserta dengan
penjelasannya:
1. Reactive
Cepat mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah.
2. Responsive
Bertindak dengan melihat pola tingkah laku kejadian yang berulang.
3. Generative
Bertindak setelah melihat struktur permasalahan dan diselesaikan secara
terstruktur pula.
4. Fundamental
Tingkat pemikiran yang paling dalam, ditemukan sistemik permasalahan dan
model mental individu.
Menurut William N. Dunn masalah kebijakan publik adalah produk
pemikiran yang dibuat pada suatu lingkungan, suatu elemen situasi masalah
yang diabstraksikan dari situasi oleh para analis. Adapun teknik perumusan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan masalah
2. Situtasi masalah
3. Pencarian masalah
4. Meta masalah
5. Pendefinisian masalah
6. Masalah substantif
7. Spesifikasi masalah
8. Masalah formal
Berikut merupakan metode perumusan masalah.
Sumber Kriteria
Metode Tujuan Prosedur
Pengetahuan Kinerja
Pencarian
sampel bola Sistem
Analisis Estimasi batas peta salju pengetahuan Ketetapan
batas masalah perencanaan analisis batas
masalah dan individual
penjumlahan
Pemilahan
secara logis Analisis
Analisis Konsistensi
Kejelasan konsep dan individu
klasifikasi logis
klasifikasi kelompok
penyebab
Sumber Kriteria
Metode Tujuan Prosedur
Pengetahuan Kinerja
Pemilahan
Identifikasi penyebab
secara logis
Analisis yang mungkin masuk Konsistensi
dan Kelompok
hirarki akal dan dapat logis
klasifikasi
ditindaklanjuti
penyebab
Perumusan
analog
Sypecties Pengenalan kesamaan Plansibilitas
personal Kelompok
(Analog) antar masalah perbandingan
langsung dan
fantasi
Pemunculan
Brainstor- Generalisasi ide,
ide dan Kelompok Konsensus
ming tujuan, dan strategi
evaluasi
Penggunaan
secara
Analisis serentak
Perbaikan
Perspektif Generalisasi wawasan perspektif Kelompok
wawasan
Berganda teknis
organisasi
dan personal
Identifikasi
pelaku,
penampakan
asumsi,
Sintetis kreatif asumsi-
Analisis memperta-
asumsi yang Kelompok Konflik
Asumsi nyakannya
berlawanan
dan
pengelompo-
kan dan
sintesis
Penyusunan
tingkat dan
Pemetaan Plansibilitas
penggamba-
Argumenta- Penilaian asumsi Kelompok dan urgensi
ran
si optimal
plausibilitas
dan urgensi

Evaluasi mengacu pada produksi informasi tentang nilai atau nilai dari
hasil kebijakan. Ciri utama evaluasi adalah menghasilkan klaim yang bersifat
evaluatif. Berikut adalah karakteristik evaluasi.
1. Fokus menilai, evaluasi berfokus pada penilaian mengenai keiniginan atau
nilai kebijakan dan program;
2. Saling ketergantungan nilai fakta, evaluasi sangat bergantung pada fakta
seperti halnya pada nilai;
3. Orientasi sekarang dan masa lalu, klaim evaluasi berorientasi pada hasil
sekarang dan masa lalu, bukan yang akan datang; serta
4. Nilai dualitas, nilail-nilai yang mendasari klaim evaluatif memiliki kualitas
ganda, karena mereka dapat dianggap sebagai tujuan dan sarana.
Adapun fungsi evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi memberikan inforomasi yang andal dan valid tentang kinerja
kebijakan, yaitu sejauh mana kebutuhan, nilai, dan peluang telah di
wujudukan melalui tindakan publik;
2. Evaluasi berkontribusi pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang
mendasari pemiilhan tjuan dan sasaran; serta
3. Evaluasi dapat berkonrtibusi pada penerapan metode analisis kebijakan
lainnya, termasuk penataan masalah dan peresapan.
Terdapat 3 (tiga) pendekatan dalam evaluasi, yaitu semu, formal dan teori
keputusan. Berikut adalah penjelasan rinci untuk ketiga pendekatan tersebut.
1. Evaluasi Semu
Evaluasi semu adalah pendekatan yang menggunakan metode deskriptif
untuk menghasilkan informasi yang andal dan valid tentang hasil kebijakan,
tanpa berusaha mempertanyakan nilai kepada orang, kelompok, atau
masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu adalah
bahwa ukuran dari nilai atau nilai jelas dengan sendirinya atau tidak
kontroversial.
2. Evaluasi Formal
Evaluasi formal adalah pendekatan yang menggunakan metode deskriptif
untuk menghasilkan infromasi yang andal dan valid tentang hasil kebijakan
tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan kebijakan program yang
telah diumumkan secara resmi oleh pembuat kebijakan dan administrator
program. Asumsi evasluasi formal adalah bahwa secara formal tujuan dan
sasaran yang diumumkan adalah tepat dari nilai atau nilai kebijakan dan
program.
3. Evaluai Teori Keputusan
Evaluasi teori keputusan adalah pendekatan yang menggunakan metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang andal dan valid tentang hasil
kebijakan yang secara eksplisit dihargai oleh banyak pemangku kepentingan.
Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi beberapa
kekurangan evaluasi semu dan formal. Tujuan dari pendekatan ini adalah
untuk menghubungkan informasi tentang hasil kebijakan dengan nilai-nilai dari
berbagai pemangku kepentingan.
Kerangka kerja AHP menggunakan struktur hierarkis untuk
mengilustrasikan masalah dan pilihan penilaian bagi pengguna dengan
menyediakan metodologi sistematis untuk mengkalibrasi skala numerik untuk
mengukur kinerja kualitatif. Pendekatan ini memiliki penilaian subjektif dari setiap
pengambil keputusan sebagai input dan bobot terukur dari setiap alternatif
sebagai output. Kekuatannya terletak pada kemampuannya untuk mengurutkan
pilihan dalam urutan relevansinya dalam memenuhi kebutuhan dan kepentigan
yang kompleks dan bersaing. Langkah utama terdiri dari 3 (tiga) bagian proses,
yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mengatur tujuan keputusan, kriteria, kendala dan
alternatif ke dalam suatu hierarki;
2. Mengevaluasi perbandingan berpasangan antara elemen-elemen yang
relevan pada setiap tingkat hierarki; dan
3. Sintesis menggunakan algoritma solusi dari hasil perbandingan berpasangan
di semua level.
Delphi kebijakan merupakan alat untuk analisis masalah kebijakan dan
bukan mekanisme untuk membuat keputusan. Adapun tujuan dari delphi
kebijakan adalah untuk menghasilkan ide dan untuk mengungkap debat kolektif
yang terstruktur dan kritis. Delphi kebijakan dapat digabungkan dengan metode
AHP, dimana dapat memberikan alternatif dan/atau kriteria.
Kegunaan dari CBA (analisis biaya-manfaat) adalah untuk memprediksi
biaya dan manfaat dari setiap alternatif yang dipertimbangkan, menghitung
manfaat bersih dari setiap alternatif sebagai selisih antara manfaat dan biaya,
serta untuk mengidentifikais alternatif atau serangkaian alternatif yang
menawarkan manfaat tersebesar.
Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang (RTR) apabila terdapat
perubahan lingkungan strategis dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam
setiap periode 5 (lima) tahunan. Namun, apabila tidak ada perubahan lingkungan
strategis maka peninjauan kembali dilakukan 1 (satu) kali dalam setiap periode 5
(lima) tahunan dan dilakukan pada tahun kelima sejak RTR diundangkan. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi diadakannya peninjauan kembali diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Bencana alam skala besar;
2. Perubahan batas teritorial negara;
3. Perubahan batas daerah; atau
4. Perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis.
Peninjauan Kembali RDTR akibat perubahan kebijakan nasional dapat
direkomendasikan oleh forum penataan ruang, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Penetapan kebijakan nasional yang bersifat strategis dalam peraturan
perundang-undangan;
2. Rencana pembangunan dan pengembangan objek vital nasional; dan/atau
3. Lokasinya berbatasan dengan kabupaten/kota di sekitarnya.
Peninjauan Kembali RDTR akibat ketidaksesuaian dan perubahan
lingkungan strategis dapat direkomendasikan oleh Menko Perekonomian, apabila
terdapat:
1. Ketidaksesuaian antara RTR dengan batas daerah;
2. Ketidaksesuaian antara RTR dengan kawasan hutan;
3. Ketidaksesuaian antara RTRW Provinsi dengan RTRW Kabupaten/Kota.
Permohonan Peninjauan Kembali (PK) dilengkapi dengan beberapa
kajian sebagai berikut:
1. Peluang kemajuan iklim investasi dan kemudahan berusaha; dan
2. Dinamika internal wilayah yang berimplikasi pada rencana perubahan
pemanfaatan ruang.
Dimana kedua kajian tersebut memperhatikan dokumen sinkronisasi program
pemanfaatan ruang (SPPR), hasil pemantauan dan evaluasi rencana tata ruang,
serta persetujuan dan rekomendasi KKPR.
Berikut adalah prosedur dilaksanakannya Peninjauan Kembali (PK).

Kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan kesesuaian rencana lokasi


kegiatan dan/atau usahanya dengan RDTR. Pemerintah daerah wajib menyusun
dan menyediakan RTR dalam bentuk digital dan sesuai standar, hal ini
dimaksudkan agar dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat untuk
mendapatkan informasi mengenai kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau
usahanya dengan RDTR. Sementara itu, pemerintah pusat pun wajib
mengintegrasikan RDTR dalam bentuk digital ke dalam sistem perizinan
berusaha secara elektronik.
Dalam prosesnya, pelaksanaan KKPR diawali dengan pelaku usaha yang
mengajukan permohonan KKPR untuk kegiatan usahanya melalui sistem
perizinan berusaha secara elektronik dengan mengisi koordinat lokasi yang
diinginkan untuk memperoleh konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan
ruang. Setelah memperoleh konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah pelaku usaha mengajukan
permohonan perizinan berusaha.
B. Sintesa Materi Perkuliahan Teknik Evaluasi Perencanaan terhadap Dunia
Pekerjaan Planner (Perencanaan Wilayah dan Kota)
Adapun sintesa dari materi perkuliahan Teknik Evaluasi Perencanaan
yang telah dirangkum sebelumnya terhadap dunia pekerjaan planner
(perencanaan wilayah dan kota) diantaranya adalah mengimplementasikan
materi evaluasi pada tahap penyusunan suatu rencana tata ruang, tahap
pelaksanaan suatu rencana tata ruang serta tahap pasca pelaksanaan rencana
tata ruang. Dimana pada tahap penyusunan rencana tata ruang evaluasi yang
dilakukan dapat berbentuk memilih dan menentukan arah skala prioritas suatu
wilayah akan seperti apa, evaluasi ini akan fokus untuk menentukan
pengembangan yang akan dilakukan pada suatu wilayah kedepannya seperti
apa. Lalu pada tahap pelaksanaan rencana, evaluasi yang dilakukan dalam
bentuk monitoring apakah rencana yang sudah dibuat benar-benar di
implementasikan oleh wilayah perencanaan atau tidak. Dan evaluasi pada tahap
pasca pelaksanaan rencana dilakukan dengan menilai apakah rencana yang
sudah diterapkan dapat memberikan hal-hal yang baik terhadap wilayah
perencanaan atau tidak. Dimana hasil evaluasi ini pun digunakan kembali
sebagai input untuk menyusun kembali rencana tata ruang suatu wilayah
kedepannya.
Materi KKPR dalam diimplementasikan ke dalam dunia kerja planner
(perencanaan wilayah dan kota). Dimana dalam hal ini seorang planner (yang
bekerja di kantor pemerintahan atau kantor konsultan) biasanya terlebih dahulu
membuat rencana pola ruang dan rencana struktur ruang untuk keperluan RDTR
suatu wilayah, apabila rencana pola ruang dan rencana struktur ruang telah
selesai dibuat maka langkah selanjutnya adalah planner tersebut akan membuat
peraturan zonasi yang dilengkapi dengan matriks ITBX. Pada tahap ini planner
akan membuat daftar kegiatan yang ada dan kemungkinan akan berkembang di
wilayah perencanaan, setelah itu ditentukan mengenai ketentuan perizinan
kegiatan-kegiatan tersebut pada zona-zona sesuai dengan rencana pola ruang.
Implementasi dari pembuatan KKPR ini biasanya dilakukan dan dibuat
oleh pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan terhadap tata ruang
suatu wilayah, dimana pemerintahan daerah tersebut merupakan pihak
pemerintah yang terkait dengan bidang penataan ruang (salah satu bagian dari
Dinas PUTR atau Dinas PUPR) suatu wilayah. Apabila pengisian ketentuan
perizinan telah selesai, maka langkah selanjutnya adalah pemerintah daerah
mengajukan ranperbup (rancangan peraturan bupati) untuk diundangkan
menjadi perbup (peraturan bupati) dan selanjutnya apabila pihak pemerintah
pusat telah menerima pengajuan ranperbup tersebut serta telah mengizinkan
untuk diundangkan menjadi perbup maka pemerintah daerah berhak
menyediakan RDTR dalam bentuk digital. Dimana untuk saat ini RDTR digital
tersebut harus di upload kedalam Sistem OSS milik pemerintah (Kementrian
ATR/BPN). Sehingga nantinya RDTR tersebut dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat secara online. Terutama masyarakat yang ingin memulai usaha.
Selain itu, materi mengenai peninjauan kembali juga dapat
diimplementasikan kedalam dunia pekerjaan planner (perencanaan wilayah dan
kota). Salah satu contoh kasusnya adalah diadakannya peninjauan kembali
terhadap RDTR WP X dikarenakan terdapat perubahan batas daerah dan lokasi
beberapa rencana WP X tersebut berbatasan dengan salah satu kecamatan
yang berada di luar kabupaten WP X. Apabila sudah dilakukan peninjauan
kembali maka didapatkan suatu keputusan/hasil yang akan dilakukan
kedepannya, dimana dapat berupa diadakan pemutakhiran RDTR WP X serta
adanya perjanjian dengan daerah perbatasan mengenai pengelolaan/pembagian
zona atau jaringan yang terdapat diantara kedua wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai