Anda di halaman 1dari 16

EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI

KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

BAB II
METODOLOGI PELAKSANAAN EVALUASI

A. Pendekatan Teknis dan Metodologi

1. Kajian Teoritis Terkait Evaluasi Kinerja


Evaluasi Pencapaian Target Renja Badan Keuangan dan Aset Daerah
(BKAD) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2021memiliki keterkaitan dengan
beberapa teori evaluasi kinerja sebagaimana diuraikan dibawah ini.
a. Perencanaan Strategis
Richard A. Mittenthal dalam artikel berjudul “Ten Keys To
Successful Strategic Planning For Nonprofit And Foundation Leaders”
menjelaskan bahwa perencanaan strategis telah lama digunakan
sebagai alat untuk mentransformasi (transforming) dan merevitalisasi
(revitalizing) perusahaan, organisasi pemerintah dan organisasi non-
permerintah1. Perencanaan Strategis adalah serangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk pendapatkan kejelasan arah dan tujuan suatu
organisasi. Dalam perencanaan tersebut dilakukan analisis masalah,
identifikasi potensi pemecahan masalah, dan menyusun program dan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Perencanaan strategis berfokus pada
pengembangan suatu visi yang luas dan strategi khusus berdasarkan
analisis komprehensif terhadap situasi (meliputi kekuatan dan
kelemahan) serta lingkungan termasuk peluang dan kecenderungan
atau “trends” dan mengembangkan kegiatan yang memiliki dampak
terhadap masyarakat.
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkelanjutan
untuk memperbaiki kinerja (performance) sebuah kelompok,
komunitas atau organisasi akibat situasi krisis atau konflik yang
1
Richard A.Mittenthal. (2004). Learning to Teach. Tenth EditioTen Keys to Successful
Strategic Planning for Nonprofit and Foundation Leaders. New York: TCC Group
(http://www.tccgrp.com)

II-1
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

dialaminya dengan mengembangkan visi, tujuan, cara atau metode


untuk mencapainya.
Keberhasilan sebuah proses perencanaan strategis akan sangat
tergantung kemampuan masyarakat dalam membangun visi
keberhasilan, membuat proyeksi dan harapan tentang perubahan
lingkungan ke depan. Perencanaan diuji dalam rentang waktu dan
model manajemen sumber daya yang tepat melalui analisis dan kajian
secara komprehensif—partisipatif. Hal ini akan membantu masyarakat
melakukan antisipasi dan merespon terhadap perubahan yang terjadi
melalui klarifikasi visi, misi, maksud dan tujuan, menyempurnakan
program, penggalangan dana, dan aspek operasi lainnya.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan agar perencanaan
strategis sukses dalam penyelesaian masalah dan konflik dalam jangka
panjang sebagai berikut.
a. Program strategis sebagai pedoman komprehensif yang jelas
untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang eksternal.
b. Suatu penilaian komprehensif dan realistis dari keterbatasan dan
kekuatan yang dimiliki komunitas.
c. Menerapkan pendekatan inklusif yang mendorong berbagai pihak
yang terlibat dalam konflik untuk menentukan sukses di masa
depan.
d. Suatu pemberdayaan komite perencanaan.
e. Keterlibatan dari pemimpin dan tokoh masyarakat.
f. Mempertajam tanggung jawab seluruh elemen dalam masyarakat
untuk melaksanakannya.
g. Belajar dari praktek yang terbaik (learning from best practices).
h. Prioritas dan rencana pelaksanaannya.
i. Komitmen para pemangku kepentingan untuk berubah.

Perencanaan strategis memiliki fungsi sebagai alat untuk


menentukan arah dan tujuan pembangunan terhadap perubahan
dengan memperhitungkan kapasitas dan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan disusun untuk mengantisipasi perubahan sebagai respon

II-2
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

terhadap dinamika perubahan dan kompleksitas lingkungan. Rencana


Strategis memungkinkan organisasi atau pemerintahan
mengembangkan sistem yang mampu secara berkelanjutan melakukan
perbaikan pada semua tingkatan termasuk mengendalikan dampak
dan resiko pembangunan itu sendiri.
Melalui proses perencanaan strategis masing-masing pihak
baik pemerintah, non-pemerintah, swasta, institusi informal, dan pihak
lainnya menilai situasi masyarakat saat ini untuk menentukan
orientasi ke depan. Bagaimana lembaga masyarakat mampu bekerja
secara benar dan menilai hal-hal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan. Memfokuskan visi dan tujuan masyarakat di masa depan.
Perencanaan strategis dapat membantu para pemangku kepentingan
untuk menentukan arah terbaik masa depannya. Perencanaan Strategis
melibatkan usaha disiplin untuk mempertajam dan memandu
menentukan bagaimana keadaan komunitas, peran dan fungsi setiap
unsur, dan pembagian kerja.

b. Evaluasi
Evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal),
pemberian angka (rating) dan penilaian (assesment). Evaluasi kinerja
sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dalam
menghasilkan pelayanan publik. Akuntabilitas bukan sekedar
kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan
tetapi meliputi apakah uang tersebut dibelanjakan secara ekonomis,
efektif, dan efisien.
Pendapat William N. Dunn (2003:608), istilah evaluasi
mempunyai arti yaitu:
“Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan
penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian
(assessment), kata- kata yang menyatakan usaha untuk
menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam
arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi
informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan”2

2
William N. Dunn. 2003. Pengantar Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada
Press

II-3
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

Pengertian di atas menjelaskan bahwa evaluasi merupakan


hasil kebijakan dimana pada kenyataannya mempunyai nilai dari hasil
tujuan atau sasaran kebijakan. Bagian akhir dari suatu proses kerja
adalah evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja membantu pimpinan untuk
mengambil keputusan dalam suatu kebijakan, nilai yang dihasilkan
dari evaluasi membuat suatu kebijan bermanfaat bagi pelayanan
publik.
Menurut Commonwealth of Australia Department of Finance
(2006:1) Evaluasi biasanya didefinisikan sebagai kegiatan untuk
mengukur keberhasilan pelaksanaan kebijakan. Secara umum, evaluasi
dapat didefinisikan sebagai the systematic assessment of the extent to
which:
1. Program inputs are used to maximise outputs (efficiency);
2. Program outcomes achieve stated objectives (effectiveness);
3. Program objectives match policiesand community needs
(appropriateness).3
Sudarwan Danim (2000:14) mengemukakan definisi penilaian
(evaluating) adalah:
Proses pengukuran dan perbandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang
nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya. Ada beberapa
hal yang penting diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu
a. Bahwa penilaian merupakan fungsi organik karena pelaksanaan
fungsi tersebut turut menentukan mati hidupnya suatu
organisasi.
b. Bahwa penilaiaan itu adalah suatu proses yang berarti bahwa
penilaian adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan oleh
administrasi dan manajemen
c. Bahwa penilaian menunjukkan jurang pemisah antara hasil
pelaksanaan yang sesungguhnya dengan hasil yang seharusnya
dicapai.4

Jadi evaluasi adalah penilaian secara sistimatis untuk melihat


sejauh mana efisiensi suatu program masukan (input) untuk
memaksimalkan keluaran (output), evaluasi juga digunakan untuk

3
Commonwealth of Australia, Department of Finance and Administration Financial
Management Group. Introduction to Cost-Benefit Analysis and Alternative Evaluation
Methodologies. Januari 2006.
4
Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

II-4
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

mencapai tujuan dari program pencapaian hasil atau afaktifitas, dan


kesesuaian program kebijakan dan kebutuhan masyarakat. Evaluasi
juga termasuk salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
keberhasilan suatu kebijakan. Evaluasi adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur serta membandingkan hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan yang telah dicapai dengan hasil yang seharusnya
menurut rencana, sehingga diperoleh informasi mengenai nilai atau
manfaat hasil kebijakan, serta dapat dilakukan perbaikan bila terjadi
penyimpangan di dalamnya.
Menurut Dunn (2003: 608-609) Evaluasi mempunyai
karakteristik yang membedakannya dari metode- metode analisis
kebijakan lainnya yaitu:
a. Fokus Nilai
Evaluasi ditujukan kepada pemberian nilai dari sesuatu kebijakan,
program maupun kegiatan. Evaluasi terutama ditujukan untuk
menentukan manfaat atau kegunaan dari suatu kebijakan, program
maupun kegiatan, bukan sekedar usaha untuk mengumpulkan
informasi mengenai sesuatu hal. Ketepatan suatu tujuan maupun
sasaran pada umumnya merupakan hal yang perlu dijawab. Oleh
karena itu, suatu evaluasi mencakup pula prosedur untuk
mengevaluasi tujuan dan sasaran itu sendiri.5
b. Interdependensi Fakta – Nilai
Suatu hasil evaluasi tidak hanya tergantung kepada “fakta” semata
namun juga terhadap “nilai”. Untuk memberi pernyataan bahwa
suatu kebijakan, program atau kegiatan telah mencapai hasil yang
maksimal atau minimal bagi seseorang, kelompok orang atau
masyarakat haruslah didukung dengan bukti-bukti (fakta) bahwa
hasil kebijakan, program dan kegiatan merupakan konsekuensi dari
tidakan-tindakan yang telah dilakukan dalam mengatasi
/memecahkan suatu masalah tertentu. Dalam hal ini kegiatan
monitoring merupakan suatu persyaratan yang penting bagi
evaluasi.6
c. Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau
Evaluasi diarahkan pada hasil yang sekarang ada dan hasil yang
diperoleh masa lalu. Evaluasi tidaklah berkaitan dengan hasil yang
diperoleh masa lalu. Evaluasi tidaklah berkaitan dengan hasil yang
diperoleh di masa yang akan datang. Evaluasi bersifat retrospektif,
dan berkaitan dengan tindakan-t=lindakan yang telah dilakukan (Ex-
post). Rekomendasi yang dihasilkan dari suatu evaluasi bersifat
prospektif dan dibuat sebelum tindakan dilakukan (Ex-ante). 7
5
ibid
6
ibid
7
ibid

II-5
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

d. Dualitas Nilai
Nilai yang ada dari suatu evaluasi mempunyai kualitas ganda, karena
evaluasi dipandang sebagai suatu rekomendasi sejauh berkenaan
dengan nilai-nilai yang ada (misalnya kesehatan), dapat dianggap
sebagai intrinsik (diperlukan bagi dirinya) ataupun ektrinsik
(diperlukan karena kesehatan mempengaruhi pencapaian tujuan-
tujuan yang lain). (LAN, 2004: 237-238).8

Berdasarkan penjelasan di atas, karakteristik evaluasi terdiri


dari empat karakter. Pertama yaitu fokus nilai, karena evaluasi adalah
penilaian dari suatu kebijakan dalam ketepatan pencapaian tujuan dan
sasaran kebijakan. Kedua yaitu interdependensi fakta-nilai, karena
untuk menentukan nilai dari suatu kebijakan bukan hanya dilihat dari
tingkat kinerja tetapi juga dilihat dari bukti atau fakta bahwa kebijakan
dapat memecahkan masalah tertentu. Ketiga yaitu orientasi masa kini
dan masa lampau, karena tuntutan evaluatif diarahkan pada hasil
sekarang dan masa lalu sehingga hasil evaluasi dapat dibandingkan
nilai dari kebijakan tersebut. Keempat yaitu dualitas nilai, karena nilai-
nilai dari evaluasi mempunyai arti ganda baik rekomendasi sejauh
berkenaan dengan nilai yang ada maupun nilai yang diperlukan dalam
mempengaruhi pencapaian tujuan-tujuan lain.
Tabel 1.1.
Kriteria Evaluasi
Tipe
Pertanyaan Ilustrasi
Kriteria
Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan Unit pelayanan
telah dicapai?
Efisiensi Seberapa banyak usaha Unit biaya Manfaat bersih
diperlukan untuk mencapai Rasio biaya-manfaat
hasil yang diinginkan?
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian Biaya tetap (masalah
hasil yang diinginkan tipe I)
memecahkan masalah? Efektivitas tetap
(masalah tipe II)
Perataan Apakah biaya dan manfaat Kriteria Pareto Kriteria
didistribusikan dengan kaldor- Hicks
merata kepada kelompok- Kriteria Rawls
kelompok tertentu?
8
Lembaga Administrasi Negara, 2004, “Teknik Penyusunan Organisasi Berbasis Kinerja”,
LAN, Jakarta. In press

II-6
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

Tipe
Pertanyaan Ilustrasi
Kriteria
Resposivitas Apakah hasil kebijakan Konsistensi dengan survai
memuaskan kebutuhan, warga negara
preferensi atau nilai
kelompok-kelompok
tertentu?
Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang Program publik harus
diinginkan benar-benar merata dan efisien
berguna atau bernilai?
Sumber: Dunn, 2003:610

Berdasarkan kriteria di atas, evaluasi membagi beberapa tipe


kriteria diantaranya: efektivitas merupakan suatu alternatif mencapai
hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya
tindakan. Intinya adalah efek dari suatu aktivitas. Kedua yaitu efisiensi,
berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan
tingkat efektivitas tertentu. Ketiga, kecukupan merupakan sejauhmana
tingkat efektivitas dalam memecahkan masalah untuk memuaskan
kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menumbuhkan masalah.
Salah satu prinsip evaluasi adalah keberlanjutan
(sustainability) yakni evaluasi harus dapat menjawab pertanyaan:
i. apa yang terjadi dengan program/kegiatan setelah aktivitasnya
selesai;
ii. bagaimana target group dapat melakukan aktivitas;
iii. bagaimana pengelolaan pekerjaan bila pendanaan program/
kegiatan selesai;
iv. apakah program akan dilanjutkan, bagaimana rencana
pendanaannya.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39


Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Kriteria keberlanjutan meliputi kriteria: teknis,
manajerial, sosial, dan finansial.
a. teknis, apakah teknologi dan metode yang dikembangkan dalam
pelaksanaan program telah sesuai. Apakah bahan baku dan

II-7
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

peralatan yang diperlukan dapat diadakan dan dipelihara sendiri


oleh penerima manfaat (beneficiaries);
b. manajerial: siapa yang bertanggung jawab untuk mengelola hasil
program yang telah selesai dilaksanakan;
c. sosial: apakah manfaat program akan terus diterima masyarakat
setelah program selesai dilaksanakan;
d. finansial: bagaimana menutup biaya operasi dan pemeliharaan
jika pelaksanaan program dihentikan.
Evaluasi mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:
1) Memberi informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan,
program dan kegiatan, yaitu mengenai seberapa jauh kebutuhan,
nilai dan kesempatan telah dicapai. Dengan evaluasi dapat
diungkapkan mengenai pencapaian suatu tujuan, sasaran dan
target tertentu.
2) Memberi sumbangan pada klarifiaksi dan kritik. Evaluasi memberi
sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang
mendasari tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan
mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.
3) Memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan,
termasuk perumusan masalah dan rekomendasinya. Informasi
mengenai tidak memadainya suatu kinerja kebijakan, program dan
kegiatan memberikan kontribusi bagi perumusan ulang kebijakan,
program dan kegiatan. Evaluasi dapat pula menyumbangkan
rekomendasi bagi pendefinisian alternatif kebijakan, yang
bermanfaat untuk mengganti kebijakan yang berlaku dengan
alternatif kebijakan yang lain. (Tim Penyusun Modul Sistem
AKIP;2007)9

Fungsi evaluasi memberi informasi yang baik dan benar,


kepada masyarakat. Memberi kritikan pada klarifikasi suatu nila- nilai
dari suatu tujuan dan target, kemudian Membuat suatu metode
kebijakan untuk mencapai kinerja sehingga program dan kegiatan yang
di evaluasi memberikan kontribusi bagi perumusan ulang kebijakan
suatu kegiatan dalam organisasi atau instansi.

Kaufman dan Thomas dalam Moerdiyanto (2012) telah


mengemukakan adanya 8 (delapan) model monitoring dan evaluasi
program10 seperti berikut ini:
9
LAN dan BPKP. 2007. Akuntabilitas dan Good Governance: Modul 1 Sosialisasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Jakarta: LAN RI.
10
Moerdiyanto. 2012. Teknik Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam Rangka Memperoleh
Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. Diunduh tanggal 12 September
2019 melalui http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Drs.%20Moerdiyanto,

II-8
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

1) Goal-oriented Evaluation Model (Model Evaluasi berorientasi


Tujuan), oleh Tyler.
Model ini dikembangkan sejak tahun 1961, yakni model yang
hendak mengukur sejauh mana tujuan program telah tercapai.
Dengan sendirinya, model ini kurang fokus pada proses
implementasi program.
2) Goal-free Evaluation Model (Model Evaluasi Bebas Tujuan), oleh
Scriven. Evaluasi model ini hendak mengukur keberhasilan
program terutama dari dampak yang dihasilkan, misalnya untuk
program yang berhubungan dengan individu adalah perubahan
perilaku. Evaluasi model ini juga hendak mengukur dampak
sampingan baik yang diharapkan maupun tidak, serta melakukan
analisis biaya yang dikeluarkan dengan dampak yang diperoleh
melalui metode cost and benefit analysis.
3) Formatif-summatif Evaluation Model oleh Scriven.
Evaluasi model ini dikembangkan oleh Michael Scriven, dengan
membedakan evaluasi menjadi dua jenis: evaluasi formatif dan
evaluasi summatif.
a. Evaluasi formatif, dilakukan pada saat program sedang berjalan
(on going) yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan program (in progress). Monitoring dan
pengendalian termasuk tipe evaluasi ini.
b. Evaluasi sumatif, dilakukan pada akhir program, bertujuan
untuk mengetahui keberhasilan program yang telah
dilaksanakan, memberikan pertanggung-jawaban atas
tugasnya, memberikan rekomendasi untuk melanjutkan atau
menghentikan program pada tahun berikutnya.
4) Countenance Evaluation Model (Model Evaluasi) oleh Stake
Evaluasi ini fokus pada tahapan proses dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan program. Menurut Stake ada 3 tahapan
program: Antecedent phase, Transaction phase, dan Outcomes
phase. Pada setiap tahapan akan mengungkapkan (describe) dua
hal: apa yang diinginkan (intended) dan apa yang terjadi
(observed). Secara rinci diuraikan sebagai berikut:
a. Antecedent phase, pada tahap sebelum program dilaksanakan.
b. Transaction phase, pada saat program diimplementasikan.
c. Outcomes phase, pada akhir program untuk melihat perubahan
yang terjadi sebagai akibat program yang telah dilakukan.
5) Responsive Evaluation Model (Model Evaluasi Responsif) oleh
Stake.
Metode ini hendak mengukur perubahan perilaku (behavior
change). Evaluasi model ini cocok diterapkan untuk program-
program sosial, seni, humaniora, dan masalah-masalah yang perlu
penanganan dengan aspek humaniora
6) CIPP Evaluation Model (Model Evaluation CIPP) oleh Stufflebeam.
CIPP singkatan dari Context, Input, Process, Product merupakan
model evaluasi yang berorientasi pada pengambilan keputusan.

%20M.Pd./ARTIKEL%20MONEV.pdf

II-9
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

Stufflebeam menggolongkan evaluasi menjadi 4 jenis ditinjau dari


alternatif keputusan yang diambil dan tahapan program yang
dievaluasi. Dari empat tahapan evaluasi tersebut, setiap tahapan
evaluasi ditandai oleh adanya informasi pembuatan keputusan:
(i) Evaluasi Context, dilakukan pada tahap perencanaan
menghasilkan informasi untuk keputusan perencanaan
(planning decission)
(ii) Evaluasi Input, dilakukan pada tahap awal menghasilkan
informasi untuk keputusan penentuan strategi pelaksanaan
program (structuring decission).
(iii) Evaluasi Process, dilakukan selama program berjalan
menghasilkan informasi tentang pelaksanaan program;
evaluasi proses akan melihat bagaimana kegiatan program
berjalan.
(iv) Evaluasi product, dilakukan pada akhir program, untuk
mengetahui keberhasilan program. Sejauh mana tujuan telah
dicapai, hambatan yang dijumpai dan solusinya, bagaimana
tingkat keberhasilan program meliputi efektivitas, efisiensi,
relevansi, produktivitas, dsb. Evaluasi produk menghasilkan
informasi untuk keputusan kelanjutan program (recycling
decission). Evaluasi produk juga sebagai akuntabilitas
pimpinan tentang program yang menjadi tanggungjawabnya
kepada stakeholders.
7) CSE-UCLA Evaluation Model (Center for the Study of Evaluation,
University of California at Los Angeles).
Evaluasi model CSE-UCLA hampir sama dengan model CIPP,
termasuk kategori evaluasi yang komprehensif. Evaluasi CSE-UCLA
melibatkan 5 tahapan evaluasi: Perencanaan, Pengembangan,
Pelaksanaan, Hasil, dan Dampak.
8) Discrepancy Evaluation Model (DEM) oleh Provus.
Evaluasi model Discrepancy dikembangkan oleh Malcom Provus,
fokus pada pembandingan hasil evaluasi dengan indikator kinerja
yang telah ditentukan. Hasil evaluasi digunakan untuk pengambilan
kebijakan tentang program yang telah dilaksanakan: akan
ditingkatkan, akan dilanjutkan, atau dihentikan. Evaluasi program
dengan model DEM melibatkan 4 tahap kegiatan sesuai dengan
tahapan kegiatan organisasi atau program yang akan dievaluasi:
a. Mengidentifikasi program (program definition), pada tahap
ini evaluasi fokus pada penentuan dan rumusan tujuan
b. Penyusunan program (program installation), evaluasi fokus
pada isi atau substansi program, cara-cara, metode,
mekanisme untuk mencapai tujuan
c. Pelaksanaan kegiatan program (program implementation),
evaluasi difokuskan untuk mengukur perbedaan yang terjadi
antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang telah ditentukan
(indikator kinerja).
d. Hasil yang dicapai program (program goal attainment),
kegiatan evaluasi menginterpretasikan hasil temuan evaluasi
dan memberikan rekomendasi untuk pembuatan keputusan.

II-10
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

Keputusan dapat berupa revisi program dan atau


melanjutkan program kegiatan. Evaluasi mengukur capaian
pada setiap tahapan program, dan membandingkan dengan
indikator yang telah ditentukan.

c. Evaluasi Hasil Rencana Pembangunan Daerah


Menurut PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, monitoring merupakan
proses mengidentifikasi pelaksanaan program untuk memperoleh data
atau informasi yang menggambarkan apakah pelaksanaan program telah
sesuai dengan rencana atau belum. Evaluasi sebagai rangkaian kegiatan
membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil
(outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi dilakukan terhadap
pelaksanaan dokumen rencana pembangunan untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan dari suatu program/ kegiatan berdasar indikator dan
sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen perencanaan. Evaluasi
juga dilakukan terhadap pelaksanaan program pembangunan untuk
menilai efisiensi, efektivitas, manfaat, dampak, dan keberlanjutan dari
suatu program.
Dalam Penjelasan PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
disebutkan bahwa pelaksanaan evaluasi dilakukan pada berbagai tahapan
yang berbeda, yaitu:
a. Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilakukan
sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk
memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan
kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya;
b. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi
dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk
menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya, dan
c. Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang
dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan

II-11
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program


mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan.
Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil
dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap
sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu
program.
Berdasarkan Pasal 275 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, Bupati/walikota melakukan
pengendalian dan evaluasi terhadap perencanaan pembangunan Daerah
lingkup kabupaten/kota. Menurut Permendagri Nomor 86 tahun 2017,
Pengendalian dan evaluasi pembangunan Daerah adalah suatu proses
pemantauan dan supervisi dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan pembangunan serta menilai hasil realisasi kinerja dan
keuangan untuk memastikan tercapainya target secara ekonomis,
efisien, dan efektif.
Pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan
Daerah meliputi:
a. Pengendalian dan evaluasi terhadap perumusan kebijakan
perencanaan pembangunan Daerah;
b. Pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana
pembangunan Daerah; dan
c. Evaluasi terhadap hasil rencana pembangunan Daerah.
Evaluasi hasil rencana pembangunan daerah perlu dilakukan
untuk dapat mengetahui seberapa jauh rencana pembangunan yang
telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dapat memberikan hasil
(kinerja) sesuai dengan tujuan serta visi dan misi yang ditetapkan
semula. Sasaran utama evaluasi pelaksanaan rencana secara umum
adalah untuk mengetahui sejauh mana rencana yang telah ditetapkan
dan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dapat mencapai hasil yang
telah ditetapkan dalam rencana semula. Bila pelaksanaan rencana
tersebut berjalan dengan baik perlu dijelaskan faktor faktor penentu
keberhasilan (Key Success Factors) tersebut agar keberhasilan tersebut
dapat pula dilaksanakan pada periode perencanaan berikutnya, akan

II-12
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

tetapi bilamana pelaksanaan rencana tersebut tidak dapat dilakukan,


perlu diketahui kendala dan permasalahan yang dihadapi agar
pemecahannya dalam bentuk perubahan kebijakan akan dapat
dilakukan pada waktu penyusunan rencana periode berikutnya.
Berkaitan dengan pengendalian dan evaluasi Renstra lebih
lanjut dijelaskan pada Pasal 284, 285 dan 286 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 86 tahun 2017. Pasal 284 menyebutkan bahwa:
a. Pengendalian terhadap pelaksanaan Renstra Perangkat Daerah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 283,
mencakup indikator kinerja Perangkat Daerah serta rencana
program, kegiatan, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif,
serta tujuan dan sasaran Renstra Perangkat Daerah.
b. Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
melalui pemantauan dan supervisi terhadap pelaksanaan Renstra
Perangkat Daerah kabupaten/kota.
c. Pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
harus dapat menjamin:
1) indikator kinerja dan kelompok sasaran, rencana program,
kegiatan, serta pendanaan indikatif Renstra Perangkat Daerah
kabupaten/kota, telah dipedomani dalam menyusun indikator
kinerja dan kelompok sasaran, program, kegiatan, dana
indikatif Renja Perangkat Daerah kabupaten/kota; dan
2) tujuan dan sasaran Renstra Perangkat Daerah kabupaten/kota
telah dijabarkan dalam tujuan dan sasaran Renja Perangkat
Daerah kabupaten/kota.
d. Hasil pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), digunakan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa
indikator kinerja Perangkat Daerah kabupaten/kota, rencana
program, kegiatan, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam upaya mencapai
visi, misi, tujuan dan sasaran Renstra Perangkat Daerah
kabupaten/kota, telah dilaksanakan melalui Renja Perangkat
Daerah kabupaten/kota.

II-13
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

Sedangkan pasal 285 dari Permendagri tersebut menyebutkan


bahwa:
a. Kepala Perangkat Daerah kabupaten/kota melakukan pengendalian
dan evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Perangkat Daerah.
b. Dalam hal evaluasi dari hasil pemantauan dan supervisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 284 ayat (4) ditemukan adanya
ketidaksesuaian/penyimpangan, kepala Perangkat Daerah
kabupaten/kota melakukan tindakan perbaikan/penyempurnaan.
c. Kepala Perangkat Daerah kabupaten/kota melaporkan hasil
pengendalian dan evaluasi Renstra Perangkat Daerah
kabupaten/kota kepada bupati/wali kota melalui kepala BAPPEDA
kabupaten/kota.

Pada Pasal 286 disebutkan sebagai berikut:


a. Kepala BAPPEDA kabupaten/kota menggunakan laporan hasil
pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Renstra Perangkat Daerah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 285 ayat (3),
sebagai bahan evaluasi pelaksanaan RPJMD kabupaten/kota.
b. Dalam hal evaluasi terhadap laporan hasil pengendalian dan
evaluasi pelaksanaan Renstra Perangkat Daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan adanya
ketidaksesuaian/penyimpangan, bupati/wali kota melalui kepala
BAPPEDA kabupaten/ kota menyampaikan rekomendasi langkah-
langkah penyempurnaan untuk ditindaklanjuti oleh kepala
Perangkat Daerah kabupaten/kota.
c. Kepala Perangkat Daerah kabupaten/kota menyampaikan hasil
tindak lanjut perbaikan/ penyempurnaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada bupati/wali kota melalui kepala BAPPEDA
kabupaten/kota.

B. Metode Evaluasi

II-14
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

1. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi Renja
BKAD ini adalah dengan menggunakan formulir evaluasi Renja yang akan
diisi capaiannya oleh masing-masing bidang.
2. Teknik Pengolahan Data
Evaluasi capaian Renja BKAD dilakukan dengan membandingkan
antara realisasi kinerja dengan target kinerja yang ditetapkan dalam Renja
BKAD. Penghitungan capaian kinerja memperhatikan karakteristik indikator
Renja BKAD, yaitu sebagai berikut.

a. Indikator Positif/Invers, yaitu indikator yang menunjukkan semakin


tinggi angka capaian kinerja maka kondisinya semakin baik.
Persentase capaian target untuk indikator positif dihitung menggunakan
formula sebagai berikut:

b. Indikator Negatif/Convers, yaitu indikator yang menunjukkan semakin


tinggi angka capaian kinerja maka kondisinya justru semakin jelek.
Persentase capaian target untuk indikator negatif dihitung menggunakan
formula sebagai berikut:

Penentuan status capaian target kinerja sesuai ketentuan peraturan


Permendagri 86 tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 1.2.
Skala Nilai Peringkat Kinerja
Menurut Permendagri 86 Tahun 2017
No. Interval Nilai Interval Nilai Interval Nilai Interval Nilai Status
Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi S/D
S/D TW 1 S/D TW 2 S/D TW 3 TW 4
1 22,5 % ≤ 100 % 45 % ≤ 100 % 68 % ≤ 100% 91% ≤ 100% Sangat Tinggi (ST)
2 20 % ≤ 22,5 % 39 % ≤ 44 % 58 % ≤ 67% 76% ≤ 90% Tinggi (T)

II-15
EVALUASI RENJA BKAD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2022

3 17 % ≤ 19 % 33 % ≤ 38 % 50 % ≤ 57% 66% ≤ 75% Sedang (S)


4 13 % ≤ 16 % 26 % ≤ 32 % 39 % ≤ 49% 51% ≤ 65% Rendah (R)
5 ≤ 13 % ≤ 25 % ≤ 38% ≤ 50% Sangat Rendah (SR)

Dalam penilaian kinerja, gradasi nilai (skala intensitas) kinerja


suatu indikator dapat dimaknai sebagai berikut:
1. Hasil Sangat Tinggi dan Tinggi
Gradasi ini menunjukkan pencapaian/realisasi kinerja capaian telah
memenuhi target dan berada diatas persyaratan minimal kelulusan
penilaian kinerja.
2. Hasil Sedang
Gradasi cukup menunjukkan pencapaian/realisasi kinerja capaian
telah memenuhi persyaratan minimal.
3. Hasil Rendah dan Sangat Rendah
Gradasi ini menunjukkan pencapaian/realisasi kinerja capaian belum
memenuhi atau masih dibawah persyaratan minimal pencapaian
kinerja yang diharapkan.

3. Teknik Analisis Data


Teknis analisis dilakukan dengan teknik perbandingan antara
realisasi kinerja dan keuangan dengan target kinerja dan anggaran; dan
analisis permasalahan yang hadapi perangkat daerah dalam pencapaian
target Renja Perangkat Daerah.

II-16

Anda mungkin juga menyukai