Anda di halaman 1dari 22

Indikator Kinerja

Evaluasi 1

[Teknik Evaluasi Perencanaan] / PWK2326 [Genap 20.21]


Fahmyddin A T. ST, MArch, Ph.D. Email: fahmyddin@gmail.com Week #7
Pengantar
• Sejak dilangsungkannya otonomi daerah di Indonesia, maka pemerintah daerah
kabupaten/ kota diberikan keleluasaan untuk melaksanakan pembangunan di
daerahnya masing–masing.
• Adanya kebijakan otonomi daerah di Indonesia menjadikan setiap daerah
kabupaten/ kota untuk melaksanakan pembangunan di daerahnya masing–
masing.
• Pembangunan pada setiap wilayah salah satunya diwujudkan dengan
pelaksanakan suatu program/ kegiatan pada masing-masing instansi/ lembaga/
dinas.
• Terkait dengan hal tersebut tentu saja dalam pelaksanaan masing masing
program/ kegiatan tiap instansi/ lembaga/ dinas memberikan dampak dan
manfaat yang berbeda-beda terhadap berbagai pihak, selain itu mungkin juga
muncul berbagai permasalahan sebelum, selama maupun setelah pelaksanakan
program/ kegiatan tersebut.
• Berdasarkan hal di atas maka perlu dilaksanakan kegiatan evaluasi terhadap
masing-masing program/ kegiatan tersebut
Pengantar

• Oleh karena itu untuk mendorong sistem evaluasi yang efektif


terhadap program/kegiatan pembangunan yang telah
dilakukan oleh Pemerintah setiap wilayah perlu disusun
instrumen evaluasi manfaat program pembangunan
• Adanya instrumen tersebut diharapkan dapat membantu
semua pihak guna memperoleh informasi terkait dampak/
manfaat yang dihasilkan dari program pembangunan
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Penyusunan indikator
kinerja

• Salah satu elemen penting dalam melakukan evaluasi


adalah menyusun indikator kinerja.
• Indikator kinerja merupakan uraian ringkas dengan
menggunakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang
mengindikasikan pencapaian suatu sasaran atau tujuan
yang telah disepakati dan ditetapkan.
Penyusunan indikator
kinerja

• Indikator kuantitatif digunakan untuk mengukur sesuatu yang sifatnya


terukur (measurable) dan obyektif.
• Indikator kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai absolut
(jumlah), prosentase, rasio dan tingkatan.
• Sementara indikator kualitatif lebih bersifat subyektif karena biasanya
menyangkut sikap, perilaku, penilaian dan perasaan seorang individu
akan sesuatu hal.
• Untuk mendapatkan data indikator kualitatif dilakukan melalui interview
terstruktur terhadap masyarakat.
• Indikator kinerja juga merupakan petunjuk (guideline) dalam rangka
pencapaian tujuan atau sasaran, visi dan misi organisasi.
Pengantar
• Konsep Evaluasi yang diformulasikan dengan baik dan dapat
dengan mudah dimengerti oleh penggunanya akan mampu
memperkuat kualitas kinerja serta memperbaiki proses dan atau
tahapan perencanaan dan penyusunan anggaran dan integritas
evalusi itu sendiri.
• Namun hal itu tidak akan tercapai apabila tidak ada
kesepahaman tentang bahasa yang digunakan, pengertian
akan pemanfaatannya, dan penggunaan konsep dan sarana
yang ada.
• Khususnya konsep, telah dibuktikan dalam berbagai kasus,
merupakan hambatan yang cukup mengganggu dalam
membangun kegiatan evaluasi yang berkualitas dan permanen.
Pengantar
• Evaluasi membutuhkan definisi yang jelas untuk setiap variabel
ataupun indikator yang digunakan berikut baseline data yang
digunakan untuk setiap indikatornya dengan maksud agar kinerja
dapat dievaluasi dengan baik.
• Akuntabilitas (salah satu unsur Good Governance) merupakan
suatu aspek penting dalam perencanaan, artinya apapun
rencananya baik kebijakan, program ataupun kegiatan; harus
terukur.
• Mengukur progress dan capaian, memerlukan suatu alat ukur atau
ukuran, yang direfleksikan dalam pengertian “Apakah tujuan dapat
tercapai?”, atau “Apakah sasaran sudah ditentukan?”, sehingga
sukses atau kegagalan dapat diketahui dari tercapai tidaknya
sasaran tersebut.
Pengantar
• Adapun sasaran itu berbeda-beda tingkatannya, namun hirarki yang
umum : input sama dengan investasi untuk
kebijakan/program/kegiatan yang disusun, output sama dengan
hasil yang dicapai dalam konteks pelaksanaan, dan outcome
atau hasil dalam konteks dampak pelaksanaan kegiatan
(Berakibat lebih luas dari hanya sekedar konsekuensi dari
pelaksanaan kegiatan).
• Menurut Osborne and Gaebler 1992; Mayston, 2003; Castro, 2007
bahwa apapun yang dapat diukur atau terukur, biasanya dapat
diselesaikan dengan baik.
• Sehingga apabila capaian atau hasil tidak dapat diukur, kita sama
sekali tidak akan mampu memastikan apakah yang kita laksanakan
(Kebijakan/program/kegiatan/strategi dll.) berhasil/sukses, ataukah
gagal, artinya tujuan tidak tercapai.
Pengantar
• Bila Perencana tidak mampu memastikan dan mengenali
kesusksesan tercapainya perencanaan, maka bagaimana para
perencana dapat memastikan bahwa yang kita lakukan benar
membawa dampak yang baik dan perlu diberi reward.
• Bila demikian faktanya, maka kemungkinan yang diberi reward
itu justru sebenarnya suatu kegagalan tercapainya kebijakan/
program.
• Sehingga suatu ketidakberhasilan tidak akan mampu
memberikan Refleksi/pengalaman apapun.
• Kalaupun kegagalan itu tidak juga dapat dikenali, lalu
bagaimana perencana dapat mengkoreksinya?
Pengantar

• Sehingga guna memastikan ukuran kinerja yang digunakan


benar-benar solid dan dapat dipertanggungjawabkan, maka
suatu alat bantu untuk memetakan pola pikir awal hingga
ekspektasi capaian beserta ukuran-ukurannnya (untuk
berbagai tingkatan) ketika perencana memformulasikan
apapun, termasuk kebijakan, strategi, program, intervensi,
kegiatan dan sebagainya; atau suatu cara berfikir yang runtut,
sungguh diperlukan.
• Cara pendekatan seperti ini secara umum disebut sebagai
Model Logika.
Penyusunan Indikator Kinerja

• Dengan modal Model Logika, indikator kinerja dari suatu


rencana/plan dapat dengan mudah disusun dan ditentukan.
• Sesuai tingkatannya, indikator kinerja jelas posisinya sebagai alat
ukur yang sahih di level kebijakan, program, ataukah kegiatan,
mungkin juga input atau anggarannya
• Definisi dan konsep tataran tsb dapat dilihat dan direview dari
contoh kasus yang akan dijelaskan pada materi perkuliahn
berikutnya (Contoh kasus barikutnya RPJMN dan dokumen RKP
tahunan)
• Para perenacana dan pemangku kepentingan lainnya harus
dipastikan memiliki kesamaan pandang atau persepsi masing-
masing sasaran.
• Dengan kesamaan tersebut dapat disepakati macam indikator yang
digunakan.
Penyusunan Indikator Kinerja

• Selain itu, harus disepakati pula arti dan maksud pemilihan


kata-kata yang digunakan dan istilah dalam masing-masing
tatanan.
• Misalnya, definisi anak usia sekolah, konsep tumbuh
kembang anak, definisi pekerja keluarga yang tidak
dibayar, pengertian ibu rumah tangga yang pernah
mengikuti pelatihan KUB.
Penyusunan Indikator Kinerja

Untuk menentukan indikator kinerja perlu disepakati berbagai


konsep dan definisi tentang indikator yang akan disepakati
bersama, misalnya apa yang dimaksud dengan:

• Tujuan/Goal. Apakah ini berada pada level impact?


• Apakah impact juga merupakan dampak yang dicapai oleh
outcome dalam waktu panjang/lama?
• Apakah tujuan/objectives difokuskan pada pemanfaat hasil
kegiatan pembangunan atau bagaimana? Apakah itu sama
dengan outcomes?
• Apakah kegiatan/activities pasti merupakan indikator
output. Apakah output juga merupakan hasil pengukuran
beberapa kegiatan?
Penyusunan Indikator Kinerja

Apabila Indikator Evalusai Kinerja sudah ditentukan,konsekuensi


dari kesepakatan atas indikator akan menunjukkan hal berikut:
• Indikator yang disepakati merupakan bahasa yang dimengerti
semua orang.
• Penentuan outcome, menunjukkan kemampuan untuk
membedakan „apa yang dikerjakan” dengan “hasil/capaian”.
• Indikator yang disepakati akan meningkatkan pengertian para
pemangku kepentingan akan kebijakan/program/kegiatan yang
dievaluasi.
• Indikator yang disepakati menjadi acuan dan petunjuk dalam
monitoring dan evaluasi serta membantu evaluator agar tetap
fokus pada apa yang dievaluasinya.
• (Berlanjut dislide berikutnya)
Penyusunan Indikator Kinerja

• Membantu menuju perbaikan dalam perencanaan dan


manajemen.
• Memantapkan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
• Menjaga keterkaitan dan kesesuaian antar berbagai
kebijakan/program/kegiatan di berbagai kondisi dan situasi serta
level yang berbeda.
• Koordinasi kerja terjaga karena alur pikir berada dalam tataran
yang sama.
• Mampu memantapkan penentuan urutan prioritas dan alokasi
pendanaan.
• Memudahkan dan membangun iklim kerja yang baik bagi para
evaluator.
Penyusunan Indikator Kinerja

• Indikator kinerja juga merupakan petunjuk (guideline) dalam


rangka pencapaian tujuan atau sasaran, visi dan misi
organisasi.
• Indikator kinerja dapat diterapkan untuk : (a) Input/Masukan; (b)
Output/Keluaran; (c) Outcome; (d) Manfaat/benefit; (e)
Dampak.
• Silde berikut akan menjelaskan penyusunan Indikator Kinerja
pada setiap tahap: (a) Input/Masukan; (b) Output/Keluaran; (c)
Outcome; (d) Manfaat/benefit; (e) Dampak.
a. Indikator Input/masukan

• Segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan


dapat menghasilkan keluaran yang ditentukan, misalnya dari:
sumber dana (APBN/APBD, swasta, masyarakat), dukungan
pemikiran (tenaga ahli, pendapat masyarakat), dukungan
kebijakan (kebijakan pusat, kebijakan daerah).
• Ukuran masukan ini berguna dalam rangka memonitor jumlah
sumber daya yang digunakan untuk mengembangkan,
memelihara dan mendistribusikan produk, kegiatan dan atau
pelayanan.
• Contoh: Rupiah yang dibelanjakan untuk peralatan; Jumlah jam
kerja pegawai yang dibebankan dll
b. Indikator Output/keluaran
• Sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan
yang dapat berupa fisik maupun nonfisik, misalnya: rencana,
kebijakan, program, tersosialisasi.
• Indikator keluaran dapat menjadi landasan untuk menilai
kemajuan suatu kegiatan apabila target kinerjanya (tolok ukur)
dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi
dengan baik dan terukur.
• Karenanya, indikator keluaran harus sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi unit organisasi yang bersangkutan. Indikator
keluaran (ouput) digunakan untuk memonitor seberapa banyak
yang dapat dihasilkan atau disediakan.
• Contoh : Jumlah izin yang dikeluarkan; Jumlah orang yang
dilatih; Jumlah dokumen yang diproses;
c. Indikator Outcome Outcome

• Indikator Outcome Outcome menggambarkan tingkat


pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin menyangkut
kepentingan banyak pihak.
• Dengan indikator tersebut dapat diketahui apakah hasil yang
telah diperoleh dalam bentuk output memang dipergunakan
sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan besar bagi
masyarakat.
• Contoh: Jumlah hasil langsung dari kegiatan(Jumlah peserta
yang paham dan mempraktekan pelatihan); Peningkatan
langsung hal-hal positif (Peningkatan daya tahan bangunan; %
Penambahan daya tampung siswa); Penurunan langsung hal-
hal negative (Penurunan tingkat kemacetan; % Penurunan
pelanggaran lalu lintas dll)
d. Indikator Outcome

• Indikator manfaat menunjukkan hal yang diharapkan untuk


dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi dengan
optimal. Manfaat sebuah program baru tampak setelah
beberapa waktu kemudian khususnya dalam jangka menengah
dan panjang.
• Contoh: Peningkatan hal yang positif dalam jangka
menengah/panjang (% Peningkatan kesempatan kerja,
Peningkatan kegiatan ekonomi), Penurunan hal yang negatif
dalam jangka menengah/panjang (Jumlah Penurunan penyakit
TBC; % Penurunan tingkat kriminalitas)
e. Indikator Dampak

• Indikator Dampak Indikator memperlihatkan pengaruh


yang ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh dari hasil
kegiatan.
• Seperti halnya indikator manfaat, indikator dampak baru
dapat diketahui dalam jangka menengah dan panjang.
• Contoh-contoh : Peningkatan hal yang positif dalam
jangka menengah/panjang (% Peningkatan
pendapatan/kapita, Jumlah peningkatan PDRB);
Penurunan hal yang negatif dalam jangka
menengah/panjang (Jumlah Penurunan tingkat
kemiskinan, % Penurunan tingkat kematian)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai