Anda di halaman 1dari 18

PL4107 Teknik Evaluasi Perencanaan - Kelas RC

Konsep Evaluasi Kebijakan


& Konsep Evaluasi
Perencanaan
Studi Kasus :
EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
ZONASI PERTANIAN DI KABUPATEN
BEKASI
Dosen Pengampu

Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M.Si.

M. Bobby Rahman, S.T.,M.Si.(Han)

Zenia F Saraswati, S.T., M.P.W.K

Nela Agustin Kurnianingsih, S.T.,M.T.


Anggota Kelompok 5

Giarti Maulana Hufron


118220043 118220103

Suci Aisyahwati Figo Kurniawan


118220069 118220133
OUTLINE
Konsep Evaluasi Kebijakan

Konsep Evaluasi Perencanaan

Studi Kasus
Konsep Evaluasi
Kebijakan
Pengertian Evaluasi Kebijakan
James P. Lester dan Joseph Stewart menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan
ditujukan untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk
mengetahui apakah kebijakan publik telah dijalankan meraih dampak yang
diinginkan.
Evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak (Anderson: 1975).
Evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada seluruh
proses kebijakan.

Menurut Briant & White (dalam Samodra Wibawa, 1994:63), evaluasi


kebijakan pada dasarnya harus bisa menjelaskan sejauh mana kebijakan
publik dan implementasinya mendekati tujuan.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat
disintesakan bahwa evaluasi kebijakan Publik adalah suatu proses pengukuran,
penilaian, dan membandingkan yang dilaksanakan secara sistematis dengan pendekatan
strategi, manajemen maupun pragmatis atas rumusan, implementasi, kinerja dan
lingkungan kebijakan dengan tujuan untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan
untuk kepentingan mengambil keputusan berikutnya.
Karakteristik Evaluasi Kebijakan
Menurut William Dunn (1998: 608-609)

Fokus Nilai
Interdependensi Fakta Nilai
Evaluasi merupakan usaha untuk menentukan
manfaat/kegunaan sosial kebijakan, dan bukan sekedar usaha Tuntutan evaluasi tergantung fakta dan nilai. Untuk menyatakan
untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan bahwa kebijakan tertentu telah mencapai tingkat kinerja yang
yang terantisipasi dan tidak terantisipasi. Karena ketepatan tertinggi diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil kebijakan
tujuan dan sasaran kebijakan dapat selalu dipertanyakan. berharga bagi setiap kalangan. Sehingga dibutuhkan bukti bahwa
hasil kebijakan secara aktual merupakan konsekuensi dari aksi-aksi
yang dilakukan untuk memecahkan masalah tertentu.

Orientasi Masa Kini dan Masa Dualitas Nilai


Lampau
Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai
Tuntutan evaluatif diarahkan pada hasil sekarang dan masa kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan
lalu. dan sekaligus cara.
Nilai (values) dalam Evaluasi
Kebijakan
Dunn mengemukakan bahwa informasi yang dihasilkan dari evaluasi merupakan nilai

(values) yang antara lain berkenaan dengan;

1). Efektivitas, mengilustrasikan unit pelayanan, yakni penilaian pada hasil,


tanpa memperhitungkan biaya;
2). Efisiensi (Efficiency), yakni perbandingan antara hasil dengan biaya, atau
(hasil/biaya);
3). Kecukupan, untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian hasil yang
diinginkan
4). Perataan (equity), yakni keseimbangan (proporsional) dalam pembagian
hasil (manfaat) dan/atau biaya (pengorbanan);
5). Responsitas, untuk mengetahui apakah hasil kebijakan telah memuaskan
kebutuhan dan
6). Ketepatan, untuk mengetahui apakah hasil atau tujuan yang diinginkan
benar-benar berguna atau bernilai.
Fungsi analisis kebijakan
Menurut William Dunn (1998: 608-609)

Evaluasi memiliki beberapa fungsi utama dalam analisis kebijakan.


1. Memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kriteria kebijakan yaitu, seberapa jauh kebutuhan, nilai dan
kesempatan yang dapat dicapai melalui tindakan publik.
2. Memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-
nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
3. Memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
Konsep Evaluasi
Perencanaan
Pengertian Evaluasi Perencanaan

Kaiser (et al, 1995 : 426)


Evaluasi perencanaan adalah penilaian yang sistematis pada
aspek lingkungan, social, ekonomi, fiscal, dan implikasi
infrastruktur pada guna lahan dan rencana pengembangan.

Evaluasi perencanaan adalah menguraikan strategi mengenai cara


mendapatkan dan menganalisis data yang akan membantu meningkatkan
efektivitas dari suatu evaluasi program/kebijakan. Perencanaan evaluasi
dilakukan agar evaluasi yang kita lakukan sesuai dengan tujuan yang
telah direncanakan, agar evaluasi itu berjalan secara efektif dan efisien.
Tipe-Tipe Evaluasi Perencanaan

Preadoption Evaluation
Sebelum adopsi, evaluasi perencanaan merupakan alat untuk
merancang dan membuat keputusan. Perencana dapat
menggunakan evaluasi untuk membandingkan alternatif desain
dan menyarankan peningkatan (Kaiser, et al, 1995:434)

Postadoption Monitoring and Evaluation


Setelah rencana guna lahan diadopsi kemudian diimplementasikan
untuk melihat bagaimana perencanaan dapat berjalan pada
prakteknya. Monitoring dan evaluasi merupakan proses untuk
mengumpulkan informasi pada hasil/outcome dari implementasi
rencana guna lahan dan program manajemen pengembangan.
Jenis Pendekatan Evaluasi
yang bisa dipertimbangkan dalam evaluasi perencanaan

Goal-Based Evaluation Process-Based Evaluation


Pendekatan ini berkaitan dengan pencapaian Digunakan untuk memahami secara mendalam
seluruh tujuan dan sasaran yang telah bagaimana suatu program berjalan. Evaluasi ini
ditetapkan. akan berguna jika suatu program bersifat sangat
lama dan telah berubah selama bertahun-tahun.

Outcome-Based Evaluation
Sebuah cara yang sistematis yang digunakan
untuk menentukan apakah suatu
program/kebijakan telah mencapai
tujuannya.
Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product)
Sebuah paradigma model evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam dan Shinkfield (1985)

context evaluation: evaluasi terhadap konteks; yaitu sebuah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek

input evaluation: evaluasi terhadap masukan; untuk melayani keputusan- keputusan pada kegiatan
pengorganisasian. Menentukan sumberdaya yang tersedia, strategi alternatif yang perlu dipergunakan
dalam program, serta perencanaan yang terbaik bagi pemenuhan kebutuhan

process evaluation: evaluasi terhadap proses; untuk melayani keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
implementasi program.

product evaluation: evaluasi terhadap hasil; untuk melayani keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
pencapaian program dan kemungkinan perencanaan ulang

Keempat singkatan dari CIPP tersebut itulah yang menjadi komponen evaluasi. Model CIPP berorientasi pada
suatu keputusan (a decision oriented evaluation approach structured).
Studi Kasus
(Evaluasi Implementasi Kebijakan Zonasi
Pertanian di Kabupaten
Bekasi)
"Implementasi kebijakan zonasi pertanian di Kabupaten Bekasi, dimana

pertanian menjadi salah satu komoditi utama pendapatan masyarakatnya.

Evaluasi ini menggunakan model CIPP (context, input, process, product) guna

mengevaluasi atas implementasi kebijakan program zonasi pertanian di

Kabupaten Bekasi dalam rangka menjaga, melestarikan dan meningkatkan

produktivitas pertanian dengan mengacu pada Perda Kabupaten Bekasi

Nomor 12 tahun 2011 dan Undang-Undang No 26 tahun 2008."


(Evaluasi Implementasi Kebijakan Zonasi Pertanian di Kabupaten Bekasi)

1. Evaluasi Komponen Konteks (Context).


Komponen konteks mengevaluasi aspek regulasi peraturan perundang-undangan
yang menjadi pijakan Pemerintah Kabupaten Bekasi menyelenggarakan kebijakan
zonasi pertanian di wilayahnya, yakni dengan Peraturan Daerah nomor 12 tahun
2011 tentang rencana tataruang dan rencana wilayah Kabupaten Bekasi tahun
2011- 2031 dan mengacu pada aspek tataruang nasional dengan berpijak pada
Undang- Undang nomor 26 tahun 2007 tentang tata ruang.

Pada Pasal 27 tentang Rencana pengembangan kawasan budidaya poin b bahwa 2. Evaluasi Komponen Masukan (Input)
Kabupaten Bekasi sudah sangat jelas merencanakan zonasi kawasan pertanian.
Selanjutnya diperjelas ruang lingkup wilayah peruntukan pertanian yakni pada
Komponen input mengevaluasi aspek yang meliputi perencanaan penerapan
Paragraf 3 tentang Kawasan Peruntukan Pertanian
kebijakan. Pada kebijakan zonasi pertanian di Kabupaten Bekasi dalam
kedudukan RTRW Kabupaten menunjukkan bahwa perencanaan dan tujuan
zonasi pertanian adalah bagian utama dari fungsi penyelarasan kebijakan
penataan ruang wilayah nasional, provinsi dan sebagai pedoman untuk
membangun daerahnya selain melihat aspek-aspek sosial ekonomi juga wajib
menyelaraskan kelestarian lingkungan sebagai upaya menjaga kapasitas daya
dukung lingkungan dan pemenuhan sumberdaya lahan khususnya produktivitas
hasil pertanian dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat pada umumnya dan
masyarakat Kabupaten Bekasi pada khususnya
(Evaluasi Implementasi Kebijakan Zonasi Pertanian di Kabupaten Bekasi)

3. Evaluasi Komponen Proses (Process)


Tahapan evaluasi proses ini meliputi implementasi kebijakan yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi terkait zonasi pertaniannya.

Terdapat banyak pembangunan pemukiman perumahan di atas lahan pertanian


yang masuk dalam zonasi pertanian ditetapkan bahwa luas zonasi lahan pertanian
di Kabupaten Bekasi yaitu 35.244 hektar. Namun dari dampak pembangunan
perumahan tersebut terjadi pergeseran perubahan lahan pertanian dengan
tergerus oleh pembangunan perumahan yang hampir 8000 hektar, artinya kondisi 4. Dampak Hasil Penerapan Kebijakan
ini mengakibatkan penurunan luas lahan pertanian sebesar 22,7 %.
Zonasi Pertanian di Kabupaten Bekasi
(Komponen Produk/ Product)
Implikasi dari penerapan kebijakan zonasi pertanian di Kabupaten Bekasi pada
prinsipnya seharusnya sangat baik dalam menyelaraskan aspek sosial ekonomi
masyarakat dan aspek keseimbangan lingkungannya, namun fakta di lapangan
banyak terjadi penyimpangan dan inkonsistensi Pemerintah Daerah dalam
implementasinya. Dengan ditandainya pemberian ijin pembangunan perumahan
maupun pabrik-pabrik di atas lahan pertanian sehingga luas lahan pertanian di
Kabupaten Bekasi sampai pada awal tahun 2016 mengalami penurunan 22,7 %
dibandingkan tahun 2011 sebagaimana awal Perda RTRW Kabupaten Bekasi
diterapkan. Jika hal ini tidak menjadi bahan perhatian serius, sangat dimungkinkan
bahwa Kabupaten Bekasi yang awalnya menjadi salah satu lumbung padi Provinsi
Jawa Barat akan berubah menjadi daerah industri dan pemukiman
TEKNIK EVALUASI PERENCANAAN - KELAS RC

DANKE !
Any Questions ?

Anda mungkin juga menyukai