Anda di halaman 1dari 28

Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

BAB - IV
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

4.1. Metodologi Penelitian


Dalam pekerjaan jasa konsultansi Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang ini
diperlukan metode untuk melakukan kajian evaluasi pengurangan kekumuhan permukiman
di Kota Tangerang sejak tahun 2019 sampai dengan tahun 2022, di mana metodologi yang
dilakukan oleh tim konsultan akan menggunakan pendekatan studi kajian terdahulu dan
survey lokasi kawasan permukiman kumuh dan metode pengumpulan data serta metode
analisis. Adapun Pendekatan Kerja, Metodologi Kajian dan Program Kerja ini akan
menjabarkan tentang:
a. Pendekatan teknis yang akan diadopsi untuk menyelesaikan permasalahan,
metodologi yang diusulkan dan kesesuaian metodologi tersebut dengan pendekatan
yang digunakan.
b. Program kerja yang diusulkan konsisten dengan pendekatan teknis dan metodologi,
dan menunjukan pemahaman terhadap kerangka acuan kerja ini menjelaskan
tentang usulan dan kegiatan utama dari pelaksanaan pekerjaan, substansinya dan
jangka waktu, pentahapan dan keterkaitannya, target, dan tanggal jatuh tempo
penyerahan laporan; dan
c. Struktur dan komposisi tim berupa bidang-bidang pokok dari pekerjaan, tenaga ahli
inti sebagai penanggung jawab, dan tenaga pendukung. Apabila mencermati
keterkaitan seluruh substansi yang termuat dalam Kerangka Acuan Kerja, maka
dapat disimpulkan hasil studi ini adalah proses penyusunan startegi dan program
penanganan kawasan kumuh perkotaan.
d. Untuk menjabarkan kebutuhan program-program penanganan kawasan kumuh dan
strategi apa yang akan dilakukan oleh tim konsultan, maka tim akan mendalami
kinerja secara keseluruhan sesuai keluaran diharapkan yang termuat dalam
dokumen KAK kegiatan pekerjaan jasa konsultansi Evaluasi Pengurangan Kumuh
Kota Tangerang.

4.1.1 Pendekatan Pemahaman


Sebelum memasuki substansi metodologi dalam pekerjaan kegiatan Evaluasi
Pengurangan Kumuh ini maka terlebih dahulu menyamakan pemahaman dalam hal kegiatan

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 1


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

evaluasi itu sendiri. Pemahaman evaluasi program merupakan penerapan model, teknik dan
pengetahuan tentang evaluasi, untuk menilai dan memperbaiki perencanaan, pelaksanaan
dan efektivitas program secara sistematis. Evaluasi program adalah suatu kegiatan yang
membutuhkan metode ilmiah untuk mengukur implementasi dan hasil program dengan
tujuan untuk membuat keputusan. Program harus diakhiri dengan evaluasi, guna
memastikan apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Ada tiga tahap rangkaian evaluasi program yaitu:
1) menyatakan pertanyaan serta menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh,
2) mencari data yang relevan dengan penelitian, dan
3) menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk
melanjutkan, memperbaiki program tersebut.
Sehubungan dengan persoalan evaluasi tersebut, salah satu aspek yang bersifat urgen, vital
dan strategis dalam dinamika penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan publik khususnya adalah penanganan permukiman kumuh (slum’s settlement
management).

a. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi menujuk pada suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan
tertentu. Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu,
atau bernilai, Evaluasi juga adalah suatau upaya untuk mendokumentasikan dan melakukan
penilaian tentang apa yang terjadi evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran
(appraisal), pemberian angka (rating), dan penilaian (assement). Evaluasi program adalah
suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan program.
Evaluasi program juga dapat diartikan dengan pengumpulan informasi secara sistematis
mengenai karakteristik dan dampak dari program untuk membuat keputusan mengenai
program, keefektifan pelaksanaan program dan keberlanjutan program.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pada dasarnya evaluasi program
dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program. Jawaban tersebut
merupakan dasar untuk mengambil keputusan mengenai keberlanjutan program apakah
diteruskan, dihentikan atau diperbaiki. Sehingga dalam evaluasi tidak hanya menjawab apa
yang terjadi, mengapa dan bagaimana akan tetapi juga menghadirkan jawaban tentang apa
yang sebaiknya dilakukan.

b. Pendekatan Evaluasi

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 2


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Dalam pelaksanaan evaluasi, menurut Dunn, 1994 dalam Musthofa (2011) terdapat tiga
pendekatan, yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristik nilai sistemnya, yaitu:
1. Evaluasi semu (Pseudo Evaluation) adalah suatu pendekatan evaluasi yang
bersandarkan pada informasi/data yang bersifat self-efident (dapat terbukti
sendiri) dan tidak kontroversial, juga tidak dikaitkan secara spesifik dengan sistem
nilai seseorang/sekelompok orang, dan tanpa berusaha mengetahui manfaat nilai
tersebut terhadap suatu kelompok atau individu.
2. Evaluasi formal (Formal Evaluation) adalah suatu pendekatan evaluasi yang
menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi informasi
yang valid dan reliable tentang hasil-hasil dari suatu kebijakan yang telah
diumumkan Secara formal oleh pembuat kebijakan atau program.
3. Decision Theoretic Evaluation (DTE) adalah suatu pendekatan evaluasi yang
bertujuan untuk menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid mengenai
hasil kebijakan/program yang secara eksplisit dinilai oleh beberapa macam pelaku
kebijakan.

Evaluasi yang digunakan dalam penelitian Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang ini
adalah evaluasi dalam tingkatan program, dengan menggunakan pendekatan evaluasi
formal dan dilakukan setelah program selesai dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
Penggunaan pendekatan evaluasi formal dilakukan dengan asumsi penilaian evaluasi
didasarkan bahwa tujuan dan pelaksanaan diumumkan secara formal sebagai ukuran yang
tepat untuk menilai program dengan indikator dan kriteria berdasarkan ketentuan yang
berlaku yaitu Permen PUPR Nomor 14 Tahun 2018 tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.
Dalam keperluan jangka panjang dan untuk keperluan keberlanjutan (suistanable)
suatu program, evaluasi sangat diperlukan. Karena dengan evaluasi maka kebijakan-
kebijakan dalam program kedepan akan lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan yang
sama. Berikut adalah manfaat perlunya dilakukan evaluasi:
1) Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh kebijakan
mencapai tujuannya;
2) Mengetahui keberhasilan dari suatu kebijakan atau program;
3) Memahami aspek akunbilitas publik. Dengan melakukan penilaian kinerja kebijakan,
maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik
sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah;

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 3


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

4) Menunjukkan kepada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Dengan evaluasi maka


dapat diketahui secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan dan program;
5) Untuk memberikan masukan bagi pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Dari hasil evaluasi diharapkan dapat ditetapkan
kebijakan yang lebih baik.

4.1.2 Alur Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja


Secara garis besar substansi kegiatan Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang
adalah suatu proses pekerjaan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu menyangkut
beberapa tahapan :
1) Persiapan, penyiapan materi dan penajaman substansi pekerjaan
2) Mobilisasi tim
3) Telaah dan penyamaan persepsi serta pemahaman lingkup pekerjaan di internal tim.
4) Identifikasi dan pengumpulan data awal lapangan/wilayah lokasi permukiman kumuh
5) Perumusan potensi dan masalah yang dihasilkan atas proses ;
 Analisis terhadap kondisi eksisting kawasan permukiman kumuh Kota Tangerang
 Analisis terhadap Kebijakan dan Strategi yang telah dilakukan dalam penangan
kumuh oleh pihak Pemerintah Kota Tangerang sebagai alternatif penanganan
masalah permukiman kumuh di masing-masing kelurahan katagori kumuh.
 Analisis terhadap bentuk pelaksanaan penyediaan infrastruktur terutama intervensi
program dan kegiatan yang telah dilakukan penanganan permukiman kumuh,
infrastruktur pokok dan penunjang lainnya dilaksanakan oleh pemerintah Kota
Tangerang.
 Konsultasi dan diskusi dengan berbagai pihak teruatama dengan instansi/OPD
terkait terutama yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur dalam mendukung
penanganan permukiman kumuh Kota Tangerang.
 Penyusunan Konsep, Strategi serta Skenario pelaksanaan pekerjaan evaluasi
permukiman kumuh yang dilaksanakan akan disajikan dalam Pendekatan dan
Metodologi pelaksanaan pekerjaan.
Berikut Alur Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja yang digunakan oleh tim dalam
melakukan kegiatan Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang:

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 4


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Gambar 4.1 : Alur Pendekatan, Metodologi, dan Program Kerja

Dalam pekerjaan jasa konsultansi Evaluasi Pengurangan Permukiman Kumuh Kota


Tangerang ini diperlukan metode untuk melakukan kajian kekumuhan permukiman
tersebut, di mana metodologi yang dilakukan terdiri atas metode pendekatan studi,
metode pengumpulan data, dan metode analisis. Berikut kerangka pikir pendekatan
metode dalam melaksanakan pekerjaannya:

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 5


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

4.2. Pendekatan Dan Metodologi


4.2.1. Persiapan, Penyiapan Materi Pendukung dan Penajaman Substansi Pekerjaan
Persiapan antara lain menyangkut penyelesaian administrasi dan penyiapan tenaga ahli
sesuai kualifikasi dalam Kerangka Acuan Kerja. Sedangkan Penyiapan Materi antara lain
menyangkut inventarisasi data- data sekunder dan kebijakan yang relevan dengan wilayah
studi dan substansi pekerjaan dalam kajian Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang.
Untuk Penajamaan Substansi pekerjaan yang direncanakan antara lain :
a. Membuat Program Kerja (pola pikir dan jadwal rencana kegiatan)
b. Menentukan sasaran pengamatan di masing-masing kelurahan sarana studi/kajian.
c. Menetapkan Metoda Survey yang akan dipergunakan dalam survey kumuh.
d. Menyusun Format Data yang Sistematis dan menyiapkan Peralatan survey permukiman
kumuh.
e. Pengkajian Terhadap Literatur dan kebijakan yang ada seperti kebijakan Tata Ruang
dan Dokumen Tata Ruang baik secara makro maupun mikro, RPJMD serta hasil kajian
terdahulu terkait permukiman kumuh.
Untuk mencapai tujuan dalam studi ini, maka dibuat kerangka pendekatan yaitu berawal
dari potensi dan permasalahan wilayah dengan batasan studi berupa kajian tipologi
kekumuhan permukiman diseluruh kawasan perumahan dan permukiman Kota Tangerang.
Evaluasi ini merupakan kajian terapan. Dimanaa kajian terapan adalah penerapan kerangka
metode kajian dalam mengumpulkan informasi dari berbagai aspek, di mana informasi yang
telah diperoleh dapat digunakan lagi untuk kepentingan selain kajian tersebut. Kajian
mengenai Kajian Tipologi Kekumuhan Permukiman pada dasarnya adalah merupakan studi
kasus diseluruh kawasan perumahan dan permukiman Kota Tangerang dengan melakukan
analisa data sekunder dan primer dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dengan
langkah- langkah sebagai berikut :
1) Perumusan definisi permukiman kumuh;
2) Pengumpulan data sekunder dan primer yang relevan;
3) Evaluasi dan review data yang didapat ;
4) Membuat analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif tentang data yang diperoleh untuk
menentukan progres penanganan permukiman kumuh;
5) Menentukan rekomendasi penanganan permukiman kumuh di kawasan perumahan dan
permukiman di Kota Tangerang.

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 6


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

4.2.2. Mobilisasi Tim


Mobilisasi tim menyangkut kegiatan pelaksanaan survey guna mendapatkan data
dan melengkapi kekurangan data serta melihat secara langsung kondisi dan karakteristik
wilayah studi yaitu kantong kantong di permukiman kumuh Kota Tangerang. Kegiatan
survey ini diharapkan merupakan media sosialisasi terhadap masyarakat dan dinas/instansi
terkait tentang substansi pekerjaan yaitu mengevaluasi permukiman kumuh sehingga
output dan hasil-hasil yang diharapkan dalam kajian ini tercapai, diharapkan juga
masyarakat dan dinas/instansi terkait dapat memberikan masukan-masukan yang lebih
lengkap tehadap substansi kajian. Pelaksanaan survey juga dimanfaatkan sebagai upaya
untuk menjaring aspirasi dan pemahaman masyarakat di masing-masing lokasi/kelurahan
yang terdapat kantong-katong kumuhnya sehingga akan didapatkan justifikasi atas strategi
dan program yang paling adaptif dengan karakteristik masyarkat kumuh perkotaan.

4.2.3. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan kajian.
Pengumpulan data ini amat penting dalam metode ilmiah, karena data yang dikumpulkan
akan digunakan untuk kajian tersebut. Data yang dikumpulkan harus cukup akurat untuk
digunakan. Keakuratan data tersebut dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas
dari pengambilan data tersebut cukup akurat. Dalam pengumpulan data yang diperlukan
untuk kajian ini yaitu dengan dua (2) cara, meliputi:
1) Survei Primer
Survei primer yaitu survei yang dilakukan langsung ke lapangan dengan mengamati sarana
dan prasarana yang ada yang menjadi sasaran penelitian. Dalam survei primer ini dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain :
 Observasi Lapangan, merupakan cara pengambilan data dengan menggunakan indera
penglihatan, atau dengan kata lain yaitu pengambilan data dengan cara mengamati
langsung daerah yang dikaji. Dimana data yang di observasi ini dilakukan untuk
mengidentifikasi variabel kekumuhan, seperti kondisi fisik bangunan, kondisi sarana
prasarana, dan kondisi fisik lingkungan perumahan dan permukiman sekitarnya, serta
penanganan fisik bangunan untuk perumahan dan permukiman sekitarnya dari
pemerintah daerah yang sudah dilakukan penanganan.
 Wawancara, yaitu proses pengambilan data atau dengan kata lain merupakan cara
pengamatan untuk dapat memperoleh keterangan dimana dengan melakukan tanya

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 7


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

jawab dengan responden yang terkait. Wawancara ini dilakukan kepada tokoh- tokoh
dani instansi (OPD) yang terkait dengan kajian ini, seperti kepala kelurahan, RT, RW,
camat, OPD terkait serta kelembagaan lokal setempat dan responden yang kompeten
lainnya.
Dimana pertanyaan yang diajukan terkait dengan kondisi eksisting dan arahan yang akan
dilakukan atau diinginkan seperti variabel dominasi status tanah dan bangunan, komitmen
pemerintah dalam indikasi pembiayaan, kelembagaan, rencana, pembenahan fisik dan
kawasan.
2) Survei sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan beberapa cara diantaranya itu melalui
studi pustaka atau studi literatur dengan cara mengkaji sumber teoritis berupa jurnal-
jurnal, text book. Literatur yang digunakan antara lain yang memuat teori tentang
permukiman kumuh, penanganan kawasan kumuh, relokasi,penataan kawasan, dan kajian
lain yang terkait. Survei instansi juga dilakukan untuk mendapatkan data- data melalui
instansi-instansi terkait seperti instansi pemerintahan setempat. Data-data berupa
dokumen yang diperoleh tersebut kemudian akan ditelaah dan diinterpretasikan.
Pengumpulan data sekunder berfungsi untuk mendukung data primer yang diperoleh dari
lapangan. Instansi pemerintah daerah yang terkait dengan persoalan pembangunan
perumahan dan permukiman di Kota Tangerang yang mana data yang didapat adalah untuk
mengidentifikasi, tutupan lahan, kesesuaian tata ruang, kondisi kependudukan, vitalitas
ekonomi, serta status tanah dan bangunan serta data lainnya yang dibutuhkan dalam kajian
ini.
 Data Primer
Data primer dikumpulkan melalui survai primer yang dilakukan melalui pengamatan
dan pengukuran atau penghitungan langsung (observasi) di kawasan permukiman
kumuh dan penyebaran kuesioner atau pertanyaan kepada para masyarakat yang
mengetahui keadaan dan kondisi kawasan. Teknik Pengumpulan Data Primer :
a. Pengamatan Visual
b. Pengamatan ini dilakukan dalam identifikasi tingkat kepustakaan dan kebutuhan
pengembangan kawasan studi.
c. Rekaman Visual
d. Rekaman kondisi eksisting dengan foto atau sketsa-sketsa dalam upaya
merekam data-data kondisi lapangan.
 Data Sekunder

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 8


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Sumber sekunder merupakan sumber data yang berasal dari instansi yang terkait
dengan studi untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk kegiatan analisis.
Di samping itu, data sekunder lainnya adalah studi literatur untuk mendapatkan
literatur yang berkaitan dengan studi.
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui survei ke beberapa instansi
pemerintah yang diharapkan dapat menjadi sumber data, antara lain, yaitu:
1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang
2) Dinas Sosial Kota Tangerang
3) Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Tangerang
4) Badan Pusat Statistik Kota Tangerang
5) Dinas dan Badan lainnya (Dinas Dinas LH, Dinas Koperasi UMKM)
6) Program KOTAKU Kota Tangerang

Terkait dengan kegiatan ini, waktu pengumpulan data sekunder disesuaikan


dengan situasi dan kondisi di lapangan.

4.2.4. Metode Analisis


Metode analisis diperlukan dalam analisis data kajian. Metode analisis menjelaskan
mengenai teknik analisis data. Analisis yang digunakan adalah Metode Deskriptif
Komparatif dengan pendekatan kuantitatif, Analisis Deskriptif Kualitatif dan Analisis
Deskriptif Kuantitatif.
1) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif
dengan pendekatan kuantitatif.
Pengertian deskriptif menurut (Nazir, 2005) adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam
metode deskriptif peneliti bisa membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga
merupakan suatu studi komparatif.
Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel
atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda
(Sugiyono, 2006). Pendekatan kuantitatif dipakai untuk menguji suatu suatu fakta atau
mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antar variabel, dan adapula yang

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 9


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan


banyak hal (Subana dan Sudrajat, 2005).
2) Metode Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis ini digunakan untuk menginterpretasikan data-data yang ada sehingga diperoleh
gambaran secara menyeluruh mengenai kondisi yang tengah terjadi di lapangan.
3) Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif
Metode penetapan kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan metode analisis
deskriptif kuantitatif, metode ini merupakan metode analisis dengan mendeskripsikan
keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan
fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka
sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang
membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut. Dimana dalam kajian ini
metode analisis deskriptif kuantitatif dilakukan untuk menentukan tipologi kekumuhan
permukiman, yang mana penilaian dilakukan dengan teknik skoring pada masing-masing
kriteria yang ditetapkan, yaitu sebagai berikut :
a) Penentuan Permukiman Kumuh
Yaitu dengan teknik skoring berdasarkan variabel dan indikator yang
ditetapkan pada UU No. 1 Tahun 2011, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No 14 Tahun 2018. Dengan indikator sebagai berikut :
(1) Aspek Kondisi Kekumuhan
1) Kondisi Bangunan Gedung
2) Kondisi Jalan Lingkungan
3) Kondisi Penyediaan Air Minum
4) Kondisi Drainase Lingkungan
5) Kondisi Pengelolaan Air Limbah
6) Kondisi Pengelolaan Persampahan
7) Kondisi Alat Proteksi Kebakaran

(2) Aspek Legalitas Tanah


(1) Kejelasan status Tanah
(2) Kesesuaian Tata Ruang
(3) Aspek Pertimbangan Lain:
1) Nilai Strategis Lokasi
2) Kepadatan Penduduk

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 10


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

3) Kondisi Sosial, Ekonomi, Dan Budaya

Untuk melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria.


Penentuan kriteria kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan
berbagai aspek atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata
ruang, status kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk,
tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal.
Selain itu digunakanlah kriteria sebagai kawasan penyangga kota metropolitan seperti
kawasan permukiman kumuh teridentifikasi yang berdekatan atau berbatasan langsung
dengan kawasan yang menjadi bagian dari kota metropolitan. Berdasarkan uraian diatas
maka untuk menetapkan lokasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria-kriteria
yang dikelompokkan kedalam kriteria seperti yang ada pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Kriteria, Indikator, dan Penjelasan Teknis Kekumuhan berdasarkan
Permen PU No 14 Tahun 2018
No Parameter Sub Kriteria
Ketidakteraturan Bangunan
Tingkat Kepadatan Bangunan
1 Kondisi Bangunan Gedung
Ketidak sesuaian dengan persyaratan
Teknis Bangunan
Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan
2 Kondisi Jalan Lingkungan
Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan
Ketidaktersediaan Akses Aman Air Minum
3 Kondisi Penyediaan Air Minum
Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum
Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan
Air
Ketidaktersediaan Drainase
4 Kondisi Drainase Lingkungan Ketidakterhubungan dengan Sistem
Drainase
Tidak Terpeliharanya Drainase
Kualitas Kosntruksi Drainase
Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak
Kondisi Pengelolaan Air Sesuai Standar Teknis
5
Limbah Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air
Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis
Prasarana dan Sarana Persampahan
Tidak Sesuai Standar Teknis
Kondisi Pengelolaan Sistem Pengelolaan Persampahan Tidak
6
Persampahan Sesuai Standar Teknis
Tidak Terpeliharanya Sarana dan
Prasarana Persampahan
Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi
Kondisi Pengelolaan Proteksi Kebakaran
7
Kebakaran Ketidaktersediaan Sarana Proteksi
Kebakaran

Adapun kebutuhan data untuk analisis adalah sebagai berikut:


Tabel 4.2 KEBUTUHAN DATA UNTUK ANALISIS

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 11


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Teknik
No. Sasaran Indikator Data Variabel Analisa Bentuk Jenis &
Sumber
data
Tingkat
Data Primer,
Pendapatan Diskriptif
Tabel observasi
Identifikasi Ekonomi Jenis Pekerjaan Kualitatif
utam lapangan
1 karakter
penghuni Jenis Pekerjaan
sambilan
Tingkat Pendidikan Diskriptif Tabel Data
Sosial Tingkat Kepadatan Kualitatif dan Primer,
Lama tinggal Peta observasi
lapangan
Peruntukan hunian Diskriptif Data
Fungsi bangunan Jml penghuni Kualitatif Tabel Primer,
observasi
Identifikasi lapangan
2 karakter Jenis bangunan Tabel Data Primer,
Tampilan Diskriptif
hunian Luasan dan Foto observasi
bangunan Kualitatif
Tatanan fisik lapangan
Status Diskriptif Data
kepemilikan Hak atas bangunan Kualitatif Tabel Primer,
observasi
lapangan
Jenis bahan
Jalan Diskriptif Tabel Data Primer,
Luasan
Lingkungan Kualitatif dan observasi
Kondisi fisik Foto lapangan
Identifikasi Kondisi fisik Data Primer,
Diskriptif Tabel
karakter Persampahan observasi
Pengelolaan Kualitatif dan
3 sarana/ foto lapangan
prasarana
Kondisi fisik
Drainase Data Primer,
Fungsi Diskriptif Tabel
Kondisi fisik Kualitatif dan observasi
Sanitasi foto lapangan
Bahan
Prosentase lahan
hunian
Prosentase lahan Diskriptif Tabel Data Primer,
Penggunaan
usaha Kualitatif dan observasi
lahan
Identifikasi peta lapangan
4 Prosentase fasum
karakter
lingkungan Kegiatan warga
Aktifitas Data Primer,
pancuran Diskriptif
internal Tabel observasi
Kualitatif
Kegiatan lapangan
Aktifitas
masyarakat sekitar
eksternal
kawasan
RPJMD, RTRW.
Kebijakan Peraturan lainnya Diskriptif Data
5 Daerah Peta
Publik Kualitatif Sekunder
Pedoman
Standart/ permukiman dan
norma kawasan

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 12


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

4.2.5. Kriteria Perumahan dan Permukiman Kumuh


Dalam kegiatan ini, perlu diketahui dahulu kriteria apa saja yang dapat mengatakan
sebuah kawasan merupakan kawasan permukiman kumuh, terdapat beberapa criteria
dalam menentukan kawasan tersebut masuk ke dalam kawasan permukiman kumuh atau
tidak, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.2 : Kriteria Perumahan dan Permukiman Kumuh

4.2.6 Identifikasi Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh


Tipologi berdasarkan besar penanganan kawasan permukiman kumuh Dalam
penanganan kawasan permukiman kumuh, sebaiknya dilakukan analisa berdasarkan tata
ruang dan tipologi kekumuhan permukiman, hal ini dilakukan agar penanganan yang
diberikan pada kawasan kumuh tersebut dapat sesuai dengan tipologi kekumuhan kawasan
tersebut. Terdapat beberapa tipologi kawasan permukiman kumuh, yang dibagi menjadi
tipologi kawasan berat, sedang dan ringan. Hal tersebut akan membantu penyedia jasa

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 13


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

untuk memberikan penanganan dan arahan untuk penataan kawasan kumuh. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 4.3 : Skema Penanganan Kawasan Kumuh

Adapun skenario Penetapan lokasi dan Pola penangnannya dalam pengurangan


permukiman kumuh dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 14


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Gambar 4.4 : Penetapan Lokasi dan Pola Penanganannya

4.2.7
I

dentifikasi Kebutuhan Prasarana


Menurut direktorat Jenderal Cipta Karya, lokasi kawasan permukiman yang layak
adalah:
a. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, dan suara)
b. Tersedia air bersih
c. Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunan
d. Mempunyai aksesibilitas yang baik
e. Mudah dan aman mencapai tempat kerja, sekolah atau jasa
f. Tidak berada di bawah permukiman air setempat
g. Mempunyai kemiringan rata-rata
Adapun dasar-dasar perencanaan perumahan harus memperhatikan standar
prasarana lingkungan permukiman. Seperti yang terdapat dalam buku Pelatihan Substantif
Perencanaan Spasial tentang Dasar-dasar Perencanaan Perumahan oleh Pusbindiklatren
Bappenas (Tahun 2003: 2-4), Standar prasarana lingkungan permukiman adalah:
1) Jenis Prasarana Lingkungan

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 15


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Secara umum prasarana lingkungan dikenal sebagai utilities dan amenities atau
disebut juga wisma, marga, suka dan penyempurna. Lebih spesifik lagi, jenis-jenis tersebut
adalah fasilitas, sistim jaringan sirkulasi, drainasi dan kesehatan lingkungan. Rumah harus
memenuhi persyaratan rumah sehat. Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang “Kesehatan”
ditegaskan, bahwa kesehatan lingkungan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal, dilakukan antara lain melalui peningkatan sanitasi lingkungan pada tempat
tinggal maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya berupa fisik, kimia atau biologis
termasuk perubahan perilaku yang diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari risiko yang membahayakan
kesehatan dan keselamatan hidup manusia.
2) Ketentuan Besaran
Ketentuan besaran fasilitas secara umum diturunkan dari kebutuhan penduduk atas
fasilitas tersebut. Secara normatif standar kebutuhan diukur per satuan jumlah penduduk
tertentu sesuai dengan kebutuhannya.
- 1 TK untuk tiap 200 KK
- 1 SD untuk tiap 400 KK
- 1 Puskesmas Pembantu untuk tiap 3000 KK
- 1 Puskesmas untuk tiap 6000 KK.
Disamping besaran jumlah penduduk, dapat pula diturunkan dari jumlah unit rumah yang
dilayani, satu satuan luas atau satuan wilayah administrasi yang dilayani. Misalnya 1
puskesmas per Kecamatan.
Tabel 4.3. Standar Minimal Komponen Fisik Prasarana Lingkungan Permukiman
No Komponen Kriteria Teknis Keterangan
1 Jaringan Jalan - Jarak minimum setiap rumah 100 m dari Pada prinsipnya, jaringan jalan
jalan kendaraan satu arah dan 300 m harus mampu melayani
dari jalan 2 arah. kepentingan mobil kebakaran.
- Lebar perkerasan minimum untuk jalan Disamping itu, maksimal 15 menit
2 arah 4 m. jalan kaki harus terlayani oleh
- Kepadatan jalan minimal 50-100 m/ha angkutan umum. Dimensi minimal
untuk jalan 2 arah. pejalan kaki sebanding dengan
- Pedestrian yang diperkeras minimal lebar gerobag
berjarak 20 m,dengan perkerasan 1-3 m dorong/beca.
2 Air bersih (kran - Kapasitas layanan minimum Perehitungan kebutuhan lebih
umum) 201/org/hari rinci mengenai kran umum

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 16


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

No Komponen Kriteria Teknis Keterangan


- Kapasitas jaringan jaringan minimum 60 didasarkan atas jumlah pelanggan
lt/org/hr PAM dan kualitas
- Cakupan layanan 20-50 kk/unit. air setempat.
- Fire Hidrant dalam radius 60 m-120 m
3 Sanitasi - Tangki septict individu, resapan individu Pada prinsipnya, lingkungan harus
- Tangki septict bersama,resapan bersih dari pencemaran limbah
- bersama Mini IPAL rumah tangga.
4 Persampahan - Minimal jarak TPS/Transfer Pelayanan sampah sangat
- Depo 15 menit perjalanan gerobag tergantung pada sistim
sampah penanganan lingkungan/sektor
- Setiap gerobag melayani 30sampai 50 kota. Pada prinsipnya pelayanan
unit rumah sampah yang dikelola lingkungan
- Pengelolaan sampah lingkungan mampu dikelola oleh lingkungan
ditangani masyarakat setempat. yang yang bersangkutan
5 Drainase - Jaringan drainasi dibangun Bentuk penangananya dapat
memanfaatkan jaringan jalan dan badan merupakan bagian dari sistim
air yang ada. jaringan kota atau sistim setempat.
- Dimensi saluran diperhitungkan atas
dasar layanan (coverage area)
blok/lingkungan bersangkutan.
- Penempatan saluran memperhitungkan
ketersediaan lahan (dapat disamping
ataudibawah jalan).
- Jika tidak tersambung dengansistim
kota,harus disiapkan resapan setempat
atau kolam retensi.

4.2.8. Identifikasi Pemangku Kepentingan


Pemetaan stakeholder adalah suatu alat analisa dalam studi terkait dengan pembangunan
suatu wilayah. Pemetaan stakeholder ini dikenal juga sebagai analisa pemangku
kepentingan yaitu suatu analisis untuk melihat siapa pihak yang terkait dan pihak tersebut
memiliki peran sebagai apa. Analisis pemangku kepentingan ini diperlukan pada suatu
kondisi yang ternyata banyak pihak yang terlibat yang seringkali mengalami kesulitan untuk
membedakan peran dan fungsinya secara langsung. Terkait dengan upaya integrasi

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 17


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

perencanaan pembangunan dengan perencanaan spasial, analisa ini menjadi penting,


karena perencanaan pembangunan dan perencanaan spasial melibatkan banyak pemangku
kepentingan dari berbagai tingkatan dan dari berbagai aspek, sehingga apabila tidak
dilakukan proses analisis ini akan menyebabkan tumpang tindih ataupun ketidakadaan
pihak yang menjalankan fungsi dan peran tersebut. Adapun dalam proses analisis
pemangku kepentingan ini dilakukan beberapa proses tahapan analisis, yaitu: (1) pemetaan
pemangku kepentingan, (2) analisis kepentingan pemangku kepentingan, (3) perumusan
peran dan fungsi dari tiap pemangku kepentingan.
Gambar 4.5. Konsep Pengembangan Kelembagaan
Penanganan Kawasan Kumuh

4.3.
A

presiasi
Kawasan pusat kota pada umumnya merupakan pusat kegiatan ekonomi (perdagangan
dan industri), pusat pemerintahan maupun pusat kegiatan budaya dan pariwisata. Dengan
adanya peningkatan ekonomi saat ini mengakibatkan pusat-pusat kota tersebut menjadi
sasaran investasi ataupenanaman modal masyarakat baik dalam skala besar maupun kecil
(sector informal). Dengan didukung oleh kebijakan ekonomi suatu daerah akan mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini akan menyebabkan perkembangan kegiatan di
pusat kota berjalan sangat pesat.

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 18


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Pertumbuhan pusat kota ini akan menjadikan daya tarik bagi masyarakat untuk
mencari uang di pusat kota tersebut. Baik untuk masyarakat pencari kerja maupun yang
ingin membuka usaha. Masyarakat yang bekerja di pusat kota akan mencari tempat tinggal
tidak jauh dari tempat dia bekerja. Maka dipilihlah permukiman di pusat kota. Adapun
kelebihan permukiman di pusat-pusat kota ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana
yang lengkap dan memadai disamping aksesibilitas yang mudah. Nilai dari suatu kualitas
permukiman sangat ditentukan oleh fasilitas dan kondisi lingkungannya. Kelengkapan
fasilitas di lingkungan sekitar permukiman sangat mempengaruhi kualitas permukiman itu
sendiri. Menurut Patrick I. Wakely, Hartmut Schemetzer and Babar K. Muntaz menyebutkan
bahwa ada beberapa indikator yang mempengaruhi nilai suatu perumahan antara lain
yaitu:
 Kondisi dari bangunan-bangunannya,
 Ketersediaan supply air, sistem drainase yang baik, tersedianya pembuangan
sampah yang memadai,
 Kemudahan akses ke fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, ketersediaan
sekolah dan mudah dicapai dengan angkutan umum,
 Ketersediaan fasilitas umum seperti tempat ibadah dan rekreasi,
 Kepadatan penduduk yang tidak terlalu tinggi,
 Keamanan dan kesehatan yang terjamin.
Secara singkat, faktor yang dapat menjadi daya tarik pusat kota bagi masyarakat untuk
memilih tinggal di pusat kota tersebut yang dapat menyebabkan permukiman tumbuh dan
berkembang sebagai hunian dan tempat usaha adalah:
a. Lokasi, Maksudnya adalah posisi daerah tersebut dalam tata ruang kota, makin
memungkinkan daerah tersebut untuk berkembang.
b. Aksesibilitas, maksudnya adalah pencapaian terhadap daerah tersebut. Makin
aksibel, makin mungkin untuk berkembang.
c. Pelayanan, maksudnya adalah kebutuhan hidup bagi penghuninya. Untuk
permukiman, pelayanan itu meliputi sarana dan prasarana. Sedangkan untuk
tempat usaha, pelayanan itu meliputi kemudahan mendapat bahan baku, tenaga
kerja dan pemasaran atau konsumen dari hasil produksi, baik jasa maupun barang.
Khusus untuk permukiman akan lebih banyak dibahas dalam “proses bermukim”,
sedangkan dalam faktor pertama ini hanya akan dibahas tentang faktor pendukung
tumbuhnya kawasan permukiman sebagai tempat usaha.

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 19


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Dalam perkembangannya perumahan permukiman di pusat kota ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut Constantinos A. Doxiadis disebutkan bahwa perkembangan
perumahan permukiman (development of human settlement) dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
a. Growth of density (Pertambahan jumlah penduduk)
Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya
pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru. Secara
manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan demikian
semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman tersebut
yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman.
b. Urbanization(Urbanisasi)
Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke
kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanis yang bekerja di pusat kota
ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja memilih untuk
tinggal di permukiman di sekitar kaeasan pusat kota (down town). Hal ini juga akan
menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota.
Menurut Danisworo dalam Khomarudin (1997: 83-112) bahwa kita harus akui pula
bahwa tumbuhnya permukiman-permukiman spontan dan permukiman kumuh
adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses urbanisasi.
Dengan bertambahnya jumlah penghuni rumah dan dengan bertambahnya penghasilan
mereka membuat ruang-ruang baru. Perubahan hunian ini akan merubah wajah suatu
hunian. Hal ini akan berpengaruh pada penyediaan fasilitas sarana prasarana lingkungan
yang harus bertambah juga jika jumlah permukiman bertambah. Selain hal tersebut di
atas, faktor kemiskinan juga sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan fisik
permukiman. Karena dana yang terbatas dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari, maka masyarakat kurang mampu tidak dapat memperbaiki maupun
memelihara bangunan rumah hunian mereka. Yang akan berakibat pada kekumuhan
lingkungan permukiman.
Menurut Constantinos A. Doxiadis dalam bukunya An Introduction To The Science Of
Humman Settlements (1969: 25) menyebutkan bahwa mempelajari tentang kawasan
Perumahan Permukiman tidak hanya mempelajari area terbangun dan area terbuka saja
tetapi juga fungsi dari kawasan tersebut. Oleh karenanya dalam mempelajari tentang
perumahan permukimanatau fungsinya, kita juga harus mengetahui hubungan kawasan
tersebut dengan lingkungan sekitar di luar kawasan tersebut dan mengetahui jalur

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 20


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

transportasi yang menghubungkan kawasan tersebut dengan kawasan lainnya. Karena


aktifitas disekitar kawasan permukiman juga sangat mmempengaruhi fungsi dari
permukiman.

Bentuk Perubahan Lingkungan Permukiman Kearah Kekumuhan


Ada dua pendekatan dalam menangani lingkungan kumuh ini menurut Drs. Komarudin, MA
(1997: 85) yaitu:
1) Penggunaan/pemindahan teknologi (technological transfer) dan
2) Penangannan sendiri (self reliant technology)
Dalam kaitannya dengan dua hal tersebut diatas ada tujuh belas hal sulitnya menangani
masalah lingkungan permukiman ini:
a. High rise building (bangunan tinggi) yang akan ditangani oleh penghuni yang
tergusur, memerlukan biaya yang besar karena biaya yang digunakan bukan hanya
untuk membangun kamar tidur saja
b. Peremajaan lingkungan kumuh, yang merupakan proyek yang besar(large project).
Jadi harga dipertimbangkan dengan matang dan harus dipikirkan masak-masak
karena menyangkut banyak orang yang akan digusur atau dimukimkan kembali,
c. Adanya dualisme antara peremajaan lingkungan dengan penataan lingkungan.
Penghuni rumah kumuh biasanya masih lebih senang tinggal di rumah kumuhnya
daripada di rumah sewa bertingkat (rusunawa).
d. Banyak peremajaan lingkungan kumuh yang tidak melalui survey sosial (social
survey)tentang karakteristik penduduk yang akan tergusur.
e. Banyak peremajaan lingkungan kumuh yang kurang memperhatikan kelengkapan
lingkungan seperti taman, tempat terbuka, tempat rekreasi, sampah, pemadam
kebakaran dan tempat bermain anak. Karena hal tersebut memerlukan biaya besar.
f. Tenaga yang bergerak di dalam program peremajaan lingkungan kumuh tidak
profesional.
g. Penggusuran (squater clearance)sering diartikan jelek, padahal pemerintah
berusaha meremajakan lingkungan dan memukimkan penduduk ke lingkungan yang
lebih baik.
h. Keterbatasan lahan (land shortage). Dalam melaksanakan peremajaan lingkungan
kumuh harus memilih lokasi yang tepat dan disesuaikan dengan tujuannya dan
konsumen yang akan menempati.
i. Belum kuatnya dana pembangunan perumahan (no housing finance).

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 21


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

j. Perlu lingkungan hidup yang baik (the nice environment).


k. Perlu diciptakan kebersamaan antar warga.
l. Belum berkembangnya prinsip relationship. Dalam melakukan peremajaan
lingkungan kumuh, harus dilakukan pendekatan yang manusiawi tanpa kekerasan.

4.4 Penanganan Kawasan Kumuh


Permasalahan kawasan permukiman kumuh yang terjadi di setiap wilayah perlu
segera dilakukan penanganan sehingga tercapai suatu lingkungan permukiman yang
sehat dan layak huni serta berkualitas. Pentingnya penanganan permasalahan
permukiman kumuh ini, sejalan dengan apa yang ditegaskan dalam UU No.1 Tahun
2011, dalam Bab VIII Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh.
Keberadaan lingkungan kawasan permukiman kumuh membawa permasalahan baru,
seperti perkembangan fisik kota yang tidak baik, memberikan efek visual yang jelek,
tingkat kesehatan masyarakat yang semakin rendah sebagai akibat dari kondisi
permukiman yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan memberikan dampak
sosial dan ekonomi masyarakat yang buruk. Hal ini mengindikasikan bahwa masalah
kawasan permukiman kumuh telah mencapai tahap yang sangat krusial yang perlu segera
dicari solusi pemecahan.
Berikut adalah skema penanganan kawasan permukiman kumuh:

Gambar 4.6. Skema Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh


Skema Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 22


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Gambar 4.7. Contoh Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh


Contoh Penanganan

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 23


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Gambar 4.8. Review Penanganan Kumuh Kota Tangerang

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 24


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Gambar 4.9: PETA SEBARAN LOKASI KUMUH KOTA TANGERANG

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 25


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

INTERVENSI PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG DALAM


RANGKA PENANGANAN KAWASAN KUMUH

No NAMA INSTANSI/SKPD SASARAN PROGRAM OUTPUT / HASIL


PROGRAN AKHIR YANG
DIINGINKAN

SINERGI DENGAN PEMERINTAH PUSAT


1 Program Penanggulangan Kemiskinan Di Kawasan/Lingkungan kumuh di Memandirikan masyarakat
Perkotaan (P2KP) 13 Kec miskin
BAPPEDA dan 104 Kelurahan ; Merubah sikap dan perilaku
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat,
P2KP DINAS TEKNIS
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat TERKAIT DINAS NON Masyarakat Kategori Miskin Meningkatakan
Mandiri Perkota TEKNIS Perkotaan kapasitas/Keterampilan
an (PNPM-MP) ; Instansi Kecamatan/kelurahan Sarana Prasarana dasar dlm merencanakan,
Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) Permukiman membangunan dan
yang kurang/tidak memadai ; mengawasi pembangunan
2 Program Kota Tangerang Berbenah infrastruktur,
dan perguliran ekonomi (BLM) ;
PEMERINTAH KOTA TANGERANG
1 Program P2KP Kerjasama dgn Pemerintah Pusat Kawasan/Lingkungan kumuh di Merubah sikap perilaku
2 Program PNPM-Mandiri Perkotaan dgn 3 Pilar 13 Kec Masyarakat Miskin
(Sos,Eko,Lingk) BAPPEDA dan 104 Kelurahan ; terhadap penanganan &
3 Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kerjasama Dinas PUPR Masyarakat Kategori Miskin penanggulang
dengan Dinas PERKIM Perkotaan an Kaewasan Kumh di
Dinas Sosial lingkungannya ;
Pemerintah Pusat dan Dana Swadaya Murni Dinas Tenaga Kerja Sarana Prasarana dasar Membangun partisipasi aktif
(APBD) ; Dinas Koperasi Dan UKM Permukiman Masyarakat
4 Program Rumah Sehat Layak Huni & Rumah Dinas DUKCAPIL yang kurang/tidak memadai ; dalam
Sederhana Sehat Dinas PERINDAG menangani/menanggulangi masa
5 Program Tangerang Berbenah lah Kawasan/Lingkungan
Kumuh ;
2 Program Penataan Lingkungan Berbasis Membangun kepedulian antar
Komunitas (PLPBK) sesama
3 Program Pembangunan JABAT SEHAT masyarakat dengan Pemerintah
Kota
Tangerang ;

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 26


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

Program Pembangunan Sarana Prasarana dasar Menciptakan lingkungan


4 Permukiman perumahan dan
permukiman yang bersih,
nyaman, aman,
sehat dan lestari ;
Meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan Masyarakat
secara umum & khusus
nya masyarakat miskin ;
Mengurangi luasan kawasan kumuh
di wilayah
Kota Tangerang target thn 2020 ;

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 27


Evaluasi Pengurangan Kumuh Kota Tangerang

LAPORAN AWAL

4.5 Organisasi Pelaksana


Berdasarkan prinsip-prinsip dan untuk mendukung pelaksanaan agar sesuai dengan
rencana kerja yang telah disusun, konsultan telah menyusun organisasi yang efisien,
dengan cara membagi habis rencana kerja ke dalam tugas dan fungsi masing-masing
tenaga ahli. Untuk lebih jelasnya tentang organisasi pelaksana dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan

PT. STUDIO BUMI ANAM IV - 28

Anda mungkin juga menyukai