Anda di halaman 1dari 78

g

d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Rencana Induk dan Pra Desain
Pengembangan SPAM

7.1 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah

Pola pemanfaatan ruang yang akan dikembangkan di Kabupaten Bandung


dirumuskan berdasarkan pertimbangan:





Arahan pola pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang wilayah
Provinsi Jawa Barat dan Metropolitan Bandung
Analisis daya dukung pengembangan wilayah, terutama daya dukung lahan
untuk berbagai kegiatan budidaya dan sumberdaya air.
Penetapan status hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan
Penggunaan lahan eksisting (berdasarkan Citra SPOT 2004).
Konsep etruktur tata ruang yang akan diterapkan
Pengalokasian peruntukan lahan sesuai kebutuhan luas dan kesesuaiannya

Didasarkan pada pertimbangan di atas, rencana pola pemanfaatan ruang


Kabupaten Bandung meliputi alokasi pemanfaatan ruang:

1. Kawasan Lindung, yang terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan


terhadap kawasan bawahannya (hutan lindung, kawasan resapan air),
kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai, kawasan sekitar danau
dan mata air), kawasan suaka alam, dan kawasan rawan bencana.
2. Kawasan Budidaya, yang terdiri dari kawasan permukiman/perkotaan,
kawasan pertanian (lahan basah, lahan kering dengan tanaman tahunan, dan
lahan kering dengan tanaman semusim), serta kawasan hutan produksi
(tanaman tahunan).

Laporan Akhir VII-1


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
7.1.1 Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama


melindungi kelestarian lingkungan hidup yan gmencakup sumber daya alam,
sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bagnsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan. Secara keseluruhan, pola spasial pemanfaatan
ruang kawasan lindung tersebut terutama di bagian utara dan selatan Kabupaten
Bandung.

Kawasan ini pada dasarnya merupakan kawasan yang berdasarkan anlisis daya
dukung mempunyai keterbatasan untuk dikembangkan akrena adanya faktor-
faktor limitasi yang menjadi kriteria (lereng, jenis tanah, curah hujan, ketinggian
serta zona bahaya gunung api, zona kerentanan gerakan tanah, dan zona
konservasi air potensial sangat tinggi). Kawasan lindung Bandung meliputi:

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

Kawasan yang memberikan


Kabupaten Bandung terdiri dari:

a. Kawasan Hutan Lindung


perlindungan kawasan bawahannya

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
memelihara kesuburan tanah. Perlindungan terhadap kawasan hutan
lindung dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kawasan hutan
dengan tutupan vegetasi. Kawasan hutan diharapkan dapat menjamin
ketersediaan unsure hara tanah, air tanah, dan air permukaan. Kawasan
hutan lindung di Kabupaten Bandung meliputi lahan seluas ± 34.240,39
Ha (19,43%), yang tersebar di bagian selatan dan utara Kabupaten
Bandung, yaitu: Kecamatan Cileunyi, Cilengkrang, Cimenyan, Ciwidey,
Rancabali, Pasirjambu, Pangalengan, Kertasari, Banjaran, Arjasari, Pacet,
Ibun, Paseh, Cimaung.

Laporan Akhir
di

VII-2
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 b. Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan


tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian
air bumi yang berguna sebagai sumber air.

Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan


ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk
keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir,
baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
Kawasan ini dapat berupa kawasan budidaya hutan, perkebunan dan
pertanian lahan kering. Pembangunan dapat dilakukan melalui disintensif
antara lain tidak membangun infrastruktur pada kawasan ini dan
pembatasan KDB (Koefisien Dasar Bangunan). Untuk kawasan resapan
air yang telah terbangun, upaya pengendalian dilakukan dengan
membangun parit resapan, sumur resapan atau danau resapan. Kawasan
resapan air di kawasan perencanaan tersebar di Kecamatan Cimenyan
dan Cilengkrang (Bagian Utara) dan beberapa kecamatan di Bagian
selatan antara lain: Kecamatan Rancabali, Ciwidey, Pasirjambu, Kertasari,
Pangalengan, Paseh, Pacet, Ibun, Cimaung dan lain-lain.

2. Kawasan perlindungan setempat

Kawasan lindung yang merupakan kawasan perlindungan setempat terdiri


dari:

a. Kawasan Sekitar Danau/Situ/Waduk

Dalam Keppres No 32 tahun 1990 terdapat pasal yang mengatur


mengenai pengelolaan kawasan perlindungan setempat. Kriteria kawasan
sekitar danau/situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik/danau antara 50 – 100 m dari titik pasang tertinggi kearah darat dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Di Kabupaten Bandung, danau yang menjadi kawasan perlindungan


setempat ini adalah Waduk Cileunca dan Cipanunjang terdapat di
Kecamatan Pangalengan, Danau Ciharus dan Pangkalan yang terdapat di

Laporan Akhir VII-3


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 Kecamatan Ibun, Danau Patengan dan Waduk Santosa di Kecamatan
Rancabali

b. Sempadan Sungai

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri sungai, termasuk


sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan
terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari
kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air
sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran
sungai.

Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai adalah melindungi sungai


dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air
sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran
sungai.

Kriteria kawasan sempadan sungai adalah sekurang-kurangnya (atau


sesuai peraturan yang berlaku):


100 meter kiri – kanan sungai besar dan 50 meter di kiri – kanan anak
sungai yang berada di luar pemukiman
50 kiri – kanan sungai besar dan 25 meter kiri kanan anak sungai bila
berada di area permukiman

Sesuai Keppres No 32 Tahun 1990, pada sepanjang sungai – sungai


tersebut perlu ditetapkan sebagai kawasan sempadan sungai di wilayah
permukiman berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan cukup
untuk dibangun jalan inspeksi.

Sungai-sungai utama di Kabupaten Bandung adalah Sungai Citarum,


Cirasea, Citarik, Cipamokolan, Cijaura, Cikapundung, Cisangkuy, Citepus,
Ciwidey, Cimahi dan Sungai Cimeta.

Laporan Akhir VII-4


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 c. Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Perlindungan terhadap
kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari
kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik
dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.

Daerah-daerah mata air di Kabupaten Bandung cukup banyak dijumpai di


sekitar perbukitan utara, timur dan selatan. Daerah yang tidak dijumpai
sumber mata air adalah daerah
Bojongsoang, Margahayu dan Rancaekek.
dataran, meliputi

Kawasan sekitar danau/situ/waduk, kawasan sempadan sungai dan


kawasan sekitar mata air, seperti halnya kawasan resapan air,

Kawasan suaka alam yang terdapat di Kabupaten Bandung adalah Cagar


Alam 8.592,14 Ha. Cagar Alam terletak di Kecamatan Pangalengan,
Pasirjambu, dan Rancabali. Sedangkan Taman Wisata Alam terletak di
Pangalengan, Cimaung, Pasirjambu dan Rancabali.

3. Kawasan pelestarian alam

Kawasan pelestarian alam yang terdapat di wilayah Kabupaten Bandung


terdapat seluas 265,37 Ha, antara lain adalah Taman Hutan Raya di
Kecamatan Cimenyan, juga terdapat di Kecamatan Rancabali. Taman Hutan
Kecamatan

pemanfaatannya dapat berupa kawasan budidaya hutan, pertanian lahan


kering dan perkebunan/tanaman tahunan.

d. Kawasan Hutan Suaka Alam

Raya adalah kawasan pelestarian alam yang didalamnya terdapat jenis-jenis


tumbuhan, satwa atau ekosistem yang khas, yang dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan, pariwisata dan rekreasi. Perlindunga terhadap taman hutan raya
dilakukan untuk menjamin berlangsungnya fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan

Laporan Akhir VII-5


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya, untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata,
serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari
pencemaran. Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung adalah Taman
Wisata Alam Talaga Patengan dan Cimanggu seluas 799,91 ha yang terdapat
di Kecamatan Rancabali. Taman Wisata Alam dalah Kawasan darat dan atau
perairan yang ditunjuk untuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya
tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang menarik dan indah baik
secara alamiah ataupun buatan;

4. Kawasan rawan bencana alam

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami bencana alam. Perlindungan terhadap kawasan rawan
bencana alam dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari
bencana yang disebabkan oleh alam. Kawasan rawan bencana gerakan
tanah (longsor) secara umum menyebar di bagian utara dan selatan
Kabupaten Bandung, yaitu terdapat di Kecamatan Rancabali, Pasirjambu,
Rancabali, Cileunyi, Cilengkrang, Pangalengan, Kertasari, Cicalengka,
Nagreg. Kawasan bencana banjir terletak di Kecamatan Bojongsoang,
Baleendah, Pameungpeuk, Solokanjeruk, Majalaya, Cicalengka, Banjaran,
Rancaekek, Dayeuhkolot dan Katapang.

7.1.2 Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untnuk


dibudidayakan atas dasar kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan
buatan. Termasuk dalam kawasan budidaya ini adalah kawasan pertanian,
kawasan permukiman dan industri. Pola pemanfaatan ruang kawasan
budidaya secara spasial mengarah pada bagian wilayah barat-timur,
mencakup wilayah yang berdasarkan analisis daya dukung lahan tergolong
sangat tinggi dan tinggi, baik untuk pengembangan kawasan budidaya
perdesaan/pertanian maupun perkotaan.

Laporan Akhir VII-6


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
A. KAWASAN BUDIDAYA PERDESAAN/PERTANIAN

1. Kawasan Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi merupakan kawasan budidaya yang berfungsi


lindung. Kawasan ini di Kabupaten Bandung terdiri dari Hutan Prodouksi,
Hutan Rakyat, dan kawasan Tanaman Hutan. Hutan Produksi seluas ±
40,29 Ha terdapat di Kecamatan Kertasari. Hutan Rakyat seluas ±
2.855,40 Ha, terdapat hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Bandung.

2. Kawasan Pertanian

Kawasan budidaya pertanian adalah kawasan dengan fungsi utama


pertanian, didasarkan pada kondisi alami, manusia, dan buatan.
Pemanfaatan lahan untuk pertanian dikelompokkan pada peruntukan
pertanian lahan basah (padi sawah) dan pertanian lahan kering (tanaman
pangan lahan kering, tanaman tahunan, perkebunan, dan hutan produksi).
Delineasi kawasan pertanian didasarkan pada kriteria yang dipakai
mengacu pada Pedoman Kesesuaian Lahan menurut Pusat Penelitian
dan Agroklimat (1982). Parameter untuk menilai kriteria yaitu kedalaman
efektif, kesuburan tanah, tekstur, draianse, erodibilitas, lereng, banjir, dan
iklim. Dalam hal ini lahan yang diarahkan untuk kawasan pertanian
budidaya adalah lahan yang cukup sesuai. Kondisi lahan lainnya seperti
lahan yang sesuai marginal dan tidak sesuai saat ini, apabila secara
eksisting telah dilakukan perbaikan dan atau memungkinkan dilakukan
perbaikan diasumsikan cukup sesuai.

3. Kawasan Pariwisata

Kawasan pariwisata di Kabupaten Bandung sebagian besar merupakan


kawasan wisata alam. Kawasan wisata tersebut dibagi dalam 4 (empat)
kawasan (sumber: Dinas Pariwisata Kabuapten Bandung) yaitu kawasan
pariwisata alam, kawasan pariwisata budaya, kawasan pariwisata agro
dan kawasan pariwisata terpadu dan olah raga.

Laporan Akhir VII-7


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
B. KAWASAN BUDIDAYA PERKOTAAN

Kawasan budidaya non-pertanian atau kawasan perkotaan adalah


kawasan yang berdasarkan analisis fisik dasar (kemiringan/lereng, daya
dukung fondasi, hidrogeologi, kerentanan gerakan tanah, potensi erosi,
dan bahaya gunung api) mempunyai daya dukung tinggi untuk
dikembangkan

terbangun.
sebagai kawasan

dengan potensi

linear
perkotaan.

daya

kecenderungan

sepanjang
Didalamnya
permukiman dan industri. Karena beberapa bagian kawasan yang
mempunyai daya dukung tinggi untuk pengembanga kawasan perkotaan
ini ternyata tumpang-tindih dengan kesesuaian lahan untuk pertanian,
maka dalam hal ini pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan tidak
sepenuhnya sama dukungnya
mempertimbangkan keberadaan lahan sawah beririgasi teknis sebagai
faktor kendala disamping perkembangan

Secara spasial pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya mengarah


pada bagian wilayah barat-timur, sementara kea rah utara dibatasi oleh

menghubungkan kota Bandung dengan Kota Ciwidey, serta dengan


Pangalengan.

1. Kawasan Permukiman

pengembangan kawasan permukiman di Kab. Bandung hingga tahun


jalan

Kawasan permukiman di Kabuapten Bandung per kecamatan di bagi


dalam 4 (empat) kategori berdasarkan jumlah penduduk. Rencana

2026 seluas ± 31.029,59 Ha (17,61%) dari total luas wilayah Kab.


Bandung. Dari keseluruhan luas kawasan pemukiman tersebut, yang
diarahkan untuk pengembangan pemukiman untuk kawasan perkotaan
seluas ± 13.965,85 Ha dan pengembangan permukiman di luar kawasan
perkotaan seluas ± 17.092,74 Ha. Pengembangan permukiman di
kawasan perkotaan diarahkan untuk perumahan terorganisir, sedangkan
pengembangan pemukiman di luar kawasan perkotaan diarahkan untuk

Laporan Akhir
termasuk

tetapi

kawasan resapan air (konservasi potensial sangat tinggi), dank e selatan


dibatasi hanya bersifat utama
juga

kawasan

yang

VII-8
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 permukiman yang tumbuh alami, namun dalam pengembangannya
dibatasi sesuai

Bandung
dengna fungsi

diperuntukkan
yang
ruangnya/KWT
Terbangun disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan).

2. Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan perdangangan dan jasa dibedakan berdasarkan tingkat

memiliki

bagi jenis
fungsi
(Koefisien

pelayanannya, yaitu yang memiliki fungsi pelayanan kecamatan dicirikan


dengan pengelompokkan letak, terletak di seluruh kecamatan, dan
kawasan perdagangan/jasa

Kawasan peruntukan industri lama yang telah berkembang terletak di


Kecamatan Margaasih, Katapang, Dayeuhkolot,

industri
pengolahan makanan dan industri yang tidak menggunakan air banyak.
Rencana luas kawasan Industri di Kabupaten Bandung adalah seluas ±
5.43,03 Ha
untuk
kecamatan lain terletak di kota-kota hirarki II dan III, yaitu Kecamatan
Soreang, Banjaran, Majalaya dan Cileunyi. Luas kawasan ini di Kab.
Bandung ± 2.251,22 Ha.

3. Kawasan Peruntukan Industri

Baleendah, Bojongsoang, Solokanjeruk, Banjaran, Arjasari, Cileunyi,


Majalaya, Cikancung, Rancaekek, Cicalengka, Arjasari, Margahayu dan

rumah

4. Kawasan Konservasi Budaya dan Sejarah (Artefak/Bangunan Bersejarah)

Berdasarkan pola pemanfaatan ruang yang telah dirumuskan, selanjutnya


dirumuskan pedoman pengelolaan kawasan, yang meliputi pengelolaan
kawasan lindung, dan kawasan budidaya di Kabupaten Bandung.
Kawasan budidaya dibagi menjadi kawasan perdesaan, perkotaan dan
tertentu/khusus. Rencana pengelolaan kawasan ini merupakan bentuk-
bentuk upaya pengelolaan untuk mewujudkan rencana struktur dan pola
pemanfaatan ruang yang telah diterapkan.

Laporan Akhir
Wilayah

melayani

Pameungpeuk,

Pameungpeuk. Peruntukan industri lama ini terutama di wilayah selatan


Kota tangga,

VII-9
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
7.2 Pengembangan Wilayah/Daerah Pelayanan (Zonasi)

Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Bandung dibagi menjadi 3


cabang pelayanan (Sesuai ketetapan PDAM Tirta Rahardja). Yaitu:

1. Cabang 1 Soreang

Kecamatan: Soreang,
Pasirjambu,
Banjaran,
Cimaung,
Pangalengan,
Kertasari,
Ciwidey,
Arjasari,

Kecamatan: Ciparay, Baleendah, Bojongsoang, Pacet, Dayeuhkolot

3. Cabang 3 Majalaya

Kecamatan: Majalaya, Rancaekek,


Cimenyan, Nagrek
Cicalengka, Cileunyi,

Pembagian daerah pelayanan/zonasi SPAM Kabupaten Bandung berdasarkan


perencanaan PDAM Tirta Rahardja, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 7.1 Pembagian zonasi

Laporan Akhir
Rancabali,
Cangkuang,
Pameungpeuk, Katapang, Kutawaringin, Margaasih, Margahayu,

2. Cabang 2 Ciparay

Cilengkrang,

VII-10
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 Namum, berdasarkan perencanaan pengembangannya, sistem dibagi menjadi 4
jaringan dan sistem mandiri tiap kabupaten yang tidak terlayani oleh PDAM.
Sumber penyediaan sistem air bersih mandiri ini berasal dari mata air. Berikut
jaringan serta sistem yang direncanakan:

a. Jaringan 1
Kecamatan: Soreang dan Ketapang

b. Jaringan 2
Kecamatan: Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot

c. Jaringan 3
Kecamatan: Cicalengka, Rancaekek, Cileunyi
d. Sistem Mandiri
Kecamatan: Rancabali, Cimaung, Pasirjambu, Ciwidey, Pacet, Kertasari,
Pangalengan, Cilengkrang, Cimenyan, Nagrek

7.3Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan adalah persentase jumlah penduduk yang dilayani dari total
jumlah penduduk pada daerah cakupan layanan, dimana besarnya tingkat
pelayanan diambil berdasarkan survey yang dilakukan oleh PDAM terhadap
jumlah permintaan air minum oleh masyarakat atau dapat juga dilihat
berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM dalam pemenuhan kebutuhan
air minum.

Dalam penentuan tingkat pelayanan air minum di masing-masing kecamatan


yang termasuk ke dalam wilayah pelayanan, diproyeksikan berdasarkan
persentase tingkat pelayanan eksisting.

Proyeksi tingkat pelayanan PDAM pada akhir periode (2032) mengacu pada
target MDG’s, yakni sebesar 80% tingkat pelayanan Kabupaten Bandung,
dengan tingkat pelayanan per-5 tahun secara bertahap seperti di tabel berikut:

Laporan Akhir VII-11


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 Tabel 7.1 Rencana tingkat pelayanan

Tahun
2010 (eksiting)
2015
2020
2025
2030
Tingkat pelayanan

7.4 Rencana Pentahapan Pengembangan (5 Tahunan)

7.4.1 Jaringan 1 dan 2


8%
30%
60%
70%
80%

Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Bandung disusun untuk


periode desain 20 tahun, yaitu tahun 2012 – 2032. Perencanaan akan dibagi
dalam 2 (dua) tahap perencanaan serta setiap tahap dibagi dalam 2 fase.
Pentahapan serta target pelayanan adalah sebagai berikut:

Tahap I atau disebut Tahap Mendesak (2011 – 2015), target pelayanan % dari
kondisi eksisting 16,63%. Untuk Tahap II (Program Jangka Panjang), sesuai
dengan kebutuhan air sebesar 1.200 l/det, target pelayanan meningkat menjadi
% dari cakupan wilayah pelayanan.

Berdasarkan Rencana SPAM IKK PDAM untuk periode mendesak, maka ada 5
program pengembangan, yaitu:

1. SPAM Bandung Selatan (tahap 1)


Daerah pelayanan: Katapang, Margahayu dan Soreang
2. Sukamaju
Daerah pelayanan: Soreang, Banjaran
3. Rehab IPA Nagrak
Daerah pelayanan: Soreang dan sekitarnya

Pengembangan sumber air baku jaringan 1 dan jaringan 2 berdasarkan sumber


air baku sistem Bandung Selatan yang telah dirancang oleh Metro Bandung.

Laporan Akhir VII-12


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Sumber air baku yang akan dikembangkan untuk pelayanan Jaringan 1 dan 2
hingga tahun 2032, adalah:

1. Pada tahap I Program Mendesak (2012 - 2016), sesuai kebutuhan sebesar


l/det. Smber air baku yang dimanfaatkan adalah:

a. Fase 1 (2012 – 2014)


Pemanfaatan idle SIPA Sungai Cisangkuy Intake Cikalong sebesar 350
l/det
b. Fase 2 (2013 – 2016)
Pemanfaatan Waduk Saguling Tentakel Selatan Intake Ciminyak sebesar
800 l/det (Q90% = 821 l/det) dan Tentakel Utara Intake Cimerang sebesar
250 l/det (Q90$ = 562 l/det).

Kapasitas perencanaan diatas berdasarkan program perencanaan SPAM


Metro Bandung. Dengan demikian kapasitas sistem yang dijatahkan untuk
Kabupaten Bandung sebesar 900 l/det.

2. Pada tahap II Program Jangka Panjang (2017 – 2032), sesuai dengan


kebutuhan sebesar 1670,64 l/det yang dibagi dalam 3 (tiga) fase sebagai
berikut:
a. Fase 1 (2016 – 2020), target pelayanan 84% dengan penambahan
kapasitas sebesar 500 l/det dengan memanfaatkan supplesi air baku dari
Waduk Santosa ke Intake Cikalong sebesar 500 l/det (Q90% = 1.200
l/det).
b. Fase 2 (2021 – 2025), target pelayanan 85% dengan penambahan
kapasitas 400 l/det, akan memanfaatkan sisa supplesi air baku dari
Waduk Santosa ke Intake Cikalong sebesar 400 l/det (Q90% sisa = 700
l/det)
c. Fase 3 (2026 – 2030), target pelayanan 90% dengan penambahan
kapasitas 300 l/det dengan memanfaatkan sisa supplesi air baku dari
waduk Santosa ke Intake Cikalkong sebesar 300 l/det (Q90% sisa =
300 /det).

Sesuai penambahan debit kebutuhan air sebesar 1.200 l/det sumber yang
akan dikembangkan adalah:

Laporan Akhir VII-13


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
DAS Sungai Cisangkuy dengan pengembangan waduk Santosa yang koneksi
ke Sungai Cilaki dan Situ Panunjang serta Situ Cileunca semuanya mengalir
ke Intake Cikalong Sungai Cisangkuy, yang memiliki debit andalan sebesar
kurang lebih 1.200 l/det. Jadi dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan
air Sistem Bandung Selatan sampai dengan tahun 2030 akan cukup
terpenuhi dengan catatan Waduk Santosa sudah terbangun sebelum tahun
2015.

Untuk lebih jelasnya dari uraian di atas dapat dijabarkan dalam bentuk grafik
pentahapan kapasitas sistem Rencana Induk SPAM untuk Sistem Bandung
Selatan Tahun 2010-2030 seperti pada Gambar 7. sebagai berikut:

Gambar 7.2 Peta skematik Sistem Bandung Selatan berdasarkan Metro


Bandung

Sistem Bandung Selatan direncanakan untuk melayani wilayah Kota Bandung


dan Kabupaten Bandung. Debit yang dialokasikan untuk Kabupaten Bandung
sebesar 896 l/det untuk tahap 1 dan tambahan sebesar 826,20 l/det untuk
tahap 2.

Laporan Akhir VII-14


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Laporan Akhir VII-15
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
7.4.2 Jaringan 3

Pentahapan serta target pelayanan Sistem Bandung Barat-Timur adalah sebagai


berikut :

Tahap I tidak ada pelayanan untuk Sistem Bandung Barat Timur, karena tidak
sumber air baku yang dapat dimanfaatkan dan akan dilayani pada tahap II. Untuk
Tahap II (2016 - 2020), target pelayanan 76% dari kondisi eksisting 15%. Untuk
periode tahun 2021–2030 tingkat pelayanan terus meningkat menjadi 91%.

Sumber air baku yang akan dimanfaatkan untuk pelayanan Sistem Bandung
Barat-Timur hingga tahun 2030 yang akan memfasilitasi Jaringan 3, adalah :

1. Pada tahap I Program Mendesak (2011-2015), Sistem Bandung Barat Timur


tidak akan dilayani, karena tidak sumber air baku eksisting yang bisa
dimanfaatkan untuk pengembangan SPAM Sistem Bandung Barat Timur.
Kecuali tersedianya air baku andalan dari pembangunan waduk-waduk kecil
di sekitar Bandung, yaitu :
- Waduk Cipanengah, Q90%
- Waduk Sukawana, Q90%
- Waduk Cimeta, Q90% = 594 l/det
- Waduk Citarik, Q90%
= 1.550 l/det
= 432 l/det

= 238 l/det
- Waduk Ciwidey, Q90% = 1.148 l/det
- Waduk Cibatarua, Q90% = 800 l/det

Total debit andalan waduk tersebut adalah 4.762 l/det dapat memenuhi
kebutuhan pada Sistem Bandung Barat-Timur sebesar 4.200 l/det pada tahap
II (2016 – 2020) nanti. Masih ada sisa supply dari waduk Cibatarua sebesar
562 l/det yang direncanakan untuk pelayanan tahap III. Untuk jatah
Kabupaten Bandung dialokasikan sebesar 454.53 l/det.

2. Pada tahap II Program Jangka Panjang (2016-2020), sesuai dengan


kebutuhan sebesar 4.200 l/det dengan sistem pelayanan sebagai berikut :

Target pelayanan tahun 2016 sebesar 65%, dengan penambahan kapasitas


sebesar 4.200 l/det, dengan memanfaatkan air baku dari waduk-waduk kecil

Laporan Akhir VII-16


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
-

-
yang direncanakan akan dibangun di sekitar Bandung dengan kapasitas
4.792 l/det yang dipasang secara parsial mulai dari intake, IPA dan Jaringan
Distribusi Utama (JDU) secara parsial di wilayah pelayanan Sistem Bandung
Barat-Timur. Untuk Kabupaten Bandung dialokasikan debit sebesar 1122.17
l/det

3. Pada tahap III Program Jangka Panjang (2021-2030), sesuai program


penambahan kapasitas
sebagai berikut:
Fase 1 (2021 - 2025)
sebesar

:
2.800 l/det dibagi dalam 2 (dua) fase

Target pelayanan 76% dengan penambahan kapasitas sebesar 1.400 l/det,


akan memanfaatkan Sodetan Waduk Cibatarua Intake Cikalong sebesar 562
l/det dimanfaatkan sebesar 500 l/det dan Sungai Citarum Intake Nanjung
sebesar 900 l/det (Q.90% PDA Nanjung 8.020 l/det);

Fase 2 (2026 - 2030) :


Target pelayanan 85% dengan penambahan kapasitas sebesar 1.400 l/det,
akan memanfaatkan Sungai Citarum Intake Nanjung sebesar 1.400 l/det
(Q.90% PDA Nanjung sisa = 7.120 l/det);

Dengan demikian untuk Sistem Bandung Barat-Timur Sesuai penambahan debit


kebutuhan air sebesar 2.800 l/det untuk memenuhi penambahan kebutuhan
sampai dengan tahun 2030 sumber yang akan dikembangkan adalah tetap
diambil Cikalong supplesi Waduk Cibatarua sebesar 500 l/det dan dari Sungai
Citarum PDA Nanjung sebesar 2.300 l/det dengan debit andalan sisa sampai
akhir perencanaan masih ada sebesar 5.720 l/det dari 8.020 l/det.

Untuk lebih jelasnya dari uraian diatas dapat dijabarkan dalam bentuk grafik
pentahapan kapasitas sistem Rencana Induk SPAM untuk Sistem Bandung
Barat-Timur Tahun 2010-2030 seperti pada Gambar 7.4 sebagai berikut:

Berdasarkan rencana SPAM IKK PDAM untuk periode mendesak, ada 1 program
pengembangan, yaitu SPAM IKK Dayeuh Kolot dengan daerah pelayanan
Dayeuhkolot dan sekitarnya.

Laporan Akhir VII-17


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 Gambar 7.4 Gambar Skematik Sistem Bandung Barat Timur yang Diusulkan
Metro Bandung

Sementara untuk sketsa skematik pelayanan di Kabupaten Bandung yang


mengambil Bulk Watermeter Kabupaten Bandung seperti pada Gambar 7.5

Laporan Akhir VII-18


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Gambar 7.5 Peta Skematik pengambilan Bulk Watermeter untuk Kabupaten
Bandung

Gambar 7.6 Pentahapan Kapasitas Sistem Rencana Induk SPAM Kawasan


Perkotaan Bandung Raya Sistem Bandung Barat-Timur Tahun 2016-2030

Laporan Akhir VII-19


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 7.4.3 Sistem Mandiri per-Kecamatan

Berdasarkan rencana SPAM IKK PDAM untuk periode mendesak, ada 1 program
pengembangan, yaitu IKK Hungaria dengan daerah pelayanan Rancaekek,
Cicalengka dan Cikancung.

Sistem mandiri per-kecamatan ini menggunakan alokasi air yang berasal dari
mata air. Namun, keterbatasan jumlah mata air dan debit yang dihasilkan
menyebabkan tidak semua wilayah dan kabupaten yang bisa terlayani. Tercatat
hanya 10 kabupaten yang memiliki sumber mata air sendiri. Dan tidak
keseleruhan 10 kabupaten tersebut memiliki debit mata air yang cukup.

7.5 Kebutuhan Air

Perhitungan kebutuhan air minum didasarkan pada jumlah penduduk, jumlah dan
jenis kegiatan perkotaan yang memerlukan air, dan standar pemakaian air.

Dengan menggunakan proyeksi penduduk serta standar pemakaian air maka


kebutuhan pemakaian air minum untuk keperluan domestic maupun non
domestic di Kabupaten Bandung disajikan pada sub bab di bawah ini.

7.5.1 Klasifikasi Penggunaan Air

Klasifikasi penggunaan air adalah untuk kebutuhan air:

a. Domestik
b. Non Domestik
c. Pengairan
d. Industri Besar

7.5.2 Kebutuhan Air Domestik

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh kebutuhan air


domestik untuk Kabupaten Bandung dengan rincian sebagai berikut:

1. Jaringan 1

a. Tahun 2015, kebutuhan air domestik 139,41 l/det

Laporan Akhir VII-20


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 -
-

-
-

2. Jaringan 2
Kecamatan Soreang
Kecamatan Katapang

Kecamatan Soreang
Kecamatan Katapang

Kecamatan Soreang
Kecamatan Katapang
: 69.86 l/det
: 69.55 l/det
b. Tahun 2020, kebutuhan air domestik 321,25 l/det
- : 147.40 l/det
: 173.85 l/det
c. Tahun 2025, kebutuhan air domestik 451,12 l/det
: 197.63 l/det
: 253.49 l/det
d. Tahun 2030, kebutuhan air domestik 621.61 l/det
-
-
Kecamatan Soreang
Kecamatan Katapang
: 259.55 l/det
: 362.06 l/det

a. Tahun 2015, kebutuhan air domestik 213.80 l/det


-
-
-

-
-
-

-
-
-
-
-
-

3. Jaringan 3

-
Kecamatan Margaasih
Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot

Kecamatan Margaasih
Kecamatan Margahayu

Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot

Kecamatan Margaasih
Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot

Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek

Laporan Akhir
: 93.30 l/det
: 82.08 l/det
: 38.42 l/det
b. Tahun 2020, kebutuhan air domestik 523.19 l/det
: 237.85 l/det
: 196.68 l/det
Kecamatan Dayeuhkolot : 88.66 l/det
c. Tahun 2025, kebutuhan air domestik 747.95 l/det
Kecamatan Margaasih : 353.72 l/det
: 274.90 l/det
: 119.33 l/det
d. Tahun 2030, kebutuhan air domestik 1049.03 l/det
: 515.30 l/det
: 376.40 l/det
: 157.33 l/det

a. Tahun 2015, kebutuhan air domestik 283.28 l/det


- : 63.87 l/det
: 124.81 l/det

VII-21
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 -

-
-

-
-

-
Kecamatan Cileunyi

Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
Kecamatan Cileunyi

Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
Kecamatan Cileunyi

Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
Kecamatan Cileunyi

4. Sistem Mandiri per-Kecamatan


: 94.59 l/det
b. Tahun 2020, kebutuhan air domestik 698.68 l/det
: 138.97 l/det
: 324.87 l/det
: 234.85 l/det
c. Tahun 2025, kebutuhan air domestik 1009.76 l/det
: 176.37 l/det
: 493.24 l/det
: 340.14 l/det
d. Tahun 2030, kebutuhan air domestik 1435.46 l/det
- : 219.28 l/det
: 733.60 l/det
: 482.58 l/det

a. Tahun 2015, kebutuhan air domestik 462.31 l/det


-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-
-
-
Kecamatan Rancabali
Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari

Kecamatan Cilengkrang
Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek

Kecamatan Rancabali
Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari

Laporan Akhir
: 29.30 l/det
: 46.98 l/det
: 49.16 l/det
: 45.47 l/det
: 65.11 l/det
: 40.29 l/det
Kecamatan Pangalengan : 76.52 l/det
: 25.46 l/det
: 55.39 l/det
: 28.62 l/det

b. Tahun 2020, kebutuhan air domestik 995.63 l/det


: 61.44 l/det
: 106.96 l/det
: 107.97 l/det
: 96.00 l/det
: 146.91 l/det
: 86.04 l/det

VII-22
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 -
-
-
-

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kecamatan Pangalengan : 154.40 l/det
Kecamatan Cilengkrang
Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek

Kecamatan Rancabali
Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari

Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek

Kecamatan Rancabali
Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari

Kecamatan Cilengkrang
Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek

7.5.3 Kebutuhan Air Non Domestik


: 55.59 l/det
: 118.41 l/det
: 61.91 l/det

c. Tahun 2025, kebutuhan air domestik 1252.62 l/det


: 75.15 l/det
: 142.06 l/det
: 138.33 l/det
: 118.22 l/det
: 193.35 l/det
: 107.18 l/det
Kecamatan Pangalengan : 181.73 l/det
Kecamatan Cilengkrang : 70.80 l/det
: 147.67 l/det
: 78.12 l/det

d. Tahun 2030, kebutuhan air domestik 1546.02 l/det


- : 90.06 l/det
: 184.42 l/det
: 173.61 l/det
: 142.62 l/det
: 249.28 l/det
: 130.79 l/det
Kecamatan Pangalengan : 209.52 l/det
: 88.34 l/det
: 180.41 l/det
: 96.57 l/det

Kebutuhan Air Non Domestik adalah kebutuhan air untuk kegiatan penunjang
kota, yang terdiri dari kegiatan komersial yang berupa industri, perkantoran dan
lain – lain, maupun kegiatan sosial seperti sekolah, ruman sakit dan tempat
ibadah.

Laporan Akhir VII-23


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh kebutuhan air
non domestik untuk Kabupaten Bandung dengan rincian sebagai berikut:

1. Jaringan 1

a. Tahun 2015, kebutuhan air non domestik 24.71 l/det


-
-

-
-

-
-

2. Jaringan 2

-
-

-
-
-
-
-
-
Kecamatan Soreang
Kecamatan Katapang

Kecamatan Soreang
Kecamatan Katapang

Kecamatan Katapang

Kecamatan Soreang
Kecamatan Katapang

Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot

Kecamatan Margaasih
Kecamatan Margahayu

Kecamatan Margaasih
Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot

Laporan Akhir
: 12.38 l/det
: 12.33 l/det
b. Tahun 2020, kebutuhan air non domestik 56.95 l/det
: 26.13 l/det
: 30.82 l/det
c. Tahun 2025, kebutuhan air non domestik 451,12 l/det
- Kecamatan Soreang : 35.03 l/det
: 44.94 l/det
d. Tahun 2030, kebutuhan air non domestik 621.61 l/det
: 46.01 l/det
: 64.18 l/det

a. Tahun 2015, kebutuhan air non domestik 37.90 l/det


- Kecamatan Margaasih : 16.54 l/det
: 14.55 l/det
: 6.81 l/det
b. Tahun 2020, kebutuhan air non domestik 92.75 l/det
: 42.16 l/det
: 34.87 l/det
Kecamatan Dayeuhkolot : 15.72 l/det
c. Tahun 2025, kebutuhan air non domestik 132.59 l/det
: 62.71 l/det
: 48.73 l/det
: 21.15 l/det

VII-24
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 d. Tahun 2030, kebutuhan air non domestik 185.96 l/det
-
-
-

-
-

-
-

-
-

-
-
-
-
-
-
-
-
Kecamatan Margaasih
Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot

3. Jaringan 3

- Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
Kecamatan Cileunyi

Kecamatan Cileunyi

Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
Kecamatan Cileunyi

Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
Kecamatan Cileunyi

4. Sistem Mandiri per-Kecamatan

Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari

Kecamatan Cilengkrang
Kecamatan Cimenyan

Laporan Akhir
: 91.35 l/det
: 66.73 l/det
: 27.89 l/det

a. Tahun 2015, kebutuhan air non domestik 50.22 l/det


: 11.32 l/det
: 22.13 l/det
: 16.77 l/det
b. Tahun 2020, kebutuhan air non domestic 123.86 l/det
-
-
Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
: 24.63 l/det
: 57.59 l/det
: 41.63 l/det
c. Tahun 2025, kebutuhan air non domestik 179.00 l/det
: 31.27 l/det
: 87.44 l/det
: 60.30 l/det
d. Tahun 2030, kebutuhan air non domestik 254.47 l/det
: 38.87 l/det
: 130.05 l/det
: 85.55 l/det

a. Tahun 2015, kebutuhan air non domestik 462.31 l/det


- Kecamatan Rancabali : 29.30 l/det
: 46.98 l/det
: 49.16 l/det
: 45.47 l/det
: 65.11 l/det
: 40.29 l/det
Kecamatan Pangalengan : 76.52 l/det
: 25.46 l/det
: 55.39 l/det

VII-25
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 -

-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kecamatan Nagrek

Kecamatan Rancabali
Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari

Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek
: 28.62 l/det

b. Tahun 2020, kebutuhan air non domestik 995.63 l/det


- : 61.44 l/det
: 106.96 l/det
: 107.97 l/det
: 96.00 l/det
: 146.91 l/det
: 86.04 l/det
Kecamatan Pangalengan : 154.40 l/det
Kecamatan Cilengkrang : 55.59 l/det
: 118.41 l/det
: 61.91 l/det

c. Tahun 2025, kebutuhan air non domestik 1252.62 l/det


-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-
-
-
-
-
Kecamatan Rancabali
Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari

Kecamatan Cilengkrang
Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek

Kecamatan Rancabali
Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari
: 75.15 l/det
: 142.06 l/det
: 138.33 l/det
: 118.22 l/det
: 193.35 l/det
: 107.18 l/det
Kecamatan Pangalengan : 181.73 l/det
: 70.80 l/det
: 147.67 l/det
: 78.12 l/det

d. Tahun 2030, kebutuhan air non domestik 1546.02 l/det


: 90.06 l/det
: 184.42 l/det
: 173.61 l/det
: 142.62 l/det
: 249.28 l/det
: 130.79 l/det
Kecamatan Pangalengan : 209.52 l/det
Kecamatan Cilengkrang

Laporan Akhir
: 88.34 l/det

VII-26
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 -
-
Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek

7.5.4 Kehilangan Air

At = Air Terjual (memberikan revenue)


: 180.41 l/det
: 96.57 l/det

Kebocoran atau kehilangan air didefinisikan sebagai air yang tidak memberikan
pendapatan bagi PDAM. Besarannya dinyatakan dalam presentase antara air
yang hilang dengan air yang didistribusikan, dihitung dengna formula sebagai
berikut:

KA =( Ad−At )/ Ad

Dimana:
KA = Kehilangan Air
Ad = Air Terdistribusi

Sesuai dengan definisi bahwa kehilangan air adalah air yang tidak memberikan
pendapatan bagi PDAM. Maka pada dasarnya terdapat kebocoran air yang
sebenarnya tidak hilang secara fisik. Air tersebut tetap dimanfaatkan oleh
masyarakat tetapi tidak memberikan pendapatan bagi PDAM. Oleh karena itu,
sifat kehilangan air dalam suatu SPAM dapat dibedakan dalam dua kategori,
yaitu kehilangan air secara berupa air yang benar-benar hilang tidak
termanfaatkan, serta kehilangan air secara non fisik berupa kehilangan
pendapatan PDAM akibat adanya pemakaian air yang tidak tertagih. Kehilangan
jenis kedua ini biasa juga disebut kehilangan air komersial. Ilustrasi kehilangan
air dalam suatu SPAM disajikan pada Gambar .

Laporan Akhir VII-27


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Kehilahan Air secara

Kebocoran

-
-

-
Fisik
Air Bersih yang diproduksi
Air Bersih yang dikonsumsi

Air Bersih yg Melalui Meteran

Air Bersih yg tercatat dalam


Meteran

Pendapatan dari air


Bersih

Tercatat dalam Meteran, Tertagih dan terbayar

Bandung, diperoleh kebutuhan air baku sebagai berikut:

1. Jaringan 1

a. Tahun 2015, kebutuhan total 246.20 l/det


-
-
Kecamatan Soreang
Kecamatan Katapang
b. Tahun 2020, kebutuhan total 567.31 l/det
Kecamatan Soreang
Kecamatan Katapang
c. Tahun 2025, kebutuhan total 796.62 l/det
- Kecamatan Soreang
Kecamatan Katapang
d. Tahun 2030, kebutuhan total 1097.70 l/det
Kecamatan Soreang

Laporan Akhir
: 122.37 l/det
: 122.83 l/det

: 260.30 l/det
: 307.01 l/det

: 348.99 l/det
: 447.63 l/det

: 458.35 l/det
Kehilahan Air secara
Komersial

Sambungan Air Bersih


secara tidak sah / gelap
Pemakaian Air Bersih oleh Publik yang
tidak melalui meteran
Pemakaian Air Bersih yang tidak tercatat
dalam meteran
Air Bersih yang tidak tertagih atau
tidak terbayar

Gambar 7.7 Diagram kehilangan air dalam sistem penyediaan air minum

7.5.5 Rekapitulasi Kebutuhan Air

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan kebutuhan air baku untuk Kabupaten

VII-28
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 -

2. Jaringan 2

-
-
-

-
-

-
-

3. Jaringan 3

-
Kecamatan Katapang

Kecamatan Margaasih
Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot

Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot

Kecamatan Margaasih
Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot

Kecamatan Cileunyi

Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
Kecamatan Cileunyi

Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
Kecamatan Cileunyi

Laporan Akhir
: 639.36 l/det

a. Tahun 2015, kebutuhan total 377.56 l/det


: 164.75 l/det
: 144.95 l/det
: 67.85 l/det
b. Tahun 2020, kebutuhan total 923.90 l/det
-
-
-
Kecamatan Margaasih
Kecamatan Margahayu
: 420.02 l/det
: 347.32 l/det
Kecamatan Dayeuhkolot : 156.56 l/det
c. Tahun 2025, kebutuhan total 1320.82 l/det
- Kecamatan Margaasih : 624.64 l/det
: 485.46 l/det
: 210.72 l/det
d. Tahun 2030, kebutuhan total 185.96 l/det
- : 909.98 l/det
: 664.69 l/det
: 277.83 l/det

a. Tahun 2015, kebutuhan air total 500.24 l/det


-
-
Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
: 112.79 l/det
: 220.41 l/det
: 167.04 l/det
b. Tahun 2020, kebutuhan air total 1233.81 l/det
- : 245.40 l/det
: 573.68 l/det
: 414.73 l/det
c. Tahun 2025, kebutuhan air total 1783.14 l/det
- : 311.46 l/det
: 871.02 l/det
: 600.66 l/det
d. Tahun 2030, kebutuhan air total 2534.90 l/det

VII-29
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 -
-
-

-
-
-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-
Kecamatan Cicalengka
Kecamatan Rancaekek
Kecamatan Cileunyi
4. Sistem Mandiri per-Kecamatan

Kecamatan Rancabali
Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari

Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek

Kecamatan Rancabali
Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari
: 387.23 l/det
: 1295.47 l/det
: 852.20 l/det

a. Tahun 2015, kebutuhan air total 816.40 l/det


- : 51.73 l/det
: 82.96 l/det
: 86.81 l/det
: 80.30 l/det
: 114.99 l/det
: 71.16 l/det
Kecamatan Pangalengan : 135.14 l/det
Kecamatan Cilengkrang : 44.96 l/det
: 97.80 l/det
: 50.54 l/det

e. Tahun 2020, kebutuhan air total 1758.19 l/det


- : 108.49 l/det
: 188.89 l/det
: 190.67 l/det
: 169.53 l/det
: 259.43 l/det
: 151.93 l/det
Kecamatan Pangalengan : 272.66 l/det
Kecamatan Cilengkrang
Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek

Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet

Laporan Akhir
: 98.17 l/det
: 209.10 l/det
: 109.33 l/det

f. Tahun 2025, kebutuhan air total 2212.02 l/det


- Kecamatan Rancabali : 132.71 l/det
: 250.86 l/det
: 244.28 l/det
: 208.77 l/det
: 341.44 l/det

VII-30
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 -
-
-
-
-

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kecamatan Kertasari

Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek

Kecamatan Rancabali
Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pacet
Kecamatan Kertasari

Kecamatan Cimenyan
Kecamatan Nagrek

Jaringan 1 dan 2

Jaringan 3

Sistem Mandiri

Total
134.
90
108.
69
404.
94
648.

7.6 Alternatif Rencana Pengembangan


54
: 189.27 l/det
Kecamatan Pangalengan : 320.91 l/det
Kecamatan Cilengkrang : 125.03 l/det
: 260.78 l/det
: 137.96 l/det

g. Tahun 2030, kebutuhan air total 2730.12 l/det


: 159.04 l/det
: 326.38 l/det
: 306.57 l/det
: 251.85 l/det
: 440.21 l/det
: 230.97 l/det
Kecamatan Pangalengan : 369.99 l/det
Kecamatan Cilengkrang : 156.00 l/det
: 318.59 l/det
: 170.54 l/det

Untuk lebih jelasnya rekapitulasi kebutuhan air baku untuk Jaringan 1, Jaringan
2, Jaringan 3 dan sistem mandiri dapat dilihat di Tabel 7.2

Tabel 7.8 Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Bandung

Cabang
2010
Kebutuhan Air bersih (l/det)
2015

4
2020
623.7 1,491.2
6
500.2 1,233.8

1,632.7 3,516.3
9
2,756.7 6,241.4
9
1

1
2025
2,117.4

1,783.1

4,424.0
4

3
2030
2,950.2
0
2,534.9

8,324.6 10,945.3

Sesuai dengan kebutuhan pelayanan air minum sebagaimana dikemukakan


1

pada bab sebelumnya. Pengembangan pelayanan tersebut akan dilakukan di

Laporan Akhir
0
5,460.2
5

VII-31
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
masing-masing kabupaten/kota yang termasuk ke dalam Kabupaten Bandung
sebagaimana diuraikan di bawah ini.

7.6.1 Jaringan 1 dan Jaringan 2

Untuk tahap awal akan disusun “Konsep Pengembangan RI SPAM Jaringan


1”, Karena sudah ada kesepakatan bersama dengan Pemerintah Kabupaten
Bandung. Cakupan pelayanan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten
Bandung dapat dilihat pada gambar sebelumnya.

Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan 1 dan Jaringan 2

Sumber air baku untuk Jaringan 1 dan Jaringan 2 adalah Sungai Cisangkuy dan
air permukaan lainnya yang berada di DAS Cisangkuy. Besarnya kebutuhan air
baku untuk sistem penyediaan air minum ditentukan berdasarkan kapasitas
perencanaan/kapasitas produksi pada Tahap I tahun 2012-2016 sebesar 844.45
l/det. Sumber air baku untuk jaringan 1 dan jaringan 2 ini berdasarkan sistem
penyediaan air minum regional Bandung Selatan menurut Metro Bandung.
Berkaitan dengan alokasi sumber air baku ada di wilayah Bandung Barat, yaitu
Waduk Saguling Tentakel Utara dan Selatan, sehingga total penambahan
kapasitas pada tahap I sebesar 1.700 l/det dan pada akhir tahun perencanaan
menambah kapasitas sebesar 1.200 l/det. Untuk sistem Bandung Selatan
terpenuhi sebesar 2.900 l/det sampai dengan tahun 2030. Dari debit yang dapat
diambil, sebesar 844.45 l/det dialokasikan untuk Kabupaten Bandung jaringan 1
dan 2.

Sesuai dengan debit andalan Sungai Cisangkuy yang ada saat ini mengalami
krisis, seperti telah dianalisis pada Bab VI Potensi Air Baku, dimana pada PDA
Cisangkuy – Kamasan, debit andal Sungai Cisangkuyu hanya sebesar 440 l/det.
Berdasarkan informasi dari PDAM Tirtawening Kota Bandung, sisa SIPA Sungai
CIsangkuy sebesar 590 l/det. Sehingga untuk memenuhi kekurangan air baku
Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Bandung untuk jaringan 1 dan
2, direncanakan dari beberapa sumber lain. Diantaranya memanfaatkan Waduk
Saguling Tentakel Selatan dan Utara serta sumber air baku yang berada di DAS
Cisangkuy yaitu Waduk Cibatarua dan Waduk Santosa. Dengan memanfaatkan

Laporan Akhir VII-32


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
kedua sumber air permukaan tersebut, diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan
supplesi air baku ke Sungai Cisangkuy hingga tahun 2030.

Berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum, maka kebutuhan air baku untuk air
minum disajikan pada Skematik Pentahapan Alokasi Air
pengembangan SPAM Kabupaten Bandung jaringan 1 dan jaringan 2, dapat
dilihat pada Gambar 7.9 berikut ini.

Gambar 7.9 Skematik pentahapan alokasi air baku Rencana Induk


Pengembangan SPAM Kabupaten Bandung Jaringan 1 dan 2 Tahun 2011-2030

pengembangan SPAM Kabupaten Bandung jaringan 1 dan 2 sebagai berikut:

1. Pada Tahap I Tahun 2011-2015 akan dibangun IPA kapasitas 1x350 l/det
Baku

Dari skematik diatas, dapat diambil keismpulan bahwa strategi pentahapan

dengan sumber air baku diambil dari Intake PLTA Cikalong sebesar 350 l/det
guna memenuhi kebutuhan sampai tahun 2015.
2. Untuk memenuhi kekurangan kapasitas sistem sebesar 1.050 l/det pada
tahun 2015, akan memanfaatkan air baku dari Waduk Saguling dari tentakel
untuk

utara dan tentakel selatan. Dari Tentakel Selatan sebesar 800 l/det dibawa ke
IPA Cililin sebesar kapasitas 800 l/det dan Waduk Saguling Tentakel Utara
sebesar 550 l/det. Dari kedua IPA tersebut air akan ditampung di Reservoir
Lagadar dengan kapasitas 1.050 l/det dengan sistem gravitasi dan sebesar
kapasitas 300 l/det. Selanjutnya, air minum yang terkumpul di reservoir

Laporan Akhir VII-33


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 No

3
4
5
6
7
8
9
Lagadar akan didistribusikan ke sistem Bandung Selatan untuk pelayanan
Kabupaten Bandung dengan sistem pemompaan.
3. Untuk memenuhi kekurangan kapasitas sistem sebesar 1200 l/det pada tahun
2030 harus sudah tersedia air baku supplesi tambahan dari Waduk Santosa
sebesar 1200 l/det sesuai potensi debit yang ada. Dengan demikian pada
akhir perencanaan tahun 2030 ada penambahan kapasitas air baku sebesar
1200 l/det (IPA Sukamaju) dari supplesi Waduk Santosa 1200 l/det, dengan
konsekuensi Waduk Santosa dibangun sebelum tahun 2015.

Dari hasil pemeriksaan kualitas air baku (Baku mutu Air) di beberapa statsiun
oleh

Stasiun
*)

Waduk
1b
2

Rata-rata
Indonesia

Parameter
yang tidak
memenuhi
syarat

DO,COD,BOD
H2S,DO,COD,BOD
DO,COD,BOD
DO,COD,BOD
DO,COD,BOD
DO,Mn
DO,COD,BOD
DO,COD,BOD
DO,COD,BOD
Power,

Jumlah
skor

-30
-38
-18
-20
-20
-12
-18
-22
-22
-22
*) Titik pengamatan di tampilkan pada gambar 3.1
Status
mutu
***)

Sedang
Buruk
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
maka
pengambilan air baku Tentakel Saguling Selatan di stasiun 6 (Ciminyak) adalah
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1 Status mutu air Saguling untuk Air Baku Air Minum pada Bulan April

Golongan B**) Golongan C**)


yang

Parameter
yang tidak
memenuhi
syarat

H2S,Cl2,DO,Cu
2010

H2S,NH3,Cl2,DO,Cu
H2S,NH3,Cl2,DO,Cu
H2S,NH3,Cl2,DO,Cu,Zn
H2S,NH3,Cl2,DO,Cu
H2S,Cl2,DO,Cu
H2S,NH3,NO2-NCl2,DO,Cu
H2S,NH3,Cl2,DO,Cu
H2S,NH3,Cl2,DO,Cu

***) Status mutu perairan menurut sistem STORET (US EPA dalam center, 1977)
paling

Jumlah
skor

-40
-44
-36
-44
-38
-34
-38
-44
-28
-38
memungkinkan

Status
mutu
***)

Buruk
Buruk
Buruk
Buruk
Buruk
Buruk
Buruk
Buruk
Sedang
Buruk
Golongan D**)
Parameter
yang tidak
memenuhi
syarat

RSC
-
RSC
RSC
RSC
RSC
RSC
RSC
RSC

**) Kelas air mengacu kepada SK Gubernur Jawa Barat No. 39 tahun 2000 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sungai citarum di Jawa Barat

Stasiun 3 Cimerang dan stasiun 6 Ciminyak direkomendasikan titik pengambilan air baku utuk air minum yamg lebih unggul
dibandingkan dengan stasiun lainnya dilihat dari sisi baku mutu kualitas air baku.

Rencana Sistem Pengolahan Air Minum Tahap I dan II Jaringan 1 dan 2

Laporan Akhir
adalah

Jumlah
skor

-10
0
-10
-10
-10
-10
-10
-10
-10
-9
Status
mutu
***)

Baik
Baik sekali
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
titik

VII-34
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Rencana sistem pengolahan air minum Jaringan 1 dan 2 yang berlokasi di
Kecamatan Sukamaju direncanakan dengan pertimbangan adanya perubahan
kualitas air baku yang disebabkan oleh perubahan musim dan berdasarkan hasil
analisa kualitas air baku.

Unit yang dipergunakan dalam pengolahan air bersih adalah sebagai berikut:



Intake, unit ini direncanakan untuk pengambilan air baku
Prasedimentasi, unit ini direncakan untuk menurunkan kekeruhan yang tinggi
yang ada dalam air baku.
Unit IPA terdiri dari:
-

-
Glokulasi, untuk menghilangkan/ menurunkan warna dan kekeruhan yang
ada dalam air
Sedimentasi, unit ini direncanakan untuk menunjang fungsi dari unit
sebelumnya (flokulator), yaitu menghilangkan/mengendapkan flok-flok
yang terjadi dari unit flokulator.
Filtrasi, unit ini direncanakan untuk menghilangkan beberapa flok yang
masih lolos dari unit sedimentasi
Klorinasi, unit ini direncanakan untuk menghilangkan bakteri dari organisme
lain yang membahayakan kesehatan.
Bangunan Penunjang (Kantor, Gudang dll)

Skema pengembanga Sistem Penyediaan Air Minum jaringan 1 dan 2 dapat


dilhat pada Gambar 7.10 dan Gambar 7.11.

Laporan Akhir VII-35


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Gambar 7.10 Skema Sistem Penyediaan Air Minum untuk Jaringan 1 dan 2
tahap I (tahun 2011 – 2015) kapasitas 1.400 l/det

Laporan Akhir VII-36


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 Gambar 7.11 Skema Sistem Penyediaan Air Minum untuk Jaringan 1 dan 2
Tahap II Program jangka panjang (tahun 2016 – 2030) Kapasitas 2.600 l/det.

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Bandung Jaringan 1


dan 2 Tahap I (2011 – 2013)

1. Intake Cikalong 1x350 l/det


Pada awal tahap I Intake akan dibangun dengan kapasitas 1x350 l/det diambil
dari Sungai Cisangkuy. Intake PLTA Cikalong dengan elevasi +934.00 m
dengan tujuan memenuhi kebutuhan air pada Tahap I sebesar 1.400 l/det
dengan harapan sebelum tahun 2015 Waduk Santosa terbangun, akan tetapi
intake pada tahap awal akan dioperasikan terlebih dahulu sebesar 350 l/det.
Air baku dialirkan secara gravitasi menuju Unit Prasedimentasi dengan jarak
651 meter pada elevasi +837.00 m. Beda tinggi antara intake dengan
Prasedimentasi sekitar 97 m, sehingga air dapat mengalir secara gravitasi
dengan sisa tekanan di Prasedimentasi cukup.

Laporan Akhir VII-37


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
2. Transmisi Air Baku 350 l/det
Pipa transmisi air baku dari intake ke Unit Prasedimentasi berjarak 651 m,
menggunakan pipa steel dengan diameter 1x800 mm untuk dapat
mengalirkan debit air baku besar dari 1000 l/det akan tetapi pada awal tahap
dioperasikan sebesar 350 l/det dengan menggunakan pipa diameter 800 mm.

3. IPA 1x350 l/det


Bangunan IPA/Water Treatment Plant akan dibangun dengan kapasitas
sebesar 1x350 l/det dilengkapi dengan bangunan reservoir kapasitas 6.000
m3 di Kecamatan SUkamaju dengan jarak 4.234 m dari lokasi Unit
Prasedimentasi pada elevasi +739.00 m. Beda tinggi antara Prasedimentasi
dengan IPA sekitar 58 m, sehingga air dapat mengalir secara gravitasi
dengan sisa tekanan di IPA cukup.

4. Distribusi 1x350 l/det

Dari ground reservoir (berlokasi di area IPA Sukamaju) pada ketinggian


+773.00 m, air didistribusikan ke daerah pelayanan yang mempunyai elevasi
tertinggi yaitu +665.00 m di Margaasih, sehingga pengaliran dapat dilakukan
secara gravitasi sampai ke daerah pelayanan. Pipa induk distribusi
direncanakan menggunakan HDPE dengan diameter pipa 800 mm dan 600
mm sampai ke Bulk Water Meter ND 800 dan 600 mm. Untuk jaringan induk
di daerah pelayanan setelah bulk water meter menggunakan pipa dengan
diameter diameter 400-500 mm seperti dapat dilihat pada tabel 6.12 berikut
ini.

Sistem pelayanan ke daerah pelayanan tidak sampai dengan sambungan


rumah, akan tetapi didesain untuk kondisi air curah (bulk water meter).
Reservoir dan water meter induk didesain dekat dengan daerah pelayanan.
Bulk Water Meter pada Tahap I akan dibangun di daerah pelayanan
Kabupaten Bandung 1 (satu) unit dengan diameter 800 mm.

Laporan Akhir VII-38


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 Tabel 7.2 Kebutuhan pipa induk distribusi jaringan 1 dan 2 (Bulk Water

Gambar 7.12
Rencana
Pengembangan
SPAM Kabupaten
Bandung Jaringan 1
dan 2 Tahun 2011-
2015
III

Laporan Akhir
Meter)
UNIT DISTRIBUSI (BULK WATER)
1 PENGADAAN PIPA DAN ACCESSORIES
- Pipa HDPE ND 1200 PN 12.5
- Pipa HDPE ND 1000 PN 12.5
- Pipa HDPE ND 800 PN 12.5
- Pipa HDPE ND 600 PN 12.5
- Pipa HDPE ND 500 PN 12.5
- Pipa HDPE ND 400 PN 12.5
- Pipa HDPE ND 350 PN 12.5
- Pipa HDPE ND 300 PN 12.5
- Meter Induk ND 600 (Bulk Water)
- Meter Induk ND 800 (Bulk Water)
- Acessories
m
m
m
m
m
m
m
m
Unit
Unit
21,040

20%
-
-
6,877
14,163

Untuk lebih jelasnya rencana jaringan 1 dan 2 sesuai pentahapan pelayanannya


dapat dilihat pada gambar berikut

Jaringan 2
-
-
-
-
1
1

VII-39
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Jaringan 2

Gambar 7.13
Rencana Pengembangan
SPAM Kabupaten Bandung
Jaringan 1 dan 2 Tahun 2015-
2030

Laporan Akhir
an (Tahun 2011 – 2030)

VII-40
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Laporan Akhir
Skema Hidrolis Sistem Bandung

VII-41
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Gambar 7.15 Rencana pipa induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Bandung Jaringan 1 tahap
1 dengan cakupan pelayanan Kota Soreang dan Katapang

Laporan Akhir VII-42


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Laporan Akhir VII-43
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Gambar 7.16 Rencana pipa induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Bandung Jaringan 2 tahap 1, cakupan pelayanan Margaasih,

Laporan Akhir
Margahayu, dan Dayeuh Kolot

VII-44
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 Gambar 7.17
Rencana pipa induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Bandung Jaringan 1 dan 2
tahap 2, cakupan pelayanan Kota Soreang, Katapang, Margaasih, Margahayu, dan Dayeuh Kolot

Laporan Akhir VII-45


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
7.6.2 Jaringan 3
Cakupan pelayanan Rencana Induk SPAM Kawasan Perkotaan Bandung Raya
Sistem Bandung Barat-Timur menurut Metro Bandung dapat dilihat pada Gambar
sebelumnya.

Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Minum Kawasan Perkotaan


Bandung Raya Sistem Bandung Barat - Timur

Untuk Sistem Bandung Barat-Timur, kebutuhan air minum pada Tahap I tahun
2010-2015 sebesar 3.400 l/det tidak dapat dilayani. Hal ini dikarenakan tidak ada
sumber air baku yang layak untuk dimanfaatkan sebagai air minum.
Pengembangan SPAM akan dimulai pada awal tahap II, yaitu pada tahun 2016-
2020 dengan penambahan kapasitas sebesar 4.200 l/det. Untuk periode tahun
2021–2030, dibutuhkan penambahan kapasitas sebesar 2.800 l/det, sehingga
sampai dengan akhir tahun perencanaan dibutuhkan air baku dengan kapasitas
7.000 l/det untuk Sistem Bandung Barat-Timur. Alokasi untuk Kabupaten
Bandung sebesar 454.53 l/det untuk tahap 1 dan sebesar 1119.88 l/det untuk
tahap 2. Jadi tambahan debit yang dibutuhkan oleh Kabupaten Bandung pada
tahap 2 sebesar 665.35 l/det

Sumber air baku untuk Sistem yang diandalkan adalah rencana pembuatan
waduk-waduk di sekitar Bandung Raya seperti Waduk Cipanengah, Waduk
Cimeta, Waduk Sukawana, Waduk Ciwidey, Waduk Citarik dan Waduk Cibatarua
dengan total potensi sebesar 4.762 l/det yang diharapkan tersedia di akhir tahun
2015. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan SPAM pada Tahap II
tahun 2016-2020 untuk jaringan 3 penambahan dengan kapasitas sebesar 4.200
l/det.

Pada Tahap III tahun 2021-2030 dengan penambahan kapasitas sebesar 2.800
l/det. Sumber air baku yang akan dimanfaatkan adalah sisa supplesi Waduk
Cibatarua dengan potensi sekitar 562 l/det dan kekurangannya dengan
memanfaatkan Sungai Citarum PDA Nanjung dan air permukaan lainnya yang
berada di DAS Citarum sebesar 2300 l/det. SIPA yang diharapkan dari Sungai

Laporan Akhir VII-46


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Citarum PDA Nanjung sampai dengan tahun 2021 adalah sebesar 2.300 l/det
dan hal ini masih menunggu keputusan dari Dinas PSDA Jawa Barat, Balai
Besar Sungai Citarum, Indonesia Power, Perusahaan Listrik Negara (PLN),
karena memerlukan pembahasan sampai dengan tingkat Menteri Pekerjaan
Umum (PU) dengan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Alternatif Terpilih
Pada Tahap II (2016-2020) akan memanfaatkan sumber air baku dari waduk-
waduk kecil di sekitar Bandung Raya sebesar 4.200 l/det (Intake Parsial).
Selanjutnya dari titik pengambilan air baku akan diolah di IPA Parsial seperti ada
di Cimahi, Ciwidey dan Majalaya dengan total kapasitas 4.200 l/det.

Pada Tahap III (2020-2030) akan memanfaatkan sumber air baku dari Sungai
Cisangkuy Intake Cikalong dengan supplesi dari Waduk Cibatarua sebesar 500
l/det dengan IPA di Sukamaju. Bulk Water Meter direncanakan akan dipasang di
Simpang Cibaduyut (jalan bypass), sehingga memudahkan pembagian
pendistribusian ke wilayah Barat dan Timur. Selain itu, juga memanfaatkan air
baku dari Sungai Citarum PDA Nanjung sebesar 900 l/det pada Tahap III dan
1400 l/det pada Tahap IV. Air dari Intake Nanjung akan diolah di IPA Lagadar
dengan kapasitas sebesar 1x900 l/det Tahap III dan 1x1400 l/det Tahap IV.
Selanjutnya air hasil pengolahan akan didistribusikan ke wilayah Barat dengan
Bulk Water Meter ada di sekitar Kota Cimahi. Dan untuk wilayah Timur dengan
Bulk Water Meter yang berlokasi di Cibiru.

Dari hasil pemeriksaan kualitas air baku (Baku Mutu Air) di PDA Nanjung
menunjukkan kualitas air Sungai Citarum PDA Nanjung buruk. Akan tetapi
secara kuantitas, air baku dari PDA Nanjung dengan debit andal Q90% sebesar
8.020 l/det, dapat dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum. Jika waduk-
waduk tersebut tidak terbangun maka, pilihan terakhir adalah Sungai Citarum
PDA Nanjung, dengan konsekuensi investasi tinggi dan O & M yang tinggi.
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemanfaatan Sungai Citarum PDAM
Nanjung sebagai alternatif sumber air baku, maka diusulkan 6 (enam) titik lokasi

Laporan Akhir VII-47


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
untuk diuji kualitas air. Untuk lebih jelasnya titik pengambilan sampel air, dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Laporan Akhir
Usulan 6 (enam) Titik Lokasi Sampling Air Untuk Pemeriksaan Kualitas Air Baku Waduk Saguling
Gambar 7.18

VII-48
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Dari hasil pemeriksaan kualitas air oleh Laboratorium Kualitas Air Teknik
Lingkungan ITB Bandung per 18 November 2010, dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Sampling No. 1 (Nanjung) :

1. FISIK : Berkualitas baik (tidak berbau tidak berasa), hanya warna


diatas nilai ambang, yaitu 20 TCU (kadar maksimum yang diperbolehkan 15
TCU).
2. KIMIA

Sampling No. 2

2. KIMIA

3. BIOLOGIS :

Sampling No. 3
:
:

(Tentakel Utara/Cangkorah) :

Laporan Akhir
Umumnya baik, kecuali besi melebihi ambang batas
yaitu 2,24 mg/l (kadar maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l).
3. BIOLOGIS : Zat organik tinggi sebagai KMnO4 melebihi nilai
ambang batas yaitu 19.34 mg/l. Tingginya kadar zat organik, diperkirakan
karena Algae (kadar maksimum yang diperbolehkan 10 mg/l).

(Nanjung Tengah/ Leher Tentakel Utara) :

1. FISIK : Berkualitas baik (tidak berbau tidak berasa), hanya


warna diatas nilai ambang, yaitu 20 TCU (kadar maksimum yang
diperbolehkan 15 TCU).
Umumnya baik, kecuali Nitrit melebihi ambang batas
yaitu 3.286 mg/l (kadar maksimum yang diperbolehkan 3 mg/l).
Zat organik tinggi sebagai KMnO4 melebihi nilai
ambang batas yaitu 19.34 mg/l. Tingginya kadar zat organik, diperkirakan
karena Algae (kadar maksimum yang diperbolehkan 10 mg/l).

VII-49
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
1. FISIK : berkualitas baik (tidak berbau tidak berasa), tidak
berwarna, kekeruhan melebihi nilai ambang batas yaitu 7.8 NTU(kadar
maksimum yang diperbolehkan 5 NTU).
2. KIMIA : Umumnya baik kecuali, besi melebihi ambang batas
yaitu 0.59 mg/l (kadar maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l).
3. BIOLOGIS : Zat organik tinggi sebagai KMnO4 melebihi nilai
ambang batas yaitu 19.34 mg/l. Tingginya kadar zat organik, diperkirakan
karena Algae (kadar maksimum yang diperbolehkan 10 mg/l).

Sampling No. 4

(Tentakel Selatan) :

1. FISIK :

2. KIMIA :
3. BIOLOGIS
Berkualitas baik (tidak berbau tidak berasa dan tidak
berwarna), kekeruhan hasil test lab 1.2 NTU, warna = 15 NTU
Baik
: Zat organik tinggi sebagai KMnO4 melebihi nilai
ambang batas yaitu 19.34 mg/l. Tingginya kadar zat organik, diperkirakan
karena Algae (kadar maksimum yang diperbolehkan 10 mg/l).

Sampling No. 5 (Saguling Tengah) :

1. FISIK : Berkualitas baik (tidak berbau tidak berasa dan tidak


berwarna), kekeruhan hasil test lab 4 NTU, warna = 5 NTU
2. KIMIA :
3. BIOLOGIS

Sampling No. 6

(Saguling DAM/Spill Way) :

1. FISIK :
Baik
: Zat organik tinggi sebagai KMnO4 melebihi nilai
ambang batas yaitu 19.34 mg/l. Tingginya kadar zat organik, diperkirakan
karena Algae (kadar maksimum yang diperbolehkan 10 mg/l).

Berkualitas baik (tidak berbau tidak berasa dan tidak berwarna),


kekeruhan hasil test lab 3.7 NTU, warna = 5 NTU
2. KIMIA : Baik

Laporan Akhir VII-50


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
3. BIOLOGIS : Zat organik tinggi sebagai KMnO4 melebihi nilai ambang
batas yaitu 19.34 mg/l. Tingginya kadar zat organik, diperkirakan karena
Algae (kadar maksimum yang diperbolehkan 10 mg/l).

Berikut ini adalah rencana perletakan pipa induk untuk jaringan 3 SPAM
Kabupaten Bandung dengan wilayah pelayanan Cicalengka, Rancaekek dan
Cileunyi.

Gambar 7.19
Rencana pipa induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Bandung Jaringan 3 tahap
1 dengan cakupan pelayanan Cicalengka, Rancaekek, Cileunyi

Laporan Akhir VII-51


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 Gambar 7.20
Rencana pipa induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Bandung Jaringan 3 tahap
2 dengan cakupan pelayanan Cicalengka, Rancaekek, Cileunyi

7.6.3 Sistem Mandiri

Cakupan pelayanan sistem mandiri meliputi 10 kecamatan, yang tiap kecamatan


menyediakan sumber air baku sendiri melalui mata air. Pertimbangan dari sistem
ini karena kecamatan yang masuk ke sistem mandiri secara geografis terletak
jauh terhadap pipa bulk watermater yang disalurkan oleh Metro Bandung. Selain
itu kecamatan tersebut berada di dataran yang lebih tinggi menyebabkan apabila
mendapatkan air dari sistem Metro Bandung harus banyak menggunakan pompa
agar headloss tercukupi.

Kecamatan Pacet

Laporan Akhir VII-52


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Pada tahap 1 dibangun 1 intake dari mata air Cilimus sebesar 60 l/det. Mata air
ini tercatat sebelumnya belum pernah dimanfaatkan kapasitasny. Setelah itu
dibangun jaringan perpiaan yang meliputi daerah ibukota Kecamatan Pacet

Pada tahap 2 dibangun 2 intake dari 2 mata air, yaitu mata air Ciharus sebesar
12.5 l/det dan mata air Cilembang sebesar 15 l/det. Selain itu jaringan perpipaan
dikembangkan dan jumlah sambungan rumah juga ditambah

Kecamatan Rancabali

Pada tahap 1 dibangun 2 intake dari 2 mata air, yaitu dari mata air Ciole-ole
sebesar 21.7 l/det dan 17 l/det dari mata air Cikoneng. Mata air Cikoneng ini
sebelumnya sudah pernah dimanfaatkan oleh warga sekitar sebesar 10 l/det
sehingga kapasitas awal dari mata air ini sebesar 27 l/det. Jaringan perpipaan
dan sambungan rumah dibangun di daerah ibukota Kecamatan Rancabali.

Pada tahap 2 dibangun 3 intake dari 4 mata air, yaitu mata air Sinumbra sebesar
15 l/det, 42 l/det dari mata air Weirkip, 2.4 l/det dari mata air Cisalada I, dan 23
l/det dari mata air Cikatomas II. Dibangun juga 1

Kecamatan Pasir Jambu


buah reservoir untuk
menambung debit air dari mata air Cisalada I dan Cikatomas II. Ditambah pula
jaringan perpipaan serta sambungan rumah.

Jaringan sistem penyediaan air minum Kecamatan Pasir Jambu hanya dibangun
pada 1 tahap karena ketiadaan sumber mata air yang tersedia. Dibangun 1
intake dari mata air Cikembang sebesar 14 l/det.

Kecamatan Cimaung

Pada tahap 1 dibangun 2 intake dari 2 mata air, yaitu mata air Ciakar sebesar 18
l/det dan mata air Salem sebesar 12 l/det. Dibangun juga jaringan perpipaan
diserta sambungan rumah

Pada tahap 2 dibangun 1 intake dari mata air Cimulek sebesar 11 l/det. Mata air
ini memfasilitasi daerah yang berbeda dari daerah pada tahap 1. Ditambah pula
sambungan rumah dan dikembangkan jaringan perpipaan.

Kecamatan Ciwidey

Laporan Akhir VII-53


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Pada tahap 1 dibangun 2 intake dari 2 mata air, yaitu berasal dari mata air
Cijeruk sebesar 10.5 l/det dan mata air Cibadak sebesar 31.5 l/det. Dibangun
pula 1 reservoir untuk menampung debit yang berasal dari 2 mata air tersebut.
Reservoir memiliki debit sebesar 42 l/det. Dibangun pula jaringan perpipaan yang
diestimasi melayani daerah-daerah pemukiman. Mata air ini tidak sanggup
memfasilitasi seluruh penduduk hingga 2030.

Kecamatan Cilengkrang

Pada tahap 1 dibangun 3 intake dari 3 mata air, yaitu berasal dari mata air
Cikahuripan sebesar 10 l/det, 20 l/det bersal dari mata air Sirebu, dan 10 l/det
berasal dari Cibingbin. Debit yang berasal dari 3 mata air ini dikumpulkan pada 1
reservoir sehingga air yang akan disalurkan keluar dari reservoir sebesar 40
l/det. Dibangun jaringan perpipaan dan sambungan rumah sampai di beberapa
daerah.

Pada tahap 2 debit ditambah dengan dibangun 3 intake tambahan yang berasal
dari 3 mata air, yaitu 10 l/det dari mata air Batu Satumbak, 5 l/det berasal dari
mata air Maranganan, 5 l/det berasal dari mata air Candid an 3 l/det berasal dari
mata air Balong Saladah. Jaringan perpipaan diperluas dan sambungan rumah
juga ditambah.

Kecamatan Cimenyan

Sumber mata air yang berasal dari Kecamatan Cimenyan sangat sedikit sekali
sehingga hanya bisa memberikan tambahan 2 l/det. Dibangun 3 intake
sederhana dari 3 mata air, yaitu mata air Limus Tilu sebesar 0.5 l/det, 0.5 l/det
berasal dari mata air Balong Cisaladah dan 1 l/det berasal dari mata air
Cipancar. Kesemuanya dibangun pada tahap 1. Tidak ada pembangunan pada
tahap 2.

Kecamatan Nagrek

Pada tahap pertama, dibangun 2 intake yang berasal dari 2 mata air, yaitu mata
air Cinagreg sebesar 13 l/det dan mata air Ciburial sebesar 22 l/det. Dibangun
pula 1 reservoir yang menampung debit dari kedua mata air tersebut sehingga

Laporan Akhir VII-54


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
reservoir dapat menyalurkan 35 l/det. Sistem perpipaan dibangun dan dibuat
sambungan rumah.

Untuk tahap kedua, dibangun 3 intake tambahan yang berasal dari 3 mata air
untuk menambah debit dan memperluas jaringan. Berasal dari mata air
Cileuweung sebesar 7 l/det, mata air Pameungpeuk sebesar 18 l/det dan 10 l/det
berasal dari mata air Ciburial. Jaringan perpipaan ditambah, begitu pula dengan
sambungan rumah.

Kecamatan Kertasari

Pada tahap 1 dibangun 2 intake dari 2 sumber air, yaitu 75 l/det berasal dari Situ
Cisanti dan 18 l/det berasal dari Cisanti 2. Dibangun pula reservoir untuk
mempung debit air yang berasal dari kedua sumber air tersebut sehingga dapat
disalurkan sebesar 93 l/det. Jaringan perpipaan dan sambungan rumah
disambung. Tidak ada pembangunan tahap 2.

Kecamatan Pangalengan

Pada tahap 1 dibangun 4 intake yang berasal dari 4 sumber mata air, yaitu mata
air Cibaruntak sebesar 19 l/det, mata air Cirawa sebesar 3.3 l/det, mata air Sasak
Batu sebesar 14 l/det, dan mata air Citere sebesar 27 l/det. Dari keempat mata
air ini dibangun 1 reservoir untuk menampung debit keseluruhan sehingga debit
yang dapat disalurkan sebesar 53.3 l/det. Akan dibangun jaringan perpipaan dan
sambungan rumah di area ibu kota kecamatan Pangalengan.

Pada tahap 2 dibangun banyak intake dari mata air yang ada, dan reservoir yakni
sebanyak 5 mata air untuk 1 reservoir, 4 mata air untuk 1 reservoir, 2 mata air
untuk 1 reservoir dan sisanya ada 1 mata air tanpa reservoir. Total akan
dibangun 12 intake untuk pembangunan tahap 2 ini. Reservoir pertama akan
menyalurkan sebesar 107.6 l/det yang berasal dari 5 mata air, yaitu mata air
Citiis sebesar 30 l/det, mata air Cibolang sebesar 15 l/det, Mata air Cileuweung
sebesar 39.1 l/det, mata air Ciburial sebesar 13.5 l/det, dan mata air Cisalawe
sebesar 10 l/det. Reservoir kedua akan menyalurkan debit sebesar 25.3 l/det
yang berasal dari 4 mata air, yaitu mata air Kileho 2 sebesar 4.8 l/det, mata air
Cadas Gantung I sebesar 7.5 l/det, mata air Cadas Gantung II sebesar 6 l/det,
dan mata air Curug Cirubah sebesar 7 l/det. Reservoir ketiga akan menampung

Laporan Akhir VII-55


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 debit yang berasal dari 2 mata air sebesar l/det. Mata air tersebut yakni mata air
Ciseupan sebesar 6 l/det dan 0.5 l/det berasal dari mata air Cikulah. Selain itu,
dibangun pula intake dari mata air 84 l/det dari mata air Kinceuh, tanpa reservoir.
Ditambah pula jaringan perpipaan dan sambungan rumah. meliputi banyak
desa.Total debit tambahan pada tahap ini sebesar 233.4 l/det.

7.7 Penurunan Tingkat Kebocoran

7.7.1 Penurunan Kebocoran Teknis

Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan


air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:




Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letal, dimensi,
jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang
Meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik
Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan
Zona-zona distribusi/pelyanan air yang dilengkapi dengan aksesoris untuk
melakukan kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan
SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan
jaringan perpipaan
SOP untuk O&M perpipaan

7.7.2 Penurunan Kebocoran Non Teknis

Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:

Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran dan


pemakaian airnya
Data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun
pemasangan, informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan
Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur

7.8 Potensi Air Baku

7.8.1 Perhitungan Water Balance

Laporan Akhir VII-56


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Ketersediaan air baku sesuai persyaratan merupakan salah satu persyaratan
utama dalam suatu sistem penyediaan air minum. Oleh karena ketersediannya
seringkali sangat terbatas sementara kebutuhan untuk berbagai keperluan tidak
hanya untuk air minum, maka air baku seringkali menjadi piermasalahan yang
cukup sulit diatasi oleh pengelola SPAM.

PP 16 tahun 2005 tentang SPAM mengamanatkan pentingnya jaminan


ketersediaan air baku untuk keperluan jangka panjang ditetapkandalam suatu
Master Plan Sistem Penyediaan Air Minum.

Secara umum, seumber air dapat dibedakan menjadi sumber air permukaan dan
sumber air tanah. Untuk mengevaluasi sifat sumber air diperlukan data
pengukuran dalam periode yang cukup panjang. Pengukuran mencakup
kuantitas dan kualitas air. Khusus untuk airtanah, pengukuran kuantitas perlu
dilakukan dengan metode yang memedai sehingga diperoleh gambaran
mengenai kuantitas air dimusim kering dan musim basah. Oleh karena itu, bila
melakukan pengukuran maka harus dalam periode waktu selama 2 (dua) musim
yang berbeda.

Dalam kaitan dengan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten


Bandung, maka air baku yang potensial digunakan adalah air baku dari sumber
air permukaan sebagaimana telah digunakan saat ini. Pada sub bab dibawah ini
akan diuraikan lebih lengkap tentang sumber air baku tersebut.

Air Tanah

Kualitas air tanah pada umumnya memiliki kandungan FE dan Mn di atas standar
yang ditetapkan. Air tanah ini sebagian dimanfaatkan untuk membantu daerah
yang tidak terjangkau oleh pelayanan dari instalasi induk PDAM.

Dari Gambar 7.21 memperlihatkan bahwa Cekungan Air Bawah Tanah


Kabupaten Bandung di beberapa bagi sudah masuk ke dalam zona rawan dan
zona kritis.

Laporan Akhir VII-57


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 Gambar 7.21 Kondisi CAT di Cekungan Bandung Tahun 2002 & 2006

Air Permukaan

Sumber air permukaan di Kabupaten Bandung terdiri dari sungai dan waduk.
Ketersediaan waduk semakin terbatas karena adanya penggunaan untuk
kepentingan irigasi, industri dan Pembangkit Listrik PLN. Sungai-sungai utama
yang memiliki kapasitas yang cukup besar adalah Sungai Cikapundung, Sungai
Cisangkuy, Sungai Citarum yang memiliki banyak anak sungai. Pada musim
kemarau terjadi penurunan debit sungai, sehingga permukaan air sungai tersebut
mencapai ketinggian yang minimum.

Kualitas air baku dari Sungai Cikapundung, Sungai Cisangkuy, Sungai Citarum
relatif cuukup baik dan memenuhi persyaratan air baku untuk diolah menjadi air
minum. Fluktuasi kualitas air baku hanya sedikit dipengaruhi oleh adanya hujan
yang menyababkan meningkatnya kekeruhan tetapi selam ini masih dalam batas
yang dapat ditolerir untuk diolah menjadi air minum.

Salah satu hal yang juga perlu diantisipasi dalam menjaga kualitas air baku
permukaan adalah pengendalian kegiatan industri dipinggir atau di hulu sungai
yang member dampak pada penurunan kualitas air.

Laporan Akhir VII-58


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Walaupun demikian, secara keseluruhan sesuai dengan data selama ini maka
kualitas air baku dari Sungai Cikapundung, Sungai Cisangkuy dan Sungai
Citarum cukup baik sebagai sumber air baku untuk air minum.

Pada Gambar 7.17 dapat dilihat peta lokasi pemantauan aliran permukaan
wilayah Citarum Hulu dan skema pemanfaatan Sungai Citarum dapat dilihat pada
Gambar 7.22.

Laporan Akhir
Peta Lokasi Pemantauan Aliran Permukaan Wilayah Citarum Hulu
Gambar 7.22

VII-59
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 SITU CISANTI

Q. Max
Q. Min
POS DUGA AIR

POS DUGA AIR


SKEMA PEMANFAATAN SUNGAI CITARUM

Q. rata2 = 0,209 M3/dt

S. Cihejo

Free In Take Ancol


Q = 103 L /dt

Citarum - Nanjung
= 377,85 M 3/dt
= 3,77850 M 3/dt
Q. Rata-rata = 72.41

PT. INDOPANCA CENTRATEX


Q = 5,2 L /dt
PT. INDACI Q = 61,7 L /dt
GUNUNG WAYANG

Q = 834 L/dt

Q = 720 L/dt

S. Cibeet
Q = 680 L/dt
Q = 127,80 L /dt
S. Cikaro
Q = 115,4 L /dt

Citarum - Majalaya
3
Q. Max = 34,16 M /dt
Q. Min = 0,11

Q. Min = 2,55
M 3 /dt
Qrata2 = 1,33 M 3 /dt

Citarum - Dayeuh Kolot


Q. Max = 230,00 M 3/dt
M 3/dt
Qrata2 = 45.69 M 3/dt

M 3 /th

SAL. INDUK TARUM TIMUR

PT. PINDO DELI PULP &


PAPER 917 L /dt

BENDUNG WALAHAR

Laporan Akhir
S. CITARUM

LAUT JAWA
PDAM KABUPATEN BANDUNG 200 L /dt

BENDUNG WANIR 1953 Ha


Q = 2343,6 L / dt
Free In Take Ancol
Q =924 L /dt
BENDUNG WANGI SAGARA 2015 Ha
Q = 2.267 L /dt
PT. SUNGAI INDAH 12,45 L /dt

Rencana
.

Q = 110 L /dt
Pengambilan PT. BUANA SABAS FATTAH 300 L/dt
PT. INDO BUANA MAKMUR

PT. SIPATEX

BAJATEX 13,21 L/dt


PT. GISTEX 13 L /dt

PT.. NASIONAL SANDANG


10,3 L /dt
PT. MARGA SANDANG 1,922 L /dt

PT. BELA PUTRA 500 L/dt

WADUK SAGULING

WADUK CIRATA

WADUK JUANDA

BENDUNG CURUG

Gambar 7.23
Skematik Sungai Citarum
1,16 L /dt
PT. WARNA INDAH SAMA JAYA 1,1 L /dt
PT. BAMBU SAKTI 3,098 L /dt

PT. UNGGUL CITRA SEJATI 1,16 L/dt

PT. CAHAYA MITRA DAMAI 16 L /dt


PT. HADTEX INDOSYNTEX 12,5 L /dt
PT. SERAYU JAYA 5 L /dt
PT. WARNA INDAH SAMA JAYA 3 L /dt
1,9 L /dt

Wilayah Kerja Citarum Hulu

Pemantauan Pos Duga Air


Kebutuhan
Ketersediaan Air
KETERANGAN
DATA-DATAHuluSUNGAI CITARUM
Panjang Sungai
Cetcmen Areal
Luas Daerah Irigasi
Banyaknya Anak Sungai
Banyaknya Daerah Irigasi
Banyaknya Titik Pengambilan
Industri
Hulu Citarum
Hilir Citarum
Debit
PDAM
Irigasi
Total

PT. TEXFIBRE INDONESIA


PT. SOUTH PASIFIK VISCOSE 54 L / dt

PT. BUKIT MULIA JAYA 20 L / dt

SAL. INDUK TARUM BARAT


PT. ABC PRESIDENT INDONESIA 34,60 L/dt
PT. ABC CENTRAL FOOD INDUSTRI2,4 L / dt
PT. TEXMACO TUMAU SYNTHETIS 30.000 M 3/Bln
PT. TRISULA CATERINA TEXTILE MILLS 7,5 L / dt
PT. POLISINDO 40.000 M 3/Bln
PT. TEXMACO 40.000 M 3/Bln
SAL. INDUK TARUM UTARA

BALAI PSDAWILAYAHS. CITARUM


= 2.199.052.800 M3 /th
= 181.792.767 M3 /th
= 2.380.845.567 M3 /th

: 226.30 Km
: 6.622 Km2
: 543.307 Ha
: 760 Bh
: 3 DI
: 3 Bendung

: 15 Perusahaan
: 8 Perusahaan
: 220.057 M 3 / Thn
: 6.220.800 M 3 / Thn
: 175.351.910 M 3 / Thn
: 181.792.767. M 3 / Thn

VII-60
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 7.8.2 Rekomendasi Sumber Air yang Digunakan

Pemilihan sumber air baku pada dasarnya mempertimbangkan aspek kuantitas,


kontinuitas, dan kualitas air baku. Selain itu, aspek kemudahan pemanfaatan
juga menjadi pertimbangan utama. Pada Tabel dapat dilihat karakteristik umum
beberapa jenis sumber air baku.

1. Kemudahan Pencapaian

2. Pemanfaatan
- Sistem grafitasi
- Sistem pompa
- Pengolahan Lengkap
- Pengolahan Sebagian
- Biaya Investasi
- Biaya Operasional
Tabel 7.3 Karakteristik Umum Jenis Sumber Air
Karakteristik

- Penyebaran geografis
- Tingkat pemanfaatan / pemakaian

- Biaya pembebasan tanah


3. Keandalan
- Pengisian kembali
- Debit aman/ kepekaan debit minimum
tahun-tahun kering
- Kualitas air
- Keamanan
- Kepekaan

Hasil: Laporan Metro Bandung


Mata Air

Rendah
Tinggi (irigasi)

Ya
Jarang
Tidak
Ya
Rendah
Rendah
Rendah

Tinggi
Tinggi

Baik
Sedang
Sedang
Air Tanah

Tinggi
Beragam

Sangat jarang
Ya
Tidak
Ya
Sedang
Sedang
Rendah

Sedang
Rendah

Baik
Tinggi
Dalam : rendah
Dangkal : tinggi

Dari tabel tersebut terlihat bahwa sumber air baku yang paling menguntungkan
untuk dimanfaatkan sebagai sumber air
Air Permukaan

Rendah
Sedang s/d tinggi (irigasi)

Tidak

baku dalam SPAM adalah mataair,


diikuti oleh air tanah. Air ipermukaan dan waduk merupakan pilihan yang terakhir.
Namun demikian, unumnya pemilihan air baku sangat tergantung pada
ketersediaan air baku.

Melihat pada sisi ketersediaan air baku, maka satu-satunya alternatif sebagai
sumber air baku di Kabupaten Bandung adalah air permukaan. Pilihan
sumbernya adalah dari sungai utama dan waduk yang ada. Sesuai dengan
ketersediaan sarana dan prasaran SPAM eksisting serta kebutuhan air hingga air
perencanaan maka direkomendasikan menggunakan sumber air sebagai berikut:

Laporan Akhir
Ya
Ya
Tidak
Tinggi
Tinggi
Relatif tinggi

Tinggi
Tinggi

Buruk
Rendah
Tinggi

VII-61
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 


Cabang 1 Soreang menggunakan sumber air dari Sungai Cisangkuy, Waduk
Santosa dan Mata air
Cabang 2 Ciparay menggunakan sumber air dari Sungai Citarum dan Mata
Air
Cabang 3 Majalaya menggunakan sumber air dari Sungai Citarum dan Mata
Air

7.9 Keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana Sanitasi

Keterpaduan dengan prasarana

7.9.1 Potensi Pencemaran Air Baku


dan sarana sanitasi

sumber air baku. Keterpaduan SPAM dengan PS Sanitasi dilaksanakan


adalah
penyelenggaraan pengembangan SPAM dan Prasarana Sarana (PS) Sanitasi
memperhatikan keterkaitan satu dengna yang lainnya dalam setiap tahapan
penyelenggaraan, terutama dalam upaya perlindungan terhadap baku mutu
bahwa

berdasarkan prioritas adanya sumber air baku. Terkait dengan hal tersebut maka
hal yang perlu mendapat perhatian terpusat pada hal sebagai berikut:




Potensi pencemaran air baku
Area perlindungan air baku
Pengolahan buangan lumpur dari IPA

Karena ketersediaan air tanah tidak dapat diandalkan dalam hal kualitas, maka
air baku yang akan digunakan untuk SPAM Kabupaten Bandung adalah dari air
permukaan dari 2 sungai besar yang ada, yaitu Sungai Cisangkuy dan Sungai
Citarum serta mata air-mata air lainnya. Berkaitan dengan masalah kualitasnya,
potensi pencemaran bagi kedua sumber air baku tersebut adalah sebagai
berikut:



Pencemaran dari buangan industri disepanjang Sungai Cisangkuy dan
Sungai Citarum, dimana terdapat kawasan industri yang pembuangan
limbahnya ke 2 sungai besar tersebut
Pencemaran dari limbah rumah tangga, baik grey water maupun black water.
Pembuangna sampah kota yang dilakukan secara individu maupun oleh
kegiatan masyarakat dalam bentuk buangan limbah.

Laporan Akhir VII-62


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap air baku secara berkelanjutan
maka perlu dilakukan antisipasi terhadap kondisi yang telah mulai berlangsung
saat ini. Buangan industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan
air. Perlu regulasi yang tegas untuk melaksanakan kebijakan ini.

Masalah pencemaran dari limbah rumah tangga dapat diatasi dengna


meningkatkan penggunaan prasarana sanitasi baik secara on site maupun off
site.

Prasana sanitasi off site sudah sangat direkomendasikan diterapkan di


Kabupaten Bandung, karena kepadatan rumah yang besar sehingga secara
teknis penggunaan prasarana sanitasi on site mendapat kendala teknis.

Mengenai buangna sampah dan peningkatan kekeruhan air baku akibat kegiatan
masyarat, maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan mengadakan
penyuluhan dan pengawasan agar kegiatan masyarakat tersebut dapat
terkendali, dilaksanakan dengan yang benar sehingga dampaknya dapat
dieliminasi.

Laporan Akhir VII-63


Laporan Akhir
Gambar 7.24

VII-64
Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air SUngai Citarum dan WAduk Saguling Periode Tahun
1996 &2007
t
I
s
e
g
a
y
1
0
2
d
p
b
S
u
n
P
B
A
R
K
M
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2 7.9.2 Rekomendasi Pengamanan Sumber Air Baku

Area perlindungan air baku dari Sungai Cisangkuy dan Sungai Citarum adalah
daerah hulu yang menjadi tangkapan kedua sungai tersebut selain daerah dalam
Kabupaten Bandung sendiri. Untuk melestarikan ketersediaan air baku yang
memenuhi kualitas dan kuantitas maka perlu dilakukan kegiatan antara lain
reboisasi terhadap lahan yang sudah gundul, penyuluhan perlindungan hutan.

7.9.3 Pengolahan Limbah dari IPA

Buangan dari IPA berupa lumpur hasil sedimentasi dan suspended solid dalam
air baku. Kuantitas l umpur tergantung dari tingkat kekeruhan atau banyaknya
padatan terlarut dalam air baku. Sesuai dengan data yang ada, kuantitas lumpur
buangan dari semua IPA di area Kabupaten Bandung cukup banyak. Hal ini
disebabkan tingkat kekeruhan air dari Sungai Cisangkuy dan Sungai Citarum
cukup tinggi.

Pengolahan lumpur IPA belum dilaksanakan sepenuhnya oleh PDAM Tirta


Rahardja sebagai pengelolan PDAM kawasan Kabupaten Bandung. Oleh karena
kuantitas lumpur cukup besar, maka kedepan diperlukan penganganan berupa
pengolahan lumpur buangan IPA. Pengolahan dapat dilakukan melalui suatu
instalasi pengolah lumpur yang disebut Sludge Drying Bed. Hasil pengolahan
lumpur tersebut dapat digunakan sebagai bahan urugan ataupun tanah pupuk
untuk pertanian.

7.10 Perkiraan Kebutuhan Biaya

Perkiraan biaya hanya dikaji untuk mendapatkan kisaran besarnya biaya


investasi yang dibutuhkan untuk tahap mendesak (Tahun 2012-2016) dan
Jangka Panjang (Tahun 2017-2032) Cabang 1 Soreang, Cabang 2 Ciparay dan
Cabang 2 Majalaya.

Jaringan 1 dan 2

Alternatif terpilih, dengan sumber air sebagai berikut:

-
-
Sungai Cisangkuy Intake Cikalong dengan debit Idle SIPA 350 l/det
Waduk Saguling Tentakel Selatan, sebesar 800 l/det

Laporan Akhir VII-65


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
-
-

-
-
Waduk Saguling Tentakel Utara sebesar 250 l/det
Supplesi dari Waduk Santosa, sebesar 1.200 l/det

Besarnya perkiraan biaya untuk Jaringan 1 dan 2 Tahap I (tahap mendesak) dan
Jangka Panjang tersebut disajikan dengan perkiraan biaya air curah/Non SR

Jaringan 3

Alternatif terpilih, dengan sumber air sebagai berikut:

- Waduk-waduk rencana yang akan dibangun di Provinsi Jawa Barat dengan


kapasitas sebesar 4.200 l/det
Supplesi Waduk Cibatarua dengan kapasitas sebesar 500 l/det
Sungai Citarum Intake Nanjung sebesar 2.300 l/det

Besarnya perkiraan biaya untuk Jaringan 3 Tahap I (tahap mendesak) dan


Jangka Panjang tersebut disajikan dengna perkiraan biaya air curah/Non SR

Sistem Mandiri

Besarnya perkiraan biaya untuk Sistem MandiriTahap I (tahap mendesak) dan


Jangka Panjang tersebut disajikan dengna perkiraan biaya air curah/Non SR.

Laporan Akhir VII-66


g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
no

2
3

9
. Uraian

I. PENGADAAN FISIK

1 INTAKE dan IPA

Pipa Transmisi (PVC)


Reservoir
Ukuran/ kapasitas

50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
700
800
1000

Pemasangan SR

Pemasangan HU

Laporan Akhir
L/detik
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
m3
Vol

0
2171.43
7185.71
6914.29
3321.43
4757.14
0
0
0
0
0
0
3200.00
3400.00
0

51831

120
Jaringan 1 dan 2 (Selatan) tahap 1

Satuan

paket
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
paket

sambungan

sambungan
Harga
satuan

5,000,000.0
0
112.22
237.35
369.9
575.56
915.13
1,161.59
1,486.36
1,624.80
1,857.50
2,090.20
2,322.90
2,547.90
2,984.30
750,000

3,500

5,000
Jumlah Harga

(dalam Rp. 000,-)

0.00
243,677.71
1,705,529.29
2,557,594.29
1,911,681.43
4,353,404.14
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8,153,280.00
10,146,620.00
0.00

181,408,500.00

600,000.00
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
Lokasi

Untuk Bendung

Untuk Bendung
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Keterangan

instalasi baru, 1 bangunan @50


L/detik

1 bangunan
pemasangan terbagi 3 tahap 5
tahunan
pemasangan terbagi 3 tahap 5
tahunan

VII-67
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
 
1
3
4
5
6

7
II. NON - FISIK
Pembuatan DED
(sumber hingga distribusi)
Pelatihan pengelola keuangan
Pelatihan Manajemen Aset
Pelatihan Teknis Operasi
Survey Pelanggan
Penyuluhan kepada Masyarakat tentang air
bersih

Laporan Akhir
1
1
1
1
1

3
paket
paket
paket
paket
paket

paket
TOTAL
4,000,000
300,000
300,000
450,000
400,000

100,000
4,000,000.00
300,000.00
300,000.00
450,000.00
400,000.00

300,000.00
216,830,286.86  
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2

untuk jaringan 1&2

Tabel 7.5 Perkiraan harga Jaringan 1 dan 2 (selatan) tahap 2


 
 
 
 
 

 
TERPILIH

VII-68
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
no

2
3

9
. Uraian

I. PENGADAAN FISIK

1 INTAKE dan IPA

Pipa Transmisi
(PVC)
Reservoir
Ukuran/ kapasitas

50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600

700
800
1000

Pemasangan SR

Pemasangan HU

Laporan Akhir
L/detik
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm

mm
mm
m3
Vol

0
714.29
9600.00
6357.14
7157.14
4757.14
0
1600.00
0
1600.00
0
0
15200.0

0
0

303265

230
0
Jaringan 1 dan 2 (Selatan) tahap 2

Satuan

paket
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter

meter
meter
paket
sambunga
n
sambunga
n
Harga
satuan

5,000,000.0
0
112.22
237.35
369.9
575.56
915.13
1,161.59
1,486.36
1,624.80
1,857.50
2,090.20
2,322.90

2,547.90
2,984.30
750,000

3,500

5,000
Jumlah Harga

(dalam Rp. 000,-)

0.00
80,157.14
2,278,560.00
2,351,507.14
4,119,365.14
4,353,404.14
0.00
2,378,176.00
0.00
2,972,000.00
0.00
0.00

38,728,080.00
0.00
0.00
1,061,427,500.0
0

1,150,000.00
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

 
Lokasi

Untuk Bendung

Untuk Bendung
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
Keterangan

instalasi baru, 1 bangunan @50


L/detik

1 bangunan
pemasangan terbagi 3 tahap 5
tahunan
pemasangan terbagi 3 tahap 5
tahunan

VII-69
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
II. NON - FISIK

 
1
3
4
5
6

7
Pembuatan DED
(sumber hingga distribusi)
Pelatihan pengelola keuangan
Pelatihan Manajemen Aset
Pelatihan Teknis Operasi
Survey Pelanggan
Penyuluhan kepada Masyarakat tentang air
bersih

Laporan Akhir
1
1
1
1
1

3
paket
paket
paket
paket
paket

paket

TOTAL
4,000,000
300,000
300,000
450,000
400,000

100,000
4,000,000.00
300,000.00
300,000.00
450,000.00
400,000.00

300,000.00
1,125,588,749.5
7  

Tabel 7.6 Perkiraan harga Jaringan 3 (Barat-Timur) tahap 1


untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2

untuk jaringan 1&2


 
 
 
 
 

TERPILIH

VII-70
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
no
.

2
3

9
Uraian

I. PENGADAAN FISIK

1 INTAKE dan IPA

Pipa Transmisi (PVC)


Reservoir

II. NON - FISIK


Ukuran/ kapasitas

50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
700
800
1000

Pemasangan SR

Pemasangan HU

Laporan Akhir
L/detik
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
m3
Vol

0
17985.71
5628.57
2228.57
3071.43
4500.00
0
8485.71
0
0
0
0
0
0
0

49128

100
Jaringan 3 (Barat-Timur) tahap 1

Satuan

paket
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
paket

sambungan

sambungan
Harga
satuan

5,000,000.0
0
112.22
237.35
369.9
575.56
915.13
1,161.59
1,486.36
1,624.80
1,857.50
2,090.20
2,322.90
2,547.90
2,984.30
750,000

3,500

5,000
Jumlah Harga

(dalam Rp. 000,-)

0.00
2,018,356.86
1,335,941.43
824,348.57
1,767,791.43
4,118,085.00
0.00
12,612,826.29
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

171,948,000.00

500,000.00
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
Lokasi

Untuk Bendung

Untuk Bendung
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Keterangan

instalasi baru, 1 bangunan @50


L/detik

1 bangunan
pemasangan terbagi 3 tahap 5
tahunan
pemasangan terbagi 3 tahap 5
tahunan

VII-71
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
 
1
3
4
5
6

7
Pembuatan DED
(sumber hingga distribusi)
Pelatihan pengelola keuangan
Pelatihan Manajemen Aset
Pelatihan Teknis Operasi
Survey Pelanggan
Penyuluhan kepada Masyarakat tentang air
bersih

Laporan Akhir
1
1
1
1
1

3
paket
paket
paket
paket
paket

paket
TOTAL
4,000,000
300,000
300,000
450,000
400,000

100,000
4,000,000.00
300,000.00
300,000.00
450,000.00
400,000.00

300,000.00
200,875,349.57  

Tabel 7.7 Perkiraan harga Jaringan 3 (Barat-Timur) tahap 2

Jaringan 3 (Barat-Timur) tahap 2


untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2

untuk jaringan 1&2


 
 
 
 
 

 
TERPILIH

VII-72
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
no.

9
Uraian

I. PENGADAAN FISIK

1 INTAKE dan IPA

Pipa Transmisi (PVC)

Reservoir

II. NON - FISIK


1
Ukuran/ kapasitas

50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
700
800
1000

Pemasangan SR

Pemasangan HU

Pembuatan DED

Laporan Akhir
L/detik
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
m3
Vol

0
2428.57
14157.14
5328.57
371.43
671.43
0
5914.29
0
3571.43
0
3352.93
0
0
0

379602

100

1
Satuan

paket
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
paket

sambungan

sambungan

paket
Harga
satuan

0
112.22
237.35
369.9
575.56
915.13
1,161.59
1,486.36
1,624.80
1,857.50
2,090.20
2,322.90
2,547.90
2,984.30
750,000

3,500

5,000

4,000,000
Jumlah Harga

(dalam Rp. 000,-)

5,000,000.0
0.00
272,534.29
3,360,197.86
1,971,038.57
213,779.43
614,444.43
0.00
8,790,757.71
0.00
6,633,928.57
0.00
7,788,511.23
0.00
0.00
0.00

1,328,607,000.00

500,000.00

4,000,000.00
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
Lokasi

Untuk Bendung

Untuk Bendung

untuk jaringan 1&2


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
Keterangan

instalasi baru, 1 bangunan


@50 L/detik

1 bangunan
pemasangan terbagi 3
tahap 5 tahunan
pemasangan terbagi 3
tahap 5 tahunan

VII-73
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
 

no
.
3
4
5
6

7
(sumber hingga distribusi)
Pelatihan pengelola keuangan
Pelatihan Manajemen Aset

Uraian
Pelatihan Teknis Operasi
Survey Pelanggan
Penyuluhan kepada Masyarakat tentang air
bersih

Ukuran/ kapasitas

Laporan Akhir
Vol
1
1
1
1

3
paket
paket
paket
paket

paket

Satuan
TOTAL

Harga
300,000
300,000
450,000
400,000

100,000

satuan
300,000.00
300,000.00
450,000.00
400,000.00

300,000.00
1,364,502,192.09  

Tabel 7.8 Perkiraan harga sistem mandiri tahap 1

Mandiri tahap 1
Jumlah
Harga
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2

untuk jaringan 1&2

Lokasi
 
 
 
 

 
TERPILIH

Keterangan

VII-74
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
I. PENGADAAN FISIK

2
3

9
1 INTAKE dan IPA

Pipa Transmisi
(PVC)
Reservoir
50

30

50

70

100

150
200
250
300
350
400
450
500
550
1000

Pemasangan SR

Pemasangan HU

Laporan Akhir
L/detik

mm

mm

mm

mm

mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
m3
13
1228.5
7
5200.0
0
5157.1
4
8221.4
3
3342.8
6
357.14
0
0
0
0
0
0
0
2

4.587

100
paket

meter

meter

meter

meter

meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
paket
sambunga
n
sambunga
n
(dalam Rp. 000,-)

5,000,000.0
0

50.12

76.43

98.32

112.22

237.35
369.9
575.56
915.13
1,161.59
1,486.36
1,624.80
1,857.50
2,090.20
750,000

3,500

5,000
65,000,000.0
0

137,870.29

1,234,220.00

1,907,627.14

4,731,925.43

3,059,148.86
414,853.57
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1,500,000.00

16,054.50

500,000.00
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
Untuk Bendung

Untuk Bendung
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
instalasi baru, 1 bangunan @50
L/detik

1 bangunan
pemasangan terbagi 3 tahap 5
tahunan
pemasangan terbagi 3 tahap 5
tahunan

VII-75
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
II. NON - FISIK

 
1
3
4
5
6

7
Pembuatan DED
(sumber hingga distribusi)
Pelatihan pengelola keuangan
Pelatihan Manajemen Aset
Pelatihan Teknis Operasi
Survey Pelanggan
Penyuluhan kepada Masyarakat tentang air
bersih

Laporan Akhir
1
1
1
1
1

7
paket
paket
paket
paket
paket

paket

TOTAL
4,000,000
300,000
300,000
450,000
400,000

100,000
4,000,000.00
300,000.00
300,000.00
450,000.00
400,000.00

300,000.00
84,251,699.7
9  

Tabel 7.8 Perkiraan harga sistem mandiri tahap 2


untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2

untuk jaringan 1&2


 
 
 
 
 

TERPILIH

VII-76
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
no

2
3

9
. Uraian

I. PENGADAAN FISIK

1 INTAKE dan IPA

Pipa Transmisi
(PVC)
Reservoir
Ukuran/ kapasitas

50
30

50

70
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
1000

Pemasangan SR

Pemasangan HU

Laporan Akhir
L/detik
mm

mm

mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
m3
Vol

9
0
10900.0
0
13357.1
4
5557.14
1000.00
0
0
0
0
0
0
0
0
1

7.645

100
Satuan

paket
meter

meter

meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
meter
paket
sambunga
n
sambunga
n
Mandiri tahap 2
Harga
satuan

5,000,000.0
0
50.12

76.43

98.32
112.22
237.35
369.9
575.56
915.13
1,161.59
1,486.36
1,624.80
1,857.50
2,090.20
750,000

3,500

5,000
Jumlah
Harga

(dalam Rp. 000,-)

45,000,000.0
0
0.00

2,587,115.00

4,940,807.14
3,198,469.14
915,130.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
750,000.00

26,757.50

500,000.00
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
Lokasi

Untuk Bendung

Untuk Bendung
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Keterangan

instalasi baru, 1 bangunan @50


L/detik

1 bangunan
pemasangan terbagi 3 tahap 5
tahunan
pemasangan terbagi 3 tahap 5
tahunan

VII-77
g
d
B
t
p
b
K
M
A
S
I
R
a
s
u
y
n
e
P
1
0
2
II. NON - FISIK

 
1

3
4
5
6

7
Pembuatan DED
(sumber hingga distribusi)
Pelatihan pengelola keuangan
Pelatihan Manajemen Aset
Pelatihan Teknis Operasi
Survey Pelanggan
Penyuluhan kepada Masyarakat tentang air
bersih

Laporan Akhir
1

1
1
1
1

7
paket

paket
paket
paket
paket

paket

TOTAL
4,000,000

300,000
300,000
450,000
400,000

100,000
4,000,000.00

300,000.00
300,000.00
450,000.00
400,000.00

300,000.00
63,668,278.7
9  
untuk jaringan 1&2

untuk jaringan 1&2


untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2
untuk jaringan 1&2

untuk jaringan 1&2


 

 
 
 
 

TERPILIH

VII-78

Anda mungkin juga menyukai