BAB IV
a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten Tebo;
b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang dalam wilayah
kabupaten Tebo;
c. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk dua puluh tahun; dan
d. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten
Tebo.
Draft Final IV - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
e. mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budi daya.
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan. Sedangkan Pengelolaan Kawasan Lindung adalah upaya penetapan,
pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. Kawasan lindung terdiri
dari kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi, dan kawasan
lindung lainnya.
Rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten Tebo untuk kawasan yang
berfungsi lindung yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
hingga 20 (dua puluh) tahun sebesar 95.882,98 Ha (14.84%) yang meliputi rencana
pemanfaatan ruang kawasan hutan lindung dengan luas 49.557 Ha (7,67%),
sempadan sungai seluas 12.923,46 Ha (2,00%) dan hutan konservasi/Suaka alam
seluas 33.402,5 Ha (5,17%).
4.1.1 Kawasan yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Bawahannya
Kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya
merupakan kawasan hutan yang memiliki sifat khas dan mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya sebagai
pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
Dengan ditetapkannya lokasi kawasan ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
erosi tanah, bencana alam banjir, sedimentasi serta untuk menjaga fungsi hidrologi
tanah dan menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan.
Draft Final IV - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Kriteria penetapan suatu kawasan menjadi kawasan hutan lindung didasarkan kepada
kondisi alamiah wilayahnya yang mencakup jenis tanah, topografi, intensitas curah
hujan, dan ketinggian tempat dari permukaan laut. Secara kuantitatif Kriteria kawasan
hutan lindung adalah :
a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan
yang melebihi nilai skor 175, dan/atau
b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih, dan/atau
c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter
atau lebih.
Kriteria-kriteria itu dengan nilai tertentu mengharuskan suatu untuk dijadikan kawasan
hutan lindung. Dengan kondisi alamiah sesuai kriteria kawasan hutan lindung,
diharapkan wilayah tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap tanah dan tata
air dan sebagai sistem penyangga kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di
bagian hilir (Senoaji, 2006).
Berdasarkan kriteria tersebut dan hasil analisis, maka untuk jangka waktu sampai 20
tahun kedepan lahan yang memenuhi kriteria sebagai hutan lindung di Kabupaten
Tebo seluas 49.557 Ha tersebar di wilayah Kecamatan Sumay (25.200 Ha),
Kecamatan Tebo Ulu 12.590 Ha, Kecamatan VII Koto 4.867 Ha, Kecamatan Tebo
Tengah (3.200 Ha), dan Kecamatan Tebo Ilir (3.700 Ha).
Draft Final IV - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
a. Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri
kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman;
Draft Final IV - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Kawasan sekitar danau yang ada di kabupaten Tebo adalah kawasan lindung sekitar
Danau Sigombak.
Berdasarkan rencana tersebut maka arahan pengelolaan kawasan sekitar
danau/waduk adalah:
- Pencegahan kegiatan budidaya disekitar danau yang dapat mengganggu fungsi
danau (terutama sebagai sumber air dan sumber energi listrik)
- Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar danau
- Pengelolaan kawasan danau sebagai kawasan wisata alam.
Draft Final IV - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
b. Memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat pusat-
pusat pemukiman penduduk;
c. Mengandung satwa buru yang dapat dikembangbiakan sehingga
memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi
rekreasi, olah raga dan kelestarian satwa;
d. Mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan.
1. Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk relatif luas, tumbuhan dan atau
satwa meliki sifat spesifik dan endemik serta berfungsi sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati dan
ekosistemnya.
2. Dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan
dan zona lainnya yang sesuai dengan keperluan.
Taman Nasional yang terdapat di Kabupaten Tebo yaitu Taman Nasional Bukit Tiga
Puluh yang terdapat di bagian Utara Kecamatan Sumay, Kecamatan Tebo Tengah
dan Kecamatan Tengah Ilir dan Kecamatan Tebo Ilir.
(4) Kriteria Kawasan Taman Wisata Alam, meliputi:
1. Kawasan dataran dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang
cukup dan lapanganya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang
menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan.
2. Memenuhi kebutuhan rekreasi dan atau olah raga serta mudah dijangkau.
Taman Wisata Alam yang terdapat di Kabupaten Tebo meliputi Taman Wisata Alam
Danau Sigombak (Desa Telukkembangjambu Kecamatan Tebo Ulu). Selain itu,
terdapat pula wana wisata (wisata hutan) yaitu di Kebun Raya Bukit Sari dan wisata
Draft Final IV - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang merupakan
lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi
alami yang khas. Secara lebih spesifik, penetapan kriteria Kawasan Cagar Budaya
dan Ilmu Pengetahuan alah:
Benda buatan manusia, atau benda bergerak atau tidak bergerak yang
berupa kesatuan atau kelompok yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun
atau mewakili masa gaya yang khas.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sebaran kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan di Kabupaten Tebo meliputi wilayah Kawasan Hutan Pendidikan
Silvagama seluas kurang lebih 1.000 Ha dan Kawasan Hutan Penelitian Tropika
seluas kurang lebih 2.700 Ha, selain itu Makam Sultan Thaha yang terdapat di
Kecamatan Tebo Tengah dapat dikategorikan sebagai cagar budaya.
Pada dasarnya pemantapan kawasan ini direncanakan untuk melestarikan lingkungan
dan melindungi keanekaragaman biota serta ekosistemnya.
Berdasarkan rencana ini kebijaksanaan yang ditetapkan meliputi :
Pengelolaan kawasan suaka alam (cagar alam, suaka marga satwa dan hutan
wisata) sesuai dengan tujuan perlindungannya masing-masing
Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang
berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi
penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada pada tiap jenis kawasan
suaka alam
Pengelolaan Taman Nasional (didalamnya termasuk Cagar Alam dan Marga
satwa) dengan mengembangkan zona-zona pemanfaatan ruang untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan pendidikan
Pengelolaan taman kota alam yang memadukan kepentingan pelestarian dan
pariwisata/ rekreasi alam
Draft Final IV - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Kriteria kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan
berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan banjir, gempa bumi, dan
tanah longsor.
Di kabupaten Tebo kawasan bencana yang perlu diwaspadai adalah banjir. Daerah
yang perlu diwaspadai terhadap bahaya banjir meliputi wilayah sepanjang bantaran
sungai seperti di kecamatan Tebo Ulu, Rimbo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir dan
kecamatan Tebo Ilir.
Draft Final IV - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Draft Final IV - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
Kabupaten Tebo, maka setiap luasan pengembangan kawasan budidaya harus
memperhatikan potensi tenaga kerja dan daya dukung lingkungan yang dimiliki.
Berdasarkan pada potensi dan kesediaan tenaga kerja tersebut, maka rencana
pemanfaatan ruang kawasan budidaya adalah 550.217,02 Ha (85,16%).
Rencana pemanfaatan ruang kawasan budidaya tersebut meliputi kawasan hutan
produksi seluas 246.724,80 Ha (38,19%), kawasan permukiman sebesar
6.129,72 Ha (0,95%), pertanian lahan basah seluas 8.182,00 Ha (1,27%), pertanian
lahan kering seluas 54.309 Ha (8,41%), dan perkebunan seluas 234.871,50 Ha
(36,352%).
Draft Final IV - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Draft Final IV - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Draft Final IV - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak “Kriteria Lokasi & Standar Teknik”, Dept. Kimpraswil
Draft Final IV - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
bagi pengembangan kegiatan budi daya lainnya; serta berada di luar hutan
suaka alam, hutan wisata dan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan
hutan konversi lainnya.
Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka di kabupaten Tebo terdapat hutan produksi
seluas 246.724,80 Ha yang terdiri atas :
1. Kawasan hutan Produksi Tetap seluas 229.807,80 Ha
Meliputi kelompok hutan Batang Tabir (15.766,80 Ha); kelompok hutan Tabir
Kejasung (19.800 Ha) dan kelompok hutan Pasir Mayang Danau Bangko
(194.241 Ha).
2. Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas 16.917 Ha
Meliputi kelompok hutan hulu Sumay (5.912 Ha); kelompok hutan Sungai
sirih-sirih (3.535 Ha) dan kelompok hutan Hulu Sekalo (7.470 Ha).
Draft Final IV - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Draft Final IV - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
d) Kriteria teknis:
1) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian
lahan;
2) Kawasan pertanian lahan basah mencakup:
a) Pola tanam: monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir;
b) Tindakan konservasi berkaitan dengan:
1) Vegetatif: pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman panen atas
air tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5-20 L/detik/ha
untuk mina padi, mutu air bebas polusi, suhu 23-30ºC, oksigen larut 3-7
ppm, amoniak 0.1 ppm dan pH 5-7;
2) Mekanik: pembuatan pematang, teras, dan saluran drainase.
Draft Final IV - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Draft Final IV - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Draft Final IV - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, maka rencana pola ruang untuk kawasan
perkebunan hingga tahun 2030 adalah 219.134,16 Ha (33,92%) dengan dominansi
komoditas karet dan kelapa sawit, yang tersebar di seluruh kecamatan.
Draft Final IV - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Draft Final IV - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Draft Final IV - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Draft Final IV - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Draft Final IV - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
8) Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya, serta keunikan tertentu;
9) Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat dan cair).
- Wisata • Luas lahan minimal 100 • Jenis prasarana yang • Jenis sarana yang
Pegunungan Ha tersedia antara lain tersedia yaitu
• Mempunyai struktur jalan, air bersih, listrik, hotel/penginapan,
tanah yang stabil dan telepon rumah makan, kantor
• Mempunyai kemiringan • Mempunyai nilai pengelola, tempat
tanah yang pencapaian dan rekreasi & hiburan, WC
memungkinkan kemudahan hubungan umum, mushola,
dibangun tanpa yang tinggi dan mudah poliklinik, dan wartel
memberikan dampak dicapai • Gaya bangunan
negatif terhadap • Tidak mengganggu disesuaikan dengan
kelestarian lingkungan kelancaran lalu lintas kondisi lingkungan dan
• Iklim sejuk (di atas 700 pada jalur regional dianjurkan untuk
dpl, atau suhu <20oC) • Tersedia angkutan menampilkan ciri-ciri
• Mempunyai daya tarik umum budaya daerah
flora & fauna, air terjun,
sungai, dan air panas
- Wisata Bahari • Mempunyai struktur • Jenis prasarana yang • Jenis sarana yang
tanah yang stabil tersedia antara lain jalan, tersedia yaitu
• Mempunyai kemiringan air bersih, listrik, dan hotel/penginapan,
tanah yang telepon rumah makan, kantor
memungkinkan • Mempunyai nilai pengelola, tempat
dibangun tanpa pencapaian dan rekreasi &
memberikan dampak kemudahan hubungan hiburan, WC umum, dan
negatif terhadap yang tinggi dan mudah mushola
kelestarian lingkungan dicapai dengan • Gaya bangunan
• Mempunyai daya tarik, kendaraan bermotor disesuaikan dengan
flora & fauna aquatic, • Memperhatikan resiko kondisi lingkungan dan
pasir putih, dan terumbu bahaya dan bencana dianjurkan untuk
karang • Perancangan menampilkan ciri-ciri
• Harus bebas bau tidak sempadan pantai yang budaya daerah
enak, debu, asap, serta memperhatikan tinggi
air tercemar gelombang laut
• Tersedia angkutan
umum
2 Wisata Buatan
Draft Final IV - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Sumber : Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Kawasan Budi daya, Departemen PU, 2003
b) Kriteria teknis
1) Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam untuk
kegiatan pariwisata alam dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya;
2) Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam untuk sarana pariwisata alam diselenggarakan dengan persyaratan
sebagai berikut:
a) Luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan
prasarana pariwisata alam maksimum 10% dari luas zona pemanfaatan
taman nasional, blok pemanfaatan taman hutan raya, dan blok
pemanfaatan taman wisata alam yang bersangkutan;
b) Bentuk bangunan bergaya arsitektur setempat;
c) Tidak mengubah bentang alam yang ada;
d) Tidak mengganggu pandangan visual.
3) Pihak-pihak yang memanfaatkan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, dan Taman Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam
harus menyusun Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam yang dilengkapi
dengan AMDAL sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam diberikan untuk
jangka waktu paling lama 30 tahun sesuai dengan jenis kegiatannya;
Draft Final IV - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
5) Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam yang dapat dilakukan dalam kawasan
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam meliputi
kegiatan usaha:
a) akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan, dan
penginapan;
b) makanan dan minuman;
c) sarana wisata tirta;
d) angkutan wisata;
e) cenderamata;
f) sarana wisata budaya.
6) Dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat, pemerintah daerah dapat
menetapkan kawasan, lingkungan dan atau bangunan sebagai lingkungan dan
bangunan cagar budaya sebagai kawasan pariwisata budaya. Penetapannya
dilakukan apabila dalam suatu kawasan terdapat beberapa lingkungan cagar
budaya yang mempunyai keterkaitan keruangan, sejarah, dan arkeologi;
7) Penetapan kawasan, lingkungan dan atau bangunan bersejarah sebagai
kawasan pariwisata oleh Pemerintah Kota/Kabupaten berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
8) Kriteria, tolak ukur, dan penggolongan lingkungan cagar budaya berdasarkan
kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, dan kelangkaan. Sedangkan kriteria
penggolongan bangunan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur,
keaslian, kelangkaan, tengeran/landmark, dan arsitektur. Kriteria dan tolak ukur
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa perjuangan, ketokohan,
politik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan tingkat
nasional dan atau daerah masing-masing;
b) Umur dikaitkan dengan batas usia sekurang-kurangnya 50 tahun;
c) Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan
maupun struktur, material, tapak bangunan dan bangunan di dalamnya;
d) Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya atau
yang terlengkap dari jenisnya yang masih ada pada lingkungan lokal,
nasional, atau dunia;
e) Tengeran dikaitkan dengan keberadaan sebuah bangunan tunggal
monumen atau bentang alam yang dijadikan simbol dan wakil dari suatu
lingkungan;
f) Arsitektur dikaitkan dengan estetik dan rancangan yang menggambarkan
suatu zaman dan gaya tertentu.
Draft Final IV - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
9) Berdasarkan kriteria dan tolak ukur, kawasan lingkungan cagar budaya dapat
dikelompokkan menjadi beberapa golongan yang berbeda satu dengan lainnya.
Penggolongan lingkungan cagar budaya diatur melalui Keputusan
Bupati/Walikota setempat;
10) Pelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya yang dijadikan kawasan
pariwisata harus mengikuti prinsip-prinsip pemugaran yang meliputi keaslian
bentuk, penyajian dan tata letak dengan memperhatikan nilai sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan;
11) Pengembangan lahan yang berada dalam kawasan lingkungan cagar budaya
harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku
Berdasarkan kriteria tentang kawasan wisata tersebut diatas, maka kedepan perlu
dipertimbangkan untuk pengembangan potensi pariwisata yang ada seperti :
Draft Final IV - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
serta memberikan kemudahan dan daya tarik bagi investasi dengan pendekatan
konsep efisiensi, tata ruang, dan lingkungan hidup.
Ditinjau dari aspek tata ruang, pembangunan Kawasan Industri dapat mensinergikan
perencanaan, prasarana dan sarana penunjang seperti penyediaan energi listrik,
telekomunikasi, fasilitas jalan, dan lain sebagainya.
Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka di Kabupaten Tebo akan dikembangkan
kawasan industri yaitu seluas 50,00 ha.
Kawasan perkotaan Muara Tebo diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah promosi
(PKWp), perkotaan: Sungai Abang, Wirotho Agung, dan Sungai Bengkal diusulkan
menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Ibukota kecamatan lainnya berperan sebagai
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Untuk memberikan pelayanan yang efektif kepada
wilayah pelayanannya maka ditetapkan permukiman Muara Sekalo menjadi Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK).
Kawasan permukiman lainnya tetap dikembangkan, namun dalam rencana pola ruang
tidak tergambar (tidak nampak) dalam peta. Kawasan permukiman lainnya (kawasan
Draft Final IV - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Tabel 4.7
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Tebo 2010-2030
Draft Final IV - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030
Peta
Draft Final IV - 30