Anda di halaman 1dari 30

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

BAB IV

RENCANA POLA RUANG

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009


Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; pengertian
dari Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan
ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten yang
memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh)
tahun mendatang. Substansi dari rencana pola ruang meliputi batas-batas kegiatan
sosial, ekonomi dan budaya dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten Tebo berfungsi:

a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten Tebo;
b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang dalam wilayah
kabupaten Tebo;
c. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk dua puluh tahun; dan
d. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten
Tebo.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten Tebo dirumuskan berdasarkan:


a. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten Tebo;
b. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten Tebo;
c. kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan;
dan
d. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten Tebo dirumuskan dengan kriteria:


a. merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana
rincinya;
b. merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana
rincinya;
c. mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang
berada di wilayah kabupaten Tebo;
d. memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;

Draft Final IV - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

e. mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budi daya.

4.1 Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan. Sedangkan Pengelolaan Kawasan Lindung adalah upaya penetapan,
pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. Kawasan lindung terdiri
dari kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi, dan kawasan
lindung lainnya. 

Rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten Tebo untuk kawasan yang
berfungsi lindung yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
hingga 20 (dua puluh) tahun sebesar 95.882,98 Ha (14.84%) yang meliputi rencana
pemanfaatan ruang kawasan hutan lindung dengan luas 49.557 Ha (7,67%),
sempadan sungai seluas 12.923,46 Ha (2,00%) dan hutan konservasi/Suaka alam
seluas 33.402,5 Ha (5,17%).
4.1.1 Kawasan yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Bawahannya
Kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya
merupakan kawasan hutan yang memiliki sifat khas dan mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya sebagai
pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
Dengan ditetapkannya lokasi kawasan ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
erosi tanah, bencana alam banjir, sedimentasi serta untuk menjaga fungsi hidrologi
tanah dan menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan.

4.1.2 Kawasan Hutan Lindung

Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan mendefinisikan hutan lindung


sebagai  kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.  Mengingat fungsi
tersebut keberadaan hutan lindung mempunyai peranan penting dalam menjaga
kestabilan ekosistem sekitarnya.

Draft Final IV - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

Kriteria penetapan suatu kawasan menjadi kawasan hutan lindung didasarkan kepada
kondisi alamiah wilayahnya yang mencakup jenis tanah, topografi, intensitas curah
hujan, dan ketinggian tempat dari permukaan laut.  Secara kuantitatif Kriteria kawasan
hutan lindung adalah :
a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan
yang melebihi nilai skor 175, dan/atau
b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih, dan/atau
c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter
atau lebih.

Kriteria-kriteria itu dengan nilai tertentu mengharuskan suatu untuk dijadikan kawasan
hutan lindung.  Dengan kondisi alamiah sesuai kriteria kawasan hutan lindung,
diharapkan wilayah tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap tanah dan tata
air dan sebagai sistem penyangga kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di
bagian hilir (Senoaji, 2006). 

Berdasarkan kriteria tersebut dan hasil analisis, maka untuk jangka waktu sampai 20
tahun kedepan lahan yang memenuhi kriteria sebagai hutan lindung di Kabupaten
Tebo seluas 49.557 Ha tersebar di wilayah Kecamatan Sumay (25.200 Ha),
Kecamatan Tebo Ulu 12.590 Ha, Kecamatan VII Koto 4.867 Ha, Kecamatan Tebo
Tengah (3.200 Ha), dan Kecamatan Tebo Ilir (3.700 Ha).

Tujuan pemantapan/pengembangan kawasan hutan lindung ini adalah untuk


mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrolik
tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan.

Oleh karena itu arah pengelolaannya adalah sebagai berikut :


 Pemantapan kawasan lindung berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990 melalui
pengukuhan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya
 Pengendalian kegiatan yang telah ada (penggunaan lahan yang telah
berlangsung lama)
 Pengembalian fungsi hidro-orologis kawasan hutan lindung yang mengalami
kerusakan (rehabilitasi dan konservasi)
 Pencegahan kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi
lindung
 Pemantauan dan pengendalian terhadap kegiatan yang diperbolehkan beralokasi
di hutan lindung
 Mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap
berfungsi lindung.

Draft Final IV - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

4.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat


Pengelolaan Kawasan Lindung yang berfungsi untuk memberikan perlindungan
setempat lebih ditujukan untuk memberikan perlindungan terhadap kawasan
sekitarnya untuk mempertahankan fungsi lindungnya serta pelestarian sumberdaya
alam kawasan sekitarnya. Kawasan ini terdiri dari kawasan sepanjang aliran sungai
dan kawasan sekitar Danau/Waduk.

4.1.3.1 Sempadan Sungai


Kawasan lindung sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai
termasuk sungai kanal, saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Kawasan yang merupakan sempadan sungai berupa 100 m kanan kiri sungai,
terutama untuk sungai-sungai besar, yaitu sungai Batang Hari, Batang Tebo, Batang
Sumay, Batang Tabir, Batang Langsisip dan Batang Jujuhan.

Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari


kegiatan manusia yang dapat mengganti dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik
pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Kriteria sempadan sungai adalah:

a. Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri
kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman;

b. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan


cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.

Berdasarkan kriteria tersebut Luas sempadan sungai di kabupaten Tebo diperkirakan


mencapai 12.923,48 Ha atau sekitar 2,00 % dari luas seluruh wilayah Kabupaten
Tebo yang tersebar di seluruh Kecamatan.

4.1.3.2 Kawasan sekitar Danau/waduk


Kawasan sekitar Waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/sungai.
Rencana pemantapan kawasan lindung sekitar danau adalah melindungi
waduk/danau dari kegiatan budi daya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi
utama waduk/sungai.

Draft Final IV - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau/waduk dilakukan untuk melindungi


danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi
danau/waduk.
Kriteria kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian danau/waduk
yang lebarnya proportional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50 -
100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Kawasan sekitar danau yang ada di kabupaten Tebo adalah kawasan lindung sekitar
Danau Sigombak.
Berdasarkan rencana tersebut maka arahan pengelolaan kawasan sekitar
danau/waduk adalah:
- Pencegahan kegiatan budidaya disekitar danau yang dapat mengganggu fungsi
danau (terutama sebagai sumber air dan sumber energi listrik)
- Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar danau
- Pengelolaan kawasan danau sebagai kawasan wisata alam.

4.1.4 Kawasan Suaka Alam/Cagar Budaya

Perlindungan terhadap kawasan suaka alam dilakukan untuk melindungi


keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan
plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Kawasan suaka
alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan
plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa.

(1) Kriteria cagar alam adalah:


a. Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa dan tipe ekosistemnya;
b. Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusun;
c. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak
atau belum diganggu manusia;
d. Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif
dengan daerah penyangga yang cukup luas;
e. Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh disuatu
daerah serta keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
(2) Kriteria hutan wisata adalah:
a. Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara
ilmiah maupun buatan manusia;

Draft Final IV - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

b. Memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat pusat-
pusat pemukiman penduduk;
c. Mengandung satwa buru yang dapat dikembangbiakan sehingga
memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi
rekreasi, olah raga dan kelestarian satwa;
d. Mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pemanfaatan ruang kawasan


suaka alam (cagar alam) adalah Cagar Biosfir 12 dengan luas area sekitar 3.180,46
ha (0,49%) yang terdapat di Kecamatan Muara Tabir bagian Tenggara. Selain itu
terdapat pula Kebun Raya Bukit Sari dengan luas areal sekitar 110,50 Ha yang
terdapat di Kecamatan Tebo Ilir.
(3) Kriteria penetapan Kawasan Taman Nasional adalah sebagai berikut:

1. Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk relatif luas, tumbuhan dan atau
satwa meliki sifat spesifik dan endemik serta berfungsi sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati dan
ekosistemnya.

2. Dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan
dan zona lainnya yang sesuai dengan keperluan.

Taman Nasional yang terdapat di Kabupaten Tebo yaitu Taman Nasional Bukit Tiga
Puluh yang terdapat di bagian Utara Kecamatan Sumay, Kecamatan Tebo Tengah
dan Kecamatan Tengah Ilir dan Kecamatan Tebo Ilir.
(4) Kriteria Kawasan Taman Wisata Alam, meliputi:

1. Kawasan dataran dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang
cukup dan lapanganya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang
menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan.

2. Memenuhi kebutuhan rekreasi dan atau olah raga serta mudah dijangkau.

3. Kawasan yang terdapat satwa buru yang dikembangbiakan untuk kelestarian


satwa dan memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan
segi rekreasi olah raga.

Taman Wisata Alam yang terdapat di Kabupaten Tebo meliputi Taman Wisata Alam
Danau Sigombak (Desa Telukkembangjambu Kecamatan Tebo Ulu). Selain itu,
terdapat pula wana wisata (wisata hutan) yaitu di Kebun Raya Bukit Sari dan wisata

Draft Final IV - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

ke Taman Makam Pahlawan Sultan Thaha Syarifudin di Kecamatan Tebo Tengah


tepatnya di Pusat Perkotaan Muara Tebo.

(5) Kawasan Cagar Budaya Dan Ilmu Pengetahuan

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang merupakan
lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi
alami yang khas. Secara lebih spesifik, penetapan kriteria Kawasan Cagar Budaya
dan Ilmu Pengetahuan alah:

 Kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang


bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.

 Benda buatan manusia, atau benda bergerak atau tidak bergerak yang
berupa kesatuan atau kelompok yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun
atau mewakili masa gaya yang khas.

 Benda/bangunan yang memiliki nilai penting bagi sejarah ilmu


pengetahuan dan kebudayaan.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka sebaran kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan di Kabupaten Tebo meliputi wilayah Kawasan Hutan Pendidikan
Silvagama seluas kurang lebih 1.000 Ha dan Kawasan Hutan Penelitian Tropika
seluas kurang lebih 2.700 Ha, selain itu Makam Sultan Thaha yang terdapat di
Kecamatan Tebo Tengah dapat dikategorikan sebagai cagar budaya.
Pada dasarnya pemantapan kawasan ini direncanakan untuk melestarikan lingkungan
dan melindungi keanekaragaman biota serta ekosistemnya.
Berdasarkan rencana ini kebijaksanaan yang ditetapkan meliputi :
 Pengelolaan kawasan suaka alam (cagar alam, suaka marga satwa dan hutan
wisata) sesuai dengan tujuan perlindungannya masing-masing
 Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang
berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi
penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada pada tiap jenis kawasan
suaka alam
 Pengelolaan Taman Nasional (didalamnya termasuk Cagar Alam dan Marga
satwa) dengan mengembangkan zona-zona pemanfaatan ruang untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan pendidikan
 Pengelolaan taman kota alam yang memadukan kepentingan pelestarian dan
pariwisata/ rekreasi alam

Draft Final IV - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

 Pengelolaan taman kota alam yang memadukan kepentingan pelestarian dan


pariwisata/ rekreasi alam

4.1.5 Kawasan Rawan Banjir/Genangan


Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi
mengalami bencana alam. Kawasan ini perlu dilindungi agar kegiatan manusia
terhindar dari bencana yang disebabkan oleh perubahan pemanfaatan lahan untuk
kepentingan manusia dan peristiwa geologis.

Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk melindungi


manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara
tidak langsung oleh perbuatan manusia.

Kriteria kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan
berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan banjir, gempa bumi, dan
tanah longsor.

Di kabupaten Tebo kawasan bencana yang perlu diwaspadai adalah banjir. Daerah
yang perlu diwaspadai terhadap bahaya banjir meliputi wilayah sepanjang bantaran
sungai seperti di kecamatan Tebo Ulu, Rimbo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir dan
kecamatan Tebo Ilir.

Rencana penanganan kawasan rawan bencana ini, adalah :


1. Inventarisasi kawasan yang memiliki potensi rawan bencana banjir secara detail
dan tingkat kerawanannya (tinggi, sedang da rendah).
2. Penetapan lokasi untuk evakuasi yang memiliki keamanan yang tinggi dan mudah
dijangkau.
3. Pembangunan jalur jalan evakuasi untuk daerah yang membutuhkan tindakan
pemindahan penduduk untuk menghindari bencana.
4. Pengendalian pembangunan perumahan/permukiman dan prasarana/sarananya di
kawasan yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam yang tinggi.
5. Disusunnya master plan penanggulangan bencana alam sebagai pedoman dan
dasar kebijakan dalam penanganan bencana.

4.1.6 Kawasan Lindung Lainnya

Dalam rangka memenuhi kebijakan dan Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang


Kehutanan untuk luasan kawasan lindung, maka di Kabupaten Tebo diperlukan

Draft Final IV - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

adanya penambahan kawasan lindung. Untuk penambahan kawasan lindung


tersebut, diambil dari kawasan yang memenuhi kriteria hutan lindung yaitu wilayah
yang mempunyai kemiringan lereng > 40 % harus menjadi hutan lindung. Luas
kawasan yang memenuhi kriteria tersebut sebesar 42.900 Ha tersebar di kecamatan
Sumay (25.200 Ha), kecamatan Tebo Ilir (3.700 Ha), kecamatan Tebo Tengah
(3.200) dan kecamatan Tebo Ulu (10.800 Ha). Untuk kawasan non hutan, maka
terdapat kawasan budidaya yang diberi fungsi lindung atau perlu dihutankan kembali.

.4.2 Kawasan Budidaya


Kawasan budidaya merupakan kawasan diluar kawasan lindung yang kondisi fisik dan
potensi sumberdaya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan baik untuk kepentingan
produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman. Kawasan
budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi atau potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
sumberdaya buatan.

Berdasarkan fungsinya kawasan budidaya terdiri dari kawasan budidaya pertanian


dan kawasan budidaya non pertanian. Kawasan budidaya pertanian terdiri dari
kawasan hutan produksi, kawasan tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan
dan peternakan sedangkan kawasan budidaya non pertanian terdiri dari kawasan
permukiman, kawasan pertambangan, kawasan wisata dan kawasan industri.

Pengembangan pemanfaatan ruang di kawasan budidaya bertujuan untuk menjaga


kualitas daya dukung lingkungan Kabupaten Tebo, menciptakan penyerapan
lapangan pekerjaan, terciptanya keserasian dengan rencana struktur tata ruang yang
dikembangkan.

Sebagaimana terkait dengan tujuan pengembangan diatas, maka kriteria dan


pertimbangan ruang dikawasan budidaya adalah sebagai berikut:

 Pengembangan kawasan budidaya memperhatikan tingkat perkembangan


(percepatan/perlambatan) setiap fungsi pemanfaatan ruang dengan prioritas
(proporsi tersebar) pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya dengan
perkembangan tinggi.
 Pengembangan kawasan budidaya memperhatikan dominasi kegiatan setiap
kecamatan dengan prioritas (proporsi tersebar) pemanfaatan ruang pada
kawasan budidaya dengan dominasi tinggi.

Draft Final IV - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

 Pengembangan permukiman dikembangkan dengan jumlah kepadatan rumah >


25 unit/ha untuk kepadatan tinggi, 15 – 25 unit/ha dengan kepadatan sedang dan
< 15 unit/ha untuk kepadatan rendah.
 Pengembangan budidaya pertanian dengan pemanfaatan lahan 5 tenaga
kerja/ha.
 Pengembangan budidaya tambak (perikanan darat) dengan pemanfaatan lahan
10 tenaga kerja/ha.
 Pengembangan budidaya peternakan dengan pemanfaatan lahan 12 tenaga
kerja/ha.
 Pengembangan peruntukkan industri didasarkan pada ketersediaan tenaga kerja
dengan ratio tenaga kerja 25 m2/jiwa atau 100 – 400 jiwa/ha.
 Pengembangan kawasan pertambangan didasarkan pada ketersediaan tenaga
kerja dan daya dukung lingkungan wilayah setempat.

Untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
Kabupaten Tebo, maka setiap luasan pengembangan kawasan budidaya harus
memperhatikan potensi tenaga kerja dan daya dukung lingkungan yang dimiliki.
Berdasarkan pada potensi dan kesediaan tenaga kerja tersebut, maka rencana
pemanfaatan ruang kawasan budidaya adalah 550.217,02 Ha (85,16%).
Rencana pemanfaatan ruang kawasan budidaya tersebut meliputi kawasan hutan
produksi seluas 246.724,80 Ha (38,19%), kawasan permukiman sebesar
6.129,72 Ha (0,95%), pertanian lahan basah seluas 8.182,00 Ha (1,27%), pertanian
lahan kering seluas 54.309 Ha (8,41%), dan perkebunan seluas 234.871,50 Ha
(36,352%).

4.2.1 Kawasan Hutan Produksi


Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi hutan produksi tetap, hutan produksi
terbatas, dan hutan produksi yang dikonversi. Ketentuan lebih rinci untuk masing-
masing jenis peruntukan diatur dalam bagian ketentuan teknis.
Kawasan Hutan produksi tetap adalah Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan
produksi tetap dimana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau tebang habis
dan tanam; Hutan produksi terbatas Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan
produksi terbatas dimana eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih tanam;
Hutan produksi yang dikonversi Kawasan hutan yang bilamana diperlukan dapat
dialihgunakan.

A) Fungsi utama Hutan Produksi

Draft Final IV - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

o Penghasil kayu dan bukan kayu;


o Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
o Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat;
o Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
B) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan
pembangunan di luar kehutanan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan
pertambangan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai oleh Menteri
terkait dengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta
kelestarian hutan/lingkungan;
c. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan
pertambangan terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan secara
selektif.
2) Ketentuan pokok tentang status dan fungsi hutan; pengurusan hutan;
perencanaan hutan; dan pengelolaan hutan mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
3) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi mencakup tentang
kegiatan pemanfaatan kawasan, kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, kegiatan
pemanfaatan hasil kayu dan atau bukan kayu, dan kegiatan pemungutan hasil
kayu dan atau bukan kayu;
4) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus terlebih dahulu
memiliki kajian studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang
diselenggarakan oleh pemrakarsa yang dilengkapi dengan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL);
5) Cara pengelolaan produksi hutan yang diterapkan harus didasarkan kepada
rencana kerja yang disetujui Dinas Kehutanan dan atau Departemen Kehutanan,
dan pelaksanaannya harus dilaporkan secara berkala. Rencana kerja tersebut
harus memuat juga rencana kegiatan reboisasi di lokasi hutan yang sudah
ditebang;
6) Kegiatan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk tetap
mempertahankan bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi ke aliran
sungai akibat erosi dan longsor;

Draft Final IV - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

7) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan


untuk menyerap sebesar mungkin tenaga kerja yang berasal dari masyarakat
lokal;
8) Kawasan peruntukan hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan di luar sektor kehutanan seperti pertambangan, pembangunan
jaringan listrik, telepon dan instalasi air, kepentingan religi, serta kepentingan
pertahanan dan keamanan;
9) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi wajib memenuhi
kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, dan ekologi;
10) Pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan di kawasan peruntukan
hutan produksi harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan
negara dan kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut
sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap menjaga
kelestarian fungsi hutan sebagai daerah resapan air hujan serta memperhatikan
kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup.

C) Ketentuan Teknis Kawasan Peruntukan Hutan Produksi


a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
83/KPTS/UM/8/1981, penetapan batas hutan produksi sebagai berikut:
1) Parameter yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam penetapan hutan
produksi adalah lereng (kemiringan) lapangan, jenis tanah, dan intensitas
hujan;
2) Untuk keperluan penilaian fisik wilayah, setiap parameter tersebut
dibedakan dalam 5 tingkatan (kelas) yang diuraikan dengan tingkat
kepekaannya terhadap erosi. Makin tinggi nilai kelas parameter makin tinggi
pula tingkat kepekaannya terhadap erosi;
3) Skoring fisik wilayah ditentukan oleh total nilai kelas ketiga parameter
setelah masing-masing nilai kelas parameter dikalikan dengan bobot 20
untuk parameter lereng, bobot 15 untuk parameter jenis tanah, dan bobot
10 untuk parameter intensitas hujan (lihat tabel 4.1, 4.2 dan 4.3);

Draft Final IV - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

Tabel 4.1. Skoring kelas lereng


Kelas Kisaran Lereng % Keterangan Nilai
Lereng
1 0-8 datar 20
2 8 - 15 landai 40
3 15 - 25 agak curam 60
4 25 - 45 curam 80
5 >45 sangat curam 100
Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak “Kriteria Lokasi & Standar Teknik”, Dept. Kimpraswil

Tabel 4. 2 Skoring kelas jenis tanah


Kelas Kelompok Jenis Tanah Kepekaan Nilai
Tanah Terhadap Erosi

1 Aluvial, Tanah, Glei, Planossol, Hidromorf Kelabu, tidak peka 15


Literite
2 Latosol agak peka 30
3 Brown Forest Soil, Non Calcic kurang peka 45
4 Andosol, Laterictic Gromusol, Podsolik peka 60
5 Regosol, Litosol Organosol, Renzine sangat peka 75

Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak “Kriteria Lokasi & Standar Teknik”, Dept. Kimpraswil

Tabel 4. 3 Skoring kelas intensitas hujan


Kelas Kisaran Curah Hujan Keterangan Nilai
Intensitas (mm/hari hujan)
Hujan

1 8 - 13,6 sangat rendah 10


2 13,6 - 20,7 rendah 20
3 20,7 - 27,7 sedang 30
4 27,7 - 34,8 tinggi 40
5 >34,8 sangat tinggi 50
Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak “Kriteria Lokasi & Standar Teknik”, Dept.Kimpraswil

4) Berdasarkan hasil penjumlahan skoring ketiga parameter tersebut yaitu lereng,


jenis lahan, dan intensitas hujan suatu wilayah hutan dinyatakan memenuhi syarat
untuk ditetapkan sebagai:
a) Hutan Produksi Tetap jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai < 125; tidak
merupakan kawasan lindung; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan
wisata dan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi
lainnya;
b) Hutan Produksi Terbatas jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai 125 -
175; tidak merupakan kawasan lindung; mempunyai satuan bentangan
sekurang-kurangnya 0,25 Ha (pada ketelitian skala peta 1 : 10.000); serta bisa
berfungsi sebagai kawasan penyangga;
c) Hutan Produksi yang dapat dikonversi jika memiliki skoring fisik wilayah dengan
nilai > 175; tidak merupakan kawasan lindung; dicadangkan untuk digunakan

Draft Final IV - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

bagi pengembangan kegiatan budi daya lainnya; serta berada di luar hutan
suaka alam, hutan wisata dan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan
hutan konversi lainnya.

D) Kriteria Teknis Hutan Produksi:


1) Radius atau jarak yang diperbolehkan untuk melakukan penebangan pohon di
kawasan hutan produksi:
a) > 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau;
b) > 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah
rawa;
c) > 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai;
d) > 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;
e) > 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang;
f) > 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah
dari tepi pantai.
2) Kawasan hutan produksi dapat dikonversi dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah
masingmasing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai
(skor) 124 atau kurang, di luar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam;
b) Secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan
transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri.
3) Luas kawasan hutan dalam setiap daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau
minimal 30% dari luas daratan. Berdasarkan pertimbangan tersebut setiap provinsi
dan kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% perlu
menambah luas hutannya. Sedangkan bagi provinsi dan kabupaten/kota yang luas
kawasan hutannya lebih dari 30% tidak boleh secara bebas mengurangi luas
kawasan hutannya

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka di kabupaten Tebo terdapat hutan produksi
seluas 246.724,80 Ha yang terdiri atas :
1. Kawasan hutan Produksi Tetap seluas 229.807,80 Ha
Meliputi kelompok hutan Batang Tabir (15.766,80 Ha); kelompok hutan Tabir
Kejasung (19.800 Ha) dan kelompok hutan Pasir Mayang Danau Bangko
(194.241 Ha).
2. Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas 16.917 Ha
Meliputi kelompok hutan hulu Sumay (5.912 Ha); kelompok hutan Sungai
sirih-sirih (3.535 Ha) dan kelompok hutan Hulu Sekalo (7.470 Ha).

Draft Final IV - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

4.2.2 Kawasan Pertanian


a) Fungsi utama Kawasan peruntukan pertanian antara lain:
1) Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil peternakan dan
perikanan;
2) Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
3) Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budidaya
tanaman; serta tata ruang dan tata guna tanah budidaya tanaman mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman;
2) Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara
sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan
dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
3) Ketentuan pokok tentang pemakaian tanah dan air untuk usaha peternakan;
serta penertiban dan keseimbangan tanah untuk ternak mengacu kepada
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan;
4) Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan
potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib
memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah
kerusakannya;
5) Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh
dialihfungsikan;
6) Kawasan pertanian tanaman lahan kering tidak produktif dapat dialihfungsikan
dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat
dan atau oleh Departemen Pertanian;
7) Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida yang terlarut
dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-bau dan asap, limbah
cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan
dalam dokumen Amdal;
8) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian
lahan;

Draft Final IV - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

c) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan


Karakteristik kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah,
pertanian lahan kering dan pertanian tanaman tahunan. Masing-masing karateristik
kawasan peruntukan pertanian tersebut memiliki kriteria teknis seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.4.

d) Kriteria teknis:
1) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian
lahan;
2) Kawasan pertanian lahan basah mencakup:
a) Pola tanam: monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir;
b) Tindakan konservasi berkaitan dengan:
1) Vegetatif: pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman panen atas
air tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5-20 L/detik/ha
untuk mina padi, mutu air bebas polusi, suhu 23-30ºC, oksigen larut 3-7
ppm, amoniak 0.1 ppm dan pH 5-7;
2) Mekanik: pembuatan pematang, teras, dan saluran drainase.

3) Kawasan pertanian lahan kering mencakup:


a) Kemiringan 0-6%: tindakan konservasi secara vegetatif ringan, tanpa
tindakan konservasi secara mekanik;
b) Kemiringan 8-15%:
1) Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu pergiliran
tanaman, penanaman menurut kontur, pupuk hijau, pengembalian bahan
organik, tanaman penguat keras;
2) Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras gulud disertai
tanaman penguat keras;
3) Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras gulud dengan interval
tinggi 0.75-1.5 m dilengkapi tanaman penguat, dan saluran pembuang air
ditanami rumput.
c) Kemiringan 15-40%:
1) Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman,
penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk
kandang, pupuk hijau, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras
dan rokrak;

Draft Final IV - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

2) Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang


dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak, saluran
pembuangan air ditanami rumput.

Tabel 4.4 Karakteristik kawasan peruntukan pertanian


Kriteria Teknis Pertanian Lahan Pertanian Lahan Tanaman
Basah Kering Tahunan
Iklim:
Kelembaban (%) 33 - 90 29 - 32 42 - 75
Curah Hujan (mm) A, B, C (Schmidt & 350 - 600 1200 - 1600
Ferguson, 1951)
Sifat Fisik Tanah: agak baik s/d agak baik s/d agak baik s/d agak
Drainase terhambat terhambat terhambat
Tekstur: h, ah, s h, ah, s h, ah, s
Bahan Kasar (%) < 15 < 15 < 35
Kedalaman Tanah (cm) > 30 > 30 > 60
Ketebalan Gambut (cm) < 200 < 200 < 200
Kematangan Gambut saprik, hemik saprik, hemik saprik, hemik
Retensi Hara: (%) > 30 > 30 > 30
Kejenuhan Basa
Kemasaman Tanah (pH) 5,5 - 8,2 5,6 - 7,6 5,2 - 7,5
Kapasitas Tukar Kation (Cmol) > 12 > 12 > 12
Kandungan C-Organik (%) > 0,8 > 0,8 > 0,8
Toksisitas: (cm) > 50 > 50 > 50
Kedalaman Bahan
Sulfidik
Salinitas (dS/m) <4 <4 <4
Bahaya Erosi: (%)
Lereng <8 < 15 < 40
Tingkat Bahaya Erosi r sd sd
Bahaya Banjir:
Genangan F0,F11,F12,F21,F23 F0,F11,F12,F21,F2 F0,F11,F12,F21,F23
3
Penyiapan Lahan:
Batuan di Permukaan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25
Singkapan Batuan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25
Sumber : Puslitbangtanah, Departemen Pertanian

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, maka rencana pemanfaatan ruang untuk


pertanian lahan basah hingga tahun 2030 adalah 8.182 Ha (1,27%), sedangkan untuk
pertanian lahan kering direncanakan 54.309 Ha (8,41%) kesemua ini tersebar di
seluruh kecamatan.

4.2.3 Kawasan Perkebunan


a.Kriteria umum dan kaidah perencanaan kawasan perkebunan:
1) Ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budidaya
tanaman; serta tata ruang dan tata guna tanah budidaya tanaman mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman;
2) Ketentuan pokok tentang kegiatan perencanaan perkebunan; penggunaan
tanah untuk usaha perkebunan; serta pemberdayaan dan pengelolaan usaha

Draft Final IV - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

perkebunan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang


Perkebunan;
3) Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perkebunan harus diperuntukan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara
sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan
dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
4) Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi
dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang;
5) Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan
indikasi geografis dilarang dialihfungsikan;
6) Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), baik
yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu
memiliki kajian studi Amdal;
7) Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida yang
terlarut dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-bau dan asap,
limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang
disertakan dalam dokumen Amdal;
8) Kegiatan perkebunan tanian skala besar, harus diupayakan menyerap sebesar
mungkin tenaga kerja setempat;
9) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian
lahan;
10) Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak
produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan
tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat.

b) Kriteria teknis kawasan perkebunan:


1) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian
lahan;
2) Kawasan perkebunan/ tanaman tahunan mencakup:
a) Kemiringan 0-6%: pola tanam monokultur, tumpang sari, interkultur atau
campuran. Tindakan konservasi, vegetatif tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimum. Tanpa tindakan konservasi
secara mekanik;
b) Kemiringan 8-15%:
1) Pola tanam, monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran;
2) Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal;

Draft Final IV - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

3) Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak teras


bangku, diperkuat dengan tanaman penguat atau rumput.
c) Kemiringan 25-40%:
1) Pola tanam, monokultur, interkultur atau campuran;
2) Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal;
3) Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak teras
individu.
3) Pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk usaha perkebunan, luas maksimum
dan luas minimumnya ditetapkan oleh Menteri dengan berpedoman pada jenis
tanaman, ketersediaan tanah yang sesuai secara agroklimat, modal, kapasitas
pabrik, tingkat kepadatan penduduk, pola pengembangan usaha, kondisi
geografis, dan perkembangan teknologi;
4) Hak guna usaha untuk usaha perkebunan diberikan dengan jangka waktu paling
lama 35 (tiga puluh lima) tahun;
5) Lahan perkebunan besar swasta yang terlantar (kelas V) yang tidak berupaya
untuk melakukan perbaikan usaha setelah dilakukan pembinaan, pemanfaatan
lahannya dapat dialihkan untuk kegiatan non perkebunan.

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, maka rencana pola ruang untuk kawasan
perkebunan hingga tahun 2030 adalah 219.134,16 Ha (33,92%) dengan dominansi
komoditas karet dan kelapa sawit, yang tersebar di seluruh kecamatan.

4.2.4 Kawasan Pertambangan


Sesuai dengan ketentuan pasal 4 (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, dinyatakan bahwa kewenangan
pemerintah daerah atas bahan galian mencakup atas bahan galian C yang meliputi
penguasaan dan pengaturan usaha pertambangannya. Untuk bahan galian strategis
golongan A dan vital atau golongan B, pelaksanaannya dilakukan oleh Menteri.
Khusus bahan galian golongan B, pengaturan usaha pertambangannya dapat
diserahkan kepada pemerintah daerah provinsi.
a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan pertambangan memiliki fungsi antara lain:
1) Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi; bahan
galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C;
2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;

Draft Final IV - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

3) Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)


sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang penggolongan pelaksanaan penguasaan bahan galian;
bentuk dan organisasi perusahaan pertambangan; usaha pertambangan; kuasa
pertambangan; dan hubungan kuasa pertambangan dengan hak-hak tanah
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pertambangan;
2) Ketentuan pokok tentang penguasaan dan pengusahaan; kegiatan usaha hulu;
kegiatan usaha hilir; hubungan kegiatan usaha minyak dan gas bumi dengan
hak atas tanah; serta pembinaan dan pengawasan mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
3) Pemanfaatan ruang beserta sumber daya tambang dan galian di kawasan
peruntukan pertambangan harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai
cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan
kaidahkaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
4) Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyarakat di
lingkungan yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat setempat;
5) Kegiatan pertambangan ditujukan untuk menyediakan bahan baku bagi industri
dalam negeri dan berbagai keperluan masyarakat, serta meningkatkan ekspor,
meningkatkan penerimaan negara dan pendapatan daerah serta memperluas
lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha;
6) Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang
dilengkapi dengan RPL dan RKL;
7) Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, tahap ekplorasi hingga
eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat;
8) Rencana kegiatan eksploitasi harus disetujui oleh dinas pertambangan setempat
dan atau oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan
pelaksanaannya dilaporkan secara berkala;
9) Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan
saluran air kotor.

Draft Final IV - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk kawasan peruntukan


pertambangan golongan bahan galian C:
1) Bahan galian terletak di daerah dataran, perbukitan yang bergelombang atau
landai {kemiringan lereng antara (0° - 17°), curam (17° - 36°) hingga sangat
curam (> 36°)}, pada alur sungai, dan cara pencapaian;
2) Lokasi tidak berada di kawasan hutan lindung;
3) Lokasi tidak terletak pada bagian hulu dari alur-alur sungai (yang umumnya
bergradien dasar sungai yang tinggi);
4) Lokasi penggalian di dalam sungai harus seimbang dengan kecepatan
sedimentasi;
5) Jenis dan besarnya cadangan/deposit bahan tambang secara ekonomis
menguntungkan untuk dieksplorasi;
6) Lokasi penggalian tidak terletak di daerah rawan bencana alam seperti gerakan
tanah, jalur gempa, bahaya letusan gunung api, dan sebagainya.
b) Kriteria teknis:
1) Kegiatan penambangan tidak boleh dilakukan di kawasan lindung;
2) Kegiatan penambangan tidak boleh menimbulkan kerusakan lingkungan;
3) Lokasi tidak terletak terlalu dekat terhadap daerah permukiman. Hal ini untuk
menghindari bahaya yang diakibatkan oleh gerakan tanah, pencemaran udara,
serta kebisingan akibat lalu lintas pengangkutan bahan galian, mesin pemecah
batu, ledakan dinamit, dan sebagainya. Jarak dari permukiman 1-2 km bila
digunakan bahan peledak dan minimal 500 m bila tanpa peledakan;
4) Lokasi penambangan tidak terletak di daerah tadah (daerah imbuhan) untuk
menjaga kelestarian sumber air (mata air, air tanah);
5) Lokasi penggalian tidak dilakukan pada lereng curam (> 40%) yang
kemantapan lerengnya kurang stabil. Hal ini untuk menghindari terjadinya erosi
dan longsor.

Pemanfaatan ruang kawasan pertambangan dan galian dikembangkan dengan tujuan


sebagai berikut:

a) Pemanfaatan potensi sumberdaya alam.

b) Mendukung pertumbuhan perekonomian wilayah dengan tetap menjaga


keseimbangan dan kelestarian alam (ekosistem).

Jenis dan lokasi potensi bahan tambang di Kabupaten Tebo yaitu :

Draft Final IV - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

 Batubara di Desa Lubuk Mandrasah kecamatan Tangah Ilir, Desa Semabu


Kecamatan Tebo Tengah, dan Desa Teluk Rendah Ilir Kecamatan Tebo Ilir.
 Tanah liat di Desa Teluk Rendah kecamatan Tebo Ilir, Unit II Rimbo Bujang
Kecamatan Rimbo Bujang, Unit XI Rimbo Bujang Kecamatan Rimbo Bujang,
Desa Muara Tebo Kecamatan Tebo Tengah, dan Desa Sungai Bengkal
Kecamatan Tebo Ilir.
 Pasir/batu kerikil di Desa Rantau Api Kecamatan Tebo Ilir, Desa Sungai Keruh
Kecamatan Tengah Ilir, Desa Pelayang Kecamatan Tebo Tengah, Desa Muara
Kilis Kecamatan Tengah Ilir, Desa Semabu Kecamatan Tebo Tengah, dan
Desa Sei Keruh Kecamatan Tebo Tengah.
 Emas di Desa Balai Rajo Kecamatan VII, Desa Purwo Harjo Kecamatan
Rimbo Bujang, dan Desa Tanah Genting Rambahan Kecamtan Tebo Ulu.

Berdasarkan kriteria di atas, maka pemanfaatan ruang bagi kawasan pertambangan


dan galian adalah kawasan pertambangan eksisting yang ada saat ini dan sudah
dieksploitasi dan kawasan lainnya yang dinilai memiliki potensi bahan tambang.

4.2.5 Kawasan Pariwisata


Jenis obyek wisata yang diusahakan dan dikembangkan di kawasan peruntukan
pariwisata dapat berupa wisata alam ataupun wisata sejarah dan konservasi budaya.
a) Fungsi utama Kawasan peruntukan pariwisata memiliki fungsi antara lain:
1) Memperkenalkan, mendayagunakan dan melestarikan nilai-nilai sejarah/budaya
lokal dan keindahan alam;
2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan kegiatan
kepariwisataan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan;
2) Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk memanfaatkan potensi keindahan
alam, budaya dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong
perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya,
adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
3) Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan
fungsional dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta
membangkitkan kegiatan sektor jasa masyarakat;

Draft Final IV - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

4) Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan


pariwisata, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayan dan agama harus
memperhatikan kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut.
Pemanfaatan tersebut harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau
Kementerian yang menangani bidang kebudayaan;
5) Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai obyek wisata diharapkan dapat
membantu memenuhi kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya
pelestarian benda cagar budaya yang bersangkutan;
6) Ketentuan tentang penguasaan, pemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan
bendabenda cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya;
7) Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pariwisata harus diperuntukan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
8) Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah,
drainase, dan saluran air kotor;
9) Harus memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti
kawasan pertanian, perikanan, dan perkebunan;
10) Harus bebas polusi;
11) Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung
jawab pemerintah/pemerintah daerah;
12) Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil atau
memindahkan benda cagar budaya dari lokasi keberadaannya.
a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan Kawasan peruntukan pariwisata:
1) Memiliki struktur tanah yang stabil;
2) Memiliki kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan
dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan;
3) Merupakan lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian yang
produktif;
4) Memiliki aksesibilitas yang tinggi;
5) Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur jalan raya regional;
6) Tersedia prasarana fisik yaitu listrik dan air bersih;
7) Terdiri dari lingkungan/ bangunan/ gedung bersejarah dan cagar budaya;

Draft Final IV - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

8) Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya, serta keunikan tertentu;
9) Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat dan cair).

Tabel 4.5. Karakteristik Kawasan Peruntukan Pariwisata


No Jenis Wisata Kriteria Teknis

1 Wisata Alam Fisik Prasarana Sarana

- Wisata • Luas lahan minimal 100 • Jenis prasarana yang • Jenis sarana yang
Pegunungan Ha tersedia antara lain tersedia yaitu
• Mempunyai struktur jalan, air bersih, listrik, hotel/penginapan,
tanah yang stabil dan telepon rumah makan, kantor
• Mempunyai kemiringan • Mempunyai nilai pengelola, tempat
tanah yang pencapaian dan rekreasi & hiburan, WC
memungkinkan kemudahan hubungan umum, mushola,
dibangun tanpa yang tinggi dan mudah poliklinik, dan wartel
memberikan dampak dicapai • Gaya bangunan
negatif terhadap • Tidak mengganggu disesuaikan dengan
kelestarian lingkungan kelancaran lalu lintas kondisi lingkungan dan
• Iklim sejuk (di atas 700 pada jalur regional dianjurkan untuk
dpl, atau suhu <20oC) • Tersedia angkutan menampilkan ciri-ciri
• Mempunyai daya tarik umum budaya daerah
flora & fauna, air terjun,
sungai, dan air panas

- Wisata Bahari • Mempunyai struktur • Jenis prasarana yang • Jenis sarana yang
tanah yang stabil tersedia antara lain jalan, tersedia yaitu
• Mempunyai kemiringan air bersih, listrik, dan hotel/penginapan,
tanah yang telepon rumah makan, kantor
memungkinkan • Mempunyai nilai pengelola, tempat
dibangun tanpa pencapaian dan rekreasi &
memberikan dampak kemudahan hubungan hiburan, WC umum, dan
negatif terhadap yang tinggi dan mudah mushola
kelestarian lingkungan dicapai dengan • Gaya bangunan
• Mempunyai daya tarik, kendaraan bermotor disesuaikan dengan
flora & fauna aquatic, • Memperhatikan resiko kondisi lingkungan dan
pasir putih, dan terumbu bahaya dan bencana dianjurkan untuk
karang • Perancangan menampilkan ciri-ciri
• Harus bebas bau tidak sempadan pantai yang budaya daerah
enak, debu, asap, serta memperhatikan tinggi
air tercemar gelombang laut
• Tersedia angkutan
umum

2 Wisata Buatan

• Dibangun disesuaikan • Jenis prasarana yang • Jenis sarana yang


dengan kebutuhan dan tersedia antara lain tersedia yaitu rumah
peruntukannya jalan, air bersih, listrik, makan, kantor
• Status kepemilikan dan telepon pengelola,
harus jelas dan tidak • Mempunyai nilai tempat rekreasi &
menimbulkan masalah pencapaian dan hiburan, WC umum, dan
dalam penguasaannya kemudahan hubungan mushola
• Mempunyai struktur yang tinggi dan mudah • Ada tempat untuk
tanah yang stabil dicapai dengan melakukan kegiatan
• Mempunyai kemiringan kendaraan bermotor penerangan wisata,
tanah yang roda empat pentas seni, pameran
memungkinkan dibangun • Tersedia angkutan dan penjualan
tanpa memberikan umum barangbarang
dampak negatif terhadap • Gaya bangunan hasil kerajinan
kelestarian lingkungan disesuaikan dengan • Terdapat
• Mempunyai daya tarik kondisi lingkungan dan perkampungan
historis, kebudayaan, dan menampilkan ciri-ciri adat
pendidikan budaya daerah

Draft Final IV - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

• Bebas bau tidak enak,


debu, dan air tercemar
Taman Rekreasi
• Luas lahan min. 3 Ha • Jenis prasarana yang • Tersedia sekurangnya
• Mempunyai struktur tersedia antara lain jalan, 3 jenis sarana rekreasi
tanah yang stabil air bersih, listrik, dan yang mengandung
• Mempunyai • kemiringan telepon unsur hiburan,
tanah yang • Mempunyai nilai pendidikan,
memungkinkan dibangun • Pencapaian dan kebudayaan, dan arena
tanpa memberikan kemudahan hubungan bermain anak-anak.
dampak negatif terhadap yang tinggi dan mudah • Ada tempat untuk
kelestarian lingkungan dicapai dengan melakukan kegiatan
• Harus bebas bau yang kendaraan bermotor penerangan wisata,
tidak enak, debu, air yang roda empat pentas seni, pameran
tercemar • Tersedia angkutan dan penjualan
umum barangbarang hasil
• Tersedia yaitu rumah kerajinan
makan, kantor pengelola,
tempat
rekreasi & hiburan, WC
umum, mushola, dan
tempat parkir

Sumber : Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Kawasan Budi daya, Departemen PU, 2003

b) Kriteria teknis
1) Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam untuk
kegiatan pariwisata alam dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya;
2) Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam untuk sarana pariwisata alam diselenggarakan dengan persyaratan
sebagai berikut:
a) Luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan
prasarana pariwisata alam maksimum 10% dari luas zona pemanfaatan
taman nasional, blok pemanfaatan taman hutan raya, dan blok
pemanfaatan taman wisata alam yang bersangkutan;
b) Bentuk bangunan bergaya arsitektur setempat;
c) Tidak mengubah bentang alam yang ada;
d) Tidak mengganggu pandangan visual.
3) Pihak-pihak yang memanfaatkan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, dan Taman Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam
harus menyusun Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam yang dilengkapi
dengan AMDAL sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam diberikan untuk
jangka waktu paling lama 30 tahun sesuai dengan jenis kegiatannya;

Draft Final IV - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

5) Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam yang dapat dilakukan dalam kawasan
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam meliputi
kegiatan usaha:
a) akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan, dan
penginapan;
b) makanan dan minuman;
c) sarana wisata tirta;
d) angkutan wisata;
e) cenderamata;
f) sarana wisata budaya.
6) Dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat, pemerintah daerah dapat
menetapkan kawasan, lingkungan dan atau bangunan sebagai lingkungan dan
bangunan cagar budaya sebagai kawasan pariwisata budaya. Penetapannya
dilakukan apabila dalam suatu kawasan terdapat beberapa lingkungan cagar
budaya yang mempunyai keterkaitan keruangan, sejarah, dan arkeologi;
7) Penetapan kawasan, lingkungan dan atau bangunan bersejarah sebagai
kawasan pariwisata oleh Pemerintah Kota/Kabupaten berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
8) Kriteria, tolak ukur, dan penggolongan lingkungan cagar budaya berdasarkan
kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, dan kelangkaan. Sedangkan kriteria
penggolongan bangunan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur,
keaslian, kelangkaan, tengeran/landmark, dan arsitektur. Kriteria dan tolak ukur
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa perjuangan, ketokohan,
politik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan tingkat
nasional dan atau daerah masing-masing;
b) Umur dikaitkan dengan batas usia sekurang-kurangnya 50 tahun;
c) Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan
maupun struktur, material, tapak bangunan dan bangunan di dalamnya;
d) Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya atau
yang terlengkap dari jenisnya yang masih ada pada lingkungan lokal,
nasional, atau dunia;
e) Tengeran dikaitkan dengan keberadaan sebuah bangunan tunggal
monumen atau bentang alam yang dijadikan simbol dan wakil dari suatu
lingkungan;
f) Arsitektur dikaitkan dengan estetik dan rancangan yang menggambarkan
suatu zaman dan gaya tertentu.

Draft Final IV - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

9) Berdasarkan kriteria dan tolak ukur, kawasan lingkungan cagar budaya dapat
dikelompokkan menjadi beberapa golongan yang berbeda satu dengan lainnya.
Penggolongan lingkungan cagar budaya diatur melalui Keputusan
Bupati/Walikota setempat;
10) Pelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya yang dijadikan kawasan
pariwisata harus mengikuti prinsip-prinsip pemugaran yang meliputi keaslian
bentuk, penyajian dan tata letak dengan memperhatikan nilai sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan;
11) Pengembangan lahan yang berada dalam kawasan lingkungan cagar budaya
harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku

Berdasarkan kriteria tentang kawasan wisata tersebut diatas, maka kedepan perlu
dipertimbangkan untuk pengembangan potensi pariwisata yang ada seperti :

 Wisata alam Air terjun dengan 2 dan 4 tingkat


 Wisata Arkeologi Goa di Sungai Bulan/Pemayungan
 Wisata Arkeologi Candi di Tuo Sumay dengan spesifikasi susunan batu bata
 Wisata Alam Danau dengan spesifikasi perikanan dan mancing di TI Kembang
Jambu
 Wisata Sejarah Makam Sultan Taha Syaifuddin pahlawan nasional Jambi di
Muara Tebo
 Wisata Hutan kabupaten Tebo.
 Wisata Danau Si Gombak. Terbentuk akibat terjadinya perubahan aliran
Sungai Batanghari yang mengakibatkan tergenangnya daerah bekas aliran
sungai tersebut.

4.2.6 Kawasan Industri

Pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Tebo, perlu ditingkatkan


untuk mengolah hasil-hasil produksi kawasan ini sebelum diekspor/dijual ke
kabupaten/kawasan lain (menangkap nilai tambah) dan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk kabupaten ini. Peranan sektor industri pengolahan di Kabupaten Tebo saat
ini masih sangat kecil (2,41% dari PDRB), dan rata-rata laju pertumbuhannya juga
relatif rendah yaitu 5,73% rata-rata per tahun (lebih rendah dari rata-rata laju
pertumbuhan PDRB yaitu sebesar 7,15%).

Pengembangan kawasan industri sangat penting peranannya dalam meningkatkan


pertumbuhan industri dalam suatu wilayah. Pembangunan Kawasan Industri
merupakan sarana untuk mengembangkan Industri yang berwawasan lingkungan

Draft Final IV - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

serta memberikan kemudahan dan daya tarik bagi investasi dengan pendekatan
konsep efisiensi, tata ruang, dan lingkungan hidup.

Aspek efisiensi merupakan suatu sasaran pokok pengembangan Kawasan Industri.


Melalui pengembangan Kawasan Industri, investor pengguna kaveling Industri (user)
akan mendapatkan lokasi kegiatan Industri yang sudah tertata dengan baik,
kemudahan pelayanan administrasi, ketersediaan infrastruktur yang lengkap,
keamanan dan kepastian tempat usaha yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).

Ditinjau dari aspek tata ruang, pembangunan Kawasan Industri dapat mensinergikan
perencanaan, prasarana dan sarana penunjang seperti penyediaan energi listrik,
telekomunikasi, fasilitas jalan, dan lain sebagainya.

Selanjutnya bila ditinjau dari aspek lingkungan hidup, dengan pengembangan


Kawasan Industri akan mendukung peningkatan kualitas lingkungan hidup dalam
suatu wilayah secara menyeluruh. Kegiatan Industri pada suatu lokasi pengelolaan,
akan lebih mudah menyediakan fasilitas pengolahan limbah dan juga pengendalian
limbahnya.

Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka di Kabupaten Tebo akan dikembangkan
kawasan industri yaitu seluas 50,00 ha.

4.2.7 Kawasan Permukiman

Sesuai dengan sistem permukiman perkotaan yang telah direncanakan, maka


pengembangan kawasan permukiman perkotaan sesuai dengan rencana tersebut.
Kawasan permukiman perkotaan yang akan ditingkatkan perkembangannya secara
progressif yaitu kawasan perkotaan Muara Tebo dan kawasan permukiman Muara
Sekalo. Kawasan permukiman perkotaan lainnya tetap ditingkatkan
perkembangannya untuk meningkatkan efektifitas kegiatan di perkotaan tersebut dan
dalam memberikan pelayanan kepada wilayah pengaruhnya.

Kawasan perkotaan Muara Tebo diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah promosi
(PKWp), perkotaan: Sungai Abang, Wirotho Agung, dan Sungai Bengkal diusulkan
menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Ibukota kecamatan lainnya berperan sebagai
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Untuk memberikan pelayanan yang efektif kepada
wilayah pelayanannya maka ditetapkan permukiman Muara Sekalo menjadi Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK).

Kawasan permukiman lainnya tetap dikembangkan, namun dalam rencana pola ruang
tidak tergambar (tidak nampak) dalam peta. Kawasan permukiman lainnya (kawasan

Draft Final IV - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

permukiman perdesaan) tetap perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan


penduduk dan kegiatannya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka rencana Pola Ruang


Kabupaten Tebo Tahun 2010 - 2030 secara garis besar dikembangkan dengan
proporsi untuk Kawasan Lindung sebesar 95.882,98 Ha (14,84%) dan Kawasan
Budidaya sebesar 550.217,02 Ha (85,16% ). Secara lebih rinci, rencana pola ruang di
Kabupaten Tebo disajikan pada Tabel 4.7. dan Peta 4.1.

Tabel 4.7
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Tebo 2010-2030

no Pola Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) %


95.882,9 14,8
A Kawasan Lindung 8 4
49.557,0 7,6
1 Hutan Lindung 0 7
12.923,4 2,0
3 Sempadan Sungai/danau 8 0
33.402,5 5,1
4 Hutan Konservasi/Suaka Alam 0 7
550.217,0 85,1
B Kawasan Budidaya 2 6
246.724,8 38,1
1 Hutan Produksi 0 9
8.182,0 1,2
2 Pertanian Lahan Basah 0 6
38.621,6
3 Pertanian Lahan Kering 6 5,98
219.134,1
4 Perkebunan 6 33,92

5 Permukiman 37.504,40 5,80

6 Industri 50,00 0,01


646.100,0 100,0
  TOTAL 0 0
Sumber: Hasil Rencana, Tahun 2010

Draft Final IV - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO TH 2010 - 2030

Peta

Rencana Pola Ruang

Draft Final IV - 30

Anda mungkin juga menyukai