Anda di halaman 1dari 25

1.

Analisis Kebutuhan Prasarana Dan Sarana


a. Analisis Kebutuhan Prasarana
1) Prasarana Jalan
a) Jalan Antar-SP Dalam Satu SKP
Prasarana jalan antarSP dalam 1 (satu) SKP adalah jalan yang
menghubungkan pusat desa dalam suatu SP dengan pusat desa pada SP
lainnya dalam 1 (satu) SKP. Pembangunan prasarana jalan antarSP dalam
1 (satu) SKP merupakan pembangunan jalan lokal primer atau lokal
sekunder antarSP. Pembangunan jalan lokal primer atau lokal sekunder
antarSP dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan SP-Baru.
Berdasarkan kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Buton
Selatan, mengarahkan Kecamatan Sampolawa sebagai berikut;
 Pengembangan sistem minapolitan dan minawisata di wilayah Teluk
Sampolawa menjadi kawasan strategis Kabupaten Buton Selatan;
 Mengembangkan kawasan yang memiliki rumah adat peninggalan
Kapitalauw, rumah adat La Ode Amini Papara Putera di Mambulu
(Ibukota Kecamatan Sampolawa);
 Pengembangan kawasan mina-industri mendampingi kegiatan
minapolitan Teluk Sampolawa secara terpadu.
 Mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA)
di Rongi Kecamatan Sampolawa;
Maka, dalam pembangunan satuan permukiman (SP) pada kawasan
Transmigrasi Sampolawa diarahkan pengembangan jaringan jalan lokal
sekunder dengan ketentuan sebagai berikut
 Ruang Milik Jalan (Rumija) Min 15,0 m;
 Badan Jalan 7,5 m;
 Jalur Lalu Lintas 5,5 m;
 Bahu Jalan 1,0 m kiri dan 1,0 m kanan;
 Saluran Tepi Jalan 1,0 m kiri, 1,0 m kanan
 Kecepatan Rencana 10 km/jam
 CBR Tanah Dasar > 5%
Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel gambar berikut;

Gambar 4.1. Prasaran Dasar Kawasan

b) Jalan Antar-Zona Dalam KPB


Prasarana jalan antarzona dalam 1 (satu) KPB adalah jalan yang
menghubungkan setiap zona dengan zona lainnya pada KPB. Pembangunan
prasarana jalan antarzona dalam 1 (satu) KPB merupakan pembangunan
prasarana jalan lokal sekunder antarzona pada KPB. Pembangunan jalan
lokal sekunder antarzona pada KPB dilaksanakan bersamaan dengan
pembangunan KPB. Adapun pembangunan antar zona yang direncanakan
antara lain ;
 zona permukiman;
 zona industri;
 zona perdagangan dan jasa;
 zona pelayanan umum;
 ruang terbuka hijau; dan
 jaringan prasarana antarzona dalam KPB.
Pada pembangunan jalan antar-zona dalam KPB di kawasan
transmigrasi Sampolawa akan direncanakan dengan ketentuan sebagai
berikut;
 Ruang Milik Jalan 20,0 m;
 Badan Jalan 7,5 m;
 Jalur Lalu Lintas 5,5 m;
 Bahu Jalan 1,0 m kiri, 1,0 m kanan;
 Saluran Tepi Jalan 1,0 m kiri, 1,0 m kanan;
 Kecepatan Rencana10 km/jam; dan
 CBR Tanah Dasar > 5%.
c) Jalan Antar-Zona Dalam KPB
Pembangunan prasarana jalan antara SKP dengan KPB merupakan
pembangunan prasarana jalan kolektor primer (Bila SKP berada dalam
Kawasan Transmigrasi yang termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional
dan/atau Provinsi) atau jalan kolektor sekunder (Bila SKP berada dalam
Kawasan Kawasan Strategis Nasional dan/atau Provinsi) yang
menghubungkan pusat SKP dengan KPB.
2) Prasarana Air Bersih
Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi
persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan
harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis
yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama
mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan
perumahan di perkotaan.
o Standar Perencanaan
Untuk analisis kebutuhan air bersih di Wilayah Kawasan Transmigrasi
berdasarkan SNI 03-1733-2004 terhadap pelayanan air bersih secara
berkualitas, ditetapkan sesuai dengan tingkatan ukuran kota yaitu:
 Skala Kawasan/Kecamatan dengan penduduk tidak melebihi 50.000
jiwa,memiliki cakupan pelayanan 50-55% dengan tingkat konsumsi
60-75 liter/orang/hari.
 Kebutuhan Domestik = Penduduk X Kebutuhan rata-rata rumah
tangga (60ltr/hari).
 Kebutuhan Non Domestik
o Fasilitas umum = 15% x kebutuhan domestik
o Kantor = 15% x kebutuhan domestik
o Komersial = 20% x kebutuhan domestik
o Industri = 10% x kebutuhan domestik
o Hidran = 10% X (Keb. Domestik + Keb Non Domestik)
o Kehilangan Air = 10% X (Kebutuhan Domestik + Kebutuhan
Non Domestik)
o Estimasi Kebutuhan

Berdasarkan proyeksi kebutuhan air bersih pada Kawasan


transmigrasi tahun 2024-2034 dapat dilihat bahwa kebutuhan air bersih
meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk berdasarkan standar
pelayanan, untuk fasilitas umum meningkat dari 199.566 m3 menjadi 215.847
m3, kantor meningkat dari 199.566 m3 menjadi 215.847 m3, komersil
meningkat dari 266.088 m3 menjadi 287.796 m3, industri meningkat dari
133.044 m3 menjadi 143.898 m3 dan hidran meningkat dari 133.044 m3
menjadi 143.898 m3. Total kebutuhan air bersih pada tahun 2034 yaitu
1.007.286 m3, sedangkan untuk kehilangan air sebesar 1.539.709 m3.
Tabel
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Pada Kawasan Transmigrasi
No Jumlah Kebutuhan Non Domestik tahun 2020 (m3/hari)
Tahun Standar
Penduduk Fasilitas
Proyeksi Pelayanan Kantor Komersil Industri
Proyeksi Umum
1 2024 22.174 (60ltr/hari/Jiwa). 199.566 199.566 266.088 133.044
2 2029 23.061 (60ltr/hari/Jiwa). 207.549 207.549 276.732 138.366
3 2034 23.983 (60ltr/hari/Jiwa). 215.847 215.847 287.796 143.898

Lanjutnan tabel....
No Tahun Jumlah Standar Kebutuhan Non Domestik tahun 2020 (m3/hari)
Proyeksi Penduduk Pelayanan
Hidran Total Kehilangan Air
Proyeksi
1 2024 22.174 (60ltr/hari/Jiwa). 133.044 931.308 1.423.571
2 2029 23.061 (60ltr/hari/Jiwa). 138.366 968.562 1.480.516
3 2034 23.983 (60ltr/hari/Jiwa). 143.898 1.007.286 1.539.709
Sumber Hasil Analisa Tim, Tahun 2019.
3) Prasarana Listrik
Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan merupakan
penjabaran dari jaringan distribusi dan pengembangannya berdasarkan
prakiraan kebutuhan energi/kelistrikan di Kawasan Transmigrasi yang
termuat dalam RTRW. Energi listrik merupakan kebutuhan masyarakat yang
sangat mendasar pada saat ini. Hal ini ditandai dengan penggunaan
masyarakat terhadap energi listrik yang semakin dominan dalam berbagai
aktivitas sehari-hari masyarakat yaitu pemakaian energi listrik untuk
keperluan domestik (rumah tangga) mencakup dari kegiatan dapur sampai
kegiatan bersantai dengan keluarga (menonton televisi) dan keperluan non
domestik (fasilitas pelayanan umum, sosial, perdagangan dan industri)
seperti penggunaan energi listrik untuk bidang industri dalam menjalankan
mesin-mesin produksi.

Jaringan tenaga listrik di Kawasan Transmigrasi Pitu Riase,


dikembangkan untuk menyalurkan tenaga listrik antar sistem yang
menggunakan kawat saluran udara, Jaringan tenaga listrik ditetapkan
dengan kriteria:

 Mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan


umum di kawasan permukiman transmigrasi;
 Melintasi kawasan permukiman, sungai, hutan, persawahan,
perkebunan, dan jalur transportasi;
 Berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan
memperhatikan persyaratan ruang bebas dan jarak aman; dan
 Media penyaluran tenaga listrik adalah kawat saluran udara.
Tegangan sistem distribusi dapat dikelompokan menjadi 2 (dua)
bagian besar, yaitu distribusi primer (20 kV) dan distribusi sekunder
(380/220V). Jaringan distribusi 20 kV sering disebut Sistem Distribusi
Tegangan Menengah dan jaringan distribusi 380/220V sering disebut
jaringan distribusi sekunder atau disebut Jaringan Tegangan Rendah
380/220V. Jaringan listrik merupakan salah satu pendukung perkembangan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Pada Kawasan Transmigrasi Pitu Riase,
adanya jaringan listrik akan merangsang pertumbuhan permukiman
khususnya bagi permukiman transmigrasi baru. Pendistribusian listrik ada
Kawasan transmigrasi dilakukan dengan menggunakan jaringan kabel
melalui tiang-tiang listrik. Jaringan listrik yang terdapat pada sekitar
Kawasan menyebar dengan jarak antar tiang kurang lebih 20-25 meter.
o Standar Perencanaan
Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan wilayah
maka tingkat kebutuhan listrik perlu direncanakan. Tingkat kebutuhan listrik
Kawasan transmigrasi dihitung berdasarkan standar standar yang
dikeluarkan dari Kimpraswil (SK Menteri Permukiman dan Prasarana
No.534/KPTS/M/2001) dengan asumi sebagai berikut:
 Rumah tangga = 90 watt/jiwa
 Industri dan Perdagangan = 70% dari kebutuhan rumah tangga
 Fasilitas Sosial dan Ekonomi = 15% dari kebutuhan rumah tangga
 Fasilitas Perkantoran = 10% dari kebutuhan rumah tangga
 Penerangan jalan = 1% dari kebutuhan rumah tangga
 Cadangan = 5% dari kebutuhan rumah tangga
Tingkat kebutuhan listrik terbesar berasal dari sekor rumah tangga.
Untuk itu seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan wilayah
Kawasan transmigrasi, dalam pemenuhan kebutuhan listrik perlu
direncanakan pengembangan jaringan listrik baik untuk pemenuhan
kebutuhan rumah tangga maupun fasilitas-fasillitas permukiman serta PJU.
o Estimasi Kebutuhan

Berdasarkan proyeksi kebutuhan energi listrik pada Kawasan


transmigrasi tahun 2024-2034, kebutuhan energi listrik meningkat seiring
meningkatnya jumlah penduduk. Industri dan perdagangan menjadi
kawasan dengan konsumsi listrik tertinggi di tahun 2034 dengan
kebutuhan sebesar 7.554.645 watt/hari. Untuk cadangan listrik meningkat
signifikan pada tahun 2029, dari sebelumnya 498.915 watt/hari menjadi
1.037.745 watt/hari.
Tabel
Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Pada Kawasan Transmigrasi
No Tahun Jumlah Rumah Kebutuhan Energi Listrik (watt/hari)
Proyeksi Penduduk Tangga Industri dan Fasilitas Penerangan
Perkantoran Cadangan
Proyeksi perdagangan sosial jalan
1 2024 22.174 110.870 6.984.810 1.496.745 997.830 99.783 498.915
2 2029 23.061 115.305 7.264.215 1.556.618 1.037.745 103.775 1.037.745
3 2034 23.983 119.915 7.554.645 1.618.853 1.079.235 107.924 1.079.235
Sumber : Hasil Analisis Tim, Tahun 2019.
4) Prasarana Persampahan
o Standar Perencanaan
1. Produksi Timbulan Sampah
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Kawasan
Transmigrasi Sampolawajuga akan memacu pertumbuhan jumlah
timbulan sampah. Timbulan sampah pada Kawasan Transmigrasi
Sampolawasebagian besar berasal dari sampah permukiman, yang
terdiri dari pemukiman berkepadatan tinggi, sedang dan rendah.
Sedangkan sumber timbulan sampah lainnya berasal dari sampah
perdagangan, sarana perkantoran, dan sarana pelayanan umum
lainnya. Sampah yang berasal dari permukiman tersebut sebagian
besar berupa sampah sisa hasil makanan atau sampah organik.

Berdasarkan pengamatan, faktor yang mempengaruhi


kuantitas timbulan sampah yang paling dominan adalah jumlah
penduduk dan aktivitas/ fungsi lahannya. Sedangkan faktor-faktor
lainnya yaitu : letak geografis; frekuensi pengumpulan; status
ekonomi; karakteristik penduduk; dan perilaku masyarakat.
Semua faktor penting dalam perencanaan pengelolaan
sampah. Generalisasi secara luas dari keseluruhan adalah kecil atau
tidak bernilai, tetapi dampak dari beberapa faktor harus dievaluasi
terpisah satu dengan yang lain, dalam situasi tertentu.
 Indikator pengukuran untuk Kawasan Permukiman/ Domestik
:
o Timbulan sampah = Jumlah penduduk X 2 liter/hari/orang
 Indikator pengukuran untuk Sarana Umum/ Sosial :
o Timbulan sampah = Jumlah penduduk X 0.6
liter/hari/orang
 Indikator pengukuran untuk Sarana Komersial :
o Timbulan sampah = Jumlah penduduk X 0.7 liter/hari/orang

2. Rencana Kebutuhan Sarana Persampahan


Persampahan adalah bagian dari pengelolaan di Kawasan
Transmigrasi Sampolawayang harus dipenuhi. Hal tersebut terjadi
karena pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di
berbagai sektor yang semakin pesat dan mempengaruhi pertambahan
penduduk dan permukiman. Operasional persampahan yang telah
berjalan membutuhkan penyediaan sarana dan prasarana sampah.

Sarana persampahan meliputi sarana pewadahan berupa bak/


tong sampah, sarana pengumpul berupa gerobak dan truk sampah,
serta sarana TPS. Dengan adanya pemenuhan yang sesuai,
pengelolaam persampahan di Kawasan Transmigrasi
Sampolawadapat menjadi lebih baik dan meningkat seiring dengan
perkembangan kawasan, sehingga permasalahan persampahan dapat
ditekan seminim mungkin di waktu-waktu mendatang. Berikut tabel
proyeksi kebutuhan sarana persampahan di Kawasan Transmigrasi
Sampolawatahun 2020-2035.

o Estimasi Kebutuhan
Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan fasilitas persampahan pada
kawasan transmigrasi tahun 2024-2034 dapat dilihat bahwa kebutuhan
fasilitas persampahan meningka tiap tahunnya seiring bertambahnya jumlah
penduduk dan timbunan sampah khususnya tomg sampah. Pada tahun 2034
kebutuhan fasilitas persampahan meningkat, untuk tong sampah menjadi
4797 unit dari sebelumnya 5612 unit, gerobak sampah dan bak sampah kecil
meningkat dari sebelumnya 9 unit menjadi 10 unit.
Tabel
Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Pada Kawasan Transmigrasi
No Tahun Jumlah Timbulan Fasilitas Persamahan (unit)
Proyeksi Penduduk Sampah Tong Gerobak Bak Sampah
Proyeksi (m3/bulan) Sampah Sampah Kecil
1 2024 22.174 4.435 4.435 9 9
2 2029 23.061 4.612 4.612 9 9
3 2034 23.983 4.797 4.797 10 10
Sumber : Hasil Analisis Tim, Tahun 2019.

b. Analisis Kebutuhan Sarana


1) Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan
rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan
selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan
masyarakat yang bersangkutan. Dasar penyediaan ini juga akan
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok
lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan /
blok yang nantinya lahir sesuai konteks lingkungannya. Penempatan
penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area
layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk
melayani area tertentu.
o Standar Perencanaan

Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan wilayah


maka tingkat kebutuhan peribadatan perlu direncanakan. Perencanaan
kebutuhan peribadatan dapat direncanakan bersarkan beberapa indikator
seperti, jumlah penduduk pendukung, luas lantai minimal, luas lahan
miniman, standar, radius pencapaian, lokasi dan penyelesaian berdasarkan
SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan.
Tabel
Jenis Dan Standar Sarana Pelayanan Pendidikan
Di Satuan Permukiman (SP) Transmigrasi Sampolawa
Kebutuhan Per Satuan
Jumlah Kriteria
Sarana
Penduduk Luas Standard
No. Jenis Sarana
pendukung Lantai Min. Luas Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
2
(jiwa) 2 Min. (m ) pencapaian Penyelesaian
(m )
1. Musholla/ 250 45 100 0,36 100 m’ Di tengah
Langgar bila kelompok
bangunan tetangga.
tersendiri Dapat
merupakan
bagian dari
bangunan
sarana
lain
2. Mesjid 2.500 300 600 0,24 1.000 m’ Di tengah
Warga kelompok
tetangga tidak
menyeberang
jalan
raya. Dapat
bergabung
dalam lokasi
balai warga.
Dapat dijangkau
dengan
kendaraan
umum
3. Mesjid 30.000 1.800 3.600 0,12 Dapat dijangkau
Lingkungan dengan
(Kelurahan) kendaraan
umum
4. Mesjid 120.000 3.600 5.400 0,03 Berdekatan
Kecamatan dengan
pusat
lingkungan /
kelurahan.
Sebagian sarana
berlantai 2, KDB
40%
5. Sarana Tergantung Tergantung Tergantung
ibadah sistem kebiasaan kebiasaan
agama lain kekerabatan setempat setempat
/ hirarki
lembaga
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
o Estimasi Kebutuhan

Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan sarana peribadatan


pada Kawasan transmigrasi di Kecamatan Sampolawa Kabupaten
Buton Selatan dapat dilihat bahwa dari empat jenis sarana
peribadatan, yaitu mushallah, masjid warga, masjid lingkungan dan
masjid kecamatan, hanya dibutuhkan mushallah, masjid warga dan
masjid lingkungan. Sementara untuk masjid kecamatan belum
dibutuhkan,

Tabel 4.1
Estimasi sarana peribadatan pada kawasan transmigrasi
Di Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan
Tahun Perencanaan (Jumlah
Penduduk Penduduk Estimasi)
No Jenis Sarana Pendukung 2024 2029 2034
(Jiwa) 22.174 23.061 23.983
Jiwa Jiwa Jiwa
1 Mushallah/Langgar 250 89 92 96
2 Masjid Warga 6.000 4 4 4
3 Masjid Lingkungan 30.000 1 1 1
4 Masjid Kecamatan 120.000 0 0 0
Sumber : Hasil Analisis Tim, Tahun 2019

2) Sarana Kesehatan
Jenis sarana pelayanan kesehatan pada Pusat SKP adalah pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmas dan balai pengobatan, yang
berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
memberikan pelayanan kepada penduduk dalam penyembuhan penyakit,
selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit di wilayah kerjanya. Adapun ketentuannya sebagai berikut;
o Standar perencanaan

Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan wilayah


maka tingkat kebutuhan fasilitas kesehatan perlu direncanakan.
Perencanaan kebutuhan kesehatan dapat direncanakan bersarkan beberapa
indikator seperti, jumlah penduduk pendukung, luas lantai minimal, luas
lahan miniman, standar, radius pencapaian, lokasi dan penyelesaian
berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan.

Tabel
Jenis Dan Standar Sarana Pelayanan Kesehatan
Di Satuan Permukiman (SP) Transmigrasi Sampolawa
Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Penduduk Luas Luas
No. Jenis Sarana Lantai Lahan Standard Keterangan
pendukung Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. Min. (m2/jiwa) pencapaian Penyelesaian
2
(m ) (m2)
1 Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 Di tengah ke- Dapat berga-
lompok bung dengan
tetangga balai warga
tidak atau sarana
menyeberang hunian/rumah
jalan raya.
2 Balai Pengobatan 2.500 150 300 0,12 1.000 m’ Di tengah Dapat
Warga kelompok bergabung
tetangga dalam lokasi
tidak balai warga
menyeberang
jalan raya.
3 BKIA / Klinik 30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 m’ Dapat
Bersalin dijangkau
dengan
kendaraan
umum
4 Puskesmas Pembantu -idem- Dapat berg-
dan Balai 30.000 150 300 0,006 1.500 m’ bung dalam
Pengobatan lokasi kantor
Lingkungan kelurahan
5 Puskesmas dan Balai 120.000 420 1.000 0,008 3.000 m’ -idem- Dapat
Pengobatan bergabung
dalam lokasi
kantor
kecamatan
6 Tempat Praktek 5.000 18 - - 1.500 m’ -idem- Dapat bersatu
Dokter dengan rumah
7 Apotik / Rumah 30.000 120 250 0,025 1.500 m’ -idem- tinggal/tempat
Obat usaha/apotik
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

o Estimasi kebutuhan
Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan saran kesehatan di SKP Transmigrasi
Sampolawa tahun 2024-2034 dapat dilihat bahwa peningkatan kebutuhan sarana
kesehatan tidak meningkat signifikan. Belum dibutuhkannya sarana BKIA,
Puskesmas, dan Apotik.
Tabel 12
Kebutuhan sarana kesehatan
Di Satuan Kawasan Permukiman (SKP) Transmigrasi Sampolawa
Tahun Perencanaan (Jumlah
Penduduk Penduduk Estimasi)
No Jenis Sarana Pendukung 2024 2029 2034
(Jiwa) 22.174 23.061 23.983
Jiwa Jiwa Jiwa
1 Posyandu 1.250 18 18 19
2 Balai Pengobatan Warga 2.500 9 9 10
3 BKIA/Klinik Bersalin 30.000 0 0 0
4 Puskemas Pembantu 30.000 1 1 1
5 Puskesmas & Balai Pengobatan 120.000 0 0 0
6 Tempat Praktek Dokter 5.000 4 5 5
7 Apotik / Rumah Obat 30.000 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis Tim, Tahun 2019.

3) Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang diuraikan dalam perencanaan ini menyangkut bidang
pendidikan yang bersifat formal / umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar
(Taman Kanak-kanak); tingkat dasar (SD/MI); tingkat menengah (SLTP/MTs
dan SMU). Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus
memperhatikan: Berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area
perencanaan, Optimasi daya tampung dengan satu shift, Effisiensi dan
efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu dan
Pemakaian sarana dan prasarana pendukung, Keserasian dan keselarasan
dengan konteks setempat terutama dengan berbagai jenis dan Sarana
lingkungan lainnya.

o Standar Perencanaan

Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan wilayah


maka tingkat kebutuhan fasilitas pendidikan perlu direncanakan.
Perencanaan kebutuhan pendidikan dapat direncanakan bersarkan
beberapa indikator seperti, jumlah penduduk pendukung, luas lantai
minimal, luas lahan miniman, standar, radius pencapaian, lokasi dan
penyelesaian berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan
lingkungan perumahan di perkotaan.
Tabel
Jenis Dan Standar Sarana Pelayanan Pendidikan
Di Satuan Permukiman (SP) Transmigrasi Sampolawa
Kebutuhan Per Kriteria
Jumlah
Satuan Sarana
Penduduk Standard Keterangan
No. Jenis Sarana Luas Luas
pendukung (m 2
/jiwa) Radius Lokasi dan
Lantai Lahan
(jiwa) 2 2 pencapaian Penyelesaian
Min. (m ) Min. (m )
1. Taman Kanak- 1.250 216 500 0,28 m2/j 500 m’ Di tengah kelompok 2 rombongan
kanak termasuk warga. Tidak
menyeberang jalan prabelajar @ 60
rumah
raya. murid dapat
penjaga 36 bersatu dengan
m2 Bergabung dengan sarana lain
taman sehingga
2. Sekolah Dasar 1.600 633 2.000 1,25 1.000 m’ terjadi Kebutuhan harus
pengelompokan berdasarkan
kegiatan. perhitungan
dengan rumus 2,
3. SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 m’ Dapat dijangkau
4. SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 m’ dengan kendaraan 3 dan 4.
umum. Disatukan
Dapat digabung
dengan lapangan
dengan sarana
olah raga.
pendidikan lain,
Tidak selalu harus di mis. SD, SMP,
pusat lingkungan.
SMA dalam satu
5. Taman Bacaan 2.500 72 150 0,09 1.000 m’ Di tengah kelompok komplek
warga tidak
menyebe- rang jalan
lingkungan.

Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

o Estimasi Kebutuhan

Berdasarkan hasil proyeksi sarana Pendidikan pada Kawasan transmigrasi


di Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan tahun 2024-2034,
kebutuhan sarana pendidikan tidak meningkat signifikan untuk tahun 2024-
2034. Dalam periode tahun 2024-2034 tiap sarana Pendidikan hanya
meningkat satu unit per sarana.

Tabel 4.1
Estimasi sarana pendidikan pada kawasan transmigrasi
Di Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan

Tahun Perencanaan (Jumlah


Penduduk Penduduk Estimasi)
No Jenis Sarana Pendukung 2024 2029 2034
(Jiwa) 22.174 23.061 23.983
Jiwa Jiwa Jiwa
1 Taman Kanank-Kanak 1.250 18 18 19
2 Sekolah Dasar 1.600 14 14 15
3 SLTP 4.800 5 5 5
4 SMU 4.800 5 5 5
5 Taman Bacaan 2.500 9 9 10
Sumber : Tim Penyusun, Tahun 2019.

4) Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah
dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan
jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan
pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada.
Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang
nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan
penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area
layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk
melayani pada area tertentu.

Tabel
Jenis Dan Standar Sarana Pelayanan Perdagangan dan Jasa
Jumlah Kebutuhan Per Satuan Kriteria
Penduduk Sarana Standard Keterangan
No. Jenis Sarana Luas Lantai Luas Lahan
pendukung Radius
(jiwa) 2 2 (m2/jiwa)
Min. (m ) Min. (m ) pencapaian
1. Toko / 250 50 100 0,4 300 m Di tengah
Warung (termasuk (bila kelompok tetangga.
gudang) berdiri Dapat merupakan
sendiri) bagian dari sarana
Lain
2. Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m Di pusat egiatan
sub lingkungan.
KDB 40% Dapat
berbentuk P&D
Dapat dijangkau
dengan kendaraan
umum
3. Pusat Pertokoan + Pasar 30.000 13.500 10.000 0,33 Di pusat kegiatan
Lingkungan sub lingkungan.
KDB 40% Dapat
berbentuk P&D
4. Pusat Perbelanjaan dan 120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di jalan
Niaga (toko + pasar + utama.
bank + kantor) Termasuk sarana
parkir sesuai
ketentuan
setempat
Sumber : Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
o Estimasi Kebutuhan
Berdasarkan data hasil analisa estimasi saranna perdagangan pada
Kawasan teansmigrasi di Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton
Selatan tahun 2024-2034 tidak meningkat signifikan. Dalam periode tahun
2024-2034, sarana toko/warung meningkat 7 unit dan sarana yang lain
tidak dibutuhkan penambahan sarana.

Tabel 4.1
Estimasi sarana perdagangan pada kawasan transmigrasi
Di Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan

Tahun Perencanaan (Jumlah


Penduduk Penduduk Estimasi)
No Jenis Sarana Pendukung 2024 2029 2034
(Jiwa) 22.174 23.061 23.983
Jiwa Jiwa Jiwa
1 Toko/Warung 250 89 92 96
2 Pertokoan 6.000 4 4 4
Pusat Pertokoan + Pasar 30.000 1 1 1
3
Lingkungan
Pusat Perbelanjaan & 120.000 0 0 0
4 Niaga (toko + pasar +
bank + kanor)
Sumber : Tim Penyusun, Tahun 2019.

5) Sarana Ruang Terbuka Hijau


a) Lapangan Olahraga
RTH Taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan
berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota. Taman
ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan
fasilitas rekreasi, taman bermain (anak/balita), taman bunga, taman
khusus (untuk lansia), fasilitas olah raga terbatas, dan kompleks olah raga
dengan minimal RTH 30%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum.
b) Pertamanan
RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani
penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani
minimal 480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m2 per
penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2. Taman ini dapat
berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas
rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80%
- 90%.
Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang
dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara
berkelompok atau menyebar berfungsi sebagai pohon pencipta iklim
mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.
c) Hutan Kota
Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai peyangga
lingkungan kota yang berfungsi untuk:
o Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;
o Meresapkan air;
o Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan
o Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati
Indonesia.
d) Tempat Pemakaman Umum (TPU)
Tempat pemakaman umum bagi masyarakat KPB. Penyediaan
ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi
utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis
yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis
vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi
sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber
pendapatan. Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk
pemakaman adalah sebagai berikut:
o Ukuran makam 1 m x 2 m;
o Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;
o Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/
perkerasan;
o Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-
masing blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;
o Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm
dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisinya;
o Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi
antara pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon
pelindung;
o Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan
minimal 70% dari total area pemakaman dengan tingkat liputan
vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.
Pemilihan vegetasi di pemakaman disamping sebagai peneduh
juga untuk meningkatkan peran ekologis pemakaman termasuk habitat
burung serta keindahan.

Gambar 2.16 Contoh Pola Penanaman pada RTH Pemakaman

e) Sempadan Sungai
RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri
dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai
tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan
kelestariannya.
f) Jalur Pengaman Jalan Dan Median Jalan

Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan


tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan
klas jalan. Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu
memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan
penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah
setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi
rendah.

Gambar 2.4 Contoh Tata Letak Jalur Hijau Jalan

Pulau Jalan dan Median Jalan


Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan
seperti pada persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median
berupa jalur pemisah yang membagi jalan menjadi dua lajur atau lebih.
Median atau pulau jalan dapat berupa taman atau non taman. Dalam
pedoman ini dibahas pulau jalan dan median yang berbentuk taman/RTH.
o Pada jalur tanaman tepi jalan
- Peneduh
 ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi
median);
 percabangan 2 m di atas tanah;
 bentuk percabangan batang tidak merunduk;
 bermassa daun padat;
 berasal dari perbanyakan biji;
 ditanam secara berbaris;
 tidak mudah tumbang
Contoh jenis tanaman:
 Kiara Payung (Filicium decipiens)
 Tanjung (Mimusops elengi)
 Bungur (Lagerstroemia floribunda)
Gambar 2.5 Jalur Tanaman Tepi Peneduh

- Penyerap polusi udara


 terdiri dari pohon, perdu/semak;
 memiliki kegunaan untuk menyerap udara;
 jarak tanam rapat;
 bermassa daun padat.
Contoh jenis tanaman:
 Angsana (Ptherocarphus indicus)
 Akasia daun besar (Accasia mangium)
 Oleander (Nerium oleander)
 Bogenvil (Bougenvillea Sp)
 Teh-tehan pangkas (Acalypha sp)
Gambar 2.6 Jalur Tanaman Tepi Penyerap Polusi Udara

- Peredam kebisingan
 terdiri dari pohon, perdu/semak;
 membentuk massa;
 bermassa daun rapat;
 berbagai bentuk tajuk.
Contoh jenis tanaman:
 Tanjung (Mimusops elengi)
 Kiara payung (Filicium decipiens)
 Teh-tehan pangkas (Acalypha sp)
 Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
 Bogenvil (Bogenvillea sp)
 Oleander (Nerium oleander)
Gambar 2.7 Jalur Tanaman Tepi Penyerap Kebisingan

- Pemecah angin
 tanaman tinggi, perdu/semak;
 bermassa daun padat;
 ditanam berbaris atau membentuk massa;
 jarak tanam rapat < 3 m.
Contoh jenis tanaman:
 Cemara (Cassuarina equisetifolia)
 Mahoni (Swietania mahagoni)
 Tanjung (Mimusops elengi)
 Kiara Payung (Filicium decipiens)
 Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis)
Gambar 2.8 Jalur Tanaman Tepi Pemecah Angin

- Pembatas pandang
 tanaman tinggi, perdu/semak;
 bermassa daun padat;
 ditanam berbaris atau membentuk massa;
 jarak tanam rapat.
Contoh jenis tanaman:
 Bambu (Bambusa sp)
 Cemara (Cassuarina equisetifolia)
 Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
 Oleander (Nerium oleander)

Gambar 4.1. Jalur tanaman tepi pembatas pandang


o Standar Perencanaan
Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan wilayah
maka tingkat kebutuhan fasilitas RTH perlu direncanakan. Perencanaan
kebutuhan RTH dapat direncanakan berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan
Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.
Tabel 5.20.
Analisis Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
Luas 2024 2029 2034
Unit Luas Minimal/
Tipe RTH Minimal/ Lokasi
Lingkungan kapita (m²) 22.174 23.061 23.983
unit (m²)
250 jiwa Taman RT 250 1,0 89 92 96 Tengah
2.500 jiwa Taman RW 1.250 0,5 18 18 19 lingkungan
Pusat RT
Kegiatan
30.000 jiwa Taman 9.000 0,3 2 3 3 RW
Dikelompokkan
Kelurahan dgn sekolah/
120.000 jiwa Taman 24.000 0,2 1 1 1 Dikelompokkan
pusat kelurahan
kecamatan dgn sekolah/
Pemakaman Sesuaikan 1,2 Sesuaikan Sesuaikan Sesuaikan pusatTersebar
kecamatan
480.000 jiwa Taman Kota 144.000 0,3 0 0 0 Dipusat
wilayah/kota
Hutan Kota Sesuaikan 4,0 0 0 Didalam/
kawasan
Fungsi Sesuaikan 12,5 0 0 0 pinggiran
Disesuaikan
Tertentu dengan
kebutuhan
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

o Estimasi Kebutuhan
Berdasarkan hasil analisis penyediaan RTH pada Kawasan
transmigrasi Sampolawa tahun 2024-2034 dapat dilihat bahwa, kebutuhan
RTH meningkat tiap tahunnya. Taman RT danTaman RW meningkat dalam
periode tahun 2024-2034. Taman RT meningkat dari 18 unit menjadi 96 unit
dan taman RW meningkat dari 9 unit menjadi 10 unit.
Tabel 5.20.
Analisis Penyediaan RTH pada kawasan transmigrasi Sampolawa
Jumlah 2024 2029 2034
Luas Minimal/
No Tipe RTH Penduduk Lokasi
kapita (m²) 22.174 23.061 23.983
Pendukung
1 Taman RT 250 jiwa 1,0 18 92 96 Tengah
2 Taman RW 2.500 jiwa 0,5 9 9 10 lingkungan RT
Pusat Kegiatan
3 Taman 30.000 jiwa 0,3 1 1 1 RW
Dikelompokkan
Kelurahan dgn sekolah/
pusat kelurahan
4 Taman 120.000 jiwa 0,2 0 0 0 Dikelompokkan
kecamatan dgn sekolah/
5 Pemakaman 1,2 Sesuaikan Sesuaikan Sesuaikan Tersebar
pusat
6 Taman Kota 480.000 jiwa 0,3 0 0 0 Dipusat
kecamatan
7 Hutan Kota 4,0 0 0 wilayah/kota
Didalam/
kawasan
8 Fungsi 12,5 0 0 0 pinggiran
Disesuaikan
Tertentu dengan
kebutuhan
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

Anda mungkin juga menyukai