Anda di halaman 1dari 86

DIREKTORAT PEMBINAAN PERENCANAAN TATA RUANG DAN PEMANFAATAN RUANG DAERAH

D I R E K T O R A T J E N D E R A L T A T A R U A N G
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN ZONASI (PZ)


DAN PENYUSUNANNYA
Kamis, 30 April 2020

Disampaikan oleh:
Reny Windyawati, ST, M.Sc
Direktur Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah
OUTLINE

A. PRINSIP DASAR
B. MUATAN PERATURAN ZONASI
C. TAHAPAN PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI
D. CONTOH PERATURAN ZONASI
E. DIGITALISASI PERATURAN ZONASI
A. PRINSIP DASAR
KEDUDUKAN PERATURAN ZONASI

Skala peta Rencana Tata Ruang


RENCANA DETAIL TATA RUANG 1 : 1.000.000
Wilayah (RTRW)
Merupakan rencana rinci tata ruang sebagai
penjabaran RTRW kabupaten/kota yang
Nasional
menjadi rujukan bagi penyusunan rencana
teknis sektor dan pelaksanaan pengendalian Skala peta
pemanfaatan ruang. RDTR pada dasarnya 1 : 250.000
berfungsi sebagai alat operasionalisasi RTRW RTRW
dan sebagai acuan dalam perizinan. Provinsi
(Permen ATR/Kepala BPN No 16 Tahun 2018)
Skala peta Skala peta
1 : 50.000 RTRW 1 : 25.000
Kabupaten RTRW Kota
PERATURAN ZONASI
Merupakan ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap RTR Kawasan
blok/zona peruntukan yang penetapan RDTR RTR Kawasan
Strategis RDTR Kota
zonanya dalam rencana detail tata ruang. Kabupaten Strategis Kota
Kabupaten
(Permen ATR/Kepala BPN No 16 Tahun 2018)
Skala peta 1 : 5.000

Skala peta sesuai kebutuhan 4


KEDUDUKAN PERATURAN ZONASI

MUATAN RDTR
a Tujuan penataan BWP
b Rencana struktur ruang
c Rencana pola ruang
d Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
e Ketentuan pemanfaatan ruang
f Peraturan zonasi
KEDUDUKAN PERATURAN ZONASI

Dimana sebaiknya (arah Bagaimana sebaiknya


pengembangan): [kinerja]:
- Perumahan [Jenis, R] - Perumahan [Jenis, R]
- Komersial [K] - Komersial [K]
- Industri [I] - Industri [I]
- dll - dll

Peraturan
RDTR
Zonasi

Pendekatan/Metode:
- Dampak
Pendekatan/Metode: - Kesesuaian/kompatibilitas
- Ekonomi Bentuk :
- Ketentuan guna lahan dan kegiatan
- Sosial - dll
- Fisik. Bentuk : pemanfaatan ruang.
- Sistem Internal & - Perwujudan pola - Dampak pemanfaatan
Eksternal ruang (alokasi pola ruang/pembangunan
ruang) dll
DEFINISI TERKAIT PERATURAN ZONASI

a Zona : kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik.

Zoning : pembagian lingkungan kota ke dalam zona-zona dan menetapkan pengendalian


pemanfaatan ruang/memberlakukan ketentuan hukum yang berbeda-beda (Barnett, 1982: 60-61; So,
b 1979:251).

Zoning Regulation/Peraturan Zonasi : ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona,


pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan, dan prosedur pelaksanaan pembangunan,
c dimana:
a) Suatu zona mempunyai aturan yang seragam (guna lahan, intensitas, massa bangunan),
b) Satu zona dengan zona lainnya bisa berbeda ukuran dan aturan.
c) Di beberapa negara zoning dikenal dalam berbagai istilah, seperti land development code,
zoning code, zoning ordinance, zoning resolution, urban code, panning act, dll.

7
KARAKTERISTIK dan TUJUAN

a Karakateristik :
Peraturan zonasi mempunyai karakteristik bahwa suatu zona mempunyai aturan
yang seragam (guna lahan, intensitas, massa bangunan). Satu zona dengan zona
lainnya bisa berbeda ukuran dan aturan. Satu kode zona/sub zona satu aturan

Tujuan :
b Peraturan zonasi menjamin bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan dapat
mencapai standar kualitas lokal minimum (kesehatan, keselamatan, kesejahteraan),
meliputi upaya:
a) Melindungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu
penghuni atau pemanfaat ruang yang telah ada.
b) Memelihara nilai properti
c) Memelihara/memantapkan lingkungan dan melestarikan kualitasnya
d) Menyediakan aturan yang seragam di setiap zona

8
FUNGSI UTAMA PERATURAN ZONASI

Sebagai INSTRUMEN PENGENDALIAN pembangunan

Peraturan zonasi yang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan


pembangunan sampai ke tata cara pengawasannya

Sebagai PEDOMAN penyusunan RENCANA OPERASIONAL


Ketentuan zonasi dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana
tata ruang yang bersifat operasional, karena memuat ketentuan-ketentuan
tentang penjabaran rencana yang bersifat umum ke dalam rencana yang
lebih rinci

Sebagai PANDUAN TEKNIS pengembangan/pemanfaatan lahan


Ketentuan zoning zonasi mencakup guna lahan, intensitas pembangunan,
tata bangunan, prasarana minimum, dan standar perencanaan

9
PRINSIP DASAR PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

a PZ tidak sensitive terhadap luas suatu wilayah, tapi sensitive terhadap jumlah zona

b Wilayah dibagi menjadi beberapa kawasan/zona dengan luas yang tidak perlu sama

Setiap zona diatur penggunaannya, intensitas/kepadatannya, dan tata massa


c bangunannya (satu zona/satu kode satu aturan)

d Penggunaan lahan/bangunan paling sedikit dibagi menjadi 4 (empat) kategori;


perumahan, industri, komersial, dan pertanian.

e Penentuan kegiatan pada tiap zona:


 Kegiatan yang diperbolehkan, bersyarat, terbatas, atau kegiatan yang dilarang
 Kegiatan yang tidak disebutkan dalam daftar kegiatan yang boleh artinya dilarang,
sedangkan kegiatan yang tidak disebutkan dalam kegiatan yang dilarang berarti
diperbolehkan

10
CONTOH PEMBAGIAN SUBWWP-ZONA-BLOK

Peta Pembagian Sub


BWP (diperbesar)
Akan Terlihat Pembagian Subzona dan Blok

Peta Pembagian Zona 11


PRINSIP DASAR PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

PERATURAN ZONASI adalah MANUAL untuk lahan,


sama dengan manual yang diberikan ketika membeli mobil, TV atau gadget lain
PERATURAN ZONASI ADALAH ATURAN BERBASIS ZONA,
ketentuan pemanfaatan ruang dan ketentuan teknis disusun berdasarkan zona

K-2

K-2
K-2
R-8
FS-4

R-8
FS-4 FS-4
R-8 Brandang
K-2
R-8 K-2
K-2

12
Ketentuan dalam ATURAN DASAR peraturan zonasi focus pada ketentuan normatif zona/sub
13
zona yang ditetapkan dalam rencana pola ruang.
B. MUATAN
PERATURAN ZONASI
MATERI PERATURAN ZONASI

PERATURAN Zoning Text/ Aturan Dasar = aturan pada setiap jenis zona [definisi zona,
Statement kualitas lokal minimum zona, ketentuan pemanfaatan ruang,
ZONASI
Intensitas, tata bangunan, prasarana minimal, khusus, standar] Penerapan teknik pengaturan zonasi
memungkinkan PZ lebih fleksibel,
Teknik Pengaturan Zonasi [mempertimbangkan konflik, kebutuhan mempertimbangan ARAH
pengembangan dan fleksibilitas pengaturan] PENGEMBANGAN WILAYAH/KOTA, dan
KARAKTERISTIK/KONDISI SETEMPAT
•Bonus/incentive zoning •Downzoning
•Performance zoning •Upzoning
•Fiscal zoning •Design/historic preservation
•Special zoning •Overlay Zoning
•Exclusionary zoning •Floating Zoning
•Inclusionary zoning •Flood Plain Zoning
•Contract zoning •Conditional Uses
•Negotiated development •Growth Control
•TDR •Planned Unit Development
(Transfer of DEvelopment Right) dll

Zoning Map
[dimana zoning text/
Blok dalam PZ merupakan “alamat” di
Zona dan Kode
statement akan mana TPZ akan diterapkan.
diterapkan]
Blok
Besar kecilnya blok sangat tergantung
dari kebutuhan untuk menunjukkan
Ketentuan Kelembagaan, tugas, fungsi dan kewenangan pelaksanaan
TPZ akan diterapkan
Pelaksanaan aturan dasar dan teknik pengaturan zonasi
Mekanisme diskresi [aturan multiintretasi, belum diatur 15
dalam PZ, keberatan masyarakat.
MATERI PERATURAN ZONASI

Peraturan Zonasi terdiri dari:


• Zoning text/zoning statement/legal text:
– berisi aturan-aturan (regulation)
– menjelaskan tentang tata guna lahan dan
kawasan, permitted and conditional uses,
minimum lot requirements, standar
pengembangan, administrasi pengembangan
zoning

• Zoning map
– berisi pembagian blok peruntukan (zona),
dengan ketentuan aturan untuk tiap blok
peruntukan tersebut
– menggambarkan peta tata guna lahan dan lokasi
tiap fungsi lahan dan kawasan

16
ZONING TEXT
ZONING TEXT

Sumber:
Permen ATR/Ka BPN 16/2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota
18
1. ATURAN DASAR (MATERI WAJIB)
ATURAN DASAR

Aturan pada suatu zona yang berisi ketentuan pemanfaatan ruang


(kegiatan atau penggunaan lahan, intensitas pemanfaatan ruang,
ketentuan tata massa bangunan, ketentuan prasarana minimum yang
harus disediakan, aturan lain yang dianggap penting, dan aturan
khusus untuk kegiatan tertentu).

A. Ketentuan kegiatan dan pemanfaatan lahan (ITBX)


B. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dan tata massa bangunan
C. Ketentuan prasarana dan sarana minimum
D. Ketentuan Khusus
E. Standar Teknis
F. Ketentuan Pelaksanaan 20
CONTOH KETENTUAN KEGIATAN DAN PENGGUNAAN LAHAN
(Matriks ITBX)

21
KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
Lampiran II Permen ATR/Ka BPN 16/2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota

Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang kepadatan zona terbangun yang dipersyaratkan pada zona
tersebut dan diukur melalui KDB, KLB dan KDH baik di atas maupun di bawah permukaan tanah. Ketentuan mengenai
intensitas pemanfaatan ruang yang diperbolehkan pada suatu zona, meliputi:

Koefisian Dasar Bangunan Koefisian Lantai Bangunan (KLB) Koefisian Dasar Hijau Minimal
(KDB) Maksimum Minimum & Maksimum • KDH adalah angka prosentase
• KDB adalah koefisien • KLB adalah koefisien perbandingan antara luas
perbandingan antara luas lantai perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
dasar bangunan gedung dengan seluruh lantai bangunan bangunan gedung yang
luas persil/kavling. gedung dan luas diperuntukkan bagi
• KDB maksimum ditetapkan persil/kavling. pertaman/penghijauan dengan
dengan mempertimbangkan • KLB minimum dan maksimum luas persil/kavling.
tingkat pengisian atau ditetapkan dengan • KDH minimal digunakan untuk
peresapan air, kapasitas mempertimbangkan harga mewujudkan RTH dan
drainase, dan jenis lahan, ketersediaan dan tingkat diberlakukan secara umum
penggunaan lahan. pelayanan prasarana, dampak pada suatu zona.
• Misalnya di sebuah zona dengan atau kebutuhan terhadap • KDH minimal ditetapkan dengan
KDB 60%, maka properti yang prasarana tambahan, serta mepertimbangkan tingkat
dapat dibangun luasnya tak lebih ekonomi, sosial dan pengisian atau peresapan air
dari 60% dari luas lahan. pembiayaan. dan kapasitas drainase.
Beberapa ketentuan lain dapat ditambahkan dalam intensitas pemanfaatan ruang, antara lain meliputi; Koefisien
Tapak Basement (KTB) Maksimum, Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) Maksimum, Kepadatan Bangunan atau
Unit Maksimum, luas minimum bidang tanah dan Kepadatan Penduduk Maksimal 22
KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
Lampiran II Permen ATR/Ka BPN 16/2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota

Jika jalan dengan rumija > 8m, maka GSB = (0,5 x Rumija) + 1
 GSB (Garis Sempadan Bangunan) Jika jalan dengan rumija ≤ 8m, maka GSB = 0,5 x Rumija

 KDB (Koefisien Dasar Bangunan) KDB =


Luas Lantai Dasar
Luas Kapling
ilustrasi

 KLB (Koefisien Lantai Bangunan) KLB = Luas Lantai


Luas Kapling
 Tinggi Bangunan
Amplop Bangunan

Lantai 2
Gsb-belakang
Lantai 1 TOTAL LUAS LANTAI
Lantai
Dasar

23 Contoh:
KDB = 60% ; KLB = 1,5 ; Luas Kapling = 1.000 m2
Luas lantai dasar = 60% x 1.000 = 600 m2
TOTAL LUAS LANTAI yang dapat dibangun = 1,5 x 1.000 = 1.500 m2 23
CONTOH KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
DAN TATA MASSA BANGUNAN

24
CONTOH KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
DAN TATA MASSA BANGUNAN

25
CONTOH KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
DAN TATA MASSA BANGUNAN

26
CONTOH KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

27
CONTOH KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

28
KETENTUAN KHUSUS

Ketentuan khusus merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan kegiatan dan


penggunaan lahan pada zona dan atau sub zona yang memiliki fungsi khusus dan
terjadi pertampalan atau overlay dengan fungsi zona dan atau sub zona lainnya;
A. Bandar udara, antara lain meliputi kawasan keselamatan operasi penerbangannya
(KKOP), batas kawasan kebisingan, dan kawasan di sekitar bandar udara yang penting
untuk diperhatikan
B. Cagar budaya atau adat
C. Rawan bencana
D. Tempat evakuasi bencana (TES dan TEA)
E. Pertahanan keamanan (hankam)
F. Pusat penelitian (observatorium, peluncuran roket, dan lainlain)
G. Kawasan berorientasi transit (TOD)
H. Lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B)
29
CONTOH KETENTUAN MINIMUM LUAS BIDANG TANAH

“Pembatasan Kavling minimum untuk rumah/perumahan


diatur dengan intensitas daya dukung dan daya tampung
setiap sub blok”

“Zona dengan wilayah perencanaan yang


memiliki rumah kepadatan tinggi (R2) akan
diatur untuk kegiatan/peruntukan rumah
tinggal dengan luas minimal 60 m2”
30
2. TEKNIK PENGATURAN ZONASI
(MATERI PILIHAN)
PENGANTAR TPZ

Berbagai teknik pengaturan dalam peraturan zonasi dibuat untuk melengkapi arahan dalam rencana
pola ruang karena dianggap lebih tanggap terhadap persoalan nyata yang dihadapi di lapangan

Teknik Pengaturan zonasi tidak untuk diterapkan diseluruh bagian kota/kawasan, Penerapannya
harus mempertimbangkan kemampuan kelembagaan dan keuangan serta sumber daya lainnya yang
dimiliki oleh daerah.

Penerapan teknik pengaturan zonasi didasarkan pada arahan dalam rencana tata ruang yang telah
ditentukan

Penyusun PZ harus memahami materi dan mampu menjabarkan arahan dalam rencana tata
ruang ke dalam ketentuan-ketentuan teknik pengaturan zonasi agar tercapai kualitas lingkungan
yang diinginkan.

32
JENIS-JENIS TEKNIK PENGATURAN ZONASI

a Bonus/Incentive Zoning merupakan suatu bentuk mekanisme kerjasama antara pemerintah daerah dengan
pengembang (swasta) dalam mengembangkan kawasan yang berhubungan dengan kepentingan publik.

b Performance Zoning merupakan ketentuan pengaturan pada satu atau beberapa blok peruntukan yang
didasarkan pada kinerja tertentu yang ditetapkan. Performace zoning harus diikuti dengan standar kinerja
(performance standards) yang mengikat, misalnya tingkat LOS (Level of Service, Tingkat Pelayanan) jalan
minimum, tingkat pencemaran maksimum, dll

c Fiscal Zoning merupakan ketentuan/aturan yang ditetapkan pada satu atau beberapa blok peruntukan yang
berorientasi kepada peningkatan pendapatan asli daerah

d Special Zoning merupakan ketentuan ini dibuat dengan spesifik sesuai dengan karakteristik setempat (contoh:
universitas, bandara) untuk mengurangi konflik antara area ini dan masyarakat sekelilingnya dengan
pemanfaatan ruang sesuai dengan area tersebut yang umumnya untuk menjaga kualitas lingkungan (kelancaran
lalu lintas, dsb)

e Exlusionary Zoning merupakan ketentuan/aturan pada satu atau beberapa blok peruntukan yang menyebabkan
blok peruntukan tersebut menjadi eksklusif. Exclusionary zoning merupakan salah satu perangkat teknik
pengaturan zonasi yang disusun untuk menjaga karakter kawasan, internalisasi eksternalitas, dan melindungi
nilai kepemilikan (property values).
33
JENIS-JENIS TEKNIK PENGATURAN ZONASI

f Inclusionary Zoning merupakan ketentuan yang secara spesifik memperbolehkan adanya unit-unit rumah
dengan berbagai tipe dan ukuran kepadatan dengan tujuan untuk menghilangkan unsur diskriminasi.

g Contract Zoning merupakan ketentuan yang dihasilkan melalui kesepakatan antara pemilik properti dengan
instansi perencana atau lembaga legislatif yang dituangkan dalam bentuk kontrak berdasarkan kitab undang-
undang hukum perdata.

h Negotiated Development merupakan ketentuan pembangunan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan antar
stakeholder yang mengacu pada master development plan atau specific design guidelines.

i Transfer Development Right merupakan perangkat implementasi yang mendorong pengalihan secara sukarela
dari pembangunan pada suatu kawasan yang ingin dipertahankan/dilindungi yang disebut sebagai sending
areas (area pengirim) menuju kawasan yang diharapkan untuk berkembang yang disebut sebagai receiving area
(area penerima)

j Downzoning. Rezoning lahan yang seharusnya dilakukan atas persetujan pemilik lahan karena mengubah
peruntukan lahan yang bernilai tinggi menjadi rendah. Misalnya guna lahan komersial di zonasi ulang (diubah)
menjadi guna lahan permukiman. Beberapa batasan dari teknik ini yaitu larangan secara hukum untuk
mengubah properti pribadi tanpa adanya kompensasi dan downzoning ini tidak dapat digunakan untuk
menghilangkan penggunaan yang ada saat ini.
34
JENIS-JENIS TEKNIK PENGATURAN ZONASI

k Upzoning merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah zonasi suatu kawasan yang memperbolehkan
adanya peningkatan kepadatan atau penambahan guna lahan komersial. Perubahan dalam klasifikasi zoning
terhadap suatu properti dari penggunaan yang bernilai rendah menjadi lebih tinggi.

l Design/Historic Preservation merupakan ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang dan elemen lainnya untuk
memelihara visual dan karakter budaya, bangunan serta pelestarian kawasan yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.

m Overlay Zoning satu atau beberapa zona yang mengacu pada satu atau beberapa peraturan zonasi. Misalnya
kawasan perumahan di kawasan yang harus dilestarikan akan merujuk pada aturan perumahan dan pelestarian
bangunan/kawasan.

n Floating Zoning merupakan blok peruntukan yang diambangkan pemanfaatan ruangnya dan penetapan
peruntukannya didasarkan pada kecenderungan perubahan/perkembangannya sampai ada pemanfaatan ruang
yang dianggap paling tepat/sesuai. Floating zone biasanya digunakan dalam suatu pembangunan unit
perencanaan multifamily, pusat perbelanjaan, dan taman perumahan.

o Flood Plain Zoning merupakan ketentuan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan banjir untuk mencegah atau
mengurangi kerugian yang disebabkan oleh banjir melalui pendekatan distrik tunggal yang disesuaikan dengan
daerah kota dan desa; distrik ganda yang membedakan daerah aliran banjir dan tepi aliran banjir, atau gabungan
distrik tunggal dan ganda pada perencanaan kawasan rawan banjir.
35
JENIS-JENIS TEKNIK PENGATURAN ZONASI

p Conditional Uses merupakan izin pemanfaatan ruang yang diberikan pada suatu zona jika kriteria atau kondisi
khusus zona tersebut memungkinkan atau sesuai dengan pemanfaatan ruang yang diinginkan untuk
penggunaan lahan bagi kepentingan khusus dan kepentingan tertentu.

q Growth Control merupakan pengendalian yang dilakukan melalui faktor-faktor pertumbuhan seperti
pembangunan sarana dan prasarana melalui penyediaan infrastruktur yang diperlukan, mengelola faktor
ekonomi dan sosial hingga politik.

r Planned Unit Development merupakan review atas usulan perencanaan pembangunan dan kewenangan dalam
penyusunan zoning distrik yaitu dalam hal kriteria standar untuk mencapai kenaikan pertumbuhan ekonomi dan
standar desain yang diinginkan.

36
BONUS ZONING/ INCENTIVE ZONING

Incentive Zoning merupakan suatu bentuk mekanisme kerjasama antara Pemerintah Kota dengan
pengembang (swasta) dalam mengembangkan kawasan/daerah yang berhubungan dengan
kepentingan publik

Izin peningkatan intensitas dan kepadatan Pada dasarnya insentif zoning merupakan pertukaran
bangunan (tinggi bangunan, luas lantai) yang bersyarat antara pemerintah kota dengan developer.
diberikan kepada pengembang dengan imbalan – Pemkot memberi izin kepada developer untuk
penyediaan fasilitas publik (atau ruang terbuka membuat bangunan lebih besar dengan
hijau) sesuai dengan ketentuan yang berlaku pertukaran berupa beberapa fasilitas publik
Contoh fasilitas publik yang dapat disediakan seperti plaza atau ruang terbuka, pedestrian yang
oleh pengembang: lebih lebar, atau fungsi retail pada lantai dasar.
– Arcade atau plaza – Bonus yang didapat developer adalah
– Pengatapan ruang penambahan luas lantai bangunan melebihi batas
– Ruang bagi pejalan max pada peraturan zonasi.
– Peninggian jalur pejalan atau bawah tanah
untuk memisahkan pejalan dan lalu lintas
kendaraan Kritik terhadap insentif zoning:
– Ruang bongkar muat off-street untuk – developer memperoleh keuntungan yang lebih
mengurangi kemacetan besar dari pada yang diterima oleh publik.
– RTH, dll Seharusnya nilainya seimbang.
37
BONUS ZONING/ INCENTIVE ZONING

Kelemahan:
• Teknik ini dapat menyebabkan bengunan berdiri sendiri di tengah
plaza, memutuskan shopping frontage, dll.
• Selain itu, teknik ini juga cenderung lebih memberikan
keuntungan kepada developer dibandingkan masyarakat.
Kunci kesuksesan insentif zoning:
• corak desain yang spesifik dan pertimbangan atas kebutuhan
publik dan penggunaannya.
• Insentif zoning lebih cocok diberlakukan pada kota dengan
tekanan pasar yang tinggi yang mengindikasikan minat yang tinggi
pada pembangunan.
TRANSFER OF DEVELOPMENT RIGHT (TDR)

Suatu perangkat pengendalian pemanfaatan lahan yang mendorong Hak Pembangunan


pengalihan peluang/hak pembangunan (baik sebagai aturan wajib maupun yang termasuk dalam
sukarela) dari suatu tempat/ kawasan yang ingin dipertahankan atau Hak-hak atas Tanah
dilindungi yang disebut dengan sending areas (area pengirim), menuju dipisahkan kemudian
tempat/ kawasan yang diharapkan untuk berkembang yang disebut dialihkan
dengan receiving areas (area penerima)
TRANSFER OF DEVELOPMENT RIGHT (TDR)
TRANSFER OF DEVELOPMENT RIGHT (TDR)
CONDITIONAL USES ZONING

• Ketentuan dalam Peraturan Zonasi Kota Santa Rosa


mencantumkan jenis penggunaan/kegiatan yang mungkin
diizinkan dalam zona perumahan (single-family residential)
dengan persyaratan tertentu. Penggunaan ini termasuk gereja,
sekolah umum atau swasta, bangunan publik atau struktur
utilitas, tempat parkir, bagian dari kantor penjualan
• Seringkali disebut sebagai pemanfaatan sementara, dan fasilitas perawatan masyarakat dan perawatan
khusus, merupakan izin pemanfaatan ruang kesehatan.
yang diberikan pada suatu zona jika kriteria • Peraturan zonasi di Kota Chico mencantumkan berbagai
atau kondisi khusus zona tersebut penggunaan yang diizinkan dengan izin penggunaan yang
memungkinkan atau sesuai dengan dikeluarkan oleh direktur perencanaan atau komisi
pemanfaatan ruang yang diinginkan perencanaan. Penggunaan ini termasuk atraksi hiburan
• Conditional Uses, penggunaan lahan untuk sementara, penempatan bangunan sementara (bongkar
kepentingan khusus dan kepentingan pasang), bangunan dan fasilitas umum, parkir atau akses yang
tertentu. terletak di luar lokasi dari situs yang dilayani, pusat rekreasi
pribadi , dan perkembangan yang direncanakan.
• Setiap kota atau kabupaten dapat memasukkan dalam
peraturan zonasi mereka berbagai macam kegunaan yang
akan mereka izinkan dengan izin penggunaan bersyarat.
ZONING MAP
PETA ZONING (ZONING MAP)

a Peta zoning merupakan peta rencana pola ruang dalam RDTR yang
disusun pada skala 1:5.000 (akan lebih baik jika batas kapling tampak di
peta)

b Adanya kebijakan pengembangan wilayah dan kondisi yang berkembang di


lapangan, menyebabkan ketentuan terhadap peta rencana pola ruang
dalam RDTR perlu ‘disesuaikan’ pengaturannya

c Alternatif pembuatan peta zoning:


 Mengadopsi langsung dari peta rencana pola ruang dalam RDTR  dengan
penambahan kode zona  PZ hanya aturan dasar saja
 Bertitik tolak pada peta rencana pola ruang di RDTR, kemudian disesuaikan
untuk mengantisipasi persoalan ‘kekakuan’ peraturan zonasi; keterbatasan
kemampuan pemerintah daerah dan masyarakat  adanya ketentuan khusus
44
CONTOH ZONING MAP

45
C. TAHAPAN PENYUSUNAN
PERATURAN ZONASI
TAHAPAN PENYUSUNAN
Permen ATR/Ka BPN 16/2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota

47
DATA – DATA YANG DIBUTUHKAN

A. Data Primer
a. Jenis penggunaan lahan yang ada pada daerah yang bersangkutan
b. Jenis dan karakteristik kegiatan pemanfaatan ruang
c. Jenis dan intensitas kegiatan yang ada
d. Kajian dampak kegiatan dalam suatu zona/sub zona
e. Konflik pemanfaatan ruang
f. Persepsi dan preferensi stakeholder
g. Observasi teknis pemanfatan ruang (intensitas, tata bangunan, obyek khusus)

B. Data Sekunder
a. Kebijakan terkait dengan tata ruang (kawasan yang didorong atau dikendalikan
perkembangannya, KUPZ yang termuat dalam Perda RTRW Kab/Kota)
b. Standar teknis dan administrasi yang dapat dimanfaatkan
c. Peraturan perundangan sectoral pemanfaatan lahan dan bangunan, serta prasarana
d. Perizinan dan komitment pembangunan
e. Daya dukung dan daya tamping
f. Studi-studi dan peraturan perundangan lain terkait karakteristik kawasan 49
ANALISIS YANG DILAKUKAN

1. Analisis karakteristik peruntukan, zona dan sub zona berdasarkan kondisi yang diharapkan
2. Analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin akan
berkembang di masa mendatang
3. Analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona
4. Analisis dampak kegiatan terhadap kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/ sub zona
5. Analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona
6. Analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan dengan kondisi saat ini
(peruntukan, perizinan, status guna lahan, konflik pemanfaatan ruang)
7. Analisis karakteristik spesifik lokasi
8. Analisis ketentuan, standar setiap sektor terkait
9. Analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang
50
PENGKAJIAN DAMPAK

Dalam penyusunan peraturan zonasi, pengkajian dampak suatu kegiatan pada suatu zona/sub
zona sangat penting untuk merumuskan Aturan Dasar dan Teknik Pengaturan Zonasi.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan antara lain:
a. Karakteristik kegiatan: Fungsi utama: untuk mengidentifikasi zona, Kegiatan utama; untuk
mengidentifikas sub zona, kegiatan, kesesuaian kegiatan dengan zona, Kegiatan tambahan:
untuk mengidentifikasi fungsi aksesoris atau kegiatan tambahan dari fungsi/kegiatan
utama dalam kapling/bangunan, Perkiraan intensitas: KDB, KLB, KDH, Karakter massa
bangunan: GSB, TB, KTB, Karakteristik bangunan yang disesuaikan dengan karakteristik
kegiatan.
b. Dampak kegiatan: Sebagai dasar pertimbangan untuk membuat aturan pemanfaatan
ruang (ITBX) dan prasarana minimum.  Buangan/limbah (pengelolaan limbah untuk
kegiatan tertentu misalnya restaurant).  Parkir (kapasitas parkir)  dll
c. dan lain-lain terkait dengan pengaruhnya terhadp kinerja zona/sub zona dimana kegiatan
tersebut berada.
51
HASIL ANALISIS YANG DILAKUKAN

1. Definisi zona dan kualitas lokal minimum yang diharapkan


2. Kesesuaian/kompatibilitas kegiatan dengan peruntukan/zona/ sub zona
3. Kesesuaian/kompatibilitas kegiatan dengan kualitas local peruntukan/zona/sub zona sbg dasar
perumusan ketentuan ITBX
4. Dampak kegiatan terhadap peruntukan /zona/sub zona sbg dasar perumusan ketentuan ITBX
5. Lokasi-lokasi dengan karakteristik spesifik yang membutuhkan pengaturan berbeda
6. Rumusan table atribut kegiatan untuk peta zonasi
7. Kebutuhan prasarana sarana minimum/maksimum dan standar-standar pemanfaatan ruang
8. Kebutuhan teknik pengaturan zonasi (TPZ)

52
CARA MENENTUKAN KETENTUAN
KEGIATAN DAN PEMANFAATAN RUANG
ZONA VS KEGIATAN
 Zona / Sub Zona adalah jenis pola ruang atau peruntukkan yang ditetapkan dalam rencana
pola ruang, yang dalam peraturan zonasi kemudian ditetapkan sebagai zona/sub zona.
 Kegiatan adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu zona/subzone atau bangunan. Kegiatan
yang dominan pada suatu blok/kawasan seringkali disebut sebagai zona/sub zona.

Seberapa besar Sedikit Tetapkan KEGIATAN DALAM ZONA/POLA


KEGIATAN vs POLA Kegiatan /zona/pola ruang
RDTR RUANG dan tambahkan KETENTUAN
RUANG/ZONA perlu diatur/dikendalikan
KHUSUS kegiatan tersebut dalam zona asal
secara khusus?

Besar

Tetapkan sebagai Pola Ruang/


Zona tersendiri /baru dalam RDTR Perhatikan dan pertimbangkan apakah kegiatan
atau Guna Lahan tersebut menjadi fasilitas
penunjang dari guna lahan tertentu atau bukan ?
Kajian Berbagai
Ada kemungkinan LU menjadi kegiatan jika
Aspek
Aturan Dasar zona/LU yang tetapkan sebagai zona pada hirarki
Perencanaan dalam PZ yang kecil. 53
TATA CARA MERUMUSKAN KEGIATAN ITBX

Kegiatan ITBX dirumuskan dalam serangkaian prosedur


 apakah suatu kegiatan tersebut kompatibel/sesuai dengan karakteristik
zona/sub zona;
 dampak kegiatan apakah mengganggu atau tidak mengganggu kualitas lokal
minimum zona/sub; serta
 apakah dampak tersebut dapat dikendalikan dengan menggunakan ketentuan
terbatas dan/atau bersyarat.
 Jika tidak, kegiatan tersebut dilarang pada zona/sub zona, meskipun kegiatan
tersebut kompatibel dan tidak mengganggu kualitas lokal minimum zona.

54
TATA CARA MERUMUSKAN KEGIATAN ITBX

Tidak Diizinkan (X)

Tidak
Tidak Tidak
Tidak

2)
2) Kebutuhan
Kebutuhan Informasi:
Informasi:
Apakah kegiatan Ya
Ya Apakah kegiatan
KUALITAS
KUALITAS LOKAL
LOKAL
Jenis Kegiatan kompatibel dengan sesuai dengan kualitas
MINIMUM
MINIMUM ZONA
ZONA YANG
YANG
karakter zona/subzona? (lokal) minimum?
DITETAPKAN
DITETAPKAN

Ya
Ya
1)
1) Kebutuhan
Kebutuhan Informasi:
Informasi:
KODE
KODE dan
dan DEFINISI
DEFINISI ZONA
ZONA

Adakah dampak Tidak


Tidak ada
ada
3)
3) Kebutuhan
Kebutuhan Informasi:
Informasi: kegiatan yang menyebabkan
DAMPAK
DAMPAK KEGIATAN
KEGIATAN PADA
PADA Diizinkan (I)
berkurangnya kinerja zona/
SUATU
SUATU ZONA
ZONA kualitas lokal minimum?

Peraturan Zonasi harus memuat


 Kode Zona
 Definisi Zona/Sub Zona
 Kualitas lokal minimum 55
TATA CARA MERUMUSKAN KEGIATAN ITBX Ada
Ada

Apakah dampak
Apakah dampak terkait/ Tidak terkait persyaratan/dampak Tidak
Tidak
Tidak
disebabkan oleh jumlah lingkungan (berkurangnya
kegiatan, waktu operasi, luasan/ kinerja infrastruktur, utilitas,
intensitas dan sejenisnya? keselamatan), keterbatasan
ruang?

kajian/penelitian
Perlu kajian/penelitian
Ya
Ya

lanjut
lebih lanjut
Perlu
lebih
Tidak
Tidak
Dampat dapat diantisipasti
Ya
Ya dengan ketentuan Bersyarat?

Diizinkan dengan
Syarat (B)

Apakah dampak
terkait persyaratan/dampak Tidak
Tidak Tidak
Tidak
lingkungan (berkurangnya Dampat dapat diantisipasti
kinerja infrastruktur, utilitas, dengan ketentuan Terbatas?
keselamatan), keterbatasan
ruang?

Ya
Ya
Ya
Ya
Diizinkan dengan
Terbatas (T)

Catatan: Dampat dapat diantisipasti


dengan ketentuan Terbatas dan
Tidak
Tidak

Dalam PZ tidak cukup hanya sekaligus Terbatas?

menyebut T dan/atau B  harus ada


kejelasan T dan/atau B nya apa. Ya
Ya Diizinkan dengan
Terbatas sekaligus
Bersyarat (BT)
PERTIMBANGAN PEMILIHAN TEKNIK PENGATURAN ZONASI

a Teknik pengaturan zonasi yang dipilih berkorelasi dengan aspek ditetapkannya kawasan
strategis

b Kriteria atau perhatian (concern) dalam perumusan teknik pengaturan zonasi kawasan
strategis minimum eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan

c Kondisi guna lahan saat ini (eksisting) dan arahan pola ruang ke depan
Pertimbangan teknis seperti: • Daya dukung dan daya tampung. • Daya dukung prasarana
d dan utilitas. • Karakteristik lingkungan, sosial, ekonomi.
Arah pengembangan/ kebijakan pembangunan kota/kawasan, seperti: • Arah
e pengembangan kota/kawasan • Upaya adaptasi terhadap bencana atau kondisi kontekstual
lainnya • Kekhususan kawasan seperti KEK atau ada aturan lain/kebijakan lain yang
diterapkan pada kawasan tertentu. • Antisipasi pengembangan di masa mendatang.

57
PERTIMBANGAN PENERAPAN TEKNIK PENGATURAN ZONASI

PERTIMBANGAN:
 Arah pengembangan kota/kawasan  Mis: Bonus/Insentive Zoning
 Perlindungan Kawasan  Mis: Pengendalian pertumbuhan, down zoning
 Kondisi kontekstual kawasan (resapan air, banjir, dll  Mis: Floodplain Zoning
 Keterbatan sumberdaya dalam mewujudkan rencana, persoalan sosial dan
ekonomi masyarakat  mis: Upzoning, Spot zoning
 Ada aturan lain yang mempunyai kekuatan hukum pada suatu kawasan 
Overlay zoning (Mis: Aturan Cagar Budaya, KKOP, Wisata, dll)
 Antisipasi perkembangan di masa mendatang  Mis: Contract zoning
 Pembiayaan pembangunan terkait penyediaan infrastruktur  Mis: negotiated
development, TDR, Fiscal zoning.
 Kekhususan Kawasan, KEK dll  mis: special Zoning dll

PRASYARAT PENERAPAN:
 Tidak harus semua jenis Teknik Pengaturan Zonasi diterapkan.
 Penetapan kawasan yang dikenakan teknik pengaturan zonasi pada saat penetapan perda,
bukan berdasarkan kebutuhan pasar.
 Tidak seluruh bagian kota/kabupaten diterapkan teknik pengaturan zonasi  yang artinya
seluruh bagian kota menjadi fleksibel.
58
PERTIMBANGAN PENERAPAN TEKNIK PENGATURAN ZONASI

No. Aspek Karakteristik Teknik Pengaturan Zonasi


Banjir Floodplain Zoning
Konteks, Persoalan
1. Potensi Konflik, keberpihakan Exclusionary/Inclusionary Zoning/spot zoning, Floating Zoning, Conditional Uses
Kawasan
Cagar Budaya Design/Historic Preservation

Didorong Perkembangannya Bonus/incentive zoning, TDR

2. Arah Kebijakan Dikendalikan Growth Control, Special Zoning, Down Zoning

Perlindungan (LP2B, RTH, Cagar Budaya dll) Bonus/Incentive Zoning, TDR, Spesial Zoning

Fleksibilitas dalam Pembangunan, peluang Negotiated development, Contract Zoning, Performance Zoning, Up Zoning,
3. Dinamika Perkembangan
ekonomi Conditional Uses, Floating Zone
Overlay Zoning, Design/Historic Preservation, Flood Plain Zoning.
Kepentingan Nasional,
4. Kewenangan Pengaturan Ruang
Provinsi, Sektor

Fiscal Zoning, Bonus/Incentive Zoning, TDR, Planned Unit Developmen (PUD),


Pembiayaan untuk
5. Perwujudan ruang kolaboratif negotiated Development
Penyediaan Fasilitas Publik

59
D. CONTOH
PERATURAN ZONASI
CONTOH PERATURAN ZONASI (1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2019 tentang
RDTR Kawasan Purwokerto

61
CONTOH PERATURAN ZONASI (1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2019 tentang
RDTR Kawasan Purwokerto

62
CONTOH PERATURAN ZONASI (1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2019 tentang
RDTR Kawasan Purwokerto

63
CONTOH PERATURAN ZONASI (1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2019 tentang
RDTR Kawasan Purwokerto
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (3)
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Banawa
CONTOH PERATURAN ZONASI (3)
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Banawa
CONTOH PERATURAN ZONASI (3)
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Banawa
CONTOH PERATURAN ZONASI (3)
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Banawa
CONTOH PERATURAN ZONASI (3)
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Banawa
E. DIGITALISASI PERATURAN ZONASI
PERAN RDTR DAN PZ DALAM PELAKSANAAN OSS

Percepatan penetapan Perda “Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang belum memiliki RDTR, dalam jangka waktu paling lama 6
RDTR dalam rangka mendukung (enam) bulan sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan wajib menetapkan RDTR untuk Kawasan
pelaksanaan Online Single Industri atau kawasan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” (Pasal 44 ayat 1
Submission (OSS) PP 24/2018 tentang Pelayanan Berizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik)

Izin lokasi terbit tanpa komitmen Izin lokasi terbit dengan komitmen

77
PENGOLAHAN DATA UNTUK DIGITALISASI

Pengumpulan
Naskah Perda
Rujukan verifikasi

Verifikasi

Intensitas Shapefile
Zoning Text ITBX
Ruang Pola Ruang
Pengolahan
Data
Preprocessing Ekstraksi Teks Standardisasi

Data Deskriptif Data Tabular Data Spasial


Upload

Review
RDTR Interaktif
Deploy

78
DATA YANG DIOLAH (KOTA BANDUNG)

Contoh Tabel ITBX

• Kota Bandung memiliki 38 zona


• Memiliki 206 kegiatan
• Memiliki 10 data Intensitas
Ruang
• Dan Memiliki 6 Turunan
Intensitas Ruang (seperti: jenis
jalan(3), struktur ruang(2), dan
luasan)
• Total 10.108 data

79
CONTOH TOOLS ITBX

Contoh Tabel ITBX Bandung

Output Database ITBX

Sub Terbatas
Diizinkan Terbatas Bersyarat
Zona Bersyarat

K-3 002 003, 004 001

KT-1 003 002 004

Output Database ITBX


80
CONTOH PEMERIKSAAN DATA PZ DALAM RDTR INTERAKTIF
QUALITY ASSURANCE

Contoh Lembar Pemeriksaan Data


81
RDTR INTERAKTIF

Web GIS Tata Ruang - gistaru.atrbpn.go.id/rdtrinteraktif


Simulasika n
Informasi yang Bangunanmu!
terintegrasi Pengguna dapat memasukkan luas kavling dan
kondisi pada kavling tersebut
Lokasi Administrasi Daftar Kegiatan
- Provinsi - Diizinkan
- Kota/Kab - Terbatas
- Kecamatan - Bersyarat
- Kelurahan
- Koordinat lokasi (Long, Lat)

Zonasi Intensitas Ruang


- Kode Zona - KDB, KLB, KDH
- Zona - GSB, KTB, Ketinggian
- Sub Zona Bangunan
- Teknik Pengaturan Zonasi

Kota Payakumbuh Kabupaten Ende

Kantin Rumah Kost 82


RDTR INTERAKTIF

83
Sumber Bahan Ajar

1 Peraturan Menteri ATR/BPN No. 16 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan


RDTR dan PZ

2 Modul Pelatihan Dasar Pelatihan Peraturan Zonasi tahun 2019, di susun oleh: Dr . Ir
Denny Zulkaidi, MUP dan Dr . RM. Petrus Natalivan, ST. , MT

3 Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2019 tentang


RDTR Kawasan Purwokerto

4 Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang RDTR Kawasan


5 Perkotaan Banawa

84
TERIMA
KASIH
@DitjenTataRuang @DitjenTaru /DitjenTataRuang

Ditjen Tata Ruang Tataruang.atrbpn.go.id/ gistaru.atrbpn.go.id/rtronline


INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG

No Intensitas Pertimbangan Catatan Contoh


Pemanfaatan Ruang
1 Koefisien Dasar Penetapan KDB Maksium : - KDB maksimum = luas persil Jika KDHminimum = 20%, dan
Bangunan - tingkat pengisian/peresapan air – % KDH – % luas prasarana luas prasarana yang diperkeras
(water recharge) = KDH minimum yang diperkeras = 40% dari KDB, maka:
- besar pengaliran air (kapasitas - Luas prasarana yang • KDBminimums = 100% -
drainase) diperkeras berkisar antara 20% - (40%KDBmaks)
- jenis penggunaan lahan 20-50% dari KDB yang • 1,40 KDBmaks = 80%
- harga lahan ditetapkan (bukan dari luas • KDBmaks = 80%/1,40 =
persil) 57%

2 Koefieisen Lantai Penetapan besar KLB maksimum


Bangunan didasarkan pada pertimbangan:
- harga lahan
- ketersediaan dan tingkat
pelayanan prasarana (jalan)
- dampak atau kebutuhan terhadap
prasarana tambahan
- ekonomi dan pembiayaan

86
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG

No Intensitas Pertimbangan Catatan Contoh


Pemanfaatan Ruang
3 Koefisien Dasar Hijau Penetapan besar KDH minimum didasarkan
pada pertimbangan:
- tingkat pengisian/peresapan air (water
recharge)
- besar pengaliran air (kapasitas drainase)
- rencana tata ruang (RTH, tipe zonasi, dll)
4 Koefieisen Tapak Penetapan besar KTB maksimum didasarkan • bila KDH minimum = 25%,
Basement pada batas KDH minimum yang ditetapkan maka KTB maksimum = 75%
5 Koefiesien Wilayah Prinsip penetapan KWT sama dengan
Terbangun penetapan KTB, tetapi dalam unit blok
peruntukan atau tapak (bukan dalam unit
persil

Rujukan
• Standar atau interval KDB dan KLB dapat merujuk pada aturan di bawah ini, dan dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah
• SK MenPU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota
• Kepmendagri No. 59/1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Permendagri No. 2/1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota .

87

Anda mungkin juga menyukai