D I R E K T O R A T J E N D E R A L T A T A R U A N G
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL
Disampaikan oleh:
Reny Windyawati, ST, M.Sc
Direktur Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah
OUTLINE
A. PRINSIP DASAR
B. MUATAN PERATURAN ZONASI
C. TAHAPAN PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI
D. CONTOH PERATURAN ZONASI
E. DIGITALISASI PERATURAN ZONASI
A. PRINSIP DASAR
KEDUDUKAN PERATURAN ZONASI
MUATAN RDTR
a Tujuan penataan BWP
b Rencana struktur ruang
c Rencana pola ruang
d Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
e Ketentuan pemanfaatan ruang
f Peraturan zonasi
KEDUDUKAN PERATURAN ZONASI
Peraturan
RDTR
Zonasi
Pendekatan/Metode:
- Dampak
Pendekatan/Metode: - Kesesuaian/kompatibilitas
- Ekonomi Bentuk :
- Ketentuan guna lahan dan kegiatan
- Sosial - dll
- Fisik. Bentuk : pemanfaatan ruang.
- Sistem Internal & - Perwujudan pola - Dampak pemanfaatan
Eksternal ruang (alokasi pola ruang/pembangunan
ruang) dll
DEFINISI TERKAIT PERATURAN ZONASI
a Zona : kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik.
7
KARAKTERISTIK dan TUJUAN
a Karakateristik :
Peraturan zonasi mempunyai karakteristik bahwa suatu zona mempunyai aturan
yang seragam (guna lahan, intensitas, massa bangunan). Satu zona dengan zona
lainnya bisa berbeda ukuran dan aturan. Satu kode zona/sub zona satu aturan
Tujuan :
b Peraturan zonasi menjamin bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan dapat
mencapai standar kualitas lokal minimum (kesehatan, keselamatan, kesejahteraan),
meliputi upaya:
a) Melindungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu
penghuni atau pemanfaat ruang yang telah ada.
b) Memelihara nilai properti
c) Memelihara/memantapkan lingkungan dan melestarikan kualitasnya
d) Menyediakan aturan yang seragam di setiap zona
8
FUNGSI UTAMA PERATURAN ZONASI
9
PRINSIP DASAR PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI
a PZ tidak sensitive terhadap luas suatu wilayah, tapi sensitive terhadap jumlah zona
b Wilayah dibagi menjadi beberapa kawasan/zona dengan luas yang tidak perlu sama
10
CONTOH PEMBAGIAN SUBWWP-ZONA-BLOK
K-2
K-2
K-2
R-8
FS-4
R-8
FS-4 FS-4
R-8 Brandang
K-2
R-8 K-2
K-2
12
Ketentuan dalam ATURAN DASAR peraturan zonasi focus pada ketentuan normatif zona/sub
13
zona yang ditetapkan dalam rencana pola ruang.
B. MUATAN
PERATURAN ZONASI
MATERI PERATURAN ZONASI
PERATURAN Zoning Text/ Aturan Dasar = aturan pada setiap jenis zona [definisi zona,
Statement kualitas lokal minimum zona, ketentuan pemanfaatan ruang,
ZONASI
Intensitas, tata bangunan, prasarana minimal, khusus, standar] Penerapan teknik pengaturan zonasi
memungkinkan PZ lebih fleksibel,
Teknik Pengaturan Zonasi [mempertimbangkan konflik, kebutuhan mempertimbangan ARAH
pengembangan dan fleksibilitas pengaturan] PENGEMBANGAN WILAYAH/KOTA, dan
KARAKTERISTIK/KONDISI SETEMPAT
•Bonus/incentive zoning •Downzoning
•Performance zoning •Upzoning
•Fiscal zoning •Design/historic preservation
•Special zoning •Overlay Zoning
•Exclusionary zoning •Floating Zoning
•Inclusionary zoning •Flood Plain Zoning
•Contract zoning •Conditional Uses
•Negotiated development •Growth Control
•TDR •Planned Unit Development
(Transfer of DEvelopment Right) dll
Zoning Map
[dimana zoning text/
Blok dalam PZ merupakan “alamat” di
Zona dan Kode
statement akan mana TPZ akan diterapkan.
diterapkan]
Blok
Besar kecilnya blok sangat tergantung
dari kebutuhan untuk menunjukkan
Ketentuan Kelembagaan, tugas, fungsi dan kewenangan pelaksanaan
TPZ akan diterapkan
Pelaksanaan aturan dasar dan teknik pengaturan zonasi
Mekanisme diskresi [aturan multiintretasi, belum diatur 15
dalam PZ, keberatan masyarakat.
MATERI PERATURAN ZONASI
• Zoning map
– berisi pembagian blok peruntukan (zona),
dengan ketentuan aturan untuk tiap blok
peruntukan tersebut
– menggambarkan peta tata guna lahan dan lokasi
tiap fungsi lahan dan kawasan
16
ZONING TEXT
ZONING TEXT
Sumber:
Permen ATR/Ka BPN 16/2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota
18
1. ATURAN DASAR (MATERI WAJIB)
ATURAN DASAR
21
KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
Lampiran II Permen ATR/Ka BPN 16/2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota
Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang kepadatan zona terbangun yang dipersyaratkan pada zona
tersebut dan diukur melalui KDB, KLB dan KDH baik di atas maupun di bawah permukaan tanah. Ketentuan mengenai
intensitas pemanfaatan ruang yang diperbolehkan pada suatu zona, meliputi:
Koefisian Dasar Bangunan Koefisian Lantai Bangunan (KLB) Koefisian Dasar Hijau Minimal
(KDB) Maksimum Minimum & Maksimum • KDH adalah angka prosentase
• KDB adalah koefisien • KLB adalah koefisien perbandingan antara luas
perbandingan antara luas lantai perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
dasar bangunan gedung dengan seluruh lantai bangunan bangunan gedung yang
luas persil/kavling. gedung dan luas diperuntukkan bagi
• KDB maksimum ditetapkan persil/kavling. pertaman/penghijauan dengan
dengan mempertimbangkan • KLB minimum dan maksimum luas persil/kavling.
tingkat pengisian atau ditetapkan dengan • KDH minimal digunakan untuk
peresapan air, kapasitas mempertimbangkan harga mewujudkan RTH dan
drainase, dan jenis lahan, ketersediaan dan tingkat diberlakukan secara umum
penggunaan lahan. pelayanan prasarana, dampak pada suatu zona.
• Misalnya di sebuah zona dengan atau kebutuhan terhadap • KDH minimal ditetapkan dengan
KDB 60%, maka properti yang prasarana tambahan, serta mepertimbangkan tingkat
dapat dibangun luasnya tak lebih ekonomi, sosial dan pengisian atau peresapan air
dari 60% dari luas lahan. pembiayaan. dan kapasitas drainase.
Beberapa ketentuan lain dapat ditambahkan dalam intensitas pemanfaatan ruang, antara lain meliputi; Koefisien
Tapak Basement (KTB) Maksimum, Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) Maksimum, Kepadatan Bangunan atau
Unit Maksimum, luas minimum bidang tanah dan Kepadatan Penduduk Maksimal 22
KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
Lampiran II Permen ATR/Ka BPN 16/2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota
Jika jalan dengan rumija > 8m, maka GSB = (0,5 x Rumija) + 1
GSB (Garis Sempadan Bangunan) Jika jalan dengan rumija ≤ 8m, maka GSB = 0,5 x Rumija
Lantai 2
Gsb-belakang
Lantai 1 TOTAL LUAS LANTAI
Lantai
Dasar
23 Contoh:
KDB = 60% ; KLB = 1,5 ; Luas Kapling = 1.000 m2
Luas lantai dasar = 60% x 1.000 = 600 m2
TOTAL LUAS LANTAI yang dapat dibangun = 1,5 x 1.000 = 1.500 m2 23
CONTOH KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
DAN TATA MASSA BANGUNAN
24
CONTOH KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
DAN TATA MASSA BANGUNAN
25
CONTOH KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
DAN TATA MASSA BANGUNAN
26
CONTOH KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL
27
CONTOH KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL
28
KETENTUAN KHUSUS
Berbagai teknik pengaturan dalam peraturan zonasi dibuat untuk melengkapi arahan dalam rencana
pola ruang karena dianggap lebih tanggap terhadap persoalan nyata yang dihadapi di lapangan
Teknik Pengaturan zonasi tidak untuk diterapkan diseluruh bagian kota/kawasan, Penerapannya
harus mempertimbangkan kemampuan kelembagaan dan keuangan serta sumber daya lainnya yang
dimiliki oleh daerah.
Penerapan teknik pengaturan zonasi didasarkan pada arahan dalam rencana tata ruang yang telah
ditentukan
Penyusun PZ harus memahami materi dan mampu menjabarkan arahan dalam rencana tata
ruang ke dalam ketentuan-ketentuan teknik pengaturan zonasi agar tercapai kualitas lingkungan
yang diinginkan.
32
JENIS-JENIS TEKNIK PENGATURAN ZONASI
a Bonus/Incentive Zoning merupakan suatu bentuk mekanisme kerjasama antara pemerintah daerah dengan
pengembang (swasta) dalam mengembangkan kawasan yang berhubungan dengan kepentingan publik.
b Performance Zoning merupakan ketentuan pengaturan pada satu atau beberapa blok peruntukan yang
didasarkan pada kinerja tertentu yang ditetapkan. Performace zoning harus diikuti dengan standar kinerja
(performance standards) yang mengikat, misalnya tingkat LOS (Level of Service, Tingkat Pelayanan) jalan
minimum, tingkat pencemaran maksimum, dll
c Fiscal Zoning merupakan ketentuan/aturan yang ditetapkan pada satu atau beberapa blok peruntukan yang
berorientasi kepada peningkatan pendapatan asli daerah
d Special Zoning merupakan ketentuan ini dibuat dengan spesifik sesuai dengan karakteristik setempat (contoh:
universitas, bandara) untuk mengurangi konflik antara area ini dan masyarakat sekelilingnya dengan
pemanfaatan ruang sesuai dengan area tersebut yang umumnya untuk menjaga kualitas lingkungan (kelancaran
lalu lintas, dsb)
e Exlusionary Zoning merupakan ketentuan/aturan pada satu atau beberapa blok peruntukan yang menyebabkan
blok peruntukan tersebut menjadi eksklusif. Exclusionary zoning merupakan salah satu perangkat teknik
pengaturan zonasi yang disusun untuk menjaga karakter kawasan, internalisasi eksternalitas, dan melindungi
nilai kepemilikan (property values).
33
JENIS-JENIS TEKNIK PENGATURAN ZONASI
f Inclusionary Zoning merupakan ketentuan yang secara spesifik memperbolehkan adanya unit-unit rumah
dengan berbagai tipe dan ukuran kepadatan dengan tujuan untuk menghilangkan unsur diskriminasi.
g Contract Zoning merupakan ketentuan yang dihasilkan melalui kesepakatan antara pemilik properti dengan
instansi perencana atau lembaga legislatif yang dituangkan dalam bentuk kontrak berdasarkan kitab undang-
undang hukum perdata.
h Negotiated Development merupakan ketentuan pembangunan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan antar
stakeholder yang mengacu pada master development plan atau specific design guidelines.
i Transfer Development Right merupakan perangkat implementasi yang mendorong pengalihan secara sukarela
dari pembangunan pada suatu kawasan yang ingin dipertahankan/dilindungi yang disebut sebagai sending
areas (area pengirim) menuju kawasan yang diharapkan untuk berkembang yang disebut sebagai receiving area
(area penerima)
j Downzoning. Rezoning lahan yang seharusnya dilakukan atas persetujan pemilik lahan karena mengubah
peruntukan lahan yang bernilai tinggi menjadi rendah. Misalnya guna lahan komersial di zonasi ulang (diubah)
menjadi guna lahan permukiman. Beberapa batasan dari teknik ini yaitu larangan secara hukum untuk
mengubah properti pribadi tanpa adanya kompensasi dan downzoning ini tidak dapat digunakan untuk
menghilangkan penggunaan yang ada saat ini.
34
JENIS-JENIS TEKNIK PENGATURAN ZONASI
k Upzoning merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah zonasi suatu kawasan yang memperbolehkan
adanya peningkatan kepadatan atau penambahan guna lahan komersial. Perubahan dalam klasifikasi zoning
terhadap suatu properti dari penggunaan yang bernilai rendah menjadi lebih tinggi.
l Design/Historic Preservation merupakan ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang dan elemen lainnya untuk
memelihara visual dan karakter budaya, bangunan serta pelestarian kawasan yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.
m Overlay Zoning satu atau beberapa zona yang mengacu pada satu atau beberapa peraturan zonasi. Misalnya
kawasan perumahan di kawasan yang harus dilestarikan akan merujuk pada aturan perumahan dan pelestarian
bangunan/kawasan.
n Floating Zoning merupakan blok peruntukan yang diambangkan pemanfaatan ruangnya dan penetapan
peruntukannya didasarkan pada kecenderungan perubahan/perkembangannya sampai ada pemanfaatan ruang
yang dianggap paling tepat/sesuai. Floating zone biasanya digunakan dalam suatu pembangunan unit
perencanaan multifamily, pusat perbelanjaan, dan taman perumahan.
o Flood Plain Zoning merupakan ketentuan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan banjir untuk mencegah atau
mengurangi kerugian yang disebabkan oleh banjir melalui pendekatan distrik tunggal yang disesuaikan dengan
daerah kota dan desa; distrik ganda yang membedakan daerah aliran banjir dan tepi aliran banjir, atau gabungan
distrik tunggal dan ganda pada perencanaan kawasan rawan banjir.
35
JENIS-JENIS TEKNIK PENGATURAN ZONASI
p Conditional Uses merupakan izin pemanfaatan ruang yang diberikan pada suatu zona jika kriteria atau kondisi
khusus zona tersebut memungkinkan atau sesuai dengan pemanfaatan ruang yang diinginkan untuk
penggunaan lahan bagi kepentingan khusus dan kepentingan tertentu.
q Growth Control merupakan pengendalian yang dilakukan melalui faktor-faktor pertumbuhan seperti
pembangunan sarana dan prasarana melalui penyediaan infrastruktur yang diperlukan, mengelola faktor
ekonomi dan sosial hingga politik.
r Planned Unit Development merupakan review atas usulan perencanaan pembangunan dan kewenangan dalam
penyusunan zoning distrik yaitu dalam hal kriteria standar untuk mencapai kenaikan pertumbuhan ekonomi dan
standar desain yang diinginkan.
36
BONUS ZONING/ INCENTIVE ZONING
Incentive Zoning merupakan suatu bentuk mekanisme kerjasama antara Pemerintah Kota dengan
pengembang (swasta) dalam mengembangkan kawasan/daerah yang berhubungan dengan
kepentingan publik
Izin peningkatan intensitas dan kepadatan Pada dasarnya insentif zoning merupakan pertukaran
bangunan (tinggi bangunan, luas lantai) yang bersyarat antara pemerintah kota dengan developer.
diberikan kepada pengembang dengan imbalan – Pemkot memberi izin kepada developer untuk
penyediaan fasilitas publik (atau ruang terbuka membuat bangunan lebih besar dengan
hijau) sesuai dengan ketentuan yang berlaku pertukaran berupa beberapa fasilitas publik
Contoh fasilitas publik yang dapat disediakan seperti plaza atau ruang terbuka, pedestrian yang
oleh pengembang: lebih lebar, atau fungsi retail pada lantai dasar.
– Arcade atau plaza – Bonus yang didapat developer adalah
– Pengatapan ruang penambahan luas lantai bangunan melebihi batas
– Ruang bagi pejalan max pada peraturan zonasi.
– Peninggian jalur pejalan atau bawah tanah
untuk memisahkan pejalan dan lalu lintas
kendaraan Kritik terhadap insentif zoning:
– Ruang bongkar muat off-street untuk – developer memperoleh keuntungan yang lebih
mengurangi kemacetan besar dari pada yang diterima oleh publik.
– RTH, dll Seharusnya nilainya seimbang.
37
BONUS ZONING/ INCENTIVE ZONING
Kelemahan:
• Teknik ini dapat menyebabkan bengunan berdiri sendiri di tengah
plaza, memutuskan shopping frontage, dll.
• Selain itu, teknik ini juga cenderung lebih memberikan
keuntungan kepada developer dibandingkan masyarakat.
Kunci kesuksesan insentif zoning:
• corak desain yang spesifik dan pertimbangan atas kebutuhan
publik dan penggunaannya.
• Insentif zoning lebih cocok diberlakukan pada kota dengan
tekanan pasar yang tinggi yang mengindikasikan minat yang tinggi
pada pembangunan.
TRANSFER OF DEVELOPMENT RIGHT (TDR)
a Peta zoning merupakan peta rencana pola ruang dalam RDTR yang
disusun pada skala 1:5.000 (akan lebih baik jika batas kapling tampak di
peta)
45
C. TAHAPAN PENYUSUNAN
PERATURAN ZONASI
TAHAPAN PENYUSUNAN
Permen ATR/Ka BPN 16/2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota
47
DATA – DATA YANG DIBUTUHKAN
A. Data Primer
a. Jenis penggunaan lahan yang ada pada daerah yang bersangkutan
b. Jenis dan karakteristik kegiatan pemanfaatan ruang
c. Jenis dan intensitas kegiatan yang ada
d. Kajian dampak kegiatan dalam suatu zona/sub zona
e. Konflik pemanfaatan ruang
f. Persepsi dan preferensi stakeholder
g. Observasi teknis pemanfatan ruang (intensitas, tata bangunan, obyek khusus)
B. Data Sekunder
a. Kebijakan terkait dengan tata ruang (kawasan yang didorong atau dikendalikan
perkembangannya, KUPZ yang termuat dalam Perda RTRW Kab/Kota)
b. Standar teknis dan administrasi yang dapat dimanfaatkan
c. Peraturan perundangan sectoral pemanfaatan lahan dan bangunan, serta prasarana
d. Perizinan dan komitment pembangunan
e. Daya dukung dan daya tamping
f. Studi-studi dan peraturan perundangan lain terkait karakteristik kawasan 49
ANALISIS YANG DILAKUKAN
1. Analisis karakteristik peruntukan, zona dan sub zona berdasarkan kondisi yang diharapkan
2. Analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin akan
berkembang di masa mendatang
3. Analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona
4. Analisis dampak kegiatan terhadap kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/ sub zona
5. Analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona
6. Analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan dengan kondisi saat ini
(peruntukan, perizinan, status guna lahan, konflik pemanfaatan ruang)
7. Analisis karakteristik spesifik lokasi
8. Analisis ketentuan, standar setiap sektor terkait
9. Analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang
50
PENGKAJIAN DAMPAK
Dalam penyusunan peraturan zonasi, pengkajian dampak suatu kegiatan pada suatu zona/sub
zona sangat penting untuk merumuskan Aturan Dasar dan Teknik Pengaturan Zonasi.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan antara lain:
a. Karakteristik kegiatan: Fungsi utama: untuk mengidentifikasi zona, Kegiatan utama; untuk
mengidentifikas sub zona, kegiatan, kesesuaian kegiatan dengan zona, Kegiatan tambahan:
untuk mengidentifikasi fungsi aksesoris atau kegiatan tambahan dari fungsi/kegiatan
utama dalam kapling/bangunan, Perkiraan intensitas: KDB, KLB, KDH, Karakter massa
bangunan: GSB, TB, KTB, Karakteristik bangunan yang disesuaikan dengan karakteristik
kegiatan.
b. Dampak kegiatan: Sebagai dasar pertimbangan untuk membuat aturan pemanfaatan
ruang (ITBX) dan prasarana minimum. Buangan/limbah (pengelolaan limbah untuk
kegiatan tertentu misalnya restaurant). Parkir (kapasitas parkir) dll
c. dan lain-lain terkait dengan pengaruhnya terhadp kinerja zona/sub zona dimana kegiatan
tersebut berada.
51
HASIL ANALISIS YANG DILAKUKAN
52
CARA MENENTUKAN KETENTUAN
KEGIATAN DAN PEMANFAATAN RUANG
ZONA VS KEGIATAN
Zona / Sub Zona adalah jenis pola ruang atau peruntukkan yang ditetapkan dalam rencana
pola ruang, yang dalam peraturan zonasi kemudian ditetapkan sebagai zona/sub zona.
Kegiatan adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu zona/subzone atau bangunan. Kegiatan
yang dominan pada suatu blok/kawasan seringkali disebut sebagai zona/sub zona.
Besar
54
TATA CARA MERUMUSKAN KEGIATAN ITBX
Tidak
Tidak Tidak
Tidak
2)
2) Kebutuhan
Kebutuhan Informasi:
Informasi:
Apakah kegiatan Ya
Ya Apakah kegiatan
KUALITAS
KUALITAS LOKAL
LOKAL
Jenis Kegiatan kompatibel dengan sesuai dengan kualitas
MINIMUM
MINIMUM ZONA
ZONA YANG
YANG
karakter zona/subzona? (lokal) minimum?
DITETAPKAN
DITETAPKAN
Ya
Ya
1)
1) Kebutuhan
Kebutuhan Informasi:
Informasi:
KODE
KODE dan
dan DEFINISI
DEFINISI ZONA
ZONA
Apakah dampak
Apakah dampak terkait/ Tidak terkait persyaratan/dampak Tidak
Tidak
Tidak
disebabkan oleh jumlah lingkungan (berkurangnya
kegiatan, waktu operasi, luasan/ kinerja infrastruktur, utilitas,
intensitas dan sejenisnya? keselamatan), keterbatasan
ruang?
kajian/penelitian
Perlu kajian/penelitian
Ya
Ya
lanjut
lebih lanjut
Perlu
lebih
Tidak
Tidak
Dampat dapat diantisipasti
Ya
Ya dengan ketentuan Bersyarat?
Diizinkan dengan
Syarat (B)
Apakah dampak
terkait persyaratan/dampak Tidak
Tidak Tidak
Tidak
lingkungan (berkurangnya Dampat dapat diantisipasti
kinerja infrastruktur, utilitas, dengan ketentuan Terbatas?
keselamatan), keterbatasan
ruang?
Ya
Ya
Ya
Ya
Diizinkan dengan
Terbatas (T)
a Teknik pengaturan zonasi yang dipilih berkorelasi dengan aspek ditetapkannya kawasan
strategis
b Kriteria atau perhatian (concern) dalam perumusan teknik pengaturan zonasi kawasan
strategis minimum eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan
c Kondisi guna lahan saat ini (eksisting) dan arahan pola ruang ke depan
Pertimbangan teknis seperti: • Daya dukung dan daya tampung. • Daya dukung prasarana
d dan utilitas. • Karakteristik lingkungan, sosial, ekonomi.
Arah pengembangan/ kebijakan pembangunan kota/kawasan, seperti: • Arah
e pengembangan kota/kawasan • Upaya adaptasi terhadap bencana atau kondisi kontekstual
lainnya • Kekhususan kawasan seperti KEK atau ada aturan lain/kebijakan lain yang
diterapkan pada kawasan tertentu. • Antisipasi pengembangan di masa mendatang.
57
PERTIMBANGAN PENERAPAN TEKNIK PENGATURAN ZONASI
PERTIMBANGAN:
Arah pengembangan kota/kawasan Mis: Bonus/Insentive Zoning
Perlindungan Kawasan Mis: Pengendalian pertumbuhan, down zoning
Kondisi kontekstual kawasan (resapan air, banjir, dll Mis: Floodplain Zoning
Keterbatan sumberdaya dalam mewujudkan rencana, persoalan sosial dan
ekonomi masyarakat mis: Upzoning, Spot zoning
Ada aturan lain yang mempunyai kekuatan hukum pada suatu kawasan
Overlay zoning (Mis: Aturan Cagar Budaya, KKOP, Wisata, dll)
Antisipasi perkembangan di masa mendatang Mis: Contract zoning
Pembiayaan pembangunan terkait penyediaan infrastruktur Mis: negotiated
development, TDR, Fiscal zoning.
Kekhususan Kawasan, KEK dll mis: special Zoning dll
PRASYARAT PENERAPAN:
Tidak harus semua jenis Teknik Pengaturan Zonasi diterapkan.
Penetapan kawasan yang dikenakan teknik pengaturan zonasi pada saat penetapan perda,
bukan berdasarkan kebutuhan pasar.
Tidak seluruh bagian kota/kabupaten diterapkan teknik pengaturan zonasi yang artinya
seluruh bagian kota menjadi fleksibel.
58
PERTIMBANGAN PENERAPAN TEKNIK PENGATURAN ZONASI
Perlindungan (LP2B, RTH, Cagar Budaya dll) Bonus/Incentive Zoning, TDR, Spesial Zoning
Fleksibilitas dalam Pembangunan, peluang Negotiated development, Contract Zoning, Performance Zoning, Up Zoning,
3. Dinamika Perkembangan
ekonomi Conditional Uses, Floating Zone
Overlay Zoning, Design/Historic Preservation, Flood Plain Zoning.
Kepentingan Nasional,
4. Kewenangan Pengaturan Ruang
Provinsi, Sektor
59
D. CONTOH
PERATURAN ZONASI
CONTOH PERATURAN ZONASI (1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2019 tentang
RDTR Kawasan Purwokerto
61
CONTOH PERATURAN ZONASI (1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2019 tentang
RDTR Kawasan Purwokerto
62
CONTOH PERATURAN ZONASI (1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2019 tentang
RDTR Kawasan Purwokerto
63
CONTOH PERATURAN ZONASI (1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2019 tentang
RDTR Kawasan Purwokerto
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (2)
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
CONTOH PERATURAN ZONASI (3)
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Banawa
CONTOH PERATURAN ZONASI (3)
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Banawa
CONTOH PERATURAN ZONASI (3)
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Banawa
CONTOH PERATURAN ZONASI (3)
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Banawa
CONTOH PERATURAN ZONASI (3)
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Banawa
E. DIGITALISASI PERATURAN ZONASI
PERAN RDTR DAN PZ DALAM PELAKSANAAN OSS
Percepatan penetapan Perda “Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang belum memiliki RDTR, dalam jangka waktu paling lama 6
RDTR dalam rangka mendukung (enam) bulan sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan wajib menetapkan RDTR untuk Kawasan
pelaksanaan Online Single Industri atau kawasan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” (Pasal 44 ayat 1
Submission (OSS) PP 24/2018 tentang Pelayanan Berizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik)
Izin lokasi terbit tanpa komitmen Izin lokasi terbit dengan komitmen
77
PENGOLAHAN DATA UNTUK DIGITALISASI
Pengumpulan
Naskah Perda
Rujukan verifikasi
Verifikasi
Intensitas Shapefile
Zoning Text ITBX
Ruang Pola Ruang
Pengolahan
Data
Preprocessing Ekstraksi Teks Standardisasi
Review
RDTR Interaktif
Deploy
78
DATA YANG DIOLAH (KOTA BANDUNG)
79
CONTOH TOOLS ITBX
Sub Terbatas
Diizinkan Terbatas Bersyarat
Zona Bersyarat
83
Sumber Bahan Ajar
2 Modul Pelatihan Dasar Pelatihan Peraturan Zonasi tahun 2019, di susun oleh: Dr . Ir
Denny Zulkaidi, MUP dan Dr . RM. Petrus Natalivan, ST. , MT
4 Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang RDTR Kota Banda Aceh
84
TERIMA
KASIH
@DitjenTataRuang @DitjenTaru /DitjenTataRuang
86
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
Rujukan
• Standar atau interval KDB dan KLB dapat merujuk pada aturan di bawah ini, dan dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah
• SK MenPU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota
• Kepmendagri No. 59/1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Permendagri No. 2/1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota .
87