KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan Modul Diklat Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Tingkat Dasar. Modul ini disusun sebagai penunjang kegiatan diklat agar
peserta diklat dapat mempelajari dan memahami materi-materi yang diberikan.
Pada kesempatan ini pula, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah Saudara-saudara sekalian.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca, khususnya peserta diklat. Akhir kata dengan segala kerendahan
hati, tim penyusun mengharapkan masukan dan kritikan demi perbaikan
penyusunan modul di masa akan datang.
Terima kasih.
Jakarta, 2019
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia,
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1
B. DESKRIPSI SINGKAT ........................................................................................ 1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................................... 2
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ...................................................... 2
BAB II MUATAN PERATURAN ZONASI ............................................................................ 3
1. Aturan Dasar (Materi Wajib) .......................................................................... 8
2. Teknik Pengaturan Zonasi (TPZ) ................................................................... 18
BAB III PROSES PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI .................................................... 23
1. Tahap Persiapan .......................................................................................... 23
2. Pengumpulan Data ...................................................................................... 25
3. Analisis Data ................................................................................................ 26
4. Perumusan Muatan PZ ................................................................................. 27
5. Penyusunan dan pembahasan Raperda RDTR dan PZ ................................... 29
BAB IV OUTPUT PERATURAN ZONASI........................................................................... 31
1. ATURAN DASAR ........................................................................................... 33
2. PETA ZONASI................................................................................................ 90
BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 94
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................ 95
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Kedudukan Peraturan Zonasi dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang ................ 6
Gambar 2. Kedudukan Peraturan Zonasi dalam Sistem Penataan Ruang ............................... 7
Gambar 3. Substansi/Muatan Peraturan Zonasi .................................................................. 32
Gambar 4. Bagan Alir Proses Teknis Penyusunan Peraturan Zonasi ..................................... 33
Gambar 5. Matriks ITBX Zona Perumahan ........................................................................... 84
Gambar 6. Matriks ITBX Zona RTH ....................................................................................... 88
Gambar 7. Contoh Penetapan Delineasi Blok Peruntukan ................................................... 89
Gambar 8. Contoh Penulisan Kode Zonasi untuk ................................................................. 90
Gambar 9. Contoh Penulisan Kode Zonasi untuk ................................................................. 90
Gambar 10. Ilustrasi Pembagian Zona pada Rencana Pola Ruang RDTR ............................... 91
Gambar 11. Contoh Zoning Map dan Zoning Text dalam RDTR ............................................ 92
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Sifat Pengendalian Pemanfaatan Ruang .................................................................. 5
Tabel 2. Klasifikasi Zona Lindung ......................................................................................... 36
Tabel 3. Klasifikasi Zona Budidaya ....................................................................................... 52
Tabel 4. Kriteria Zonasi Kegiatan ......................................................................................... 80
Tabel 5. Contoh Daftar Kegiatan zona perumahan di Motamasin ........................................ 84
Tabel 6. Contoh Daftar Kegiatan zona lindung di Motamasin .............................................. 84
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota belum operasional dan
sulit dijadikan rujukan dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) sudah lebih rinci (mengatur guna lahan, intensitas bangunan, tata
massa bangunan), tetapi tetap kurang operasional bila tidak disertai dengan aturan
yang lengkap. Peraturan zonasi potensial untuk melengkapi RDTR agar lebih
operasional.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Peraturan zonasi adalah ketentuan yang
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya
yang disusun untuk setiap blok/zona peruntukan.
Peraturan zonasi berfungsi sebagai perangkat operasional pengendalian
pemanfaatan ruang; acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di
dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah; acuan dalam
pemberian insentif dan disinsentif; acuan dalam pengenaan sanksi; dan rujukan teknis
dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi.
Aparat pemerintah daerah perlu memahami muatan dan proses penyusunan
peraturan zonasi serta penerapannya dalam RDTR agar pengendalian pemanfaatan
ruang dapat menjadi lebih efektif.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat Peraturan Zonasi ini membekali peserta agar dapat memahami
muatan Peraturan Zonasi, Proses Teknis Penyusunan Peraturan Zonasi, dan Output
Peraturan Zonasi
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu Menjelaskan Muatan
Peraturan Zonasi, Proses Teknis Penyusunan Peraturan Zonasi dan Output Peraturan
Zonasi. Indikator keberhasilan dari pembelajaran ini peserta mampu:
1. Menjelaskan muatan peraturan zonasi yang meliputi aturan dasar dan teknik
pengaturan zonasi
2. Menjelaskan proses teknis penyusunan peraturan zonasi yang mencakup tahap
persiapan, tahap pengumpulan data, tahap analisis data, tahap perumusan
muatan peraturan zonasi, serta tahap penyusunan dan pembahasan Raperda
RDTR dan PZ
3. Menjelaskan output peraturan zonasi yang terdiri dari aturan dasar dan peta
zonasi
BAB II
MUATAN PERATURAN ZONASI
PZ disusun untuk setiap zona peruntukan baik zona budidaya maupun zona
lindung dengan memperhatikan esensi fungsinya yang ditetapkan dalam rencana rinci
tata ruang dan bersifat mengikat/regulatory. Peraturan zonasi merupakan ketentuan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RDTR Peraturan zonasi dan berfungsi
sebagai:
a. perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
b. acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air
right development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah;
c. acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
d. acuan dalam pengenaan sanksi; dan
e. rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan
lokasi investasi.
Peraturan zonasi bermanfaat untuk:
a. menjamin dan menjaga kualitas ruang BWP minimal yang ditetapkan;
b. menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona; dan
c. meminimalkan gangguan atau dampak negatif terhadap zona.
Aturan dasar merupakan persyaratan pemanfaatan ruang meliputi, ketentuan kegiatan
dan penggunaan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata
bangunan, ketentuan prasarana dan sarana minimal, ketentuan khusus, dan standar
teknis, dan/atau ketentuan pelaksanaan.
Preventive Curative
Zoning
Mengarahkan Development Control
Pembangunan Development Permit Enforcement
(to direct development) Site Plan Control
Disinsentif
1) dokumen AMDAL;
2) dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL);
3) dokumen Analisis Dampak Lalu-lintas (ANDALIN); dan
4) pengenaan disinsentif misalnya biaya dampak pembangunan
(development impact fee).
Klasifikasi X = pemanfaatan yang tidak diperbolehkan
1) Pertimbangan Umum
Pertimbangan umum berlaku untuk semua jenis penggunaan
lahan, antara lain kesesuaian dengan arahan pemanfaatan ruang
dalam RTRW kabupaten/kota, keseimbangan antara kawasan lindung
dan kawasan budi daya dalam suatu wilayah, kelestarian lingkungan
(perlindungan dan pengawasan terhadap pemanfaatan air, udara, dan
ruang bawah tanah), perbedaan sifat kegiatan bersangkutan
terhadap fungsi zona terkait, definisi zona, kualitas lokal minimum,
toleransi terhadap tingkat gangguan dan dampak terhadap
peruntukan yang ditetapkan (misalnya penurunan estetika
lingkungan, penurunan kapasitas jalan/lalu-lintas, kebisingan, polusi
limbah, dan restriksi sosial), serta kesesuaian dengan kebijakan
lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
2) Pertimbangan Khusus
Pertimbangan khusus berlaku untuk masing-masing karakteristik guna
lahan, kegiatan atau komponen yang akan dibangun. Selain itu perlu
dipertimbangkan kondisi yang harus dipenuhi agar kegiatan dapat
berlangsung pada zona terkait yang antara lain meliputi:
Selain itu, ketentuan tata bangunan dapat memuat tampilan bangunan yang
ditetapkan dengan mempertimbangkan warna bangunan, bahan bangunan,
tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, keindahan bangunan,
serta keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya.
melalui penyediaan prasarana dan sarana yang sesuai agar zona berfungsi
secara optimal.
e. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona
yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai
dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada
zona-zona yang digambarkan di peta khusus yang memiliki pertampalan
(overlay) dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.
Ketentuan khusus dapat menganulir aturan yang ada pada aturan dasar
sesuai dengan tuntutan kekhususannya.
f. Standar Teknis
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan sarana dan
prasarana permukiman perkotaan yang ditetapkan berdasarkan
peraturan/standar/ ketentuan teknis yang berlaku serta berisi panduan yang
terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Standar teknis ini
berfungsi sebagai panduan pelaksanaan pembangunan dan sekaligus juga
berfungsi sebagai instrumen pemeriksaan dan pengawasan pengendalian
pemanfaatan ruang.
4) standar prasarana lain (media luar ruang) yang sesuai dengan desain
estetika lingkungan yang diinginkan.
Standar teknis yang digunakan dalam penyusunan RDTR mengikuti
peraturan perundang-undangan, termasuk Standar Nasional Indonesia
(SNI).
g. Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan adalah aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan
penerapan peraturan daerah RDTR dan PZ yang terdiri atas:
c. Fiscal Zoning
Ketentuan/aturan yang ditetapkan pada satu atau beberapa blok peruntukan
yang berorientasi kepada peningkatan pendapatan asli daerah.
d. Special Zoning
Ketentuan ini dibuat dengan spesifik sesuai dengan karakteristik setempat
(contoh: universitas, bandara) untuk mengurangi konflik antara area ini dan
masyarakat sekelilingnya dengan pemanfaatan ruang sesuai dengan area
tersebut yang umumnya untuk menjaga kualitas lingkungan (kelancaran lalu
lintas, dsb)
e. Exclusionary Zoning
Ketentuan/aturan pada satu atau beberapa blok peruntukan yang
menyebabkan blok peruntukan tersebut menjadi eksklusif. Exclusionary
zoning merupakan salah satu perangkat teknik pengaturan zonasi yang
disusun untuk menjaga karakter kawasan, internalisasi eksternalitas, dan
melindungi nilai kepemilikan (property values).
f. Inclusionary Zoning
Ketentuan yang secara spesifik memperbolehkan adanya unit-unit rumah
dengan berbagai tipe dan ukuran kepadatan dengan tujuan untuk
menghilangkan unsur diskriminasi.
g. Contract Zoning
Ketentuan yang dihasilkan melalui kesepakatan antara pemilik properti
dengan instansi perencana atau lembaga legislatif yang dituangkan dalam
bentuk kontrak berdasarkan kitab undang-undang hukum perdata.
h. Negotiated Development
Ketentuan pembangunan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan antar
stakeholder yang mengacu pada master development plan atau specific
design guidelines.
j. Downzoning
Rezoning lahan yang seharusnya dilakukan atas persetujan pemilik lahan
karena mengubah peruntukan lahan yang bernilai tinggi menjadi rendah.
Misalnya guna lahan komersial di zonasi ulang (diubah) menjadi guna lahan
permukiman. Beberapa batasan dari teknik ini yaitu larangan secara hukum
untuk mengubah properti pribadi tanpa adanya kompensasi dan downzoning
ini tidak dapat digunakan untuk menghilangkan penggunaan yang ada saat ini.
k. Upzoning
Merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah zonasi suatu kawasan
yang memperbolehkan adanya peningkatan kepadatan atau penambahan
guna lahan komersial. Perubahan dalam klasifikasi zoning terhadap suatu
properti dari penggunaan yang bernilai rendah menjadi lebih tinggi.
l. Design/Historic Preservation
Ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang dan elemen lainnya untuk
memelihara visual dan karakter budaya, bangunan serta pelestarian kawasan
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
m. Overlay Zoning
Satu atau beberapa zona yang mengacu pada satu atau beberapa peraturan
zonasi. Misalnya kawasan perumahan di kawasan yang harus dilestarikan
akan merujuk pada aturan perumahan dan pelestarian bangunan/kawasan.
n. Floating Zoning
Blok peruntukan yang diambangkan pemanfaatan ruangnya dan penetapan
peruntukannya didasarkan pada kecenderungan perubahan /
perkembangannya sampai ada pemanfaatan ruang yang dianggap paling
tepat / sesuai. Floating zone biasanya digunakan dalam suatu pembangunan
unit perencanaan multifamily, pusat perbelanjaan, dan taman perumahan.
p. Conditional Uses
Izin pemanfaatan ruang yang diberikan pada suatu zona jika kriteria atau
kondisi khusus zona tersebut memungkinkan atau sesuai dengan
pemanfaatan ruang yang diinginkan untuk penggunaan lahan bagi
kepentingan khusus dan kepentingan tertentu.
q. Growth Control
Pengendalian yang dilakukan melalui faktor-faktor pertumbuhan seperti
pembangunan sarana dan prasarana melalui penyediaan infrastruktur yang
diperlukan, mengelola factor ekonomi dan social hingga politik.
BAB III
PROSES PENYUSUNAN
PERATURAN ZONASI
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan survey
sebagai bentuk pengumpulan data. Tahap persiapan bertujuan untuk menyiapkan
kebutuhan teknis dan non teknis dalam penyusunan PZ.
Kegiatan persiapan penyusunan PZ terdiri atas:
1) pembentukan tim penyusun RDTR dan PZ kabupaten/kota beranggotakan:
a) pemerintah daerah kabupaten/kota, khususnya dalam lingkup Tim
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Kabupaten/Kota;
b) tim ahli yang diketuai oleh profesional perencana wilayah dan kota yang
bersertifikat, memiliki pengalaman di bidang perencanaan wilayah minimal
10 tahun dan pernah menyusun RDTR, dengan anggota profesional pada
bidang keahlian yang paling kurang terdiri atas:
(1) arsitek (rancang kota);
(2) pertanahan;
(3) geografi/geodesi;
(4) geologi/kebencanaan;
(5) teknik sipil (infrastruktur/prasarana/transportasi);
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan kedua dari proses teknis penyusunan PZ
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi berdasarkan daftar
kebutuhan data. Data dan informasi untuk penyusunan PZ terdiri dari data dan
informasi yang digunakan untuk menyusun RDTR dan ditambahkan dengan data dan
informasi sebagai berikut:
3. Analisis Data
Analisis data adalah tahapan yang dilakukan dengan cara mengkompilasi,
mengolah serta menganalisis data yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
Analisis untuk penyusunan PZ meliputi:
1) analisis karakteristik peruntukan, zona dan zona berdasarkan kondisi yang
diharapkan (berdasarkan nilai sejarah, lokasi, kerentanan dan risiko bencana,
persepsi maupun preferensi pemangku kepentingan);
2) analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin
akan berkembang di masa mendatang;
3) analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona (karakteristik
kegiatan, fasilitas penunjang dll);
4) analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona;
5) analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona;
6) analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan
dengan kondisi yang terjadi di lapangan (peruntukan saat ini, perizinan yang
sudah dikeluarkan; status guna lahan, konflik pemanfaatan ruang);
7) analisis karakteristik spesifik lokasi (obyek strategis nasional/provinsi, ruang
dalam bumi);
8) analisis ketentuan, standar setiap sektor terkait; dan
9) analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Perumusan Muatan PZ
Perumusan muatan PZ dapat disebut juga tahapan penentuan substansi yang
akan dimasukkan kedalam deliniasi kawasan. Perumusan muatan peraturan zonasi
meliputi:
1) penentuan deliniasi blok peruntukan
2) perumusan aturan dasar
Aturan dasar adalah aturan yang besifat kaku karena berisi tentang materi –
materi yang wajib tercantum dalam PZ. Aturan dasar yang memuat:
a) ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi
kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan
penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas, kegiatan dan
penggunaan lahan yang bersyarat tertentu, dan kegiatan dan
penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan pada zona lindung maupun
zona budi daya.
b) ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang kepadatan
zona terbangun yang dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur
melalui Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan
(KLB), dan Koefisien Daerah Hijau (KDH) baik di atas maupun di bawah
permukaan tanah.
c) ketentuan tata bangunan;
Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk,
besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona untuk
menjaga keselamatan dan keamanan bangunan.
d) ketentuan prasarana minimal;
Ketentuan prasarana dan sarana pendukung minimal mengatur jenis
prasarana dan sarana pendukung minimal apa saja yang harus ada pada
setiap zona peruntukan.
e) ketentuan khusus;
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona
yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai
dengan karakteristik zona dan kegiatannya.
f) standar teknis;
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan sarana dan
prasarana permukiman perkotaan yang ditetapkan berdasarkan
peraturan/standar/ ketentuan teknis yang berlaku serta berisi panduan
yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.
g) ketentuan pelaksanaan meliputi:
(1) ketentuan variansi pemanfaatan ruang;
ketentuan variansi pemanfaatan ruang adalah ketentuan yang
memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu
dengan tetap mengikuti ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam
peraturan zonasi. Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika
pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of
development rights (TDR) dan air right development yang dapat diatur
lebih lanjut dalam RTBL.
(2) ketentuan insentif dan disinsentif;
ketentuan insentif dan disinsentif adalah ketentuan yang memberikan
BAB IV
OUTPUT PERATURAN ZONASI
1. ATURAN DASAR
Dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, yang disebut dengan zoning text adalah aturan
dasar, yang mana memuat ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan (ITBX),
ketentuan pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan, ketentuan prasarana
minimal, ketentuan khusus, standar teknis, dan ketentuan pelaksanaan. Pada
umumnya zoning text berupa tabel yang berisi daftar/list kegiatan yang akan
dicocokkan dengan ketentuan dari masing-masing zona pola ruang. Hasil dari
analisis tersebut berupa kegiatan-kegiatan yang diperbolehkan (I), diperbolehkan
terbatas (T), diperbolehkan bersyarat, dan tidak diperbolehkan dalam suatu zona
pola ruang di kawasan tertentu.
4.1.1 DEFINSI DAN KRITERIA PENGKLASIFIKASIAN ZONA LINDUNG DAN
BUDIDAYA
Dalam penyusunan zoning text, tahap pertama yang dilakukan adalah
melakukan pengklasifikasian zona, untuk melihat apakah suatu Bagian Wilayah
Perencanaan (BWP) tersebut masuk dalam kategori zona lindung atau
budidaya. Pengklasifikasian zona lindung dan budidaya dapat dilakukan
dengan melihat kriteria-kriteria berdasarkan zona lindung dan budidaya,
sebagai berikut:
1. hutan HL peruntukan ruang memelihara dan terjaga dan kawasan hutan dengan mengacu pada
lindung yang merupakan mewujudkan terwujudnya faktor-faktor kelas Permen
bagian dari kelestarian fungsi kelestarian lereng, jenis tanah dan ATR/KaBPN No.
kawasan lindung hutan lindung dan fungsi hutan intensitas hujan setelah 1 Tahun 2018
yang mempunyai mencegah lindung dan tidak masing-masing tentang
fungsi pokok timbulnya adanya dikalikan dengan angka Pedoman
sebagai kerusakan hutan kerusakan hutan penimbang mempunyai Penyusunan
perlindungan meningkatkan meningkatnya jumlah nilai (skor) 175 Rencana Tata
sistem penyangga fungsi hutan fungsi hutan (seratus tujuh puluh Ruang Wilayah
kehidupan untuk lindung terhadap lindung terhadap lima) atau lebih Provinsi,
mengatur tata air, tanah, air, iklim, tanah, air, iklim, kawasan hutan yang Kabupaten, dan
mencegah banjir, tumbuhan, dan tumbuhan, dan mempunyai lereng Kota
mengendalikan satwa satwa lapangan 40 % (empat
erosi, mencegah puluh persen) atau
intrusi air laut, dan lebih dan/atau kawasan
memelihara hutan yang mempunyai
kesuburan tanah ketinggian 2000 (dua
ribu) meter atau lebih di
atas permukaan laut
kawasan bercurah
hujan yang tinggi,
berstruktur tanah yang
mudah meresapkan air
dan mempunyai
geomorfologi yang
mampu meresapkan air
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
Definisi:
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap kawasan di
bawahannya meliputi kawasan gambut dan kawasan resapan air.
Tujuan penetapan:
meresapkan air hujan sehingga dapat menjadi tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air
2. lindung LG Peruntukan ruang melindungi terlindunginya tanah bergambut dengan Mengacu pada
gambut yang merupakan ketersediaan air, ketersediaan air ketebalan 3 (tiga) meter Permen LHK No.
bagian dari kelestarian terlindunginya atau lebih yang terdapat di P.14/MENLHK/S
kawasan lindung keanekaragaman keanekaragaman bagian hulu sungai dan ETJEN/KUM.1/2/
yang mempunyai hayati, penyimpan hayati rawa. 2017 tentang
fungsi utama cadangan karbon tersimpannya Tata Cara
perlindungan dan penghasil oksigen, cadangan karbon Inventarisasi dan
keseimbangan penyeimbang iklim penghasil oksigen Penetapan
tata air, tercapainya Fungsi
penyimpan keseimbangan Ekosistem
cadangan karbon, iklim mikro Gambut
dan pelestarian
keanekaragaman
hayati.
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
3. resapan air RA peruntukan ruang meresapkan air terserapnya air kawasan yang mempunyai mengacu pada
yang merupakan hujan sehingga hujan sehingga kemampuan tinggi untuk Permen
bagian dari dapat menjadi menjadi tempat meresapkan air hujan ATR/KaBPN No.
kawasan lindung tempat pengisian pengisian air sebagai pengontrol tata air 1 Tahun 2018
yang mempunyai air bumi (akuifer) bumi (akuifer) permukaan tentang
fungsi pokok yang berguna yang berguna Pedoman
sebagai sebagai sumber sebagai sumber Penyusunan
perlindungan air. air Rencana Tata
terhadap kawasan Ruang Wilayah
di bawahannya. Provinsi,
Kabupaten, dan
Kota
TUJUAN KRITERIA KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI KETERANGAN
PENETAPAN PERFORMA PERENCANAAN
Definisi:
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air.
Tujuan penetapan:
menjaga kelestarian fungsi pantai, waduk, dan sungai
menjaga kawasan dari aktivitas manusia
4. sempadan SP peruntukan ruang melindungi dan terlindungi dan daratan sepanjang Mengacu pada
pantai yang merupakan menjaga terjaganya tepian pantai yang Perpres No. 51
bagian dari kelestarian fungsi kelestarian fungsi lebarnya proporsional Tahun 2016
kawasan lindung dan segenap dan segenap dengan bentuk dan tentang Batas
yang mempunyai sumber daya di sumber daya di kondisi fisik pantai, Sempadan
fungsi pokok wilayah pesisir dan wilayah pesisir minimal 100 meter dari Pantai
sebagai pulau-pulau kecil dan pulau-pulau titik pasang tertinggi ke
perlindungan melindungi dan kecil arah darat
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
5. sempadan SS peruntukan ruang melindungi fungsi terlindunginya untuk sungai tidak Mengacu pada
sungai yang merupakan sungai agar tidak fungsi sungai bertanggul, sempadan Permen PU No.
bagian dari terganggu oleh agar tidak sungai ditentukan : 28/PRT/M/2015
kawasan lindung aktivitas yang terganggu oleh i. paling sedikit tentang
yang mempunyai berkembang di aktivitas yang berjarak 10 meter Penetapan Garis
fungsi pokok sekitarnya berkembang di dari tepi kiri dan Sempadan
sebagai melindungi sekitarnya kanan palung sungai Sungai dan
perlindungan, kegiatan terlindunginya sepanjang alur Sempadan
penggunaan, dan pemanfaatan dan kegiatan sungai, dalam hal
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
6. sekitar DW peruntukan ruang melindungi fungsi terlindunginya luasan lahan yang Mengacu pada
danau atau yang merupakan danau atau waduk fungsi danau atau mengelilingi dan Permen PU No.
waduk bagian dari agar tidak waduk agar tidak berjarak 50 (lima puluh) 28/PRT/M/2015
kawasan lindung terganggu oleh terganggu oleh meter dari tepi muka air tentang
yang mempunyai aktivitas yang aktivitas yang tertinggi yang pernah Penetapan Garis
fungsi pokok berkembang di berkembang di terjadi Sempadan
sebagai sekitarnya sekitarnya Sungai dan
perlindungan, melindungi terlindunginya Sempadan
penggunaan, dan kegiatan kegiatan Danau
pengendalian atas pemanfaatan dan pemanfaatan dan
sumber daya upaya peningkatan upaya
yang ada pada nilai manfaat peningkatan nilai
danau atau waduk sumber daya yang manfaat sumber
dapat ada di danau atau daya yang ada di
dilaksanakan waduk agar dapat danau atau
sesuai dengan memberikan hasil waduk agar dapat
tujuannya. secara optimal memberikan hasil
sekaligus menjaga secara optimal
kelestarian fungsi sekaligus
sungai menjaga
membatasi daya kelestarian fungsi
rusak air danau sungai
dan atau waduk dibatasinya daya
terhadap rusak air danau
lingkungannya dan atau waduk
terhadap
lingkungannya
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
7. sekitar mata MA peruntukan ruang menjaga kawasan terjaganya luasan lahan yang Mengacu pada
air yang merupakan sekitar mata air kawasan dari mengelilingi mata air Permen PU No.
bagian dari dari aktivitas aktivitas manusia paling sedikit berjarak 28/PRT/M/2015
kawasan lindung manusia 200 (dua ratus) meter tentang
yang mempunyai dari pusat mata air Penetapan Garis
fungsi pokok Sempadan
sebagai Sungai dan
perlindungan, Sempadan
penggunaan, dan Danau
pengendalian atas
sumber daya
yang ada pada
danau atau waduk
dapat
dilaksanakan
sesuai dengan
tujuannya.
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA KETERANG
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN
PERFORMA AN
Tujuan penetapan:
menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air
menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkunganalam dan lingkungan binaan yang berguna untuk
kepentingan masyarakat meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengamanlingkungan perkotaan yang
aman, nyaman, segar, indah, dan bersih
8. Hutan Kota RTH- Suatu memperbaiki dan terjaganya iklim dapat berbentuk Mengacu
1 hamparan menjaga iklim mikro dan nilai bergerombol atau pada
lahan yang mikro dan nilai estetika menumpuk, menyebar, Permen PU
estetika tersedianya atau berbentuk jalur
bertumbuhan No.
meresapkan air ruang untuk luas area yang ditanami
pohon-pohon menciptakan daerah resapan (ruang hijau) seluas 5/PRT/M/20
yang ompak keseimbangan air 90%-100% dari luas 08 tentang
dan rapat di dan keserasian terciptanya hutan kota Pedoman
dalam wilayah lingkungan fisik keseimbangan untuk hutan kota Penyediaan
perkotaan baik kota dan keserasian berbentuk jalur, lebar dan
pada tanah mendukung lingkungan fisik minimal adalah 30 m Pemanfaata
pelestarian dan kota untuk hutan kota
Negara n RTH di
perlindungan tersedianya bergerombol atau
maupun tanah keanekaragaman ruang untuk menumpuk, minimal Kawasan
hak, yang hayati melestarikan memiliki jumlah Perkotaan
ditetapkan dan melindungi vegetasi 100 pohon
sebagai hutan keanekaragama dengan jarak tanam
kota oleh n hayati rapat tidak beraturan
untuk hutan kota yang
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA KETERANG
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN
PERFORMA AN
9. Taman RTH- Lahan terbuka menciptakan tersedianya taman dapat berbentuk Mengacu
Kota 2 yang yang kawasan ruang untuk RRTH pada
berfungsi sosial pengendalian air kawasan luas taman minimal 0,3 Permen PU
larian dengan pengendalian m2 per
dan estetik No.
menyediakan air larian penduduk RW, dengan
sebagai sarana 5/PRT/M/20
kolam retensi dengan luas minimal 144.000 m2.
kegiatan menyediakan menyediakan 08 tentang
dapat dilengkapi
rekreatif, area penciptaan kolam retensi dengan fasilitas Pedoman
edukasi atau iklim mikro dan tersedianya rekreasi dan olah raga, Penyediaan
kegiatan lain pereduksi polutan area penciptaan dan kompleks olah raga dan
yang ditujukan di kawasan iklim mikro dan dengan minimal RTH Pemanfaata
perkotaan pereduksi 80%-90% dengan
untuk melayani n RTH di
menyediakan polutan di fasilitas yang terbuka
penduduk satu tempat rekreasi kawasan Kawasan
untuk umum.
kota atau dan olahraga perkotaan Perkotaan
jenis vegetasi dapat
masyarakat skala tersedianya
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA KETERANG
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN
PERFORMA AN
KRITERIA KETERANG
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN
PERFORMA AN
KRITERIA KETERANG
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN
PERFORMA AN
pereduksi polutan iklim mikro dan luas area yang ditanami Pedoman
di kawasan pereduksi tanaman (ruang hijau) Penyediaan
perkotaan polutan di minimal seluas 80%- dan
menyediakan kawasan 90% dari luas taman, Pemanfaata
tempat rekreasi perkotaan sisanya dapat berupa
dan olahraga tersedianya pelataran yang n RTH di
masyarakat skala tempat rekreasi diperkeras sebagai Kawasan
kelurahan dan olahraga tempat melakukan Perkotaan
menyediakan masyarakat berbagai aktivitas.
area terbuka skala kelurahan pada taman ini selain
sebagai ruang tersedianya ditanami dengan
alternatif area terbuka berbagai tanaman, juga
mitigasi/evakuasi sebagai ruang terdapat minimal 25
bencana alternatif (dua puluh lima) pohon
mendukung mitigasi/evakua pelindung dari jenis
pelestarian dan si bencana pohon kecil atau
perlindungan tersedianya sedang untuk jenis
keanekaragaman ruang untuk taman aktif dan minimal
hayati melestarikan 50 (lima puluh) pohon
dan melindungi pelindung dari jenis
keanekaragama pohon kecil atau
n hayati sedang untuk jenis
taman pasif.
12. Taman RTH- Taman yang menciptakan tersedianya lokasi taman berada Mengacu
RW 5 ditujukan untuk kawasan ruang untuk pada radius kurang dari pada
melayani pengendalian air kawasan 1000 m dari rumah- Permen PU
larian pengendalian rumah penduduk yang
penduduk satu No.
menyediakan air larian dilayani
RW, khususnya area penciptaan tersedianya luas taman minimal 0,5 5/PRT/M/20
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA KETERANG
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN
PERFORMA AN
KRITERIA KETERANG
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN
PERFORMA AN
khususnya pereduksi polutan iklim mikro dan luas minimal 250 m2 Pedoman
untuk melayani di kawasan pereduksi luas area yang ditanami Penyediaan
kegiatan sosial perkotaan polutan di tanaman (ruang hijau) dan
menyediakan kawasan minimal seluas 70%-
di lingkungan Pemanfaata
tempat rekreasi perkotaan 80% dari luas taman.
RT tersebut dan olahraga tersedianya n RTH di
pada taman ini selain
masyarakat skala tempat rekreasi ditanami dengan Kawasan
RT dan olahraga berbagai tanaman, juga Perkotaan
menyediakan masyarakat terdapat minimal 3
area terbuka skala RT (tiga) pohon pelindung
sebagai ruang tersedianya dari jenis pohon kecil
alternatif area terbuka atau sedang
mitigasi/evakuasi sebagai ruang
bencana alternatif
mendukung mitigasi/evakua
pelestarian dan si bencana
perlindungan tersedianya
keanekaragaman ruang untuk
hayati melestarikan
dan melindungi
keanekaragama
n hayati
14. Pemakam RTH- Penyediaan Menyediakan tersedianya ukuran makam 1 m x 2 Mengacu
an 7 ruang terbuka ruang untuk ruang untuk m; pada
hijau yang tempat tempat jarak antar makam satu Permen PU
pemakaman pemakaman dengan lainnya minimal
berfungsi No.
umum umum 0,5 m;
utama sebagai menciptakan tersedianya tiap makam tidak 5/PRT/M/20
tempat kawasan ruang untuk diperkenankan 08 tentang
penguburan pengendalian air kawasan dilakukan penembokan/ Pedoman
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA KETERANG
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN
PERFORMA AN
KRITERIA KETERANG
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN
PERFORMA AN
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
I. ZONA PERUMAHAN
Definisi:
Peruntukan ruang yang terdiri atas kelompok rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan
fasilitasnya.
Tujuan penetapan:
menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi;
mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat; dan
merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang
akan datang, sesuai kebutuhannya dapat termasuk penyediaan ruang hunian seperti rumah singgah, rumah sosial, rumah sederhana sehat,
lingkungan kampung dan perumahan adat/tradisional
1. rumah R-1 peruntukan menyediakan zona tersedianya unit zona dengan wilayah
kepadatan ruang yang untuk pembangunan hunian dengan perencanaan yang
sangat merupakan unit huniandengan tingkat kepadatan memiliki kepadatan
bangunan diatas 1000
tinggi bagian dari tingkat kepadatan sangat tinggi
(seribu) rumah/hektar
kawasan sangat tinggi. Dalam
budidaya pembangunan rumah
difungsikan untuk secara vertikal dengan
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
2. rumah R-2 peruntukan menyediakan zona tersedianya unit zona dengan wilayah
kepadatan ruang yang untuk pembangunan hunian dengan perencanaan yang memiliki
tinggi merupakan unit huniandengan tingkat kepadatan kepadatan bangunan 100
bagian dari tingkat kepadatan tinggi (seratus)-1000 (seribu)
kawasan tinggi rumah/hektar
budidaya
difungsikan untuk zona peruntukan hunian
dengan luas persil dari
tempat tinggal
60 m2 sampai dengan
atau hunian 150 m2
dengan
perbandingan
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
yang besar
antara jumlah
bangunan rumah
dengan luas
lahan
3. rumah R-3 peruntukan menyediakan zona tersedianya unit zona dengan wilayah
kepadatan ruang yang untuk pembangunan hunian dengan perencanaan yang
sedang merupakan unit huniandengan tingkat kepadatan memiliki kepadatan
bangunan 40 (empat
bagian dari tingkat kepadatan sedang
puluh)-100 (seratus)
kawasan sedang rumah/hektar
budidaya zona peruntukan hunian
difungsikan untuk dengan luas persil dari
tempat tinggal 150 m2 sampai dengan
atau hunian 250 m2
dengan
perbandingan
yang hampir
seimbang antara
jumlah bangunan
rumah dengan
luas lahan
4. rumah R-4 peruntukan bertujuan menyediakan tersedianya unit zona dengan wilayah
kepadatan ruang yang zona untuk hunian dengan perencanaan yang
rendah merupakan pembangunan unit tingkat kepadatan memiliki kepadatan
bangunan dibawah 10
bagian dari huniandengan tingkat rendah
(sepuluh)-40 (empat
kawasan kepadatan rendah puluh) rumah/hektar
budidaya zona peruntukan hunian
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
5. rumah R-5 peruntukan menyediakan zona tersedianya unit zona dengan wilayah
kepadatan ruang yang untuk pembangunan hunian dengan perencanaan yang
sangat merupakan unit huniandengan tingkat kepadatan memiliki kepadatan
bangunan di bawah 10
rendah bagian dari tingkat kepadatan sangat rendah
(sepuluh) rumah/hektar
kawasan sangat rendah zona peruntukan hunian
budidaya lebih besar dari 350 m2
difungsikan untuk
tempat tinggal
atau hunian
dengan
perbandingan
yang sangat kecil
antara jumlah
bangunan rumah
dengan luas
lahan
Definisi:
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial,
tempatbekerja, tempat berusaha, serta tempat hiburan dan rekreasi, serta fasilitas umum/sosial pendukungnya.
Tujuan penetapan:
menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerjadalam wadah berupa perkantoran, pertokoan, jasa, rekreasi dan pelayanan masyarakat;
menyediakan ruang yang cukup bagi penempatan kelengkapan dasar fisik berupa sarana-sarana penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya; dan
menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama untuk melayani kegiatan-kegiatan produksi dan distribusi, yang
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
6. Skala kota K-1 peruntukan menyediakan ruang tersedianya ruang lingkungan dengan
ruang yang untuk: untuk: tingkat kepadatan tinggi,
merupakan sedang, dan rendah dan
menampung tenaga menampung akan diatur lebih lanjut
bagian dari
kerja, pertokoan, tenaga kerja, didalam peraturan zonasi
kawasan lingkungan yang
jasa, rekreasi, dan pertokoan, jasa,
budidaya pelayanan rekreasi, dan diarahkan untuk
difungsikan untuk Masyarakat pelayanan membentuk karakter
pengembangan menyediakan masyarakat ruang kota melalui
kelompok fasilitas pelayanan menyediakan pengembangan
kegiatan perdagangan dan fasilitas bangunan bangunan
jasa yang pelayanan tunggal
perdagangan
dibutuhkan perdagangan dan skala pelayanan
dan/atau jasa, masyarakat dalam jasa yang perdagangan dan jasa
tempat bekerja, skala pelayanan dibutuhkan yang direncanakan
tempat berusaha, regional dan kota masyarakat dalam adalah tingkat nasional,
tempat hiburan skala pelayanan regional, dan kota
dan rekreasi regional dan kota jalan akses minimum
dengan skala adalah jalan kolektor
tidak berbatasan
pelayanan kota
langsung dengan
perumahan penduduk
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
7. Skala BWP K-2 peruntukan menyediakan ruang tersedianya ruang lingkungan dengan
ruang yang untuk: untuk: tingkat kepadatan rendah
merupakan sampai sedang
menampung tenaga menampung skala pelayanan
bagian dari
kerja, pertokoan, tenaga kerja, perdagangan dan jasa
kawasan budi yang direncanakan
jasa, rekreasi, dan pertokoan, jasa,
daya difungsikan pelayanan rekreasi, dan adalah tingkat regional,
untuk masyarakat pelayanan kota, dan lokal
pengembangan menyediakan masyarakat jalan akses minimum
kelompok fasilitas pelayanan menyediakan adalah jalan kolektor
kegiatan perdagangan dan fasilitas sebagai bagian dari
jasa yang pelayanan fasilitas perumahan dan
perdagangan
dibutuhkan perdagangan dan dapat berbatasan
dan/atau jasa, masyarakat dalam jasa yang langsung dengan
tempat bekerja , skala pelayanan dibutuhkan perumahan penduduk
tempat berusaha, kota dan lokal masyarakat dalam
tempat hiburan skala pelayanan
dan rekreasi kota dan lokal
dengan skala
pelayanan BWP
8. Skala Sub- K-3 peruntukan menyediakan ruang tersedianya ruang lingkungan dengan
BWP ruang yang untuk: untuk: tingkat kepadatan
merupakan sedang sampai tinggi.
menampung tenaga menampung skala pelayanan
bagian dari
kerja, pertokoan, tenaga kerja, perdagangan dan jasa
kawasan budi yang direncanakan
jasa, rekreasi, dan pertokoan, jasa,
daya difungsikan pelayanan rekreasi, dan adalah tingkat regional,
untuk masyarakat pelayanan kota, dan lokal
pengembangan menyediakan masyarakat jalan akses minimum
kelompok fasilitas pelayanan menyediakan adalah jalan kolektor
kegiatan perdagangan dan fasilitas sebagai bagian dari
jasa yang pelayanan fasilitas perumahan dan
perdagangandan
dapat berbatasan
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
Definisi:
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan
tempat bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya.
Tujuan penetapan :
menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja dalam wadah berupa perkantoran, pemerintah dan/atau swasta;
menyediakan ruang yang cukup bagi penempatan kelengkapan dasar fisik berupa sarana-sarana penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan danpengembangan kegiatan perkantoran yang produktif sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya; dan
menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama untuk melayani kegiatan-kegiatan perkantoran, yang diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
9. perkantoran KT Peruntukan menyediakan lahan tersedianya lahan kantor pemerintahan baik
ruang yang untuk menampung untuk tingkat pusat maupun
merupakan tenaga kerja dalam menampung daerah (provinsi,
wadah berupa tenaga kerja kota/kabupaten,
bagian dari
perkantoran, dalam wadah kecamatan, kelurahan)
kawasan budi pemerintah berupa kantor atau instalasi
daya difungsikan dan/atau swasta; perkantoran, hankam termasuk tempat
untuk menyediakan ruang pemerintah latihan baik pada
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
perumahan penduduk
IV. ZONA INDUSTRI
Definisi:
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Tujuan penetapan:
menyediakan ruang bagi kegiatan-kegiatan produksi suatu barang yang mempunyai nilai lebih untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan yang berkaitan dengan lapangan kerja perekonomian lainnya; dan
memberikan kemudahan pertumbuhan industri baru dengan mengendalikan pemanfaatan ruang lainnya, untuk menjaga keserasian
lingkungan sehingga mobilitas antar ruang tetap terjamin serta terkendalinya kualitas lingkungan.
10. kawasan KI Merupakan zona mempercepat adanya dikembangkan dengan Mengacu
industri pemusatan penyebaran dan percepatan luas lahan paling sedikit pada PP No.
kegiatan industri pemerataan penyebaran dan 50 Ha dalam satu 142 Tahun
pembangunan pemerataan hamparan
yang dilengkapi 2015 tentang
industri pembangunan dikembangkan pada
dengan sarana meningkatkan industri lingkungan dengan Kawasan
dan prasarana upaya meningkatnya tingkat kepadatan rendah Industri
penunjang pembangunan upaya tidak berada maupun
industri yang pembangunan berbatasan langsung
berwawasan industri yang dengan zona perumahan
lingkungan berwawasan penentuan lokasi industri
meningkatkan daya lingkungan dilakukan dengan
saing investasi dan meningkatknya memperhatikan rencana
daya saing industri daya saing transportasi yang
memberikan investasi dan berhubungan dengan
kepastian lokasi daya saing simpul bahan baku
menyediakan industri industri dan simpul-
fasilitas bersama tersedianya simpul pemasaran hasil
lokasi untuk produksi yang
kegiatan industri merupakan bagian dari
tersedianya rencana umum jaringan
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
Definisi:
Peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya,
olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya dengan skala pelayanan yang ditetapkan dalam RTRWK.
Tujuan penetapan:
menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan kegiatan pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi,
dengan fasilitasnya dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan jumlah penduduk yang dilayani dan skala pelayanan
fasilitas yang akan dikembangkan;
menentukan pusat-pusat pelayanan lingkungan sesuai dengan skala pelayanan sebagaimana tertuang di dalam RTRWK; dan
mengatur hierarki pusat pusat pelayanan sesuai dengan RTRWK.
peruntukan menyediakan tersedianya Lokasi SPU dapat ketentuan
ruang yang sarana pelayanan sarana pelayanan disebar pada titik-titik teknis
12. Skala kota SPU-1 merupakan pendidikan, pendidikan, strategis atau sekitar merujuk pada
kesehatan, kesehatan, pusat kota.
bagian dari SNI 03-1733-
olahraga, olahraga, Terdiri atas kantor
kawasan budi peribadatan, peribadatan, pemerintahan; gedung 2004
dayayang transportasi, dan transportasi, dan sosial budaya Tentang Tata
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
13. Skala SPU-2 peruntukan menyediakan tersedianya Lokasi SPU dapat ketentuan
kecamatan ruang yang sarana pelayanan sarana pelayanan disebar pada titik-titik teknis
merupakan pendidikan, pendidikan, strategis atau sekitar merujuk pada
kesehatan, kesehatan, pusat kecamatan.
bagian dari SNI 03-1733-
olahraga, olahraga, Terdiri atas kantor
kawasan budi peribadatan, peribadatan, kecamatan; kantor polisi; 2004
dayayang transportasi, dan transportasi, dan pos pemadam Tentang Tata
dikembangkan sosial budaya untuk sosial budaya kebakaran; kantor pos Cara
untuk melayani kebutuhan untuk kebutuhan pembantu; balai Perencanaan
peduduk skala penduduk skala penduduk skala nikah/KUA/BP4; parkir Lingkungan
kecamatan kecamatan kecamatan umum; gedung Perumahan
pertemuan/serba guna,
di Perkotaan
puskesmas, sekolah,
14. Skala SPU-3 peruntukan menyediakan tersedianya Lokasi SPU dapat ketentuan
kelurahan ruang yang sarana pelayanan sarana pelayanan disebar pada titik-titik teknis
merupakan pendidikan, pendidikan, strategis atau sekitar merujuk pada
kesehatan, kesehatan, pusat kelurahan.
bagian dari SNI 03-1733-
olahraga, olahraga, Terdiri atas kantor
kawasan budi peribadatan, peribadatan, kelurahan; pos kamtib; 2004
dayayang transportasi, dan transportasi, dan pos pemadam Tentang Tata
dikembangkan sosial budaya untuk sosial budaya kebakaran; agen Cara
untuk melayani kebutuhan untuk kebutuhan pelayanan pos; loket Perencanaan
peduduk skala penduduk skala penduduk skala pembayaran air bersih; Lingkungan
kelurahan kelurahan kelurahan loket pembayaran listrik; Perumahan
puskesmas, sekolah, bak
sampah besar; dan parkir
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
Definisi:
Peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan di daerah tertentu berupa pertanian, pertambangan, pariwisata, dan
peruntukan-peruntukan lainnya.
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
Tujuan penetapan:
menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan-kegiatan di daerah tertentu seperti pertanian, pertambangan, pariwisata, dengan
fasilitasnya dalam upaya memenuhi lapangan pekerjaan masyarakat di daerah tersebut;
mengembangkan sektor-sektor basis tertentuagar dapat meningkatkan produktifitas daerah.
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
19. tempat PL-4 Ruang Menyediakan ruangan Tersedianya ruang memperhatikan waktu Mengacu
evakuasi penyelamatan untuk: untuk: tempuh ke lokasi TES Permen PU
sementara diri(escape maksimal 10 menit nomor 5
building) dan ruang untuk ruang untuk jarak tempuh ke lokasi
Tahun 2008
menampung menampung TES sekitar 400-600
berfungsi meter dari pusat tentang
pengungsi pengungsi
sebagai tempat sementara ketika sementara ketika permukiman atau Pedoman
berkumpul terjadi bencana terjadi bencana aktivitas masyarkat Penyediaan
(assembly point) sebelum mendapat sebelum jenis tempat evakuasi dan
penduduk yang arahan lebih lanjut mendapat arahan dapat berupa RTH, Pemanfaatan
akan lebih lanjut lapangan sekolah, RTH dan
lapangan kantor,
melanjutkan Permen PU
lapangan olahraga dan
mobilisasi ke lapangan parkir. nomor 12
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
20. tempat PL-5 Berupa Menyediakan ruang Tersedianya ruang Penentuan lokasi TEA harus
evakuasi Ruang/Bangunan untuk: untuk: berdasarkan kajian risiko
akhir Evakuasi yang bencana Misalnya untuk
merupakan tempat tinggal tempat tinggal bencana tsunami harus
sementara yang sementara yang
tempat mempertimbangkan
aman bagi aman bagi
penampungan pengungsi pasca pengungsi pasca kecepatan orang bergerak
penduduk di bencana bencana 0,71 m/detik (sumber: Japan
kawasan aman Institute for Fire Safety and
dari bencana dan Disaster) dan lokasi
dapat ditempati genangan
untuk jangka
waktu Lokasi TEA berada di
luar KRB (kawasan
tertentu.TEA bisa
rawan bencana)
digunakan untuk Terdapat fasilitas jalan
semua jenis dari permukiman ke
bencana. tempat penampungan
untuk memudahkan
evakuasi
Standar minimal daya
tampung ruang evakuasi
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
22. pertahanan PL-7 peruntukan tanah menyediakan ruang tersedianya ruang memperhatikan kebijakan
dan yang merupakan untuk: untuk: sistem pertahanan dan
keamanan bagian dari keamanan nasional
tempat kegiatan tempat kegiatan memperhatikan kebijakan
kawasan budi
dan pengembangan dan pemerintah yang
dayayang menunjang pusat
bidang pertahanan pengembangan
dikembangkan dan keamanan bidang pertahanan dan
untuk menjamin negara agar dapat pertahanan dan keamanan nasional
menjamin kondisi keamanan memperhatikan
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
ditujukan untuk
mengakomodasi wisata
minat alam yang
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
memiliki kecenderungan
mendapatkan sesuatu dan
Definisi:
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung beberapa peruntukan fungsi
dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa; perumahan dan perkantoran; perkantoran perdagangan/jasa.
Tujuan penetapan:
menyediakan ruang untuk pengembangan beberapa fungsi peruntukan dalam satu kesatuan lahan sehingga terwujud efisiensi lahan;
menetapkan kriteria pengembangan zona campuran yang menjamin pencapaian masyarakat atas prasarana/sarana; dan
mendukung konsep pembangunan kota kompak.
29. perumahan C-1 peruntukan lahan menyediakan ruang tersedianya ruang memperhatikan
dan budi daya yang untuk untuk: kepentingan urban yang
perdaganga terdiri atas pengembangan menuntut efisiensi
fungsi campuran kegiatan pergerakan pemilihan
n/ jasa daratan dengan
perumahan dan perumahan lokasi mendekat ke
batas tertentu perdagangan/jasa fungsi komersial dari
kepadatan tinggi
yang berfungsi meningkatkan dengan konsep calon penghuni yaitu
campuran antara aksesibilitas hunian vertikal lokasi-lokasi di pusat kota
perumahan dan masyarakat pada kegiatan dimana nilai lahan sudah
perdagangan/jas subzona tersebut komersial yang tinggi
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
KRITERIA
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN KET
PERFORMA
persyaratan- direncanakan
persyaratan dan dapat
tertentu yang menimbulkan
dapat berupa dampak yang
persyaratan cukup besar
umum dan bagi lingkungan
persyaratan di sekitarnya.
khusus, dapat
dipenuhi dalam
bentuk inovasi
atau rekayasa
teknologi.
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
Penentuan I, T, B dan X untuk kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi
didasarkan pada:
1) Pertimbangan Umum
Pertimbangan umum berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan, antara lain
kesesuaian dengan arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW kabupaten/kota,
keseimbangan antara kawasan lindung dan kawasan budi daya dalam suatu
wilayah, kelestarian lingkungan (perlindungan dan pengawasan terhadap
pemanfaatan air, udara, dan ruang bawah tanah), perbedaan sifat kegiatan
bersangkutan terhadap fungsi zona terkait, definisi zona, kualitas lokal minimum,
toleransi terhadap tingkat gangguan dan dampak terhadap peruntukan yang
ditetapkan (misalnya penurunan estetika lingkungan, penurunan kapasitas
jalan/lalu-lintas, kebisingan, polusi limbah, dan restriksi sosial), serta kesesuaian
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
2) Pertimbangan Khusus
Pertimbangan khusus berlaku untuk masing-masing karakteristik guna lahan,
kegiatan atau komponen yang akan dibangun. Pertimbangan khusus dapat disusun
berdasarkan rujukan mengenai ketentuan atau standar yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang, rujukan mengenai ketentuan dalam peraturan bangunan
setempat, dan rujukan mengenai ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau
komponen yang dikembangkan. Selain itu perlu dipertimbangkan kondisi yang harus
dipenuhi agar kegiatan dapat berlangsung pada zona terkait yang antara lain meliputi:
a) prosedur administrasi yang harus diikuti;
b) kajian kelayakan lingkungan yang harus dipenuhi;
c) prasarana dan/atau sarana tambahan yang harus diadakan untuk
menunjang jegiatan tersebut;
d) pembatasan yang harus diberlakukan, terkait:
(1) luas fisik pemanfaatan ruang;
(2) kaitan dengan kegiatan lain di sekitar
(3) jumlah tenaga kerja;
(4) waktu operasional;
(5) masa usaha;
(6) arahan lokasi spesifik;
(7) jumlah kegiatan serupa;
(8) pengembangan usaha kegiatan lebih lanjut; dan
(9) penggunaan utilitas untuk kegiatan tersebut harus terukur
dan tidak menimbulkan gangguan pada zona tersebut.
e) persyaratan terkait estetika lingkungan; dan
f) persyaratan lain yag perlu ditambahkan.
Berikut ini merupakan contoh daftar kegiatan pada zona perumahan dan zona
RTH dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perbatasan Negara di
Motamasin:
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
Setelah ditentukan kegiatan apa saja yang memungkinkan ada didalam zona
tersebut, selanjutnya mengategorikan kegiatan-kegiatan tersebut kedalam matriks
ITBX sebagai berikut:
Berdasarkan tabel ITBX diatas, dapat dilihat bahwa kegiatan yang berhubungan
dengan perumahan dilarang dibeberapa zona, seperti pada zona sempadan
sungai (PS), zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan zona peruntukan khusus.
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
Penentuan kriteria kegiatan pada zona tersebut, dilihat berdasarkan KDB, KLB,
KDH, tinggi bangunan, jarak antar bangunan, luas lahan penggunaan, prasarana
dan sarana minimum. Berikut ini penjelasan mengenai kriteria kegiatan yang
diperbolehkan bersyarat terbatas (T) dan diperbolehkan bersyarat tertentu (B)
pada zona rumah kepadatan rendah (R-4):
Berikut ini contoh kedua penentuan kegiatan dan penggunaan lahan (ITBX ) pada
zona sempadan sungai (PS-1) yang mana termasuk dalam zona lindung di dalam
RDTR Kawasan Perbatasan Negara di Motamasin:
Berkaitan dengan data dalam matriks ITBX tersebut, pemanfaatan ruang terbuka
hijau (RTH) yang diperbolehkan pada zona sempadan sungai (PS-1) adalah hutan
kota, jalur hijau dan pulau jalan, taman kota, sempadan penyangga, dan taman
lingkungan.
Sedangkan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang diperbolehkan terbatas (T)
adalah tempat pemakaman umum (TPU).
Dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang tidak diperbolehkan (X) adalah
pekarangan.
Kriteria Tempat pemakaman umum (TPU) sebagai pemanfataan yang
diperbolehkan bersyarat (T) pada zona sempadan sungai (PS-1) sebagai beikut::
1) Luas keseluruhan maksimal 10% dari luas peruntukan zoning
sempadan sungai didalam blok;
2) Jenis vegetasi yang ditanam mempunyai kemampuan untuk meresap
air;
3) Menyediakan lahan parkir sesuai standar;
4) Telah mendapat rekomendasi teknis dari instansi terkait.
yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara
tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang belum nyata
(rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai
dengan rencana kota).
Untuk memudahkan penomoran blok dan mengintegrasikannya dengan daerah
administrasi, maka nomor blok peruntukan dapat didasarkan pada kode pos
(berdasarkan kelurahan/desa) diikuti dengan 3 digit nomor blok.
Contoh:
Blok 40132-001, ... Blok 40132-023; Blok 40132-024... , dst
K1ab
SPU2
Kode Zona/
Subzona
Ket:
SPU2= Sarana pelayanan umum skala kecamatan
2. PETA ZONASI
Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok yang
telah didelineasikan sebelumnya. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok
berdasarkan perbedaan subzona.
Pertimbangan penetapan kode zonasi di atas peta batas blok/subblok yang
dibuat berdasarkan pada:
1. Kesamaan karakter blok, berdasarkan pilihan:
a. Mempertahankan dominasi penggunaan lahan yang ada (eksisting)
b. Menetapkan fungsi baru sesuai dengan arahan fungsi pada RTRW
c. Menetapkan karakter khusus kawasan yang diinginkan
d. Menetapkan tipologi lingkungan/kawasan yang diinginkan
e. Menetapkan jenis pemanfaatan ruang/lahan tertentu
f. Menetapkan batas ukuran tapak/persil maksimum/minimum
g. Menetapkan batas intensitas bangunan maksimum/minimum
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
Bila suatu blok peruntukan akan ditetapkan menjadi beberapa kode zonasi,
maka blok tersebut dapat dipecah menjadi beberapa subblok. Pembagian subblok
dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan:
1. Kesamaan (homogenitas) karakteristik pemanfaatan ruang/lahan.
2. Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, brandgang atau batas persil.
3. Orientasi Bangunan.
4. Lapis bangunan
Berikut ini merupakan salah satu contoh peta zonasi pada rencana pola ruang
yang terdapat di dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR):
Gambar 10. Ilustrasi Pembagian Zona pada Rencana Pola Ruang RDTR
Sumber : Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
Gambar 11. Contoh Zoning Map dan Zoning Text dalam RDTR
Sumber : Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.
BAB V
PENUTUP
Modul ini disusun agar peserta diklat dapat memahami materi pembelajaran ini
dalam konteks pengenalan muatan dan proses penyusunan peraturan zonasi.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Peraturan zonasi berfungsi sebagai
perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang; acuan dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air right development dan
pemanfaatan ruang di bawah tanah; acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
acuan dalam pengenaan sanksi; dan rujukan teknis dalam pengembangan atau
pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi.
Modul 4 Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Peraturan Zonasi dan Penyusunannya
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal
Pengalaman Pekerjaan
2012 – 2015 Kasi Standar dan Pedoman, Dit. Perkotaan, Ditjen Penataan
Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Pendidikan Formal
Pengalaman Pekerjaan
2017 – sekarang Kasi Bina Kota dan Perkotaan Wilayah II, Dit. Pembinaan
Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah,
Ditjen Tata Ruang, Kementerian ATR/BPN
2015 – 2017 Kasi Bina Kota dan Perkotaan Wilayah IV, Dit. Pembinaan
Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah,
Ditjen Tata Ruang, Kementerian ATR/BPN
2012 – 2015 Kasi Kota Wilayah II, Dit. Perkotaan, Ditjen Penataan Ruang,
Kementerian Pekerjaan Umum