Anda di halaman 1dari 19

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

Penyusunan Instrumen Pengendalian


Pemanfaatan Ruang berupa Pemberian Insentif dan
Pengenaan Disinsentif pada Satuan Ruang Strategis Keistimewaan DIY

BIDANG PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN TATA RUANG


DINAS PERTANAHAN DAN TATA RUANG
(KUNDHA NITI MANDALA SARTA TATA SASANA)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KERANGKA ACUAN KERJA
1. Latar Sejalan dengan perubahan aturan mengenai penataan ruang dengan diubahnya Undang-
Belakang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, dimana Undang-Undang Nomor 11 Cipta Kerja tersebut
merupakan “omnibus law” maka diperlukan harmonisasi, sinkronisasi, dan penyesuaian
dalam aturan-aturan sektor yang diatur dalam UU Cipta Kerja tersebut, termasuk di
dalamnya aturan tentang penataan ruang yang ada di daerah, baik pada level provinsi
maupun kabupaten/kota.
Dalam perwujudan Rencana Tata Ruang ditengarai banyak terjadi ketidaksesuaian pada
pemanfaatan ruang, yaitu antara acuan yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan di
lapangan. Ketidaksesuaian ini membutuhkan apa yang disebut dengan pengendalian
pemanfaatan ruang. Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dijelaskan bahwa pengendalian merupakan bagian dari proses penyelenggaraan penataan
ruang yang berupaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Kegiatan ini dilakukan dalam
rangka memastikan bahwa proses pemanfaatan ruang telah sesuai dengan rencana tata
ruang yang berlaku. Dalam pelaksanaan pembangunan, pengendalian mempunyai dua
fungsi yaitu:
1) Memperbaiki suatu kegiatan yang telah berlangsung lama, namun keberadaannya tidak
sesuai dengan rencana tata ruang yang ada;
2) Mencegah terjadinya pembangunan yang tidak sesuai dengan acuan yang telah
disusun.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
disebutkan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan untuk mendorong
terwujudnya Tata Ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang (RTR). Pengendalian
pemanfaatan ruang dilaksanakan untuk mendorong setiap orang agar:
a. Mentaati RTR yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan RTR;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang.
Dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang tersebut, dalam PP No. 21 Tahun 2021
disebutkan dapat dilakukan melalui:
1. Penilaian pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dan pernyataan
mandiri pelaku UMK
Penilaian pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dilaksanakan untuk
memastikan kepatuhan pelaksanaan ketentuan kesesuaian kegiatan pernanfaatan
ruang dan pemenuhan prosedur perolehan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang.
penilaian pernyataan mandiri yang di buat oleh pelaku UMK dilaksanakan untuk
rnemastikan kebenaran pernyataan mandiri yang dibuat oleh pelaku UMK.
2. Penilaian perwujudan RTR
Penilaian perwujudan RTR dilakukan dengan penilaian perwujudan rencana struktur
ruang dan rencana pola ruang
3. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif
a. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif diselenggarakan untuk
meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka
mewujudkan tata ruang sesuai dengan RTR
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan RTR
c. meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan RTR
4. Pengenaan sanksi
Pengenaan sanksi dilakukan melalui sanksi admiinistratif. Sanksi administratif
dikenakan kepada setiap orang yang tidak menaati RTR yang telah ditetapkan yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang.
5. Penyelesaian sengketa penataan ruang
Sengketa penataan ruang merupakan perselisihan antar pemangku kepentingan
dalam pelaksanaan penataan ruang. Antar pemangku kepentingan yaitu antar orang
perseorangan, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, antar pemerintah
daerah, antara pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah dan masyarakat.
penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahap pertama diupayakan berdasarkan
prinsip musyawarah untuk mufakat
Upaya penyelenggaraan penataan ruang yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah DIY saat
ini sudah menyelesaikan produk rencana tata ruang, berupa Peraturan Daerah No. 5 Tahun
2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019-2039.
Sedangkan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi termasuk di dalamnya Satuan
Ruang Strategis (SRS) Keistimewaan DIY belum menjadi produk hukum yang legal.
Sedangkan proses pemanfaatan ruang secara faktual tetap berjalan dalam sewaktu proses
penyusunan produk-produk hukum Tata Ruang tersebut, maka agar pemanfaatan ruang
sesuai dengan rencana tata ruang, perlu dibentuk aturan yang berfungsi sebagai instrumen
pengendalian pemanfaatan ruang, termasuk Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif
sebagaimana diamanatkan dalam Perda No. 5 Tahun 2019, tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019-2039 dan Perdais No. 2 Tahun 2017
tentang Tata Ruang Tanah Kasultanan dan Tata Ruang Tanah Kadipaten dengan mengacu
pada PP No. 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
Dinas Pertanahan dan Tata Ruang DIY (Kundha Niti Mandala Sarta Tata Sasana) akan
melakukan kajian penyusunan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang berupa
pemberian insentif dan pengenaan disinsentif pada Satuan Ruang Strategis Keistimewaan
DIY dengan harapan dapat dijadikan sebagai naskah akademik dalam penyusunan rapergub
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif. Setelah menjadi Peraturan Gubernur yang
legal, nantinya menjadi pedoman bagi pemerintah, masyarakat dan pengguna lainnya,
sehingga dalam melaksanakan pemanfaatan ruang di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat
lebih tertib dan sesuai dengan rencana tata ruang yang sudah menjadi produk hukum yang
legal.
2. Maksud dan Maksud pekerjaan ini adalah untuk melakukan penyusunan naskah akademik dan draft
Tujuan rancangan peraturan gubernur tentang pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
Tujuan pekerjaan ini adalah memberikan dasar ketentuan dalam pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif oleh Pemerintah Daerah DIY kepada para pihak berkaitan dengan
pengendalian pemanfaatan ruang.
3. Sasaran Sasaran pekerjaan ini adalah:
1) Tersedianya naskah akademik sebagai materi dasar penyusunan draft rancangan
Peraturan Gubernur pemberian insentif dan pengenaan disinsentif yang sekurang-
kurangnya meliputi:
 Dasar-dasar hukum, sosial kultural yang menjadi landasan dalam penyusunan draft
rapergub;
 Penentuan kawasan-kawasan yang akan di dorong dan kawasan-kawasan yang
akan dikendalikan;
 Bentuk-bentuk insentif dan disinsentif pemanfaatan ruang yang realistis,
implementatif dan mengena kepada para pihak;
 Proses integrasi penyiapan kelembagaan dalam rangka Pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang;
 Perangkat penilaian/kriteria dan besaran pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif di dalam pengusulan anggaran.
2) Tersusunnya draft rancangan Peraturan Gubernur sebagai hasil pengejawantahan
naskah akademik dimaksud yang memenuhi kaidah di dalam penulisan naskah
hukum/aturan perundang-undangan (legal drafting). Rancangan Peraturan Gubernur ini
merupakan gabungan/kombinasi antara draft rancangan Peraturan Gubernur untuk
insentif dan disinsentif sesuai amanat Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2019 tentang
RTRW DIY 2019-2039 dengan amanat Peraturan Daerah Istimewa Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Tata Ruang Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten
4. Lokasi Lokasi pekerjaan adalah semua kawasan di DIY sesuai Perda nomor 5 Tahun 2019 tentang
Pekerjaan RTRW DIY Tahun 2019-2039 dan khususnya masing-masing SRS yang tertera pada
Peraturan Daerah Istimewa Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Tata Ruang Tanah Kasultanan
dan Tanah Kadipaten.
5. Sumber Alokasi dana yang disediakan untuk pekerjaan ini adalah sebesar Rp. 247.753.000,- (Dua
Pendanaan ratus empat puluh tujuh juta tujuh ratus lima puluh tiga ribu rupiah) dengan sumber
pendanaan dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Pertanahan dan Tata Ruang
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2021 dan dilakukan secara kontraktual.
6. Organisasi Organisasi PPK adalah Bidang Pelaksanaan dan Pengawasan Tata Ruang, Dinas
Pejabat Pertanahan dan Tata Ruang Daerah Istimewa Yogyakarta (Kundha Niti Mandala Sarta Tata
Pembuat
Sasana)
Komitmen

7. Data Dasar - DIY dalam angka;


- RTRW DIY;
- Rancangan RTR KSP DIY terutama pada SRS;
- RTRW Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo,
Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.
8. Studi-Studi Studi/kajian terdahulu yang terkait dengan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang,
Terdahulu terutama pemberian insentif dan pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang, termasuk semua
peraturan yang berkaitan dengan pemberian insentif dan pengenaan disinsentif pemanfaatan
ruang yang telah dilegalkan di wilayah Republik Indonesia.
9. Referensi Dasar hukum dalam pelaksanaan kegiatan ini antara lain adalah:
Hukum a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
c. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta;
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
g. Peraturan Daerah Istimewa Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan dan
Pemanfaatan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten;
h. Peraturan Daerah Istimewa Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Tata Ruang Tanah
Kasultanan dan Tanah Kadipaten;
i. Peraturan Daerah Istimewa Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pemeliharaan dan
Pengembangan Kebudayaan;
j. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta No. 5 Tahun 2019, tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019-2039.
10. Ruang a. Lingkup Wilayah
Lingkup Lingkup wilayah pekerjaan adalah semua kawasan di DIY sesuai Perda nomor 5 Tahun
Wilayah dan
2019 tentang RTRW DIY Tahun 2019-2039 dan khususnya masing-masing SRS yang
Lingkup
Pekerjaan tertera pada Peraturan Daerah Istimewa Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Tata Ruang
Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten.
b. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan meliputi:
1. Menyusun naskah akademis sebagai dasar penyusunan Peraturan Gubernur, dengan
langkah-langkah sekurang-kurangnya sebagai berikut:
 Melakukan kajian dan analisis, pencermatan, pendalaman dan penelahaan
terhadap aturan-aturan yang berlaku sebagai dasar Pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang;
 Melakukan kajian dan analisis, identifikasi dan inventarisasi aturan internal dalam
Kasultanan dan Kadipaten yang dapat menjadi pembelajaran bagi Pemberian
insentif dan pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang;
 Melakukan kajian bentuk Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif
berdasarkan perkembangan terbaru dan komprehensif;
 Melakukan penyiapan kelembagaan dalam rangka Pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang
 Melakukan kajian dan analisis, identifikasi dan inventarisasi bentuk-bentuk
kegiatan dan pekerjaan, baik fisik maupun non fisik yang dapat diterapkan dalam
rangka Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang,
termasuk Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif yang berkaitan dengan
urusan/bidang pemerintahan lain yang telah berhasil dilakukan selama ini;
 Menyajikan usulan alur/tata cara/mekanisme dan besaran Pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang, baik yang menyangkut OPD sebagai
pemberi, penerima insentif dan/atau disinsentif serta integrasi dan keterpaduan
untuk penyiapan anggaran yang implementatif sesuai dengan aturan-aturan yang
berlaku;
 Memahami dan menyajikan profil semua kawasan di DIY sesuai Perda nomor 5
Tahun 2019 tentang RTRW DIY Tahun 2019-2039 khususnya masing-masing
SRS yang tertera pada Peraturan Daerah Istimewa Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Tata Ruang Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten dan kaitannya
dengan penerapan insentif disinsentif yang akan dilakukan; dan
 Melakukan studi komparasi langsung pada kabupaten-kabupaten di Provinsi
Jawa Tengah yang wilayahnya berbatasan langsung secara administratif dengan
SRS sebagai bahan pembanding/benchmarking.
2. Menyusun draft rancangan Peraturan Gubernur sebagai hasil pengejawantahan
naskah akademik dimaksud yang memenuhi kaidah di dalam penulisan naskah
hukum/aturan perundang-undangan (legal drafting). Rancangan Peraturan Gubernur
ini merupakan gabungan/kombinasi dengan draft rancangan Peraturan Gubernur
untuk insentif dan disinsentif sesuai amanat Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2019
tentang RTRW DIY 2019-2039 dan Peraturan Daerah Istimewa Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Tata Ruang Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten.
11. Keluaran Keluaran-keluaran yang diserahkan sebagai hasil kerja penyedia jasa konsultansi adalah
sebagai berikut:

 Laporan Pendahuluan sebanyak 3 (tiga) eksemplar;


 Laporan Antara sebanyak 3 (tiga) eksemplar;
 Laporan Akhir, Naskah Akademik dan draft Rapergub sebanyak 5 (lima) eksemplar;
 Laporan Eksekutif sebanyak 3 (tiga) eksemplar;

Semua laporan di atas dicetak menggunakan kertas HVS ukuran A4 80 gram dijilid
softcover laminasi. Soft Copy seluruh hasil keluaran di atas juga dikumpulkan kepada
pemilik pekerjaan, dimasukkan dalam Hard Disk Eksternal minimal berkapasitas 2 TB
sebanyak 1 (satu) unit.

Penyerahan laporan harus disampaikan oleh penyedia jasa konsultansi disesuaikan


dengan tahapan pencairan, yaitu :
 Tahap I (45%) setelah pihak penyedia jasa konsultansi menyerahkan Laporan
Pendahuluan, selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari kalender setelah SPMK dan
Laporan Antara, selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari kalender setelah
SPMK.
 Tahap II (55%) setelah pihak penyedia jasa konsultansi menyerahkan Laporan Akhir,
Naskah Akademik, Draft Rapergub, dan Laporan Eksekutif, serta softcopy dalam
Harddisk eksternal selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kalender setelah
SPMK.

Penyedia jasa konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan


pembahasan dalam rangka persamaan persepsi dengan pihak terkait dalam rangka
penyelesaian keluaran yang diminta, yaitu dengan melakukan:
1. Focus Group Discussion (FGD) pembahasan laporan dalam rangka penyempurnaan
tiap tahapan pelaporan, sebanyak minimal 3 (tiga) kali dengan menyediakan 3 (tiga)
pembahas laporan pada setiap kali pembahasan. Narsumber/pembahas/penceramah
setingkat pejabat eselon III kebawah/yang disetarakan Pelaksanaan masing-masing
FGD dilakukan untuk minimal 25 (dua puluh lima) orang peserta di hotel minimal
bintang 3 dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Penyedia jasa
konsultansi menyiapkan akomodasi (snack dan makan siang) dan uang transpor bagi
peserta FGD. Materi presentasi dalam bentuk hard copy dan/atau soft copy harus
disiapkan untuk narasumber, tim teknis dan peserta FGD lainnya. Seluruh masukan,
informasi dan pertanyaan wajib dihimpun dan diolah dalam upaya penyempurnaan
setiap laporan
2. Focus Group Discussion (FGD) dengan profesional/akademisi diselenggarakan
minimal 2 (dua) kali. FGD tersebut dilakukan dalam rangka penyusunan Laporan Akhir
(1x FGD), dan penyusunan Naskah Akademik dan Draft Rapergub (1x FGD).
Pelaksanaan FGD dilakukan dalam jangka waktu kontrak, dilakukan sebelum jadwal
penyerahan masing-masing laporan. Pelaksanaan masing-masing FGD dilakukan
untuk minimal 25 (dua puluh lima) orang peserta di hotel minimal bintang 3 dengan
menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Penyedia jasa konsultansi menyiapkan
akomodasi (snack dan makan siang) dan uang transpor bagi peserta FGD. Setiap
pelaksanaan FGD difasilitasi dengan 1 (satu) orang moderator dan 2 (dua) orang
narasumber. Narsumber/pembahas/penceramah setingkat pejabat eselon III
kebawah/yang disetarakan. Materi presentasi dalam bentuk hard copy dan/atau soft
copy harus disiapkan untuk narasumber, tim teknis dan peserta FGD lainnya. Seluruh
masukan, informasi dan pertanyaan wajib dihimpun dan diolah dalam upaya
penyempurnaan setiap laporan.
3. Penyedia jasa konsultansi wajib melakukan 1 (satu) kali Workshop. Pelaksanaan
Workshop dilakukan pada hotel minimal bintang 3 selambat-lambatnya 1 (satu)
minggu sebelum kontrak selesai. Penyedia jasa konsultansi menyiapkan akomodasi
(snack, makan siang dan kit pertemuan) dan uang transpor untuk minimal 40 (empat
puluh) orang peserta. Dalam pelaksanaan Workshop, penyedia jasa konsultansi
menghadirkan 1 (satu) orang moderator dan 3 (tiga) orang narasumber dan
menyiapkan materi presentasi dalam bentuk hard copy dan/atau soft copy dihadapan
tim teknis dan undangan peserta Workshop, dan selanjutnya menghimpun seluruh
masukan, informasi dan pertanyaan dalam rangka penyempurnaan akhir seluruh
komponen pekerjaan di dalam jangka waktu kontrak.
Narsumber/pembahas/penceramah setingkat pejabat eselon II/yang disetarakan
4. Penyedia Jasa Konsultansi melakukan koordinasi di kabupaten Provinsi Jawa Tengah
yang berbatasan langsung dengan SRS dengan mengamati secara langsung kondisi
di Kabupaten Purworejo, Magelang, Boyolali, Klaten dan Wonogiri. Pelaksanaan
koordinasi dilakukan selama setidak-tidaknya 1 (satu) hari untuk masing-masing
Kabupaten. Jumlah peserta koordinasi sebanyak 5 (lima) orang. Penyedia jasa
konsultansi menyiapkan akomodasi (transportasi, penginapan dan makan) dan uang
saku harian bagi peserta.
12. Fasilitas PPK menyediakan surat referensi jika dibutuhkan untuk mempermudah mengakses data
dari Pejabat yang diperlukan.
Pembuat
Komitmen
13. Peralatan 1. Seperangkat komputer dan printer untuk penyusunan data dasar dan pembuatan
dan Material laporan;
dari
2. Peralatan untuk survei lapangan, seperti: pita meter, kamera, daftar isian, dan peralatan
Penyedia
Jasa pendukung lainnya.
Konsultasi
14. Lingkup Penyedia Jasa Konsultansi berwenang melaksanakan ekspose laporan awal, laporan antara,
Kewenangan
dan laporan akhir, serta hasil pekerjaan;
Penyedia
Jasa
15. Jangka Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 120 (seratus dua puluh) hari kalender.
Waktu
Penyelesaian
Pekerjaan
16. Personil Posisi Kualifikasi/Pendidikan/Pengalaman/Tugas Jumlah Orang Bulan
Tenaga Ahli
Ahli Muda - Tenaga Ahli Madya 1 Orang 4 Bulan
Perencanaan - Memiliki sertifikat keahlian
Wilayah sebagai perencanaan wilayah (Madya)
Team Leader - Surat Referensi
- Sarjana Strata Satu (S1) atau
Strata Dua (S2) Perencanaan
Wilayah Perencanaan Wilayah
- S1 Berpengalaman sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) tahun
atau Strata Dua (S2)
berpengalaman sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun;
- Sebagai Team Leader merangkap
tenaga ahli dalam pelaksanaan
kegiatan, mengkoordinasikan
semua tim ahli dan setiap jenis
pekerjaannya agar terlaksana
secara efektif.
- Mempelajari dan menelaah
peraturan perundang-undangan
terkait yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
- Melakukan analisis perkembangan
kawasan
- Melakukan analisa dampak
pembangunan
- Bersama tenaga ahli lain
menyusun konsep dan rencana
pengembangan
Ahli Muda Ekonomi - Tenaga Ahli Muda 1 Orang 4 Bulan
Pembangunan - Surat Referensi
- Sarjana Strata Satu (S1) Ekonomi
Pembangunan atau Strata Dua
(S2) Ekonomi Pembangunan
- S1 berpengalaman sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun atau
Strata Dua (S2) Ekonomi
Pembangunan berpengalaman
sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun.
- Mempelajari dan menelaah
peraturan perundang-undangan
terkait yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
- Menghitung dan menganalisis
besaran atau nilai bentuk
Pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif serta nilai
konversinya
Ahli Muda Geografi - Tenaga Ahli Muda 1 Orang 4 Bulan
- Memiliki sertifikat keahlian
Geografi
- Surat Referensi
- Sarjana Strata Satu (S1) Geografi
atau Strata Dua (S2) Geografi
- S1 berpengalaman sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun atau
Strata Dua (S2) Geografi
berpengalaman sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun.
- Mempelajari dan menelaah
peraturan perundang-undangan
terkait yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
- Melakukan pengolahan citra yang
dibutuhkan untuk pemutakhiran
informasi terkait wilayah yang
dikaji.
- Melakukan analisis spasial untuk
mendukung TA Perencanaan
Wilayah dalam merumuskan
konsep insentif dan disinsentif.
Ahli Muda Hukum - Tenaga Ahli Muda 1 Orang 3 Bulan
- Surat Referensi
- Sarjana Strata Satu (S1) Hukum
atau Strata Dua (S2) Hukum
- S1 berpengalaman sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun atau
Strata Dua (S2) Hukum
berpengalaman sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun.
- Mengkaji produk-produk hukum
pembangunan dan
pengembangan kawasan
- Membantu ketua tim dalam
penyusunan dan penyelesaian
pekerjaan serta pelaporan.
Ahli Muda Budaya - Tenaga Ahli Muda 1 Orang 3 Bulan
- Surat Referensi
- Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu
Budaya atau Strata Dua (S2) Ilmu
Budaya
- S1 berpengalaman sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun atau
Strata Dua (S2) Ilmu Budaya
berpengalaman sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun.
- Mempelajari dan menelaah
peraturan perundang-undangan
terkait yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
- Menyusun strategi penguatan
pada aspek sosial budaya
- Mengidentifikasi potensi dan
permasalahan perkembangan
sosial budaya
- Menganalisa dampak sosial
Ahli Muda - Tenaga Ahli Muda 1 Orang 3 Bulan
Administrasi Publik - Surat Referensi
- Sarjana Strata Satu (S1)
Administrasi Publik atau Strata
Dua (S2) Administrasi Publik
- S1 berpengalaman sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun atau
Strata Dua (S2) Administrasi
Publik berpengalaman sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun.
- Mempelajari dan menelaah
peraturan perundang-undangan
terkait yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
- Menyusun dan menganalisis
bentuk insentif dan disinsentif
serta mekanisme pemberiannya.
Tenaga Pendukung
Asisten Tenaga Ahli - Asisten tenaga ahli 1 Orang 4 Bulan
- D3 atau S1,
- berpengalaman sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun
- bertugas membantu dalam
pengumpulan data, penyiapan bahan,
pengetikan paparan dan laporan serta
penyelesaian administrasi pekerjaan
17. Pendekatan Pendekatan:
dan Sistem Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pengaturan tata ruang wilayah di
Metodologi
lingkungan pemerintah daerah DIY dimaksudkan agar perwujudan pemanfaatan ruang
sesuai dengan rencana tata ruang. Informasi dikumpulkan dengan mengunjungi secara
langsung dan melakukan observasi terkait kegiatan, kenampakan yang ada di lapangan dan
wawancara dengan pemanfaat ruang, di samping dengan melakukan studi literatur.
Koordinasi dapat dijadikan tolok ukur pembanding dengan lokasi kegiatan serta penerapan
metode dan cara yang mungkin bisa dilakukan pada lokasi kegiatan. Selain itu, beberapa hal
yang perlu dilaksanakan adalah:
1. Melihat bentuk insentif dan disinsentif yang tertera dalam perda RTRW dan perdais
sebagai acuan awal untuk menentukan bentuk insentif dan disinsentif.
2. Membandingkan dengan kajian/studi terdahulu terutama yang berkaitan dengan
mekanisme insentif dan disinsentif pemanfaatan ruang.
3. Menginventarisir permasalahan pemanfaatan ruang yang dapat diselesaikan dengan
mekanisme insentif dan disinsentif pemanfaatan ruang, beserta gambaran contoh bentuk
insentif dan disinsentif.
4. Mengidentifikasi dan menginventarisir aturan Kasultanan dan Kadipaten sebagai pemilik
tanah yang memberikan kekancingan, yang berkaitan dengan mekanisme insentif dan
disinsentif.
5. Merancang mekanisme Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif yang meliputi
kriteria pemilihan kawasan, cara penilaian obyek yang mendapat insentif atau disinsentif,
proses penganggaran, usulan skema penganggaran, dan kewenangan OPD.

Metodologi:
Metode penulisan yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif, yaitu metode
yang meneliti suatu keadaan dengan tujuan membuat deskripsi dan gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta di lapangan dan didukung dengan data-
data kuantitatif yang berkaitan dengan pengkajian serta hubungan antar fenomena yang
diteliti.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis strategis melalui pendekatan sistematis dan
terstruktur, Pendekatan sistematis yaitu aspek kajian selalu didasarkan pada aspek internal
dan aspek eksternal, baik berupa potensi dan permasalahan. Pendekatan terstruktur yaitu
langkah-langkah perumusan strategi selalu diawali dengan mengkaji aspek internal dan
eksternal, yang dilanjutkan dengan mengkombinasi aspek tersebut. Pertimbangan kualitatif
dibutuhkan untuk memilih komponen yang lebih penting dan seberapa besar tingkat
prioritasnya.
Secara umum hasil analisis harus menjawab ketentuan yang diminta dalam lingkup
pekerjaan, mendorong faktor pendukung, mengeliminir faktor hambatan dan usulan
tambahan/inovasi dari penyedia jasa konsultansi.
18. Jadwal
Tahapan No Uraian Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
Pelaksanaan 1 Persiapan
Kegiatan
2 Laporan Pendahuluan
3 Laporan Antara
4 Laporan Akhir
5 Naskah Akademik dan draft
Rapergub
6 Laporan Eksekutif

19. Laporan Laporan pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari kalender
Pendahuluan
sejak SPMK diterbitkan, berisi mengenai penjelasan kembali terhadap metodologi, rencana
kerja dan susunan personel termasuk informasi yang telah diselaraskan terhadap kerangka
penugasan, konsepsi-konsepsi, pemantapan wilayah studi dan rencana penanganan awal.
Laporan Pendahuluan diserahkan sebanyak 3 (tiga) eksemplar setelah dilakukan
pembahasan dengan tim teknis/internal yang diselenggarakan selambat-lambatnya 5 (lima)
hari sebelum penyerahan laporan.
Sistematika Pelaporan:
Bab I Pendahuluan
Bab II Tanggapan terhadap KAK
Bab III Metodologi
Bab IV Rencana Kerja

20. Laporan Laporan antara harus diserahkan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari kalender
Antara
sejak SPMK diterbitkan, berisi mengenai kompilasi hasil survai, kajian, identifikasi,
inventarisasi, pengumpulan data, dan hasil pra analisis data. Laporan Antara diserahkan
sebanyak 3 (tiga) eksemplar setelah dilakukan pembahasan dengan tim teknis/internal yang
diselenggarakan selambat-lambatnya 5 (lima) hari sebelum penyerahan laporan.
Sistematika Pelaporan:
Bab I. Pendahuluan
Bab II. Tinjauan Kebijakan terkait
Bab III. Gambaran Umum
Bab IV. Analisis
Bab V. Kesimpulan
21. Laporan Laporan Akhir harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kalender
Akhir, sejak SPMK diterbitkan atau pada akhir masa kontrak pekerjaan, dan penyedia jasa
Naskah konsultansi telah menyempurnakan berdasarkan hasil diskusi, pembahasan, analisis,
Akademik secara lengkap dari semua proses pekerjaan. Laporan Akhir dicetak sebanyak 5 (lima)
dan Draft eksemplar berupa hasil penyempurnaan sesudah dilakukannya pembahasan dengan tim
Rancangan teknis/internal dan FGD sebagai rangkaian terakhir pelaksanaan pekerjaan.
Peraturan Sistematika Pelaporan :
Gubernur Bab I. Pendahuluan
Bab II. Hasil Analisis dan Pengembangan
Menjelaskan hasil analisis dan pengembangan mengenai inventarisasi aturan-aturan
yang berlaku sebagai dasar Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif
pemanfaatan ruang; inventarisasi isu dan permasalahan pemanfaatan ruang di
lingkup wilayah penelitian; Inventarisasi aturan internal Kasultanan dan Kadipaten
dalam pemanfaatan ruang; identifikasi bentuk Pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif yang implementatif dan sesuai untuk menangani ketidaksesuaian
pemanfaatan ruang yang terjadi beserta simulasinya; identifikasi dan inventarisasi
kewenangan OPD dalam setiap bentuk Pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif; Hasil studi banding yang disajikan dalam bentuk deskriptif
Bab III. Usulan Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif
Menjelaskan mengenai usulan mekanisme, bentuk, besaran, dan jangka waktu
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif
Bab IV. Kesimpulan, Saran, dan Rekomendasi

Naskah Akademik dan Draft Rapergub harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus
dua puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan atau pada akhir masa kontrak pekerjaan
dan penyedia jasa konsultansi telah menyempurnakan berdasarkan hasil diskusi,
pembahasan, Analisa, secara lengkap dari semua proses pekerjaan. Naskah Akademik
dan Draft Rapergub dibahas melalui Workshop paling lambat 1 (satu) minggu sebelum
kontrak selesai. Naskah Akademik dan Draft Rapergub dicetak sebanyak 3 (tiga) eksemplar
berupa hasil penyempurnaan sesudah dilakukannya Workshop sebagai rangkaian terakhir
pelaksanaan pekerjaan. Naskah Akademik dan Draft Rapergub pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab II Kajian Teoretis Dan Praktik Empiris
Bab III Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundang-undangan Terkait
Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, Dan Yuridis
Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan, Dan Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan
Gubernur
Bab VI Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran: Rancangan Peraturan Gubernur
22. Laporan Laporan Eksekutif harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari
Eksekutif
kalender sejak SPMK diterbitkan atau pada akhir masa kontrak pekerjaan. Isi laporan
adalah hasil rangkuman singkat, padat dan merupakan inti dari seluruh proses kegiatan,
sebagai acuan untuk mengambil kebijakan dan informasi pendukung kepada pemilik
pekerjaan sebanyak 3 (tiga) eksemplar.
23. Pedoman Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam kegiatan pekerjaan ini meliputi:
Pengumpulan
Data  Pengumpulan data lapangan harus memperoleh izin dari pihak terkait dan membawa
Lapangan
surat referensi dari pemilik pekerjaan;
 Menyusun rancangan kebutuhan data yang diperlukan untuk menentukan analisis
mengenai bentuk Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif;
 Menyusun rancangan pengelolaan dan pengembangan penganggaran Pemberian
insentif dan pengenaan disinsentif;
 Rapat koordinasi, diskusi, dan musyawarah dengan stakeholder terkait tentang
pengumpulan data, pembahasan laporan sampai terbentuknya produk yang sesuai
dengan rencana;
 Pelaporan dan dokumentasi.
24. Alih Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan
Pengetahuan
pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil Satuan Kerja
Pejabat Pembuat Komitmen.
25. Persyaratan Peserta harus memiliki Sertifikat Badan Usaha SBU Bidang Jasa Penelitian 1.SI.04
Penyedia
Kualifikasi Kecil

Anda mungkin juga menyukai