Anda di halaman 1dari 39

USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

E
E.1 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan
E.1.1 Pendekatan Teknis
Untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan tujuan sasaran yang telah digariskan,
maka diperlukan beberapa analisa baik melalui pendekatan perencanaan strategi
maupun dalam rangka Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun
2011 – 2031 yang sifatnya referensi maupun kajian di lapangan melalui
penelitian/survei lapangan.
Dalam melakukan penyusunan studi diperlukan beberapa pendekatan-pendekatan
diantaranya adalah seperti yang dijelaskan pada sub bab dibawah ini.
A. Referensi Hukum
Referensi hukum dalam melaksanakan pekerjaan ini sekurang-kurangnya merujuk
pada:
1) Kebijakan Nasional
a) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pangairan, beserta
peraturan pelaksanaannya;
b) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, beserta peraturan pelaksanaannya;
c) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, beserta peraturan
pelaksanaannya;
d) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2004-2025, beserta peraturan
pelaksanaannya;
e) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, beserta

E|1
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

peraturan pelaksanaannya;
f) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, beserta peraturan pelaksanaannya;
g) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
beserta peraturan pelaksanaannya;
h) Peraturan Menteri PUPR Nomor 15 tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
2) Kebijakan Rencana Tata Ruang
a) RTRWN terkait kawasan perencanaan maupun rencana pengembangan
infrastruktur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008;
b) RTRW Provinsi Jawa Barat; dan
c) RTRW Kabupaten Sukabumi .
3) Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah (Jangka Menengah 5
tahun):
a) RPJMN 2015-2019 dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015;
b) RPJMD Provinsi Jawa Barat; dan
c) RPJMD Kabupaten Sukabumi.
4) Kebijakan Penetapan Lokasi dan Hierarki Infrastruktur Sektoral,
yang menunjukkan lokasi dan hierarki yang termuat di dalam peraturan
perundang-undangan (PP, Permen/Kepmen):
a) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13.1/PRT/M/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
b) Jalan dan Jembatan
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
: 290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut
Statusnya sebagai Jalan Nasional;
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
: 248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan dalam Jaringan
Jalan Primer Menurut Fungsinya sebagai Jalan Primer (JAP) dan
Jalan Kolektor-1 (JKP-1);
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 567/KPTS/M/2010
tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional beserta

E|2
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

perubahannya sebagaimana telah diubah terakhir dengan


Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 92/KPTS/M/2011
tentang Perubahan Pertama Atas Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum Jaringan
Jalan Nasional.
c) Sumber Daya Air
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai;
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 293/KPTS/M/2014
tentang Penetapan Status Daerah Irigasi yang Pengelolannya
Menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
d) Perhubungan
 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru
Pengembangan Sistem Logistik Nasional;
 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019.
Bandar Udara
 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 69 Tahun 2013
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;
 Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang Rencana
Induk masing-masing bandar udara.
Perkeretaapian
 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 43 Tahun 2011
tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional.
5) Kebijakan Kawasan Strategis
a) Kawasan Industri
 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035;
 Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019.
b) Kawasan Pariwisata
 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional;
 Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019.
6) Peraturan lain yang relevan/terkait

E|3
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI

5
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

E.1.2 Pendekatan Terhadap Sistem Pengembangan Wilayah


Tujuan pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan
sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya yang ada dapat
optimal mendukung peningkatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan
sasaran program pembangunan yang diharapkan. Optimalisasi berarti tercapainya
tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan
lingkungan yang berkelanjutan.
Secara khusus perencanaan tata ruang mempunyai tiga tujuan. Pertama, meningkatkan
efisiensi penggunaan ruang sesuai daya dukungnya. Kedua, memberikan kesempatan
kepada masing-masing sektor untuk berpartisipasi dan berkembang secara maksimal
tanpa adanya konflik. Ketiga, meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata
(BPPT,1999).
Konsep pengembangan wilayah berbeda dengan konsep pembangunan sektoral.
Pengembangan wilayah lebih berorientasi pada isu-isu dan permasalahan pokok wilayah
yang saling berkaitan, sedangkan pembangunan sector berorientasi pada tugas dan
fungsi yang bertujuan untuk mengembangkan aspek atau bidang tertentu, tanpa
memperhatikan keterkaitan dengan sektor lainnya. Meskipun dua konsep itu berbeda
dalam prakteknya keduanya saling melengkapi. Artinya pengembangan wilayah tidak
akan terwujud tanpa adanya pengembangan sektoral secara terintegrasi. Sebaliknya,
pembangunan sektoral tanpa berorientasi pada pengembangan wilayah akan
menghasilkan suatu perencanaan sektoral yang tidak optimal dan menciptakan konflik
antar sektor.

E.1.3 Pendekatan Terhadap Strategi dan Orientasi Pengembangan Sektor


dan spasial
Dalam paradigma lama, wilayah sering kali dipandang dari sudut pandang yang sempit,
yakni sebagai lokasi dari suatu aktivitas ekonomi. Dewasa ini berkembang pemahaman
baru terhadap suatu wilayah. Wilayah dianalogikan sebagai suatu perusahaan besar
yang memiliki elemen-elemen pokok yang saling terkait.
Suatu wilayah dipandang sebagai sistem yang terdiri dari elemen-elemen yang saling
berinteraksi, elemen pokok yang membentuk sistem wilayah tersebut antara lain :
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kemampuan teknologi internal.
Secara alamiah, ketiga elemen tersebut berinteraksi membentuk sistem tranformasi

E|4
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

input menjadi ouput dengan jenis yang berbeda-beda (sektor-sektor ekonomi).


Selanjutnya akumulasi dari transformasi-transformasi tersebut menghasilkan kinerja
pertumbuhan wilayah secara keseluruhan.
Berdasarkan cara pandang tersebut, suatu sistem wilayah memiliki tingkatan-tingkatan
yang bersifat hirarki dalam proses perkembangan masyarakatnya. Transformasi dari
satu tingkatan menuju tingkatan diatasnya ditentukan oleh kemampuan sumberdaya
manusia setempat dalam mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya. Pada konteks
kemampuan sumberdaya manusia dalam mengelola sumberdaya alam inilah melekat
elemen ketiga pengembangan wilayah yang dikenal dengan teknologi.
Atas dasar tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses perubahan perkembangan
masyarakat suatu wilayah merupakan cerminan dari transformasi teknologi di wilayah
yang bersangkutan.
Selain adanya perubahan pada strategi dan orientasi pengembangan sektoral, dewasa
ini juga berkembang suatu paradigma baru dalam pengembangan wilayah berdasarkan
orientasi keruangannya.
Agar pengembangan sektor dan komoditas unggulan ini dapat dilaksanakan dengan
baik dan berhasil guna maka diperlukan suatu rencana pengembangan yang terpadu,
karena pengembangan suatu kegiatan usaha ekonomi tidak terlepas dari
pemanfaatan/pengembangan ketersediaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
sumberdaya buatan serta teknologi dan modal yang ada (faktor-faktor supply driven).
Semua kegiatan ekonomi membutuhkan infrastruktur sebagai aksesibilitas. Oleh karena
itu pengembangan kegiatan ekonomi pada suatu wilayah adalah tidak terlepas dari
pengembangan infrastruktur pada wilayah tersebut. Dengan demikian dalam
pengembangan kegiatan ekonomi ini perlu dilakukan secara terpadu dengan
pengembangan/perencanaan Infrastruktur yang mana dalam hal ini mendukung pula
dalam rangka misi untuk mengembangkan sistem kota-kota yang terpadu.
Setelah terumuskannya prioritas pengembangan sektor unggulan, maka untuk
selanjutnya rencana pengembangannya perlu dijabarkan ke dalam program-program
pembangunan yang satu sama lain saling berkaitan dengan program-program
pembangunan di masing-masing kawasan Kabupaten Sukabumi kedalam
pengembangan infrastruktur sehingga sesuai dengan pengembangan pola dan srtuktur
tata ruang yang selaras dengan arahan RTRWN dan RTRW Daerah baik Provinsi
maupun Kabupaten/Kota.

E|5
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

E.1.4 Pendekatan Terhadap Pengembangan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur perekonomian.
Transformasi struktural sendiri merupakan proses perubahan struktur perekonomian
dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa, di mana masing-masing
perekonomian akan mengalami transformasi yang berbeda-beda. Dalam keterkaitannya
dengan pengembangan dan pembangunan infrastruktur, maka variabel tambahan
dalam arahan penentuan model analisa perekonomian dari beberapa hal sebagai
berikut:
a. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur dalam Perubahan Struktur Perekonomian
b. Pengaruh Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kebijakan
Pembangunan Ekonomi

E.1.5 Pendekatan Kawasan Perencanaan


a. Fungsi Ekonomi
Wilayah Kabupaten Indrmayu memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan
sebagai wilayah bisnis-bisnis potensial yang berbasis pada sumberdaya (resource
based industry) seperti pariwisata, jasa transportasi, industri olahan dan industri-
industri lainnya yang ramah lingkungan. Di samping itu, kawasan tersebut juga
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai pendukung pertumbuhan wilayah.
b. Fungsi Ekologi
Secara ekologis, ekosistem yang ada berfungsi sebagai pengatur iklim global, siklus
hidrologi dan bio-geokimia, penyerap limbah, sumber plasma nutfah, sumber
energi alternatif, dan sistem penunjang kehidupan lainnya. Hal ini terkait erat
dengan potensi/karakteristik penting kawasan.

E.1.6 Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)


Kata sustainability sangat penting dalam sebuah kerangka pengembangan dan
pembangunan. Kata tersebut merujuk pada abilility of something to be sustained.
Pendekatan Sustainability Development saat ini umum digunakan dalam hal-hal yang
terkait dengan kebijakan lingkungan atau etika bisnis, terutama sejak dipublikasikannya
istilah ini dalam dokumen Bruntland Report oleh World Commission on Environtment and
Development (WCED), tahun 1987. Dalam dokumen tersebut, sustainability development
diartikan sebagai :

E|6
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

"development that meets the needs of the present without compromising the
ability of future generations to meet their own needs. In a way that "promote[s]
harmony among human beings and between humanity and nature".
Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan ini muncul dari pemikiran untuk menanggapi
tantangan global di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, melalui pengembangan
ketiga komponen tersebut secara sinergi. Konsep ini memperhatikan kualitas
pertumbuhan, bukan hanya kuantitasnya saja. Dengan demikian, secara singkat
pembangunan berkelanjutan ini dapat diartikan sebagai upaya menumbuhkan
perekonomian dan pembangunan sosial tanpa mengganggu kelangsungan lingkungan
hidup yang sangat penting artinya bagi generasi saat ini dan masa mendatang. Oleh
karena itu, pembangunan keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama
lainnya saling terkait dan mendukung, yaitu : 1) pertumbuhan ekonomi, 2) pemerataan
sosial, dan 3) pelestarian lingkungan hidup.
Dengan didasari oleh pendekatan eksternal, internal, dan sustainability, maka
diharapkan penataan ruang yang akan dilakukan merupakan :
a. Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan
ruang yang mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi
ruang.
b. Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan
dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang
yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun masyarakat.
c. Penataan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang, artinya penataan ruang
yang dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
struktur dan pola pemanfaatan ruang bagi persebaran penduduk antarwilayah,
pertumbuhan dan perkembangan antar sektor, antar daerah, dan antara sektor
dengan daerah.
d. Penataan ruang yang berkelanjutan, artinya penataan ruang yang menjamin
kelestarian kemampuan daya dukung sumberdaya alam.

E|7
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

E.1.7 Pendekatan Partisipatif


Pendekatan partisipatif (participatory)
digunakan untuk memperoleh urutan prioritas
pengembangan dan masukan-masukan dari
Masyarakat Swasta
berbagai stakeholders untuk melengkapi data
potensi wilayah perencanaan yang sudah
Pemerintah
dihasilkan. Selain melalui penyebaran
kuesioner dan wawancara, pendekatan
partisipatif ini juga dilakukan dengan melaui
pembahasan-pembahasan/seminar-seminar untuk mengkaji lebih lanjut hasil analisis
yang telah dibuat. Pertimbangan menggunakan pendekatan partisipatif adalah, bahwa
saat ini pemaksaan kehendak dan perencanaan dari atas sudah tidak relevan lagi. Di era
reformasi ini perlu melibatkan berbagai pihak dalam setiap kegiatan pembangunan.
Manfaat penggunaan pendekatan tersebut adalah untuk meminimalkan konflik berbagai
kepentingan yang berarti juga mendapatkan hasil akhir yang menguntungkan untuk
semua pihak. Keuntungan lainnya yang akan diperoleh adalah jaminan kelancaran
implementasi hasil pekerjaan ini di kemudian hari.
Sepenuhnya disadari bahwa penggunaan pendekatan partisipatif akan menimbulkan
berbagai persoalan dalam prosesnya, terutama masalah keterbatasan waktu. Masalah ini
akan dicoba diminimalkan melalui persiapan materi dan pelaksanaan diskusi /wawancara
yang matang. Diantara persoalan-persoalan yang akan muncul dalam pendekatan
partisipatif adalah pemilihan stakeholders yang akan dilibatkan. Ada dua pilihan solusi
untuk masalah ini:
Pertama, menyebarkan undangan secara terbuka melalui media massa dan yang
lainnya, dan membebaskan setiap yang berminat untuk berurun rembug. Persoalannya
kemudian adalah mengontrol jalannya pembahasan. Kesulitan tersebut terutama
disebabkan oleh kemungkinan terlalu banyaknya pihak yang datang, tetapi belum tentu
kepentingan secara langsung. Dengan sendirinya akan sulit memperoleh suatu
kesepakatan.
Kedua, melalui undangan terbatas. Kesulitan solusi kedua ini adalah dalam penentuan
daftar undangan. Ada kemungkinan terjadi kesalahan mengundang. Pihak-pihak yang
diundang belum tentu mewakili stakeholders secara keseluruhan.

E|8
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

E.2 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


Metoda Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2011 – 2031
disusun berdasarkan satu kerangka berpikir (logical framework) yang terdiri dari
serangkaian tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan secara konsisten dan sistematik,
meliputi :
1) Desk study;
2) Evaluasi perkembangan pembangunan Kawasan Pertumbuhan;
3) Deliniasi Kawasan Perencanaan;
4) Pengumpulan data yang diperlukan, baik itu data makro maupun mikro kawasan;
5) Pengolahan data melalui kompilasi data; dan
6) Analisis melalui teknik-teknik analisis yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhannya;
7) Perumusan konsep dan rencana; dan
8) Pembahasan/diskusi yang akan dilakasanakan sesuai dengan pendekatan.

E.2.1 Kerangka Pikir


Tahapan-tahapan kegiatan tersebut menjadi acuan utama di dalam proses Revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2011 – 2031 dan
digambarkan melalui kerangka berfikir pada Gambar E.1.

E|9
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Gambar E.1 Kerangka Pikir

Pemahaman atas KAK


Penetapan Review Peraturan
kebutuhan Perundangan
data/informasi

Penajaman
Metodologi Penyusunan Pengumpulan Data Review Peraturan
dan Jadual Konsep Revisi
Materi Survey Primer:Diskusi stakeholders, Perundangan
Pekerjaan RTRW Kabupaten Sukabumi
Observasi lapangan,FGD
Gambaran Umum
Wilayah Perencanaan
Penentuan data
dan metoda
analisis Pengumpulan data sekunder:
UU, PP,Perda, studi literatur, Analisis Revisi RTRW Kabupaten
Data BPS, Dinas terkait.dll Sukabumi 2011-2031

Isu Strategis

Tahap Persiapan Tahap Pengumpulan data Tahap Analisis data Tahap Penyusunan output

E | 10
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

E.2.2 Persiapan dan Organisasi Kerja


A. Tahapan Persiapan
Ruang lingkup tahapan dan substansi pekerjaan ini sekurang-kurangnya meliputi:
1) Mobilisasi tenaga ahli, asisten tenaga ahli, dan tenaga pendukung;
2) Kajian literatur, teori, dan benchmark/pengalaman praksis di Indonesia
atau negara lain yang berhasil terkait pengembangan infrastruktur wilayah
dan perkotaan, serta urban redevelopment;
3) Review terhadap kebijakan pengembangan kawasan perkotaan serta
pembangunan infrastruktur berdasarkan rencana pembangunan dan
rencana tata ruang baik nasional (RPJPN, RPJMN dan RTRWN),
pulau/kepulauan (RTR Pulau/Kepulauan), provinsi (RPJPD, RPJMD , RTRW
Provinsi), kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota), serta
kebijakan sektoral seperti Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL), Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP), Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP),
Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP), Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Pemukiman
(RP3KP), Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM), Rencana Induk Pengembangan Ruang Terbuka Hijau,
Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM),
Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan, Rencana Induk
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan, Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran, Pola Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA),
Rencana PSDA, dll;
4) Identifikasi stakeholder pusat dan daerah terkait;
5) Pengumpulan data dan informasi awal wilayah perencanaan;
6) Penyusunan peta dasar;
7) Penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan;
8) Inventarisasi kebutuhan data, desain survei, dan penyiapan perangkat
survei;
9) Pembahasan Laporan

E | 11
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI

8
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

B. Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan


Organisasi pelaksanaan dalam Pelaksanaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sukabumi Tahun 2011 – 2031 menyangkut hubungan antara pemberi
tugas dengan pelaksana kerja. Untuk memudahkan dan memelihara efisiensi
kerja, perlu disusun suatu organisasi pelaksanaan pekerjaan agar dapat berjalan
lancar sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran serta jadwal yang telah
ditetapkan. Pada dasarnya dalam penyusunan organisasi pelaksanaan pekerjaan
tersebut menyangkut hubungan kerja antara pemberi tugas dan
penerima/pelaksana pekerjaan.
a. Tim Konsultan
Tim Konsultan terdiri dari : ketua tim konsultan (team leader), tenaga ahli,
dan tenaga pendukung.
‐ Manager Proyek bertanggung jawab kepada Direktur Utama
Konsultan terhadap pelaksanaan, kelancaran, dan penyelesaian
proyek.
‐ Ketua Tim Konsultan (team leader) bertanggung jawab secara
keseluruhan kepada tim supervisi, mengkoordinasikan seluruh
pekerjaan tim konsultan dengan dibantu oleh sub-bidang penelitian.
‐ Tenaga Ahli yang merupakan sub-bidang penelitian, yang dirinci
berdasarkan disiplin ilmu yang digunakan dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya
masing-masing.
‐ Tenaga pendukung bertugas melaksanakan tugas studio dan
kesekretariatan dalam pekerjaan ini.
b. Struktur Organisasi Pekerjaan
Penyusunan organisasi pelaksana kerja Pelaksanaan Penataan Ruang Revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2011 – 2031
menyangkut hubungan antara pemberi kerja dengan pelaksana kerja
(konsultan), yang terdiri dari tenaga-tenaga ahli dari berbagai bidang beserta
tenaga pendukungnya.
Dalam melaksanakan pekerjaan yang dimaksud, konsultan akan membentuk
satu tim yang dipimpin oleh team leader dengan didukung oleh beberapa
tenaga ahli dan juga beberapa tenaga pendukung yang berkompeten. Untuk

E | 12
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

mengetahui lebih jelas, struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan dapat


dilihat pada gambar berikut.
Gambar E.2 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN DAERAH
KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2017

Revisi Rencana Tata Ruang


KONSULTAN PELAKSANA
Wilayah Kabupaten Sukabumi
Direktur
Tahun 2011 – 2031

Office Manager

Team Leader
Ahli Perencanaan Wilayah dan kota TIM TEKNIS/SUPERVISI
(Team Leader)

Tenaga Ahli:
1. Ahli Perencanaan Wilayah
2. Ahli Lingkungan
3. Ahli Transportasi
4. Ahli Perumahan
5. Ahli Ekonomi
6. Ahli Hukum/Kelembagaan
7. Ahli Geodesi
Tenaga Pendukung:
1. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota
Tenaga pendukung teknis lainnya
1. Surveyor pencari data
2. Ahli GIS
3. Tenaga Administrasi
4. Operator Komputer

E | 13
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

E.2.3 Pengumpulan Data dan Penyusunan Strategi


A. Survey dan Observasi Lapangan
Secara umum metode survey dan observasi lapangan dilakukan untuk memahami
potensi dan persoalan-persoalan terkait secara nyata dilapangan terkait dengan
penataan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi tinggi. Persiapan survey dan
observasi di lokasi amatan dilakukan dengan menggunakan stakeholders approach
guna memperoleh dukungan dari pemerintah daerah dan stakeholder lain terkait
dalam rangka pelaksanaan kegiatan di daerahnya masing-masing. Untuk itu perlu
dilakukan beberapa kegiatan persiapan, antara lain:
 Identifikasi stakeholder terkait dan berwenang dalam perencananaan dan
pengembangan wilayah
 Upaya memperoleh contact person daerah untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan dan penyesuaian jadwal kegiatan di daerah.
 Need assessment survey, guna memperoleh rincian kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan serta menyusun rancangan pelaksanaan kegiatan survey dan
observasi di daerah serta penyiapan perangkat pendukung kegiatan.
 Penyiapan tim survey, yaitu pembagian tim pelaksana survey yang terdiri dari
tenaga ahli pekerjaan.
Tabel E.1 Data Observasi Lapangan
Jenis Data Sumber Data Kegunaan Data
Karakteristik Fisik dan Pengamatan/observasi Dasar bagi gambaran umum
Sumber Daya Alam Kawasan eksisting analisis struktur ruang dan
site/tapak dan batasan kawasan
yang akan dikembangkan
Karakteristik Lingkungan Pengamatan/observasi Dasar bagi gambaran umum
sekitar eksisting kegiatan di sekitar kawasan dan
analisis zona dan kegiatan yang
akan dikembangkan
Karakteristik Jaringan Jalan Pengamatan/observasi Dasar bagi gambaran umum akses
dan Aksesibilitas eksisting yang sudah dikembangkan dan
analisis akses yang akan
dikembangkan
Karakteristik sumber bahan Pengamatan/observasi Dasar bagi arahan dalam
baku (sumber air, bahan eksisting pengembangan kawasan industri,
baku industri) baik kegiatan industri maupun
pengembangan prasarana/utilitas
kawasan
Titik koordinat kawasan GPS Memberikan titik koordinat kawasan
yang akan dikembangkan
Potensi dan Permasalahan Pengamatan/observasi Dasar bagi penentuan potensi dan

E | 14
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jenis Data Sumber Data Kegunaan Data


eksisting permasalahan sebagai masukan
dalam konsep dan strategi
pengembangan kawasan
Adapun dalam pelaksanaan survey dan observasi di lokasi pengamatan, digunakan
metode survey sekunder dan survey primer sebagaimana dijelaskan berikut:
1) Survey Data Sekunder, dilakukan terhadap instansi Pemda/institusi terkait
dengan kegiatan ini.
a) Pengumpulan Data Sekunder
Survei yang dilakukan dalam rangka:
 Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Daerah baik provinsi,
kabupaten/kota terkait Rencana Tata Ruang (RTRW Provinsi, RTRW
Kota/Kabupaten, dan RDTR), Rencana Pembangunan (RPJPD dan
RPJMD), Rencana Induk Sektor (Jaringan Jalan, Persampahan,
Drainase, Sanitasi, Perumahan, Penanganan Kumuh, dan lainnya)
 Pengumpulan random sampling pengumpulan data primer
infrastruktur;
2) Survey Primer, dilakukan dengan 2 teknik survey, yaitu:
 Observasi lapangan, dilakukan untuk memperoleh gambaran kondisi
eksisting di lokasi amatan serta pemahaman akan karakteristik wilayah
pekerjaan, serta
 Ground truth survey, merupakan metoda teknis yang bertujuan untuk
membandingkan/mengkonfirmasi data/informasi sekunder dengan kondisi
nyata di lapangan. Metode ini dapat memperlihatkan adanya perubahan
tertentu dalam rentang waktu antara suatu data sekunder dikompilasikan
oleh instansi terkait dengan perkembangan yang telah terjadi hingga saat
terakhir (waktu dilakukannya survey primer).
B. Identifikasi dan Inventarisasi
Metode identifikasi dan inventarisasi dilakukan melalui beberapa tahap berikut ini :
1. Pengorganisasian dan editing data
Pengorganisasian untuk menelaah dan memeriksa kembali isi dari instrumen.
Cara yang digunakan : (a) menghitung instrumen yang terkumpul, kaitannya
dengan kecukupan jumlah sampel; (b) pemeriksaan isian instrumen; (c)
penomoran dan kode terhadap instrumen; dan (d) membuat pedoman
skoring.

E | 15
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

2. Memilah data dan informasi


Data dan informasi produk (sesuai dengan kebutuhan data dan informasi)
dipilah berdasarkan jenis dan kebutuhan akan informasi. Data dan informasi
yang dibangun (dalam sistem database) mempengaruhi hasil diagnosis dan
analisa. Pemilahan data dan informasi dilakukan melalui penomoran,
penamaan, tingkat pengukuran, dan kode kategori.
3. Entry data
Entri data ke komputer dengan menggunakan software SPSS, excel atau yang
lainnya, untuk kemudahan aplikasi dan perhitungan.
4. Penyajian dan interpretasi data
Penyajian data hasil olahan di atas diinterpretasikan serta dianalisa untuk
mendapatkan kesimpulan. Penyajian data dapat meliputi tabel-tabel dan grafik
yang sudah memiliki keterwakilan dengan sampel dan kebutuhan data.

E.2.4 Metode Analisis


Metode analisis yang dipergunakan dalam Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sukabumi Tahun 2011 – 2031, sesuai dengan lingkup kegiatan yang akan
dilakukan meliputi:
1. Analisis Pengembangan Kawasan Perkotaan
 Analisis posisi kawasan dalam konstelasi regional dan global;
 Analisis basis ekonomi pengembangan kawasan;
 Analisis lingkungan fisik (built environment) struktur dan bentuk kota (urban
form and structure) serta kecenderungan perkembangan kawasan
perkotaan beserta indikasi urban sprawl dan konurbasi;
 Analisis arahan pengembangan wilayah;
 Analisis daya dukung dan daya tampung;
 Analisis kependudukan dan intensitas ruang;
2. Penyusunan Rencana dan Program
 Analisis penentuan kebutuhan pengembangan infrastruktur;
 Analisis keterpaduan program dan sinkronisasi pembangunan
infrastruktur;
 Analisis sumber pembiayaan dan kelayakan ekonomi/investasi;
 Analisis Kesesuaian Program dengan Kebutuhan

E | 16
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3. Focus Group Discussion (FGD)


Untuk lebih jelasnya mengenai teknik analisis yang akan digunakan dalam Revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2011 – 2031, dapat diuraikan
sebagai berikut:

E.2.4.1 Analisis Pengembangan Kawasan Perkotaan


Analisis dilakukan, meliputi:
1) Analisis posisi kawasan dalam konstelasi regional dan global;
a. Analisis Kebijakan Pembangunan
Analisis kebijakan pembangunan merupakan kajian terhadap kebijakan dan
arahan yang pernah ada dan berpengaruh atau terkait secara langsung
dengan wilayah perencanaan. Hal ini dilakukan untuk memahami arahak
kebijakan pembangunan kabupaten yang bersangkutan dan kedudukannya
dalam perspektif kebijakan pembangunan nasional.
Kajian dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif yang
menjabarkan fakta peraturan yang ada dan menganalisis lebih lanjut dan
mendalam mengenai kekurangan dan kelebihan dari kebijakan-kebijakan
tersebut. Dari kajian kebijakan diharapkan didapat keluaran berupa
keunggulan pengembangan wilayah, konsepsi pengembangan wilayah
kabupaten, fungsi dan peran yang dibebankan pada kabupaten dalam
lingkup regional serta seberapa besar dan bagaimana peluang serta
tantangan pengembangan wilayah tersebut sebagai konsekuensinya dalam
lingkup regional.
b. Analisis Regional
Analisis regional dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan
Kabupaten Jembrana dalam sistem regional yang lebih luas dalam aspek
sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya. Sistem regional tersebut dapat
berupa pulau atau pun nasional, di mana Kabupaten dapat berperan dalam
perkembangan regional dan nasional.
2) Analisis lingkungan fisik (built environment) struktur dan bentuk kota
(urban form and structure) serta kecenderungan perkembangan
kawasan perkotaan beserta indikasi urban sprawl dan konurbasi;
 Analisis Struktur Ruang Kawasan

E | 17
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Penataan struktur ruang dilakukan guna melihat keterkaitan, hirarki dan


pengaruh terhadap keseluruhan struktur ruang. Unsur-unsur yang
dipertimbangkan meliputi tata guna lahan, vegetasi, iklim, sifat dan kimia
tanah, sistem drainase dan kondisi jaringan utilitas yang ada seperti sistem
suplai air bersih, listrik dan telekomunikasi.
Bisa jadi sebagain besar penduduk tidak menggantungkan hidupnya pada
sektor kelautan, sehingga meskipun kota tersebut memiliki karakteristik
memanjang pantai, namun masyarakatnya bukan masyarakat dengan
karakteristik pesisiran. Hal inimemungkinkan terjadi oleh beberapa sebab,
seperti garis pantai yang lebih pendek ketimbang karakteristik ruang yang
lain, atau karakteristik pantai yang tidak memungkinkan tumbuhnya
budidaya ruang kelautan.
Hal yang sama dapat terjadi pada kota yang memiliki pabrik-pabrik atau
pusat industri. Keberadaan pabrik atau kawasan industri di satu kota tidak
serta merta mengindikasikan masyarakat sekitarnya sebagai masyarakat
urban, utamanya sub urban (biasanya buruh,yang tinggal di permukiman
kumuh, dan memiliki kecenderungan miskin serta tak terdidik). Bisa jadi
kawasan industri yang ada tidak padat karya, sehingga tidak
banyak penduduk yang memilih okupasi sebagai pendukung sektor industri.
Dapat dimungkinkan pula, secara agregat penduduk yang memiliki okupasi
pendukung sektor industri tidak lebih banyak ketimbang okupasi penduduk
lain dalam satu kota.
 Analisis Optimalisasi Pemanfaatan Ruang
Analisis optimalisasi pemanfaatan ruang ditujukan untuk menentukan
optimasi pemanfaatan ruang yang tepat sesuai dengan karakteristik
kawasan, daya dukung lahan dan tampung lahan dalam kegiatan industri
dengan menganalisis kesesuaian fisik, ekonomi, teknologi dan skala prioritas.
Analisis ini akan menghasilkan lahan produktif dan non-produktif, dimana
dapat ditentukan optimasi pengembangan kawasan budidaya dan kawasan
lindung sebagai acuan dalam menentukan batas pengembangan kawasan
industri yang tidak menganggu kawasan lindung (fungsi lindung) dengan
keberadaan kawasan penyangga (buffer zone).
Perubahan pemanfaatan lahan dapat terdiri dari:
‐ perubahan penggunaan lahan

E | 18
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

‐ perubahan intensitas pemanfaatan lahan


‐ perubahan ketentuan tata massa bangunan
‐ perubahan ketentuan prasarana minimum dan perubahan lainnya yang
masih ditoleransi tanpa menyebabkan perubahan keseluruhan
blok/subblok peruntukan (rezoning)
Untuk mengakomodasi fleksibilitas pemanfaatan ruang sehingga membuka
peluang yang lebih besar bagi pihak swasta dalam berpartisipasi dalam
pembangunan, secara seimbang dengan tetap berorientasi pada usaha
melindungi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
3) Analisis arahan pengembangan wilayah;
 Analisis Makro Pengembangan Wilayah
Analisis ini diarahkan untuk meninjau peran dan fungsi wilayah perencanaan
dalam konstelasi wilayah yang lebih luas. Analisis makro pengembangan
kawasan ini meliputi:
 Analisis kemampuan tumbuh dan berkembang kawasan, yang didasarkan
pada fungsinya dalam wilayah perkotaan serta potensi wilayah yang dapat
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan yang mewadahinya.
 Analisis kedudukan dan fungsi kawasan perencanaan dalam konstelasi
provinsi dan daerah.
 Analisis pengaruh kebijaksanaan sektoral dan regional terhadap
perkembangan sektor-sektor kegiatan dalam kawasan perencanaan serta
pengembangan fisik kawasan perencanaan.
 Analisis Mikro Pengembangan wilayah
Analisis internal diarahkan untuk memahami potensi dan permasalahan
pengembangan kawasan perencanaan yang akan dikembangkan, yang
mencakup aspek-aspek: struktur tata ruang kota, kebutuhan ruang, sarana-
prasarana, serta analisis tapak untuk pengembangan kawasan yang
diprioritaskan. Cakupan analisis ini adalah:
 Analisis struktur tata ruang kawasan perencanaan, menilai potensi fisik
dasar kawasan untuk mengakomodasikan perkembangan kawasan,
kecenderungan perkembangan kawasan terbangun, pola penggunaan
lahan, serta keterkaitan antar kawasan fungsional kota yang akan
dikembangkan.
 Analisis kondisi sarana-prasarana di Kawasan Perencanaan, menilai

E | 19
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

tingkat pelayanan sarana-prasarana saat ini dan kebutuhan


pengembangannya di masa yang akan datang.
Analisis fisik dan lingkungan kawasaan perencanaan, meliputi :
a. Analisis Topografi
Analisis topografi ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung lahan di
kawasan perencanaan berdasarkan ketinggian dan kemiringan lereng.
b. Analisis Geomorfologi
Analisis geomorfologi ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung lahan
di kawasan perencanaan berdasarkan jenis tanah, bentuk permukaan
tanah, kondisi geologi, dan sifat khas tanah (tekstur, profil dan lain
sebagainya).
c. Analisis Hidromorfologi
Analisis hidromorfologi ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung lahan
di kawasan perencanaan berdasarkan kondisi air permukaan tanah dan di
bawah permukaan tanah yang akan berpengaruh dalam menentukan
kawasan terbangun dan kawasan lindung di dalam kawasan perencanaan.
d. Analisis Fisiografi
Analisis fisiografi ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan kendala
lahan di kawasan perencanaan berdasarkan potensi bencana alam dan
kandungan sumberdaya alam (mineral dan bahan galian).
e. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung lahan di
kawasan perencanaan berdasarkan jenis vegetasi dan kerapatan vegetasi.
f. Analisis Kependudukan
Analisis kependudukan bertujuan untuk mengetahui jumlah, kepadatan
dan struktur penduduk di sekitar kawasan perencanaan sebagai dasar
pertimbangan dalam menentukan jumlah kebutuhan fasilitas serta sarana
dan prasarana di kawasan perencanaan yang nantinya dapat juga
dimanfaatkan oleh penduduk di sekitarnya.
g. Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan ini diarahkan untuk mengkaji kebutuhan dan kinerja
kelembagaan dalam mendukung upaya pengembangan kawasan
perencanaan dan peningkatan kualitas hidup masyarakatnya yang
didasarkan pada standar kebutuhan.

E | 20
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

h. Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan perekonomian
yang berpotensi untuk dijadikan sebagai sektor dasar yang diharapkan
dapat mengerakkan kegiatan perekonomian di kawasan perencanaan.
Selanjutnya, hasil analisis ini dapat digunakan dalam penataan konfigurasi
fisik bangunan di kawasan perencanaan.
i. Analisis Sosial-Budaya
Analisis sosial budaya ini bertujuan untuk mengetahui aspek sosial (adat
dan budaya) masyarakat yang berpengaruh terhadap penampilan fisik
bangunan di kawasan perencanaan.
j. Analisis Struktur Tata Ruang Kawasan
Analisis struktur tata ruang kawasan ini bertujuan untuk mengetahui
potensi dan permasalahan yang terkait dengan hirarki satuan-satuan
permukiman/pusat pelayanan, jangkauan pelayanan dan interaksi antara
pusat-pusat pelayanan di dalam kawasan perencanan terhadap kawasan
lainnya.
k. Analisis Pola Pemanfaatan Ruang
Analisis pemanfaatan ruang ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian
pemanfaatan lahan (kesesuaian ekonomi, fisik dan sosial) dan daya
dukung lahan di kawasan perencanaan.
4) Analisis daya dukung dan daya tampung;
Analisis Daya Dukung
Analisis daya dukung lingkungan dilakukan untuk dapat mengidentifikasi pola
ruang kawasan yang mencakup kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan
yang berfungsi budidaya. Analisis ini didasarkan pada data topografi, status
hutan, tata guna lahan, kepekaan terhadap erosi, dan kerawanan terhadap
bencana. Data tersebut dalam bentuk peta dan dengan menggunakan metode
GIS program Arc View akan dilakukan proses analisis melalui metode super-
imposed peta tematik tersebut. Hasil yang diperoleh adalah deliniasi kawasan
budidaya dan kawasan lindung serta dapat diidentifikasi sebaran dan luasan
masing-masing.

E | 21
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Luasan, sebaran
KAWASAN
LINDUNG

Luasan, sebaran
KAWASAN
BUDIDAYA

Gambar E.3 Proses Super-Imposed


Konsep daya dukung lahan akan membawa pengaruh dalam perencanaan,
diantaranya :
1. Penerapan tata ruang perencanaan yang tepat, dalam arti bahwa
pengembangan sumber daya alam harus memperhitungkan daya
dukungnya.
2. Penempatan berbagai macam aktivitas yang mendayagunakan sumber daya
alam harus memperhatikan kapasitasnya dalam mengabsorbsi perubahan
yang diakibatkan oleh aktivitas tersebut.
3. SDA di suatu wilayah hendaknya dialokasikan ke dalam beberapa zone
diantaranya hutan lindung, wilayah industri, perkebunan, daerah aliran
sungai dan sebagainya.
4. Perlunya standar kualitas lingkungan seperti standar ambient untuk air
permukaan, air tanah dan air laut, dan kualitas udara.
Ada beberapa alasan mengapa pembangunan berkelanjutan salah satunya diukur
dari lahan yang tersedia, yaitu :
1. Lahan adalah terbatas
2. Lahan yang mendukung aktivitas ekonomi kita menggambarkan potensi
produktivitas dimasa yang akan datang.
Analisis Daya Tampung Penduduk
Metode ini digunakan untuk perkiraan jumlah penduduk pada kawasan
perencanaan yang masih relatif kosong.
Perhitungan metode ini didasarkan pada beberapa pendekatan sebagai berikut :
a. Lahan potensial yang dapat dikembangkan menjadi lahan terbangun
(perumahan)
b. Besaran luas kapling perumahan yang akan ditetapkan.
c. Asumsi jumlah orang dalam setiap Kepala Keluarga (KK).

E | 22
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG)


GIS merupakan sistem komputer yang mampu memproses dan menggunakan
data yang menjelaskan tentang tempat pada permukaan bumi. Lebih lanjut GIS
didefinisikan sebagai sekumpulan alat yang terorganisir yang meliputi hardware,
software, data geografis dan manusia yang sumuanya dirancang secara efisien
untuk dapat melihat, menyimpan, memperbaharui, mengolah dan menyajikan
semua bentuk informasi bereferensi geografis (ESRI, 1994). Selanjutnya GIS
pada dasarnya dibuat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis
obyek serta fenomena yang posisi geografisnya merupakan karakteristik yang
penting untuk di analisis (Stan Aronoff, 1989).
Secara garis besar data dalam GIS dibagi menjadi dua bagian, yaitu data spasial
yang bereferensikan data geografis (koordinat) dan data atribut yang
menjelaskan atau sebagai identitas dari data spasial.

4
one to one relation
3

2
layer_2

4 5 1 Nama Luas ID

6 layer_1 darto 250 4


dodi 200 5
BASISDATA SPASIAL dadi 150 6

ID Tanah Sm_Air

Setiap data spasial 5 sawah ada


dihubungkan dengan 5 hutan tidak
data atribut.
5 telaga ada
one to many relation

BASISDATA ATRIBUT

Gambar E.4 Hubungan Data Spasial dengan Data Atribut


Data input yang dapat dimasukkan dalam GIS adalah peta analog yang didigitasi,
image/citra (citra satelit, foto udara) yang merupakan data spasial. Sedangkan
data atribut dapat berupa data laporan statistik yang terkaitan dengan data
spasial yang dapat berupa data tabular dan tekstual, dan juga dapat
mengakses/linking dengan database management system yang sudah ada
dengan syarat ada item atau field relasinya.
Sedangkan data output yang dapat dikeluarkan oleh GIS dapat berupa hasil
analisis spasial berupa peta, laporan statistik, analisis statistik yang secara
otomatis dapat dipetakan dalam data spasialnya, dan dapat dijadikan sebagai

E | 23
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

data input bagi database management system. Dari definisi tersebut di atas, GIS
jelas mempunyai karakteristik sebagai perangkat pengelola database, sebagai
perangkat analisa keruangan (spatial analysis) dan juga sekaligus proses
komunikasi untuk pengambilan keputusan. Lebih sederhana lagi GIS mempunyai
dua fungsi utama, yaitu sebagai database sistem dan sebagai alat analisis dan
modeling yang berkaitan dengan informasi geografis.
Input Data SIG Terdiri Dari 3 Bagian, Meliputi :

1. Penyiaman (scanning), proses pengubahan data grafik kontinu menjadi data


grafis diskret yang terdiri atas sel-sel penyusun gambar (pixcel). Proses
penyiaman ini dapat dilakukan dari suatu wahana dengan jarak tertentu dari
obyek, misalnya satelit atau pesawat udara, tetapi dapat pula melalui suatu
penyiam meja (portable scanner).
2. Digitasi, proses pengubahan data grafis analog menjadi data grafis digital dalm
struktur vektor. Berbeda dengan data berstruktur raster, data berstruktur vektor
dapat disimpan secara sistematis dalam bentuk titik (point), garis (line), dan
bidang (area atau poligon).
3. Tabulasi, proses pemasukan data atribut SIG dengan pembuatan tabel.
Pembuatan tabel dalam SIG sangat penting karena tidak semua data sig dalam
bentuk grafis, tetapi ada juga yang berbentuk nongrafis.
Pengadaan peta dasar akan bergantung pada sumber dasar yang menjadi basis
peta-peta. Hasil kegiatan ini selanjutnya akan menjadi basis bagi upaya analisa dan
pengolahan peta sesuai kebutuhan materi teknis. Disamping adanya data spasial
yang diperoleh melalui foto udara, perlu dikembangkan suatu sistem informasi
yang berbasiskan data spasial/geografis (Sistem Informasi Geografis/GIS) untuk
mendukung kebutuhan analisis keruangan. Sistem informasi geografis (GIS) ini
sangat strategis ditinjau dari keselarasan dan keterpaduan rencana program,
sehingga akan mempermudah aparat pemerintah daerah untuk melakukan
perencanaan, dan pemantauan program. Sejalan dengan kebijakan otonomi
daerah, dituntut kemampuan lebih dari daerah untuk mampu menyediakan
informasi mengenai data dan potensi daerahnya secara akurat sebagai sarana
dalam penganalisisan dan pengambilan keputusan.
5) Analisis kependudukan dan intensitas ruang;
a. Analisis Kependudukan

E | 24
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

 Bunga Berganda
Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan
berganda dengan sendirinya. Disini dianggap tambahan jumlah
penduduk akan membawa konsekuensi bertambahnya tambahan
jumlah penduduk.

Pt  n  Pt 1  r 
n

Dimana :
Pt = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun dasar
Pt+n = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t + n
R = Rata-rata prosentase tambahan jumlah penduduk daerah
yang diselidiki berdasarkan data masa lampau.
 Regresi Linier
Proyeksi jumlah penduduk dengan pendekatan statistik adalah dengan
cara regresi linier. Teknik ini merupakan teknis secara grafis, dengan
cara garis ekstrapolasi ditarik dengan metoda selisih kuadrat minimum.
Secara matematis, garis regresi dinyatakan dengan persamaan :
p = a + bx
Dimana :
P = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki
X = Nilai yang diambil dari variabel bebas
A,b = Konstanta
Perhitungan konstanta diperoleh berdasarkan rumus :
 P = Na + b  X . . . . . . . . . . . . . (1)
 PX = a  X + b  X2 . . . . . . . . . . (2)
Persamaan (1) dan (2) memberi harga :

 P  X 2   X  XP N  XP  X  P
a 2b 
N  X 2   X  N  X 2   X 
2

Dengan N = jumlah tahun data pengamatan


Untuk kepentingan proyeksi, rumus regresi linier ditulis :
Pt  n  a  bX t  n
 Cohort Survival Method (CSM)
Teknik perhitungan ini didasarkan pada selisih antara angka kematian
dan angka tetap hidup berbagai kelompok umur, kelamin, dan lain-lain.

E | 25
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Biasanya penduduk dikelompokkan menurut usia. Untuk mengetahui


pertambahan keseluruhan, kelompok umur yang tetap hidup
dijumlahkan. Untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk masing-
masing kelompok umur, digunakan daftar kematian tiap-tiap kelompok
umur, dan juga angka keseluruhan wanita tiap kelompok umur. Untuk
tiap selang (interval) usia, pertambahan jumlah penduduk
diperhitungkan dari :
 Jumlah wanita melahirkan pada tiap kelompok usia,
 Jumlah tetap hidup dengan menggunakan laju kematian pada tiap
kelompok usia.
Usaha pendistribusian penduduk dilakukan untuk dapat pula
mengurangi tekanan di daerah padat dengan memperhatikan
kepadatan minimum dan dikaitkan dengan usaha pengembangan
fasilitas dan utilitas lingkungan.
b. Analisis Itensitas Ruang
Model ini digunakan menilai tingkat intensitas penggunaan lahan dari setiap
kegiatan permukiman pada seluruh kawasan perencanaan. Model yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1,903  Log KLB
IPL 
0,381
Dimana :
IPL = Intensitas Penggunaan Lahan
KLB = Koefisien Lantai Bangunan

E.2.4.2 Penyusunan Rencana dan Program


1) Analisis penentuan kebutuhan pengembangan infrastruktur;
Analisis Kebutuhan (Need Analysis)
Kebutuhan (Need) menurut Briggs adalah ketimpangan atau gap antara "apa yang
seharusnya" dengan "apa yang senyatanya". Gilley dan Eggland menyatakan
bahwa kebutuhan adalah kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada
saat sekarang ini dengan seperangkat kondisi yang diharapkan. Bradshaw
mengidentifikasi adanya 5 (lima) jenis kebutuhan yaitu kebutuhan normatif,
kebutuhan yang dirasakan, kebutuhan yang diekspresikan, kebutuhan komparatif

E | 26
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

dan kebutuhan masa datang. Penjelasan masing-masing kebutuhan tersebut


adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan normatif (normative need) adalah kebutuhan yang ada karena
dibandingkan dengan norma tertentu,
2. Kebutuhan yang dirasakan (felt need) dapat disebutkan pula sebagai
kebutuhan keinginan. Kebutuhan jenis ini biasanya disampaikan seseorang
kalau kepadanya ditanyakan apa yang diperlukan atau diinginkan.
3. Kebutuhan yang diekspresikan/dinyatakan (expressed need). Dapat disamakan
dengan pemikiran ekonomi bahwa bila seseorang memerlukan sesuatu maka
akan menimbulkan permintaan (demand).
4. Kebutuhan komparatif (comparative need) adalah kebutuhan yang muncul
kalau kita membandingkan dua kondisi atau lebih yang berbeda.
5. Kebutuhan masa yang akan datang (anficipated/future need) adalah
kebutuhan hasil proyeksi atau antisipasi atas apa yang terjadi dimasa yang
akan datang.
Sedangkan Analisis kebutuhan adalah "suatu proses untuk menentukan apa yang
seharusnya (sasaran-sasaran) dan mengukur jumlah ketimpangan antara apa
yang seharusnya dengan apa yang senyatanya". Definisi lain dari Analisis
kebutuhan adalah "suatu proses yang sistematis dalam menentukan sasaran,
mengidentifikasi ketimpangan antara sasaran dengan keadaan nyata, serta
menetapkan prioritas tindakan".
Terkait dengan pekerjaan ini, analisis kebutuhan merupakan suatu proses untuk
menentukan persoalan apa saja yang akan ditangani melalui pekerjaan ini.
Mencakup pekerjaan-pekerjaan penentuan kebutuhan atau kondisi yang harus
dipenuhi dalam suatu produk baru atau perubahan produk, yang
mempertimbangkan berbagai kebutuhan yang bersinggungan antar berbagai
pemangku kepentingan. Kebutuhan dari hasil analisis ini harus dapat
dilaksanakan, diukur, diuji, terkait dengan kebutuhan bisnis yang teridentifikasi,
serta didefinisikan sampai tingkat detil yang memadai untuk desain sistem.
Pada dasarnya analisis kebutuhan terdiri atas lima langkah pokok :
 Identifikasi Masalah
 Evaluasi dan sintesis
 Pemodelan
 Spesifikasi

E | 27
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

 Review
Dalam mengindentifikasi masalah kita perlu untuk mengajukan pertanyaan dasar
yaitu:
 Siapakah yang membutuhkan kebijakan ini?
 Siapa yang diuntungkan dengan adanya kebijakan ini?
 Apakah perlu membuat kebijakan ini?
 Apakah materi yang di angkat sesuai dengan yang dibutuhkan?
 Masalah apa yang akan di angkat?
Dengan mengembangkan pertanyaaan yang mendasar dari berbagai aspek yang
terkait maka akan didapatkan masalah yang akan dan dapat dipecahkan melalui
penyusunan kebijakan dan strategi tersebut. Sebelum melakukan penyusunan
kebijakan dan strategi perlu untuk menguji kelayakan atau evaluasi apa yang
akan diangkat didalamnya, melalui uji kelayakan, dapat juga dengan konsultasi
dengan para ahli. Perlu juga untuk memikirkan fasilitas yang diperlukan dan
meihat dari segi teknis. Melakukan pemodelan dan spesifikasi masalah dan solusi
yang akan diangkat dalam kebijakan dan strategi dan terakhir melakukan review
dari keseluruhan proses analisis sehingga mendapatkan kesimpulan akhir
mengenai inti dari kebijakan dan strategi dalam hal ini pedoman yang akan
disusun.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis kebutuhan adalah suatu
kegiatan yang berupa proses mengidentifikasi masalah dan kebutuhan secara
menyeluruh dengan melihat dari berbagai aspek yang terkait supaya kebijakan
dan strategi yang disusun dapat tepat sasaran dan memiliki nilai tambah serta
berguna (tepat guna).
2) Analisis keterpaduan program dan sinkronisasi pembangunan
infrastruktur;
Sinkronisasi program dapat diartikan sebagai penyelarasan program/perencanaan
penelitian dan pengkajian komoditas dengan disiplin ilmu/antar sektor pada
berbagai potensi sumberdaya sehingga terwujud sistem yang sesuai daya dukung
lingkungan dan sosialekonomi (suitable), dapat diterapkan (feasible),
menguntungkan (profitable) dan diterima oleh masyarakat petani/peternak
(acceptable).
Jadi, sinkronisasi program/perencanaan penelitian dan pengkajian adalah
instrumen kebijakan untuk mempromosi kegiatan penelitian dan pengkajian lintas

E | 28
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

komoditas dan disiplin /sektor dengan menggunakan pendekatan sistem.


Instrumen kebijakan ini perlu diterapkan berdasarkan pengalaman sebelumnya,
bahwa:
‐ keterkaitan antara program sangat longgar,
‐ sekotral menyusun rencana dan menangani permasalahan secara sendiri-
sendiri,
‐ penggunaan sumberdaya alam saling tumpang-tindih, dan
‐ pemanfaatan anggaran tidak efisien.
Beberapa langkah yang dapat digunakan dalam sinkronisasi program antara lain
melalui kegiatan diskusi sinkronisasi. Diskusi, adalah suatu metode yang
digunakan untuk menggali informasi yang akurat dan mendalam dari para
pelaku dan pemangku kepentingan, dimana informasinya seringkali tidak
tercatat di dalam suatu dokumen dan berdasarkan pada pengalaman yang
terjadi di lapangan. Selain itu, diskusi juga dilakukan untuk mencari titik temu
terhadap suatu permasalahan yang melibatkan banyak pemangku kepentingan.
Untuk menganalisis tentang sinkronisasi dalam kegiatan ini Pekerjaan analisis
yang akan dilakukan meliputi :
1. Analisis keserasian kriteria penataan ruang yang digunakan.
Dalam hal ini sebenarnya telah ada kriteria – kriteria yang dijadikan
acuan dimulai dari tingkat nasional hingga lokal yang bersangkutan.
2. Analisis keserasian basis data spasial
Dalam hal ini perlu disetarakan terlebih dahulu basis data spasial yang
ada menurut kedalamannya, yang secara garis besar terdiri atas :
‐ data fisik dan sumber daya alam
‐ data sosial dan kependudukan
‐ data perekonomian
3) Analisis sumber pembiayaan dan kelayakan ekonomi/investasi;
a) Kelayakan Ekonomi
Kajian kelayakan ekonomi dimaksudkan untuk melihat aspek dari aktivitas
investasi (pembangunan dan pengadaan) serta kegiatan operasi dan
pemeliharaan, kelayakan dilakukan dengan memperhatikan beberapa
tinjauan berikut:
 Jumlah Kebutuhan/Demand

E | 29
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jumlah kebutuhan/permintaan akan kebutuhan pembangunan


infrastruktur akan sangat berpengaruh terhadap kelayakan dalam
rencana pengembangannya. Pelayanan yang tidak sesuai dengan
jumlah kebutuhan akan menyebabkan kurang berfungsi secara optimal.
 Kebutuhan Dana
Dalam pemenuhan kebutuhan akan pembangunan infrastruktur
diperlukan pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan,
untuk itu diperlukan dana pada tiap-tiap tahapan pengembangannya
yang meliputi biaya investasi, operasional dan perawatannya.
 EIRR
Analisis dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap Benefit dan
Cost dengan memperhitungkan suatu Discounting Factor/Faktor
Diskonto dan tingkat inflasi.
Economic Internal Rate of Return (EIRR) dinyatakan sebagai suatu
tingkat diskonto (suku bunga) dimana nilai sekarang dari keuntungan
adalah sama besarnya dengan nilai sekarang dari biaya-biaya yang
dikeluarkan. Dengan kata lain EIRR merupakan tingkat diskonto pada
kondisi nilai NPV = 0 atau nilai BCR = 1.0
Metode ini dirumuskan sebagai berikut :
NPVn
E IRR  DF  int ernal( )
NPVp  NPVn
Dimana :
EIRR = Tingkat Pengembalian Ekonomi dan finansial rata- rata
DF = faktor diskonto
Interval = perbedaan antara faktor diskonto rata-rata
NPV p = NPV pada diskonto rata-rata positif
NPV n = NPV pada diskonto rata-rata negatif
Evaluasi kelayakan ini diharapkan dapat berguna bagi pemrakarsa dan
instansi pemerintah lainnya dalam proses pengambilan keputusan,
perencanaan dan penyusunan detail rinci. Sedangkan bagi masyarakat,
evaluasi ini akan bermanfaat sebagai informasi mengenai manfaat (benefit)
serta dampak lain yang mungkin terjadi dengan adanya kegiatan
pengembangan transportasi darat.

E | 30
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

b) Kelayakan Finansial
Analisa kelayakan finansial untuk pembangunan infrastruktur dilakukan
dengan menggunakan 4 metode, yaitu:
 Metode Net Present Value (NPV)
metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang (present value)
dengan nilai sekarang (present value) penerimaan-penerimaan kas
bersih (net cash flow) dimasa yang akan datang. Apabila nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang lebih
besar dari pada nilai sekarang investasi, maka proyek dinyatakan layak
sehingga dapat diterima, sedangkan apabila lebih kecil (NPV negatif),
maka proyek dinyatakan tidak layak dilaksanakan.
 Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang
investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa-masa mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar dari pada
tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan), maka
investasi dinyatakan layak, sedangkan bila lebih kecil dinyatakan tidak
layak.
 Metode Payback Period
Metode ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Karena itu
satuan hasilnya bukan presentase, melainkan satuan waktu (bulan,
tahun dan sebagainya). Jika periode payback ini lebih pendek daripada
yang disyaratkan, maka proyek dinyatakan layak, sedangkan jika lebih
lama maka proyek dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan.
 Metode Benefit Cost Ratio (BCR)
Metode ini membandingkan antara manfaat yang dihasilkan dengan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat tersebut. Suatu
usaha dinyatakan layak apabila benefit cost rasionya lebih besar dari 1
(BCR>1) dan bila BCR = 0 maka manfaat yang diperoleh sama
besarnya dengan biaya yang dikeluarkan, serta bila BCR<1, maka
biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan manfaat. Dalam hal
ini indikator BCR dapat dinyatakan dalam bentuk rumusan sebagai
berikut :

E | 31
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

BCR = (B – (E-C))/C
Dimana:
BCR = Indikator Benefit-Cost Ratio
B = Benefit (Manfaat/Pendapatan)
C = Biaya Kontruksi
E = Total Biaya

E.2.4.3 Focus Group Discussion (FGD)


Focus Group Discussion (FGD) merupakan bentuk penelitian kualitatif di mana
sekelompok orang yang bertanya tentang sikap mereka terhadap produk, layanan,
konsep, iklan, ide, atau kemasan. Pertanyaan diminta dalam grup pengaturan interaktif
dimana peserta bebas untuk berbicara dengan anggota kelompok lainnya.
FGD seringkali digunakan dalam diskusi produk pemasaran. Namun beberapa kali FGD
gagal menghasilkan produk baru. Kegagalan tersebut disebabkan beberapa faktor:
1. Karakter konsumen. Konsumen jarang membuat keputusan untuk membeli produk
atau memilih jasa dalam sebuah kelompok, apalagi mendiskusikannya dengan
orang asing yang baru dikenal. Selama ini asumsi yang berlaku di FGD adalah
bahwa sebuah kelompok fokus merupakan miniatur pasar, di mana konsumen
berinteraksi satu sama lain, sharing dan akhirnya memutuskan mana produk yang
patut dibeli. Asumsi ini mungkin benar berlaku dalam kondisi nyata di pasar.
Namun yang terjadi di FGD tidak demikian. FGD adalah sebuah proses pemaksaan
terjadinya sebuah konsensus sesegera mungkin antara orang-orang yang baru
beberapa saat lalu dikenal.
2. Dinamika kelompok. Salah satu kriteria sebuah FGD disebut sukses adalah jika
terjadi dinamika dalam kelompok tersebut, artinya suasana diskusi hidup, hangat,
antusias, penuh lontaran ide dan umpan balik antara anggota kelompok. Tapi
menurut David Minter dan Michael Reid, dinamika yang terjadi saat kelompok
fokus adalah semu. Yang sebenarnya terjadi adalah : peserta saling “mencontek”
pendapat satu sama lain, atau memberikan jawaban normatif atau hanya duduk
diam membisu seribu bahasa selama diskusi berlangsung untuk menghindari
perselisihan dengan anggota kelompok lainnya. Atau karena kehadiran si “mulut
besar” yang mendominasi diskusi sehingga peserta lain enggan, malas atau minder
karena malu pendapatnya dinilai tidak cerdas.

E | 32
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3. Keterbatasan waktu. Mengapa metode FGD sangat populer dan banyak dipilih oleh
kalangan pemasaran? Karena FGD cepat menghasilkan temuan dan relatif murah.
Nah keunggulan dari sisi kecepatan ini justru menjadi kelemahan fatal dari FGD.
David Minter dan Michael Reid menyebutkan bahwa tuntutan hasil secepat-
cepatnya dari sebuah FGD menghasilkan pemahaman yang dangkal terhadap
target pasar. Waktu selama kurang lebih 2 jam belumlah cukup menghasilkan
sebuah insight yang briliant dan inovatif bagi pengembangan produk baru. Ini
dilematis, karena jika waktu diskusi ditambah maka peserta akan mengalami
sindrom respondent fatigue.
Tujuan FGD
Biasanya FGD digunakan oleh praktisi periklanan dan pemasaran untuk memperoleh
hasil yang baik. Dalam dunia pemasaran, FGD dipandang sebagai alat penting untuk
mendapatkan umpan balik mengenai produk-produk baru, serta berbagai topik. Secara
khusus, FGD memungkinkan perusahaan yang ingin mengembangkan, paket, nama,
atau tes pasar produk baru, mendiskusikan, melihat, dan / atau menguji produk baru
sebelum dibuat tersedia untuk umum. Hal ini dapat memberikan informasi berharga
tentang potensi pasar terhadap produk.
Dalam ilmu sosial dan perencanaan perkotaan, FGD memungkinkan orang untuk belajar
di alam pengaturan yang lebih dari satu-ke-satu wawancara. Dalam kombinasi dengan
pengamatan peserta, FGD dapat digunakan untuk mendapatkan akses ke berbagai
kelompok sosial dan budaya, memilih situs untuk belajar, sampel dari situs tersebut, dan
meningkatkan masalah tak terduga untuk eksplorasi. FGD memiliki ide yang mudah
dimengerti dan hasil yang terpercaya. FGD yang rendah dalam biaya, satu dapat
memperoleh hasil yang relatif cepat, dan mereka dapat meningkatkan ukuran sampel
laporan dengan berbicara dengan beberapa orang sekaligus. (Berdasarkan: Marshall and
Rossman, Designing Qualitative Research , 3rd Ed. London: Sage Publications, 1999, p.
115).
FGD tradisional dapat memberikan informasi yang akurat, dan tidak terlalu mahal
dibanding daerah lain bentuk tradisional penelitian pemasaran. Bisa menimbulkan biaya
yang signifikan jika sebuah produk untuk dipasarkan di seluruh negara, akan sangat
penting untuk mengumpulkan responden lokal dari berbagai negara tentang produk baru
yang mungkin berbeda-beda karena pertimbangan geografis. Hal ini akan memerlukan
cukup besar dalam pengeluaran biaya perjalanan dan penginapan. Selain itu, lokasi FGD
tradisional mungkin atau tidak mungkin berada di tempat yang nyaman untuk klien

E | 33
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

tertentu, sehingga klien perwakilan mungkin harus mendatangkan biaya perjalanan dan
penginapan juga. Penggunaan FGD terus berkembang seiring waktu dan menjadi
semakin meluas.

E.2.4.4 Penyusunan Konsep Perencanaan


Penyusunan konsep perencanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
1. Perumusan Kerangka Dasar Pengembangan Tata Ruang Wilayah, mencakup
Perumusan Tujuan Pengembangan Tata Ruang Wilayah, Perumusan Pengembangan
Tata Ruang Wilayah dan Perumusan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah.
Tujuan Pengembangan Tata Ruang Wilayah merupakan keadaan di masa depan
yang ingin dicapai sebagai hasil kegiatan penataan ruang. Tujuan ini akan menjadi
acuan di dalam menentukan tindakan yang sesuai dalam penataan ruang wilayah.
Perumusan Tujuan Pengembangan Tata Ruang dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil analisis karakteristik spesifik wilayah, aspirasi masyarakat
serta harapan dan keinginan daerah yang dirumuskan dalam suatu visi dan misi
pengembangan daerah.
 Konsepsi Pengembangan Tata Ruang Wilayah adalah suatu arah secara garis
besar kondisi sistem kegiatan sosial ekonomi dan pemukiman masyarakat dalam
ruang wilayah, yang sesuai dengan tujuan pengembangan tata ruang wilayah
yang diharapkan. Perumusan konsep pengembangan ini dengan
mempertimbangkan bahwa pengaturan lokasi kegiatan produksi dan
permukiman serta keterkaitannya sesuai dengan potensi dan kondisi geografis
dan efektivitas penggunaan sumberdaya wilayah dalam proses kegiatan
produksi.
 Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah adalah pendekatan untuk
terwujudnya bentuk ruang yang diinginkan dalam konsep pengembangan tata
ruang wilayah, sehingga tujuan pengembangan tata ruang wilayah dapat
tercapai. Dalam perumusan strategi pengembangan ini, selain perlu
mempertimbangkan karakteristik spesifik wilayah, juga perlu memperhatikan
strategi pengembangan tata ruang yang ada dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi dan Rencana Tata Ruang Nasional.
2. Perumusan Konsep Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah, yang
mencakup:

E | 34
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

 Konsep Rencana Pola Pemanfaatan Ruang, yang merupakan bentuk


pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi, dan karakteristik
kegiatan alam dan atau kegiatan manusia. Pola pemanfaatan ruang dapat
diindikasikan sebagai persebaran kegiatan budidaya dan perlindungan beserta
keterkaitannya untuk mewujudkan sasaran pembangunan sosial, ekonomi dan
budaya sesuai dengan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
sumberdaya buatan. Pola pemanfaatan ruang dirumuskan dengan
memperhatikan karakteristik spesifik wilayah dan kerangka dasar
pengembangan tata ruang yang telah dirumuskan sebelumnya.
 Konsep Rencana Struktur Tata Ruang, yang merupakan suatu rencana yang
memperlihatkan susunan dan tatanan komponen pembentuk lingkungan alam,
sosial dan lingkungan buatan, yang secara hirarki dan fungsional saling
berhubungan atau terkait membentuk tata ruang. Rencana Strutur Tata Ruang
dirumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik spesifik wilayah, kerangka
dasar pengembangan tata ruang dan pola pemanfaatan ruang yang telah
dirumuskan sebelumnya.

E.2.4.5 Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah


Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses penyusunan RTRW Kabupaten. Produk
yang dihasilkan dari kegiatan pada tahap ini adalah suatu dokumen perencanaan tata
ruang wilayah kabupaten secara lengkap.
A. Penyusunan Skenario
Penyusunan skenario pengembangan Kabupaten Sukabumi didasarkan pada potensi
dan masalah untuk jangka waktu 20 tahun ke depan.
B. Pengembangan Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Kegiatan Pengembangan kebijakan dan Strategi penyusunan:
1. Menyusun kebijakan peningkatan produksi yang mempunyai nilai keunggulan
komparatif wilayah untuk menumbuhkan daya saing produk-produk yang
dihasilkan daerah.
2. Menyusun strategi pasar domestik untuk wilayah menciptakan ketahanan
ekonomi Kabupaten Sukabumi.
4. Menyusun strategi pengembangan sektor swasta nasional yang tangguh di
daerah sebagai pelaku utama pembangunan melalui penciptaan peluang-peluang
berusaha, iklim investasi yang kondusif di daerah, kemudahan dalam pelayanan

E | 35
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

(deregulasi perijinan), dan persaingan yang sehat diantara para pelaku ekonomi
di daerah.
5. Menyusun skenario pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di Kabupaten
Sukabumi yaitu dengan membangun potensi yang ada dalam rangka
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Sekitarnya.
Strategi pembangunan yang dapat dikembangkan adalah pertama-tama
menciptakan peluang bagi pusat-pusat pertumbuhan baru agar dapat berperan
sehagai generator bagi wilayah sekitarnya, selanjutnya pusat-pusat pertumbuhan
baru didorong agar dapat tumbuh menjadl salah satu sirnpul dalam jaringan
perdagangan yang terhubungkan ke simpul-simpul penting pusat perdagangan
sub regional dan internasional.
C. Menyusun Arahan Rencana Struktur Dan Pola Pemanfaatan Ruang
Isi Rencana Struktur dan Pemanfaatan Ruang diantaranya meliputi hirarki pusat
pelayanan wilayah seperti sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat
permukiman, hirarki sarana dan prasarana, sistem jaringan transportasi seperti
sistem jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan kelas terminal.
Adapun Rencana Pemanfaatan Ruang menggambarkan letak, ukuran, fungsi dari
kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Isi Rencana Pemanfaatan Ruang akan
meliputi;
 Deliniasi Kawasan Lindung
 Deliniasi Kawasan Budidaya yang meliputi ;
a. Kawasan hutan produksi:
b. Kawasan budi daya pertanian
c. Kawasan budi daya non Pertanian
D. Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung Dan Budidaya
Tahap penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya meliputi:
a. Pengaturan kelembagaan, meliputi pembagian kewenangan pengelolaan
kawasan lindung dan budidaya kepada Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan
Desa, swasta, lembaga kemasyarakatan, dan masyarakat secara langsung.
b. Program pemanfaatan, meliputi garis besar program-program pemanfaatan pada
kawasan lindung dan budidaya untuk jangka panjang, menengah, dan pendek.
c. Pengawasan, meliputi tata cara dan prosedur pengawasan terhadap kesesuaian
rencana untuk pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang

E | 36
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

dilakukan secara bersama-sama oleh Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan


Desa dengan masyarakat.
d. Penertiban, meliputi tata cara dan prosedur penertiban terhadap pelanggaran-
pelanggaran pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
E. Tahapan Penyusunan Arahan Rencana Pengelolaan Kawasan Strategis
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang
mempunyai pengaruh besar terhadap:
a. Tata ruang di wilayah sekitarnya;
b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau
c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya,
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup.
Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan,
antara lain, adalah kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan
kawasan latihan militer.
Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,
antara lain, adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan
pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan
dan pelabuhan bebas.
F. Penyusunan Arahan Rencana Sistem Prasarana Wilayah
a. Penyusunan Rencana Sistem Prasarana Transportasi yang akan meliputi:
 Penentuan fungsi jalan, yang meliputi penentuan jaringan jalan arteri, jalan
kolektor, dan jalan lokal baik primer maupun sekunder.
 Rencana pengembangan jalan dan jembatan, yang meliputi pembangunan
jalan/jembatan baru untuk membuka kawasan terisolasi atau untuk
meningkatkan kemampuan pemasaran hasil-hasil produksi.
 Rencana lokasi terminal sesuai dengan kelas pelayanan sebagai terminal
wilayah dan terminal sub-wilayah.
 Rencana pembangunan/pengembangan pelabuhan sesuai dengan rencana
tata ruang dan kelayakannya.

E | 37
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

 Rencana pembangunan/pengembangan bandar udara, sesuai dengan


rencana tata ruang dan kelayakannya.
b. Penyusunan Rencana Sistem Prasarana Permukiman
c. Penyusunan Rencana Prasarana dan sarana lainnya.
G. Arahan Pengembangan Kawasan yang Diprioritaskan
Penyusunan Arahan Pengembangan Kawasan yang Diprioritaskan yang meliputi dua
tipe kawasan prioritas, yaitu:
a. Kawasan yang relatif cepat pertumbuhan/ perkembangan kegiatannya;
b. Kawasan yang di dalamnya dimungkinkan bagi perkembangan sektor-sektor
strategis dan memberikan sumbangan bagi perkembangan wilayah.

E.2.4.6 Metode Penyusunan Naskah Akademik


1. Naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Kawasan Strategis Provinsi
(KSP) Pendidikan Jatinangor ini diselenggarakan dalam dua tahap yaitu pertama
analisis, telaah permasalahan dan pengembangan oleh ahli dan para pemangku
kepentingan di lingkungan perkotaan meliputi tinjauan kondisi fisik, analisa
pengembangan dan konsep pengembangan perkotaan Plered; dan tahap kedua
pembahasan oleh berbagai pemangku kepentingan.
2. Pembahasan dilakukan dengan berbagai cara antara lain penyelenggaraan Forum
Group Discussion (FGD) guna menampung inspirasi berbagai pemangku
kepentingan.

E | 38
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI
USULAN TEKNIS PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Gambar E.5 Kerangka Pikir Proses Penyusunan Naskah Akademik

Permasalahan atau perubahan


dalam masyarakat

Kepekaan penyusun naskah akademik


terhadap masalah atau perubahan
sosial yang muncul dalam masyarakat

ldentifikasi dan verifikasi permasalahan

Membangun jejaring dengan pihak-


pihak yang terkait penyusunan Naskah
Akademik Kawasan Strategis Provinsi
(KSP) Pendidikan Jatinangor

Adanya kesamaan visi dan persepsi dari pihak-pihak yang


terkait tentang penyusunan naskah akademik Revisi RTRW
Kabupaten Sukabumi Tahun 2011-2031

Proses penyusunan
Naskah Akademik

E | 39
KAJIAN REVISI RTRW KABUPATEN SUKABUMI

Anda mungkin juga menyukai