TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah provinsi adalah pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
2. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD
adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah.
7. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya
disingkat BKPRD adalah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
Provinsi Jawa Tengah.
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
9. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
10. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
11. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
12. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
13. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan
ruang.
14. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku
kepentingan nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan
ruang.
15. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan
hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
penataan ruang.
16. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan
kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
17. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan
penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
18. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.
19. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
20. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang.
21. Pengaturan zonasi adalah ketentuan tentang persyaratan
pemanfaatan ruang sektoral dan ketentuan persyaratan pemanfaatan
ruang untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya
dalam rencana rinci tata ruang.
22. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya
dalam rencana rinci tata ruang.
23. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
24. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
25. Insentif penataan ruang adalah perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan rencana tata ruang.
26. Disinsentif penataan ruang adalah perangkat untuk mencegah,
membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang.
Bagian Kedua
Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup
Pasal 2
BAB II
PEMBERIAN INSENTIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Bagian Kedua
Pemberian Insentif Dari Pemerintah Provinsi Kepada Pemerintah
Kabupaten/ Kota
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Bagian Ketiga
Pemberian Insentif Dari Pemerintah Provinsi Kepada Masyarakat
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
(1) Sewa ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e,
merupakan perangkat pengelolaan aset daerah agar lebih berhasil
guna dan memberikan manfaat.
(2) Sewa ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan dengan
memperhatikan aspek pemasukan dana dan atau nilai keuntungan
dan peningkatan nilai kemanfaatan ruang.
(3) Sewa ruang sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan
Pasal 15
(1) Urun saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf f,
merupakan upaya peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam
pembangunan.
(2) Urun saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
konsep membangun tanpa menggusur, pembagian keuntungan
finansial maupun non finansial dan untuk menciptakan rasa
memiliki masyarakat terhadap guna lahan tertentu.
(3) Urun saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan jenis
kegiatan, nilai strategis dan skala kepentingan.
(4) Urun saham sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan
Pasal 16
Pasal 17
BAB III
PEMBERIAN DISINSENTIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 18
Pemberian disinsentif terdiri atas:
a. pemberian disinsentif dari pemerintah provinsi kepada pemerintah
kabupaten/kota;
b. pemberian disinsentif dari pemerintah provinsi kepada masyarakat.
Bagian Kedua
Pemberian Disinsentif Dari Pemerintah Provinsi Kepada Pemerintah
Kabupaten/ Kota
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Bagian Ketiga
Pemberian Disinsentif dari Pemerintah Provinsi Kepada Masyarakat
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
BAB IV
TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN
INSENTIF DAN DISINSENTIF
Bagian Kesatu
Tahap Pemberian Insentif dan Disinsentif
Pasal 29
Pasal 30
(1) Tahap perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1)
huruf a merupakan tahap studi berdasarkan arahan Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Tengah dan Rencana Tata Ruang Wilayah masing-masing
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.
(2) Perencanaan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan berdasarkan isu strategis provinsi.
(3) Perencanaan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mendasarkan arahan pemanfaatan ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Pasal 31
Pasal 32
Bagian Kedua
Tata Cara Dan Mekanisme Pemberian Insentif Dan Disinsentif
Pasal 33
Pasal 34
Ditetapkan di Semarang
pada tanggal 23 Oktober 2014
GUBERNUR JAWA TENGAH,
ttd
GANJAR PRANOWO
Diundangkan di Semarang
pada tanggal 23 Oktober 2014
Plt. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
JAWA TENGAH,
ttd
SRI PURYONO KARTO SOEDARMO