Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Balitbang Kemendikbud) menyusun Rencana Strategis tahun 2015-2019. Rencana
Strategis Balitbang Kemendikbud ini disusun berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 dan Arahan Presiden mengenai Kebijakan
Trisakti yang mencakup kedaulatan di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan serta Nawacita.
Penyusunan dokumen Renstra Balitbang Kemendikbud ini telah melalui berbagai proses dan
tahapan. Proses yang utama antara lain adalah partisipasi seluruh jajaran Balitbang
Kemendikbud, serta dengan mempertimbangkan seluruh capaian kinerja Balitbang
Kemendikbud hingga saat ini. Renstra telah mencoba mengakomodasi semua tugas dan fungsi
Balitbang Kemendikbud, memelihara kesinambungan dan keberlanjutan program, memenuhi
aspirasi pemangku kepentingan dan masyarakat, serta mengantisipasi masa depan.
Dengan adanya Renstra Balitbang Kemendikbud 2015-2019 ini diharapkan dapat mempercepat
pencapaian program Balitbang Kemendikbud untuk turut serta menciptakan pendidikan yang
lebih baik dan berkelanjutan serta senantiasa menanggapi berbagai perubahan secara positif
dan berupaya menemukan solusi berdasarkan analisis hasil penelitian dan pengembangan
pendidikan.
``
DAFTAR TABEL
Tabel 3.6. Indikator Kinerja Kegiatan Penyediaan Informasi untuk Perumusan Kebijakan
Tabel 3.8. Indikator Kinerja Kegiatan Penyediaan Informasi Hasil Penilaian dan
Tabel 4.1. Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari
A
AIPT = Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi
AKIP = (Sistem) Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APEC = Asia-Pacific Economic Cooperation
Apec HRD = APEC Human Resource Development
ALCOB = APEC Learning Community Builders
APK = Angka Partisipasi Kasar
ASEAN = Assosiation of South East Asia Nations
B
Balitbang = Badan Penelitian dan Pengembangan
BAN = Badan Akreditas Nasional
BAN-PNF = Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal
BAN-PT = Badan Akreditas Nasional Perguruan Tinggi
BAN-SM = Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah
BAP-S/M = Badan Akreditasi Provinsi – Sekolah/Madrasah
BASNAS = Badan Akreditasi Nasional
BMN = Barang Milik Negara
BOS = Bantuan Operasional Sekolah
BP3K = Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan
BPP = Badan Pengembangan Pendidikan
BSNP = Badan Standar Nasional Pendidikan
C
CAT = Computerized Adaptive Test
D
D4 = Diploma 4
DPR = Dewan Perwakilan Rakyat
E
EFA = Education for All
ESD = Education for Sustainable Development
F
FGD = Focus Group Discussion
G
Gender = kesamaan peluang dan kesempatan dalam bidang sosial,
politik dan ekonomi antara laki-laki dan perempuan, kaya
miskin, orang cacat dan tidak, desa kota, atau sifat-sifat
yang dilekatkan pada laki-laki atau perempuan yang
dibangun oleh sosial dan budaya
H
HAKI = Hak Atas Kekayaan Intelektual
HDI = Human Development Index
HET = Harga Eceran Tertinggi
HRDWG = Human Resourcs Development Working Group
I
ICT = Information and Communication Technology
IEA = International Organization for Evaluation of Educational Achievement
IKK = Indikator Kinerja Kegiatan
IKU = Indikator Kinerja Utama
J
Jarlitbang = Jaringan Penelitian dan Pengembangan
K
KBE = Knowledge Based Economy
Kemendikbud = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KTSP = Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
L
LAKIP = Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LPD .= Lembaga Perkreditan Desa
LPMP = Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
LPTK = Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
LSF = Lembaga Sensor Film
LSM = Lembaga Swadaya masyarakat
M
MA = Madrasah Aliyah
MAK = Madrasah Aliyah Kejuruan
Mendikbud = Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
MI = Madrasah Ibtidaiyah
MTs = Madrasah Tsanawiyah
N
NGO = Non-government Organization
O
OECD = Organization for Economic Cooperation and Development
Ortala = (Dokumen) Organisasi dan Tata laksana
P
PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini
Permendikbud = Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
PIRLS = Progress in International Reading Literacy Study
PISA = Programme for International Student Assessment
PKBM = Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
PNF = Pendidikan Non Formal
POS = Prosedur Operasional Standar
PSNP = Pengembangan Standar Nasional Pendidikan
Posyandu = Pos Pelayanan Terpadu
Prodi = Program Studi
PS = Program Studi
PP = Peraturan Pemerintah
PPN = Pajak Pertambahan Nilai
PT = Perguruan Tinggi
Prodi = Program Studi
PTK = Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Q
QC = Quality Control
R
RA = Raudhatul Athfal
RAB = Rencana Anggaran Belanja
RKA-KL = Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian/Lembaga
Rakornas = Rapat Koordinasi Nasional
Renstra = Rencana Strategis
Renja = Rencana Kerja
RI = Republik Indonesia
RKP = Rencana Kerja Pemerintah
RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN = Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RUU = Rancangan Undang-undang
RPP = Rancangan Peraturan Pemerintah
S
S-1 = Strata 1 (sarjana)
S-2 = Strata 2 (magister)
S-3 = Strata 3 (doktor)
SAI = Sistem Akuntansi Instansi
SD/MI = Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah
SDLB = Sekolah Dasar Luar Biasa
SDM = Sumber Daya Manusia
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
SLB = Sekolah Luar Biasa
SM = Sekolah Menegah
SMA/ MA = Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah
SMLB = Sekolah Menengah Luar Biasa
SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
SMM = Sistem Manajemen Mutu
SMP/MTs. = Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
SMPLB = Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
SNP = Standar Nasional Pendidikan
SOP = Standard Operating Procedure
SPI = Sistem Pengawasan Internal
SPM = Standar Pelayanan Minimal
T
Tata Nilai = Pandangan hidup dan kesepakatan atas norma dalam
mengelola organisasi
TIK = Teknologi Informasi dan Komunikasi
TIMSS = Trends in International Mathematic and Science Study
TK/RA = Taman Kanak Kanak/ Raudhatul Athfal
TKPK = Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan
TPA = Tempat Penitipan Anak
TPK = Tim Pengembang Kurikulum
U
UN = Ujian Nasional
UNDP = United Nations Development Programme
UNESCO = United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization
UU = Undang Undang
UUD 1945 = Undang Undang Dasar 1945
W
WCU = World Class University/ Universitas kelas Dunia
WTO = World Trade Organization
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM juga diwujudkan dalam perumusan tema
pembangunan pendidikan jangka panjang yang telah mengacu pada Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025.
Dalam tujuan akhir RPJMN 2025 disebutkan bahwa tujuan utama dari pembangunan adalah
mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan
pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif. Untuk mencapai tujuan akhir RPJMN 2025, Pemerintah membaginya
menjadi 4 bagian diantaranya: (1) Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan
damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik; (2)
Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan
IPTEK, memperkuat daya saing perekonomian; (3) Memantapkan pembangunan secara
menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang
berbasis pada SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas serta kemampuan IPTEK; dan (4)
Mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan
pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif.
Pada periode saat ini, telah disusun RPJMN 2015--2019 yang mana telah menetapkan sembilan
agenda prioritas, yang dikenal sebagai Nawacita, yang sepenuhnya berlandaskan ideologi
``
Trisakti. Ideologi Trisakti mencakup kedaulatan di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi,
dan berkepribadian dalam kebudayaan. Sementara itu Nawacita meliputi, (1) menghadirkan
kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh
warga negara; (2) membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; (3) membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; (4)
memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (5) meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; (7) mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; (8)
melakukan revolusi karakter bangsa; serta (9) memperteguh kebhinekaan dan memperkuat
restorasi sosial Indonesia.
Untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berdaulat, mandiri, maju, adil dan makmur yang
berlandaskan keunggulan kompetitif sesuai dengan tujuan akhir RPJMN 2025, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan membagi tema pembangunan pendidikan menjadi 4 (empat)
periode meliputi: (1) Peningkatan Kapasitas dan Modernisasi; (2) Penguatan Pelayanan; (3) Daya
saing Regional; dan (4) Daya Saing Internasional. Pada saat ini, tema pembangunan pendidikan
adalah peningkatan daya saing regional. Dalam upaya meningkatkan daya saing regional dan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, Kemendikbud memiliki
Renstra Tahun 2015-2019. Salah satu upaya dalam mendukung visi yang tertuang dalam renstra
Kemendikbud dan upaya mewujudkan daya saing regional, maka disusunlah Rencana Strategis
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015-
2019.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pencapaian kinerja target Renstra Balitbang Kemendikbud
yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 hingga 2017 lalu, maka dipandang perlu untuk
melakukan suatu upaya revisi atau penyempurnaan/penyesuaian terhadap beberapa target
program dan kegiatan pada tahun 2018 dan 2019. Untuk mendukung upaya peningkatan
kualitas (mutu) pendidikan itulah, maka target-target perlu untuk disesuaikan satuannya,
dengan merivisi satuan yang bersifat in-tangible menjadi yang bersifat tangible, sehingga mudah
diukur tingkat pencapaian kinerja yang menggambarkan keberhasilan suatu program atau
kegiatan. Dalam upaya mengukur keberhasilan suatu program atau kegiatan tersebut maka
disusunlah Revisi Renstra Balitbang Tahun 2015-2019.
B. Landasan Hukum
Keberadaan Balitbang Kemendikbud didasarkan atas landasan hukum yang terdiri dari
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan kepentingan organisasi Kemendikbud, antara
lain:
Salah satu tugas Balitbang Kemendikbud adalah melakukan Penelitian dan Pengembangan.
Penelitian merupakan upaya pencarian pengetahuan atau investigasi yang sistematis untuk
memperoleh fakta yang akurat (accurate) dan teliti (precise) guna menjawab persoalan kekinian
dan masa datang atau membuktikan gagasan baru dengan menggunakan kaidah ilmiah. Dalam
pelaksanaan penelitian, pada tahap awal Balitbang Kemendikbud harus mampu
mengidentifikasi berbagai masalah dan isu-isu kritis di bidang pendidikan dan kebudayaan yang
baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap berbagai rencana strategis
yang telah dicanangkan oleh Kemendikbud. Pada tahap selanjutnya isu-isu kritis digunakan
untuk menemukan penyebab utama, dan berbagai perangkat alternatif solusi terhadap
permasalahan dengan menggunakan baik metodologi maupun pengetahuan yang sistematik,
yang pada akhirnya akan bermuara pada dihasilkannya produk termasuk kebijakan-kebijakan
pendidikan dan kebudayaan yang berkualitas dan relevan sehingga dapat didayagunakan atau
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan khususnya pemangku kepentingan di
bidang pendidikan dan kebudayaan. Selain itu, Balitbang Kemendikbud harus melakukan
evaluasi secara sistemik atas implementasi berbagai kebijakan dan program Kemendikbud yang
telah berjalan untuk melihat output, outcome, efektivitas dan efisiensi program dan kebijakan.
Melalui evaluasi dan kajian tersebut Balitbang dapat mendokumentasikan praktek baik untuk
disebarluaskan serta mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan untuk perbaikan ke depan.
Proses pengembangan yang dilakukan oleh Balitbang dimaksudkan untuk memberdayakan dan
memanfaatkan hasil-hasil penelitian yang dapat berupa: perumusan kebijakan yang baru;
penyempurnaan kebijakan yang ada; atau pengungkapan model, pola, dan sistem yang baru.
Dengan demikian, proses pengembangan program/kegiatan dimaksud akan membantu dan
memfasilitasi implementasi kebijakan pendidikan dan kebudayaan agar lebih efektif, efisien dan
akuntabel yang bersifat lintas jenjang dan jenis pendidikan, lintas sektor, dan lintas
kementerian/lembaga dalam perilaku dan dinamika yang sinergis, kritis, independen, dan
bertanggung jawab yang bermuara kepada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan.
D. Kondisi Umum
Balitbang Kemendikbud dimulai dengan dikeluarkannya Keppres Nomor 84 Tahun 1969 tanggal
18 Oktober 1969 yang diikuti dengan SK Mendikbud Nomor 90 Tahun 1970, tentang
pembentukan Badan Pengembangan Pendidikan (BPP). BPP mempunyai fungsi perencanaan,
evaluasi, koordinasi pengembangan, administrasi, dan penilaian pelaksanaan. Tugas dan fungsi
BPP dilaksanakan oleh satuan tugas dan tim konsultan. Berdasarkan Keppres Nomor 4 Tahun
1974, BPP diubah menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan
(BP3K). Pada tahun 1982 singkatan BP3K diubah menjadi Balitbang Dikbud, selanjutnya pada
tahun 2000 melalui SK Mendiknas No. 010/O/2000 dan SK Mendiknas Nomor 032/O/2002 nama
Balitbang Dikbud disederhanakan menjadi Balitbang yang berfungsi melaksanakan serta
mengkoordinasi penelitian dan pengembangan dalam rangka merumuskan kebijakan di bidang
pendidikan, pemuda, dan olah raga. Kemudian dalam rangka reformasi birokrasi berdasarkan
Permendiknas Nomor 36 Tahun 2010 struktur Balitbang menjadi (1) Sekretariat Badan; (2) Pusat
Penelitian Kebijakan Pendidikan; (3) Pusat Kurikulum dan Perbukuan; dan (4) Pusat Penilaian
Pendidikan.
Dalam kurun waktu 30 tahun menjelang berakhirnya abad ke-20, kurikulum sekolah telah
beberapa kali diubah dalam rangka memenuhi dan mengakomodasi kebutuhan, aspirasi, dan
pertumbuhan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni-
budaya. Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat terobosan
baru di bidang kurikulum. Kurikulum 2006 disempurnakan menjadi kurikulum 2013 untuk
mengantisipasi perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21, dimana telah
terjadi pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran. Kurikulum ini lebih
mengedepankan proses mengamati, menanya, menalar, menyimpulkan sampai memutuskan
sehingga sejak dini peserta didik sudah terlatih berpikir tingkat tinggi yang nantinya
diperlukan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, target dari perubahan kurikulum untuk
mencetak sumber daya manusia yang profesional secara akademik dan tangguh atau kreatif
secara karakter yang kurikulum ini juga menitik beratkan pada nilai prilaku, nilai kepribadian,
budi pekerti luhur atau lebih dikenal dengan pendidikan karakter yang bermartabat.
Ketika memasuki abad ke-21, banyak unsur baru yang perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum dan perbukuan. Salah satu diantaranya adalah perubahan
kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang menerapkan prinsip desentralisasi dan
otonomi. Sektor pendidikan merupakan salah satu aspek pelayanan pemerintah yang
didelegasikan kepada pemerintah daerah. Prinsip ini telah mengubah pola pengembangan
kurikulum secara mendasar dari yang sifatnya sentralistik ke desentralistik sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Sejak diberlakukannya undang-undang tersebut telah membawa implikasi pada
pentingnya layanan profesional pengembangan kurikulum dan sarana pendukung
pembelajaran dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
Sejak tahun 2006 sampai dengan 2011 telah dilakukan berbagai kegiatan yang mendukung
peningkatan sistem pengembangan kurikulum, yang meliputi:
Pertama; dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan:
Kedua; dalam rangka pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, telah
dilaksanakan bantuan teknis profesional terhadap Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di
seluruh Dinas Pendidikan yang tersebar di 33 provinsi dan 461 kabupaten/kota. TPK
merupakan unsur yang diharapkan memiliki kemampuan minimal untuk dapat mendampingi
sekolah secara langsung dalam pengembangan dan pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Permasalahan yang dihadapi terkait dengan kedua hal di atas yaitu: (1)
penyusunan dan pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan masih belum efektif yang
disebabkan antara lain oleh: (a) disparitas kemampuan dan kontinuitas dinas pendidikan,
baik provinsi maupun kabupaten dan kota, dalam melakukan pembinaan terhadap TPK; (b)
disparitas kemampuan dan kontinuitas TPK untuk melaksanakan pendampingan profesional
terhadap sekolah; dan (c) disparitas kemampuan sekolah dalam melaksanakan fungsinya
sebagai lokus pengembangan dan pelaksanaan kurikulum sekolah; (2) Dalam bidang
perbukuan, masih terdapat berbagai fakta, yaitu: (a) kurangnya ragam buku pelajaran yang
murah dan berkualitas; (b) persebaran buku pelajaran yang tidak merata di berbagai daerah;
(c) perlu ditingkatkannya kuantitas dan kualitas serta minat para penulis buku pendidikan
yang profesional; serta (d) perlu ditingkatkanya minat baca masyarakat dalam budaya
membaca dan menulis sedara umum. Program/kegiatan pembelian hak cipta ini baru mulai
dilaksanakan pada tahun anggaran 2007 dan sampai dengan akhir Juni tahun 2010 telah
dibeli hak cipta buku teks pelajaran dari penulis dan penerbit sebanyak 38 mata pelajaran
(1.220 judul). Dari buku-buku yang hak ciptanya dibeli/dialihkan telah ditetapkan harga
eceran tertinggi (HET) agar harganya terjangkau oleh masyarakat.
b. Roadmap
Program dan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk waktu yang akan datang
memerlukan roadmap (peta jalan) agar lebih terarah dan tepat guna. Roadmap
memberikan pandangan ke depan sebagai dasar untuk mengantisipasi peluang dan
tantangan eksternal, dan perubahan kondisi serta harapan internal dalam menghadapi
peluang dan tantangan. Badan Penelitian dan Pengembangan telah menyususn roadmap
sebagai acuan dalam menyusun dan mengevaluasi program-program penelitian dan
pengembangan pendidikan untuk lima tahun yang akan datang.
c. Pangkalan Data
Untuk mempermudah mengakses hasil-hasil penelitian maka perlu ada pangkalan data
penelitian yang terus menerus diperbarui dan berkelanjutan. Pangkalan data penelitian
berisi kumpulan penelitian yang berasal dari lembaga penelitian antar departemen,
perguruan tinggi, lembaga riset pemerintah maupun swasta, hasil penelitian dari NGO
dan lembaga penelitian daerah/Bappeda/Balitbangda. Agar terus berkelanjutan, maka
Balitbang telah mengkoodinir pendataan dan meng-upload hasil-hasil penelitian dari
beberapa lembaga tersebut.
Di samping pengembangan bank soal dan melakukan berbagai studi internasional, Puspendik
juga mengembangkan berbagai model penilaian dalam rangka peningkatan mutu sistem
penilaian pendidikan antara lain:
a. Penerapan CBT dan CAT dalam sistem ujian. Masalah yang sangat krusial dalam
penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) selama ini antara lain: (1) keamanan (adanya
kebocoran, kecurangan, menyontek masal, dsb); (2) keadilan (disparitas peserta ujian
diberikan tes yang sama); (3) efektifitas dan efisiensi (pembuatan soal, penggandaan dan
distribusi naskah tes & lembar jawaban, serta proses koreksi hasil UN ); serta (4)
fleksibilitas waktu dan tempat pelaksanaan ujian. Berbagai permasalahan tersebut dapat
diminimalisir dengan menerapkan sistem ujian berbasis computer baik yang bersifat linear
(Computer-Based Test, CBT) maupun yang bersifat adaptif (Computerized Adaptive
Test,CAT).
b. Pengembangan penilaian formatif-diagnostik terstandar. Puspendik mengembangkan
instrumen penilaian kompetensi pada pendidikan dasar dan menengah (kelas II, IV, VIII,
dan XI). Penilaian capaian kompetensi yang bersifat formatif-diagnostik tersebut dapat
berfungsi sebagai peringatan dini ketertinggalan anak dari sasaran kompetensi yang
diharapkan dikuasai anak pada akhir jenjang pendidikan. Instrumen yang dikembangkan
dikenal dengan nama INAP (Indonesia National Assessment Program) telah diujicobakan
secara terbatas di beberapa provinsi dan diharapkan akan mulai dilakukan perintisan pada
tahun 2016 pada jenjang Sekolah Dasar. Hasil dari penilaian ini akan memberikan peta
tingkat capaian kompetensi yang dapat menjadi umpan balik bagi daerah dan sekolah
untuk melakukan perbaikan dan peningkatan pembelajaran. Dalam jangka panjang
diharapkan instrumen penilaian formatif-diagnostik dapat diterapkan pada tingkat
populasi sehingga ketertinggalan siswa dapat terdeteksi sejak awal dan dapat diperbaiki
sebelum akhir jenjang pendidikan.
c. Penguatan penilaian di tingkat kelas. Ujian Nasional berperan sebagai external evaluation
dan Quality Control (QC), sedangkan penilaian di tingkat kelas (classroom assessment)
lebih berfungsi sebagai internal evaluation untuk perbaikan pembelajaran. Untuk masing-
masing bentuk evaluasi digunakan metoda atau pendekatan yang berbeda. Sampai saat ini
sebagian besar guru masih menggunakan tes pilihan ganda untuk penilaian sehari-hari,
sehingga kurang dapat menggali kemampuan sesungguhnya. Penerapan konsep
manajemen berbasis sekolah menuntut dilakukannya pembenahan dalam teknik dan
prosedur pelaksanaan penilaian pada satuan pendidikan. Agar penilaian di kelas berfungsi
sebagaimana seharusnya, perlu penguatan penilaian di kelas dengan menggunakan
berbagai pendekatan peniliaian (seperti observasi, projek, penugasan, portofolio, dan
sebagainya). Terkait dengan hal tersebut, Balitbang, melalui Puspendik perlu menyediakan
layanan berupa pengembangan model penilaian, pengembangan panduan, bimbingan
teknis dan pelatihan dalam bidang penilaian di tingkat kelas kepada guru-guru di daerah.
d. Pemberdayaan daerah dalam evaluasi mutu pendidikan. Sesuai dengan PP Nomor 13
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, evaluasi terhadap mutu pendidikan dilakukan secara
berkesinambungan dan berkala/periodik, baik oleh satuan pendidikan, pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat. Dalam rangka membantu memberdayakan pemerintah daerah
(provinsi dan kabupaten/kota) dalam pelaksanaan evaluasi terhadap mutu pendidikan,
Balitbang Kemendikbud, melalui Puspendik perlu menyediakan layanan berupa
pengembangan model, penyusunan panduan, bimbingan teknis, sehingga pemerintah
daerah mampu melakukan evaluasi terhadap mutu pendidikan di daerah masing-masing.
Puspendik mengembangkan sistem bank soal daerah untuk membangun kapasitas daerah
dalam menyusun instrumen penilaian yang sahih (valid) dan tepat (reliable) terstandar
namun tetap mengakomodasi keragaman kontekstual daerah.
e. Pengembangan model penilaian pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter bangsa
merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pengembangan kurikulum dan sosialisasi tentang pendidikan karakter bangsa tersebut
sudah dilakukan oleh berbagai pihak. Namun demikian untuk mengetahui ketercapaian
program tersebut, diperlukan suatu sistem penilaian dan evaluasi. Oleh karena itu
Balitbang Kemendikbud, melalui Puspendik perlu mengembangkan sistem penilaian dan
evaluasi pendidikan karakter bangsa, baik untuk guru atau pendidik maupun siswa.
f. Rintisan lembaga pengujian di daerah. Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005, salah satu
tugas Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) adalah menyelenggarakan UN. Namun
demikian, untuk melaksanakan tugas tersebut, BSNP tidak memiliki seperangkat
infrastruktur dan SDM di daerah. Agar dapat menjalankan tugas tersebut dengan baik,
perlu adanya lembaga independen, baik di tingkat pusat maupun daerah yang secara
professional mampu menyelenggarakan UN di bawah koordinasi BSNP.
g. Pengembangan model penilaian lainnya. Balitbang Kemdikbud, melalui Puspendik juga
bertugas mengembangkan berbagai model penilaian/asesmen yang relevan dengan
kebutuhan dan sesuai dengan kemajuan zaman. Berbagai model penilaian yang telah dan
akan dikembangkan oleh Puspendik antara lain: model penilaian pegawai (asesmen PNS),
penilaian guru, penilaian kepala sekolah, serta penilaian pengawas.
Berkaitan dengan tugas Balitbang Kemendikbud dalam mendukung kebijakan Nawacita maka dalam
kurun 5 (lima) tahun ke depan (2015-2019) tema penelitian arkeologi diarahkan pada issu strategis
mengenai kebhinekaan, kemaritiman, dan wilayah perbatasan antar negara yang diwadahi dalam
Program Rumah Peradaban.
a. Penelitian Kebhinekaan
Sesungguhnya kebinekaan atau keragaman adalah karakter mendasar yang selalu mengisi ruang
dan waktu keindonesiaan kita. Kebinekaan itu menjadi semakin kompleks ketika bumi nusantara
didatangi dan dihuni manusia – para leluhur kita. Bukti-bukti mengkonfirmasikan kebinekaan
sudah tercipta sejak kehadiran manusia pertama di Nusantara. hingga penutur Austronesia sejak
4000 tahun yang lalu dan menghasilkan kebinekaan sekarang. Kebinekaan itu sebuah nilai luhur
yang terwujud dari kemampuan manusia-manusia Nusantara mengadaptasikan diri pada
keragaman lingkungan dan berinteraksi dengan dunia luar. Lebih jauh lagi, kebinekaan itu
menyadarkan kita pada persaudaraan sejati yang berakar dari budaya para leluhur kita sejak
mereka meniti kehidupan di Nusantara di masa silam. Satu dalam keragaman adalah fakta yang
semestinya menjadi visi besar kita dalam membangun peradaban khas Indonesia. Kesadaran akan
keniscayaan itu sudah disadari para founding fathers hingga sepakat menetapkan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai lambang Negara. Ini sebuah capaian konseptual yang senantiasa
mengingatkan kita akan karakter yang melekat pada kehidupan berbangsa. Di sini kita semua
terpanggil memelihara dan mengembangkannya agar karakter itu semakin nyata sebagai
kepribadian bangsa. Namun sebuah fakta bahwa di era reformasi kini, bukan soliditas,
kebersamaan, dan persaudaraan bangsa yang tercipta, tetapi sebaliknya - carut marut kehidupan
oleh konflik-konflik yang merajalela dengan latar belakang yang berbeda-beda. Visi penelitian
kebinekaan secara komprehensif untuk dapat menjawab kapan, di mana, oleh siapa, bagaimana,
dan mengapa kebinekaan Nusantara terjadi.
b. Penelitian Kemaritiman
Jika kita cermati dari sisi kesukubangsaan dan budaya, keberadaan laut di antara pulau-pulau telah
mempersatukan kawasan Nusantara. Sejarah mencatat bahwa sejak jutaan tahun manusia sudah
mendatangi dan menghuni kepulauan kita dengan menyeberangi selat atau laut penghubung
pulau-pulau. Diawali dengan kedatangan Homo erectus > 1,5 juta tahun yang lalu, kemudian
kedatangan manusia modern awal ca. 60 kya, dan diaspora manusia Australomelanesoid di akhir
zaman Es, dan kedatangan ras Mongoloid penutur Austronesia ca. 4000 tahun yang lalu. Peran
laut sebagai penghubung antar pulau semakin nyata sejak awal hingga pertengahan millenium
pertama tarikh Masehi dengan telah terbentuknya jalur-jalur pelayaran di kawasan barat
Nusāntara.
Salah satu tonggak kemaritiman yang terpenting dalam perjalanan sejarah Nusantara adalah
perkembangan Sriwijaya sebagai Negara maritime di Sumatera Selatan. Penguasaan jalur
perdagangan laut di kawasan Asia Tenggara, jalinan hubungan yang baik dengan India di bidang
pendidikan dan keagamaan, dan jaringan perdagangan internasional membuktikan Sriwijaya
sebagai sebuah kerajaan maritime yang besar dan berpengaruh pada abad ke-7-9. Hal yang sama
dengan kerajaan Majapahit dengan “Sumpah Palapanya patih Gadjah Mada yang memiliki visi
untuk mempersatukan wilayah Nusantara.
Adanya jalur-jalur pelayaran ini tentu saja menimbulkan tempat-tempat berlabuh/ persinggahan
yang pada akhirnya terbentuk bandar-bandar besar, seperti Kota Cina (Medan), Kedah, Melaka,
Palembang, Jayakarta, Gresik, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Sumbawa, Ternate, Tidore,
Ambon, dan Banda-Neira. Jalur-jalur pelayaran ini tetap hidup sebagai jalur pelayaran tradisional,
terutama di kawasan tengah dan timur Nusāntara. Sebagai Bangsa Bahari, perjalanan sejarah
tersebut perlu dikaji karena semua ini berkaitan dengan kesatuan dan persatuan bangsa. Bangsa
Indonesia sebagai Bangsa Bahari yang awalnya multi-etnis dan pada akhirnya multi-kultur
mendiami berbagai pulau yang tersebar di Nusāntara. Keadaan seperti ini tentu sangat rentan
perpecahan. Apalagi kalau laut dipandang sebagai pemisah atau batas wilayah yang memisahkan
masyarakat sukubangsa tertentu yang tinggal di sebuah pulau. Melalui kajian Arkeologi Maritim
kita dapat mengetahui benang merah yang bisa menyatukan bangsa ini, dan sekaligus mengetahui
kelemahannya.
“Laut halamanku dan pulau rumahku”. Laut adalah ajang untuk mencari kehidupan baik bagi
masyarakat pesisir maupun pedalaman. Dari laut dapat dieksploitasi sumberdaya biota dan abiota,
serta banyak kegiatan kemaritiman yang menjanjikan dan mempesona. Inilah yang mendorong
kedua kelompok masyarakat itu menuju laut. Pada mulanya mereka bertujuan mencari hidup dan
mempertahankan hidup, namun kemudian bertujuan mengembangkan kese-jahteraan, atau
dengan kata lain membangun kejayaan dan kekayaan dari kegiatan kemaritiman. Fenomena ini
pada akhirnya membentuk karakter bangsa pelaut, seperti lahirnya Kadātuan Śrīwijaya, Kerajaan
Mālayu, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Makassar.
Pengembangan arkeologi Maritim sangat penting bagi bangsa mengingat geografi Indonesia yang
merupakan kawasan kepulauan yang dikelilingi oleh laut. Penelitian di bidang ini semakin penting
ketika pengembangan dunia maritime Indonesia termasuk dalam program prioritas ke-1 dari Nawa
Cita pemerintahan yang sekarang. Artinya penelitian yang akan dilakukan di bidang ini akan
menunjang upaya-upaya pemerintah dalam mengelola kekayaan sumberdaya maritime untuk
kemakmuran dan kejayaan bangsa. Melalui penelitian kita melawan lupa bahwa negara kepulauan
terbesar di dunia ini telah memiliki sejarah kemaritiman yang sangat panjang.
Tema penelitian wilayah Perbatasan didasarkan pada penggalian potensi budaya di daerah-daerah
yang berbatasan dengan negara lain, yang bertujuan untuk meningkatkan rasa kebanggaan dan
jatidiri bangsa serta memperluas pengetahuan tentang wawasan nusantara. Daerah perbatasan
merupakan daerah yang rentan terhadap hilangnya bukti-bukti kekayaan budaya karya anak
bangsa. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperkuat daya tangkal masyarakat di wilayah
perbatasan terhadap pengaruh budaya luar. Dengan menggali potensi budaya yang tumbuh di
wilayah perbatasan diharapkan dapat membendung pengaruh budaya luar serta meminimalisasi
hilangnya bukti-bukti kekayanan budaya bangsa.
d. Rumah Peradaban
Program prioritas ketiga dalam menjadikan arkeologi bermanfaat bagi bangsa adalah
pembangunan “Rumah Peradaban”. Program ini sangat mendukung program Nawa Cita,
khususnya cita ke-8 (pembangunan karakter bangsa) dan cita ke-9 (membangun Rumah Pusat
Kebudayaan). Seperti apa sebenarnya konsep Rumah Peradaban itu? Sederhananya Rumah
Peradaban merupakan sarana edukasi dan pemasyarakatan hasil penelitian arkeologi untuk
memberikan pemahaman tentang sejarah dan nilai-nilai budaya masa lampau dalam upaya melek
budaya, pencerdasan bangsa, penumbuhan semangat kebangsaan, dan sumber inspirasi bagi
pengembangan budaya yang berkepribadian.
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional sebagai sentra himpunan data dan informasi adalah sebuah
potensi yang memuat nilai-nilai penting bagi masyarakat dalam mengadapi masalah aktual dan
globalisasi, seperti kesinambungan budaya dan peradaban. Arkeologi berperan dalam politik
forgetting and remembering (membangun memori kebangsaan). Di sini Rumah peradaban bukan
sekedar memeragakan benda-benda, tetapi yang tak kalah penting mengangkat nilai-nilai di balik
itu, seperti perilaku dalam mencapai kemajuan di masa lalu. Rumah peradaban bicara masa
lampau untuk kekinian dan masa datang.
2. Pusat Studi: sarana memfasilitasi penelitian dan pengembangan potensi tinggalan arkeologi
kewilayahan, dilengkapi dengan laboratorium; artisanal untuk percobaan peniruan, duplikasi,
dan pencetakan; dan storage. Rumah Peradaban bukan terminal arkeologi, tapi lebih tepat
sebagai stasiun yang merupakan batu loncatan dalam mengupdate materi arkeologi dan
pemahaman masa lampau. Konsekwensinya rumah ini akan menjadi sarana pengembangan
penelitian
3. Ruang Publik: sarana pemberdayaan masyarakat lokal hingga menumbuhkan rasa memiliki RP
dan merasa bagian dari peradaban yang ditampilkan. Tentu tidak kelupaan sebagai sarana
hiburan agar tertarik mengunjunginya. Penumbuhan rasa memiliki akan meningkat pada
partisipasi dalam melestarikan situs dan tinggalan.
Rumah Peradaban seyogyanya dapat dibangun pada situs-situs besar yang selama ini telah diteliti
oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Situs besar dimaksudkan sebagai situs yang
mengkonservasi tinggalan dengan nilai-nilai arkeologi yang berlingkup luas dalam arti mmberikan
kontribusi atau pada pemahaman kehidupan masa lampau dalam lingkup nasional, bahkan
regional-global yang termasuk outstanding universal value (UNESCO). Hingga saat ini setidaknya
terdapat 20-an situs besar di Nusantara yang sebagian sudah dimanfaatkan dalam wujud Rumah
Peradaban, walaupun masih belum berfungsi optimal, sebagian sedang dalam proses, dan
sebagian lainnya masih dalam perencanaan. Situs-situs tersebut adalah Sangiran, Plawangan,
Punung, Kalumpang, Padang Bindu, Laut Tawar, Sangata, Patiayam, Plawangan, Wallanae, Passo,
Kaimana, Liang Bua, Soa, Lembah Bada, Trowulan, Liyangan, Palembang, Tambora, Banten.
Diantara keduapuluh situs ini, salah satu yang perlu menjadi prioritas adalah Rumah Peradaban
Sriwijaya sebagai sebuah sarana untuk menggali dan memasyarakatkan kerajaan maritime yang
menjadi sasaran prioritas kedua dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Strategi kedua adalah membangun jaringan dengan para pemangku kepentingan di lingkup
kedaerahan, seperti pemerintah daerah dengan dinas-dinas terkait, dan level-level di bawahnya.
Sebagai pemilik wilayah, dalam memajukan wilayah, peran aktif mereka sangat utama yang
berperan aktif dalam mewujudkan Rumah Peradaban, bahkan juga mengisi dan mengelolanya.
Tentu potensi-potensi yang ada di masyarakat setempat, seperti LSM dan pemerhati budaya juga
perlu dirangkul untuk turut berpartisipasi dalam menunjang keberadaan Rumah Peradaban. Tak
ketinggalan membangun jaringan kerjasama di lingkup kementerian terkait. “Saudara” penelitian
yang paling dekat adalah Direktorat Cagar Budaya yang menangani bagian hilir pengelolaan
warisan budaya. Peran lembaga ini sangat menentukan mengingat Rumah Peradaban mengkait
dengan pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya. Melalui kerjasama antar-lembaga terkait akan
tercipta sinergi dalam pengelolaan warisan budaya. Kita sedang “on the way of synergy” dalam
pembangunan Rumah Peradaban di Padang Bindu, Sumatra Selatan dan masih ada sinergi-sinergi
lain yang sedang dalam perencanaan. Melalui intensifikasi kerjasama ini maka konsep dan
konkretisasi Rumah Peradaban akan memberikan efek besar bagi kemajuan arkeologi di Indonesia.
Sistem pendidikan nasional harus tanggap terhadap dinamika perubahan sistem struktur
birokrasi, sistem politik, sistem sosial-budaya, dan norma-norma pedagogik. Dengan
demikian sistem pendidikan nasional tidak statis, dan harus secara dinamis melakukan
penyesuaian dan pembaruan secara terus-menerus agar dapat memenuhi tuntutan
kebutuhan perubahan zaman yang cepat dan mengglobal. Lebih penting lagi adalah peran
sistem pendidikan nasional sebagai instrumen pembangunan jati diri dan pemersatu
bangsa dan perekat bangsa yang mempunyai keberagaman kondisi wilayah dan sosial-
budaya sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Keadaan ini menunjukkan bahwa masalah kebijakan publik bersifat dinamis dan kompleks
sehingga perlu dievaluasi secara berkesinambungan, dan diberi tindak lanjut berupa
perbaikan kebijakan secara terus menerus. Tugas para analis kebijakan publik adalah
selalu memperkaya informasi dan melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan
kebijakan dan kemudian melakukan terminasi yaitu mengganti kebijakan dengan
kebijakan baru yang lebih berpihak pada peningkatan dan menghargai martabat
kemanusian dari masyarakat yang dilayani kebijakan publik tersebut. Oleh karena itu
peran dan tanggung jawab Balitbang Kemendikbud sebagai unit kerja penelitian dan
pengembangan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu diperkuat dalam
pengembangan kebijakan untuk membangun sistem pendidikan nasional yang dinamis
dan responsif terhadap tuntutan perubahan kebutuhan hidup dalam era globalisasi, dan
mempertahankan jati diri bangsa berbasis Pancasila dan keutuhan NKRI.
b. Ekonomi
Kondisi ekonomi yang mempengaruhi pembangunan pendidikan dalam kurun waktu lima
tahun mendatang antara lain adalah (1) tingginya angka kemiskinan dan pengangguran,
(2) masih adanya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antarwilayah, (3) masih banyak
basis kekuatan ekonomi yang mengandalkan upah tenaga kerja yang murah dan
ekspor bahan mentah dari eksploitasi sumber daya alam tak terbarukan, (4) makin
meningkatnya daya saing Indonesia yang perlu diikuti dengan peningkatan
kemampuan tenaga kerja, (5) munculnya ancaman raksasa ekonomi global seperti Cina
dan India dan semakin luasnya perdagangan bebas yang mengancam daya saing
perekonomian nasional, (6) masih rendahnya optimalisasi pendayagunaan sumber daya
ekonomi yang berasal dari sumber daya alam, (7) pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
relatif tinggi, baik yang sudah berjalan maupun yang direncanakan, perlu didukung dengan
penyiapan tenaga kerja yang memadai, dan (8) ancaman masuknya tenaga terampil
menengah dan tenaga ahli dari negara lain.
c. Teknologi
Kondisi teknologi yang mempengaruhi pembangunan pendidikan dalam kurun waktu lima
tahun mendatang antara lain adalah (1) kesenjangan literasi TIK antarwilayah, (2)
kebutuhan akan penguasaan dan penerapan iptek dalam rangka menghadapi tuntutan
global, (3) terjadinya kesenjangan antara perkembangan teknologi dan penguasaan IPTEK
di lembaga pendidikan, (4) semakin meningkatnya peranan TIK dalam berbagai aspek
kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, (5) semakin meningkatnya kebutuhan
untuk melakukan berbagi pengetahuan dengan memanfaatkan TIK, (6) perkembangan
internet yang menghilangkan batas wilayah dan waktu untuk melakukan komunikasi dan
akses terhadap informasi, dan (7) perkembangan internet yang juga membawa dampak
negatif terhadap nilai dan norma masyarakat serta memberikan peluang munculnya
plagiarisme dan pelanggaran HAKI. Di saat yang sama, kesenjangan infrastruktur TIK
antar daerah masih sangat lebar, baik dari sisi ketersediaan komputer, jaringan, maupun
koneksi internet.
Ditinjau dari pencapaian Human Development Index (HDI), Indonesia mengalami kenaikan
peringkat dari nomor 128 menjadi 124 dari 185 negara. Indonesia mempunyai peluang
untuk dapat menikmati “bonus demografi”, yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi
akibat berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya rasio
ketergantungan (dependency ratio) penduduk nonusia kerja menjadi penduduk usia kerja.
Perubahan struktur ini memungkinkan bonus demografi tercipta karena meningkatnya
suplai angkatan kerja (labor supply), tabungan (saving), dan kualitas manusia (human
capital). Di Indonesia, rasio ketergantungan telah menurun dan melewati batas di bawah
50 persen pada tahun 2012 dan mencapai titik terendah sebesar 46,9 persen antara tahun
2028-2031. Indonesia mempunyai potensi untuk memanfaatkan bonus demografi secara
nasional maupun regional. Penduduk usia produktif Indonesia sendiri menyumbang
sekitar 38 persen dari total penduduk usia produktif di ASEAN. Tingginya jumlah dan
proporsi penduduk usia kerja Indonesia, selain meningkatkan angkatan kerja dalam
negeri, juga membuka peluang untuk mengisi kebutuhan tenaga bagi negara-negara yang
proporsi penduduk usia kerjanya menurun seperti Singapura, Korea, Jepang, dan
Australia. Di sisi lain, bonus demografi hanya dapat dirasakan manfaatnya oleh Indonesia
apabila ada jaminan bahwa sebagian atau seluruh penduduk usia kerja tersebut produktif
atau memiliki pekerjaan. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan keterampilan kerja
penduduk usia kerja berdampak pada pengangguran. Hal ini akan menjadi "bencana
demografi" karena tingkat ketergantungan yang justru meningkat drastis akibat tidak
mampu membiayai dirinya sendiri.
Keberhasilan suatu program tidak mungkin dapat dicapai tanpa memperhitungkan daya
dukung lingkungan. Sejalan dengan itu, Balitbang menjadikan kondisi eksternal tersebut
untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan yakni dengan mengoptimalkan sumber daya
yang tersedia untuk memanfaatkan peluang yang terbuka. Kebijakan yang diambil oleh
Baliltbang adalah dengan menyesuaikan program-program penelitian dan pengembangan
yang sedang dan akan dilaksanakan dengan kondisi eksternal yang terjadi baik Sosial,
Budaya dan Lingkungan; Ekonomi; Teknologi; Politik, Pertahanan dan Keamanan, maupun
keadaan demografis.
a. Permasalahan
2) Terkait dengan sumber daya manusia (SDM), kemampuan dan kepakaran dari SDM
yang ada di Balitbang Kemdikbud belum mendapat pengakuan yang optimal dari
berbagai pihak baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di samping itu, publikasi
penelitian dan pengembangan yang dihasilkan SDM Balitbang Kemdikbud belum
mampu menembus jurnal-jurnal terakreditasi maupun jurnal-jurnal internasional.
Kesempatan untuk memaparkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan cenderung
masih terbatas yang diakibatkan tidak hanya oleh masalah pendanaan tetapi lebih
penting lagi terhadap mutu dari makalah atau tulisan yang memerlukan perbaikan dari
waktu ke waktu untuk mencapai standar minimal yang dipersyaratkan khususnya
dalam konteks kegiatan internasional.
3) Terkait dengan produk, Balitbang Kemdikbud belum dapat sepenuhnya memberikan
masukan dan rekomendasi secara cepat, akurat, dan handal terhadap munculnya
berbagai isu dan permasalahan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan relevansi dan mutu pendidikan nasional termasuk melalui penelitian-
penelitian kebijakan yang dilakukan, penyusunan kurikulum, dan penilaian pendidikan.
b. Tantangan
1) Menyediakan data dan informasi pendidikan yang cepat, handal, dan kredibel yang
diperlukan untuk pengembilan keputusan tentang kebikakan pendidikan secara
nasional.
2) Menggagas pemikiran-pemikiran inovatif untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan dan pengelolaan sistem pendidikan nasional dan berbasis kebudayaan
sebagai ekosistem pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik, orang tua, satuan
pendidikan, dan masyarakat.
3) Memberikan rumusan subsidi pembiayaan pendidikan sebagai suatu Gerakan
Pencerdasan Bangsa yang perlu didukung oleh semua komponen bangsa sehingga
dihasikannya sistem pendidikan nasional melakui jalur formal, nonformal, dan informal
yang merata, bemutu, dan efisien di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota.
4) Memberikan rumusan sistem pembelajaran yang kreatif dan inovatif dengan melalui
proses penelitian yang mengintegrasikan pendidikan karakter, agama dan keagamaan,
dan kewirausahaan yang mengacu pada nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika.
5) Mengembangkan sistem penilaian pendidikan dengan sistem umpan balik yang tepat
sehingga dapat mendorong peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
BAB II
Tugas dan fungsi Balitbang Kemdikbud dengan demikian memiliki implikasi yang luas dalam
implementasi pembangunan pendidikan nasional dan kebudayaan. Tugas dan fungsi ini mencakup
perumusan kebijakan dan evaluasi implementasinya guna penyempurnaannya ke depan secara
berkelanjutan. Hal ini mendukung tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang penting dan
strategis serta bersinggungan langsung dan tidak langsung dengan masyarakat. Terlebih bahwa
akses terhadap pendidikan yang bermutu, dengan paradigma universalnya yaitu pemberdayaan
manusia seutuhnya, pembelajaran sepanjang hayat, pendidikan untuk semua, dan pendidikan untuk
perkembangan, pengembangan, dan/atau pembangunan berkelanjutan, merupakan salah satu hak
asasi setiap warga negara. Pada ujungnya keberhasilan pembangunan pendidikan nasional akan
bermuara pada tercapainya learning society dan tujuan pembangunan nasional. Inilah landasan
ideologis dari pembangunan pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar
1945 bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Balitbang Kemdikbud, dengan demikian, memegang peran strategis sebagai salah satu
knowledge infrastructure penting dalam proses pencapaian tujuan tersebut. Hal ini menuntut
Balitbang Kemdikbud untuk dapat mengembangkan diri secara sistematis dan berkelanjutan hingga
mampu menjadi sebuah institusi pemeran utama dalam perumusan pembaharuan kebijakan
pembangunan pendidikan nasional berbasis penelitian dan pengembangan. Kemampuan Balitbang
untuk menghasilkan penelitian yang bermutu, relevan, dan berguna merupakan suatu keniscayaan.
A. Visi Badan Penelitian dan Pengembangan
Untuk mencapai visi di atas, Balitbang Kemendikbud menetapkan misi sebagai berikut:
1. Sistem pendanaan dengan pajak pendidikan untuk membiayai program wajib belajar;
2. Subsidi biaya pendidikan sistem voucher dan pinjaman tanpa bunga jangka panjang (loan)
untuk orang tua siswa, mahasiswa, dan satuan pendidikan, terutama untuk pendidikan
tinggi;
3. Sistem manajemen guru secara terpusat oleh pemerintah, pendidikan guru dengan ikatan
dinas dan berasrama, serta penempatan dan pembinaan karir guru melalui lembaga
pendidikan guru;
4. Pelaksanaan otonomi penyelenggaraan dan pengelolaan berbasis satuan pendidikan, yaitu
Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah dan otonomi perguruan tinggi;
5. Mekanisme pembiayaan dan penganggaran berbasis kinerja pada tingkat satuan pendidikan
dalam kerangka pelaksanaan manajemen berbasis sekolah/madrasah dan otonomi peguruan
tinggi;
6. Kebutuhan biaya dan mekanisme pelaksanaan program wajib belajar hingga pendidikan
menengah;
7. Mekanisme penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan keagamaan dan pendidikan
kedinasan sebagai komponen dari sistem pendidikan nasional secara terpadu;
8. Penerapan prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional sepenjang hayat, pendidikan
multi makna, pendidikan multi entry-multi exit, pendidikan jarak jauh, pendidikan berbasis
komputer, satuan pendidikan sebagai pusat pemberdayaan dan pembangunan, yang
diperlukan untuk mewujudkan cita-cita nasional mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai
nilai-nilai Pancasila;
9. Pengembangan standar mutu (hasil) dan standar proses (operasional) pendidikan sebagai
komponen dari Standar Nasional Pendidikan mencakup standar isi (kurikulum), proses
pembelajaran, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan sebagai sistem penjaminan
mutu pendidikan nasional; Strategi pemberdayaan peranserta masyarakat dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan;
10. Analisis Biaya-Manfaat (Cost-Benefit Analysis) terhadap investasi pendidikan pada tingkat
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi; serta
11. Pengembangan konsep geopolitik dan geostrategik pembangunan pendidikan nasional.
Sebagai pendekatan dalam memecahkan permasalahan yang mendesak untuk segera dilaksanakan
dalam kurun waktu tahun 2015-2019, arah kebijakan dan strategi perlu disusun. Arah kebijakan dan
strategi mempunyai dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran nasional, sasaran strategis
Kemendikbud, dan sasaran strategis Balitbang pada periode itu. Arah kebijakan dan strategi
Kemendikbud yang tercantum dalam Renstra Kemendikbud 2015-2019 merupakan acuan dalam
menyusun kebijakan di lingkungan Balitbang Kemendikbud.
Dalam rangka mempertajam arah kebijakan dan strategi, Balitbang Kemendikbud memerlukan
regulasi yang efektif dan aplikatif untuk mencapai sasaran strategis Balitbang Kemendikbud, yang
pada akhirnya mencapai sasaran Kemendikbud. Arah regulasi dan/atau kebutuhan regulasi tersebut
berupa Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.
Arah kebijakan dan strategi Balitbang Kemendikbud tahun 2015-2019 memuat langkah-langkah
yang berupa program indikatif untuk memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak
untuk segera dilaksanakan, serta memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian visi, misi,
tujuan, serta sasaran strategis Balitbang Kemendikbud pada periode tersebut. Arah kebijakan
dan strategi Balitbang disusun dengan sangat memperhatikan hasil dan evaluasi capaian
Balitbang Kemendikbud sampai tahun 2014.
Balitbang Kemendikbud diarahkan untuk menjadi lembaga yang: (1) prima dalam perumusan
kebijakan pendidikan dan kebudayaan sebagai suatu Gerakan Pencerdasan Bangsa dan
Ekosistem; (2) mengutamakan penelitian dan pengembangan sistem pendidikan nasional
sebagai organisasi pembelajaran (learning-organisation), dan (3) dapat menjadi motor
penggerak pembaruan sistem pendidikan nasional secara berkelanjutan. Untuk mewujudkan
Balitbang Kemendikbud sebagai lembaga dengan karakteristik yang dimaksud, akan dilakukan
secara bertahap dalam jangka waktu 2015-2019 hal-hal berikut:
1. Konsolidasi organisasi dan manajemen yang meliputi: (a) peningkatan efektivitas dan
efisiensi organisasi dan manajemen, dan (b) peningkatan kesadaran publik (public
awareness) berbagai pemangku kepentingan dan tanggung jawab terhadap keberadaan dan
peran Balitbang Kemendikbud.
3. Ketersediaan hasil penelitian dan pengembangan yang relevan dan berkualitas yang
meliputi: (a) peningkatan kualitas penelitian kebijakan pendidikan dan kebudayaan melalui
penguatan metodologi, sumber daya manusia dan jaringan penelitian, pengembangan
kurikulum, (b) pengembangan kurikulum metodologi pembelajaran, perbukuan, dan sumber
pembelajaran lainnya yang relevan melalui diversifikasi, koordinasi dan fasilitasi
pengembangan kurikulum, metodologi pembelajaran, perbukuan, dan sumber pembelajaran
lainnya dan pemberdayaan pengembang kurikulum pada tingkat nasional, lokal dan satuan
pendidikan, (c) pengembangan sistem penilaian pengendalian mutu pendidikan melalui
perintisan dan penguatan kelembagaan penilaian, (d) pengembangan standar nasional
pendidikan melalui pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan pengembangan, akreditasi dan
penguatan jaringan kelembagaan, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan; dan (e)
pembaharuan kebijakan pendidikan dan kebudayaan melalui pengembangan peraturan
perundang-undangan yang didukung oleh hasil penelitian dan pengembangan; (f)
pengembangan dan penguatan aspek kebudayaan dalam penyelenggaraan pendidikan
melalui penelitian dalam rangka menguatkan karakter dan jati diri bangsa serta ketahanan
budaya.
4. Layanan prima berbasis penelitian dan pengembangan untuk kebijakan dan inovasi
pendidikan dan kebudayaan yang meliputi: (a) diseminasi hasil penelitian dan
pengembangan baik melalui media cetak maupun online, (b) pendayagunaan hasil penelitian,
dan (c) peningkatan intensitas dan kualitas kerjasama nasional dan internasional di bidang
pendidikan dan kebudayaan melalui penelitian bersama, pengembangan program
pendidikan unggulan, pertukaran informasi, dan forum kerjasama nasional dan internasional.
Untuk mencapai arah kebijakan tersebut maka strategi pokok yang akan dilakukan adalah: (1)
pengembangan organisasi dan manajemen, (2) pengembangan sumber daya manusia, (3)
penajaman arah dan agenda penelitian dan pengembangan, dan (4) pengembangan jejaring dan
kerja sama.
Strategi ini berangkat dari pemikiran akan pentingnya konsolidasi serta peningkatan
efektivitas dan efisiensi organisasi dan manajemen Balitbang Kemendikbud dalam mencapai
visi, misi, dan tujuannya serta menjadikannya sebagai sebuah organisasi ilmu pengetahuan
dan pembelajaran yang handal bagi Kemendikbud. Hasil telaah kritis terhadap organisasi dan
rekam kinerja serta akuisisi aktif opini dan masukan publik akan menjadi input utama dalam
proses pengembangan dan konsolidasi organisasi dan manajemen Balitbang Kemendikbud.
Ruang lingkup penelitian dan pengembangan pendidikan yang menjadi tugas Balitbang
Kemendikbud relatif luas serta bersifat lintas strata dan jenis pendidikan. Arah dan agenda
penelitian dan pengembangan mencakup pengembangan kebijakan pendidikan nasional,
pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran, pengembangan sistem penilaian
pendidikan, pembangunan sistem pendidikan berbasis kebudayaan, serta penguatan
menajemen pendidikan pada tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tinggi pada jalur
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Arah dan agenda penelitian dan
pengembangannya disusun dengan mengacu pada : (1) Pencapaian visi, misi, dan tujuan
pendidikan nasional, (2) Tema dan sub tema penelitian dan pengembangan pendidikan
unggulan, relevan dan strategis dengan tingkat kemendesakan berskala nasional, dan (3)
Alokasi sumber daya dan peluang relokasinya yang terkait interseksi dan sinerginya dengan
unit kerja lainnya.
Perincian SP dan IKP Program Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Sasaran Program dan IKP
Program Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud
B. Kerangka Regulasi
Tabel 3.2
Kerangka Regulasi
C. Kerangka Kelembagaan
SEKRETARIS BADAN
BAGIAN PERENCANAAN BAGIAN KEUANGAN BAGIAN HUKUM, TATA LAKSANA, BAGIAN UMUM
DAN KEPEGAWAIAN
DAN KERJA SAMA
PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PUSAT KURIKULUM DAN PUSAT PENILAIAN PUSAT PENELITIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PERBUKUAN PENDIDIKAN ARKEOLOGI
SUBBAGIAN TATA USAHA BAGIAN TATA USAHA BAGIAN TATA USAHA BAGIAN TATA USAHA
BIDANG PENELITIAN PAUD, PEND. BIDANG KURIKULUM BIDANG PENILAIAN BIDANG FASILITASI
DASAR, PEND. MENENGAH, DAN
PEND. MASYARAKAT AKADEMIK PENELITIAN
BIDANG PENELITIAN GURU DAN BIDANG PERBUKUAN BIDANG PENILAIAN NON BIDANG KONSERVASI DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN
AKADEMIK ARKEOMETRI
BIDANG PENELITIAN BIDANG PEMBELAJARAN BIDANG ANALISIS DAN BIDANG PENDAYAGUNAAN HASIL
PENELITIAN
KEBUDAYAAN SISTEM PENILAIAN
Tabel 3.3
Kegiatan dan Unit Eselon II Balitbang Kemendikbud
Kegiatan ini merupakan tugas yang diemban Sekretariat Balitbang yang dilaksanakan dalam
rangka mendukung terwujudnya layanan prima penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
pendidikan. Sebagai kegiatan manajemen, dalam melaksanakan kegiatan ini diterapkan strategi
sebagai berikut: (1) Penguatan kelembagaan, prosedur kerja, sumber daya manusia, dan
kerjasama; (2) Penguatan sistem perencanaan dan penganggaran; (3) Penguatan sistem
dokumentasi dan pelaporan.
Pada dasarnya kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang mendukung terselenggaranya
penelitian dan pengembangan oleh semua unit Eselon II di lingkungan Balitbang, dalam
kaitannya dengan: (1) Perencanaan dan Penganggaran, yang meliputi layanan: data dan
informasi, penyusunan program dan anggaran, evaluasi pelaksanaan program dan anggaran; (2)
Pengelolaan Keuangan, yang meliputi layanan: pembiayaan, perbendaharaan serta akuntansi
dan pelaporan keuangan; (3) Hukum dan Kepegawaian, yang meliputi layanan: hukum,
organisasi, tata laksana, kepegawaian dan pengembangan kerja sama, dan; (4) Layanan Bagian
Umum yang meliputi layanan: persuratan dan kearsipan, kerumahtanggaan dan barang milik
negara.
Output dari keempat kegiatan pokok dalam rangka kegiatan dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya Litbang Kemendikbud tersebut antara lain adalah: Dokumen
perencanaan peraturan perundang-undangan tentang sistem pendidikan nasional sebagai
Gerakan Pencerdasan Bangsa dan Ekosistem, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional, Usulan Rancangan Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan
Naional, Draft Rancangan Peraturan Pemerintah Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Dokumen perencanaan strategis Badan Standar Nasional, Dewan
Pendidikan Nasional, dan Badan Akreditasi Pendidikan yang berperan untuk meningkatkan
pemerataan, mutu, dan efisiensi penyelengaraan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini
(PAUD), dasar, dan menengah yang mampu melaksanakan pendidikan sebagai Gerakan
Pencerdasan Bangsa dan Ekosistem pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik. Dokumen
Perencanaan dan Penganggaran, Dokumen Kepegawaian, SDM terlatih, Dokumen Organisasi
dan Tata Laksana (Ortala), layanan publikasi kelitbangan, Dokumen Pelaporan Anggaran,
Dokumen laporan akuntabilitas Badan, Dokumen Keuangan (RKA-KL, RAB, TOR), Dokumen SPI,
Layanan Perkantoran, Dokumen BMN, Peralatan Perkantoran, Sarana dan Prasarana
Perkantoran, Dokumen Ketatausahaan dan Kearsipan, Dokumen Kerjasama Litbang, dan
Dokumen Informasi kelitbangan.
Keberhasilan dari kegiatan ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja kegiatan seperti
terlihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Litbang Kemendikbud
Layanan Internal 1 1 1 1 1 1
IKK.5.2032.6.2
(Overhead) Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan
1 1 1 1 1 1
IKK.5.2032.6.3 Layanan Perkantoran
Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan
Kegiatan ini merupakan tugas yang diemban oleh Sekretariat Balitbang Kemendikbud dalam
upaya memfasilitasi dan memberikan bantuan teknis dan administratif kepada Lembaga-
Lembaga Independen (BSNP, BAN-S/M, dan BAN-PNF) yang bertujuan untuk mendukung
aktivitas penyelenggaraan kegiatan berbagai lembaga independen yang berkaitan dengan
standar nasional pendidikan dan akreditasi berbagai jenjang pendidikan agar pelaksanaan tugas
berbagai lembaga independen tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Di
samping itu Balitbang Kemendikbud juga melakukan jejaring kerja dengan berbagai lembaga
independen dalam pengembangan berbagai standar nasional pendidikan dan akreditasi
berbagai jenjang pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri.
Berikut Rencana Strategis Kegiatan Badan-Badan Independen tersebut selama tahun 2015-2019.
Sejak memulai kegiatannya pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 BSNP telah
mengembangkan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP), yakni: Standar Isi, Standar Proses,
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan
Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.
Beberapa standar pendidikan sebagai turunannya telah pula dikembangkan. Selama tahun
2015-2019 BSNP akan mengembangkan/menyempurnakan sejumlah standar pendidikan
dasar dan menengah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Nonformal dan Informal,
Pendidikan Tinggi serta melakukan pemantauan dan evaluasi standar.
Dalam rangka pengembangan Standar Nasional Pendidikan, diterapkan strategi antara lain:
(a) Penyusunan naskah akademik, (b) Pengumpulan data, (c) Validasi Standar, (d) Uji publik,
(e) Sidang Pleno dalam rangka pembahasan standar, serta (e) Pemantauan dan Evaluasi
Implementasi Standar. Di samping pengembangan standar, BSNP juga bertanggung jawab
sebagai penyelenggara Ujian Nasional untuk satuan pendidikan dasar dan menengah,
memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan
dan pengendalian mutu pendidikan, merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, serta menelaah dan/atau menilai buku teks
pelajaran.
a. Pengembangan Perangkat dan Sistem Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah, yang
dirumuskan dalam buku Kebijakan dan Pedoman Akreditasi Sekolah/Madrasah.
b. Pemberian dana bansos untuk pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah dan operasional
BAP-S/M ke 33 Provinsi.
c. Pengembangan Perangkat Akreditasi berdasarkan 8 Standar Nasional Pendidikan, untuk
Akreditasi SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, TK/RA, dan SLB.
d. Pelaksanaan Akreditasi sekolah/madrasah, terdiri dari : TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK, program studi, dan SLB
e. Rapat Koordinasi dan penandatanganan MoU dengan Badan Akreditasi Provinsi
Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) 33 provinsi,
f. Pelatihan untuk Pelatih (TOT) asesor SMA/MA, SD/MI, SMP/MTs dan SMK/MAK, TK/RA,
dan SLB.
g. Pengembangkan perangkat lunak berupa software “Aplikasi Penskoran dan
Pemeringkatan Hasil Akreditasi” dan website BAN-S/M dengan alamat http:www.ban-
sm.or.id
h. Pelatihan SIA-S/M untuk tenaga admin dan operator di provinsi.
Kegiatan BAN-PNF yang baru dimulai pada tahun 2007 merupakan proses penilaian secara
komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan Non-Formal. Dalam
rangka Akreditasi Pendidikan Non-Formal diterapkan strategi antara lain:
Sampai dengan tahun 2019 BAN-PNF telah menyusun rencana strategisnya untuk
mengakreditasi Pendidikan Non-Formal.
Keberhasilan dari kegiatan fasilitasi standar mutu dan pelaksanaan akreditasi yang mencakup
seluruh kegiatan badan-badan independen tersebut dapat diukur dari ketercapaian indikator
kinerja kegiatan seperti tertera pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Indikator Kinerja Kegiatan
Fasilitasi Standar Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi
Dalam rangka penyediaan informasi untuk perumusan kebijakan pendidikan dan kebudayaan,
Balitbang Kemendikbud melakukan penelitian kebijakan pendidikan dan kebudayaan yang
bertujuan untuk menemukan jawaban dan/atau mengevaluasi berbagai permasalahan
pendidikan dan kebudayaan melalui pelaksanaan penelitian (policy studies) dalam rangka
mencari solusi yang tepat, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.
Penelitian yang dilakukan mencakup masukan (input), proses, serta output dan outcome.
Untuk memberikan rekomendasi berupa alternatif kebijakan pada jenjang PAUD, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan non formal serta informal dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan, Balitbang Kemendikbud akan melakukan sejumlah penelitian dan
pengembangan yang berkaitan dengan siswa, guru, manajemen sekolah, sarana dan prasarana,
proses belajar mengajar, dan standar nasional pendidikan yang dilaksanakan di setiap jenjang
pendidikan. Penelitian dan pengembangan tersebut diarahkan untuk memberikan data dan
informasi yang bisa membantu para pengambil keputusan untuk memahami berbagai isu di
atas dan menghasilkan model-model penyelenggaraan untuk membantu peningkatan mutu
layanan pendidikan.
Dalam upaya mencapai misi Kemendikbud yang berkaitan dengan layanan pendidikan orang
dewasa, Balitbang Kemendikbud akan menghasilkan outcome ketersediaan data dan informasi
berbasis penelitian dan pengembangan untuk pendidikan orang dewasa dalam wadah
pendidikan nonformal dan informal. Layanan untuk pendidikan orang dewasa sangat dituntut
ketersediaan dan keterjangkauannya diantaranya karena perubahan yang sangat cepat dalam
banyak hal yang menuntut kemampuan beradaptasi yang sangat tinggi agar bertahan dalam
dunia kerja. Selain itu, pendidikan bagi orang dewasa juga dilaksanakan untuk menjawab
kenyataan bahwa sebagian orang tidak memiliki atau memanfaatkan kesempatan di masa
mudanya untuk menempuh pendidikan seperti peserta didik lainnya sehingga banyak dari
mereka yang buta aksara (teknis atau fungsional), tidak lulus SD, SMP maupun SM. Outcome
lainnya yang akan dihasilkan Balitbang adalah dihasilkannya rekomendasi tentang
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan PAUD, dasar, dan menengah yang mampu
melaksanakan pendidikan sebagai Gerakan Pencerdasan Bangsa dan ekosistem pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik.
Agar penelitian dan pengembangan di Balitbang Kemendikbud lebih terarah, relevan, terpadu
dan berkesinambungan maka perlu dilakukan peta jalan (roadmap) penelitian. Dengan adanya
peta jalan (roadmap) penelitian dan pengembangan pendidikan, maka penelitian dan
pengembangan akan lebih terarah dan dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun dan
mengevaluasi program-program penelitian dan pengembangan pendidikan untuk lima tahun
yang akan datang.
Pangkalan data penelitian untuk mempermudah akses terhadap hasil-hasil penelitian juga perlu
dilakukan. Pangkalan data yang dikembangkan berfungsi juga sebagai sumber data (clearing-
house) dan penguatan berbagai data dan informasi yang berasal dari berbagai pemangku
kepentingan yang ada. Hal ini berguna bagi pengambil keputusan yang memerlukan alternatif
kebijakan untuk pemecahan masalah pendidikan.
Untuk menunjang kebijakan berbasis penelitian, maka pemerintah daerah perlu dibina untuk
melakukan penelitian dengan memperluas Jaringan Penelitian (Jarlit). Jaringan Penelitian sudah
terbentuk di 32 provinsi. Terdapat satu provinsi yang belum bergabung dalam Jarlit yakni
Provinsi Papua Barat. Menurut data Kemendagri tahun 2009, terdapat 524 daerah
kabupaten/kota di Indonesia. Setiap tahunnya akan dilakukan upaya untuk membentuk Jarlit di
kabupaten/kota yang belum menjadi anggota dan memberdayakan kerjasama bagi Jarlit di
kabupaten/kota yang sudah terbentuk. Jarlit sudah terbentuk di 173 kabupaten/kota, sehingga
masih perlu ada sosialisasi tentang pentingnya Jaringan Penelitian di kabupaten/kota yang
belum tergabung dalam Jarlit dengan menumbuhkan kesadaran dan komitmen dari ekosistem
pendidikan dan kebudayaan yang ada. Di samping itu diperlukan bimbingan teknis bagi jarlit
yang sudah terbentuk.
Keberhasilan dari kegiatan penyediaan informasi untuk perumusan kebijakan pendidikan dan
kebudayaan ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja kegiatan seperti terlihat pada
Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Indikator Kinerja Kegiatan Penyediaan Informasi
untuk Perumusan Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan
Base Line TARGET TAHUN
SK dan IKK
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tersedianya kebijakan yang
didasarkan pada hasil
SK 5.5632.1
penelitian pendidikan dan
kebudayaan
Jumlah hasil penelitian 39 35 36 36 37 37
IKK.5.5632.1.1 kebijakan pendidikan dan Opsi Opsi Opsi Opsi Opsi Opsi
kebudayaan Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan
Jumlah dokumen perencanaan
dan anggaran, keuangan,
kepegawaian, dan evaluasi 4 4 4 4 4 4
IKK.5.5632.1.2
kinerja yang sesuai dengan Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen
peraturan dan perundangan
yang berlaku
Jumlah bulan untuk layanan 12 12 12 12 12 12
IKK.5.5632.1.3
perkantoran Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan
a. Model kurikulum, meliputi model kurikulum dan pembelajaran yang dapat digunakan
sebagai acuan oleh satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai
dengan standar nasional serta sesuai dengan kondisi (demografis, geografis, sosiologis),
kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan, peserta didik dan sosial budaya daerah,
pada berbagai jenis, jenjang dan jalur pendidikan dasar dan menengah.
b. Model bahan ajar yang dapat digunakan sebagai acuan oleh satuan pendidikan untuk
mengembangkan bahan ajar, materi pembelajaran yang sesuai dengan standar nasional
serta sesuai dengan kondisi (demografis, geografis, sosiologis), kebutuhan dan
karakteristik bahan kajian, satuan pendidikan, peserta didik dan sosial budaya daerah,
pada berbagai jenis, jenjang dan jalur pendidikan dasar dan menengah.
c. Model sarana pembelajaran yang dapat digunakan sebagai acuan oleh satuan pendidikan
untuk mengembangkan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran seperti media
pembelajaran, alat bantu belajar, sumber belajar yang sesuai dengan standar nasional
serta sesuai dengan kondisi (demografis, geografis, sosiologis), kebutuhan dan
karakteristik bahan kajian, satuan pendidikan, peserta didik dan sosial budaya daerah,
pada berbagai jenis, jenjang dan jalur pendidikan dasar dan menengah.
3. Pelaksanaan Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Kurikulum dan Perbukuan. Tujuan dari
kegiatan ini adalah menyediakan bahan dan melaksanakan koordinasi dan fasilitasi
pengembangan kurikulum dan perbukuan kepada satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi dan berbagai pihak lainnya dalam mendukung implementasi kurikulum dan sistem
pengembangan perbukuan yang berkualitas, efisien, efektif, murah, dan aktual sesuai dengan
standar nasional pendidikan. Dari kegiatan diharapkan dapat diperoleh berbagai keluaran,
yaitu:
Tujuan dari kegiatan ini adalah: (a) menyediakan bahan/dokumen mutu, standar operasional
prosedur teknis pengembangan dan penerapan kurikulum, sistem pembelajaran, dan
perbukuan; dan (b) meningkatkan kemampuan profesional organisasi Pusat Kurikulum dan
Perbukuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya agar berjalan efektif, efisien, dan
berkualitas. Dari kegiatan ini diharapkan dapat diperoleh berbagai keluaran, yaitu:
a. Sertifikat Manajemen Mutu. Kegiatan untuk menghasilkan keluaran ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan profesional organisasi melalui proses sertifikasi agar dapat
melakukan tugas dan fungsinya secara profesional kepada provinsi/kabupaten/kota,
stakeholders, dan mitra kerja terkait pada tingkat nasional dan internasional dalam
mendukung dan mengimplementasikan kebijakan kementerian pendidikan nasional.
b. Dokumen Ketatausahaan. Kegiatan untuk menghasilkan keluaran ini bertujuan untuk
mendukung secara teknis dan administratif organisasi dalam meningkatkan dan
optimalisasi perencanaan pelaksanaan dan realisasi program pembangunan seperti yang
tertuang dalam RPJPN, RPJMN, Renstra Kementerian/Lembaga, RKP, Tugas dan Fungsi
Organisasi/Unit Kerja, maupun semua kebijakan dan peraturan perundangan yang terkait;
dan meningkatkan akuntabilitas dan efektifitas pelaksanaan program/kegiatan secara
transparan, ekonomis, efisien, efektif, dan akuntabel dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan, sesuai dengan peraturan yang berlaku;
c. Dokumen Informasi Kurikulum dan Perbukuan. Kegiatan untuk menghasilkan keluaran ini
bertujuan untuk mengembangkan dan melakukan pengelolaan sistem informasi kurikulum
dan materi buku pelajaran serta sumber pembelajaran lainnya dengan berbagai
stakeholders yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan: (1) penyusunan kebijakan
teknis pengembangan kurikulum, metodologi pembelajaran, perbukuan, dan sumber
pembelajaran lainnya; (2) penguatan dalam pengembangan dan implementasi kurikulum
oleh satuan pendidikan pada tingkat nasional, daerah dan sekolah; (3) pengembangan
model kurikulum dan metodologi pembelajaran; pengembangan materi buku pelajaran
dan sumber pembelajaran lainnya; serta (4) koordinasi dan fasilitasi pengembangan
kurikulum, metodologi pembelajaran, perbukuan, dan sumber pembelajaran lainnya.
Keberhasilan dari kegiatan Penyempurnaan Kurikulum, Sistem Pembelajaran, dan Perbukuan ini
dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja kegiatan seperti terlihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Indikator Kinerja Kegiatan Penyempurnaan Kurikulum,
Sistem Pembelajaran, dan Perbukuan
1. Penyediaan Soal dan Kaset Penilaian Akademik Peserta Didik dan PTK
Kegiatan ini meliputi Penulisan Soal dan Pengelolaan Bank Soal UN dan Penulisan Soal dan
Pengelolaan Bank Soal untuk Kompetensi Guru. Penulisan Soal dan Pengelolaan Bank Soal
UN merupakan kegiatan rutin Puspendik, kegiatan ini dilakukan hampir sepanjang tahun
untuk memenuhi kebutuhan Bank Soal UN dimana soal-soal dalam Bank soal tersebut setiap
tahunnya digunakan untuk Ujian Nasional baik untuk pendidikan formal maupun informal.
Penyediaan soal untuk Ujian Nasional jenjang formal meliputi soal-soal untuk jenjang SD,
SMP, SMA dan SMK, sementara untuk jenjang informal meliputi soal-soal untuk Paket A,
Paket B, dan Paket C. Sedangkan untuk Penulisan Soal dan Pengelolaan Bank Soal
Kompetensi Guru merupakan rintisan model Bank Soal Kompetensi Guru yang digunakan
sebagai tes diagnostik untuk menggambarkan penguasaan guru pada masing-masing
kompetensi sesuai dengan bidang yang dikuasai.
2. Penyediaan Soal Penilaian Non Akademik Untuk Peserta Didik dan PTK
Soal Penilaian Non Akademik meliputi Soal Tes Bakat Skolastik dan Tes Diagnostik PAUD. Tes
Bakat Skolastik merupakan pengembangan tes potensi belajar yang mengukur kemampuan
seseorang jika diberikan kesempatan untuk belajar di jenjang yang lebih tinggi. Tes ini tidak
mengukur prestasi belajar akan tetapi potensi seseorang yang sifatnya laten atau tidak
terlihat. Pengembangan Tes Diagnostik PAUD sejalan dengan program Kemendiknas dalam
mengutamakan pendidikan di usia emas atau usia dini. Tes ini mengukur kompetensi anak
sesuai dengan tugas perkembangannya pada tiap-tiap jenjang atau milestone.
3. Analisis Hasil Penilaian Pendidikan dan Survey Tingkat Nasional dan Internasional
Kegiatan Analisis Hasil Penilaian Pendidikan dikelompokkan menjadi:
4. PTK yang Terlibat Pengembangan Jaringan dan Peningkatan Kompetensi di Bidang Penilaian
Pendidikan
Program ini berbasis di daerah kabupaten/kota dan di sekolah/madrasah atau gabungan
keduanya. Dalam kegiatan ini Puspendik memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
memberikan bantuan teknis bagi guru-guru dalam melaksanakan Jaringan Penilaian dan
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk umpan balik dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan
demikian, diharapkan adanya perbaikan kinerja pembelajaran di tingkat sekolah yang pada
akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Puspendik mengembangkan model penilaian kelas oleh guru serta penilaian sekolah, sebagai
bagian penting dalam peningkatan mutu dan kompetensi peserta didik secara terukur dan
berkelanjutan. Puspendik bersama Puskurbuk dan direktorat terkait juga bertugas
mengembangkan panduan-panduan penilaian kelas serta penilaian sekolah.
7. Penyebaran Informasi Hasil Penilaian Pendidikan dan Layanan Manajemen Informasi Hasil
Penilaian Pendidikan berupa Booklet, Buletin, dan Jurnal Hasil-Hasil Penelitian di Pusat
Penilaian Pendidikan.
Keberhasilan dari kegiatan ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja kegiatan seperti
terlihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Indikator Kinerja Kegiatan Penyediaan Informasi
Hasil Penilaian Pendidikan
Base Line TARGET TAHUN
SK dan IKK
2014 2015 2016 2017 2018 2019
SK Terselenggaranya
.5.2029.1 pengembangan penilaian dalam
mengukur mutu pendidikan
IKK.5.2029. Jumlah soal yang terstandar
121.850 129.830 130.000 130.000 130.000 130.000
1.1 sesuai kebutuhan bank soal
Soal Soal Soal Soal Soal Soal
nasional
IKK.5.2029. Jumlah satuan pendidikan yang
540 540 540 30.000 40.000 70.000
1.2 menerapkan tes
sek sek Sek sek Sek sek
berbasis komputer (CBT)
IKK.5.2029. Jumlah rekomendasi hasil
8 8 8 8 8 8
1.3 analisis penilaian sebagai bahan
Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen
kebijakan
IKK.5.2029. Jumlah model Penilaian 8 5 5 5 5 5
1.4 Pendidikan Model Model Model Model Model Model
Penilaian Penilaian Penilaian Penilaian Penilaian Penilaian
IKK.5.2029. Jumlah dokumen perencanaan
1.5 dan anggaran, keuangan,
kepegawaian, dan evaluasi 3 4 4 4 4 4
kinerja yang sesuai dengan Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen
peraturan dan perundangan
yang berlaku
IKK.5.2029. Jumlah bulan untuk layanan 12 12 12 12 12 12
1.6 perkantoran Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan
Berkaitan dengan tugas Balitbang Kemdikbud dalam mendukung kebijakan Nawacita maka
dalam kurun 5 (lima) tahun ke depan (2015-2019) tema penelitian arkeologi diarahkan pada
issu strategis mengenai kebhinekaan, kemaritiman, dan wilayah perbatasan antar negara yang
diwadahi dalam Program Rumah Peradaban.
a. Penelitian Kebhinekaan
Sesungguhnya kebinekaan atau keragaman adalah karakter mendasar yang selalu mengisi
ruang dan waktu keindonesiaan kita. Kebinekaan itu menjadi semakin kompleks ketika bumi
nusantara didatangi dan dihuni manusia – para leluhur kita. Bukti-bukti mengkonfirmasikan
kebinekaan sudah tercipta sejak kehadiran manusia pertama di Nusantara hingga penutur
Austronesia sejak 4000 tahun yang lalu dan menghasilkan kebinekaan sekarang. Kebinekaan
itu sebuah nilai luhur yang terwujud dari kemampuan manusia-manusia Nusantara
mengadaptasikan diri pada keragaman lingkungan dan berinteraksi dengan dunia luar. Lebih
jauh lagi, kebinekaan itu menyadarkan kita pada persaudaraan sejati yang berakar dari
budaya para leluhur kita sejak mereka meniti kehidupan di Nusantara di masa silam. Satu
dalam keragaman adalah fakta yang semestinya menjadi visi besar kita dalam membangun
peradaban khas Indonesia. Kesadaran akan keniscayaan itu sudah disadari para founding
fathers hingga sepakat menetapkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang Negara. Ini sebuah
capaian konseptual yang senantiasa mengingatkan kita akan karakter yang melekat pada
kehidupan berbangsa. Di sini kita semua terpanggil memelihara dan mengembangkannya agar
karakter itu semakin nyata sebagai kepribadian bangsa. Namun sebuah fakta bahwa di era
reformasi kini, bukan soliditas, kebersamaan, dan persaudaraan bangsa yang tercipta, tetapi
sebaliknya - carut marut kehidupan oleh konflik-konflik yang merajalela dengan latar belakang
yang berbeda-beda. Visi penelitian kebinekaan secara komprehensif untuk dapat menjawab
kapan, di mana, oleh siapa, bagaimana, dan mengapa kebinekaan Nusantara terjadi.
b. Penelitian Kemaritiman
Pengembangan arkeologi maritim sangat penting bagi bangsa mengingat geografi Indonesia
yang merupakan kawasan kepulauan yang dikelilingi oleh laut. Penelitian di bidang ini
semakin penting ketika pengembangan dunia maritime Indonesia termasuk dalam program
prioritas ke-1 dari Nawa Cita pemerintahan yang sekarang. Artinya penelitian yang akan
dilakukan di bidang ini akan menunjang upaya-upaya pemerintah dalam mengelola kekayaan
sumberdaya maritime untuk kemakmuran dan kejayaan bangsa. Melalui penelitian kita
melawan lupa bahwa negara kepulauan terbesar di dunia ini telah memiliki sejarah
kemaritiman yang sangat panjang.
Tema penelitian wilayah Perbatasan didasarkan pada penggalian potensi budaya di daerah-
daerah yang berbatasan dengan negara lain, yang bertujuan untuk meningkatkan rasa
kebanggaan dan jatidiri bangsa serta memperluas pengetahuan tentang wawasan nusantara .
Daerah perbatasan merupakan daerah yang rentan terhadap hilangnya bukti-bukti kekayaan
budaya karya anak bangsa. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperkuat daya tangkal
masyarakat di wilayah perbatasan terhadap pengaruh budaya luar. Dengan menggali potensi
budaya yang tumbuh di wilayah perbatasan diharapkan dapat membendung pengaruh
budaya luar serta meminimalisasi hilangnya bukti-bukti kekayanan budaya bangsa.
d. Rumah Peradaban
Program prioritas ketiga dalam menjadikan arkeologi bermanfaat bagi bangsa adalah
pembangunan “Rumah Peradaban”. Program ini sangat mendukung program Nawa Cita,
khususnya cita ke-8 (pembangunan karakter bangsa) dan cita ke-9 (membangun Rumah Pusat
Kebudayaan). Seperti apa sebenarnya konsep Rumah Peradaban itu? Sederhananya Rumah
Peradaban merupakan sarana edukasi dan pemasyarakatan hasil penelitian arkeologi untuk
memberikan pemahaman tentang sejarah dan nilai-nilai budaya masa lampau dalam upaya
melek budaya, pencerdasan bangsa, penumbuhan semangat kebangsaan, dan sumber
inspirasi bagi pengembangan budaya yang berkepribadian.
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional sebagai sentra himpunan data dan informasi adalah
sebuah potensi yang memuat nilai-nilai penting bagi masyarakat dalam mengadapi masalah
aktual dan globalisasi, seperti kesinambungan budaya dan peradaban. Arkeologi berperan
dalam politik forgetting and remembering (membangun memori kebangsaan). Di sini rumah
peradaban bukan sekedar memeragakan benda-benda, tetapi yang tak kalah penting
mengangkat nilai-nilai di balik itu, seperti perilaku dalam mencapai kemajuan di masa lalu.
Rumah peradaban bicara masa lampau untuk kekinian dan masa datang.
(Note: Uraian tentang kegiatan yang ada di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional perlu ditinjau lebih lanjut)
Keberhasilan dari kegiatan ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja kegiatan seperti
terlihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Indikator Kinerja Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Bidang Arkeologi
A. Target Kinerja
Renstra merupakan persyaratan utama bagi upaya mewujudkan akuntabilitas dan transparansi
serta peningkatan mutu keluaran (output) dan hasil (outcome) dalam pemanfaatan APBN.
Renstra akan menjadi acuan (guidance) pelaksanaan program dan kegiatan bagi setiap pimpinan
unit kerja agar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya semakin akuntabel (accountable). Saat
ini Renstra adalah bagian dari konsistensi penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja.
Target kinerja menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai dalam periode
2015-2019. Target kinerja yang dimaksud ditetapkan untuk setiap tahun selama kurun waktu
lima tahun (2015-2019). Keberhasilan pencapaian kinerja Sasaran Program (SP) di Eselon I
Balitbang dapat diukur dari ketercapaian target Indikator Kinerja Program (IKP). Berikut ini
penjabaran Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) Program Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari
Program Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud
B. Kerangka Pendanaan
Amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dalam Pasal 31 ayat (4)
mengamanatkan negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Sebagai implementasi dari
amanat undang-undang dasar tersebut, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
menetapkan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Pemerintah, Pemerintah daerah, dan
masyarakat mempunyai peran penting dalam mengerahkan sumber daya yang ada. Pengelolaan
sumber daya tersebut (dana pendidikan) berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik.
Sebagai unit pendukung pencapaian visi dan misi Kemendikbud dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional, Balitbang Kemdikbud yang mempunyai peran melaksanakan penelitian dan
pengembangan di bidang pendidikan dan kebudayaan, memerlukan pula dana yang memadai
untuk melaksanakan program/kegiatannya. Perkiraan kebutuhan dana untuk pelaksanaan
program penelitian dan pengembangan selama periode 2015-2019 yang dibagi menurut jenis
kegiatannya disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Perkiraan Pendanaan Program Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud
Tahun 2015 – 2019
Sistem pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
implementasi Renstra. Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat
pencapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dalam Renstra Balitbang
Kemdikbud Tahun 2015-2019 dengan hasil yang dicapai berdasarkan kebijakan yang
dilaksanakan melalui kegiatan dan/atau program penelitian dan pengembangan pendidikan
dan kebudayaan berkala.
Selain itu, hasil pemantauan dan evaluasi juga dapat digunakan sebagai masukan bagi BSNP,
BAN-SM, BAN-PNF, dan lembaga sertifikasi kompetensi untuk meningkatkan kinerja badan-
badan tersebut dalam melaksanakan standardisasi, akreditasi, penjaminan dan pengawasan
mutu, pemantauan dan evaluasi program, kegiatan serta hasil belajar tingkat nasional.
5. Pemantauan dan Evaluasi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan
Pemantauan yang dilakukan BSNP bertujuan untuk mengevaluasi capaian Standar Nasional
Pendidikan. Sementara itu, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan adalah untuk mendapatkan pemetaan capaian standar
nasional yang dijadikan dasar dalam mengembangkan model intervensi, untuk meningkatkan
kualitas pendidikan sehingga mencapai standar nasional, serta membantu BAN-SM dan BAN-
PNF dalam mengakreditasi satuan pendidikan.
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Balitbang Kemendikbud) Tahun 2015-2019 telah disusun berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Penyusunan Renstra sudah dilakukan melalui berbagai tahapan,
termasuk partisipasi seluruh jajaran Balitbang Kemendikbud, serta dengan mempertimbangkan
seluruh capaian kinerja Balitbang Kemdikbud hingga saat ini. Dengan demikian, Renstra Balitbang
Kemendikbud telah mengakomodasikan semua tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawab
Kemendikbud, memelihara kesinambungan dan keberlanjutan program, memenuhi aspirasi
pemangku kepentingan dan masyarakat, serta mengantisipasi masa depan.
Renstra menjabarkan visi Balitbang Kemendikbud beserta rencana sasaran Balitbang Kemendikbud
dalam rangka mencapai sasaran program Kemendikbud. Dengan demikian Renstra menggambarkan
secara jelas keterkaitan antara sasaran Balitbang Kemendikbud, sasaran program, sasaran kegiatan,
rincian IKSS, IKP dan IKK untuk meningkatkan mutu keluaran (output) dan hasil (outcome). Renstra
ini digunakan sebagai pedoman dan arah pembangunan badan penelitian dan pengembangan yang
hendak dicapai pada periode 2015-2019. Renstra merupakan dasar dan acuan bagi Unit Eselon I, II
dan Unit Pelaksana di lingkungan Balitbang Kemendikbud.
Selain yang diuraikan di atas, Renstra Balitbang Kemendikbud ini diharapkan bisa dipahami serta
dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat, khusus para pemangku kepentingan. Dengan demikian,
banyak pihak dapat terlibat aktif secara efektif dan konstruktif dalam kegiatan pembangunan bidang
penelitian dan pengembangan, termasuk memberi kritik, evaluasi, dan rekomendasi. Pelibatan
publik secara lebih aktif dan terintegrasi diharapkan mampu meningkatkan kualitas hasil Balitbang
Kemendikbud selama lima tahun mendatang.
Lampiran I (Sandingan Perubahan Renstra Balitbang Tahun 2015-2019)
``
Lampiran I (Sandingan Perubahan Renstra Balitbang Tahun 2015-2019)
Jumlah model
IKK pembelajaran untuk
IKK..5.20 jumlah model kurikulum
Dokumen 9 10 10 10 10 .5.2027 jenjang PAUD, pendidikan Dokumen
27.2.2 dan pembelajaran 9 10 10 40 40
.2.2 dasar, dan pendidikan
menengah