Anda di halaman 1dari 115

DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
PRINSIP DASAR DAN
KELEMBAGAAN PENERAPAN KPBU
BIDANG PUPR
DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DISCLAIMER

Pedoman ini dirancang untuk memberikan informasi tentang ruang lingkup Prinsip Dasar
dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR saja. Informasi yang diberikan tidak
bermaksud untuk memberikan saran profesional, legal atau lainnya. Dalam hal
membutuhkan keahlian semacam itu, berkonsultasilah kepada profesional yang sesuai.
Pedoman ini bukanlah informasi lengkap tentang masalah tersebut diatas dan hanya
berfungsi sebagai panduan umum atau materi pendukung, bukan sebagai sumber utama
informasi subjek.

Pedoman ini diterbitkan pada bulan Oktober 2017 dimaksudkan hanya untuk tujuan publikasi
pada saat dicetak. Tim Penyusun tidak bertanggung jawab terhadap perubahan informasi
yang diterbitkan kemudian.
Daftar Isi
4 | Daftar Isi
13 | Glossary
18 | Daftar Singkatan
19 | Sambutan Direktur Bina Investasi Infrastruktur
20 | Pengantar Tim Penyusun

21 | I. Konsepsi, Definisi, Tujuan, Keuntungan dan Prinsip KPBU


21 | A. Konsepsi KPBU
21 | 1. Karakteristik Infrastruktur
21 | 2. Konsepsi Skenario Tripple Win
23 | 3. Kesalahpahaman Terhadap KPBU
24 | 4. KPBU Bukan Privatisasi
25 | B. Definisi KPBU
25 | 1. Definisi KPBU Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015
25 | 2. Definisi KPBU Berdasarkan Para Ahli
Daftar Isi

26 | C. Tujuan KPBU
26 | 1. Tujuan Skema KPBU Berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 38 Tahun 2015
27 | 2. Tujuan Skema KPBU Berdasarkan Para Ahli
28 | 3. Tujuan Skema KPBU Secara Umum
29 | D. Keuntungan Skema KPBU
29 | 1. Keuntungan Pemerintah Memilih KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur
30 | 2. Ilustrasi Skema KPBU
31 | 3. Keuntungan Skema KPBU dari Sektor Publik
32 | 4. Keuntungan Skema KPBU dari Sektor Badan Usaha
33 | E. Prinsip Dasar KPBU
33 | 1. Prinsip-Prinsip KPBU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38
Tahun 2015
34 | 2. Prinsip Utama KPBU
34 | 3. Prinsip Mengoptimalkan Alokasi Resiko
35 | 4. Ilustrasi Optimalisasi Alokasi Resiko
| VI. Kerangka Hukum KPBU
A. Perkembangan Kebijakan Peraturan KPBU
1. Sejarah Peraturan Kebijakan untuk Mendukung KPBU
2. Perubahan Peraturan Presiden Pengaturan KPBU
B. Peraturan-Peraturan Terkait KPBU
1. Pokok-pokok Perpres No. 38/2015 Tentang KPBU Dalam Penyediaan
Infrastruktur
2. Peraturan Terkait KPBU
3. Peraturan Terkait KPPIP
4. Peraturan LKPP
5. Peraturan Pengadaan Tanah
6. Peraturan Pengusahaan Sumber Daya Air
7. Peraturan Penjaminan Infrastruktur
8. Peraturan Proyek Strategis Nasional
9. Peraturan Rencana Umum Jalan Nasional
10.Peraturan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
11.Peraturan Berkaitan Dengan Pemanfaatan BMN/BMD
12.Peraturan Berkaitan Dengan Kerjasama Daerah
Daftar Isi
36 | 5. Prinsip Pembagian Peran pada KPBU untuk Pencapaian Value for
Money, Peningkatan Pelayanan, Teknologi dan Inovasi
37 | F. Bentuk Skema KPBU
37 | 1. Kategori Kerjasama dalam KPBU
38 | 2. Taksonomi Kontrak KPBU dengan Varian

40 | II. Perbedaan Penyediaan Infrastruktur PBJ versus KPBU


40 | A. Perbedaan Pengadaan antara PBJ dan KPBU
40 | 1. Perbedaan Pengadaan Secara Umum
41 | 2. Perbedaan dari Aspek Waktu
42 | 3. Perbedaan dari Aspek Proses
43 | 4. Perbedaan dari Aspek Pendanaan
44 | 5. Perbedaan dari Aspek Pembagian Resiko
45 | B. Bentuk Struktur Proyek
45 | 1. Bentuk Struktur Proyek Pemerintah (Public Finance)
46 | 2. Bentuk Struktur Proyek Privat (Corporate Finance)
47 | 3. Bentuk Struktur Proyek KPBU (Project Finance)
Daftar Isi
48 | III. Penyediaan Infrastruktur PUPR dengan Skema KPBU
48 | A. Dokumen Perencanaan
48 | 1. Arah Kebijakan KPBU
49 | 2. Strategi KPBU
50 | 3. Arah Kebijakan Pembiayaan Infrastruktur PUPR
50 | 4. Strategi, Program dan Kegiatan Renstra PUPR
51 | B. Urusan Pemerintah Bidang PUPR
51 | 1. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang PUPR
53 | 2. Lingkup KPBU Infrastruktur PUPR
54 | IV. Tantangan dan Hambatan Isu Strategis dan Solusi Pelaksanaan KPBU
54 | A. Faktor Kunci Keberhasilan Skema KPBU
55 | B. Permasalahan Pelaksanaan KPBU
56 | C. Permasalahan dalam Pengembangan Proyek KPBU
57 | D. Hambatan Pelaksanaan KPBU di Indonesia
58 | E. Solusi Pelaksanaan KPBU
Daftar Isi

59 | V. Tipologi Pembiayaan, Pola Pembiayaan, Skema Dukungan dan


Jaminan KPBU Bidang PUPR
59 | A. Tipologi Pembiayaan Skema KPBU
59 | 1. Tipologi Pembiayaan KPBU Berdasarkan Kelayakan Finansial
60 | B. Pola Pembiayaan, Financial Close dan Pengembalian Investasi
60 | 1. Pola Pembiayaan Proyek Solicited KPBU
61 | 2. Pola Pembiayaan Proyek Unsolicited KPBU
62 | 3. Perolehan Pembiayaan dan Skema Pengembalian Investasi
63 | 4. Skema Availability Payment (AP)
65 | 5. Performance Base Payment
Daftar Isi
66 | C. Skema Dukungan KPBU
66 | 1. Skema Dukungan Pemerintah untuk Proyek KPBU
67 | 2. Konsep Viability Gap Fund (VGF)
70 | 3. Konsep Project Development Facility (PDF)
71 | D. Fasilitas Penjaminan KPBU
71 | 1. Penjaminan Infrastruktur
72
72 |
72 |
73 |
74 |
74 |

75 |
76 |
Daftar Isi
76 |
77 |
78 |
78 |
78 |
79 |
79 |
80 |
81 |
82 | VII. Kerangka Kelembagaan KPBU PUPR
82 | A. Kelembagaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
82 | 1. Struktur Kelembagaan KPBU Tingkat Nasional
83 | 2. Peran dan Fungsi Unit Organisasi Kementerian PUPR dan
Stakeholder dalam Penyelenggaraan KPBU
84 | B. Organisasi dalam Pelaksanaan KPBU
85 | 1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)
85 | 2. Tugas dan Fungsi PJPK
Daftar Isi
86 | 3. PJPK untuk Gabungan Infrastruktur
87 | 4. Simpul KPBU
88 | 5. Tim KPBU
89 | 6. Panitia Pengadaan
90 | 7. Para Pihak KPBU Lainnya
91 | VIII. Tata Kelola Program KPBU Bidang PUPR
(Studi Kasus Keberhasilan dan Hambatan)
91 | A. Perencanaan dan Penganggaran
91 | 1. Alur Perencanaan dan Penganggaran
92 | 2. Bagan Alur Proses Perencanaan Identifikasi Proyek KPBU
93 | 3. Proses Identifikasi Proyek KPBU pada Tingkat Nasional/Sektor
94 | 4. Proses Identifikasi Proyek KPBU pada Tingkat Daerah
95 | B. Pemrakarsa Proyek KPBU
95 | 1. Solicited dan Unsolicited
96 | 2. Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama Solicited Project
97 | 3. Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama Unsolicited Project
Daftar Isi
98 | C. Tahapan Proyek KPBU
99 | 1. Tahap 1 : Perencanaan Proyek Kerjasama
100 | 2. Tahap 2 : Penyiapan Proyek Kerjasama
101 | 3. Tahap 3 : Transaksi Proyek Kerjasama
101 | a. Tahap Transaksi Proyek Kerjasama
102 | b. Kerangka Waktu Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU
103 | c. Negosiasi
104 | d. Manajemen Kontrak
105 | 4. Tahap 4 : Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama (MPPK)
106 | D. Bentuk Struktur Proyek KPBU
106 | 1. Struktur KPBU – Tipikal Model KPBU
107 | 2. Struktur KPBU – Tipikal Stakeholder KPBU untuk Sektor Air di Indonesia
110 | E. Studi Kasus
109 | 1. KPBU SPAM Umbulan
115 | 2. KPBU AP Palapa Ring
119 | Referensi
Glossary

Affermage Kontrak pemberian penggunaan atau pendudukan properti selama waktu yang ditentukan
untuk pembayaran tertentu

Availability Payment Pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan
Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas
dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPBU (Kerjasama Pemerintah
Badan Usaha). (Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang KPBU dalam penyediaan
Infrastruktur)

Badan Usaha Kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau
keuntungan. Badan Usaha seringkali disamakan dengan perusahaan, walaupun pada
kenyataannya berbeda

Barang Milik Negara/


Barang Milik Daerah Bemua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/APBD atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah dan barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Build Own Operate Model proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) di mana sebua organisasi
swasta membangun, memiliki dan mengoperasikan beberapa fasilitas atau struktur
dengan sedikit dorongan dari pemerintah. Meskipun pemerintah tidak memberikan
pendanaan langsung dalam model ini, namun pemerintah mungkin menawarkan insentif
keuangan lainnya seperti status bebas pajak. Pengembang memiliki dan mengoperasikan
fasilitas ini secara independen
Glossary
Build Own Operate Transfer Suatu kontrak KPBU dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain,
konstruksi, operasi dan memiliki suatu fasilitas infrastruktur selama kontrak dan
selanjutnya melakukan pengalihan kepemilikan pada saat kontrak tersebut berakhir.

Capital Expenditure Biaya bisnis yang dikeluarkan untuk menciptakan manfaat akuisisi yaitu masa
depan aset yang akan memiliki masa manfaat luar tahun pajak. misalnya
pengeluaran untuk aset seperti bangunan, mesin, peralatan atau upgrade fasilitas
yang ada sehingga nilai sebagai aset meningkat

Design Build Finance Operate Kepemilikan secara hukum dari fasilitas tetap pada otoritas publik selama kontrak
dengan kepentingan sektor swasta dalam proyek yang hanya didasarkan pada hak
kontraktual untuk mengoperasikan fasilitas tersebut dan menerima pendapatan dari
pembeli untuk melakukannya, daripada kepemilikan fisik aktiva

Feasibility Study Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha /proyek dan merupakan bahan pertimbangan
dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu
gagasan usaha /proyek yang direncanakan

Konsesi Pemberian hak, izin, atau tanah oleh pemerintah, perusahaan, individu, atau entitas
legal lain. Konsesi antara lain diterapkan pada pembukaan tambang dan
penebangan hutan. Model konsesi umum diterapkan pada Kerjasama Pemerintah
dan Badan Usaha (KPBU) atau kontrak bagi hasil
Glossary
Kerjasama antara Pemerintah
dan Badan Usaha Penyediaan Infrastruktur bertujuan untuk kepentingan umum dengan mengacu
pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah/ BUMN/ BUMD, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan
sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara para
pihak

Operating Expenditure Biaya yang dikeluarkan dalam perjalanan bisnis biasa, seperti penjualan, beban
umum dan administrasi (dan tidak termasuk harga pokok penjualan - atau HPP,
pajak, depresiasi dan bunga)

Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan


Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa.

Project Development Facility Fasilitas yang disediakan oleh Kementerian Keuangan untuk membantu PJPK
menyusun kajian prastudi kelayakan, dokumen lelang, dan mendampingi PJPK
dalam transaksi proyek KPBU hingga mencapai pembiayaan dari lembaga
pembiayaan (financial close)
Glossary
Pinjaman dan Hibah
Luar Negeri Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan Negara baik dalam bentuk devisa
dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam
bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar
kembali dengan persyaratan tertentu. Hibah Luar Negeri adalah penerimaan negara
baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk
barang dan atau dalam bentuk jasa termasuk tenaga ahli dan pelati
Penanggung Jawab
Proyek Kerjasama Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK sektor infrastruktur yang menjadi
tanggung jawab Kementerian/Lembaga/Daerah-nya, apabila dalam perundang-
undangan diatur KPBU diselenggarakan oleh BUMN/BUMD, maka BUMN/BUMD
tersebut yang akan bertindak selaku PJPK

Solicited Project Proyek KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah, disiapkan oleh Pemerintah, didukung
dan dijamin oleh lembaga keuangan Pemerintah

Unsolicited Project Proyek KPBU yang diprakarsai, disiapkan oleh, didukung secara non fiskal oleh
Pemerintah dan dijamin oleh lembaga keuangan Pemerintah

Value for Money Metode untuk menilai penerimaan publik akan manfaat maksimal dari barang dan jasa
yang diperolehnya dengan sumber daya yang tersedia dalam memberikan pelayanan
publik. VfM juga diartikan dengan kombinasi optimal dari total biaya keseluruhan dan
kualitas dari dilaksanakannnya proyek infrastruktur melalui skema KPBU. VfM
digunakan sebagai salah satu alasan atau tujuan dilaksanakannya skema KPBU melalui
kompensasi atau tarif harga pasar yang kompetitif.
Glossary
Viability Gap Fund Dana talangan yang diberikan oleh pemerintah untuk proyek-proyek infrastruktur. VGF
diberikan untuk proyek infrastruktur yang tidak memiliki keuntungan besar atau memiliki
waktu balik modal yang lama supaya investor msasih tetap tertarik untuk mengikuti tender
tersebut.
Daftar Singkatan
AP Availability Payment

BMN/BMD Barang Milik Negara/Barang Milik Daerah

BOO Build Own Operate

BOOT Build Own Operate Transfer

Capex Capital Expenditure

DBFO Design Build Finance Operate

PBJ Pengadaan Barang/Jasa

PDF Project Development Facility

Opex Operating Expenditure

PHLN Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

PJPK Penanggung Jawab Proyek Kerjasama

VfM Value for Money

VGF Viability Gap Fund


Sambutan
Direktur Bina Investasi Infrastruktur
Dalam rangka memenuhi kebutuhan infrastruktur yang sangat besar Pemerintah Republik Indonesia
sedang berupaya keras untuk mendorong pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah. Program
pembangunan infrastruktur tentu membutuhkan dana dan biaya yang tidak sedikit. Terbatasnya
anggaran fiskal pemerintah, membuat Pemerintah harus menemukan pola-pola pembiayaan
alternatif dalam rangka mendukung program pembangunan infrastruktur tersebut. Pemerintah pun
memiliki aset-aset yang sebenarnya dapat dioptimalisasi untuk meningkatkan nilai tambah aset
tersebut sekaligus memberikan alternatif solusi bagi pendanaan proyek-proyek infrastruktur.
Sebagai respons dari kebutuhan alternatif pendanaan tersebut, Direktorat Bina Investasi Infrastruktur
berinisiatif untuk menerbitkan buku pedoman pola pembiayaan investasi infrastruktur yang dapat
digunakan investor dalam mendorong pembiayaan alternatif non APBN/D di bidang infrastruktur di
Indonesia serta mengoptimalisasikan aset-aset infrastruktur PUPR.
Saya menyambut baik terbitnya buku “Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang
PUPR”. Semoga buku pedoman ini dapat menjadi rujukan bagi para investor dan masyarakat yang
berminat mendukung Pemerintah dalam pembiayaan investasi infrastruktur bidang PUPR.

Jakarta, Oktober 2017


Direktur Bina Investasi Infrastruktur

Dr. Ir. H. Masrianto, MT


Pengantar
Tim Penyusun
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Prinsip Dasar dan
Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR dapat terselesaikan pada TA 2017. Buku pedoman ini merupakan
perwujudan dari tugas yang diamanatkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi.
Buku pedoman ini menyajikan informasi tentang ruang lingkup prinsip dasar dan kelembagaan penerapan KPBU bidang
PUPR yang dihimpun dari berbagai sumber, baik dari unit kerja di lingkungan Kementerian PUPR maupun dari K/L terkait.
Penyusun menyadari buku pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mohon maaf apabila terdapat
kekurangan dan kesalahan baik dari segi substansi maupun redaksional. Kritik dan saran yang membangun akan sangat
berguna untuk perbaikan selanjutnya.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua narasumber yang telah memberikan kontribusi pemikiran dan
kepada semua yang telah berperan serta dalam menyusun buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Oktober 2017

Tim Penyusun
I. KONSEPSI, DEFINISI, TUJUAN, KEUNTUNGAN DAN PRINSIP KPBU
A. Konsepsi KPBU

1. Karakteristik Infrastruktur

 Cenderung bersifat monopoli alamiah


 Cenderung bersifat tidak eksklusif
 In-elastic demand
 Dibutuhkan investasi yang sangat besar
untuk pembangunan dan pemeliharaannya

2. Konsep Skenario Triple Win  Pengembalian investasi yang lama


(longterm investment, short yielding)
 Biasanya dilihat sebagai kewajiban
pemerintah dalam menyediakan atau
membangunnya
 Penyelenggaraan infrastruktur biasanya
dilihat sebagai satu kesatuan, dan kurang
dikembangkan konsep pembagian
penyelenggaraan (unbundling)

22 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Konsep Skenario Triple Win

Badan
Usaha • Memiliki keahlian,
Pemerintah Kontrak dan finansial
• Profit oriented
• Memiliki aset dan
otoritas
• Kewajiban Pelayanan
Publik
• Output Spec Pelayanan Terbaik
• Alokasi risiko yang tepat
• Keuntungan yang layak

Definisi lain KPBU adalah kontrak jangka panjang antara pemerintah dan sektor badan usaha untuk melaksanakan
perencanaan, pembangunan, pembiayaan, dan pengoperasian infrastruktur publik oleh pihak swasta (Yescombe,
2007). KPBU memberikan skenario triple win yang mengakomodir pemerintah, konsorsium badan usaha dan
kepentingan publik yang diilustrasikan dalam gambar di atas.

23 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Kesalahpahaman Terhadap KPBU

KPBU bukan pengalihan kewajiban pemerintah dalam penyediaan layanan


kepada masyarakat, tetapi KPBU merupakan pembiayaan untuk merancang,
membangun, dan mengoperasikan proyek-proyek infrastruktur kepada
BADAN USAHA;

• Investasi BADAN USAHA bukan sumbangan gratis kepada pemerintah dalam


penyediaan pelayanan publik;
• KPBU bukan merupakan privatisasi barang publik;
• KPBU bukan merupakan sumber pendapatan pemerintah yang akan membebani
masyarakat dalam pemberian pelayanan umum;
• KPBU bukan merupakan pinjaman (utang) pemerintah kepada BADAN USAHA.

24 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


4. KPBU Bukan Privatisasi

KPBU bukan berarti privatisasi, pada konsepsi KPBU bahwa pemerintah tetap mempunyai otoritas

dalam pengaturan, pengawasan, dan pengendalian terhadap kualitas standar pelayanan,

misalnya: Standar Kualitas Air Minum; Pengalihan aset akan dilakukan pada akhir masa

konsesi/kontrak, dan dimungkinkan untuk dikerjasamakan kembali.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara KPBU dan privatisasi.

Dalam konsep KPBU, pihak publik dan swasta melakukan kerjasama dalam pembiayaan, pendapatan, dan tanggung jawab.

Sedangkan dalam privatisasi pemerintah melakukan transfer tugas dan tanggung jawabnya ke sektor swasta, dengan biaya,

risiko, dan pendapatan berada di tangan swasta.

25 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


B. Definisi KPBU

1. Definisi KPBU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015

KPBU adalah Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam


Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu
kepada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah/BUMN/BUMD, yang sebagian atau seluruhnya
menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan
pembagian risiko antara para pihak.

2. Definisi KPBU Berdasarkan Para Ahli

Definisi lain diberikan oleh Yescombe yang menyatakan bahwa KPBU


adalah kontrak jangka panjang antara pemerintah dan badan usaha untuk
melaksanakan perencanaan, pembangunan, pembiayaan, dan pengoperasian
infrastruktur publik oleh pihak swasta.

(Alfen, et al., 2009) KPBU memiliki 4 karakteristik meliputi:


(1) kontrak jangka panjang,
(2) investasi pihak BADAN USAHA dimana siklus hidup proyek merupakan hal yang
penting bagi pihak BADAN USAHA,
(3) inovasi dalam penyediaan jasa yang dilakukan pihak BADAN USAHA dan;
(4) adanya keuntungan yang didapatkan baik dari pihak BADAN USAHA maupun dari
pihak pemerintah.

26 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


C. Tujuan KPBU

1. Tujuan Skema KPBU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015

• Mencukupi Kebutuhan Pendanaan


penyediaan infrastruktur melalui dana • Mendorong prinsip pakai bayar atau
swasta mempertimbangkan kemampuan
membayar pengguna
• Penyediaan infrastruktur yang
berkualitas, efektif, efisien, tepat • Memberikan kepastian pengembalian
sasaran dan tepat waktu invetasi Badan Usaha melalui
pembayaran secara berkala oeh
• Mendorong iklim investasi yang pemerintah kepada badan usaha
mendorong peran serta badan usaha
dalam pembangunan

27 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Tujuan Skema KPBU Berdasarkan Para Ahli

Skema KPBU bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam


pelaksanaannya, meningkatkan kualitas dari produk-produk dan pelayanan
publik, dengan menanggung secara bersama-sama dalam hal modal, risiko,
ilmu pengetahuan, SDM.

(Spiering & Dewulf, 2007)

Tujuan lain yang hendak dicapai adalah untuk mendapatkan nilai lebih (Value
for Money) dibandingkan dengan pengadaan proyek secara tradisional,
mereduksi Life Cycle Costing, alokasi risiko yang lebih baik, mempercepat
pembangunan dan meningkatkan kualitas layanan

(Spiering & Dewulf, 2007)

Keuntungan skema KPBU yang utama adalah efisiensi dalam proses transaksi proyek yang antara lain
ditandai oleh menurunnya biaya konstruksi secara signifikan dan dapat membatasi potensi cost-overrun
yang terjadi. Keuntungan dari kerjasama ini memberi daya saing kepada investor swasta dalam
pemanfaatan efisiensi dan inovasi teknologi yang lebih baik.
(Dikun, 2010)

28 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Tujuan Skema KPBU Secara Umum

Dalam mengembangkan program KPBU, pemerintah perlu mendefinisikan faktor pendorong dan
tujuannya untuk program KPBU, sehingga dipahami dengan jelas, sehingga pasar dapat memberikan
respon yang baik

Terdapat beberapa tujuan yang mendorong KPBU secara global diantaranya :

Kebutuhan untuk mengatur pinjaman sektor publik

Akselerasi penyediaan layanan infrastruktur

Transfer risiko yang pantas kepada pihak BADAN USAHA

Mendapatkan inovasi dan efisiensi ekonomis

29 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


D. Keuntungan Skema KPBU

1. Keuntungan Pemerintah Memilih KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

..... untuk memberikan layanan publik yang lebih baik dan memanfaatkan nilai uang (value for money),
melalui pembagian risiko, pengelolaan yang sinergi, mendorong inovasi, pemanfaatan dan pengelolaan aset
yang efisien selama umur rencananya.

PRICE is what you pay OUT,


VALUE is what you get in RETURN

• Aspek lain adalah optimasi desain, fokus pada spesifikasi output , dan proses desain
lebih diorientasikan pada kinerja operasional.
• Optimalisasi dan transfer risiko yang tepat;
• Pembiayaan oleh badan usaha dalam penyediaan infrastruktur akan mengurangi
beban pemerintah dalam jangka pendek, sehingga dana pemerintah dapat
digunakan untuk membiayai kepentingan lainnya, seperti penanggunglangan
kemiskinan.
… a Long Term Partnership with Mutual Benefits

30 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Ilustrasi Keuntungan Skema KPBU

31 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Keuntungan Skema KPBU Dari Sektor Publik

 Meningkatnya kualitas pelayanan 


Investor Badan Usaha menyediakan tenaga ahli, manajemen, dan teknologi yang akan
memperbaiki kualitas pelayanan yang dapat menciptakan kompetisi untuk meningkatkan kualitas
dalam arti pengembangan dan inovasi.

 Biaya proyek yang lebih rendah 


Skema KPBU meliputi akivitas yang luas, yaitu desain, pembangunan, dan penyediaan pelayanan di
masa datang, bila dilakukan dalam satu proyek akan meningkatkan skala ekonomi dari proyek itu
sendiri, artinya dapat menurunkan biaya.

 Pembangunan lebih awal dan lebih cepat. 


Artinya jika sektor publik tidak mempunyai kemampuan untuk mendanai proyek-proyek yang dari
sudut pandang ekonomi menguntungkan, maka sektor BADAN USAHA dapat berpartisipasi untuk
mendanai sebagai proyek KPBU.
Pelaksanaan proyek KPBU aktivitas design dan konstruksi dapat digabungkan secara paralel
pelaksanaannya  dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat.

32 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Keuntungan Skema KPBU Dari Sektor Publik .....(lanjutan)

 Penganggaran lebih baik, KPBU apabila dilaksanakan taat asas dapat


menurunkan biaya tak terduga. Dari beberapa pengalaman internasional,
proyek KPBU hanya mengalami 22% over budget dibandingkan 75% proyek
yang dilakukan oleh sektor publik.

 Risk Sharing, Pembagian risiko merupakan salah satu kunci kesuksesan


pelaksanaan KPBU apabila alokasinya tepat sesuai dengan pihak yang
mempunyai kapabilitas untuk menanggung risiko.

3. Keuntungan Skema KPBU Sektor Badan Usaha

Keuntungan disisi BADAN USAHA antara lain adalah mendapatkan akses di sektor baru dan dapat
meraih lebih banyak aktivitas bisnisnya, mendapatkan keuntungan yang lebih baik, dan mendapatkan
kepastian pasar yang lebih lama.

33 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


E. Prinsip Dasar KPBU

1. Prinsip-Prinsip KPBU Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015

PENGENDALIAN
DAN
KEMITRAAN KEMANFAATAN BERSAING EFISIEN EFEKTIF PENGELOLAAN
RISIKO

 Kemitraan,
Kerjasama antara pemerintah dengan Badan Usaha dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan yang mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak;
 Kemanfaatan,
Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah dengan Badan Usaha untuk memberikan manfaat
sosial dan ekonomi bagi masyarakat;
 Bersaing,
Pengadaan mitra kerjasama Badan Usaha dilakukan melalui tahapan pemilihan yang adil, terbuka, dan
transparan, serta memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat;
 Efisien,
Kerja sama Penyediaan Infrastruktur mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam
Penyediaan Infrastruktur melalui dukungan dana BADAN USAHA.
 Efektif,
Kerja sama Penyediaan Infrastruktur mampu mempercepat pembangunan sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur; dan
 Pengendalian dan pengelolaan risiko,
Kerja sama Penyediaan Infrastruktur dilakukan dengan penilaian risiko, pengembangan strategi
pengelolaan, dan mitigasi terhadap risiko;

34 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Prinsip Utama KPBU

• Mengoptimalkan alokasi risiko


• Mencapai “Value For Money”
• Mempertahankan atau meningkatkan tingkat layanan
• Akses pada keahlian, teknologi dan inovasi yang baru atau yang lebih baik

3. Prinsip Mengoptimalkan Alokasi Resiko

Perlu adanya tanggung • Dasar negosiasi


jawab alokasi risiko antara • Risiko dan hasil akan tercermin dalam
Pemerintah dan BADAN mekanisme pembayaran
USAHA • Mitigasi risiko melalui garansi risiko yang baik

Untuk mengevaluasi dan


• Menyusun strategi menanggapi risiko
mengatur program risiko

Untuk mengkonfirmasi • Menggunakan referensi proyek


kemampuan proyek

Untuk mengkonfirmasi VfM


• Menggunakan sektor publik pembanding
dari proyek

35 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


4. Ilustrasi Optimalisasi Alokasi Resiko

Risiko diasumsikan oleh pihak yang lebih baik dalam mengatasi risiko

Pemerintah Pembagian Risiko Badan Usaha

• Kerusakan/Damage • Pembangunan
• Regulasi/Politik
• Force Majeure • Desain
• Lingkungan
• Inflasi • Konstruksi
• Proses Tender
• Nilai Tukar • Operasi
• Pembangunan
Ekonomi • Pemeliharaan
• Inflasi dan Suku Bunga
• Nilai Residual

Alokasi risiko setiap proyek menentukan tingkat bank ability dan VfM bagi Pemerintah

36 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


5. Prinsip Pembagian Peran pada KPBU untuk Pencapaian Value for Money, Peningkatan Pelayan,
Teknologi dan Inovasi

Peran Pemerintah Peran Badan Usaha


• Visi, Misi, Arah, Tujuan • Pengelola risiko
• Penetapan Output Hasil yang ingin dicapai: • Pendekatan pada
pemanfaatan umur Aset
• Kepastian Pengaturan • Investasi yang layak
(kerangka hukum, • Inovasi dan Kreativitas
• Tersedia infrastruktur publik
keuangan, tax), • Desain yang optimal dan
yang berkualitas dan efisien
• Komitmen & pembagian terpadu
• Tersedia tingkat layanan
risiko • Pendanaan
yang berkualitas tinggi
• Komitmen pembayaran • Tambahan pendapatan
• Desain & operasional yang
• Penyediaan tanah terpadu dengan Optimalisasi
(konsesi jangka pemanfaatn aset
• Inovasi (uptodate)
panjang), • Penyedia layanan
• Kelayakan proyek
(publik & Badan Usaha)

37 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


F. Bentuk Skema KPBU

1. Kategori Kerjasama dalam KPBU


Bentuk kerjasama antara pemerintah dengan badan usaha (KPBU) mempunyai spektrum yang sangat luas,
tergantung pada kepemilikan aset modal; tanggung jawab berinvestasi; Asumsi risiko yang akan
ditanggung/dikelola; dan durasi lamanya kontrak

SEKTOR KLASIFIKASI 5 (LIMA)


SWASTA
KATEGORI BENTUK
PFI &
KERJASAMA PRIVATISASI 1. kontrak pengadaan dan
manajemen/pengelolaan
INVESTASI

KONSESI 2. kontrak turn-key

3. kontrak leasing/sewa
LEASING

4. kontrak konsesi
TURN-KEY
5. Private Finance Initiative
(PFI) & Privatisasi.
PENGADAAN
& MANAJEMEN
SEKTOR
PUBLIK
SEKTOR Risks, Obligations & Durations SEKTOR
PUBLIK SWASTA

Sumber: PPP Guideline

38 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Taksonomi Kontrak KPBU dengan Varian
Klasifikasi dari 5 (lima) kategori di atas masing-masing memiliki banyak varian. Setiap kategorisasi
bentuk KPBU dengan karakteristik utamanya ditunjukkan pada tabel 1 berikut.

Durasi
Kepemilikan Tanjung Jawab Risiko yang
Jenis Kontrak Varian Lamanya
Aset/Modal Investasi diambil
Kontrak

Kontrak
Publik Publik Publik 1-3
Pengadaan
Pengadaan &
Kontrak
Manajemen Publik Publik/ Private Private/ Public 3-5
Pemeliharaan
Kontrak
Kontrak
Public Public Public 3-5
Operasional

Turn-Key BTO Public Public Private/ Public 1-3

Affermage Public Public Private/ Public 5-20


Affermage/
Lease
Leasing Public Public Private/ Public 5-20

Francise Public/Private Private/ Public Private/ Public 3-10


Kontrak
Konsesi
BOT/BOOT Public/Public Private/ Public Private/ Public 15-30

BOO/DBFO rivate Private Private Tak terbatas


Private/Badan
PFI Private/Public Private Private/ Public 10-20
Usaha
Divestasi Private Private Private Tak terbatas

39 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


II. KERANGKA HUKUM KPBU
A. Perkembangan Kebijakan Peraturan KPBU

1. Sejarah Peraturan Kebijakan Untuk Mendukung KPBU

Tahun 2015 hingga


Tahun 1998-2004 Tahun 2005-2014 Sekarang
Sebelum Tahun 1990 Tahun 1990-1997

Pengaturan Partisipasi Pengaturan Partisipasi Lahirnya Kepres Infrasctructure Summit Perpres 38/2015
Swasta: Swasta: 7/1998 Krisis Finansial 2005 tentang KPBU dalam
• Inpres 5/1998 • Kepres 37/1992 di Asia yang Perpres 42/2005 Penyediaan
mengakibatkan Infrastruktur
• KMK tentang Usaha
perubahan:
tentang KKPPI yang
740/KMK.00/1989 Penyediaan Listrik kemudian direvitalisasi Permen PPN No
• UU 11/1974 tentang oleh Swasta • Sistem Politik dengan Perpres 4/2015 tentang
Pengairan Sektor: • Desentralisasi 75/2014 Panduan Umum KPBU
• UU 15/1985 tentang • Jalan Tol • Lahirnya peraturan Perpres 67/2005 jo PMK 190/2015 tentang
Ketenagalistikan • Air Minum perundang-undangan Perpres 66/2013 Pembayaran
• UU 13/1987 tentang yang mengatur Ketersediaan Layanan
• Ketenagalistrikan infrastruktur
Perpres 78/2010
jalan Perka LKPP 19/2015
• Negosiasi ulang IPP PMK 260/2010
• UU 3/1989 tentang tentang Pengadaan
Telekomunikasi PMK 223/2012 Badan Usaha
• PP 8-1990 tentang Reformasi Peraturan PPP Book
Jalan Tol Perundang-Undangan
• PP 10/1989 tentang Sektor (Open
Ketenagalistrikan Business)
Sektor: Pembentukan PT SMI
• Jalan Tol dan PT IIF
• IPP Pembentukan PT PII
PPP Book
Memperkenalkan
Partisipasi Swasta
Lahirnya Peraturan
dalam Penyediaan
KPBU
Infrastruktur
Reformasi Regulasi

40 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


• Keterbatasan alokasi sumber dana dalam penyediaan infrastruktur dapat menjadi peluang bagi badan usaha swasta
untuk ikut berpartisipasi didalamnya.
• Pada periode sebelum tahun 1998 Pemerintah telah berupaya mengundang partisipasi swasta dalam penyediaan
infrastruktur.
• Bentuk kebijakan pada periode sebelum tahun 1998 adalah dengan diundangkannya peraturan perundangan yang
mendukung, misalnya Keppres 37/1992 tentang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik oleh Swasta.

2. Perubahan Peraturan Presiden Pengaturan KPBU


diubah diubah

Perpres Nomor 67 Perpres Nomor 13 Perpres Nomor 56 Perpres Nomor 66 Perpres Nomor 38
Tahun 2005 Tahun 2005 Tahun 2011 Tahun 2013 Tahun 2015

diubah diubah

Dasar penyempurnaan:
 Pemerintah berupaya untuk mencitakan iklim investasi yang baik.
 Pemerintah akomodatif terhadap penyempurnaan regulasi berdasarkan masukan dari berbagai pihak dan hambatan
yang terjadi berdasarkan pengalaman pelaksanaan proyek.
 Harmonisasi dengan peraturan terkait.

Perpres 38/2015
Mencabut Perpres 67/2005 beserta perubahannya

Dasar Penyusunan:
 Harmonisasi dengan regulasi terkait
 Percepatan business process KPBU
 Perluasan jenis infrastruktur KPBU

41 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


B. Peraturan-Peraturan Terkait KPBU
1. Pokok-pokok Perpres Nomor 38 Tahun 2015 Tentang KPBU Dalam Penyediaan Infrastruktur
Pengaturan
Subyek Pemerintah Badan Usaha PERPRES 38/2015
Kerjasama 1. Menteri 1. BUMN/BUMD
2. Kepala 2. Badan Usaha
Lembaga Asing PERMEN PPN NO. 4/2015
3. Kepala 3. Perseroan TENTANG PANDUAN UMUM
Daerah Terbatas
4. BUMN/BUMD 4. Koperasi PANDUAN SEKTORAL OLEH
KEMENTERIAN SEKTOR
Obyek Infrastruktur Ekonomi dan Infrastruktur
Kerjasama Sosial PERATURAN KEPALA LKPP NO 19 TAHUN
Kontribusi 1. Pembangunan sebagian infrastruktur 2015 TENTANG PENGADAAN BADAN
Pemerintah 2. Dukungan pemerintah USAHA
3. Jaminan pemerintah
Pengembalian 1. Pembayaran oleh pengguna dalam PEMBAYARAN KETERSEDIAAN
Investasi bentuk tarif LAYANAN
Badan Usaha 2. Pembayaran ketersediaan layanan
(Availability Payment) PERMENDAGRI NO. 96
3. Bentuk lain sepanjang tidak TAHUN 2016
bertentangan dengan Perundang-
undangan
Tahapan 1. Tahap Perencanaan PMK 190/PMK.08/2015
2. Tahap Penyiapan
3. Tahap Transaksi PENJAMINAN PEMERINTAH
• PERATURAN PRESIDEN NO. 78/2010
• PMK No.8/PMK.08/2016

DUKUNGAN PEMERINTAH
PMK No. 170/PMK.08/2015 (VGF)

42 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Peraturan Terkait KPBU
Perpres Nomor 38 Kerjasama Pemerintah Dengan
Tahun 2015 Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur
Permen PPN Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan
Nomor 4 Tahun Infrastruktur dalam Proyek
2015 Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha
Perka LKPP Nomor Tata Cara Pelaksanaan
19 Tahun 2015 Pengadaan Badan Usaha
Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur
PMK Nomor 190 Pembayaran Ketersediaan
Tahun 2015 Layanan Dalam Rangka
Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur
PMK No 260 Tahun Tata Cara Pembayaran
2016 Ketersediaan Layanan Pada
Proyek Kerja Sama Pemerintah
dengan Badan Usaha Dalam
Rangka Penyediaan Infrastruktur

43 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Peraturan Terkait KPPIP

Peraturan Tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Percepatan
Perpres Nomor 122 Tahun 2016
Penyediaan Infrastruktur Prioritas

Perpres Nomor 75 Tahun 2014 Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas

Kepmenko Nomor 127 Tahun 2015 Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas

Permenko Nomor 12 Tahun 2015 Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas

4. Peraturan LKPP

Peraturan Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah Dengan
Perka LKPP Nomor 19 Tahun 2015
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

Presentasi Sosialisasi Perka LKPP Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah Dengan
Nomor 19 Tahun 2015 Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

Lampiran Perka LKPP Nomor 19 Tahun 2015 Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan
Lampiran Perka LKPP Nomor 19 Tahun
Badan Usaha Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
2015
Infrastruktur

44 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


5. Peraturan Pengadaan Tanah
a) UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
b) PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah;
c) Perpres Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum;
d) Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum;
e) Kepmenko Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tim Kerja
Percepatan Pengadaan Tanah Untuk Infrastruktur
Prioritas;
f) Permen ATR Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan
Hak Pengelolaan;
g) Peraturan Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tata
Cara Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah
Terlantar.

45 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


6. Peraturan Pengusahaan Sumber Daya Air
Peraturan Presiden Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
7. Peraturan Penjaminan Infrastruktur
a) Perpres Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang
Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur
b) PMK Nomor 260 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha
8. Peraturan Proyek Strategis Nasional
a) Inpres Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
b) Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

46 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


9. Peraturan Rencana Umum Jalan Nasional

Keputusan Menteri PUPR Nomor 250


Tahun 2015
• Perubahan ketiga atas Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 567
Tahun 2010 Tentang Rencana Umum
Jaringan Jalan Nasional

10. Peraturan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Peraturan Pemerintah Nomor 122


Tahun 2015
• Sistem Penyediaan Air Minum

47 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


11. Peraturan Berkaitan Dengan Pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN)/
Barang Milik Daerah (BMD)

Dasar Hukum :

• PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara /
Daerah
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor
164/PMK.06/2014 tentang Tatacara
Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik
Negara Dalam Rangka Penyediaan
Infrastruktur
SEWA Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) KSPI
Lingkup 1. Sesuai dengan PP 27/2014;
Infrastruktur dan/atau Sesuai dengan PP 27/2014 Sesuai dengan Perpres 38/2015
2. Sesuai dengan Perpres 38/2015

Hasil Pemanfaatan 1. Uang Sewa 1. Kontribusi tetap 1. Pembagian kelebihan


2. Infrastruktur beserta 2. Pembagian keuntungan keuntungan (clawback)
fasilitasnya, jika diperjanjikan 3. Infrastruktur beserta fasilitasnya 2. Infrastruktur beserta
fasilitasnya

48 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


12. Peraturan Berkaitan Dengan Kerjasama Daerah

Dasar Hukum :

• PP Nomor 50 Tahun 2007


Tentang Tata Cara Kerjasama
Daerah
• Permendagri Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Petunjuk Teknis
Tata Cara Kerja Sama Daerah

Pengaturan
Obyek Kerjasama Seluruh urusan pemerintahan yg tlh mjd kewenangan daerah otonom dan dpt berupa
penyediaan pelayanan publik.
Hasil Kerjasama uang, surat berharga dan aset, atau nonmaterial berupa keuntungan.

Tahapan 1. Penjajakan;
2. Negosiasi;
3. Penandatanganan;
4. Pelaksanaan;
5. Pengakhiran.

49 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


III. PERBEDAAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PBJ VERSUS KPBU
A. Perbedaan Pengadaan antara PJB dan KPBU

1. Perbedaan Pengadaan Secara Umum

Kerjasama
Pengadaan
Pemerintah Badan Privatisasi
Barang & Jasa (PJB)
Usaha (KPBU)

Anggaran Fiskal

Risiko

Keterlibatan
Pemerintah

50 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Perbedaan dari Aspek Waktu

PBJ Pemerintah KPBU

Durasi pada PBJ Pemerintah Durasi pada KPBU bisa lebih 20


maksimal 1 periode tahun, tergantung sektor dan
pemerintahan (< 5 tahun) kelayakan.

Kontrak jangka menengah hingga panjang


KPBU
Mulai Akhir Kontrak
Kontrak KPBU

Akhir Konstruksi/ > 20 tahun


Penyediaan
Kepemilikan beralih ke
PBJ Pemantauan & Evaluasi pemerintah
diperlukan
Kontrak jangka pendek hingga
menengah

51 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Perbedaan dari Aspek Proses

PBJ Pemerintah KPBU


- PBJ lebih menekankan pada - KPBU lebih menekankan OUTPUT
INPUT layanan yang layanan yang dikompetisikan.
dikompetisikan. Inovasi menjadi kata kunci!

Lingkup inovasi dan perbedaan mindset


KPBU

PROSES OUTPUT
INPUT

INPUT PROSES OUTPUT

Spesifikasi material jalan • Konstruksi jalan Jalan yang tak berlubang


• Pemeliharaan jalan

Spesifikasi konstruksi dan • Pemasaran Kawasan Kawasan Industri 1000 tenan


jasa • Konstruksi pabrik dan
gudang
• Operasional kawasan

52 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


4. Perbedaan dari Aspek Pendanaan

PBJ Pemerintah KPBU

- Pendanaan pada PBJ Pemerintah memerlukan - Pendanaan pada KPBU tidak memerlukan dana
dana besar di awal karena sumber dana pemerintah dalam jumlah besar, ditanggung swasta.
sepenuhnya dari pemerintah, termasuk
konstruksi A. Sepenuhnya dana swasta Akhir Kontrak
Rp
Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tahun

100 100 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 B. Dana pemerintah sebagian pada


Rp tahap konstruksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tahun

49 49
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tahun
Keterangan:

C. Pemerintah membayar hanya saat


Konstruk Masa OM Rp beroperasi
si

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tahun

Transfer aset ke Pemerintah

53 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


5. Perbedaan dari Aspek Pembagian Resiko

PBJ

Rp Pembayaran Konstruksi
PBJ Pemerintah risiko
Pembayaran Operasi Risiko/ Biaya tak terduga
& Pemeliharaan) ditanggung publik
Sebagian besar
risiko ditanggung.
pemerintah risiko

Tahun
KPBU Biaya konstruksi tanggung
jawag swasta
Rp
KPBU Risiko ditransfer ke swasta
Kewajiban Pemerintah dan diatur oleh swasta.

Sebagian besar
risiko dialihkan ke
Badan Usaha 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tahun

54 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


B. Bentuk Struktur Proyek

1. Bentuk Struktur Proyek Pemerintah (Public Finance)

Lender
Pengembalian
Pinjaman

Loan
Kontraktor Pembayaran
agreement Pekerjaan

Pemerintah Kontraktor

Pembayaran
Pekerjaan
Pajak/Tarif/ Penyediaan
Aset / Jasa
Retribusi Aset/Jasa

Pengguna Aset / Jasa

55 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Bentuk Struktur Proyek Privat (Corporate Finance)

56 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Bentuk Struktur Proyek KPBU (Project Finance)

57 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


III. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PUPR DENGAN SKEMA KPBU
A. Dokumen Perencanaan
1. Arah Kebijakan KPBU

Melanjutkan reformasi strategis kelembagaan dan peraturan perundang-undangan pada sektor


dan lintas sektor yang mendorong pelaksanaan KPBU,

Mempersiapkan proyek KPBU secara matang sehingga dapat menekan biaya transaksi yang
tidak perlu, dan

Menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mendukung investasi dalam pembangunan dan


pengoperasian proyek KPBU, termasuk menyediakan dana pendukung di dalam APBN.

Penyediaan infrastruktur yang efektif, efisien, dan berkelanjutan merupakan salah satu faktor
pendorong pertumbuhan dan pemerataan perekonomian jika dilaksanakan melalui kompetisi
secara terbuka, adil, dan akuntabel. Untuk itu, pemerintah akan mengurangi perannya
sebagai penyedia keseluruhan layanan infrastruktur, yaitu menjadi sebagai fasilitator atau
enabler sarana dan prasarana yang sudah dapat dilakukan melalui peran serta masyarakat
(termasuk badan usaha swasta). Perubahan peran tersebut diwujudkan melalui perubahan
peraturan perundang-undangan, baik sektor maupun lintas sektor dengan membuka peluang
penyediaan infrastruktur melalui skema KPBU.

58 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Strategi KPBU
a. Membentuk jejaring dan meningkatkan kapasitas untuk mendorong perencanaan dan persiapan proyek
KPBU, melakukan promosi KPBU, peningkatan kapasitas dalam pengembangan, dan memantau pelaksanaan
KPBU;
b. membentuk fasilitas-fasilitas yang mendorong pelaksanaan proyek KPBU, seperti: fasilitasi dalam
penyediaan tanah dan pendanaan seperti infrastructure funds dan guarantee funds;
c. mendorong terbentuknya regulator ekonomi sektoral yang adil dalam mewakili kepentingan pemerintah,
badan usaha, dan konsumen;
d. memfasilitasi penyelesaian sengketa pelaksanaan proyek KPBU secara efisien dan mengikat
e. mempersiapkan proyek KPBU yang akan ditawarkan secara matang melalui proses perencanaan yang
transparan dan akuntabel;
f. memberi jaminan adanya sistem seleksi dan kompetisi yang adil, transparan, dan akuntabel;
g. meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana daerah melalui peningkatan pengeluaran pemerintah daerah
yang didukung oleh kerangka insentif yang lebih baik.

59 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Arah Kebijakan Pembiayaan Infrastruktur PUPR
Kebijakan pembiayaan dalam kerangka pendanaan pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan
pengembangan wilayah sebagai berikut:

Optimalisasi terhadap sumber-sumber


pembiayaan pembangunan infrastruktur PUPR
yang terpadu dengan pengembangan wilayah
yang sudah ada;

Pengembangan potensi baru


pembiayaan/investasi pembangunan
infrastruktur PUPR yang terpadu dengan
pengembangan wilayah seperti skema
Kerjasama Pemerintah Badan Usaha/Public
Private Partnership (KPBU/PPP) dan dsb.

4. Strategi, Program dan Kegiatan Renstra PUPR

• Infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat diperlukan dukungan kerangka pendanaan yang
maksimal.
• Perhitungan pendanaan memperhatikan antara lain:
1) Alokasi pendanaan Program adalah penjumlahan dari alokasi pendanaan kegiatan;
2) Alokasi pendanaan Kegiatan merupakan penjumlahan dari alokasi pendanaan Output; dan
3) Alokasi pendanaan Output merupakan hasil proyeksi berdasarkan volume target.

60 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


B. Urusan Pemerintah Bidang PUPR
1. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang PUPR (Dasar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014)
dengan Skema KPBU
DAERAH
BIDANG PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI
KABUPATEN/KOTA

pengelolaan Sumber Daya a. Pengelolaan SDA dan a. Pengelolaan SDA a. Pengelolaan SDA dan
Air (SDA) a.l. : bangunan pengaman pantai dan bangunan bangunan pengaman
• Saluran Pembawa Air pada wilayah sungai lintas pengaman pantai pantai pada wilayah
Baku; dan atau Daerah provinsi, wilayah pada wilayah sungai sungai dalam 1 (satu)
• Jaringan Irigasi dan sungai lintas negara, dan lintas Daerah Daerah
Prasarana Penampung wilayah sungai strategis kabupaten/kota. kabupaten/kota.
air beserta bangunan nasional. b. Pengembangan dan b. Pengembangan dan
pelengkapnya a.l.: b. Pengembangan dan pengelolaan sistem pengelolaan sistem
 Waduk, pengelolaan sistem irigasi irigasi primer dan irigasi primer dan
 Bendungan, dan primer dan sekunder pada sekunder pada sekunder pada daerah
 Bendung. daerah irigasi yang luasnya daerah irigasi yang irigasi yang luasnya
lebih dari 3000 ha, daerah luasnya 1000 ha - kurang dari 1000 ha
irigasi lintas Daerah provinsi, 3000 ha, dan daerah dalam 1 (satu) Daerah
daerah irigasi lintas negara, irigasi lintas Daerah kabupaten/kota.
dan daerah irigasi strategis kabupaten/kota.

Penyelenggaraan jalan • Penyelenggaraan jalan Penyelenggaraan jalan Penyelenggaraan jalan


(infrastruktur jalan) a.l.: secara umum & provinsi. Kabupaten/kota.
• Jalan arteri, jalan penyelenggaraan jalan
kolektor, dan jalan nasional.
lokal; • Penyelenggaraan jalan tol
• Jalan Tol
• Jembatan

61 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


DAERAH
BIDANG PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI
KABUPATEN/KOTA

Penyediaan perumahan a.l.: Penyediaan rumah bagi Penyediaan rumah Penyediaan rumah
• Perumahan Rakyat utk MBR; masyarakat berpenghasilan bagi masyarakat bagi masyarakat
• Rusun Sederhana Sewa rendah (MBR) termasuk terkena dampak terkena dampak
Rusun Sederhana Sewa bencana bencana

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Pengelolaan dan Pengelolaan dan Pengelolaan dan
a.l.: pengembangan SPAM pengembangan SPAM pengembangan
• Unit air baku lintas Provinsi, & SPAM lintas kabupaten/kota. SPAM dalam satu
• Unit Produksi untuk kepentingan strategis kabupaten/ kota
• Unit Distribusi nasional.

Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL): Pengelolaan dan Pengelolaan dan Pengelolaan dan
• Terpusat a.l.: unit pelayanan, pengembangan sistem pengembangan sistem pengembangan
pengumpulan, pengolahan, pengelolaan air limbah air limbah domestik sistem air limbah
pembuangan akhir, saluran domestik lintas Daerah regional (antar domestik dalam satu
pembuangan air dan sanitasi. provinsi, dan sistem kabupaten/kota). kabupaten/kota.
• Setempat a.l: unit pengolahan, pengelolaan air limbah
pengangkutan, pengolahan domestik untuk kepentingan
lumpur tinja, pembuangan akhir, strategis nasional.
saluran pembuangan air &
sanitasi.

62 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Lingkup KPBU Infrastruktur PUPR
Mengacu pada Pasal 3 Perpres No. 15 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
penyediaan infrastruktur sesuai dengan lingkup fungsi Kementerian Pekerjaan Umum meliputi:

Pengelolaan Sumber Daya Air;

Penyelenggaraan Jalan (Termasuk Jalan Tol);

Penyediaan Perumahan Dan Pengembangan Kawasan Permukiman;

Sistem Penyediaan Air Minum; dan

Sistem Pengelolaan Air Limbah dan Drainase Lingkungan Serta Persampahan.

63 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


IV. TANTANGAN DAN HAMBATAN ISU STRATEGIS DAN SOLUSI PELAKSANAAN
KPBU
A. Faktor Kunci Keberhasilan Skema KPBU

Investasi KPBU memerlukan suatu tahap kajian kelayakan yang harus dilakukan secara baik dan
benar. Keberhasilan penyerapan proyek-proyek infrastruktur yang ditawarkan sangat tergantung pada
berbagai faktor di setiap tahapan pelaksanaan proyek KPBU baik solicited maupun unsolicited.

Studi kelayakan proyek kerjasama yang dipersyaratkan dalam Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor
4 Tahun 2015 mencakup komponen kajian hukum, teknis, ekonomi dan keuangan, sosial dan
lingkungan, risiko, dukungan dan jaminan serta bentuk kerjasama proyek. Kajian ini dapat
dilaksanakan dengan melibatkan konsultan yang andal dan berpengalaman serta berkoordinasi
dengan seluruh stakeholder pada proyek tersebut sehingga mengahasilkan kajian studi kelayakan
yang menggambarkan secara jelas terhadap proyek kerjasama tersebut. Dalam hal, kajian studi
kelayakan menyatakan proyek tidak layak secara finansial maka perlu adanya dukungan pemerintah
baik secara fiskal maupun non fiskal.

64 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


B. Permasalahan Pelaksanaan KPBU

Penyiapan Proyek kurang memadai;

Kerangka kebijakan yang belum sinkron;

Investor (lokal) tidak memiliki kecukupan ekuitas;

Kurangnya pemahaman terhadap proses KPBU;

Beberapa aspek KPBU belum diatur;

Kurangnya dukungan dan jaminan Pemerintah.

65 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


C. Permasalahan dalam Pengembangan Proyek KPBU

Belum tersedianya dukungan dan jaminan pemerintah atau pemerintah daerah (direct dan
contingent). Dukungan dan jaminan tersebut sangat berpengaruh terhadap keinginan investor
berpartisipasi dalam transaksi KPBU di Indonesia.

Pada umumnya penanggung jawab kerjasama memiliki kapasitas kelembagaan dan kemampuan
yang kurang memadai dalam melaksanakan proyek KPBU, terutama dalam proses penyiapan dan
proses transaksinya.

Lambatnya proses pembebasan lahan. Pembebasan lahan juga merupakan salah satu faktor kritis
dalam implementasi proyek KPBU.

Masih terdapat tumpang tindih peraturan – baik itu secara sektoral, maupun lintas sektor, maupun
antara pusat dan daerah yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam pelaksanaan proyek
KPBU.

66 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


D. Hambatan Pelaksanaan KPBU di Indonesia
Penyiapan Proyek KPBU:
Jumlah dana masih terbatas; Konsep penyiapan proyek KPBU masih belum
dipahami dengan benar oleh PJPK;

Dukungan Pemerintah:
Dukungan Tanah dan Dukungan dalam Bentuk Fiskal termasuk sebagian
konstruksi;

Fasilitas Pembiayaan Proyek KPBU:


Terbatasnya fasilitas pembiayaan oleh PT Indonesia Infrastructure Finance dan
masih kurangnya minat pembiayaan oleh bank domestik;

Kelembagaan:
Ketidakpastian dalam menetapkan instansi PJPK yang diakibatkan oleh
kurangnya kapasitas instansi PJPK dan adanya perubahan peraturan;

Perizinan:
Tersebarnya proses perizinan di berbagai instansi dalam pengembangan dan
pelaksanaan proyek KPBU;

Kepastian Waktu:
Investor kerap merasakan proses pelaksanaan proyek selain harus melalui
banyak tahap juga tidak ada kepastian jangka waktu untuk memproses setiap
langkah pelaksanaan proyek KPBU.

67 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


E. Solusi Pelaksanaan KPBU

Isu-isu Tindakan yang diperlukan

▪ Proyek-proyek belum terstruktur ▪ Mengidentifikasi proyek-proyek prioritas yang memenuhi


Proyek-Proyek syarat untuk proyek PPP
dengan baik bagi para investor swasta
'investor-ready'
▪ Lemahnya komunikasi dengan investor ▪ Menentukan KPI untuk manajemen BUMN utama pada
potensial promosi PPP dan pengembangan proyek-proyek infrastruktur
▪ Proyek-proyek investor ready seringkali ▪ Mengembangkan pencapaian target profesional ke
dilaksanakan oleh K/L sendiri sumberdaya global pembiayaan institusional
▪ Ketidakjelasan status tanah ▪ Melibatkan sektor swasta dan pengalaman membentuk
kesepakatan dalam proses persiapan proyek PPP
▪ Mempercepat implementasi reformasi “land acquisition”
▪ Pemerintah Indonesia kurang berinvestasi
pada KPBU
Ke-ekonomi-an
▪ Subsidi menyimpangkan pasar dan
▪ Mengurangi biaya dengan mengefektifkan
Proyek yang mengurangi minat investasi
birokrasi proses persetujuan
Kurang Menarik ▪ Benchmark kontribusi Pemerintah Indonesia
▪ Akses investor yang kurang jelas kepada pada proyek-proyek PPP dengan yang terjadi
pembiayaan Guarantee Fund dan dukungan pada pemerintah negara-negara lain
untuk pembebasan lahan
▪ Memperoleh dukungan DPR untuk ketentuan
▪ Lemahnya keterkaitan proses penentuan penyesuaian tarif otomatis
tarif dengan biaya operasional proyek yang
aktual
▪ Menyederhanakan proses PPP dengan menunjuk satu
▪ Terlalu banyak pihak dengan tanggung-jawab lembaga sebagai pengelola para investor PPP
dan mandat yang tumpang tindih ▪ Memperjelas tanggung jawab dan kewenangan antar
▪ Tidak sinkron antara prioritas Pusat dan institusi dan antara pusat / daerah untuk proyek-proyek
Kelembagaan Daerah PPP
▪ Permasalahan transparansi dan ▪ Membentuk fungsi pengawasan untuk mengatasi
perlindungan hukum keterlambatan dalam proyek

Sumber: KADIN Roadmap; wawancara

68 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


V. TIPOLOGI PEMBIAYAAN, POLA PEMBIAYAAN, SKEMA DUKUNGAN DAN JAMINAN
KPBU BIDANG PUPR
A. Tipologi Pembiayaan Skema KPBU
1. Tipologi Pembiayaan KPBU Berdasarkan Kelayakan Finansialnya

KELAYAKAN
SUMBER PENDANAAN POLA KERJASAMA SKEMA PENDANAAN
PROYEK

PENGADAAN BARANG DAN JASA APBN


1. PMN
LAYAK SECARA BADAN USAHA 2. CADANGAN KAS & KAS
EKONOMI TETAPI OPERASIONAL
TIDAK LAYAK PENUGASAN BUMN 3. SURAT HUTANG &
SECARA OBLIGASI PERUSAHAAN
FINANSIAL 4. PINJAMAN LANGSUNG
BUMN/D
PEMERINTAH
PENGADAAN BADAN USAHA
AVAILABILITY PAYMENT
(PERPRES 38/2015)

1. VIABILITY GAP FUND


BADAN USAHA
(VGF)
LAYAK SECARA 2. SEBAGIAN KONSTRUKSI
EKONOMI DAN KPBU DENGAN DUKUNGAN 3. BENTUK LAINNYA
FINANSIAL BADAN PEMERINTAH SEPANJANG TIDAK
PEMERINTAH
MARJNINAL USAHA BERTENTANGAN
DENGAN ATURAN YANG
BERLAKU

LAYAK SECARA BADAN USAHA


EKONOMI DAN KPBU MURNI BADAN USAHA
BADAN USAHA
FINANSIAL

69 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


B. Pola Pembiayaan, Financial Close & Pengembalian Investasi
1. Pola Pembiayaan Proyek KPBU Solicited
RP Murni

APBN
TAHAPAN
KPBU PHLN
• Perencanaan
• Penyiapan Dibayar oleh
RETURNED FEE:
• Transaksi • Biaya penyiapan BUP
BADAN PENYIAPAN
• Manajemen • Biaya Transaksi
Perjanjian pemenang
• Konsultan (PT)
• Lembaga lelang
Keuangan (bagian dari
SUCCESS FEE
CAPEX)
PROYEK
KPBU
DUKUNGAN
(SOLICITED) PEMERINTAH RP
Untuk CAPEX Murni
• Pengadaan Tanah
• Sebagian
TAHAPAN Konstruksi
PHLN
KONSTRUKSI • VGF (Viability Gap
& OM Fund)
• CAPEX (Capital
Expenditure) DUKUNGAN PEMERINTAH
RP Murni
• OPEX untuk OPEX
(operational • Subsidi Operasional
Expenditure)
• Keuntungan
(profit) BADAN USAHA EQUITY
PELAKSANA PENGEMBALIAN
(BUP) INVESTASI:

Sumber : Olahan Penulis LOAN

70 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Pola Pembiayaan Proyek KPBU Unsolicited

HAK Pemrakarsa:
Penyiapan Proyek a.10 % bonus point,
berupa : BADAN USAHA b.Right to Match,
• Penyusunan PEMRAKARSA c. Pembelian prakarsa KPBU
Pra FS
oleh Pemerintah atau
• Penyusunan
FS pemenang lelang

• Review dan RP Murni


Evaluasi Pra
PROYEK KPBU FS dan FS
• Transaksi APBN
(UNSOLICITED)
• Manajemen
Perjanjian PHLN

TAHAPAN
KONSTRUKSI
& OM EQUITY
• CAPEX (Capital BADAN USAHA
Expenditure) Pengembalian
PELAKSANA
• OPEX (BUP) Investasi
(operational LOAN
Expenditure)
• Keuntungan
(profit)

Sumber : Olahan Penulis

71 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Perolehan Pembiayaan dan Skema Pengembalian Investasi

Perolehan Pembiayaan Pengembalian


(Financial Close) Investasi

• Perolehan pembiayaan paling lama dalam 12 bulan Tarif (user charge)


dan dapat diperpanjang dari waktu ke waktu dalam
hal kegagalan bukan karena kelalaian badan usaha
pelaksanan Bentuk lainnya, misal TOD atau pengelolaan kawasan
• Perolehan pembiayaan dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan tahapan proyek. Availability Payment
• Setiap perpanjangan waktu perolehan pembiayaan
diberikan paling lama 6 (enam) bulan
Performance Based Payment (User)

72 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


C. Skema Dukungan KPBU
1. Skema Dukungan Pemerintah Untuk Proyek KPBU

Viability Gap Fund (VGF)

Sebagian Konstruksi

Bentuk Lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku

Project Development facility (PDF)

Penjaminan Infrastruktur

73 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


VII. KERANGKA KELEMBAGAAN KPBU PUPR
A. Kelembagaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
1. Struktur Kelembagaan KPBU Tingkat Nasional

KPPIP
Kem. Kementerian sektor Kem.
BUMN Sekretariat KPPIP
(Kem. PU, Dalam Kementerian
Kemenhub, Kem. Kemenko Perekonomian,
Negeri Keuangan
ESDM, Bappenas
Kem. Kemenkominfo)
ATR/BPN

Simpul KPBU/P3 Nodes PPRF


Pusat KPBU/P3CU
identifikasi dan penyiapan proyek Menyusun
Analisa kebijakan, pengembangan,
Monitoring & kontrol kualitas: Usulan Kebijakan
perencanaan dan koordinasi,
-- Screening
Proyek pemantauan identifikasi proyek yg Dukungan
-- Uji tuntas Pemerintah
-- Dokumen tender KPBU membthkan dukungan pemerintah,
menyelesaikan permasalahan lintas
-- transaksi & paska proses transaksi
sektor

K/L BUMN PEMDA


Dukungan Fasilitas IIGF/ IIF/
Pengembangan Pengembangan Pengembangan
proyek terhadap Penyiapan PT.PII PT.SMI
proyek proyek
Pelaksanaan & Pelaksanaan & Pelaksanaan & Proyek Proyek Menilai dukungan Land
monitoring monitoring monitoring (PDF) pemerintah dan Fund, dll
mengelola dukungan
proyek proyek proyek
pemerintah
Badan Pemberi
Kontrak/GCA Fasilitas Proyek

82 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Peran dan Fungsi Unit Organisasi Kementerian PUPR dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan KPBU

Jalan & DAM, Saluran


Function Air Limbah Persampahan Air Bersih Perumahan
Jembatan Pembawa

Ditjen
Policy & Ditjen Cipta Ditjen Cipta Ditjen Bina Ditjen Sumber
Ditjen Cipta Karya Penyediaan
Strategy Karya Karya Marga Daya Air
Perumahan

PDAM/BUMN/ BPJT/Ditjen
KPBU Pemerintah Pemerintah Pemda/DJ Ditjen Sumber
Bina Marga/
Contracting Daerah Daerah BUMD Investasi Daya Air
Pemda

Ditjen Cipta Ditjen Cipta


Ditjen Cipta Karya Ditjen
Karya & Karya & Ditjen Bina Ditjen Sumber
Regulatory & Pemerintah Penyediaan
Pemerintah Pemerintah Marga Daya Air
Daerah Perumahan
Daerah Daerah

BUMD/Swasta/ BUMD/Swasta/ BUMD/Swasta/ BUMD/Swasta/ BUMD/Swasta BUMD/Swasta


Operations
Konsorsium Konsorsium Konsorsium Konsorsium /Konsorsium /Konsorsium

83 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


B. Organisasi Dalam Pelaksanaan KPBU

Koordinasi
Menteri/ Kepala Lembaga/
Pembentukan Kepala Daerah

PJPK

SIMPUL KPBU

PANITIA
TIM KPBU PENGADAAN

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Kepala BUMN/ BUMD


• Menteri/Kepala Lembaga adalah pimpinan kementerian/kepala lembaga atau pihak yang didelegasikan untuk bertindak
mewakili kementerian/lembaga berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang ruang lingkup, tugas, dan tanggung
jawabnya meliputi sektor infrastruktur.
• Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi, atau bupati/walikota bagi daerah kabupaten/kota atau pihak yang
didelegasikan berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk mewakili kepala daerah bersangkutan

84 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)

 PJPK merupakan Menteri/Kepala Lembaga/ Kepala Daerah dalam


rangka pelaksanaan KPBU.
 Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK dapat
mendelegasikan kewenangannya kepada pihak yang dapat
mewakili kementerian/ lembaga/ pemerintah daerah yang ruang
lingkup, tugas, dan tanggung jawabnya meliputi sektor infrastruktur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
 Direksi Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah

P J P K dapat bertindak sebagai PJPK sepanjang diatur dalam peraturan


perundang-undangan sektor.

2. Tugas dan Fungsi PJPK


Tugas & Fungsi PJPK:
• Menyusun anggaran untuk tahap pendahuluan, penyiapan, transaksi, &
implementasi
• Membentuk tim KPBU;
• Mengidentifikasi kebutuhan tanah dan aset untuk KPBU, serta menyiapkan
penetapan lokasi dan usulan pemanfaatan BMN/BMD
• Melaksanakan konsultasi publik dan penjajakan minat pasar
• Membentuk panitia lelang dan melaksanakan pengadaan BUP
• Melakukan penandatanganan kontrak dengan BUP terpilih
• Membentuk Simpul KPBU untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi
KPBU
PJ P K

85 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. PJPK Untuk Gabungan Infrastruktur

1. KPBU dapat merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis Infrastruktur.
2. Dalam hal gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis Infrastruktur yang melibatkan lebih dari 1 (satu) PJPK,
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki kewenangan terhadap masing-masing sektor
Infrastruktur yang akan dikerjasamakan, bertindak bersama-sama sebagai PJPK.
3. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki kewenangan menandatangani nota kesepahaman
yang memuat sekurang-kurangnya:
a) kesepakatan pihak yang menjadi koordinator PJPK;
b) kesepakatan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing PJPK, termasuk hak dan
kewajiban masing masing PJPK dalam perjanjian KPBU;
c) kesepakatan penganggaran dalam rangka tahap penyiapan dan tahap transaksi, termasuk manajemen
KPBU;
d) jangka waktu berlakunya nota kesepahaman; dan
e) jangka waktu pelaksanaan KPBU.
4. Koordinator PJPK bertindak sebagai pihak yang menandatangani perjanjian KPBU dengan Badan Usaha
Pelaksana mewakili PJPK sebagaimana diatur dalam nota kesepahaman.

86 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


4. Simpul KPBU

Dibentuk oleh
Dibentuk olehMenteri/Kepala
Menteri/Kepala Melekat pada unit kerja yang ada atau unit
Lembaga/Kepala
Lembaga/Kepala DaerahDaerah baru di K/L atau Pemda

SIMPUL
KPBU
Tugasnya melaksanakan:
melakukan perumusan kebijakan; sinkronisasi;
koordinasi; pengawasan & evaluasi thdp kegiatan
KPBU
Dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh:
1. TIM KPBU dalam melaksanakan
kegiatan tahapan penyiapan &
Transaksi
2. Panitia Pengadaan dalam
melaksanakan kegiatan pengadaan
Badan Penyiapan dan Badan Usaha
Pelaksana

87 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


5. Tim KPBU

Dibentuk oleh PJPK Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim KPBU berkoordinasi


dgn Simpul KPBU dan Panitia Pengadaan

TIM KPBU
Dalam melaksanakan penyiapan proyek dapat
dibantu oleh Badan Penyiapan atau Konsultan

Tim KPBU memiliki peran dan tanggung jawab untuk:


a) melakukan kegiatan tahap penyiapan KPBU meliputi, kajian awal Prastudi Kelayakan
dan kajian akhir Prastudi Kelayakan;
b) melakukan kegiatan tahap transaksi KPBU hingga tercapainya pemenuhan pembiayaan
(financial close), kecuali kegiatan
c) pengadaan Badan Usaha Pelaksana;
d) menyampaikan pelaporan kepada PJPK secara berkala melalui Simpul KPBU; dan
e) melakukan koordinasi dengan Simpul KPBU dalam pelaksanaan tugasnya.

88 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


6. Panitia Pengadaan

Dibentuk oleh PJPK Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim KPBU


berkoordinasi dgn Simpul KPBU dan Tim KPBU

PANITIA
PENGADAAN Dalam melaksanakan penyiapan proyek dapat
dibantu oleh Badan Penyiapan atau Konsultan

Panita Pengadaan mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mempersiapkan melaksanakan
proses Pengadaan Badan Usaha setelah menyelesaikan Dokumen Prastudi Kelayakan, mulai dari
proses prakualifikasi, pengadaan, penyiapan dan pemasukan penawaran, evaluasi dan penetapan
pemenang, serta finalisasi pengadaan dengan ditandatanganinya perjanjian KPBU.

Ketentuan Panitia Pengadaan:


1. Minimal 5 (lima) orang ,dapat ditambah sesuai kebutuhan;
2. Berasal dari personil instansi sendiri, instansi terkait dan dapat berasal dari personil Unit
Layanan Pengadaan (ULP) setempat;
3. Dalam hal direksi BUMN/BUMD sebagai PJPK, berasal dari personil BUMN/BUMD tersebut;
4. Panitia Pengadaan terdiri dari anggota yang memahami tentang: a) prosedur Pengadaan;
b) prosedur KPBU; c) ruang lingkup pekerjaan proyek kerjasama; d) hukum perjanjian dan
ketentuan perundang-undangan sektor bersangkutan; e) aspek teknis terkait dengan proyek
kerjasama; dan f) aspek bisnis dan finansial terkait dengan proyek kerjasama.
5. Dilarang memiliki hubungan afiliasi dengan anggota lainnya dan/atau dengan PJPK
dan/atau Peserta dalam Pengadaan Proyek KPBU yang sama; dan
6. Menandatangani Pakta Integritas.

89 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


7. Para Pihak KPBU Lainnya

No Lembaga Peran

1 Kementerian Sektoral Berperan dalam mengatur kebijakan di sektor, termasuk penyusunan rencana induk
nasional, dan penerbitan perizinan sesuai dengan kewenangannya.
2 Kementerian Perencanaan Berperan untuk melakukan penyusunan Daftar Rencana KPBU (screening) dan penilaian
Pembangunan Nasional/BAPPENAS (assesment) terhadap proyek-proyek berdasarkan dokumen pendukung. Selain itu, pada
tahap penyiapan dan transaksi, BAPPENAS berperan untuk mengawasi setiap proses
pada kedua tahap tersebut.
3 Kementerian Koordinator Bidang Kemenko Perekonomian melalui KPPIP memiliki peran dalam tahap perencanaan dalam
Perekonomian/Komite Percepatan kaitannya penetapan penyediaan infrastruktur berdasarkan penetapan daftar rencana
Penyediaan Infrastruktur (KPPIP) KPBU (PPP Book).
4 Kementerian Keuangan Memberikan dukungan pemerintah, serta memberikan fasilitas dalam rangka penyiapan
dan pelaksanaan transaksi KPBU.

5 Kementerian Agraria dan Tata Berperan dalam pelaksanaan proyek KPBU yang berkaitan dengan pertanahan.
Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(BPN)
6 Badan Koordinasi Penanaman Modal Penerbitan izin-izin yang terkait dengan proyek yang telah di delegasikan kepada BKPM.
(BKPM)
7 Lembaga Kebijakan Pengadaan Pelaksanaan pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU harus sesuai dengan peraturan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang dibentuk oleh LKPP.
8 Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur Badan Usaha yang dibentuk untuk memberikan Jaminan Pemerintah berupa Penjaminan
(BUPI) / PT Penjaminan Infrastruktur Infrastruktur kepada proyek KPBU.
Indonesia (PT PII)

90 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


VIII. TATA KELOLA PROGRAM KPBU BIDANG PUPR
(STUDI KASUS KEBERHASILAN DAN HAMBATAN)
A. Perencanaan Dan Penganggaran
1. Alur Perencanaan dan Penganggaran

91 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Bagan Alur Proses Perencanaan Identifikasi Proyek KPBU

Bappenas Kementerian
Sektor

Daftar Daftar Proyek Instansi


RPJP RPJM Nas Renstra K/L CAKUPAN
Panjang KPS Sub Sektor
Pemberi
(20 tahun) (5 tahun) (5 tahun) SUB
Proyek dari saringan
Kontrak
awal oleh AMK SEKTOR
Prasarana

Daftar Proyek Kementerian


KPBU Sektor dari Sektor & Simpul CAKUPAN
saringan sektor KPBU SEKTOR
oleh AMK

RKP Nas Renja K/L KPPIP &


(1 tahun) (1 tahun) Pusat KPBU

CAKUPAN
NASIONAL

APBN Nas APBN K/L Kemenkeu &


(1 tahun) (1 tahun) UPR

Daftar Proyek
Sektor Publik

92 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Proses Identifikasi Proyek KPBU pada Tingkat Nasional/Sektor

Daftar Proyek KPBU Persiapan Pelaksanaan &


Non Melaksanakan Kajian Pengadaan Badan Lingkup
Instansi KPBU Subsektor setelah
Kelayakan * Usaha
Pelaksanaan Pengelolaan
subsektor
melalui penyaringan Proyek KPBU Kontrak
Pemberi awal menggunakan
Kontrak AMK Prioritas
KPBU sektor Laporan Laporan
Prioritas KPS sub-sektor

Kementerian Non Daftar Proyek KPBU Sektor Kementerian


mengajukan proyek Lingkup
KPBU setelah melalui
Terkait & penyaringan lingkup sektor KPS sektor Sub
Simpul P3 menggunakan AMK Sektor
Laporan Laporan

Memerlukan
tambahan kajian Dukungan Lingkup
bagi kesiapan Daftar proyek KPBU pemerintah Nasional
KKPPI proyek nasional setelah tidak
melalui penyaringan diperlukan
& Pusat P3 lingkup nasional
menggunakan AMK
Laporan ke Dukungan
Kementerian Kementerian pemerintah Dukungan pemerintah
belum tersedia diperlukan
Keuangan & Kaji Ulang Anggaran
Unit Pengelola (pasca persetujuan
KPPIP/ Kemenkeu)
Risiko Dukungan
pemerintah
tersedia
Daftar Proyek
Sektor Publik
(APBN) Dukungan pemerintah
dianggap tidak cocok
untuk proyek KPBU ini

Catatan:

KPBU : Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha  rute utama;  rute pilihan
AMK : Analisa Multi Kriteria

Untuk proyek KPBU yang memerlukan dukungan pemerintah, harus dilakukan studi kelayakan penuh.

93 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


4. Proses Identifikasi Proyek KPBU pada Tingkat Daerah

Daftar Usulan Proyek Persiapan Pelaksanaan &


Pemegang Melaksanakan Kajian Pengadaan Badan Pelaksanaan Pengelolaan
KPBU Daerah per Kelayakan * Usaha
Kewenangan sektor Proyek KPBU Kontrak

LINGKUP DAERAH
(untuk melakukan
kontrak) Prioritas KPBU
Daerah
Laporan Laporan
Dukungan
Non pemerintah
KPBU Daftar proyek KPBU tidak
Daftar Proyek KPBU diperlukan
Pemerintah Daerah setelah
Daerah setelah melalui melalui penyaringan
Daerah & penyaringan awal
akhir dengan AMK
Simpul KPBU menggunakan AMK

Proyek KPBU Laporan untuk Laporan untuk


yg memerlukan Proyek dg dukungan Proyek dg dukungan
dukungan Pusat Pusat Pusat
Perlu tambahan
kajian bagi
KPPIP kesiapan proyek

LINGKUP NASIONAL
Penyaringan lingkup
& Pusat nasional
KPBU menggunakan AMK
Laporan ke Dukungan
Kepala Daerah pemerintah
Dukungan pemerintah
Kementerian belum tersedia
diperlukan
Keuangan & Kaji Ulang Anggaran
Unit Pengelola (pasca persetujuan
KPPIP)
Resiko Dukungan
pemerintah
tersedia
Daftar Proyek
Sektor Publik
(APBD) Dukungan pemerintah
dianggap tidak cocok
untuk proyek KPBU ini

Catatan:

KPBU : Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha  rute utama;  rute pilihan
AMK : Analisa Multi Kriteria

Untuk proyek KPBU yang memerlukan dukungan pemerintah, harus dilakukan studi kelayakan penuh.

94 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


B. Pemrakarsa Proyek KPBU
1. Solicited dan Unsolicited

SOLICITED PROJECT UNSOLICITED PROJECT

Prakarsa dari Pemerintah Prakarsa dari Badan Usaha

Penyiapan proyek dilakukan oleh Penyiapan proyek dilakukan oleh Badan


Pemerintah (Pra FS) Usaha (FS)

Dukungan Pemerintah (fiskal dan non


Dukungan Pemerintah non fiskal
fiskal)

Jaminan Pemerintah Jaminan Pemerintah

95 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama Solicited Project
Dilaksanakan Oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
Selaku PENANGGUNG JAWAB PROYEK KERJASAMA (PJPK)

Manajemen
Perencanaan Penyiapan Transaksi Proyek Pelaksanaan
Proyek Kerjasama Proyek Kerjasama Perjanjian
Kerjasama Kerjasama (MPPK)

Identifikasi Penetapan Penyiapan Penyiapan 1. Penyelesaian 1. Perencanaan Perencanaa Pelaksanaan


dan Prioritas Kajian Awal Kajian MPPK
PraStudi Kesiapan Kajian Akhir Pengadaan n MPPK:
Pemilihan Pra-SK (Final 2. Pelaksanaan •Pembentukan • Tahap Pra-
Dokumen Kelayakan
Studi Dokumen Business Pengadaan Unit Konstruksi
Pendahuluan Dokumen Penyiapan
Outline Proyek Case) 3. Penandatang Manajemen • Tahap
Business Kerjasama 2. Rancangan anan •Penyusunan Konstruksi
Case Rencana Perjanjian Rencana • Tahap
Pengadaan Kerjasama Kerja Operasi

Dokumen Dokumen
Prastudi Perjanjian
Kerjasama
Kelayakan
Dokumen
Perjanjian
Penjaminan
Dokumen
Perjanjian
Regress

96 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama Unsolicited Project
1
Badan Usaha Mengajukan Minat Membalas Surat Persetujuan 2  Tidak termasuk dalam rencana induk
Terhadap Usulan Proyek Membuat Dokumen Pra-FS pada sektor yang bersangkutan
 Kesesuaian lokasi proyek dengan
3 Rencana Tata Ruang Wilayah
Mereview Kesesuaian Kriteria
Mengajukan Dokumen Pra FS
Unsolicited dan Substansi 4  Terintegrasikan secara teknis dengan
Dokumen Pra-FS rencana induk pada sektor yang
bersangkutan
 Keterkaitan antar sektor infrastruktur dan
5 6 antar wilayah
Penyempurnaan Substansi Persetujuan Melanjutkan
Dokumen Pra FS Pembuatan Dokumen FS  Layak secara ekonomi dan finansial
 Tidak memerlukan Dukungan Pemerintah
7
yang berupa kontribusi fiskal dalam
8 bentuk finansial
Mengajukan Dokumen FS dan Evaluasi Terhadap Substansi
Kelengkapannya FS dan Kelengkapannya

9 10  Rencana bentuk kerjasama


 Rencana pembiayaan proyek dan
Menyempurnakan Dokumen FS Penetapan Sebagai Pemrakarsa
sumber dana
dan Kelengkapannya dan Penawaran Bentuk
 Rencana penawaran kerjasama
Kompensasi
mencakup jadwal, proses dan cara
penilaian
11
12 Legenda:
Pemilihan Bentuk Kompensasi Penetapan Nilai Kompensasi
PEMERINTAH

13 BADAN USAHA
Tender

Tim Independen

97 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


C. Tahapan Proyek KPBU
Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama:
TAHAP I: TAHAP II: TAHAP IV:
TAHAP III:
PERENCANAAN PROYEK PENYIAPAN MANAJEMEN PELAKSANAAN
TRANSAKSI PROYEK KERJASAMA
KERJASAMA PROYEK PROYEK KERJASAMA
KERJASAMA
Identifikasi Penetapan Kajian Kajian Penyelesaian • Rencana Pengadaan
dan Prioritas Awal Kesiapan Prastudi Badan Usaha
Prastudi Proyek • Pelaksanaan Perencanaan
Pemilihan Kelayakan Manajemen
Kelayakan Kerjasama Pengadaan BU Manajemen
Proyek Pelaksanaan
Proyek • Penyiapan Pelaksanaan
Kerjasama Perjanjian
Kerjasama Penandatanganan Perjanjian
Kerjasama
Perjanjian Kerjasama Kerjasama

Output:
Output Dokumen Perjanjian Output:
Output: Output: Dokumen Perolehan Output:
Daftar Prioritas Proyek Dokumen Penyiapan Prastudi Kerjasama Pembiayaan; Laporan Berkala
Dokumen Studi Proyek Kerjasama Kelayakan Dokumen Pejaminan & Kontrak EPC; Pelaksanaan
Pendahuluan Dokumen Regress Kontrak Manajemen PK
Operasi

Proses Permohonan Kebutuhan Konfirmasi/


Persetujuan
Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemberian Proses alokasi, pencairan,
Pemerintah Dukungan pengawasan & pemantauan
Pemerintah Pemberian Dukungan Pemerintah
dan/atau dan/atau pemantauan & evaluasi
pelaksanaan Perjanjian Penjaminan
Jaminan
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP / PJPK Pemerintah & Perjanjian Regress

PROSES PENGADAAN TANAH KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP/BU

PERAN SERTA INSTANSI / LEMBAGA

Penanggung Jawab PJPK, KPPIP, BKPM, BAPPENAS, PJPK, KPPIP, PPRF, PJPK, PPRF, BUPI, BKPM,
Proyek Kerjasama Kementerian Keuangan (PPRF), BUPI, BPN, BUPI, BKPM, BAPPENAS, KLH
(PJPK)/BAPPENAS KLH BAPPENAS, BPN
Konsultasi Publik: Konsultasi Publik: Konsultasi Publik:
Penyebarluasan Informasi Interaksi Konsultatif Penjajakan Minat Pasar

98 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


1. Tahap 1: Perencanaan Proyek Kerjasama

IDENTIFIKASI DAN PEMILIHAN PENETAPAN PRIORITAS DOKUMEN STUDI


PROYEK KERJASAMA PROYEK KERJASAMA PENDAHULUAN

1. Analisis Kebutuhan 1. Penyaringan menggunakan metode Analisis 1. Latar belakang Proyek Kerjasama
a. Termasuk dalam rencana dan Multi Kriteria: 2. Deskripsi Proyek Kerjasama, yang
program pembangunan Pemerintah a. kejelasan deskripsi Proyek Kerjasama;
mencakup sekurangnya landasan
b. Memiliki dasar pemikiran teknis & b. hambatan untuk memperoleh akses
ekonomi terhadap sumber daya utama bagi hukum, kondisi Proyek Kerjasama saat
c. mendapat dukungan dari pemangku pelaksanaan Proyek Kerjasama; ini, dan permasalahan, kebutuhan
kepentingan c. kejelasan hasil keluaran Proyek infrastruktur
2. Kriteria Kepatuhan : Kerjasama; 3. Manfaat Proyek Kerjasama,yang
a. Kesesuaian dengan RPJM d. dampak sosial dan lingkungan yang mencakup sekurangnya konsep Proyek
Nasional/ daerah & rencana mampu untuk dikelola dan dikendalikan; Kerjasama, potensi untiuk
strategis sektor infrastruktur e. potensi permintaan yang berkelanjutan;
dikerjasamakan, layak teknis, layak
b. Kesesuaian lokasi dengan RTRW f. potensi kemudahan pengadaan tanah
c. keterkaitan antar sektor infrastruktur dan pemukiman kembali; ekonomis, potensi dan hambatan
dan antar wilayah g. tingkat kemampuan pemerintah untuk lingkungan, hasil konsultasi publik,
3. Kriteria Faktor Penentu Manfaat Keterlibatan memberikan dukungan pemerintah; serta kebutuhan manajemen proyek
Swasta h. kesiapan aspek kelembagaan; dan 4. Lingkup pekerjaan dan metode
a. Investasi modal besar yang i. Proyek Kerjasama masuk dalam prioritas pemilihan pengadaan.
memerlukan pengelolaan resiko strategis dan/atau perencanaan 5. identifikasi perkiraan lokasi dan
b. Swasta memiliki keahlian dalam pemerintah.
kebutuhan luas tanah.
pelaksanaan yang dapat 2. Dari hasil evaluasi Dokumen Studi
memberikan nilai manfaat uang Pendahuluan, Proyek Kerjasama dinyatakan
c. Pelayanan yang memungkinkan tidak memenuhi persyaratan sebagai prioritas
diswastakan agar efektif, proyek yang akan dikerjasamakan apabila
pemerataan, dan akuntabilitas dpt tidak memenuhi ketentuan berdasarkan
terjamin selama periode proyek analisis kebutuhan, kriteria kepatuhan, kriteria
d. Teknologi dan aspek lain pada faktor penentu manfaat keterlibatan badan
sektor terkait relatif stabil dan tidak usaha serta mendapat skor yang rendah
rentan terhadap perubahan dalam penetapan prioritas yang dilakukan
e. Terdapat insentif yang kuat untuk melalui AMK.
sektor swasta 3. Proyek Kerjasama yang memenuhi
persyaratan sebagai prioritas proyek yang
akan dikerjasamakan dimasukkan dalam
Daftar Prioritas Proyek.

99 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Tahap 2: Penyiapan Proyek Kerjasama

PENYELESAIAN PRA-STUDI DOKUMEN PENYIAPAN


PENYIAPAN KESIAPAN
KELAYAKAN PROYEK KERJASAMA

1. Kajian Hukum & Kelembagaan 1. Kajian kesiapan dilakukan oleh PJPK. 1. Dokumen Penyiapan Proyek
a.Analisis Peraturan perundang undangan 2. Kajian Kesiapan sebagaimana dimaksud Kerjasama terdiri dari :
pada angka 1 dilakukan dengan a. Laporan Kajian Awal Prastudi
b.Analisis Kelembagaan
memerhatikan hal-hal sebagai berikut: Kelayakan; dan
2. Kajian Teknis a. persetujuan para pemegang kepentingan b. Laporan Kesiapan Proyek
a. Analisis Teknis mengenai konsep Proyek Kerjasama; Kerjasama.
b. Penyiapan Tapak b. permohonan untuk memperoleh 2. Dokumen Penyiapan Proyek
c. Rancang Bangun Awal persetujuan prinsip Dukungan Pemerintah Kerjasama sekurang-kurangnya
d. Lingkup Proyek Kerjasama dan/atau Jaminan Pemerintah, dalam hal menggambarkan mengenai:
e. Spesifikasi Keluaran diperlukan; a. Kelayakan proyek terkait dengan
c. Tim Pengelola Proyek Kerjasama telah analisa biaya dan risiko;
3. Kajian Kelayakan Proyek
dibentuk, disahkan dan berfungsi sesuai b. Kelayakan manfaat sosial,
a. Analisis Biaya dan Manfaat Sosial dengan peran dan tanggungjawab yang ketertarikan pasar;
b. Analisis Pasar telah ditentukan; dan c. Kebutuhan Dukungan dan/atau
c. Analisis Keuangan d. penyusunan rancangan anggaran serta Jaminan Pemerintah; dan
d. Analisis Risiko rencana jadwal pelaksanaan kesiapan d. Analisis mengenai dampak
4. Analisis Struktur Tarif tapak/tanah, pemukiman kembali, lingkungan dan sosial, serta
a. Kajian Lingkungan dan Sosial kepatuhan lingkungan hidup serta rencana pengadaan tanah dan
penyelesaian permasalahan hukum. program pemukiman kembali.
b. Kajian lingkungan hidup bagi Proyek yang
3. Dalam hal hasil Kajian Awal Prastudi
wajib AMDAL Kelayakan dan Kajian Kesiapan menyatakan
c. Kajian lingkungan hidup bagi Proyek wajib bahwa Proyek Kerjasama tersebut layak
UKL-UPL secara teknis, ekonomi dan finansial, maka
d. Analisis Sosial proyek tersebut dilanjutkan ke tahap
e. Rencana pengadaan tanah dan pemukiman Transaksi Proyek Kerjasama.
4. Dalam hal hasil Kajian Awal Prastudi
kembali
Kelayakan dan Kajian Kesiapan menyatakan
5. Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan bahwa Proyek Kerjasama tersebut tidak
Infrastruktur layak secara teknis, ekonomi dan finansial,
6. Kajian Kebutuhan Dukungan dan/atau Jaminan maka PJPK dapat mempertimbangkan
Pemerintah proyek tersebut sebagai non Proyek
Kerjasama.

100 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


3. Tahap 3: Transaksi Proyek Kerjasama
a. Tahap Transaksi Proyek Kerjasama

PENYELESAIAN PRA-STUDI DOKUMEN


PENGADAAN BADAN USAHA TRANSAKSI PROYEK
KELAYAKAN
KERJASAMA

1. Kajian Akhir Prastudi Kelayakan 1. Rencana Pengadaan Badan Usaha (BU) 1. Dokumen Pra-studi Kelayakan.
a. persetujuan pemegang kepentingan a. Pembentukan Panitia Pengadaan BU
mengenai Proyek Kerjasama; b. Penyusunan jadwal pengadaan BU 2. Dokumen Pelelangan Umum;
b. pemutakhiran dan konfirmasi Kajian c. Penjajakan Minat 3. Dokumen Perjanjian
Awal Prastudi Kelayakan; d. Perhitungan HPS Kerjasama;
c. konfirmasi kesiapan Proyek Kerjasama; e. Penyusunan Dokumen Perjanjian Kerjasama
d. konfirmasi mengenai ketertarikan pasar; f. Penyusunan Dokumen Pengadaan 4. Dokumen Perjanjian
e. penetapan struktur tarif; 2. Pelaksanaan Pengadaan BU Penjaminan; dan
f. konfirmasi mengenai ketersediaan a. Pengumuman Prakualifikasi dan pengadaan 5. Dokumen Perjanjian Regres.
anggaran untuk pengadaan tanah; dan b. Prakualifikasi
g. penetapan mekanisme pelaksanaan c. Penyusunan daftar peserta,penyampaian
Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan undangan & pengambilan dokumen
Pemerintah serta struktur pembiayaan. pengadaan
2. Penyiapan rencana Pengadaan Badan d. Penjelasan Pengadaan
Usaha e. Penyampaian Dokumen penawaran
a. Rancangan rencana pengadaan Badan f. Pembukaan Dokumen penawaran
Usaha g. Evaluasi Dokumen Penawaran dari BU
b. Rancangan Ketentuan Perjanjian h. Pembuatan Berita Acara hasil pengadaan.
Kerjasama (term sheets) i. Penetapan Pemenang
3. PJPK mengadakan penjajakan minat j. penetapan penawar tunggal
pasar untuk memperoleh masukan dan k. Pengumuman pemenang penetapan penawar
mengetahui minat para calon investor tunggal
terhadap Proyek Kerjasama yang akan l. Sanggahan Peserta
ditawarkan dan membuat daftar calon m. Penerbitan surat penetapan pemegang
investor yang diindikasikan berminat pada penetapan
Proyek Kerjasama. n. Penerbitan surat penetapan penawar tunggal
3. Penyiapan Penanda-tanganan Perjanjian
Kerjasama
a. Pembentukan BU
b. Penandatanganan Perjanjian Kerjasama

101 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


b. Kerangka Waktu Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU

Finalisasi dan
Evaluasi dan
Penyiapan Tandatangan
Pra-Kualifikasi Pelelangan Penetapan
Dokumen Lelang Perjanjian
(12 minggu) (16-20 minggu) Pemenang Lelang
(6 minggu) Kerjasama
(10 minggu)
(2 minggu)

Total = 30-50 Minggu

102 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


c. Negosiasi

Tujuan negosiasi adalah:


 Mengidentifikasikan rintangan yang dapat menghambat proyek;
 Mengidentifikasikan faktor-faktor yang berubah semenjak RFP
diterbitkan dan semenjak pelelangan dilakukan.
Beberapa isu kunci yang kemungkinan menjadi topik negosiasi
diantaranya:
 Tarif
 Lahan/tanah
 Masa konsesi
 Alokasi resiko
 Perhitungan biaya modal
 Klausul-klausul dalam perjanjian yang bersifat spesifik
 Aspek teknis
 Spesifikasi output

103 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


d. Manajemen Kontrak
Aspek-aspek penting dalam Manajemen Kontrak
Mengatur bagaimana pengelolaan proyek dan interaksi antara instansi
pemberi kontrak dan Badan Usaha pemegang konsesi selama masa konsesi.

Harus dipersiapkan dan disepakati sebelum perjanjian/kontrak KPBU


ditandatangani.

Memastikan kesesuaian dengan aturan yang berlaku (dalam hal ini Perpres
38/2015).

Memastikan penyediaan jasa/layanan berdasar kontrak (contracted services).

Berurusan dengan berbagai kinerja (performance variations).

Memastikan dan menangani Value for Money.

Menangani dan menyelesaikan perselisihan.

Memastikan pemindah-tanganan kepemilikan aset (jika ada).

Mengelola negosiasi kontrak (jika ada)

104 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


4. Tahap 4 : Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama (MPPK)
MANAJEMEN
PERENCANAAN MANAJEMEN
PELAKSANAAN PROYEK
PELAKSANAAN DOKUMEN/LAPORAN PELAKSANAAN
PROYEK PROYEK KERJASAMA
KERJASAMA
KERJASAMA

Dokumen-dokumen yang harus disampaikan oleh Badan Usaha kepada


1. Prakonstruksi, sejak PJPK:
1. Pembentukan unit manajemen 1. Pada masa pra konstruksi meliputi:
penanda tanganan perjanjian
pelaksanaan Perjanjian a. rencana terperinci pelaksanaan Proyek Kerjasama termasuk
s/d perolehan pembiayaan
Rancang Bangun Rinci (Detail Engineering Design);
Kerjasama. (financial close) b. seluruh salinan perjanjian yang telah ditandatangani oleh Badan
2. Penyusunan Rencana Kerja 2. Konstruksi, sejak dimulai Usaha dengan pihak ketiga meliputi perjanjian perancangan,
konstruksi s/d Perjanjian penyediaan dan pembangunan (engineering procurement
3. Penyusunan rencana Kerjasama beroperasi construction contract) atau perjanjian pengoperasian dan
Manajemen secara komersial pemeliharaan (operation and maintenance contract);
3. Operasi komersial, sejak c. laporan administrasi;
4. Persiapan peningkatan d. laporan kemajuan pekerjaan, terutama dalam kaitannya dengan
Perjanjian Kerjasama
kapasitas anggota Unit upaya Badan Usaha untuk mencapai perolehan pembiayaan
beroperasi komersial s/d (financial close); dan
Manajemen. berakhirnya jangka waktu e. persetujuan pemutakhiran Izin Lingkungan.
kerjasama 2. Pada masa konstruksi meliputi:
4. Berakhirnya Perjanjian a. laporan administrasi;
Kerjasama b. laporan kemajuan pekerjaan (laporan bulanan dan laporan tahunan
dan/atau laporan khusus);
c. laporan kinerja (laporan bulanan dan laporan tahunan dan/atau
laporan khusus); dan
d. laporan keuangan tahunan.
3. Pada masa operasi meliputi:
a. laporan administrasi;
b. laporan kinerja (laporan bulanan dan laporan tahunan dan/ atau
laporan khusus); dan
c. laporan keuangan tahunan.
4. Pada saat berakhirnya Perjanjian Kerjasama meliputi:
a. laporan keuangan tahunan terakhir;
b. laporan penilaian aset;
c. berita acara pemeriksaan aset; dan
d. berita acara pengalihan aset;

105 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


D. Bentuk Struktur Proyek KPBU
1. Struktur KPBU – Tipikal Model KPBU

Dukungan atas Pelayanan Umum

PEMERINTAH
• Menetapkan Persyaratan

Pengguna Jasa
Layanan (masyarakat) Pembayaran

Keahlian
(Desain, Konstruksi, KONSORSIUM SPC
Operasi dan Pemeliharaan) • Pembangunan fasilitas Ketrampilan
• Layanan pendukung

Pembiayaan Sumber Daya

106 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. Struktur KPBU – Tipikal Stakeholder KPBU untuk sektor Air di Indonesia

Pemerintah Pusat
(Cipta Karya)
(BPP SPAM)

Pemerintah
Kota/Kabupaten
Perjanjian
Recourse
Perjanjian KPBU

Pembeli dan
Perjanjian
Penjual
Guarantor / Bantuan Jaminan
Pemerintah SPV PDAM
(PII / RMU)

Perjanjian
Pemegang Perjanjian Kontrak EPC
Saham Jaminan
Kredit

Penyedia Ekuitas Pendanaan Kontraktor

107 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Dari struktur KPBU Tipikal Stakeholder KPBU untuk Sektor Air Minum di atas terdapat pembagian tanggung jawab masing-
masing stakeholder sebagai berikut:

Pemerintah
Pemerintah Pusat PDAM SPV PT PII
Kabupaten/Kota
• Kerangka • Memberikan • Peningkatan • Mendanai proyek • Memberikan
peraturan/kebijakan dukungan NRW • Membawa Garansi kepada
• Memberikan kebijakan/peraturan • Perluasan keahlian ke dalam investor
dukungan teknis (mencakup area implementasi proyek • Perjanjian
• Memonitor proyek layanan) area layanan • Operasi dan Resource dengan
• Memberikan • Kepastian tarif • Efisiensi biaya Pemeliharaan Pemerintah
dukungan • Perencanaan kota dalam operasi fasilitas Kota/Kabupaten
pendanaan (jika (industri) • Implementasi • Konstruksi • Memberikan
diperlukan) • Persetujuan anggaran jaringan distribusi • Perjanjian KPS dukungan
untuk akuisisi lahan • Akusisi lahan dengan Pemerintah dalam
• Perjanjian recourse bentuk Viability
• Pekerjaan Pemerintah
dengan PT PII Daerah Gap Fund
administratif
lainnya

108 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


E. Studi Kasus
1. KPBU SPAM Umbulan
Profil Umum dan Struktur Proyek:
KPBU SPAM Umbulan

1 Instansi PJPK Pemerintah Provinsi Jawa Timur


6 BOOSTER PUMP
1 Pemda Penerima Kab Pasuruan, Kota Pasuruan, Kab Sidoarjo, Kota
5 Air Surabaya, Kab Gresik

Peran Swasta Bangun Guna Serah (BOT) Sistem Penyediaan Air


1 Minum (sistem produksi, transmisi dan Meter Induk)
4 Umbulan.
1
Peran Pemerintah Pembangunan JDU dari Offtake ke Reservoir PDAM
13
2
1 Peran PDAM- Pembangunan dan pengelolaan Sistem Distribusi dari
11 PDAM Reservoir PDAM s.d. Sambungan Rumah
90
7
8 Nilai Capex Rp. 2,050 Triliun (penawaran BU)
6
5 Masa Konstruksi 2 tahun sejak Tgl Efektif

4 Masa Konsesi 25 tahun sejak COD


2 3
Tarif Air Minum Rp2.370/m3 (PPP Company-PDAB)
1 Curah Rp2.444/m3 (PDAB-PDAM)

VGF yang diajukan Rp 818,01 M (hasil Negosiasi)


SUMBER UMBULAN
IRR Proyek 12 %

109 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Struktur Proyek

PEMERINTAH
Cq. Menkeu. Cq. Men PU
Keterangan:
Dalam struktur proyek ini:
VGF DUKUNGAN PEMB. FISIK
1. Perjanjian Konsesi

Perjanjian mengatur hak & kewajiban


Perjanjian
Regres
PENYIAPAN PT PII Penjaminan PJPK dan Badan Usaha
PROYEK untuk BOT SPAM Umbulan
Perjanjian I Konsesi tidak termasuk jual beli
PKS antara PJPK dg Badan 2. Kewajiban pembayaran tarif
Usaha
diatur dalam Perjanjian Jual
Beli Air Minum antara PDAB

Kapitalisasi Perjanjian II Penyediaan dan Badan Usaha


Air Curah antara PDAB 3. Dalam Perjanjian KPS juga
dg Badan Usaha
diatur Jaminan PJPK
kepada Badan Usaha atas
gagal bayar PDAB

Perjanjian Jual Beli Air


Curah antara PDAB dan
PDAM
5 PDAM

110 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Milestones & Waktu Penyelesaian

Implementation
Transaction Stage**
Stage

Pemerintah Badan Usaha

Dok Lelang Final

Perjanjian KPBU
Dok Penawaran
Adendum Dok Lelang

Financial Close
Pemenang
Penetapan

Konstruksi
I-IV

Evaluasi
Pra Dok

COD
Ttd
Kualifi Lelang
kasi Awal
1on1 Meeting
dengan Peserta Lelang

Feb 30 Sep 25 Nov-Des 4 Feb Mei Des 2016- Juli


2011 Feb 2012 – Sep 2015
2012 2015 Nov 2015 2016 2016 2016 2019 2019
2015

PEMENANG LELANG:
KONSORSIUM PT MEDCO GAS INDONESIA – saat ini
PT BANGUN CIPTA KONTRAKTOR

Daftar Pendek Peserta Lelang:


1. Konsorsium Medco dan PT Bangun Cipta Kontraktor
2. Konsorsium Sound Global Ltd, China CAMC Engineering Limited, dan PT Manggala Purnama Sakti
3. Konsorsium PT Amerta Bumi Capital, PT Bakrieland Development Tbk, Beijing Enterprise Water Group Ltd.

*proses penyiapan proyek dilakukan paralel pada tahap transaksi


** PT SMI terlibat setelah PJPK menerbitkan dokumen prakualifikasi

111 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Pengelolaan Risiko dalam Proyek KPBU SPAM Umbulan

PJPK Perjanjian Kerjasama


5 (lima) Badan Usaha
Perjanjian Kerjasama (Pemprov
Bupati/Walikota KPBU
Daerah (PKD) Jatim)

Risiko
No Risiko Pemprov Mitigasi Alokasi Tata Cara Pengaturan dalam
Utama
Risiko Perjanjian
PJPK
Kuota permintaan air
1 minum curah tidak Denda ke Badan Usaha Salah satu komponen tarif dengan
terpenuhi Kuantitas
PJPK metode fixed cost (tidak
Air Baku
Kualitas air minum terpengaruh kuantitas)
2 curah di bawah Denda ke Badan Usaha
Kualitas Air Kompensasi atas biaya
Permenkes 492/2010 PJPK
Baku pengolahan tambahan/
Penerapan prinsip take or
Penyerapan PDAM di Formula tarif dengan Fixed Cost
3 pay ke PDAM (90%
bawah kuota Demand dan Variable Cost. Fixed cost
minimum charge) PJPK
Risk harus tetap dibayar walau
Dukungan Pemerintah penyerapan kurang.
PDAM telat atau tidak
4 Kab/Kota (sudah tertuang
bayar tarif
dalam PKD)
Risiko Utama Alokasi Tata Cara Pengaturan dalam
BU Risiko Perjanjian
Risiko Pemerintah Kab/Kota & PDAM: Risiko Badan Penalti/terminasi bila BU gagal
• Gagalnya Pembangunan & pengoperasian jaringan Pembiayaan Usaha mendapatkan pembiayaan
distribusi
• Tidak terserapnya air minum curah oleh masyarakat Risiko Badan
• PDAM gagal membayar tarif air minum curah sesuai Denda keterlambatan
Konstruksi Usaha
kuota dalam PKD (take or pay)
Badan
Risiko Operasi Denda kegagalan kinerja
Usaha

112 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Peran, Biaya, Manfaat Proyek KPBU SPAM Umbulan

Pemprov Badan Pemkab/ Pemerintah


Jatim & PDAB Usaha Pemkot & PDA Pusat
• Bertindak sebagai • Membangun dan • Membangun & mengelola • Dukungan Kemenkeu:
PJPK sesuai mengelola: jaringan distribusi 1. VGF
regulasi 1. Unit produksi • Menerima air dari PDAB 2. Penjaminan melalui PT
• Memberikan 2. Pipa transmisi dan menyalurkan ke PII
dukungan perizinan, •
Peran 3. 16 Titik Offtake masyarakat Dukungan PUPR:
pengadaan tanah, • Mendanai proyek. • Membayar tarif kepada 1. Pipa tapping & 16
konservasi wilayah • Mengembalikan PDAB reservoir
resapan fasilitas setelah 25 2. IPA Rejoso
• Menerima air dan tahun. 3. Ijin dan diskon sewa
membayar tarif ke lahan tol
BU & suplai air dan
• Penanaman Modal • Investasi Capex • Biaya pembangunan • VGF: Rp.818 miliar
PDAB • Cost of money jaringan distribusi • Biaya pembangunan pipa
• Pengadaan tanah • Biaya O & M • Biaya operasi & tapping & reservoir
Biaya • Biaya konservasi • Risiko-risiko pemeliharaan distribusi • Biaya pembangunan IPA
lingkungan (sospol, konstruksi, Rejoso
operasi)

Finansial: Finansial: Finansial Finansial:


• Potensi PAD • Potensi keuntungan • Potensi keuntungan • Tarif terjangkau ke
• Aset setelah 25 tahun Badan Usaha. PDAM & kontribusi PAD masyarakat
• Pendapatan pajak. Non Finansial: • Pendapatan pajak Non Finansial:
Non Finansial: - Non Finansial: • Program RPJMN 100%
Manfaat • Peningkatan cakupan • Peningkatan cakupan pelayanan air minum &
pelayanan, pelayanan, memiliki FS proyek strategis nasional
pertumbuhan ekonomi, DED & Business Plan, • Peningkatan cakupan
tenaga kerja, tenaga kerja, peningkatan pelayanan, pertumbuhan
penghematan biaya kesehatan masyarakat, ekonomi, tenaga kerja,
kesehatan, perbaikan perbaikan lingkungan. penghematan biaya
lingkungan. kesehatan, perbaikan
lingkungan.

113 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Stakeholders Mapping

Struktur Pembentuk Stakeholders Stakeholders


PJPK Penguat Struktur
Utama Demand Perizinan Lain

Pemprov Jatim : 1. Badan Pemerintah 1. Kementerian Keuangan: 1. 4 Operator Jalan 1. Bappenas


1. Champion: Usaha (PT Kab/Kota,  PDF Tol 2. LKPP
 Gubernur Jatim Meta Adhya DPRD, dan  VGF 2. Balai Jalan 3. BKPM
 Badan Tirta PDAM:  Dukungan Lain (DAK Kab Nasional 4. BPJT
Penanaman Umbulan) 1. Kab Pasuruan) 3. 5 Dinas Bina 5. Konsultan
Modal 2. Lenders Pasuruan 2. Kementerian PUPR: Marga Kab/Kota 6. Lembaga
 Dinas PU Cipta (IIF, SMI, 2. Kota  Kementerian Sektor 4. 4 Developer Int’l
Karya BNI) Pasuruan  Dukungan Pipa Offtake & Swasta 7. LSM
2. Pendukung: 3. Sponsor 3. Kab Sidoarjo Reservoir 5. Balai Besar 8. Universitas
 Biro Hukum (PT Medco 4. Kota  Dukungan Fasilitas untuk Wilayah Sungai 9. dsb
 Biro Administrasi Gas & PT Surabaya Sumber Air Cadangan Brantas
Pembangunan Bangun 5. Kab Gresik  Dukungan Perizinan di 6. BBWS
 Dinas Pengairan Cipta Jalan Tol & Jalan Nasional Bengawan Solo
 Biro Kontraktor) 3. PT PII: 7. BLH Kab
Perekonomian Penjaminan Inrastruktur Pasuruan
 BPKAD 4. Kemenko Perekonomian & 8. PTPN X & XI
 Bappeda KPPIP: Koordinasi 9. Ditjen
 UPT Pengadaan stakeholders & Perkeretaapian
Barang/Jasa debottlenecking 10. PT KA
 BLH 5. DPRD: 11. Kantor Tanah
 Asisten Persetujuan Kerjasama Kab Pasuruan
Gubernur 6. Kejaksaan Tinggi Jatim (untuk
 Protokoler Legal Opini Perjanjian Pengadaan
Gubernur Kerjasama Tanah
+ 13 instansi 6 institusi 15 instansi 6 instansi 22 instansi + 8 institusi

+ 80 instansi/institusi

114 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


2. KPBU Palapa Ring
Profil Umum dan Struktur Proyek
KPBU Palapa Ring
RINGKASAN EKONOMI DAN KEUANGAN

Estimasi Biaya Modal Paket Barat: USD 92.504.000 ≈ Rp 1,28 Triliun


Paket Tengah: USD 99.250.000 ≈ Rp 1,38 Triliun
Paket Timur: Rp 5.097.926.900.000,-
*keterangan: USD 1 ≈ Rp 13.800
Rencana Masa ± 18 bulan konstruksi dan 15 tahun masa operasi
Kerjasama untuk masing-masing paket
Target Post Tax - Paket Barat dan Tengah: 12,5% (DER 80:20,
WACC Equity Return 20%, Senior debt rate 14%)
- Paket Timur: 12,5% (DER 80:20, Equity
Return 25%, Senior debt rate 12,3%)

RASIONALITAS PROYEK STATUS PROYEK (PER 30 OKTOBER 2016)

Target nasional Proyek Nasional yang tercantum dalam Availability Persetujuan Prinsip dari Menteri Keuangan telah
RPJMN 2015-2019 Payment diperoleh tanggal 6 Oktober 2015
Kebutuhan Tulang punggung (backbone) sistem Penjaminan Persetujuan prinsip penjaminan dari PT PII telah
telekomunikasi telekomunikasi nasional diperoleh tanggal 20 November 2015 (Paket Barat dan
Peran serta
Tengah) dan 20 Mei 2016 (Paket Timur)
Daerah yang belum terjangkau merupakan
pemerintah daerah terpencil dengan kontur geografis yang Status - Paket Barat: Financial Close telah dipenuhi
sulit dan potensi pengguna yang relatif kecil Proyek pada tanggal 11 Agustus 2016
- Paket Tengah: Financial Close telah dipenuhi
pada tanggal 29 September 2016
STRUKTUR KERJA SAMA
- Paket Timur: Financial Close telah dipenuhi
pada tanggal 29 Maret 2017
PJPK Kementerian Komunikasi dan Informatika
Peran  Penyusunan desain teknis & pekerjaan
Swasta sipil ASPEK TEKNIS
 Penyediaan dan pengoperasian jaringan
tulang punggung Teknologi Jaringan serat optik atau microwave jika kondisi geografis tidak
 Pendanaan selama masa konsesi memungkinkan

115 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Skema Bisnis dan Struktur Kerjasama:
Proyek KPBU Palapa Ring

Existing Service Operator


Backbone Network BP3TI

Procured Last Mile


Backbone Network
Network Operator Lingkup Proyek yang
ditawarkan

Struktur Kerja Sama

Peran PJPK  Kementerian Komunikasi dan


Informatika (akan dialihkan ke BP3TI Perjanjian
menunggu pejabat BP3TI definitif) Regres
 PJPK berkewajiban melakukan
Perjanjian
pembayaran periodik (AP) kepada Ekuitas/
Penjaminan
Badan Usaha Pelaksana Sponsor
Peran Swasta  Penyusunan desain teknis & pekerjaan
sipil Kominfo Badan
 Penyediaan dan pengoperasian BP3TI Availability Usaha
jaringan tulang punggung Payment
 Pendanaan selama masa konsesi Layanan Kreditor
Access  Access Charge yang diterima dari Jaringan
Charge pengguna jaringan merupakan
pendapatan BP3TI dan tidak
Pengguna Jaringan
mempengaruhi jumlah AP.
 Demand Risk menjadi risiko yang Access Charge
ditanggung oleh PJPK.

116 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
Skema Ketersediaan Layanan

PJPK
a) Pembayaran dari Penanggung Jawab Proyek
Pembayaran Kerjasama (PJPK)/Pemilik Proyek atas
Tarif ketersediaan layanan kepada Badan Usaha
Availability Perjanjian
Payment Kerjasama b) Diberikan untuk proyek dimana:
 Badan Usaha tidak menerima pembayaran tarif
dari pengguna akhir.
 Output dari layanan mudah untuk didefinisikan
Badan Usaha Pengguna
atau dimonitor.
Akhir
 Permintaan/pendapatan sulit untuk diprediksi
Penyediaan dan sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi
Layanan
operasional.
 Kualitas layanan lebih penting dibanding
maksimalisasi pendapatan.
 Mendorong risiko permintaan ke publik
sehingga dapat menurunkan premi risiko cost of
Formula Availability Payment (AP) = capital dari Badan Usaha.
CAPEX + OPEX + MARJIN  Memberikan insentif kepada Badan Usaha
untuk melakukan efisiensi dalam konstruksi,
operasi dan pemeliharaan.
 Jika output dari layanan kurang dari yang
dipersyaratkan di dalam Perjanjian Kerjasama
maka akan dilakukan pengurangan nilai
Availability Payment yang dibayarkan.

117 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Avaibility Payment dalam Proyek KPBU Palapa Ring

Universal Service Obligation (USO) dan BP3TI Cap I

• Setiap penyelenggara jasa dan jaringan telekomunikasi


yang telah mendapatkan izin penyelenggaraan wajib
membayar Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal Cap II
(KPU/USO).
• Besaran Kontribusi KPU/USO dipungut sebesar 1,25% dari 5 tahun
Cap III
pendapatan kotor penyelenggaraan telekomunikasi (Permen
Kominfo No 45 Tahun 2012). Kontribusi KPU/USO
merupakan PNBP.
• Penggunaan Kontribusi KPU/USO adalah penyediaan
Infrastruktur Telekomunikasi Informatika dan Komunikasi Cara Perhitungan Avaibility Payment di Palapa Ring
(TIK) dan penyediaan Ekosistem TIK di wilayah pelayanan
AP Service Level Agreement = CCRP + OPEX
universal telekomunikasi dan informatika dan untuk
kelompok masyarakat dengan ketidakmampuan. (Permen  CCRP = (debt and interest payment) + equity repayment
Kominfo Nomor 25 tahun 2015)  CCRP = capital cost recovery payment
• Pengelolaan Kontribusi KPU/USO dan pelaksanaan  Opex = operation and maintenance cost (termasuk biaya jika
penggunaannya dikelola oleh BLU milik Kominfo yaitu terjadinya cable cut, dan besaran opex dilakukan annual
BP3TI. adjustment inflation)
• Keuntungan menggunakan BLU:  Metoda perhitungan AP Service Level Agreement belum termasuk Pajak
1. BLU memiliki fleksibilitas untuk mengelola Pertambahan Nilai (PPN)
organisasinya
2. Penganggaran multiyears
3. Dapat merekrut profesional ke dalam organisasi Ketentuan Pembayaran AP di Palapa Ring
4. Implementasi good corporate governance, termasuk
kontrol terhadap kualitas sistem organisasi • Pembayaran akan dilakukan setelah proyek selesai dibangun
dan siap beroperasi secara komersial
• Program yang telah dilaksanakan BP3TI dengan
• Pembayaran dilaksanakan setiap bulan dalam Rupiah
menggunakan Kontribusi KPU/USO: • Nilai pembayaran AP setiap bulan merupakan nilai AP tahunan
1. Pembangunan BTS di daerah terpencil, tertinggal dibagi 12
dan terluar • Pembayaran AP bulanan disesuaikan dengan aktual SLA pada
2. Penyiaran di daerah perbatasan setiap kota
3. Desa Broadband Terpadu • Walaupun mayoritas biaya dalam USD, perubahan atas kurs
4. Palapa Ring menjadi risiko yang perlu ditanggung/dimanage oleh Badan
Usaha Pelaksana

118 Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR


Referensi

Dikun, Suyono et al. (2010). Merancang Model Kerjasama Pemerintah dan Swasta Pada Pembiayaan Proyek Infrastruktur
Kereta Api , Laporan Akhir Hibah Strategis Nasional 2010

LKPP & MCAI. 2016. Basic Module: Capacity Building on Public Private Partnership. Indonesia

PPIAF. 2012. Publik-Private Infrastructure Advisory Facility (PPIAF). PPPs: An Introduction

UNESCAP. N.d. E-learning series: Module 1. PPP Concept, Benefits and Limitations. Thailand

Yescombe, E.R. (2007). Public-Private Partnerships: Principles of Policy and Finance. Butterworth-Heinemann, Oxford:
Elsevier Ltd.

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun
2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur. LKPP. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK. 08/2015 tentang Pembayaran
Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
Kementerian Keuangan. Jakarta

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan. Kementerian Perhubungan. Jakarta

119 Pedoman Prinsip Dasar Dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 83 Tahun 2010 tentang Panduan Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi. Kementerian Perhubungan.
Jakarta

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 90 Tahun 2010 tentang Pembentukan Simpul
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Kementerian Perhubungan. Kementerian Perhubungan. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur. Sekretariat Negara. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur. Sekretariat Negara. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Penyediaan Infrastruktur Sesuai Dengan Lingkup Fungsi Kementerian Pekerjaan Umum.
Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III 2015-2019, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Rencana Strategis Kementerian PUPR Tahun 2015-2019. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 19 tahun 2015
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa. Jakarta

120 Pedoman Prinsip Dasar Dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK. 08/2015 tentang Pembayaran
Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
Kementerian Keuangan. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional RI Nomor 4 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta

Republik Indonesia. 2015. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III 2015-2019. Sekretariat Negara. Jakarta

Republik Indonesia. 2014. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sekretariat Negara.
Jakarta

121 Pedoman Prinsip Dasar Dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR
Tim Penyusun

Anda mungkin juga menyukai