Anda di halaman 1dari 113

IAI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN BANGUNAN GEDUNG

STRATA 2
PERSETUJUAN BANGUNAN
GEDUNG (PBG), sebelumnya IMB

PERSYARATAN ,PELAKSANAAN
BANGUNAN GEDUNG

Marwan Massinai.ST.MSc.IAI

PADANG,19 JANUARI 2021


GAMBARAN UMUM DAN
PERATURAN TERKAIT
BANGUNAN GEDUNG
LATAR BELAKANG
BENCANA ALAM
1

2 KEKERINGAN
3 LETUSAN GUNUNG API.
BENCANA ALAM
4

5 PUTTING BELIUNG

6 KEBAKARAN HUTANG
BENCANA ALAM
7 GEMPA BUMI.
8 TANAH LONGSOR

GELOMBANG
9 PASANG/ABRASI
BENCANA ALAM
10 GEMPA BUMITSUNAMI
ANCAMAN BENCANA BANJIR

BAHAYA TINGGI
BAHAYA SEDANG
BAHAYA RENDAH
Sumber: Kementerian PU Pera

• 315 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari banjir di Indonesia


• Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi banjir 63,7 Juta jiwa.
BENCANA ALAM

2
BENCANA ALAM

3
Wilayah Indonesia Rawan dari Ancaman Erupsi Gunungapi

• Di Indonesia terdapat 127 gunungapi aktif (13% gunungapi di dunia)


• 75 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari erupsi gunungapi di
Indonesia
• 3,85 juta penduduk terpapar oleh bahaya sedang-tinggi dari erupsi gunungapi
Peta Bahaya Tsunami

Bahaya sangat tinggi


Bahaya tinggi Zona Subduksi

127 kabupaten/kota berada di zona bahaya sangat tinggi,tsunami > 5 meter; 3,2 juta jiwa
46 kabupaten/kota berada di zona bahaya tinggi , tsunami 3-5 meter; 758 ribu jiwa
12
26 kabupaten/kota berada di zona bahaya sedang , tsunami 1-3 meter; 109 ribu jiwa
Wilayah Indonesia Rawan Tsunami
(Bagaimana Mewujudkan Negara Maritim yang Rawan Tsunami?)

Antara 1629 sampai 2014 terdapat 173 kejadian tsunami besar dan kecil
BENCANA ALAM

7
Seismo-Tektonik Indonesia

Eurasian Plate Pacific Plate

Earthquake data: Engdahl 1964 - 2005


India-Australian Plate
Wilayah Indonesia rawan terhadap gempabumi, baik dari jalur subduksi
maupun sesar yang ada di daratan. Penataan ruang pada daerah rawan
gempa sangat berperan penting. Sebab bukan gempa yang menyebabkan
korban, tapi kualitas bangunan yang menyebabkan korban jiwa.
Bagaimana kita akan membangun negara dengan
wilayah yang rawan gempa seperti ini?

Lokasi gempa di Indonesia tahun 1973-2014


153 kabupaten/kota berada di zona bahaya tinggi; 60,9 juta jiwa
232 kabupaten/kota berada di zona bahaya sedang; 142,1 juta jiwa
ANCAMAN BENCANA LONGSOR

BAHAYA TINGGI
BAHAYA SEDANG
BAHAYA RENDAH

Sumber: Badan Geologi

274 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi


dari longsor di Indonesia
Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi longsor
40,9 Juta jiwa
ISU UTAMA
UU Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
Hal Hal yang berubah dalam termininology UU CIPTA KERJA sebagai
berikut:
1. Mengubah terminology PERSYARATAN menjadi STANDAR;
2. Menghapus PERSYARATAN ADMINISTRATIF;
3. Menghapus substansi utama/ruh UUBG;
a) Pasal 8 s/d Pasal 14;
b) Pasal 16 s/d Pasal 33; dan
c) Pasal 36.
4. Mengubah terminologi IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG (IMB) dengan
PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG (PBG);
5. Mengubah terminologi PERTIMBANGAN TEKNIS dengan KONSULTASI;
6. Akibat #1 s/d #5 PPBG (1), Perpres (1) dan 22 Permen PU(PR), SE (2) turunan UUBG TIDAK
BERLAKU; dan

7. Memerlukan PENGATURAN OPERASIONAL (baru).


SUBSTANSI PERUBAHAN
UU no.28 Tahun 2002 beserta turunannya UU no.11 Tahun 2020 dan RPP nya

Persyaratan Teknis Standar Teknis (diatur lebih rinci dalam PP)


Persyaratan Administratif Dihapus (diatur pada sektor lain)
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)
Penerbitan IMB melalui pengesahan rencana teknis dengan Penerbitan PBG diawali dengan konsultasi dengan pertimbangan
pertimbangan Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) Tim Profesi Ahli (TPA)

Kewajiban penggunaan SIMBG diatur melalui Permen PUPR Kewajiban Penerbitan PBG melalui sistem elektronik (SIMBG)
dengan standar pelayanan yang sama dan terkontrol oleh
Pemerintah Pusat

Penyelenggaraan operasional diatur lebih lanjut melalui Perda Penyelenggaraan operasional oleh Pemda sesuai NSPK
Bangunan Gedung Pemerintah Pusat (tidak lagi diamanatkan adanya Perda)

Pengaturan lebih lanjut diamanatkan ke dalam PP, Perpres, Pengaturan lebih lanjut hanya diamanatkan ke dalam PP
Permen, dan SE. (substansi teknis dari Perpres, Permen, dan SE yang eksisting
sudah diakomodir)

Tidak ada pengaturan t Penguatan peran Pemerintah Daerah dalam pengawasan


erkait inspeksi melalui inspeksi penyelenggaraan bangunan gedung di
MUATAN SUBSTANSI
RPP Bangunan Gedung disusun berlandaskan amanat dari UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja dalam hal mengatur Bangunan Gedung berusaha dan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung dalam hal mengatur Bangunan Gedung selain untuk berusaha.
RPP BG ini terdiri dari 6 Bab dan 332 Pasal dengan muatan substansi adalah sebagai berikut:
• Fungsi dan Klasifikasi
Mengatur tentang ketentuntuan peruntukan suatu bangunan gedung menurut fungsi dan
klasifikasinya.
• Standar teknis BG
Mengatur tentang ketentuan standar teknis BG dalam setiap tahapan penyelenggaraan, mulai
dari perencanaan dan perancangan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, pelestarian BGCB,
pembongkaran, termasuk ketentuan mengenai BG fungsi khusus, BG milik Negara, BGH.
• Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Mengatur tentang ketentuan dalam setiap tahap penyelenggaraan bangunan gedung mulai dari
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan hingga pembongkaran termasuk
mekanisme penerbitan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan
Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung (SBKBG) yang dilakukan secara daring melalui
SIMBG.
• Sanksi Administratif
INOVASI PENGATURAN DALAM MEMBERIKAN
KEMUDAHAN DAN KEPASTIAN HUKUM
1 2 3 4
Standar teknis IMB dihapus dan PBG, SLF, SBGKBG SIMBG merupakan
diganti menjadi diterbitkan oleh aplikasi berbasis web
diatur secara Pemerintah Daerah
PBG yang untuk melayani
rinci guna diterbitkan oleh melalui SIMBG yang masyarakat sebagai
menjamin Pemerintah diselenggarakan oleh perwujudan layanan
keselamatan, Kabupaten/ Kota Pemerintah Pusat, SIMB pemerintah yang
dengan mengacu ini menjamin keseragaman beradaptasi dengan
kesehatan, pelayanan dan standardisasi
pada Norma, industri 4.0
kenyamanan Stadar, Pedoman
penerapan teknis di seluruh (simbg.pu.go.id), serta
dan kemudahan Indonesia. Untuk BG Fungsi terintegrasi dengan sistem
dan Kriteria dari Khusus akan diterbitkan oleh
bagi masyarakat Pemerintah Pusat pemerintahan lain seperti
Pemerintah Pusat OSS
.
INOVASI PENGATURAN DALAM MEMBERIKAN
KEMUDAHAN DAN KEPASTIAN HUKUM
5 6 7 8
UNTUK PENERBITAN PBG DALAM MENJAMIN
BANGUNAN
SELAIN dilakukan dalam 2 (dua)
kepastian pemenuhan
hari kerja sepanjang
gedung baru SLF, pemohon telah memiliki
standar teknis,
yang dilayani Pemerintah melakukan
melalui SIMBG,
penerbitan pernyataan pemenuhan
inspeksi dalam setiap
standar teknis.
maka SLF dan SBKBG juga Masyarakat juga dapat tahap pembangunan
SBKBG akan berkonsultasi teknis BG, mulai dari
diterbitkan diterbitkan dalam penyusunan pekerjaan struktur
dokumen teknis dengan
secara secara atas, basemen (bila
bersamaan Tim Profesi Ahli ada), strukur atas, dan
secara otomatis. gratis mekanikal elektrikal
Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan Bangunan Gedung Kepentingan
Umum dengan Kepentingan Umum dengan Prosedur Normal
Prosedur Normal
Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Kepentingan Umum dengan Prosedur Normal
Ketentuan Dokumen
1. Data umum
• Informasi KTP/KITAS* • Dokumen lingkungan sesuai peraturan
• Informasi KRK* perundangan (AMDAL, UKL/UPL, SPPL)*
• Surat Perjanjian pemanfaatan tanah antara • Data Penyedia Jasa Perencana Konstruksi
pemilik tanah dan Pemilik Bangunan Gedung (disertai data arsitek berlisensi dan data tenaga ahli
(bila pemilik tanah bukan pemilik Bangunan bersertifikat)
Gedung) • Surat kerukunan umat beragama (SKUB) dan
• Surat Kuasa bila Pemohon bukan Pemilik surat keterangan dari Kantor Wilayah
Bangunan Gedung** Kementerian Agama (untuk fungsi keagamaan)
• Surat Persetujuan membangun dari bank • Gambar Batas tanah yang dikuasai
(disertai pernyataan bahwa tanah tidak sedang • Gambar dan/atau Uraian Kontur Tanah (bila
diagunkan bila ada) kemiringan tanah lebih dari 30%)
• Fatwa waris/akta waris dari notaris (dibuktikan • Hasil Penyelidikan Tanah (Bila Bangunan
dengan Fatwa waris/akta waris dari notaris bila ada) Gedung lebih dari 2 Lantai)
• Ketentuan Keselamatan Operasi Penerbangan • Gambar dan Uraian Bangunan Gedung
(KKOP)** terbangun pada area/persil secara sederhana
• Surat Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (Bila ada Bangunan Gedung pada area/persil yang
• ** (SIPPT)** akan dibangun)
* Untuk bangunan gedung berusaha, informasi terkait diperoleh secara otomatis dari integrasi sistem pemerintahan
** Bila diperlukan
Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Kepentingan Umum dengan Prosedur Normal
Ketentuan Dokumen
2. Data Teknis Arsitektur 3. Data Teknis Struktur

• Konsep Rancangan Arsitektur • Perhitungan Teknis dan Gambar Rencana


• Gambar Situasi, Rencana Tapak, Denah, Pondasi, Kolom, Balok, dan Rangka Atap &
Potongan, dan Tampak Bangunan Gedung Penutup
• Gambar Rencana Tata Ruang Dalam dan • Gambar Detail Struktur
Tata Ruang Luar • Spesifikasi Teknis meliputi spesifikasi umum
• Gambar Rencana Detail Arsitektur dan/atau dan spesifikasi khusus
detail tipikal
• Surat Persetujuan membangun dari bank
(disertai pernyataan bahwa tanah tidak sedang
diagunkan bila ada)
• Spesifikasi teknis, meliputi spesifikasi
umum dan spesifikasi khusus
• Rekomendasi peil banjir (bila perlu)
Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Kepentingan Umum dengan Prosedur Normal
Ketentuan Dokumen
4. Data Mekanikal Elektrikal dan Plambing (MEP)
• Perhitungan teknis dan Gambar rencana sistem • Perhitungan Teknis dan Gambar rencana
Transportasi Vertikal dan/atau Horizontal* sistem Penghawaan/Ventilasi alami dan buatan.
• Perhitungan tingkat kebisingan dan getaran • Spesifikasi Teknis komponen MEP
yang berdampak pada lingkungan sekitar* • Perhitungan dan rencana pengelolaan tapak
• Perhitungan teknis dan Gambar jaringan listrik • Perhitungan dan rencana teknis pencapaian
(terdiri dari gambar sumber, jaringan, dan efisiensi energi**
pencahayaan) • Perhitungan dan rencana teknis pencapaian
• Perhitungan Teknis dan Gambar rencana sistem efisiensi air**
Penangkal/Proteksi Petir* • Perhitungan dan rencana teknis pengelolaan
• Perhitungan Teknis dan Gambar rencana sistem sampah**
Komunikasi Internal & External* • Perhitungan dan rencana teknis pengelolaan air
• Perhitungan Teknis dan Gambar Rencana limbah**
Sistem Sanitasi (Terdiri Pengelolaan Air Bersih, Air • Perhitungan dan rencana reduksi emisi
Limbah, Air Hujan, Drainase, Persampahan, dan karbon**
Penanganan limbah B3*) • Perhitungan teknis sumber daya lainnya dan
• Perhitungan Teknis dan Gambar Rencana perkiraan siklus hidup BGH**
Sistem Proteksi Kebakaran (yang disesuaikan • Dokumen Evaluasi Kinerja BGH tahap
dengan tingkat resiko kebakaran.) perencanaan**
* Bila dokumen ada • Data Tenaga Ahli Bangunan Gedung Hijau
** Berlaku untuk bangunan yang diwajibkan menjadi BGH bersertifikat**
BANGUNAN GEDUNG
adalah wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian
atau seluruhnya berada di
atas dan/ atau di dalam
tanah dan/ atau air, yang
berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik
untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial,
DIDALAM TANAH
budaya, maupun kegiatan khusus
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA YANG BERKAITAN
DENGAN BANGUNAN GEDUNG

UNDANG-UNDANG NOMOR 26
1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN
RUANG
UNDANG-UNDANG NOMOR 32
2 TAHUN 2009 TENTANG
PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

3 UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002
TENTANG BANGUNAN GEDUNG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA YANG BERKAITAN
DENGAN BANGUNAN GEDUNG
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN
4 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN


5 2017 TENTANG ARSITEK

UNDANG-UNDANG NOMOR 1
6 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN
DAN KAWASAN PERMUKIMAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA YANG BERKAITAN
DENGAN BANGUNAN GEDUNG
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014
7 tentang Kelautan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5603)

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik
8 Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Alur Penyelenggaraan Bangunan Gedung Tertentu
surat bukti
kepemilikan
bangunan gedung
Dikeluarkan
7 PERIZINAN/
PENDATAAN / norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat melalui sistem elektronik
bersamaan Penyelenggaraan PENDAFTARAN
Bangunan Gedung OSS
1 RTRW
PROFESI AHLI PA
PA
PENGKAJI TEKNIS PENGKAJI TEKNIS PA

KAB/KOTA
Persetujuan
, RDTRKP SLF SLFn KT RTB

8
Bangunan

2 LINGKUNG PERENCANAA
Gedung

PELAKSANAAN
PEMANFAATA PEMBONGKARA
AN N N N

3 PEMBANGUNAN KI

4 PELESTARIAN PA

5 PENYEDIA JASA
6
mendapatkan
KETERANGAN :

pernyataan pemenuhan standar teknis bangunan gedung dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya berdasarkan norma, standar, prosedur
1
UNDANG-UNDANG
NOMOR 26 TAHUN 2007
TENTANG PENATAAN
RUANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA

1 UNDANG-UNDANG NOMOR
PENATAAN RUANG
26 TAHUN 2007 TENTANG

RUANG adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang
Struktur ruang adalah susunan pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana sarana yang berfungsi sebagai pendukug kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan
. ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budi daya
UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN
1 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
TATA RUANG ADALAH WUJUD STRUKTUR RUANG DAN POLA RUANG

STRUKTUR RUANG
RUANG adalah wadah yang adalah susunan pusat POLA RUANG adalah
meliputi ruang darat, ruang permukiman dan sistem
laut, dan ruang udara, distribusi peruntukan ruang
jaringan prasarana sarana dalam suatu wilayah yang
termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, yang berfungsi sebagai
pendukug kegiatan sosial
meliputi peruntukan ruang
tempat manusia dan makhluk
lain hidup, melakukan ekonomi masyarakat yang untuk fungsi lindung dan
kegiatan, dan memelihara secara hierarki memiliki peruntukan ruang untuk
kelangsungan hidupnya hubungan fungsional fungsi budi daya
UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN
1 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PASAL 14
Ayat 2 Rencana umum tata ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat 1)
huruf a secara hirarki terdiri atas

a. Rencana tata ruang wilayah 3). Rencana tata ruang


AYAT 1) wilayah Nasional
Nasiona
Perencanaan Ruang a.Rencana tata ruang
dilakukan untuk tata : b. Rencana tata Ruang Wilayah
pulau/kepulauan dan
a. Rencana umum tata
Provinsil
ruang,dan c. Rencana tata Ruang Wilayah b. Rencana tata ruang
kawasan strategis nasional
b. Rencana rinci tata Kabupaten dan
ruang
c. Rencana detail tata ruang
Kabupaten/kota
Jenis Produk Perencanaan Tata Ruang sesuai
UU No. 26 Th. 2007 ttg Penataan Ruang

3. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional;

1. Rencana Tata Ruang Wilayah


Nasional

2. Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan

4. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; Dan/Atau

5. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupatenlkota


Rencana Detail Tata Ruang
OBYEK PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
FUNGSI BANGUNAN DISESUAIKAN DGN RDTR/RTRW
UNDANG-UNDANG NOMOR
32 TAHUN 2009 TENTANG
PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
UNDANG-UNDANG NOMOR LINGKUNGAN HIDUP ADALAH
32 TAHUN 2009 TENTANG KESATUAN RUANG DENGAN SEMUA
PERLINDUNGAN DAN BENDA, DAYA, KEADAAN, DAN MAKHLUK
PENGELOLAAN HIDUP, TERMASUK MANUSIA DAN
PERILAKUNYA, YANG MEMPENGARUHI
LINGKUNGAN HIDUP
ALAM ITU SENDIRI, KELANGSUNGAN
PERIKEHIDUPAN, DAN KESEJAHTERAAN
MANUSIA SERTA MAKHLUK HIDUP LAIN.
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP ADALAH UPAYA
SISTEMATIS DAN TERPADU YANG
DILAKUKAN UNTUK MELESTARIKAN
FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP DAN
MENCEGAH TERJADINYA
PENCEMARAN DAN/ ATAU KERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP YANG MELIPUTI
PERENCANAAN, PEMANFAATAN,
PENGENDALIAN, PEMELIHARAAN,
PENGAWASAN, DAN PENEGAKAN HUKUM.
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS YANG

RPPLH
SELANJUTNYA DISINGKAT
KLHS ADALAH
RANGKAIAN ANALISIS YANG
SISTEMATIS, MENYELURUH,
DAN PARTISIPATIF UNTUK
MEMASTIKAN BAHWA
RENCANA PERLINDUNGAN DAN PRINSIP PEMBANGUNAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BERKELANJUTAN TELAH
YANG SELANJUTNYA DISINGKAT RPPLH MENJADI DASAR DAN
ADALAH PERENCANAAN TERTULIS YANG TERINTEGRASI DALAM
MEMUAT POTENSI, MASALAH PEMBANGUNAN SUATU
LINGKUNGAN HIDUP, SERTA UPAYA
WILAYAH DAN/ATAU
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAANNYA
DALAM KURUN WAKTU TERTENTU.
KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/
ATAU PROGRAM.
ANALISIS MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN HIDUP YANG
SELANJUTNYA DISEBUT AMDAL
ADALAH KAJIAN MENGENAI
DAMPAK PENTING PADA
LINGKUNGAN HIDUP DARI SUATU

AMDAL USAHA DAN/ ATAU KEGIATAN


YANG DIRENCANAKAN, UNTUK
DIGUNAKAN SEBAGAI PRASYARAT
PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENTANG
PENYELENGGARAAN USAHA DAN/ ATAU
KEGIATAN SERTA TERMUAT
DALAM PERIZINAN BERUSAHA,
ATAU PERSETUJUAN PEMERINTAH
PUSAT ATAU PEMERINTAH
DAERAH.
UPAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN
HIDUP YANG SELANJUTNYA
DISEBUT UKL-UPL ADALAH
RANGKAIAN PROSES
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP YANG
DITUANGKAN DALAM BENTUK
UKL-
STANDAR UNTUK DIGUNAKAN
SEBAGAI PRASYARAT
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SERTA TERMUAT DALAM
UPL
PERIZINAN BERUSAHA, ATAU
PERSETUJUAN PEMERINTAH PUSAT
ATAU PEMERINTAH DAERAH
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak Usaha dan/atau
berdampak penting terhadap Lingkungan Hidup wajib kegiatan yang tidak
memenuhi standar UKL-UPL. wajib dilengkapi UKL-
(2) Pemenuhan standar UKL-UPL sebagaimana UPL sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) dinyatakan dalam dimaksud dalam Pasal
34 ayat (4) wajib
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
membuat surat
(3) Berdasarkan Pernyataan Kesanggupan pernyataan
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud kesanggupan
pada ayat (2), Pemerintah Pusat atau Pemerintah pengelolaan dan
Daerah menerbitkan Perizinan Berusaha, atau pemantauan lingkungan
persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. hidup yang
diintegrasikan ke dalam
(4) Pemerintah Pusat menetapkan jenis usaha dan/atau Nomor Induk Berusaha.
kegiatan yang wajib dilengkapi UKL-UPL. terhadap kegiatan
yang termasuk dalam
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kategori
UKL-UPL diatur dalam Peraturan Pemerintah berisiko rendah.
Pasal 37
Perizinan Berusaha dapat dibatalkan apabila:
a. persyaratan yang diajukan dalam
permohonan Perizinan Berusaha
mengandung cacat hukum, kekeliruan,
penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/
atau pemalsuan data, dokumen, dan/
atau informasi;
b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat
sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup; atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam
dokumen Amdal atau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha
dan/ atau kegiatan.
UNDANG – UNDANG
NO 28 TAHUN 2002
TTG BANGUNAN
GEDUNG
UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN
2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR Undang-Undang


Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA

BANGUNAN GEDUNG
adalah wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan ternpat
kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas
dan/ atau di dalam tanah
dan/ atau air, yang berfungsi
sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau
DIDALAM TANAH tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus
PENYELENGGARAAN
BANGUNAN gedung adalah 1 PERENCANAAN TEKNIS
kegiatan pembangunan yang
meliputi perencanaan teknis dan
pelaksanaan konstruksi, serta
kegiatan pemanfaatan, pelestarian, 2 PELAKSANAAN KONSTRUKSI

dan pembongkaran

3 PEMANFAATAN

5 PEMBONGKARAN 4 PELESTARIAN
PERENCANAAN PELESTARIAN
TEKNIS

PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
PEMBONGKARAN

PEMANFAATAN
PENGATURAN BANGUNAN GEDUNG
BERTUJUAN UNTUK :
1. mewujudkan bangunan gedung yang
fungsional dan sesuai dengan tata
bangunan gedung yang serasi dan
selaras dengan lingkungannya;
2. mewujudkan tertib penyelenggaraan
bangunan gedung yang menjamin
keandalan teknis bangunan gedung dari
segi keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan;
3. mewujudkan kepastian hukum dalam
penyelenggaraan bangunan gedung
(1) Dokumen rencana teknis diajukan kepada Pemerintah Daerah
kabupaten/kota untuk memperoleh PBG sebelum
pelaksanaan konstruksi.
(2) Dalam hal BGFK, dokumen rencana teknis diajukan kepada
Menteri.
(3) PBG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
membangun Bangunan Gedung atau prasarana Bangunan Gedung
baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat Bangunan
Gedung atau prasarana Bangunan Gedung

(4) PBG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi


proses:
a. konsultasi perencanaan; dan
b. penerbitan.
(5) Dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperiksa dan
disetujui dalam proses konsultasi perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a.
(6) Proses konsultasi perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi:
a. pendaftaran
b. pemeriksaan pemenuhan Standar Teknis; dan c. pernyataan pemenuhan Standar Teknis.
(7) Konsultasi perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
diselenggarakan tanpa dipungut biaya.
(8) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a dilakukan oleh
Pemohon/Pemilik melalui SIMBG.
(9) Pemohon/Pemilik Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
menyampaikan informasi:
a. data Pemohon/Pemilik Bangunan Gedung;
b. data Bangunan Gedung; dan c. dokumen rencana teknis.
(10) Dalam hal bagian Bangunan Gedung direncanakan dapat dialihkan kepada
pihak lain, informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (9) ditambahkan dokumen
pertelaan.
(11) Kepala Dinas Teknis menugaskan Sekretariat untuk memeriksa kelengkapan informasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (9).
(12) Dalam hal BGFK, Menteri melalui Direktur Jenderal Cipta Karya menugaskan
Sekretariat pusat untuk memeriksa kelengkapan informasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (9).
(13) Setelah informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dinyatakan lengkap,
Sekretariat memberikan jadwal konsultasi perencanaan kepada Pemohon/Pemilik
melalui SIMBG.
Pasal 241

(1) Konsultasi perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 240 ayat (4) huruf a dilakukan melalui
pemeriksaan terhadap dokumen rencana teknis.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh TPA atau TPT.

(3) Pemeriksaan oleh TPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan terhadap Bangunan Gedung berupa
rumah tinggal tunggal 1 (satu) lantai dengan luas paling banyak
72 m2 dan rumah tinggal tunggal 2 (dua) lantai dengan luas lantai paling banyak 90 m2.
(4) Pemeriksaan oleh TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan terhadap Bangunan Gedung selain Bangunan
Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Dalam hal Bangunan Gedung yang memerlukan pertimbangan
aspek adat, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat melibatkan masyarakat adat.
(6) Dalam hal BGCB, TPA melibatkan tenaga ahli cagar budaya.
(7) Dalam hal BGH, TPA melibatkan tenaga ahli BGH.
(8) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan
paling banyak 5 (lima) kali dalam kurun waktu paling lama 28 (dua
puluh delapan) hari kerja.
(9) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan
pertama kali dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak pengajuan
pendaftaran.
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
PASAL 6
(1) Fungsi bangunan gedung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 harus digunakan sesuai
dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
RDTR.
(2) Fungsi bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dicantumkan
dalam Persetujuan Bangunan Gedung.
(3) Perubahan fungsi bangunan gedung
harus mendapatkan persetujuan kembali dari
Pemerintah Pusat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
mempeolah persetujuan bangunan gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG
Pasal 7
(1) Setiap bangunan gedung harus
MEMENUHI STANDAR TEKNIS
bangunan gedung sesuai dengan fungsi dan
klasifikasi bangunan gedung.
(2) Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah
tanah dan/atau air untuk bangunan
gedung harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
(3) Dalam hal bangunan gedung merupakan
bangunan gedung adat dan cagar budaya,
bangunan gedung mengikuti ketentuan
khusus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar
teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Pasal 15
(1) Penerapan pengendalian
dampak lingkungan hanya berlaku
bagi BANGUNAN GEDUNG YANG
DAPAT MENIMBULKAN DAMPAK
PENTING TERHADAP LINGKUNGAN.
(2) Pengendalian dampak
lingkungan pada gedung
sebagaimana dimaksud pada
dilakukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK (1) PENYELENGGARAAN BANGUNAN
INDONESIA NOMOR Undang- 1 GEDUNG meliputi kegiatan pembangunan,
pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.
Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
(2) Dalam penyelenggaraan bangunan
Pasal 34 gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
2 penyelenggara berkewajiban MEMENUHI
STANDAR TEKNIS bangunan gedung

(3) Penyelenggara bangunan gedung terdiri atas


PEMILIK BANGUNAN gedung, PENYEDIA JASA
3 KONSTRUKSI, PROFESI AHLI,
PENGKAJI TEKNIS, dan PENGGUNA
PENILIK,

BANGUNAN gedung.

(4) Dalam hal terdapat perubahan standar teknis


bangunan gedung, pemilik bangunan gedung yang
4 belum memenuhi standar teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tetap harus memenuhi ketentuan
standar teknis secara bertahap
(1) Pembangunan bangunan gedung
1 diselenggarakan
PERENCANAAN,
melalui tahapan
PELAKSANAAN,
DAN PENGAWASAN.

(2) Pembangunan bangunan gedung


dapat dilakukan, baik di tanah milik
2 sendiri maupun di tanah milik pihak lain.

(3) Pembangunan bangunan gedung di atas tanah


milik pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat
3 (2) dilakukan BERDASARKAN PERJANJIAN
TERTULIS antara pemilik tanah dan pemilik bangunan
gedung.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK (4) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat


INDONESIA NOMOR 28 Tahun 2002 (1) harus dilakukan oleh PENYEDIA JASA
tentang Bangunan Gedung
4 PERENCANA KONSTRUKSI YANG MEMENUHI
SYARAT DAN STANDAR KOMPETENSI sesuai
Pasal 35 dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(5) Penyedia jasa PERENCANA KONSTRUKSI
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus
5 merencanakan bangunan gedung dengan acuan standar
teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1).

(6) Dalam hal bangunan gedung direncanakan tidak


sesuai dengan standar teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1), bangunan gedung harus dilengkapi hasil
6 pengujian untuk mendapatkan persetujuan rencana
teknis dari Pemerintah Pusat.

(7) Hasil perencanaan harus dikonsultasikan dengan


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai

7 dengan kewenangannya berdasarkan NORMA, STANDAR,


PROSEDUR, DAN KRITERIA yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat untuk mendapatkan pernyataan pemenuhan standar
teknis bangunan gedung.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK (8) Dalam hal perencanaan bangunan gedung yang


INDONESIA NOMOR 28 Tahun 2002 MENGGUNAKAN PROTOTIPE YANG DITETAPKAN
tentang Bangunan Gedung
8 PEMERINTAH PUSAT, perencanaan bangunan gedung
TIDAK MEMERLUKAN KEWAJIBAN KONSULTASI
TIDAK MEMERLUKAN PEMERIKSAAN PEMENUHAN
DAN

Pasal 35 STANDAR.
(5) Penyedia jasa PERENCANA KONSTRUKSI
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus
5 merencanakan bangunan gedung dengan acuan standar
teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1).

(6) Dalam hal bangunan gedung direncanakan tidak


sesuai dengan standar teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1), bangunan gedung harus dilengkapi hasil
6 pengujian untuk mendapatkan persetujuan rencana
teknis dari Pemerintah Pusat.

(7) Hasil perencanaan harus dikonsultasikan dengan


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai

7 dengan kewenangannya berdasarkan NORMA, STANDAR,


PROSEDUR, DAN KRITERIA yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat untuk mendapatkan pernyataan pemenuhan standar
teknis bangunan gedung.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK (8) Dalam hal perencanaan bangunan gedung yang


INDONESIA NOMOR 28 Tahun 2002 MENGGUNAKAN PROTOTIPE YANG DITETAPKAN
tentang Bangunan Gedung
8 PEMERINTAH PUSAT, perencanaan bangunan gedung
TIDAK MEMERLUKAN KEWAJIBAN KONSULTASI
TIDAK MEMERLUKAN PEMERIKSAAN PEMENUHAN
DAN

Pasal 35 STANDAR.
(1) PELAKSANAAN KONSTRUKSI
1 sebagaimana dalam pasal 35 ayat 1 dilakukan
mendapatkan PERSETUJUAN BANGUNAN
GEDUNG

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diperoleh setelah MENDAPATKAN
2 PERNYATAAN PEMENUHAN STANDAR TEKNIS
BANGUNAN GEDUNG DARI PEMERINTAH PUSAT
ATAU PEMERINTAH DAERAH sesuai
KEWENANGANNYA BERDASARKAN NORMA,
STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA YANG
DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH PUSAT.

(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimohonkan


UNDANG-UNDANG REPUBLIK kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
INDONESIA NOMOR 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
3 dengan kewenangannya berdasarkan NORMA, STANDAR, PROSEDUR,
DAN KRITERIA YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH PUSAT
MELALUI SISTEM ELEKTRONIK yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat.
Pasal 36 A
UNDANG-UNDANG REPUBLIK ( 1) PELAKSANAAN BANGUNAN
INDONESIA NOMOR 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
GEDUNG dilakukan oleh penyedia jasa
pelaksana konstruksi yang memenuhi syarat
Pasal 36 B dan standar kompetensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Penyedia jasa pengawasan
atau manajemen konstruksi
melakukan kegiatan pengawasan
dan bertanggung jawab untuk
(4) Tahapan sebagaimana melaporkan setiap tahapan
dimaksud pada ayat (3) pekerjaan.
meliputi: (3) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
a. pekerjaan struktur bawah; sesuai dengan kewenangannya berdasarkan norma,
b. pekerjaan basemen jika ada; standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat melakukan inspeksi pada
c. pekerjaan struktur atas; dan setiap tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
d. pengujian sebagai pengawasan yang dapat menyatakan lanjut
atau tidaknya pekerjaan konstruksi ke tahap berikutnya.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK (5) Dalam MELAKSANAKAN
INDONESIA NOMOR 28 Tahun 2002 INSPEKSI sebagaimana dimaksud pada
tentang Bangunan Gedung
ayat (3) Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya
Pasal 36 B MENUGASKAN PENILIK berdasarkan
norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

(6) Dalam hal pelaksanaan


diperlukan adanya perubahan dan/atau
penyesuaian terhadap rencana teknis, PENYEDIA
JASA PERENCANA WAJIB MELAPORKAN KEPADA
PEMERINTAH PUSAT ATAU PEMERINTAH DAERAH
sesuai dengan kewenanganya untuk
mendapatkan persetujuan sebelum
pelaksanaan perubahan dapat dilanjutkan
berdasarkan NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN
KRITERIA yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
( 1) PEMANFAATAN BANGUNAN
1 GEDUNG dilakukan oleh pemilik
dan/atau pengguna bangunan gedung
setelah bangunan gedung tersebut
MENDAPATKAN SERTIFIKAT LAIK
FUNGSI.

2) SERTIFIKAT LAIK FUNGSI sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) DITERBITKAN OLEH
PEMERINTAH PUSAT ATAU PEMERINTAH DAERAH

2 sesuai kewenangannya BERDASARKAN SURAT


PERNYATAAN KELAIKAN FUNGSI YANG
DIAJUKAN OLEH PENYEDIA JASA PENGAWASAN
ATAU MANAJEMEN KONSTRUKSI kepada
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
kewenangannya MELALUI SISTEM ELEKTRONIK
INDONESIA NOMOR 28 Tahun 2002
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,
tentang Bangunan Gedung
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Pasal 37
(3) SURAT PERNYATAAN KELAIKAN FUNGSI
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan
SETELAH INSPEKSI TAHAPAN TERAKHIR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36B ayat (4)
huruf d yang menyatakan BANGUNAN
GEDUNG MEMENUHI STANDAR TEKNIS BANGUNAN
GEDUNG.

(4) PENERBITAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN


gedung dilakukan bersamaan dengan PENERBITAN
SURAT BUKTI KEPEMILIKAN . BANGUNAN GEDUNG.
(5) PEMELIHARAAN, PERAWATAN, DAN PEMERIKSAAN
SECARA BERKALA PADA BANGUNAN GEDUNG HARUS
DILAKUKAN untuk memastikan bangunan GEDUNG
TETAP MEMENUHI PERSYARATAN LAIK FUNGSI.

(6) Dalam pemanfaatan bangunan


UNDANG-UNDANG REPUBLIK gedung, pemilik dan/atau pengguna
INDONESIA NOMOR 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung bangunan gedung mempunyai hak dan
kewajiban sebagaimana diatur dalam
Pasal 37 Undang-Undang ini.
Pasal 38
Pelestarian Pasal 38
(1) Bangunan gedung dan lingkungannya
yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan harus
dilindungi dan dilestarikan.

(2) Penetapan bangunan gedung dan


lingkungannya yang dilindungi dan dilestarikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah
dengan memperhatikan ketentuan perundang-
undangan.

(3) Pelaksanaan perbaikan, pemugaran,


perlindungan, serta pemeliharaan atas
bangunan gedung dan lingkungannya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah
nilai dan/atau karakter cagar budaya yang
dikandungnya.
Pasal 38 Pelestarian Pasal 38

(4) Perbaikan, pemugaran, dan


pemanfaatan bangunan gedung dan
lingkungan cagar budaya yang dilakukan
menyalahi ketentuan fungsi dan/atau
karakter cagar budaya, harus dikembalikan
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

(5) Ketentuan mengenai


perlindungan dan pelestarian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) serta teknis pelaksanaan
perbaikan, pemugaran dan pemanfaatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan
ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 39 (1) Bangunan gedung dapat
DIBONGKAR apabila:

PEMBONGKARAN a. TIDAK LAIK FUNGSI DAN


TIDAK DAPAT DIPERBAIKI;

b. berpotensi menimbulkan
bahaya dalam
pemanfaatan bangunan
gedung dan/atau
lingkungannya
Pasal 39 (1) Bangunan gedung dapat
DIBONGKAR apabila:

C. tidak memiliki
PEMBONGKARAN PERSETUJUAN BANGUNAN
GEDUNG;
d. ditemukan
KETIDAKSESUAIAN antara
PELAKSANAAN DAN
RENCANA TEKNIS
BANGUNAN GEDUNG yang
tercantum dalam persetujuan
saat dilakukan inspeksi
bangunan gedung
Pasal 39 (2) BANGUNAN GEDUNG YANG
DAPAT DIBONGKAR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan huruf b DITETAPKAN OLEH
PEMBONGKARAN PEMERINTAH PUSAT ATAU
PEMERINTAH DAERAH Sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan hasil
pengkajian teknis dan berdasarkan
norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
Pasal 39 (3) PENGKAJIAN TEKNIS bangunan
gedung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), KECUALI UNTUK RUMAH
TINGGAL, dilakukan oleh PENGKAJI
PEMBONGKARAN TEKNIS
(4) PEMBONGKARAN BANGUNAN
GEDUNG yang mempunyai dampak
luas terhadap keselamatan umum dan
lingkungan harus DILAKSANAKAN
BERDASARKAN RENCANA TEKNIS
PEMBONGKARAN yang telah disetujui
oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan norma,
standar,prosedur dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung

PEMBONGKARAN
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara pembongkaran bangunan gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Pasal 40
tentang Bangunan Gedung
(1) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik
bangunan gedung mempunyai hak:
a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Pusat
atas rencana teknis bangunan gedung yang telah
memenuhi persyaratan;
b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung
sesuai dengan persetujuan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah
c. mendapatkan SURAT KETETAPAN
BANGUNAN GEDUNG dan/ atau
lingkungan yang dilindungi dan
dilestarikan dari Pemerintah Pusat;

d. mendapatkan insentif sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang cagar budaya
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Pasal 40
tentang Bangunan Gedung e. MENGUBAH FUNGSI
BANGUNAN setelah mendapat
persetujuan dari Pemerintah Pusat;
dan

f. mendapatkan ganti rugI


sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
dalam hal bangunan gedung
dibongkar oleh Pemerintah Pusat
bukan karena kesalahan pemilik
bangunan gedung.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Pasal 40
(2) Dalam penyelenggaraan bangunan
tentang Bangunan Gedung
gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai
kewajiban:

a. menyediakan RENCANA TEKNIS


BANGUNAN gedung yang memenuhi
standar teknis bangunan gedung yang
ditetapkan sesuai dengan fungsinya;

b. memiliki PERSETUJUAN BANGUNAN


GEDUNG;

c. melaksanakan pembangunan bangunan


gedung sesuai dengan rencana teknis;

Pasal 40 d. mendapat pengesahan dari Pemerintah


Pusat atas perubahan rencana teknis
bangunan gedung yang terjadi pada tahap
pelaksanaan bangunan;dan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
Pasal 40
e. Menggunakan penyedia jasa
pelaksana,pengawas,
Pengkajian yang memenuhi
syarat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan untuk
melaksanakan pekerjaan
terkait bangunan gedung.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung Pasal 41
(1) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik dan/
atau pengguna bangunan gedung mempunyai hak:

a. mengetahui TATA CARA PENYELENGGARAAN


BANGUNAN gedung;
b. mendapatkan KETERANGAN TENTANG PERUNTUKAN
LOKASI DAN INTENSITAS BANGUNAN PADA LOKASI
DAN/ ATAU RUANG TERNPAT BANGUNAN AKAN
DIBANGUN;
c. mendapatkan KETERANGAN MENGENAI STANDAR
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG; dan/ atau
d. mendapatkan keterangan mengenai bangunan gedung
dan/ atau lingkungan yang harus dilindungi dan
dilestarikan.

(2) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik


dan/atau pengguna bangunan gedung MEMPUNYAI
KEWAJIBAN:

a. MEMANFAATKAN BANGUNAN GEDUNG SESUAI


DENGAN FUNGSINYA;
b. MEMELIHARA DAN/ATAU MERAWAT
BANGUNAN GEDUNG SECARA BERKALA;
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung Pasal 41
c. melengkapi pedoman/ petunjuk pelaksanaan
pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan
gedung;
d. melaksanakan pemeriksaan secara berkala atas
kelaikan fungsi bangunan gedung;
e. memperbaiki bangunan gedung yang telah
ditetapkan tidak laik fungsi; dan

f. membongkar bangunan gedung dalam hal:


1. telah ditetapkan tidak laik fungsi dan tidak dapat
diperbaiki;
2. berpotensi menimbulkan bahaya dalam
pemanfaatannya
3. tidak memiliki Persetujuan Bangunan
Gedung; atau
4. ditemukan ketidaksesuaian antara
pelaksanaan dengan rencana teknis bangunan
gedung yang tercantum dalam persetujuan saat
dilakukan inspeksi bangunan gedung.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung Pasal 42
Peran Masyarakat,memantau,menjaga ketertiban
penyelenggaraan,memberi masukan,menyampaikan
pendapat penyusunan RTBL,rencana teknis
BG,melaksankan gugatan BG yg
merugikan,membahaykan kepentingan umum
Pasal 44
Sanksi Administratif
PASAL 47A

(1) Pemerintah Pusat menetapkan PROTOTIPE BANGUNAN


gedung sesuai dengan kebutuhan.

(2) Prototipe bangunan gedung sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diutamakan untuk bangunan gedung sederhana
yang umum digunakan masyarakat.

(3) Prototipe bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak Undang-
Undang ini diundangkan.
Pengaturan Terkait Persyaratan Bangunan Gedung
1. Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung
UU No. 28 Tahun 2002 UU No. 11 Tahun 2020
2. Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
Tentang Bangunan Gedung Tentang Cipta Kerja Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
PP UU NO 11 TAHUN 2020 Lingkungan
CIPTA KERJA ( PROSES ) 3. Permen PUPR No. 05/PRT/M/2016 tentang
Permen PUPR No. 1/PRT/M/2015 SISTEM OSS Perizinan online
tentang Bangunan Gedung Cagar Tim Ahli Bangunan Gedung, Pengkaji Teknis, dan Penilik Bangunan
Budaya 4. Permen PU No. 11/PRT.M/2014 Tentang Pengelolaan Air Hujan
Pada Bangunan Gedung dan Persilnya
Pedoman dan Standar Teknis 5. Permen PUPR No.14/PRT.M/ 2017 tentang Persyaratan
Kemudahan Bangunan Gedung2.
Permen PU No. 5/PRT/M/2014
tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum

Permen PU No. 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan


Perawatan Bangunan Gedung Permen PU No. 27/PRT/M/2018 tentang
Permen PU No. 16/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis
Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
RPP UU NO 11 THN 2020 TTG CIPTA KERJA
Pasal 11
Standar Teknis Bangunan Gedung meliputi:

a. standar Perencanaan dan Perancangan Bangunan

Gedung;

b. standar Pelaksanaan dan Pengawasan Konstruksi

Bangunan Gedung;

c. standar Pemanfaatan Bangunan Gedung;

d. standar Pelestarian Bangunan Gedung;

e. standar Pembongkaran Bangunan Gedung;

f. standar BGFK;

g. ketentuan Penyelenggaraan BGN;

h. standar Teknis Penyelenggaraan BGH;

i. ketentuan Dokumen; dan

j. ketentuan Pelaku Penyelenggaraan Bangunan Gedung.



• Pasal 12
• Standar Perencanaan dan Perancangan
Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf a meliputi
ketentuan tata bangunan, ketentuan
keandalan Bangunan Gedung, ketentuan
Bangunan Gedung di atas dan/atau di
bawah tanah, permukaan air, dan/atau
prasarana dan sarana umum, dan
ketentuan desain purwarupa
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan


Gedung
Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
Permen PUPR No. 11/PRT/M/2018 tentang
Tim Ahli Bangunan Gedung, Pengkaji Teknis, dan Penilik Bangunan
Permen PU No. 11/PRT.M/2014 Tentang Pengelolaan Air Hujan Pada Bangunan
Gedung dan Persilnya
Permen PUPR No.14/PRT.M/ 2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan
Gedung
ATURAN YANG TERKAIT
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

1
Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
ATURAN YANG TERKAIT
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

2
Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan
ATURAN YANG TERKAIT
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

3
Permen PUPR No. 11/PRT/M/2018
tentang
Tim Ahli Bangunan Gedung, Pengkaji
Teknis, dan Penilik Bangunan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
PENGKAJI TEKNIS
Pengkaji Teknis adalah orang perseorangan atau
badan usaha, baik yang
berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum, yang mempunyai
sertifikat kompetensi kerja kualifikasi ahli atau
sertifikat badan usaha untuk
melaksanakan pengkajian teknis atas
kelaikan fungsi Bangunan Gedung.

(1) Pengkaji Teknis mempunyai tugas:

a. melakukan pemeriksaan kelaikan fungsi


Bangunan

Gedung; dan/atau

b. melakukan pemeriksaan berkala Bangunan


Gedung
• Melakukan pemeriksaan kelengkapan
dokumen Dokumen IMB dan As Built
Drawings
• Melakukan pemeriksaan kondisi bangunan
gedung terhadap persyaratan teknis
• Melakukan analisis dan evaluasi pemeriksaan
kondisi bangunan gedung terhadap
pemenuhan persyaratan teknis
• Menyusun laporan hasil pemeriksaan dan
pemberian rekomendasi kelaikan fungsi
bangunan gedung

Pemeriksaan visual
Pengujian nondestruktif; dan/atau
Pengujian destruktif
Pemilik/pengguna bangunan gedung menggunakan jasa
pengkaji teknis dalam rangka:
1. pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung eksisting untuk
penerbitan SLF pertama kali;
2. pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung untuk perpanjangan
SLF;
3. pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung pada masa
pemanfaatan bangunan gedung;
4. pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung pasca bencana; atau
5. pemeriksaan berkala bangunan gedung.
Panduan Penggunaan Peralatan Non-Destruktif Tertentu
1) P e n g u jia n m enggunakan a la t R e b o u n d T es t H a m m e r / C o n cre te T e s t

1 ) P e n g a m a t a n v i s u a l m e n g g u n a k a n a l a t T h e r m a l I m a g in g C a m e r a H a m m e r / P a lu B e t o n
P a lu b e to n a d a la h a la t yang d ig u n a k a n u n tu k m e n g e ta h u i keseragam an
T h e r m a l I m a g in g C am era a d a la h k a m era yang m e n d e te k s i panas d a la m
m a te r ia l b e to n ta n p a m e r u s a k s tr u k tu r . T e r d a p a t b e b e r a p a m a c a m p a lu
re n ta n g s in a r in fr a m e ra h , y a itu s e k ita r 9 0 0 - 1 4 .0 0 0 nm dan b e to n y a itu :
m e n n g u b a h n y a m e n ja d i t a y a n g a n g a m b a r a t a u v id e o b e rw a rn a h ita m • P a lu b e to n tip e N u n tu k m e n g u ji b e to n dengan k e te b a la n 100 m m
p u t ih . K a m e r a in i d a p a t ‘m e l ih a t ’ s e m u a o b y e k d a l a m k o n d is i g e l a p t o t a l a t a u le b i h d e n g a n u k u r a n p a r t ik e l m a k s im u m 3 2 m m .
• P a lu b e to n tip e N R d ile n g k a p i dengan k erta s p e n c a ta t. N ila i-n ila i
s e k a li p u n
le n t in g a n d ic a t a t s e b a g a i b a r c h a r t d a n m am pu m e n c a ta t h a s il 4 0 0 0
2 ) C ara P en ggu n aan
te s t.
A ra h k a n T h e r m a l I m a g in g C a m e r a k e obyek yan g d itin ja u . L a y a r d is p la y • P a lu b e to n tip e LR b ero p era si pada te k a n a n en e rgi tig a k a li le b ih
akan m e n aya n gk an ga m b a ra n obyek sesuai den gan s u h u n y a . B a g ia n k e c il, id e a l u n tu k k e te b a la n d in d in g 50 – 100 m m a ta u u n tu k

o b y e k y a n g b e r s u h u t i n g g i a k a n b e r w a r n a m e r a h m e n g a r a h k e p u t ih . m e n g u ji k o m p o n e n y a n g k e c il.
2) C ara P en ggu n aan
S e d a n g k a n y a n g b e r s u h u r e n d a h b e r w a r n a b i r u m e n g a r a h k e v io le t
L e ta k k a n b a ta n g p e n e k a n p a lu b e to n p a d a b e r m u k a a n b e to n y a n g a k a n d iu ji
3 ) O b y e k y a n g d ip e rik s a
secara te g a k lu r u s , te ta p k a n te k a n a n yang d ig u n a k a n dan te k a n p a lu
I n s t a l a s i li s t r i k , s y s t e m p la m b in g a i r m in u m / a i r li m b a h b e to n sam pai b a ta n g penekan m e n g h ila n g , le p a s k a n p a lu b e to n . N ila i
le n tin g a n y a n g d itu n ju k k a n p a d a la y a r a d a la h n ila i k e k u a t a n b e to n s a a t
te s / a k tu a l la p a n g a n u n tu k d ib a n d in g k a n dengan n ila i k e k u a ta n b e to n
ren can a.
3) O b y e k y a n g d ip e rik s a
K o lo m , b a lo k s t ru k tu r

Ilu s t r a s i P e m e r ik s a a n m e n g g u n a k a n R e b o u n d T e s t H a m m e r / C o n c r e te T e s t
H a m m e r/ P a lu B e to n

I lu s t r a s i P e m e r ik s a a n m e n g g u n a k a n T h e r m a l Im a g in g C a m e r a
Hal - 96
Panduan Penggunaan Peralatan Non-Destruktif Tertentu

Hal - 97
Panduan Penggunaan Peralatan Non-Destruktif Tertentu
1 ) P e n g u k u ran J a ra k m e n g g u n ak an L a se r D is ta n ce M e te r 1 ) P e n g u jia n m e n g g u n a k a n a la t C la m p M e te r
L a s e r D is to M e te r m e ru p a k an a la t u n tu k m en gu k u r ja rak m e n g g u n a k an C la m p m e te r a d a la h a la t y a n g d ig u n a k a n u n tu k m e n g u k u r a ru s lis trik A C ,
la se r. v o lta se A C d a n D C , tah a n a n , d a n k o n tin u ita s a ru s lis trik .
2 ) C a ra P e n g g u n aan 2 ) C ara P en ggu n aan

• T e m p a tk a n ala t p a d a b a g ian d a s a r d i s atu titik . B u k a p e n je p it c la m p m e te r, te m p a tk a n se c a ra h a ti-h a ti b u k a a n a la t te rh a d a p

• A ra h k a n s in a r la se r p ad a titik y a n g a k a n d iu k u r ja ra k n y a . S in a r la se r k o n d u k to r y a n g a k a n d iu k u r. Y a k in k a n tid a k a d a k o n d u k to r la in d a la m

y a n g te rp an tu l ak a n d ilen g k a p i k e m b ali ole h la s e r d is ta n ce m e te r. b u k a a n a la t. T u tu p p e n je p it k e m b a li, a tu r k e n o p u n tu k p e m ilih a n je n is


p e n g u k u ra n d a n n ila i m a k s im u m y a n g d ik u k u r u n tu k m e n d a p a tk a n
• J a ra k d iu k u r ole h ala t b e rd a sa rk a n in te rva l w a k tu a n tara p e n g irim an
p e m b a c a a n y a n g te rb a ik .
d a n p e n e rim aa n k e m b ali s in a r lase r.
3 ) O b y e k y a n g d ip e rik s a
3 ) O b y e k y an g d ip erik s a
In s ta la si lis trik
R u a n g an , k o rid o r, tan g g a , ram , jalu r k e n d ara a n , ja lu r p e d e strian d a n a re a
p ark ir.

Ilu stra si L a s e r D is ta n ce M e te r Ilu s tr a s i P e m e r ik s a a n m e n g g u n a k a n C la m p M e te r

Hal - 98
PENILIK BANGUNAN GEDUNG
Penilik Bangunan Gedung yang selanjutnya
disebut Penilik adalah orang perseorangan
yang memiliki kompetensi diberi tugas oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya untuk melakukan
inspeksi terhadap penyelenggaraan Bangunan
Gedung

Penilik adalah memiliki status kepegawaian


sebagai Aparatur Sipil Negara
Aparatur Sipil Negara meliputi:

a. pegawai negeri sipil; dan/atau

b. pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja


(4) Penilik memiliki tugas untuk melakukan pemeriksaan
Bangunan Gedung agar
penyelenggaraan Bangunan Gedung yang
dilaksanakan oleh Penyelenggara Bangunan Gedung sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Penilik menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) secara profesional, objektif, dan tidak
mempunyai konflik kepentingan.
(6) Tugas Penilik sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan pada masa:
a. konstruksi;

b. Pemanfaatan; dan c. Pembongkaran.


(7) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a, Penilik melakukan
inspeksi dalam rangka pengawasan konstruksi Bangunan Gedung.
UNDANG-UNDANG
NOMOR 6 TAHUN
2017 TENTANG
ARSITEK
5 UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN
2017 TENTANG ARSITEK
PRAKTIK ARSITEK
ADALAH
penyelenggaraan
kegiatan untuk
menghasilkan karya
Arsitektur yang meliputi
perencanaan,
perancangan,
pengawasan, dan/atau
pengkajian untuk
bangunan gedung dan
lingkungannya, serta
yang terkait dengan
kawasan dan kota.
. Arsitek adalah seseorang yang telah memenuhi
syarat dan ditetapkan oleh Dewan untuk melakukan
Praktik Arsitek.

Uji Kompetensi adalah penilaian kompetensi Arsitek yang


terukur dan objektif untuk menilai capaian kompetensi dalam
bidang Arsitektur dengan mengacu pada standar kompetensi
Arsitek.
Pasal6A

Dalam hal penyelenggaraan kegiatan untuk menghasilkan


karya Arsitektur berupa bangunan gedung sederhana dan
bangunan gedung adat, penyelenggaraan kegiatan tidak
wajib dilakukan oleh Arsitek.

7. Lisensi adalah bukti tertulis yang berlaku sebagai


surat tanda penanggung jawab Praktik Arsitek dalam
penyelenggaraan izm mendirikan bangunan dan
perizinan lain
Surat Tanda Registrasi Arsitek adalah bukti tertulis bagi
Arsitek untuk melakukan Praktik Arsitek.

Pasal 6

Untuk melakukan Praktik


Arsitek, seseorang wajib
memiliki Surat Tanda Registrasi
Arsitek.
Pasal 14

( 1) Setiap Arsitek dalam penyelenggaraan bangunan


gedung wajib memiliki Lisensi.
(2) Dalam hal Arsitek sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) belum memiliki Lisensi, Arsitek wajib bekerja sama
dengan Arsitek yang memiliki Lisensi.
(3) Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi sesuai dengan norma,
standar, kriteria, dan prosedur yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan
Lisensi diatur dalam Peraturan Pemerintah
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi
Undang PASAL 89
SETIAP USAHA ORANG
- PERSEORANGAN DAN BADAN
Undang USAHA YANG TIDAK MEMILIKI
PERIZINAN BERUSAHA
Nomor SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM
2 PASAL 26 AYAT (1) DIKENAI SANKSI
ADMINISTRATIF BERUPA
Tahun 1. peringatan tertulis
2017 tentang 2. denda administratif; dan/ atau
3. penghentian sementara
Jasa kegiatan
Konstruksi Konstruksi.
Pasal26
Undang ( 1) Setiap usaha orang perseorangan dan badan
usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam
- Pasal 19 yang akan memberikan layanan Jasa

Undang Konstruksi wajib memenuhi Perizinan


Berusaha.
Nomor
Pasal 27
2 Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (1) diberikan oleh
Tahun Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria
2017 tentang yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
Jasa kepada usaha orang perseorangan yang
berdomisili di wilayahnya sesuai dengan
Konstruksi ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal30

(1) Setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa


Konstruksi wajib memiliki Sertifikat Badan U saha.

(2) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diterbitkan melalui suatu proses sertifikasi dan registrasi oleh
Pemerintah Pusat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan registrasi


badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
COFFEE
TERIMA KASIH

support@ronapresentasi.com @ronapresentasi @ronapresentasi

Anda mungkin juga menyukai