STRATEGI PERANCANGAN
1
Tabel Perbandingan luas efektif (luas neto) dan luas bruto
(luas tipikal)
Apartemen 0,64
Asrama 0,65
Auditorium 0,70
Balai Pertemuan Umum 0,58
Bank 0,72
Bangunan Institusional/Administrasi 0,67
Gedung Parkir O,85
Gudang 0,93
Hotel 0,63
Museum 0,80
Pengadilan 0,61
Perbelanjaan/Pertokoan 0,81
Perkantoran 0,80
Perpustakaan 0,76
Restoran 0,70
Rumah Sakit 0,55
Sekolah (laboratorium) 0,59
Sekolah (ruang peragan biologi) 0,62
Sekolah (ruang kelas) 0,66
L lt dasar L total
KLB= KLB =
L DP L DP
Dalam peta Rencana Tata Lingkungan Bangunan (RTLB) nilai-nilai ini tertera seperti
diagram dibawah ini :
3
Peraturan jarak bebas dan lantai-lantai bangunan menurut Surat Keputusan
Gubernur DKI Jakarta nomor 678 tahun1994
Y = jarak bebas
bangunan
4
Jarak bebas antar bangunan transparan dan masif
Untuk ketinggian bangunan empat lapis, jarak bebas minimum bidang terluar massa
bangunan dengan GSJ = nilai GSB
5
Denah lantai dasar sampai denah lantai tertinggi : sama
Jika denah lantai dasar suatu bangunan sampai dengan denah lantai tertinggi
membentuk bidang vertikal (yang lurus), maka jarak bebas minimum dikurangi
sebesar 10% dari ketentuan.
6
Jika pada bangunan terdapat basement, maka :
1. Jarak basement tidak boleh kurang dari 3.00 meter dari pagar pekarangan
2. Lantai dasar tidak boleh lebih tinggi dari 1,20 meter
3. Kemiringan (ramp) tidak boleh melebihi 1 : 7
4. Jarak ketinggian bebas basement minimum 2,10 meter
5.
STANDAR PARKIR
Seseuai dengan peraturan Pemda DKI, stndar jumlah parkir adalah sebagai berikut.
7
SISTIM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
Sumber : Panduan Sistim Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE. ISBN 979-741-685-2. Th.2005. Penerbit Erlangga.
Fungsi utama dari sistim struktur adalah untuk memikul secara aman dan efektif
beban yang bekerja pada bangunan. Beban yang bekerja pada bangunan terdiri dari
beban vertikal, horizontal, perbedaan temperatur, getaran dan gempa bumi.
Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan bahan beton bertulang,
baja maupun komposit, selalu ada komponen (subsistim) yang dapat dikelompokkan
dalam sistem yang digunakan untuk menahan gaya gravitasi dan sistem untuk
manahan gaya lateral.
I. Sistim Struktur
Sistim struktur :
1. Sistim struktur rangka (frame structure system, skeleton structure system)
a) Rangka ruang
b) Rangka batang/kolom
2. Sistim sturktur bidang (surface structures system)
a) Bidang datar, sejajar dan atau berpotongan sudut (siku, lancip, tumpul)
b) Bidang lengkung
c) Bidang lipatan
8
3. Sitim struktur dinding, sistim struktur padat (wall structure system)
4. Struktur majemuk (composite structure sytem) : gabungan struktur rangka
dan bidang.
Bahan utama yang biasa dipakai untuk struktur gedung tinggi adalah :
1. Baja
2. Beton bertulang.
Adapun jenis struktur yang banyak dipakai dalam pembangunan gedung tinggi
adalah :
1. Struktur bidang (surface structure) dengan beton bertulang.
2. Struktur rangka (skeleton structure) dengan bahan beton bertulang atau baja.
3. Struktur majemuk (composite structures) dengan bahan beton bertulang atau
beton bertulang + baja.
Beban pada bangunan tinggi maupun bangunan rendah, sifatnya sama. Tetapi
pada
bangunan tinggi, beban-beban harus diperhitungkan dengan cermat. Beban yang
harus diperhatikan adalah :
1. Beban vertical karena gravitasi : beban berat sendiri bangunan dan beban
hidup.
2. Beban gempa (seismic).
3. Beban horizontal/lateral karena angin
1. Beban Gempa
Gempa pada kekuatan skala richter tertentu akan menyebabkan tanah rusak,
yang berakibat rusaknya pondasi, bahkan jenis pondasi apapun, sehingga
pondasi tidak dapat mendukung kekokohan bangun. Gempa tediri dari :
gempa vulkanis dan gempa tektonik.
Gempa vulkanis : adalah gempa yang disebabkan oleh letusan gunung api.
Gempa tektonis : adalah gempa yang disebabkan oleh gerakan lempeng bumi.
9
Indonesia terletak di pertemuan sirkum pasifik dan trans atlantik
(Sumber : Ir. Hasan Porbo, M.Arch .Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi, jilid II, hal 10)
( Hasan Porbo. 2000. Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi, II-10. Jakarta Penerbit
Jembatan)
10
8 1,00 g 700 km
Sumber : Jimmy S. Juwana, 2002 Sistim Bangunan Tinggi hal 28. Penerbit
Erlangga
11
Untuk gedung dengan Portal Baja :
0,09 H
T= T = waktu getar alami
√B
B = lebar gedung
V=CIKW
M E = V x H (kgm)
V = gaya geser gedung (kg)
H = tinggi total gedung (meter) H
12
MD = momen penahan tumbang= Wt x ½ B (kgm)
Artinya : besarnya momen penahan tumbang harus 1,5 kali lipat dari momen
tumbang.
H
H meter
=5
B
B meter
Nilai H (tinggi total gedung dihitung dari dasar) diberi koefisien berdasarkan
bentuk gedung. Bentuk prismatic diberi koefisien 2/3, untuk bentuk-bentuk
lain diberi koefisien 1.
Sehingga bentuk prismatic = 2/3 H, sedang lainnya = 1 H.
Karena bentuk bangunan ikut menentukan tahanan terhadap bahaya tekuk
karena adanya gaya lateral.
H - hi
hi
Mi = x ME total
H
H
13
KELAKUAN STRUKTURAL PORTAL BERTINGKAT BANYAK TERHADAP GEMPA
Gaya aksial kolom akibat Gaya aksial kolom akibat Momen kolom
beban mati (BM) + momen tumbang gempa akibat gaya geser
beban hidup (BH) gempa tingkat.
WT = BM+BH HE: resultante gaya Kolom lantai dasar :
gempa tingkat V x h0
WT =berat total
ht : 2/3H untuk gedung Kolom lantai tingkat
prismatis Vi x ½ hi
14
K= faktor jenis gedung yang
berbentuk kotak/box = 1,2
Perhitungan koreksi :
WT = BM + BH = 359 + 35 = 394 t
MD = Wt x b = 394 x 3 = tm (ton meter)
ME = V x H
Dicari nilai V = C I K Wt
V = 0,5 x 1,5 x 1,2 x Wt
V = 0,9 x Wt
V = 0,9 x 394 = 354.6 t
ME = 354,6 x H dimana H = 16m tinggi gedung
Jadi ME = 354,6 x 16 = 5.673,6 tm
2. Membuat Basement
MD = WT . d + P . e
15
P = adalah resultante tekanan
pasif tanah pada basement
e = adalah titik tangkap gaya
resultante terhadap muka tanah
H = tinggi bangunan H
16 =5
B
B = sisi bangunan terpendek
Dimuka telah dijelaskan mengenai banguan tinggi dan semua bangunan (yang
tidak tinggi) akan menerima dan menderita karena tiupan angin. Tekanan angin
di Indonesia, sesuai ketentuan pemrintah RI adalah : minimum 25 kg/m 2. Sedang
di tepi laut sejauh 5 km dari pantai minimum 40 kg/m 2. Semua diperhitungkan
tiupan angin terhadap bidang datar tegak lurus tanah.
Jika ada kemungkinan kecepatan angin mengakibatkan tekanan tiup lebih besar,
maka tekanan tiup harus dihitung menurut rumus :
V2
V = kecepatan angin
P= kg/m2
dalam m/det
16
17
Komponen vertikal, yaitu kolom
Balok dan kolom dihubungkan secara kaku ; rigid joints
Kekakuan portal tergantung pada : demensi balok dan kolom,
Proporsi jarak antar kolom dan antar lantai
Dinding geser (shear wall) merupakan komponen struktur yang dinilai sangat
kaku. Penggunaan dinding untuk menahan gaya-gaya lateral memiliki syarat
teknis yaitu : tidak diperkenankan memiliki lobang-lobang, harus utuh masif.
Pembuatan lobang pada dinding geser hanya diperkenan 5 % dari luas dinding
geser.
Fungsi dinding geser berubah menjadi dinding penahan beban apabila dinding
geser menerima beban tegak lurus bidang dinding, sehingga dinding tersebut
menjadi : bearing wall atau shear wall atau dinding geser.
Rangka pengaku (braced frame ) terdiri dari balok dan kolom. Untuk lebih kokoh
ditambahkan pengaku diagonal (lihat gambar pengaku konsentris dan eksentris).
Adanya pengaku horisontal akan berpengaruh pada fleksibilitas
perpanjangan/perpendekan lantai di mana pengaku diagonal tersebut
ditempatkan.
Rangka pengaku banyak digunakan pada bangunan tinggi yang berbahan baja –
struktur baja.
Pada bangunan tinggi sering digunakan gabungan antara portal penahan momen
dengan dinding geser. Terutama pada daerah-daerah yang terpengaruh gempa
bumi. Penggabungan dinding geser dan portal penahan momen pada umumnya
digunakan pada bangunan tinggi struktur beton. Hal ini dapat memberikan hasil
yang baik untuk memperolah kekenyalan/daktibilitas (ductility) dan kekakuan
sistim struktur (lihat gambar berikut).
18
Perilaku
sistim
gabungan
penahan
gaya
lateral
Penempatan dinding geser dapat dilakukan pada sisi luar bangunan atau pada
sisi dalam bangunan yang disebut : inti struktural ( structural core).
INTI BANGUNAN
19
Fungsi inti bangunan : Sebagai inti struktural yang menahan momen guling yang
disebabkan oleh gempa dan gaya lateral lainnya yaitu
angin.
Selain itu juga digunakan sebagai pusat jaringan utilitas
(saluran listrik, air kotor, air bersih, aliran udara, sirkulasi
vertikal : lift, tangga kebakaran)= shaft
Pada gambar ini, inti tidak sepenuhnya berfungsi sebagai inti struktural.
Hotel Atlit Century, Hotel Horison, dan Wisma Metropolitan di Jakarta adalah
contoh bangunan yang menggunakan inti seperti ini. Stabilitas bangunan
dipikul oleh Dinding Geser. Inti berfungsi sebagai pusat saluran utilitas
(shaft).
Inti pada contoh gambar ini berfungsi penuh sebagai inti struktural, selain
sebagai pusat saluran utilitas (shaft). Di Jakarta bangunan seperti ini adalah
Wisma Indosemen. Stabilitas bangunan dipikul oleh Inti dan Portal.
20
Pada bangunan ini terdapat dua jalur koridor.
Gedung DEPDIKNAS di Jakarta memiliki denah seperti ini.
Bangunan Inti gedung tidak sepenuhnya berfungsi sebagai Inti Sruktural,
fungsi lainnya adalah pusat saluran utilitas (Shaft). Stabilitas bangunan
dipikul oleh gabungan Inti dan Dinding Geser.
Gedung Patra Jasa di Jakarta. Inti disini berfungsi sebagai Inti Struktural
selain sebagai pusat utilitas.
Bangunan dengan bentuk “silang” dan bentuk “Y” , “T” , “H” dan “V”
merupakan variasi dari bentu memanjang. Bentuk seperti ini dimaksudkan
untuk memperoleh lantai tipikal yang cukup luas tetapi tetap dapat
memanfaatkan pencahayaan alamiah.
21
Gedung ini berbentuk Y
Contoh disamping adalah
gedung Duta Merlin di Jakarta.
Inti disini berfungsi sebagai Inti
Struktural selain sebagai pusat
saluran utilitas (Shaft ).
22
Selain itu dalam perancangan inti bangunan memikirkan juga masalah
transportasi vertikal dan distribusi arah vertikal bagi jaringan mekanika dan
elektrikal. Arsitek adalah merancang ruang, maka sejalan dengan rancangan
struktur, dirancang juga optimasi ruang yang dapat dimanfaatkan untuk fungsi
bangunan. Penempatan inti bangunan akan memberikan pengaruh pada
bangunan. Rancangan inti bangunan juga memikirkan mengenai fleksibilitas
ruang yang dapat disewa/dimanfaatkan.
23
LUBANG UTILITAS (SHAFT) DAN JALUR UTILITAS
24
Penempatan inti bangunan akan berdampak kemungkinan penempatan jalur
distribusi jaringan utilitas, baik pada arah vertikal yang berdampak rancangan
denah bangunan, maupun apad arah horisontal yang berdampak apad
potongan bangunan.
FONDASI
q c =nilai konus
1. Fondasi tiang yang bertumpu pada lapisan tanah keras (point bearing pile)
Pada kondisi ini tiang dianggap bertumpu pada lapisan tanah keras dengan
nilai qc ≥ 200 kg/cm2
26
Tebal poer diperhitungkan
dengan memperhatikan
tegangan pons
1 Pkolom
pons = √ bk 1+
6 14
Akolom
P kolom
pons = (kolom persegi empat)
(a+b+2t) 2t
P kolom
pons = (kolom lingkaran)
(2r+t) .t
27
Dimana :
WG : berat bangunan
WFondasi : berat fondasi rakit
WTanah : berat tanah yang dipindahkan
σ tanah : daya dukung tanah keras dibawah fondasi ≥ 3 kg/cm2
A fondasi : luas tapak fondasi = L x B
Skematik basement :
WG - PRakit
n=
PTiang
WG : beban bangunan
PRakit : daya pikul fondasi rakit
PTiang : daya pikul satu fondasi
TRNASPORTASI VERTIKAL
LIFT HIDROLIK
28
Memiliki karakteristik :
LIFT MOTOR
Tabung lift ditentukan dari jumlah lift dan konfigurasi tata lift, dengan jumlah
maksimal empat (4) lift dalam satu deretan. Di depan lift tidak diperkenankan
hambatan apapun, harus clear ang clean.
29
Untuk bangunan lebih dari 25 lantai dianjurkan untuk membagi layanan lift
dengan mengelompokkan lantai yang dilayani yaitu : konsep zona.
Setiap zona dilayani oleh sejumlah lift.
Jika pembagian zona masih mengakibatkan jumlah lift tetap banyak, dapat
digunakan sejumlah lift dengan pintu masuk (entrance) terpisah dan
ditempatkan pada lantai transfer yang disebut : sky lobby.
Dalam sky lobby ditempatkan utilitas gedung : mecanical, electrical, water
pomp, mesin pengkondisian udara, restoran, lobby hotel, ruang penglola,
kolam renang dan fasilitas lain yang diperlukan.
30
Dengan adanya berbagai fasilitas tersebut, maka skay lobby dibuat kokoh dan
kaku, sehingga dapat menambah stabilitas bangunan tinggi terhadap gaya-
gaya lateral.
Pada umumnya sebuah lift (satu jalur tabung) melayani 12 – 15 lantai.
Sky lobby
Zona lift dengan sky lobby Zona lift tanpa sky lobby
31
KEBUTUHAN RUANG LIFT
1. Ruang Luncur Lift (Lift Shaft )
32
Dalam rancangan biasa diambil nilai 0,20 m 2 / orang, dengan jrak antar
kereta kurang lebih 0,30 meter.
33
Perkiraan Jumlah dan Kapasitas Lift untuk Bangunan Perkantoran, Hotel dan
Apartemen
34
35