Anda di halaman 1dari 229

KETENTUAN RANCANGAN STRUKTUR

STABILITAS BANGUNAN
1. Berat sendiri bangunan
Berat bangunan menjadi penahan momen guling/tumbang

Ttitik guling Ttitik guling

RANGKA / FRAME RANGKA / FRAME dengan CORE SIMETRI - ASIMETRI


KETENTUAN RANCANGAN STRUKTUR

STABILITAS BANGUNAN

2. Membuat podium
 Podium menyebabkan
jarak titik berat massa
bangunan ke titik guling
semakin besar, sehingga
momen penahan guling
juga bertambah besar.
KETENTUAN RANCANGAN STRUKTUR

STABILITAS BANGUNAN
3. Dengan tiang
pancangbangunan
seakan-akan mempunyai
‘akar’ yang mengikat tanah di
sekitar tiang pancang. Jumlah
hambat pelekat (gaya
gesek/lekat tanah) membuat
bangunan lebih kokoh dan
stabil
KETENTUAN RANCANGAN STRUKTUR

STABILITAS BANGUNAN

4. Membuat basemen
 Adanya basemen
menambah momen penahan
guling yang diperoleh dari
tekanan tanah pasif
KETENTUAN RANCANGAN STRUKTUR

STABILITAS BANGUNAN

5. Gabungan podium dan


basemen  Memperbesar
jarak titik berat massa
bangunan ke titik guling
serta momen penahan
guling
KETENTUAN RANCANGAN STRUKTUR

PEMISAHAN BANGUNAN (DILATASI)


Dilatasi baik digunakan pada pertemuan antara bangunan rendah dengan yang tinggi,
bangunan induk dengan sayap, dan bagian bangunan lain yang memiliki kelemahan
geometris.

MASA LAMA - BARU


MASA BESAR - KECIL MASA BERSAYAP - DIMENSI KECIL

BENTUK MASA L – T – Z dll MASA PANJANG


KETENTUAN RANCANGAN STRUKTUR

PEMISAHAN BANGUNAN (DILATASI)


1. Dilatasi dengan 2 kolom
Digunakan pada bangunan
memanjang
Bentang antar kolom
menjadi lebih pendek
KETENTUAN RANCANGAN STRUKTUR

PEMISAHAN BANGUNAN (DILATASI)

2. Dilatasi dengan balok


kantilever
Pada daerah dilatasi
terdapat perubahan
bentang/jarak antar kolom
karena bentang balok
kantilever terbatas
KETENTUAN RANCANGAN STRUKTUR

PEMISAHAN BANGUNAN (DILATASI)

3. Dilatasi dengan balok


gerber
Digunakan untuk
mempertahankan jarak
kolom pada balok
kantilever. Namun
jarang digunakan
karena resiko lepas dan
jatuh bila mengalami
deformasi besar karena
beban gempa
KETENTUAN RANCANGAN STRUKTUR

PEMISAHAN BANGUNAN (DILATASI)

4. Dilatasi dengan konsol


- Jarak antar kolom dapat
dipertahankan sama,
namun tinggi langit-langit di
daerah dilatasi lebih rendah
dibanding daerah lain.
- Banyak digunakan pada
bangunan yg menggunakan
konstruksi prefab
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI

Sistem Mekanikal Elektrikal:


Plumbing, jaringan, trans. vertikal

Sub Sistem Vertikal:


Kolom Dinding, Core

Sub Sistem Horizontal:


Lantai dan Balok
SUPER STRUKTUR

SUB - STRUKTUR
Basement , Pondasi
(pondasi Dangka dan Dalam)
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
PARALLEL BEARING WALLS
- Tedirr dari unsur bidang vertikal yg dipratekan
oleh berat sendiri.
- Terutama utk bgn yg tdk memerlukan ruang
bebas yg luas (mis: apartemen) dan
sist.mekanisnya tdk memerlukan struktur inti

CORES & FAÇADE BEARING WALLS


- Bdg vertikal membentuk dinding luar,
Parallel Bearing Cores & Bearing memungkinkan interior yang terbuka dgn
Walls Walls bentangan tergantung kekuatan struktur lantai
(dinding pendukung (inti & dinding
sejajar)
- Inti memuat sistem mekanis serta menambah
pendukung sejajar)
kekakuan bangunan
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI

SELF SUPPORTING BOXES


- Menyerupai bearing walls dgn unit 3
dimensi yang berdiri sendiri
- Dpt disusun secara berselang-seling untuk
menambah kekuatan struktur

CANTILEVERED SLAB
- Inti memikul sistem plat lantai, sehingga
memungkinkan lantai bebas kolom Boxes (self support) Cantilever Slab
- Kekuatan plat tergantung pada ukuran (kotak berdiri sendiri) (plat kantilever)
bangunan, dpt ditingkatkan dgn teknologi
pratekan
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
FLAT SLAB
- Grid kolom menahan beban plat lantai
datar dimana tidak ada penebalan pada
plat dan bagian atas kolom
- Memungkinkn jarak antar lantai
minimum karena tidak tdp ‘deep beam’.

INTERSPATIAL
- Rangka kantilever setinggi 1 lantai
menahan lantai kerja digunakan utk
Flat Slab Interspatial ruang peralatan tetap.
(Plat datar/rata) - Lantai kerja di atas digunakan utk
kegiatan lainnya
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
STAGGERED TRUSS
- Mekanisme penyaluran beban vertikal
dilakukan oleh sistem rangka setinggi
lantai yang disusun sedemikian
rupa/berselang-seling dgn lantai
bangunan sehingga mengurangi
penggunaan rangka penguat thd beban
angin (braced frame)

RIGID FRAME
- Komponen vertikal dan horisontal
dihubungkan secara kaku.
- Jarak antar kolom dan tinggi lantai ke
Staggered Truss Rigid Frame lantai menjadi penentu kekuatan struktur
(rangka selang-seling) (rangka kaku)
- s/d 20 lantai utk beton dan 30 lantai utk
baja
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
RIGID FRAME & CORE
- Sama dengan rigid frame hanya
diperkaku dengan adanya inti.
- Bereaksi thd beban lateral dengan lentur
balok dan kolom secara horisontal (drift)

TRUSSED FRAME
- Rangka kaku diperkuat oleh rangka geser
Rigid Frame & Core Trussed Frame
vertikal untuk menahan beban angin
(inti dan rangka kaku) (rangka truss)
- Beban gravitasi ditahan oleh rangka kaku
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
SUSPENDED
- Penggantung (kabel) sebagai pengganti kolom
digunakan untuk memikul beban lantai. Disalurkan ke
atas di bagian inti
- Gaya tarik dominan, gaya tekan dikurangi karena
menyebabkan rentan bahaya tekuk

Suspended
(gantung)
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
BELT TRUSSED FRAME & CORE
- Suatu sabuk/belt trussed mengikat kolom
fasad ke inti sehingga tidak ada aksi
terpisah antara rangka dan inti

TUBE IN TUBE
- Kolom dan balok eksterior ditempatkan
rapat sehingga menyerupai dinding
dengan bukaan sangat kecil
- Perilakunya seperti tabung terkantilever
dari tanah. Kolom dan balok interior
meningkatkan kekakuan dengan ikut
memikul beban bersama kolom-kolom
fasad
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
BUNDLED TUBE
- Menyerupai sekumpulan tabung-tabung
terpisah yang membentuk tabung
multisel.
- Sistem ini menyebabkan kekakuan
bangunan semakin besa
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI

Sistem Mekanikal Elektrikal:


Plumbing, jaringan, trans. vertikal

Sub Sistem Vertikal:


Kolom , Dinding, Core

Sub Sistem Horizontal:


Lantai dan Balok
SUPER STRUKTUR
SUB SISTEM VERTIKAL

Berdasarkan kemampuan menahan


dan meneruskan beban vertikal dan
horisontal ke pondasi, sub sistem
vertikal dibagi menjadi 3 yaitu:

Wall, Shaft, Rigid Frame


SUB SISTEM VERTIKAL
Kategorial dapat juga berdasarkan elemen vertikal pendukung struktur dan
konstruksi, yaitu: Wall, Shaft, Frame, Truss

Wall Frame

Shaft (+frame) Truss


SUB SISTEM VERTIKAL - BEARING WALL

• Dikembangkan dari
konstruksi dinding batu yang
tebal dan berat
• Mekanisme transfer beban,
semakin kebawah semakin
besar – dengan konsekuensi
dinding semakin tebal
BEARING WALL

• Menurut peletakan/lay-out, wall


system dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Long wall system mengutamakan


arah sejajar/membujur dengan
panjang bangunan

b. Cross wall system mengutamakan


arah melintang/tegak lurus terhadap
panjang bangunan

c. Two way system memanfaatkan lay-


out dinding struktur di kedua arah,
baik membujur atau melintang.
BEARING WALL STRUCTURES
SUB SISTEM VERTIKAL - SHEAR WALL

• Perilaku struktur merupakan fungsi dari tingkat kontinuitas antara


dinding-dinding dan antara dinding dengan plat lantai

Konst.batu & beton pracetak Shear wall


Struktur lantai disendikan pada Dicor kaku
dinding menerus merupakan satu kesatuan

• Beban vertikal diteruskan sebagai momen melalui struktur lantai langsung


ke dinding. Bentang lantai/jarak kolom yg umum yi 12 s/d 25 feet (3,6 – 7,5
meter) namun tergantung pada kapasitas daya dukung dan kekakuan
lateral dari sistem lantai.krn dinding ≈ kolom tipis memanjang, maka
kestabilan perlu diperiksa terhadap bahaya tekuk
• Tegangan tekan pada dinding merupakan fungsi dari:
- bentang lantai,
- tinggi dan jenis bangunan,
- ukuran serta susunan dari bukaan dinding.
SHEAR WALL

• Reaksi struktur dinding pendukung


terhadap beban sangat tergantung
pada:
- Bahan yang digunakan
- Jenis interaksi antara bidang
lantai horisontal dgn bidang
dinding vertikal
SHEAR WALL

• Beban horisontal disebar melalui struktur


lantai dan berlaku sebagai diafragma
horisontal terhadap dinding geser, sejajar
dengan aksi gaya.
• Dinding geser:
- sangat kaku,
- peran sbg balok tebal,
- bereaksi thd gaya geser,
- lentur thd momen guling.

Dinding melintang menahan


beban gravitasi dan beban
geser (krn beban angin)

Dinding memanjang
menahan beban gravitasi
dan meneruskan beban
angin yg menyebabkan
momen lentur ke diafragma
lantai atau dinding geser di
tengah/ujung
SHEAR WALL

Dinding geser jarang sekali merupakan dinding masif, krn umumnya terdapat pelubangan
sehingga titik ini menimbulkan perlemahan.  perilaku dinding sangat dipengaruhi oleh
jumlah, ukuran, dan susunan bukaan:
a. Bukaan kecil, d. Bukaan membagi dinding mjd 2. e. Bukaan membagi
shear wall berlaku fungsi tetap bekerja optimal, dinding mjd 2.
seperti dinding tetapi terpisah karena bukaan Masing2 dinding
masif yg menahan berperilaku sbg
beban lateral. dinding terpisah yg
Beban gravitasi memikul ½ beban
menghasilkan gaya yang bekerja.
tekan f. Aksi dinding secara
b. Bukaan selang- individual (sama
seling, shear wall dgn e), Dengan
berotasi sebagai kontinuitas berasal
sebuah unit. Kecil- dari sistem plat,
kecil secara namun beban angin
terpisah tidak menyebabkan
c. Bukaan lebih lebar tarik (gravitasi lebih
tersusun, Perilaku besar dr e).
hampir sama (a)
SUB SISTEM VERTIKAL - RIGID FRAME

Parallel Cross Frame


• Rigid frame merupakan grid persegi teratur yang
terdiri dari balok horisontal dan kolom vertikal
yang dihubungkan secara kaku.
• Menurut peletakkannya rangka rigid dibagi :
Two Way Cross Frame
a. Parallel Cross Frame
(rangka melintang sejajar)
b. Two Way Cross Frame
(rangka melintang 2 arah)
c. Internal-External Envelopes
(rangka pembungkus)
Internal-External Envelopes
• Sistem rigid frame ekonomis untuk lantai 10-30
lantai (konst.baja) dan 10-20 lantai (konst.beton)
• Rangka kaku bereaksi terhadap beban lateral
terutama melalui lentur dari kolom dan balok
RIGID FRAME
RIGID FRAME

Lendutan lateral rangka kaku disebabkan 2 hal yaitu;


a. Lendutan oleh lentur kantilever disebut
CHORD DRIFT.
Dalam menahan guling rangka kaku
berlaku sebagai balok kantilever vertikal
yang melentur melalui deformasi aksial
serat-seratnya. Pemanjangan dan
pemendekan kolom menghasilkan ayunan
lateral. Mode lendutan menyumbang
kurang lebih 20% dari penyimpangan total
struktur
b. Deflaksi karena lentur balok dan kolom.
Dikenal sebagai SHEAR LAG/FRAME
WRACKING.
Gaya geser horisontal dan vertikal pada
kolom dan balok menyebabkan momen
lentur. Apabila melentur, seluruh rangka
mengalami distorsi. Mode deformasi ini
menyebabkan 80% ayunan total (65%
lentur balok, 15% lentur kolom)
FRAME SHEAR WALL

Usaha mengurangi ‘lendutan lateral’ pada


sistem rigid frame , menurut reaksi
terhadap beban lateral:
a. Sistem rangka bersendi-dinding geser
rangka  hubungan sendi, menahan
beban vertikal
dinding geser  memikul semua
beban lateral
b. Sistem rangka bersendi - vierendeel -
dinding geser
rangka vierendeel dan dinding geser
menahan gaya lateral pada
arah memendek (bentang bangunan)
c. Sistem rangka kaku - dinding geser
rangka kaku  menahan lateral di
bagian atas
dinding geser  menahan lateral di
bagian bawah
DIAGONALLY BRACE FRAME
SUB SISTEM HORIZONTAL

Fungsi sub sistem horisontal adalah meneruskan gaya-gaya gravitasi dan


lateral ke kolom dan atau dinding
Pemilihan sub sistem horisontal yang tepat sangat penting karena :
- Berpengaruh pada: arah aliran angin dan gaya gravitasi sehingga
mempengaruhi rangka geometri bangunan
- Ketebalan menentukan tinggi bangunan dan biaya pembangunan

Sub sistem horisontal meneruskan beban gravitasi secara langsung atau


tidak ke kolom atau dinding, dimana penyalurannya dilakukan secara :
a. Aksi dua arah (two way system),
al: plat 2 arah, plat rata/datar (flat plate), plat wafel (waffle system)
b. Aksi satu arah (one way system),
al: plat padat, pan joists (joists & girder).
STRUKTUR GRID dan PLAT

RANGKA RUANG Bentuk terdefleksi

STRUKTUR GRID STRUKTUR PLAT

1. PLAT adalah struktur planar kaku, yang secara khas terbuat dari material monolit, dengan
dimensi tebal (tinggi) lebih kecil dibandingkan dimensi panjang dan lebarnya.
2. PLAT terbuat dari material padat homogen, mempunyai sifat sama di segala arah
3. BEBAN yang bekerja pada Plat mempunyai banyak arah dan tersebar
TUMPUAN dan BEBAN

PLAT ditumpu menerus di seluruh tepinya

GRID cocok untuk beban titik atau terpusat

PLAT ditumpu pada titik tertentu

PLAT cocok untuk beban terbagi rata

PLAT ditumpu kombinasi menerus atau titik


Sistem balok dua arah

Pt
B
C

A D

A B
Δ

C D
Δ
FLAT PLATE/FLAT SLAB (plat datar)

Sistem ini perlu memperhatikan hubungan bentang, tinggi balok dan efisiensi material.

Secara teoritis, flat plate efisien,


namun tidak untuk bahan
plywood dan baja.
- Plywood  kuat & ringan, ttp
dgn tebal 1/2’-3/4’ tidak
dapat membentang lebih dari
3-5 ft tanpa mengalami
defleksi yang berlebihan
- Baja  tebal 1/4’ lebih kuat
dari plywood namun mahal
dan tidak dapat membentang
>3 ft tanpa mengalami
vibrasi, defleksi dan masalah Maka: baja dan kayu dipakai untuk membuat subsistem
thd api. horisontal lain, spt: slab & beam, grid, space-frame, dan
truss
FLAT PLATE/FLAT SLAB (plat datar)

Plat dari beton relatif lebih lemah dari baja


namun murah. Dengan kombinasi beton
bertulang dapat membentang lebih ekonomis
yi: 15-30 ft atau lebih dan memiliki kelebihan:
cukup kaku, membantu insulasi suara, dan
relatif lebih tahan terhadap api

REINFORCED CONCRETE (RC)


• Merupakan kombinasi 2 material
• Kombinasi pasif  sistem mengalami
defleksi sebelum baja mulai
memberikan reaksi

PRESTRESSED CONCRETE (PC)


• Merupakan kombinasi aktif 2 material,
dengan memberikan pratekan pada baja
• Kedua material berinteraksi untuk
mengontrol gaya tekan, keseimbangan
beban, dan mereduksi defleksi
FLAT PLATE/FLAT SLAB (plat datar)

Penggunaan drop/haunched panel


untuk :
- Meningkatkan resistansi thd
gaya geser
- Memperpendek bentang slabnya
- Menambah kekakuan dan
kekuatan slab
- Untuk post-tensioned concrete
flat slab dapat membentang
lebih besar (10,5 - 13,5 m)
JOIST & GIRDER SUBSYSTEMS

Untuk menghindari perletakan


kolom yang terlalu dekat (karena
mendukung joists) maka dapat
digunakan girder yang besar
sehingga jarak kolom dpt dibuat
lebih lebar sistem 1 arah:
- Relatif ringan
- Dapat mendukung beban total
- Jarak kolom pendukung dpt
dibuat relatif lebar
WAFFLE SYSTEM

Menyalurkan beban ke dua


arah karena adanya sistem
grid.
Agar efektif, sistem ini
mensyatkan perletakan
kolom membentuk grid
bujursangkar  maka panel
slab-nya dapat sangat tipis
karena bentangnya juga
pendek serta beban didukung
pada 2 arah
Sistem ini cocok untuk
bentang besar karena
memberikan kedalaman
struktur yang lebih namun
tetap meminimalkan material
(dibanding flat slab)
WAFFLE SYSTEM

Wafel sistem dari beton


merupakan sistem yang
pertama kali diperkenalkan.
grid kecil
Wafel-nya dapat berbentuk
segiempat, empat persegi
panjang, segitiga, segienam,
dsb serta dapat memanfatkan
bahan plastik, baja, kyu, dsb.
SPACE TRUSS SYSTEM

Untuk membentangi ruang


yang lebar bebas kolom (>30
meter) maka dpt digunakan
sistem truss satu arah dimana
truss utama diletakkan untuk
membentangi lebar yang paling
besar, sedangkan sisi yang lain
digunakan truss sekunder
(truss on truss system)
Sistem ini hampir sama dengan
sistem joists and girder namun
menggunakan truss
SPACE TRUSS SYSTEM
KONSEP BEBAN BANGUNAN TINGGI

PEMBEBANAN PADA BANGUNAN TINGGI


Secara umum tinjauan beban dibedakan pada sumbernya yaitu
alamiah & buatan (manusia), yang terdiri dari:

1. Beban mati (bersifat tetap) 7. Beban seismik/gempa


2. Beban hidup 8. Beban tekanan air/tanah
3. Beban konstruksi 9. Beban suhu
4. Beban hujan/salju/es 10. Beban dampak dan dinamik
5. Beban angin 11. Beban kombinasi, dll
6. Beban ledakan
A. BEBAN ANGIN
Aksi beban angin pada bangunan disebabkan beberapa faktor antara lain:
1. Kecepatan angin
Dipengaruhi oleh lingkungan dimana bangunan berada.
maks

maks

Besarnya tekanan angin dapat dihitung dengan rumus:


P = 0,002558 ( Cd ) ( V2 ) --- psf atau P = 0,0000473 ( Cd ) ( V2 ) --- kN/m2

Cd : koefisien bentuk , V : kec.angin (mil/jam atau km/jam)


Cd sangat tergantung pada bentuk bangunan dan kemiringan atap. Misalnya
bangunan persegi mempunyai Cd =1,3
2. Topografi
Aliran udara yang melalui ruang tertentu kemudian menabrak permukaan
bangunan akan meningkat sangat tinggi.

-
+ -
+ -
- +
+ + + - -
+ + - - -
+ + +
- -
+ +
-

60 70
80
80 90
95
3. Arah angin
Tekanan angin terbesar apabila arah angin-nya membentur bidang
bangunan secara tegak lurus, dan akan mengakibatkan terjadinya ‘gaya
guling’.
Gaya guling yang terjadi akan sangat besar apabila:
- tekanan angin besar
- bidang permukaan sangat luas
Aksi angin yang membentur bidang > 1 muka dapat mengakibatkan
lentur ganda.
 D/2
D

geser tunggal lentur ganda


4. Tekanan angin
Tekanan angin dibedakan menjadi 2, yaitu :
- tekanan angin rata-rata (statis)
- tekanan hembusan (dinamis)
5. Turbulensi
Aliran udara membentur bidang dan dibelokkan sehingga mengikuti airan
udara di sekitarnya, akan menyebabkan kecepatan angin meningkat
melebihi kecepatan angin utama  disebut aliran turbulen 
timbul efek
vortice dan eddy

KESIMPULAN
Pengaruh angin yang oleh karena beberapa faktor bertambah menjadi kuat
dan karena berlangsung terus-menerus sepanjang waktu, maka
pertimbangan utama perancangan bangunan tinggi harus benar-benar
memperhatikan tekanan angin pada ketinggian tertentu dikaitkan dengan
perencanaan sistem yang mewadahi.
Pengaruh Konfigurasi >< Performansi Daya Tahan Bangunan terhadap Gempa

Konfigurasi
Adalah bentuk keseluruhan bangunan termasuk ukuran, sifat dan
lokasi seluruh elemen struktural (pendukung) dan elemen non
struktural di dalamnya.

Skala Bangunan
Berkaitan dengan ukuran/dimensi
bangunannya.
Tinggi Bangunan
Semakin tinggi bangunan, periode
getaran juga semakin meningkat.
Berarti beban gempanya akan semakin
besar.

Ukuran Horisontal
Ukuran bentang bangunan dapat
menyulitkan bangunan dalam
memberikan respon thd beban gempa.
Hal ini memerlukan penambahan
elemen penguat beban lateral di bagian
interior bangunan sehingga
mengurangi bentangannya.
Pengaruh Konfigurasi >< Performansi Daya Tahan Bangunan terhadap Gempa
Proporsi Bangunan
Menunjukkan rasio tinggi:ketebalan
(kerampingan).
The more slender a building, the worse the
overturning effects of an earthquake and the
greater the earthquake stresses in the outer
columns

Simetri
Berkaitan dengan geometri bangunan.
Dapat berupa simetri dalam denah atau
tampak bangunan. Asimetri:
- terbentuk eksentrisitas karena pusat benda
dan pusat kekakuan tidak berada pada satu
titik sehingga menimbulkan puntiran/torsi
- menimbulkan konsentrasi tekanan

Distribusi dan Konsentrasi


Dalam menahan beban gempa yang relatif
besar, maka dibutuhkan
distribusi/pembagian daripada pemusatan
gaya, secara merata ke seluruh komponen
struktur
Pengaruh Konfigurasi >< Performansi Daya Tahan Bangunan terhadap Gempa

Kepadatan Denah Struktur


Yi: Luas total seluruh elemen struktur vertikal
(kolom, dinding, penguat vertikal) dibagi luas lantai.
Ketahanan terhadap gempa dicapai melalui
penempatan elemen vertikal dengan intensitas
besar di bagian bawah bangunan

Sudut
Sudut dalam (re-entrant corner) dan sudut
luar (outside corner) merupakan bagian bgn
yang rentan thd beban gempa.

Penahan sisi luar/dinding luar bangunan


Penempatan dinding penguat atau elemen penguat
lain (wall, frame, brace frame) pada bagian terluar
bangunan penting untuk menahan beban gempa
(lateral, torsion, or both)
SISTEM PENAHAN PADA BANGUNAN TINGGI
Dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Sistem Penahan Gaya Gravitasi – komponen/sub sistem horisontal
Beban gravitasi = beban mati struktur + beban hidup.
Struktur lantai mrpk bag.terbesar dari struktur bgn. Pertimbangan dlm pemilihannya al:
- berat sendiri lantai
- kapasitas dlm memikul beban saat pekerjaan konstruksi
- dpt menyediakan ruang utk saluran utilitas
- memenuhi persyaratan ketahanan thd api
- memungkinan kesinambungan pek.konstruksi, jika pelaks.butuh waktu panjang
- mengurangi penggunaan alat bantu pek.dlm pembuatan pelat lantai
Macam al: one way slab, one way rib slab, two way slab, flat slab, waffle slab
2. Sistem Penahan Gaya Lateral – komponen/sub sistem vertikal
Beban angin terkait dengan dimensi ketinggian bangunan, sedang beban gempa terkait
pada massa bangunan. Al: shear walls, braced frame, dan rigid frame.
Sistem Penahan Gaya Gravitasi – sub sistem horisontal/Diafragma
Diafragma adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan elemen penahan berarah
horisontal (spt lantai dan atap)

Diafragma sebagai balok horisontal Ukuran dan lokasi pelubangan pada


lantai (mis: lift, tangga) mempengaruhi
efektivitas diafragma

Diafragma fleksibel mis kayu, baja Diafragma rigid mis beton. Beban
tanpa beton. Dinding tengah selalu didistribusikan secara merata
memberikan reaksi 2x lebih besar dari tergantung kekakuan diafragmanya.
dinding tepi. Diafragma lebih fleksibel Elemen vertikal lebih fleksibel dari
dari elemen vertikal. diafragma
Sistem Penahan Gaya Lateral – sub sistem vertikal
Shear Walls (dinding geser)

Dinding vertikal kantilever yang dirancang untuk


menerima beban lateral dari diafragma dan
meneruskannya ke tanah  relatif sangat kaku dgn
bukaan < 5 %. Fungsi berubah menjadi dinding
penahan beban (bearing wall) jika dinding geser
menerima beban tegak lurus.

Braced Frames (rangka pengaku/penguat silang)


Tdr dari balok & kolom yg ditambabhkan pengaku
diagonal. Rangka penguat silang, berperilaku sama
dengan dinding geser, namun kekuatannya lebih
rendah tergantung dari detail
rancangannya.struktur baja: pengaku ‘K” ,
pengaku diagonal tunggal/ganda, pengaku eksentris

Rigid Frames (Portal penahan momen)


Mekanisme ketahanan didapatkan dari kolom dan
balok yang dihubungkan secara kaku yang
bersama-sama menahan lentur dan geser akibat
gaya lateral. Kekakuan tergantung pd dimensi
balok & kolom serta proporsional thd jarak lantai
ke lantai dan jarak kolom ke kolom
Reaksi Bangunan terhadap Beban Lateral (mis: gerakan tanah/gempa)
Damping (peredam) Strength & Stiffness (kekuatan dan kekakuan)
Damping mencegah bangunan mengalami
resonansi (getaran yang semakin besar). Kekakuan diukur dengan defleksi.
Gerakannya akan terbatas dan capat kembali Strength: Bgm menahan beban tanpa
ke kondisi semula. Tergantung pada elemen mengalami tegangan yang berlebihan
non struktural, sambungan & material
bangunan. Stiffness: Bgm mencegah struktur
mengalami drift (defleksi horisontal) melebihi
yang disyaratkan.
Ductility (kekenyalan)
Kemampuan suatu material untuk patah
setelah deformasi inelastisnya terlampaui.
Deformasi inelastis adalah deformasi dimana
material tidak akan kembali ke bentuk semula
setelah mengalami distorsi
Torsion (puntiran)
Puntiran terjadi apabila beban lateral yang
terdistribusi merata tidak medapat reaksi
yang sama
SYSTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
A. Sub Sistem Pondasi
A. PENGERTIAN DAN FUNGSI PONDASI
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada
suatu bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh beban (hidup dan
mati ) yang berada di atasnya dan gaya – gaya dari luar". Pondasi merupakan bagian
dari struktur yang berfungsi meneruskan beban menuju lapisan tanah pendukung
dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh
berat sendiri ataupun akibat beban rencana harus disalurkan ke dalam suatu
lapisan pendukung dalam hal ini adalah tanah yang ada di bawah struktur
tersebut. Beton bertulang adalah material yang paling cocok sebagai pondasi untuk
struktur beton bertulang maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur
lainnya. Beban dari kolom yang bekerja pada pondasi ini harus disebar ke permukaan
tanah yang cukup luas sehingga tanah dapat memikul beban dengan aman. Jika
tegangan tekan melebihi tekanan yang diizinkan, maka dapat menggunakan bantuan
tiang pancang untuk membantu memikul tegangan tekan pada dinding dan kolom pada
struktur.

B. PERSYARATAN PERENCANAAN PONDASI


Dengan memperhatikan faktor-faktor dalam pemilihan tipe pondasi terdapat juga
Syarat-syarat umum dari pondasi yaitu :
1. Kedalaman harus memadai untuk menghindarkan pergerakan tanah lateral dari
bawah pondasi khususnya untuk pondasi telapak dan pondasi rakit.
2. Kedalaman harus berada dibawah daerah perubahan volume musiman yang
disebabkan oleh pembekuan, pencairan dan pertumbuhan tanaman.
3. Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran atau pergeseran
tanah.
4. Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang disebabkan oleh bahan
berbahaya yang terdapat didalam tanah.
5. Sistem harus mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan geometri
konstruksi atau lapangan selama proses pelaksanaan perlu dilakukan.
6. Metode pemasangan harus seekonomis mungkin.
7. Pergerakan tanah keseluruhan dan pergerakan diferensial harus dapat ditolerir dan
elemen pondasi dan elemen bangunan atas.
8. Pondasi dan konstruksinya harus memenuhi syarat standar untuk perlindungan
lingkungan.
C. PEMILIHAN PONDASI BERDASAR DAYA DUKUNG TANAH
Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal. (misal: pondasi jalur, pondasi
telapak atau pondasi strauss).
Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang bored pile.minipile,
pondasi sumuran atau pondasi.
Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile.
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung tahun 1983 adalah :
Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2).
Tanah sedang (2-5 kg/cm2)
Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)
Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)
Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara
sederhana. Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg tidak akan
mengalami penurunan atau amblas maka tanah tersebut digolongkan tanah keras.

D. JENIS-JENIS PONDASI
Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah
disekitar bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat
yang mendukung pondasi. Jika terletak pada tanah miring lebih dari 10%, maka pondasi
bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan bagian bawah dan
atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
1. PONDASI DANGKAL
Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah,
umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai
dengan kedalaman kurang dari 3 m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang
baku, tetapi merupakan sebagai pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan
atau kondisi permukaan lainnya akan mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi
dangkal. Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang cukup
kuat dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan dimana jenis struktur yang
didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi dangkal umumnya
tidak cocok dalam tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug
dengan kepadatan yang buruk , pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah
gambut, lapisan tanah muda dan jenis tanah deposito aluvial, dll.Apabila kedalaman
alas pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4) dan
apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal (0,6-
2,0 m) maka digunakan pondasi ini. Pondasi dangkal juga digunakan bila bangunan
yang berada di atasnya tidak terlalu besar. Rumah sederhana misalnya. Pondasi ini
juga bisa dipakai untuk bangunan umum lainnya yang berada di atas tanah yang keras.
Yang termasuk dalam pondasi dangkal adalah sebahai berikut :
Pondasi Tapak (Pad Foundations), Pondasi tapak (pad foundation) digunakan
untuk mendukung beban titik individual seperti kolom struktural. Pondasi pad ini dapat
dibuat dalam bentuk bukatan (melingkar), persegi atau rectangular. Jenis pondasi
ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang dengan ketebalan yang seragam,
tetapi pondasi pad dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat atau haunched jika
pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom berat. Pondasi tapak
disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat juga digunakan untuk pondasi
dalam.

PONDASI TAPAK

Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations), Pondasi jalur/


pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi
yangdigunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk
mendukung beban dinding atau beban kolom dimana penempatan kolom dalam jarak
yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga
pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya
dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium.
Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi
ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan
dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban
struktural.
PONDASI JALUR

Pondasi Tikar (Raft foundations), Pondasi tikar/ pondasi raft digunakan untuk
menyebarkan beban dari struktur atas area yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh
area struktur. Pondasi raft digunakan ketika beban kolom atau beban struktural lainnya
berdekatan dan pondasi pada saling berinteraksi. Pondasi raft biasanya terdiri dari pelat
beton bertulang yang membentang pada luasan yang ditentukan. Pondasi raft memiliki
keunggulan mengurangi penurunan setempat dimana plat beton akan
mengimbangi gerakan diferensial antara posisi beban. Pondasi raft
sering dipergunakan pada tanah lunak atau longgar dengan kapasitas daya
tahan rendah karena pondasi radft dapat menyebarkan beban di area yang lebih
besar.

PONDASI TIKAR
Pondasi Rakit/ Raft Foundation, Pondasi rakit adalah plat beton besar yang
digunakan untuk mengantar permukaan dari satu atau lebih kolom di dalam beberapa
garis/ beberapa jalur dengan tanah. Digunakan di tanah lunak atau susunan jarak
kolomnya sangat dekat di semua arahnya, bila memakai telapak, sisinya berhimpit satu
sama lain.

PONDASI RAKIT

Pondasi Sumuran, Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton


berdiameter 60 – 80 cm dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di dalamnya dicor beton yang
kemudian dicampur dengan batu kali dan sedikit pembesian dibagian atasnya. Pondasi
ini kurang populer sebab banyak kekurangannya, diantaranya boros adukan beton dan
untuk ukuran sloof haruslah besar. Hal tersebut membuat pondasi ini kurang diminati.
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50
kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur. Pada
bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof.
PONDASI SUMURAN

Pondasi Umpak, Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras.
Sistem dan jenis pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan, tetapi
ditopang oleh pondasi batu kali yang berada di dalam tanah dan sloof sebagai pengikat
struktur, serta angkur yang masuk kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari bagian
bawah umpaknya atau tiangnya. Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur yang
dilunakkan, sehingga sistim membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan
goyangan yang terjadi pada permukaan tanah, sehingga bangunan tidak akan patah
pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa.

PONDASI UMPAK

Pondasi Plat Beton Lajur,


Pondasi plat beton lajur adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung
sederetan kolom Pondasi plat beton lajur sangat kuat, sebab seluruhnya terdiri dari
beton bertulang dan harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali.
Ukuran lebar pondasi lajur ini sama dengan lebar bawah dari pondasi batu kali, yaitu 70
Cm. Sebab fungsi pondasi plat beton lajur adalah pengganti pondasi batu kali. berjarak
dekat dengan telapak, sisinya berhimpit satu sama lain.
PONDASI PLAT BETON LAJUR

2. PONDASI DALAM
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah dengan
kedalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural
dan kondisi permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman
lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam
bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi
kompensasi.
Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih
dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang
mendukung daya beban strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di
dekat permukaan tanah dapat dihindari. Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan
terdapat lapisan tanah yang keras yang dalam maka dibuat pondasi tiang pancang yang
dimasukkan ke dalam sehingga mencapai tanah keras(Df/B >10 m), tiang-tiang tersebut
disatukan oleh poer/pile cap. Pondasi ini juga dipakai pada bangunan dengan
bentangan yang cukup lebar (jarak antar kolom 6m) dan bangunan bertingkat. Yang
termasuk didalam pondasi ini antara lain pondasi tiang pancang, (beton, besi, pipa baja),
pondasi sumuran, pondasi borpile dan lain-lain. Jenis-jenis pondasi dalam adalah
sebagai berikut :
Pondasi Tiang Pancang , Pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya saja
yang membedakan bahan dasarnya. Tiang pancang menggunakan beton jadi yang
langsung ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang.
Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang
tidak memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada
tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah)
kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk
pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja, dan beton
bertulang.

PONDASI TIANG PANCANG

Pondasi Piers (dinding diafragma) , Pondasi piers adalah pondasi


untuk meneruskan beban berat struktural yang dibuat dengan cara melakukan
penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier dipasangkan kedalam galian tersebut.
Satu keuntungan pondasi pier adalah bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan
dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian yang
dialami adalah jika lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami kekurangan
ukuran maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal. Pondasi pier standar dapat
dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena itu, aturan perencanaan pondasi pier
terhadap balok beton diafragman adalah mengikuti setiap ukuran ketinggian pondasi
yang direncanakan. Pondasi pier dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel , struktur
adalah sistem kolom vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah
bangunan yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali. Lempengan beton
diafragma ini mentransfer beban bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di
atas dinding diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau
struktur. Banyak rumah didukung sepenuhnya dengan jenis pondasi ini, dimana beton
yang dipasang juga berguna sebagai dinding pada ruang bawah tanah, dimana ruang
tersebut digunakan sebagai gudang penyimpanan atau taman. Beton pondasi pier
biasanya dibuat dalam bentuk pre cast dalam berbagai ukuran dan bentuk, dimana
sering dijumpai dalam bentuk persegi memanjang dengan ketinggian sesuai dengan
ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat juga dibuat dalam bentuk bulatan.
Setelah beton bertulang cukup kering kemudian di masukkan ke dalam tanah yang
sudah digali dan disusun secara bersambungan. Setelah tersusun dengan baik
kemudian baru dilanjutkan dengan konstruksi diatasnya.
PONDASI PIERS

Pondasi Caissons (Bor Pile), Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang
dibangun di dalam permukaan tanah, pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang
dibutuhkan dengan cara membuat lobang dengan sistim pengeboran atau pengerukan
tanah. Setelah kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan dengan
pengecoran beton bertulang terhadap lobang yang sudah di bor. Sisitim pengeboran
dapat dialakukan dalam berbagai jenis baik sistim maual maupun sistim
hidrolik. Besar diameter dan kedalaman galian dan juga sistim penulangan beton
bertulang didesain berdasarkan daya dukung tanah dan beban yang akan dipikul.
Fungsional pondasi ini juga hampir sama pondasi pile yang mana juga ditujukan
untuk menahan beban struktur melawan gaya angkat dan juga membantu struktur
dalam melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling.
PONDASI BOR PILE

B. Sub Sistem Kolom-Balok-Plat Lantai


A. KOLOM

I. Pendahuluan

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom
merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,
sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh
struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah
sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti
rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur
utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan
barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan
tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan
beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan
bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus
benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan
meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi
rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau
terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya
merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. sloof dan balok bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

II. Jenis-jenis Kolom


Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton
bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom brton yang
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan
pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling
membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi
kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu
mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan
tegangan terwujud.

3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan
pokok memanjang.

Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama dan
kolom praktis.
• Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban
utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5
m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak
antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan
dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20,
dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton
diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).

• Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar
dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-
sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20. Letak kolom
dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai
atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan
menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah
kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh
makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil.
Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom
mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok
portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat
lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-
jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya
horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan
kolom, boleh ditambah tebalnya.
III. Dasar- dasar Perhitungan

Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan kolom:

1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua
lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang
terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio
maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan.

2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya beban tak seimbang
pada lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam harus diperhitungkan. Demilkian pula
pengaruh dari beban eksentris karena sebab lainnya juga harus diperhitungkan.

3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung-ujung
terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan
komponen struktur lainnya.

4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan pada
kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relative kolom dengan juga
memperhatikan kondisi kekekangan pada ujung kolom.

Adapun dasar-dasar perhitungannya sebagai berikut:


1. Kuat perlu
2. Kuat rancang

IV. Pekerjaan Kolom

Prosesnya adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan lantai kerja dan beton decking.


Lantai kerja dibuat setelah dihamparkan pasir dengan ketebalan yang cukup sesuai gambar
dan spesifikasi. Digunakan beton decking untuk menjaga posisi tulangan dan memberikan
selimut beton yang cukup.

2. Pekerjaan pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah lantai kerja siap maka besi tulangan
yang telah terfabrikasi siap dipasang dan dirangkai di lokasi. Pembesian pile cap dilakukan
terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian sloof. Panjang penjangkaran dipasang 30
x diameter tulangan utama.

3. Pekerjaan bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk 4/6 dan diberi skur-skur
penahan agar tidak mudah roboh. Jika perlu maka dipasang tie rod untuk menjaga kestabilan
posisi bekisting saat pengecoran.

4. Pekerjaan kontrol kualitas.


Sebelum dilakukan pengecoran, perlu dilakukan kontrol kualitas yang terdiri atas dua tahap
yaitu :
Sebelum pengecoran.
Sebelum pengecoran dilakukan kontrol kualitas terhadap :
• Posisi dan kondisi bekisting.
• Posisi dan penempatan pembesian.
• Jarak antar tulangan.
• Panjang penjangkaran.
• Ketebalan beton decking.
• Ukuran baja tulangan yang digunakan.
• Posisi penempatan water stop
Pada saat pengecoran.
Pada saat berlangsungnya pengecoran, campuran dari concrete mixer truck diambil sampelnya.
Sampel diambil menurut ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi.
Pekerjaan kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan konsultan pengawas untuk
selanjutnya dibuat berita acara pengesahan kontrol kualitas.

5. Pekerjaan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh yaitu dengan menggunakan Concrete
Pump Truck. Pengecoran yang berhubungan dengan sambungan selalu didahului dengan
penggunaan bahan Bonding Agent.

6. Pekerjaan curing
Curing dilakukan sehari ( 24 jam ) setelah pengecoran selesai dilakukan dengan dibasahi air
dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.
Jadi, untuk kolom pada bangunan berlantai 2 atau lebih, di butuhkan kolom yang kuat dan
kokoh sebagai dasar penopang beban yang besar dari atas, kolom yang baik untuk bangunan
ini adalah dengan ukuran 30/40 atau 40/40 ke atas. Ukuran kolom ini disesuaikan dengan
kebutuhan pada beban bangunan.
B. BALOK

Balok untuk bangunan berlantai 2


Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang untuk balok sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam
konstruksi beton bertulang.
Menggambar penulangan balok agak sedikit berbeda dengan menggambar penulangan pelat
atap/lantai, karena dalam menggambar penulangan balok, tulangannya harus dibuka satu
persatu ( harus digambarkan bukaan tulangan) agar kelihatan jelas susunan tulangan-tulangan
yang digunakan dan bentuknya.

Tulangan yang dipilih luasnya harus desuai dengan luas tulangan yang dibutuhkan serta
memenuhi persyaratan konstruksi beton bertulang.
• Setiap sudut balok harus ada 1 (satu) batang tulangan sepanjang balok
• Diameter tulangan pokok minimal Ø 12 mm
• Jarak pusat ke pusat (sumbu ke sumbu) tulangan pokok maksimal 15 cm dan jarak bersih 3
cm pada bagian-bagian yang memikul momen maksimal.
• Hindarkan pemasangan tulangan dalam 2 (dua) lapis untuk tulangan pokok.
• Jika jarak tulangan atas dan tulangan bawah (tulangan pokok) dibagian samping lebih dari 30
cm, harus dipasang tulangan ekstra (montage)
• Tulangan ekstra (montage) untuk balok tinggi (untuk balok yang tingginya 90 cm atau lebih
luasnya minimal 10 % luas tulangan pokok tarik yang terbesar dengan diameter minimal 8 mm
untuk baja lunak dan 6 mm untuk baja keras
Selimut beton (beton deking) pada balok minimal untuk kontruksi
• Di dalam : 2.0 cm
• Di luar : 2.5 cm
• Tidak kelihatan : 3.0 cm
Apabila tegangan geser beton yang bekerja lebih kecil dari tegangan geser beton yang
diijinkan, jarak sengkang / beugel dapat diatur menurut peraturan beton dengan jarak masimal
selebar balok dalam segala hal tidak boleh lebih dari 30 cm.
Jika tegangan geser beton yang bekerja lebih besar dari tegangan geser beton yang diijinkan,
maka untuk memikul / menahan tegangan yang bekerja tersebut ada 2 (dua) cara:
• Tegangan geser yang bekerja tersebut seluruhnya (100 %) dapat ditahan/dipikul oleh
sengkang-sengkang atau oleh tulangan serong / miring sesuai dengan perhitungan yang
berlaku.
• Apabila tegangan geser yang bekerja tersebut ditahan / dipikul oleh kombinasi dari sengkang-
sengkang dan tulangan serong / miring (sengkang-sengkang dipasang bersama-sama dengan
tulangan serong / miring atau dengan kata lain sengkang bekerjasama dengan tulangan
serong), maka 50 % dari tegangan yang bekerja tersebut harus dipikul / ditahan oleh sengkang-
sengkang dan sisinya ditahan / dipikul oleh tulangan serong/miring.
Tulangan tumpuan harus dipasang simetris (tulangan tumpuan bawah harus dipasang minimal
sama dengan tulangan tumpuan atas).
Kolom untuk bangunan lantai 2

Yang perlu mendapatkan perhatian dalam menggambar penulangan kolom antara lain:
• Penyambungan kolom di atas balok atau sloof
• Seperempat tinggi kolom jarak sengkang lebih rapat dari pada bagian tengah kolom
• Lebar kolom lebih dari 30 cm diberi tulangan tambahan di tengah-tengah lebar
• Minimal tulangan pokok kolom menggunakan diameter 12 mm

C. PELAT LANTAI
Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban transversal melalui
aksi lentur ke masing-masing tumpuan dari pelat. Beberapa tipe pelat lantai yang banyak
digunakan pada konstruksi diantaranya :

a. Sistem Lantai Flat Slab


Sistem Flat Slab, merupakan pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom
tanpa adanya balok-balok. Biasanya digunakan untuk intensitas beban yang tidak terlalu besar
dan bentang yang kecil. Pada daerah kritis di sekitar kolom penumpu, biasanya diberi
penebalan (drop panel) untuk memperkuat pelat terhadap gaya geser, pons dan lentur. Flat
Slab tanpa diberi kepala kolom (drop panel) disebut flat plate.

b. Sistem Lantai Grid (Waffle System)


Sistem lantai Grid (Waffle system) mempunyai balok-balok yang saling bersilangan dengan
jarak yang relatif rapat, dengan pelat atas yang tipis.
c. Sistem Pelat dan Balok
Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu oleh balok-balok monolit,
yang umumnya ditempatkan pada jarak 3,0m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak dipakai, kokoh
dan sering dipakai untuk menunjang sistem pelat lantai yang tidak beraturan.

Secara umum sistem pelat lantai dapat dibedakan atas :


1. Pelat Satu Arah (One way slab)
2. Pelat Dua Arah (Two way Slab)
Pelat satu arah dan pelat dua arah dapat dibedakan dari nilai rasio perbandingan sisi panjang
(ly) dan sisi pendek (lx) dari pelat.
Pelat satu arah , apabila : ly/lx > 2,0
Pelat dua arah , apabila : 1,0 ≤ ly/lx ≤ 2,0

1. Pelat Satu Arah


Pelat satu arah dapat di-disain dengan menggunakan disain untuk balok, dengan lebar 1 unit
lebar (per m’ lebar) dalam arah sisi pendek. Dalam arah sisi panjang dapat digunakan tulangan
susut dan temperatur atau tulangan pembagi.
2. Sistem Pelat Dua Arah
Sistem pelat dua arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus, asal perbandingan
panjang bentang kedua sisi memenuhi. Persyaratan jenis pelat lantai dua arah jika
perbandingan dari bentang panjang terhadap bentang pendek kurang dari dua
Beban pelat lantai pada jenis ini disalurkan ke empat sisi pelat atau ke empat balok pendukung,
akibatnya tulangan utama pelat diperlukan pada kedua arah sisi pelat. Permukaan lendutan
pelat mempunyai kelengkungan ganda.
C. Sub Sistem Dinding dan Lobang Bukaan

DINDING

1. Pengertian Dinding

Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk
ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/
pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding
pengisi/ partisi yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan
kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata).

Dinding dapat dibuat dari bermacam-macam material sesuai kebutuhannya, antara lain :
a. Dinding batu buatan : bata dan batako
b. Dinding batu alam/ batu kali
c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap
d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton pra cetak)

Dinding yang digunakan untuk bangunan berlantai 2 atau lebih sebaiknya menggunakan
dinding struktrural, di mana dinding tersebut menerima beban dari beban di atasnya. Mengapa
di pilih dinding struktural, ini di karenakan dinding struktural membantu kolom untuk menerima
beban yang besar dari bangunan berlantai 2 atau lebih, sehingga keamanan dan kenyaman
dari bangunan tersebut terjaga. Namun untuk efisiensi biaya dan waktu, dinding non-struktural
juga dapat di gunakan, namun biasanya maks. Hanya untuk bangunan berlantai 2. Jika lebih
dari bangunan berlantai 2, maka kekuatan kolom harus di perbesar.
2. Bahan - Bahan Dinding

 DINDING BATA

Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat digunakan
sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar peraturan
bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding dari pasangan bata
dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding
pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan
ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban
struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb. Pengerjaan dinding
pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik dari
campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya. (Materi Pasangan Bata)

 DINDING BATAKO
Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/ cetak yang tidak
dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang ditambah PC. Karena
dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako pada bangunan bisa menghemat
plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak dan
diolah dengan kualitas yang baik, dinding batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk
finishing.
Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari pasangan bata,antara lain:
1. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.
2. Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan tidak boleh
direndam dengan air.
3. Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan pada kayu/ batu
yang lancip.
4. Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan berakhir di tengah –
tengah.
5. Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari kolom dan balok
beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako. Perkuatan dipasang pada sudut-sudut,
pertemuan dan persilangan.

 DINDING KAYU LOG/ BATANG TERSUSUN

Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional di eropa timur.
Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi seperti ini tidak
memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan dinding struktural.
 DINDING PAPAN

Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu. Papan digunakan
untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem pemasangan horizontal dan vertikal.
Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar
1 meter (panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/ 25, dll).
Pemasangan dinding papan harus memperhatikan sambungan/ hubungan antar papan (tanpa
celah) agar air hujan tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa
mengalami muai dan susut.

 DINDING SIRAP
Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik dalam penyesuaian
terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan perlindungan yang baik terhadap iklim,
tahan lama dan tidak membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku
kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis tergantung kualitas sirap.
(panjang sirap ± 55 – 60 cm).

 DINDING BATU ALAM

Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu cadas. Prinsip
pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal harus dipasang selang-
seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1 kapur : 1 tras untuk bagian dinding
dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian dinding di atas
permukaan tanah). Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga
sudah cukup kuat tanpa kolom praktis, hanya diperlukan.

D. Sub Sistem Tangga Struktural

Tangga merupakan jalur yang mempunyai undak - undak (trap) yang menghubungakan satu
lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antara
lantai tingkat.

Rencana letak ruang tangga


• Penempatan atau letak ruang tangga tersendiri mudah dilihat dan dicari orang, tidak
berdekatan dengan ruang lain agar tidak menggangu aktifitas penghuni lain.
• Tangga juga mempunyai fungsi sebagai jalan darurat, direncanakan dekat dengan pintu
keluar, sebagai antisipasi terhadap bencana kebakaran, gempa keruntuhan dan lain - lain.
Bagian - bagian dari struktur tangga
• Pondasi tangga
- Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tangga tidak mengalami penurunan, pergeseran.
- Pondasi tangga bisa dari pasangan batu kali, beton bertulang atau kombinasi dari
kedua bahan dan pada dibawah pangkal tangga harus diberi balok anak sebagai pengaku pelat
lantai, agar lantai tidak menahan beban terpusat yang besar.
• Ibu tangga
- Merupakan bagian dari tangga sebagai konstruksi pokok yang berfungsi untuk mendukung
anak tangga.
• Anak tangga
- Anak tangga berfungsi sebagai bertumpunya telapak kaki, dibuat dengan jarak yang sama dan
selisih tinggi (trap) dibuat, supaya kaki yang melangkah menjadi nyaman, enak untuk
melangkah, bentuk anak tangga dapat divariasikan sesuai selera pemilik atau arsiteknya.
• Pagar tangga
- Pagar tangga atau reilling tangga adalah bagian dari struktur tangga sebagai pelindung yang
diletakkan disamping sisi tangga dan di pasang pada/ diatas ibu tangga untuk melindungi agar
orang tidak terpelosok jatuh.
- Pagar tangga dapat dibuat dengan macam - macam variasi agar lebih artistik dan pada lantai
tingkat disekitar lubang tangga harus dipasang juga pagar pengaman agar penghuni tidak
terjerumus jatuh.
• Penggunaan tangga
- Merupakan batang yang di pasang sepanjang anak tangga untuk bertumpunya tangan agar
orang turun naik tangga merasa lebih aman, pegangan tangga bertumpu pada tiang - tiang
tangga yang tertanam kuat pada ibu tangga.
• Bordes
- Adalah pelat datar diantara anak - anak tangga sebagai tempat beristirahat sejenak, bordes di
pasang pada bagian sudut tempat peralihan arah tangga yang berbelok.
- Untuk rumah tinggal, lebar bordes antara 80 - 100 cm dan untuk bangunan umum, lebar
bordesnya dibuat antara 120 - 200 cm.
- Dapat dibuat dengan 3 model, yaitu Bordes tangga lurus, bordes tangga L dan bordes tangga
U.

Macam - macam bentuk tangga


• Bentuk tangga dapat disesuaikan dengan beda tinggi lantai dan ruangan yang tersedia. Untuk
menambah suasana yang harmonis dalam ruangan, bentuk tangga juga sebaiknya dibuat indah
dan serasi dengan interior ruangan.
• Dengan makin majunya tingkat kebudayaan manusia, perkembangan teknologi yang
memproduksi bahan dan alat bangunan, ide para seniman, maka bentuk tangga makin lama
makin berkembang bervariasi, bahkan dewasa ini bentuk sudah merupakan seni tersendiri.
• Bentuk tangga yang umum banyak dipakai, yaitu:

1. Tangga lurus,
2. Tangga miring,
3. Tangga lengkung,
4. Tangga siku,
5. Tangga lingkar

· Perhitungan dan standarisasi bentuk tangga serta ukurannya


• Membuat tangga disamping keindahan perlu diperhatikan segi - segi teknisnya, harus
diperhatikan juga kemudahan, rasa aman, bagi orang yang melaluinya.
- Lebar anak tangga;
a) Untuk rumah tinggal, lebar anak tangga 80 cm.
b) Untuk bangunan umum, lebar anak tangga 120 cm s/d 200 cm.
c) Untuk tangga darurat, lebar anak tangga bisa 70 cm.
• Tetapi dapat juga diperhatikan jika yang melewati berpapasan di satu anak tangga:
a. Untuk satu orang, lebarnya 60 - 80 cm
b. Untuk dua orang, lebarnya 120 cm
c. Untuk tiga orang, lebarnya 180 cm

Lebar dan tinggi anak tangga (trap)


• Semua anak tangga harus dibuat bentuk dan ukuran yang seragam, dan untuk memberi
kenyamanan bagi yang turun dan naik tangga perlu diperhatikan lebar dan tinggi anak tangga.
• Rumus untuk anak tangga (undak - undak)
2t + l = 60 - 65 cm

t = tinggi anak tangga (tinggi tanjakan = optrede)


l = lebar anak tangga (lebar injakan = aantrede)
• Rumus diatas didasarkan pada;
- Satu langkah arah datar antara 60 - 65 cm.
- Untuk melangkah naik perlu tenaga 2 kali lebih besar dari pada melangkah datar.
• Lebar dan tinggi anak tangga sangat menentukan kenyamanan, yang naik tidak cepat lelah
dan yang turun tidak mudah tergelincir.

Ukuran ruang tangga:


Ruang tangga harus dibuat leluasa, terang dan segar, harus diberi lubang ventilasi untuk
dapat udara segar dan penerangan alam, agar menghemat pemakaian listrik pada siang hari.
• Ukuran ruang tangga ditentukan oleh jumlah anak tangga dan bentuk tangganya.
• Tangga untuk bangunan rumah tinggal, dengan lebar 100 cm, jumlah anak tangga 17 buah
dengan bordes.

Kemiringan tangga
• - Kemiringan tangga dibuat tidak curam, agar orang mudah untuk naik dan turun tangga, jadi
tidak banyak energi yang keluar, tetapi jika kemiringan dibuat terlalu landai dan dapat
menjemukan bagi orang yang melaluinya, disamping itu banyak memakan tempat (space) yang
ada, jadi kurang efisien.
• - Kemiringan tangga yang wajar berkisar antara 250 s/d 420 dan untuk bangunan rumah
tinggal biasa digunakan kemiringan 380.

Konstruksi tangga
• Konstruksi tangga harus kuat dan stabil, karena sebagai jalan penghubung ke lantai tingkat.
Menurut peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung, 1983, bahwa beban ditangga lebih
besar dari beban pada pelat lantai.
• Untuk bangunan rumah tinggal = 250 kg/ m2
• bangunan umum diambil = 300 kg/ m2
• Konstruksi tangga dapat menjadi satu dengan rangka bangunannya, jika terjadi ada
penurunan bisa menyebabkan sudut kemiringan tangga berubah, Jika konstruksi tangga
tersendiri artinya terpisah dengan struktural rangka bangunan, dibuatkan pondasi tersendiri
rangka tangga tidak menempel pada dinding diberi sela ± 5 cm.
Bahan tangga
• Dapat dari bahan; kayu, beton bertulang,baja, batu alam.
a). Tangga kayu;
Mudah dikerjakan, harga cukup murah, bentuk bahan alami menambah kesejukan
suasana ruang.
b). Tangga beton bertulang;
Konstruksinya kuat dan awet, tidak cepat rusak, dapat berumur panjang, bahan tahan
api. Dapat dipasang di bangunan umum atau bangunan tingkat rendah atau sampai dengan 4
(empat) lantai.
c). Tangga baja;
Kurang serasi ditempatkan pada ruang dalam karena bentuknya kasar, biasanya
dipasang sebagai tangga pribadi atau tangga darurat dengan bentuk lingkar.
d). Tangga dari batu alam;
Merupakan pasangan bata pada halaman rumah, tidak terlindung, tidak memerlukan
perhitungan konstruksi.
• Disamping beberapa jenis tangga ada juga tangga gerak (eskalator), tangga ini bergerak naik
atau turun, tanpa perlu melangkahkan kaki, karena digerakkan dengan mesin, biasanya
dipasang pada bangunan komersil dan biaya operasionalnya mahal.

E. Sub Sistem Atap

1. PENGERTIAN ATAP
Atap merupakan bagian dari bangunan gedung (rumah) yang letaknya berada dibagian
paling atas, sehingga untuk perencanaannya atap ini haruslah diperhitungkan dan harus
mendapat perhatian yang khusus dari si perencana (arsitek). Karena dilihat dari
penampakannya ataplah yang paling pertama kali terlihat oleh pandangan setiap yang
memperhatikannya. Untuk itu dalam merencanakan bentuk atap harus mempunyai daya
arstistik. Bisa juga dikatakan bahwa atap merupakan mahkota dari suatu bangunan rumah.
Atap sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya, sehingga akan terlindung dari
panas, hujan, angin dan binatang buas serta keamanan.
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yng berfungsi sebagai penutup/pelindung
bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi
penggunan bangunan.
Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu : struktur penutup atap,
gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang
terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam
fondasi melalui kolom dan atau balok.
Konstruksi atap yang baik memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik. Sudah
sewajarnya setiap rumah dilengkapi dengan atap. Atap rumah merupakan bagian dari
bangunan yang befungsi sebagai penutup atau pelindung bangunan dari panas terik matahari
dan hujan, sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna bangunan.
Atap rumah merupakan bagian penting pada konstruksi bangunan rumah karena berada
di atas untuk menutupi seluruh bagian bangunan.
Untuk konstruksi atau struktur, pada umumnya, atap terdiri dari tiga bagian utama yaitu
struktur penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh
struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap
akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan atau balok.
Struktur atap pada umumnya juga dibuat dengan mengikuti atau menyesuaikan dengan
denah atau bentuk keseluruhan bangunan (desain atap rumah). Jika rumah terdiri atas dua
lantai, struktur atap dibuat mengikuti denah atau layout rumah pada lantai dua. Archdesg-G

2. PEMBAGIAN STRUKTUR ATAP


2.1 Komponen Penyusun Atap
Tiga komponen penyusun atap:
1. struktur atap (rangka atap dan penopang rangka atap);
2. penutup atap (genteng,polikarbonat);
3. pelengkap atap (talang horizontal/vertikal dan lisplang)

A. Struktur Atap
Struktur atap adalah bagian bangunan yang menahan /mengalirkan beban-beban dari atap.
Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi
menahan beban dari bahan penutup atap sehingga umumnya berupa susunan balok –balok
(dari kayu/bambu/baja) secara vertikal dan horizontal –kecuali pada struktur atap dak beton.
Berdasarkan posisi inilah maka muncul istilah gording,kasau dan reng. Susunan rangka atap
dapat menghasilkan lekukan pada atap (jurai dalam/luar) dan menciptakan bentuk atap tertentu.
Penopang rangka atap adalah balok kayu yang disusun membentuk segitiga,disebut
dengan istilah kuda-kuda. Kuda-kuda berada dibawah rangka atap,fungsinya untuk menyangga
rangka atap. Sebagai pengaku,bagian atas kuda-kuda disangkutkan pada balok
bubungan,sementara kedua kakinya dihubungkan dengan kolom struktur untuk mengalirakan
beban ke tanah.
Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu:
1. struktur dinding (sopi-sopi) rangka kayu
2. kuda-kuda dan rangka kayu
3. struktur baja konvensional
4. struktur baja ringan

Atap dan bagian-bagiannya


1. jurai dalam
Jurai dalam ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai
bubungan,dan terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan kedalam.
2. jurai luar
Jurai luar,ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai
bubungan,terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke luar.
3. bubungan (nok)
Merupakan sisi atap yang teratas,selalu dalam keadaan datar dan umumnya menentukan arah
bangunan.
4. Gording
Balok atap sebagai pengikat yang menghubungkan antar kuda-kuda. Gording juga menjadi
dudukan untuk kasau dan balok jurai dalam.
5. Kasau
Komponen atap yang terletak diatas gording dan menjadi dudukan untuk reng.
6. Reng
Komponen atap yang memiliki profil paling kecil dalam bentuk dan ukurannya. Posisinya
melintang diatas kasau. Reng berfungsi sebagai penahan penutup atap (genteng dan lain-lain).
Fungsi lainnya adalah sebagai pengatur jarak tiap genteng agar rapi dan lebih “terikat”. Jarak
antar reng tergantung pada ukuran genteng yang akan dipakai. Semakin besar dimensi
genteng,semakin sedikit reng sehingga biaya pun lebih hemat.

B. Penutup Atap
Penutup merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga terciptalah
ambang atas yang membatasi kita dari alam luar. Ada berbagai pilihan penutup atap dengan
pilihan bentuk dan sifat yang berbeda. Dua faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihannya adalah faktor keringanan material agar tidak terlalu membebani struktur bangunan
dan faktor keawetan terhadap cuaca (angin,panas,hujan). Faktor lain adalah
kecocokan/keindahan terhadap desain rumah. Ukuran dan desain dari penutup atap juga
memberi pengaruh pada struktur,misalnya konstruksi kuda-kuda,ukuran reng,dan sudut
kemiringan.

C. Komponen pelengkap
Elemen pelengkap pada atap selain berfungsi struktural juga estetis.
1. Talang
Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah disebut talang.
Talang dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke bawah melalui pipa
vertikal.
2. Lisplang
Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak berubah) dari susunan
kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-batang kasau hanya ditahan oleh paku
dan ada kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk mengunci susunan
kasau tersebut agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika, lisplang berfungsi
menutupi kasau yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup atap lain. Maka
tampilan atap pada bagian tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran lisplang.

2.2 Perancangan Atap Yang Baik Menurut Iklim


Atap dapat dikatakan berkualitas jika strukturnya kuat/kokoh dan awet/tahan lama. Faktor
iklim menjadi bahan pertimbangan penting dalam merancang bentuk dan konstruksi
atap/bangunan.
Keberadaan atap pada rumah sangat penting mengingat fungsinya seperti payung yang
melindungi sisi rumah dari gangguan cuaca (panas, hujan dan angin). Oleh karena itu,sebuah
atap harus benar-benar kokoh/kuat dan kekuatannya tergantung pada struktur pendukung atap.
Mengacu pada kondisi iklim perancangan atap yang baik ditentukan 3 faktor, yakni jenis
material,bentuk/ukuran,dan teknik pengerjaan.

A. Jenis Material Struktur Dan Penutup Atap


Penentuan material tergantung pada selera penghuni,namun harus tetap memerhatikan
prinsip dasar sebuah struktur yaitu harus kuat,presisi,cukup ringan,dan tidak over design. Atap
yang kuat harus mampu menahan besarnya beban yang bekerja pada elemen struktur atap.
Ada 3 jenis beban yang bekerja pada atap yaitu:
1. beban berat sendiri (bahan rangka,penopang rangka,dan penutup atap),
2. beban angin tekan dan angin hisap,dan
3. beban bergerak lain (berat manusia saat pemasangan dan pemeliharaan).
Pemilihan bahan tertentu harus diikuti oleh pengetahuan yang lengkap akan
karakteristik setiap bahan.
B. Bentuk & ukuran
Dibandingkan hujan dan panas,angin merupakan faktor yang paling diperhitungkan demi
menjamin atap yang kuat. Beberapa masalah akibat angin kencang antara lain:penutup atap yg
terbang,gording terlepas,kuda-kuda terangkat,dan kolom kayu bergeser atau terangkat.
Atap yang baik adalah yang dapat menerima beban angin yang sama dari segala arah
(idealnya adalah bentuk atap bulat). Bentuk ini sangat berpengaruh pada besarnya tekanan
angin yang bekerja pada bangunan. Semakin tinggi bangunan akan semakin besar tekanan
angin. Tekanan angin bekerja lebih ringan bila tinggi bangunan lebih kecil dari setengah lebar
bangunan. Kemiringan atap yang memberikan beban angin yg rendah adalah antara 10°-30°.
Untuk sudut yang lebih besar dari dari 30°,perlu kekuatan yg lebih baik dan penutup yg sesuai.
C. Teknik Pengerjaan
Penutup atap dari seng dan asbes gelombang harus diikat pada gording dengan paku
paling sedikit 6 paku tiap 1 m2.
Penutup atap genteng harus diikat dengan kawat tiap 5 jalur genteng, sedangkan untuk
genteng yang ada lubangnya dapat dipakukan ke reng.
Pengerjaan atap harus dibuat secermat mungkin sesuai dengan karakteristik yang
mengikuti setiap jenis bahan. Beberapa contoh persyaratan berikut ini harus diikuti.
1. Bentang Maksimal
Setiap jenis material memiliki karakteristik tersendiri. Rangka atap baja memiliki
kemampuan bentang lebih panjang daripada material kayu. Baja atau kayu,dapat disambung
dengan sambungan khusus dengan memerhatikan dimensi/ukuran batang dan perilaku gaya
pada batang yang akan disambung.
2. Teknik Sambungan
Kekuatan sambungan antar elemen yang digunakan untuk rangka juga harus diperhatikan.
Misalnya,kayu yang mempunyai keterbatasan ukuran maka penyambungan yang baik dan
benar adalah kunci kekuatan atap.
Ada 2 metode menyambung kayu,yaitu :
Ø Baut (tanpa plat/dengan plat T/dengan plat L) pilih diameter yang tepat agar kayu tidak pecah
ketika dibaut. Jumlah baut disesuaikan dengan kekuatan struktur yang akan membebani
sambungan tersebut dan dimensi kayunya.
Ø Paku dimensi paku disesuaikan dengan dimensi kayu,yakni 2x ketebalan kayu yg disambung.
3. Pemasangan
Kerapian pemasangan penutup atap (presisi), jika menggunakan genteng, maka jarak reng
harus sesuai spesifikasi dan rekomendasi dari produsen. Beberapa contoh pengerjaan atap
yang tidak cermat sering terjadi pada jurai dalam, yaitu terdapatnya sambungan tekuk ke
bagian dalam; susunan atap yang tidak berpresisi; atau bidang atap yang bergelombang akibat
dari pemasangan reng yg tidak rapi. Semua ini mengakibatkan munculnya gangguan pada atap
dan mempengaruhi kekuatan atap.

4. Keawetan material
Awet atau tidaknya atap dikaitkan dengan faktor lingkungan termasuk cuaca dan
organisme perusak yang dapat menyebabkan menurunnya kemampuan struktur.
Misalnya,serangan rayap terhadap kayu. Kayu yang diserang akan terlihat masih utuh meski
bagian dalamnya keropos. Maka,untuk menciptakan atap yang kuat perlu dilakukan teknik
perlindungan terhadap material bangunan. Contohnya,sebelum digunakan kayu harus diberi
treatment yang dapat meningkatkan daya tahan kayu. Bahan dari metal biasanya diberi coating
atau lapisan khusus yang melindungi material dari korosi atau karat.
2.3 Bentuk Atap Berdasarkan Kemiringan
1. Atap Datar (Kemiringan 0°- 4°)
Karakter:
Ø Sederhana dari segi pembuatan dan penampakkannya.
Ø Biaya per m2 lebih murah (pemakaian bahan lebih hemat)
Ø Ruangan cenderung panas karena umumnya atap datar menggunakan bahan metal (mempunyai
penyaluran panas yang rendah sehingga panas matahari langsung dialirkan kedalam ruang);
Ø Ada 2 jenis penutup, yaitu atap beton dan atap metal. Atap beton lebih mahal tetapi penyaluran
panasnya lebih tinggi.
2. Atap Miring, (tinggi atap sama dengan /lebih dari setengah lebar bangunan)
Karakter:
Ø Konstruksi atap lebih rumit;
Ø Membutuhkan jumlah material yang lebih banyak;
Ø Ruang di bawah lebih dingin karena adanya rongga di dalamnya;
Ø Pilihan bahan ada 2 yaitu tanah liat (genteng) dan bahan pengganti seperti beton,bitumen,kayu
keras (sirap),dan lembaran baja tipis yang dibentuk seperti genteng;
Ø Pilihan model atap:pelana,perisai,kerucut,kombinasi beberapa tipe.

3. BENTUK MODEL ATAP


Bentuk atau model konstruksi atap bermacam – macam sesuai dengan peradaban dan
perkembangan teknologi serta sesuai dengan segi arsitekturnya. Bentuk atap yang banyak
terdapat adalah :
1. Atap Datar
Model atap yang paling sederhana adalah atap berbentuk datar atau rata. Atap datar
biasanya digunakan untuk bangunan/ rumah bertingkat, balkon yang bahannya bisa dibuat dari
beton bertulang, untuk teras bahannya dari asbes maupun seng yang tebal. Agar air hujan yang
tertampung bisa mengalir, maka atap dibuat miring ke salah satu sisi dengan kemiringan yang
cukup.

Gambar : Atap Datar


Modelnya bidang datar memanjang horizontal biasanya dipakai untuk atap teras. Atau
bahkan digunakan untuk membuat taman di atas rumah. Atap bentuk ini paling susah
perawatannya terutama dalam masalah mendeteksi kebocoran. Yang perlu diperhatikan dalam
merencana atap ini adalah memperhitungkan ruang sirkulasi udara di bawahnya supaya suhu
ruangan tidak terlalu panas.

2. Atap Sandar
Model atap sengkuap biasa digunakan untuk bangunan – bangunan tambahan
misalnya; selasar atau emperan, namun sekarang atap model ini juga dipakai untuk rumah -
rumah modern. Beberapa arsitek mengadopsi model atap ini kemudian menggabungkannya
dengan atap model pelana.

Gambar : Atap Sandar

3. Atap Pelana
Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangun – bangunan
atau rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu pada satu garis
pertemuan yang disebut bubungan.

Gambar : Atap Pelana

Atap ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman karena
pemeliharaannya mudah dalam hal mendeteksi apabila terjadi kebocoran. Atap pelana terdiri
atas dua bidang miring yang ujung atasnya bertemu pada satu garis lurus yang biasa kita sebut
bubungan. Sudut kemiringan antara 30 sampai dengan 45 derajat.

4. Atap Tenda
Model atap tenda dipasang pada bangunan yang panjangnya sama dengan lebarnya,
sehingga kemiringan bidang atap sama. Bentuk atap tenda terdiri dari empat bidang atap yang
bertemu disatu titik puncak, pertemuan bidang atap yang miring adalah dibubungan miring yang
disebut jurai.
Gambar : Atap Tenda

5. Atap Limas (perisai)


Atap berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada satu garis
bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas atau pada nook. Jika dilhat
terdapat dua bidang berbentuk trapesium dan dua dua bidang berbentuk segitiga.

Gambar : Atap Perisai

Bentuk atap ini penyempurnaan dari bentuk atap pelana, yang terdiri atas dua bidang
atap miring yang berbentuk trapezium. Dua bidang atapnya berbentuk segi tiga dengan
kemiringan yang biasanya sama.

6. Bentuk Atap Kombinasi Pelana+Perisai.


Bentuk atap ini adalah kombinasi atau gabungan dari atap jenis pelana dan perisai
(limasan). Ada yang juga menyebut jenis atap ini sebagai atap tenda patah atau atap joglo.
Gambar : Atap Kombinasi Pelana+Perisai

7. Atap Mansard
Bentuk atap model ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat bersusun atau
bertingkat. Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan rumah di daerah kita, karena
sebetulnya atap ini dibangun oleh pemerintah belanda saat menjajah di negara kita.

Gambar : Atap Mansard

8. Atap Menara
Bentuk atap menara sama dengan atap tenda, bedanya atap menara puncaknya lebih tinggi
sehingga kelihatan lebih lancip. Atap ini banyak kita jumpai pada bangunan – bangunan gereja,
atap menara masjid dan lain – lain.

Gambar : Atap Menara

9. Atap Piramida
Model atap ini terdiri lebih dari empat bidang yang sama bentuknya. Bentuk denah
bangunan dapat segi 5, segi 6, aegi 8 dan seterusnya.

Gambar : Atap Piramida

10. Atap Minangkabau


Atap minangkabau seolah – olah berbentuk tanduk pada tepi kanan dan kiri. Bentuk
atap ini banyak kita jumpai di Sumatra.
Gambar : Atap Minang

11. Atap Joglo


Model atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atpnya seperti
bertingkat. Atap ini banyak dibangun di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Gambar : Atap Joglo

12. Atap Setengah Bola (Kubah)


Model atap berbentuk melengkung setengah bola. Atap ini banyak digunakan untuk
bangunan masjid dan gereja.
Gambar : Atap Kubah

13. Atap Gergaji


Model atap gergaji ini terdiri dari dua bidang atap yang tidak sama lerengnya. Model
atap gergaji bisa digunakan untuk bangunan pabrik, gudang atau bengkel.

Gambar : Atap Gergaji

4. JENIS-JENIS MATERIAL PENUTUP ATAP


Setiap jenis material penutup atap punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Anda bisa memilihnya dengan mempertimbangkan penampilan, kepraktisan, bentuk, dan
rencana desain. Ada beberapa jenis material atap yang saat ini banyak digunakan, yaitu
sebagai berikut.
1. Atap Sirap
Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini
ketahanannya tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya
sudut atap. Penutup atap jenis ini bisa bertahan hingga 25 tahun atau lebih. Bentuknya yang
unik cocok untuk rumah-rumah bergaya pedesaan yang menyatu dengan alam.
2. Atap Genteng Tanah Liat Tradisional
Material ini banyak dipergunakan untuk rumah. Gentang terbuat dari tanah liat yang dicetak
dan dibakar. Kekuatannya cukup baik. Untuk memasang genteng tanah liat membutuhkan
rangka. Genteng dipasang pada atap miring. Genteng menerapkan sistem pemasangan inter-
locking atau saling mengunci dan mengikat.
Seiring waktu, warna dan penampilan genteng akan berubah. Pada permukaannya
biasanya akan tumbuh jamur. Bagi sebagian orang dengan gaya rumah tertentu mungkin ini
bisa membuat tampilan tampak lebih alami, namun sebagian besar orang tidak menyukai
tampilan ini.
3. Atap Genteng Keramik
Material genteng ini berbahan dasar tanah liat. Namun genteng ini telah mengalami proses
finishing, jadi permukaannya sudah diglasur. Lapisan ini dapat diberi warna yang beragam
untuk melindungi genteng dari lumut. Ketahanannya sekitar 20–50 tahun. Aplikasinya sangat
cocok untuk hunian modern di perkotaan.

4. Atap Genteng Beton


Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanahtradisional, hanya saja bahan
dasarnya adalah campuran semen PC dan pasir kasar. Bagian luarnya diberi lapisan tipis yang
berfungsi sebagai pewarna dan lapisan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan lama,
tetapi lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara 30 hingga 40 tahun.
5. Atap Seng
Atap ini terbuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan seng secara elektrolisis yang
tujuannya untuk membuatnya jadi tahan karat. Jadi, kata 'seng' berasal dari bahan pelapisnya.
Jenis ini akan bertahan selama lapisan seng ini belum hilang. Jika sudah lewat masa itu, atap
akan mulai berkarat dan bocor.
6. Atap Dak Beton
Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton.
Penerapannya biasanya pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer. Karena
konstruksinya kuat, atap ini dapat digunakan sebagai tempat beraktivitas, misalnya untuk
menjemur pakaian dan bercocok tanam dengan pot.
Kebocoran pada atap dak beton sering sekali terjadi. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengawasan pada bagian cor-nya dan pada saat memasang lapisan waterproof pada bagian
atasnya.
7. Atap Genteng Metal
Atap ini berbentuk material lembaran, mirip seng. Genteng ini ditanam pada balok gording
rangka atap dengan menggunakan sekrup. Pemasangannya tidak jauh berbeda dengan
genteng tanahliat. Ukurannya lebih besar dari genteng tanah liat, yakni sekitar 60–120 cm,
dengan ketebalan 0,3 mm.

8. Genteng Aspal
Material genteng yang satu ini bersifat transparan, terbuat dari campuran lembaran bitumen
(turunan aspal) dan bahan kimia lain. Ada dua model yang tersedia di pasaran. Pertama, model
datar bertumpu pada multipleks yang menempel pada rangka, dan jenis yang kedua, model
bergelombang yang pemasangannya cukup disekrup pada balok gording.
Atap ini biasanya dipilih dan dipasang untuk memberi penerangan alami dalam rumah pada
siang hari. Biasanya dipasang pada bagian rumah yang tidak mendapatkan cahaya langsung
dari jendela, atau sebagai aksen yang melengkapi desain sebuah rumah. Bentuknya pun
bermacam macam, ada yang berbentuk lembaran kaca atau genteng kaca sesuai kebutuhan.
9. Atap Polikarbonat
Atap ini berbentuk lembaran besar yang dapat dipasang tanpa sambungan. Keunggulan
polikarbonat adalah pada kualitas materialnya dan ketahanannya terhadap radiasi matahari.
Atap jenis ini biasanya dipakai pada kanopi atau atap tambahan. Atap polikarbonat dapat
dipasang dengan mudah dan cepat, namun harganya memang lebih mahal dari atap lainnya.
10. PVC (Polyvinyl Chloride).
Banyak digunakan dan posisinya antara fiberglass dan polycarbonate, yaitu lebih tahan
lama dibanding fiberglass, tetapi lebih murah dari polycarbonate.
11. Aluminium.
Umumnya yang banyak dipakai adalah produk Pryda atau Lovera yang memiliki kemudahan
serta fleksibilitas karena dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. Hanya, harganya relatif tinggi
dibandingkan penutup lainnya.
12. Beton Bertulang.
Atap beton bertulang banyak digunakan pada gedung-gedung bertingkat tinggi, dan pada
rumah tinggal yang didesain untuk dapat ditingkat dalam waktu yang akan datang atau biasa
disebut dengan model rumah mengambang atau rumah tumbuh. Archdesg-G

5. KONSTRUKSI KUDA-KUDA
Konstruksi kuda-kuda adalah susunan rangka batang yang berfungsi mendukung beban
atap termasuk juga beratnya sendiri, sekaligus dapat memberikan bentuk pada atap.
Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Struktur ini termasuk dalam
klasifikasi struktur framework (truss), secara umumnya kuda - kuda terbuat dari kayu, bambu,
baja, dan beton bertulang.
 Kuda - kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar 12
m. Kuda - kuda bambu pada umumnya mampu mendukung beban atap sampai dengan 10
meter
 kuda - kuda baja sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapat
mendukung beban atap sampai dengan bentang 75 meter, seperti pada hanggar pesawat,
stadion olah raga, bangunan pabrik, dll.
 Kuda - kuda dari beton bertulang dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10
hingga 12 meter.
 Pada kuda - kuda dari baja atau kayu diperlukan ikatan angin untuk memperkaku struktur
kuda-kuda pada arah horisontal.

Pada dasarnya konstruksi kuda - kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan dan bentuk
penutupnya, maka konstruksi kuda - kuda satu sama lain akan berbeda, tetapi setiap susunan
rangka batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya mampu
memikul beban yang bekerja tanpa mengalami perubahan.
Kuda-kuda diletakkan diatas dua struktur beton/baja selaku tumpuannya. Perlu
diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun momen,
karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja ( dalam perhitungan struktur
tembok tidak diperhitungkan sebagai penerima beban tapi hanya sebagai beban )
Beban-beban yang dihitung adalah :

1. Beban mati ( yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda - kuda, plafon termasuk
instalasi listrik, air bersih/air kotor dan instalasi lain yang berada diatas plafon dengan posisi
menggantung )
2. Beban hidup ( angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki atap ).

Kuda - kuda berdasarkan bentang kuda-kuda dan jenis bahannya :


a. Bentang 3-4 Meter
Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter, bahannya dari kayu, atau
beton bertulang.

Gambar : Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter


b. Bentang 4-8 Mater
Untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang.

Gambar : Kuda-Kuda Bentang 4-8 Meter

c. Bentang 9-16 Meter


Untuk bentang 9 s.d. 16 meter, bahan dari baja (double angle).
Gambar : Kuda-Kuda Bentang 9-16 Meter

d. Bentang 20 Meter
Bentang maksimal sekitar 20 m, Bahan dari baja (double angle) dan Kuda-kuda atap sebagai
loteng, Bahan dari kayu

Gambar : Kuda-Kuda Bentang 20 Meter

e. Kuda-Kuda Baja Profil Siku

Gambar : Kuda-Kuda Baja Profil Siku

f. Kuda-Kuda Gabel Profil WF


Gambar : Kuda-Kuda Gabel Profil WF

6. STRUKTUR ATAP KAYU

6.1 Konstruksi Atap Kayu


Atap dengan konstruksi kuda kuda kayu termasuk paling banyak digunakan di negeri
kita. Selain karena material kayu yang sangat mudah didapatkan di toko toko material,
konstruksi kayu juga dikuasai oleh tukang tukang lokal. Konstruksi kayu yang dipakai di
kebanyakan bangunan di Indonesia saat ini, tekniknya didapatkan dari bangunan bangunan
kolonial Belanda?
Konstruksi kayu model Belanda ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar : Konstruksi Kayu Yang Diadaptasi Dari Sistem Konstruksi Kayu Dari Belanda

Konstruksi kayu ini terdiri dari:


a. Kuda-kuda
Kuda-kuda terdiri dari kuda penopang (kayu-kayu diagonal bagian pinggir) yang
menyalurkan gaya tekan, balok dasar pada kuda-kuda (kayu horizontal di bagian bawah) yang
berfungsi sebagai penahan gaya tarik, serta tiang tengah (kayu vertikal) yang mendukung balok
bubungan dan menerima gaya tekan.
Prinsip dasar kuda-kuda kayu adalah menyalurkan gaya yang bekerja padanya kepada
kolom atau dinding bangunan rumah. Bentuk kuda-kuda yang segitiga bertangkup merupakan
bentuk yang sangat stabil atau tidak mudah berubah bentuk.
Dalam menentukan kemiringan atap berkaitan dengan konstruksi atap kasau, masing-
masing pasangan kasau dan balok kuda-kuda (batang tarik) membentuk suatu segitiga. Makin
besar sudut kemiringan atap, makin mudah beban atap disalurkan. Oleh karena itu, sudut
kemiringan atap tersebut sebaiknya tidak kurang dari 30 derajat.
b. Gording, usuk dan Reng
Gording adalah balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda. Gording menahan
beban dari kayu usuk dan reng sebagaimana bisa kita lihat pada gambar ilustrasi diatas. Usuk
menahan kayu reng. Kayu reng menahan atau menjadi pijakan meletakkan genteng di bagian
atasnya.
Usuk dan Reng dibutuhkan bila atap menggunakan genteng. Bila atap menggunakan
penutup seng atau asbes, maka tidak perlu menggunakan usuk dan reng, langsung saja asbes
atau seng diletakkan diatas gording.

6.2 Sifat Kayu Sebagai Material Bahan Konstruksi


Dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat
umum, yaitu sifat yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan. Sifat-sifat utama tersebut
antara lain ; Kayu merupakan sumber kekayaan alam bisa digunakan sebagai bahan baku
untuk konstruksi atap. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan
barang lain. Dengan kemajuan teknologi, kayu sebagai bahan mentah mudah diproses menjadi
barang lain Kayu tidak mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan
lain.misalnya kayu mempunyai sifat elastis, ulet, mempunyai ketahanan terhadap pembebanan
yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya dan masih ada sifat-sifat lain lagi. Sifat-
sifat seperti ini tidak dipunyai oleh bahan–bahan baja, beton, atau bahanbahan lain yang bisa
dibuat oleh manusia. Konstruksi atap kayu mempunyai sifat-sifat yang menarik, meskipun ada
juga rintangannya karena tradisi tukang kayu. Untuk mengenal dan menentukan suatu jenis
kayu, dapat dilihat dengan memperhatikan sifat-sifat kayu seperti kulit, warna kayu teras, arah
serat dan sebagainya. Dan jenis kayu yang biasa digunakan untuk konstruksi atap kayu adalah
jenis kayu kamfer, jati, bengkirai, keruing dan mahoni.

6.3 Bagian-Bagian Dari Atap


Bubungan ialah sisi atap yang teratas. Selalu dalam kedudukan datar kebanyakan juga
menentukan arah bangunan.
Tiris atap atau bagian atap terbawah, menentukan sisi atap yang datar.
Garis penahan atap, pada tambahan kasau miring atau pada atap Mansard, garis
pertemuan antara dua bidang atap yang berbeda kemiringannya. Harus sejajar dengan garis
atap tiris atap. Jadi juga datar.
Jurai luar, ialah bagian yang tajam pada atap, berjalan dari garis tipis atap sampai
bubungan, pada pertemuan dua bidang atap sudut bangunan ke luar.
Jurai dalam, ialah bagian yang tajam pada atap, juga berjalan dari garis tipis atap sampai
bubungan, pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke dalam.
Titik pertemuan jurai dan bubungan, tempat bertemunya tiga bidang atap atau lebih.
Bubungan penghubung miring, garis jurai pada bidang-bidang atap yang bertemu. Terjadi
pada bangunan, yang tinggi bubungannya berbeda letaknya. Menghubungkan dua titik
pertemuan jurai dan bubungan.
Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi
horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin,
beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya
tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi
gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia.
Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya
disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia.
Bahan- bahan untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada
gording dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod
untuk memperkuat dan mencegah dari terjadinya pergerakan.
Posisi sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi
pada gording
Gording kayu biasanya memiliki dimensi : panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 8
cm s.d. 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5 m.
Gording dari baja profil canal (Iight lip channel) umumnya akan mempunyi dimensi;
panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5
mm. Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12 meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan
tebal sekitar 0,5 cm.
Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan kedua ujungnya
memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser (diperpanjang/diperpendek).
Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke
gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk
dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus
gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi
tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung
usuk.
Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3
m.Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada
atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan.
Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada
arah tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan panjang dari penutup
atapnya (genteng).

Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus mempunyai
sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak
rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan. Struktur penutup atap merupakan
struktur yang langsung berhubungan dengan beban-beban kerja (cuaca) sehingga harus
dipilih dari bahan-bahan yang kedap air, tahan terhadap perubahan cuaca. Struktur penutup
yang sering digunakan antara lain; genteng, asbes, kayu (sirap), seng, polycarbonat, plat
beton, dan lain-lain.

6.4 Atap Sebagai Komponen Bangunan Fungsi Konstruksi Atap


Arti dan fungsi konstruksi atap ialah sdbagai pelindung manusia terhadap cuaca.
Dinding dapat ditinggikan. Tetapi tidak mungkin menghapuskan atap, kenapa kita kehilangan
tujuan suatu bangunan. Sebuah bangunan dibagi-bagi oleh atap menjadi rumah, menjadi
bagian rumah, menjadi volume yang jelas, menjadi kesatuan yang dapat diidentifikasi. Atap
memiliki fungsi yaitu sebagai berikut:
Ø Melindungi bangunan dari sinar panas matahari atau pun cuaca.
Ø Mencegah masuknya debu atau air hujan sekaligus sebagai penyejuk udara secara alamiah
Ø Menyediakan tempat teduh, segar, dan nyaman.
Ø Perlindungan bagi penghuninya.
Atap miring berfungsi utama sebagai penerus air hujan, oleh karena itu kemiringan atap ini
tergantung jenis penutup atap yang dipakai. Seng danpenutup atap lembaran lainnya dapat
digunakan dengan kemiringan yang rendah karena tidak khawatir terjadinya air meluap balik.
Sedangkan penutup atap jenis kecil sepertigenteng dan sirap mempunyai kemiringan yang
tinggi untuk mengalirkan air hujan. Bentuk atap miring ini terdiri dari beberapa macam antara
lain pelana, limas ataupun tajuk. Bentuk-bentuk ini dapat dikombinasikan sehinga membentuk
bentukan yang unik. Pemilihan bentuk juga harus dikaitkan dengan sistem lain termasuk
penghawaan dan pencayaan bangunan.

6.5 Jenis Kayu Yang Sering Dipakai Di Bangunan Gedung


1. Kayu Jati
Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah.
Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama
sebagai material bahan bangunan. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan
serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang
memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.
Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan
curah hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering
dan berkapur di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati
berkualitas terbaik yang sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an,
dan sekarang berada di bawah pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami
disupply langsung dari Perhutani dari TPK daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak
memakai kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu
yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan
kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang
dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat
memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan
kualitas kayu tersebut. Contoh Finishing: Teak Oil, Politur, NC Lacquer, Melamin, Poly Urethane
(PU)
a. Finishing Natural Transparan ( Coklat Terang kekuningan)
Tujuan: menonjolkan semua kelebihan kayu, mengekspose keindahan serat kayu jati benar-
benar terpilih.
Kualitas kayu jati: hanya memilih serat lurus dan serat mahkota tidak ada mata sehat, mata
mati, putih, doreng

b. Finishing Melamin Natural Terang (Coklat terang kekuningan)


Menonjolkan serat dan penampilan natural kayu, dengan mengekspose keindahan serat kayu
jati secara alami
Kualitas kayu jati: serat lurus dan serat mahkota ada mata sehat, tidak ada putih, doreng, dan
mata mati
c. Finishing Melamin Natural Gelap (Coklat gelap kehitaman)
Menonjolkan serat kayu jati natural, dan, menutupi kekurangan kayu seperti putih dan doreng
dengan warna gelap.
Kualitas kayu jati: serat lurus dan serat mahkota ada mata sehat, putih, doreng halus , tidak
ada mata mati
d. Finishing Cat
Menutupi permukaan kayu dan menyembunyikan semua kelebihan dan kekurangan serat
kayu
Kualitas kayu jati: serat lurus dan serat mahkota ada mata sehat, putih, doreng tebal, mata
mati.

Gambar : Jati Serat Lurus

Gambar : Jati Serat Mahkota

Gambar : Jati Ada Mata Sehat

Gambar : Jati ada Putih / Sapwood

Gambar : Jati Mata Mati


Gambar : Jati Doreng

2. Kayu Merbau

Gambar : Kayu Merbau


Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai
alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna
kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki
tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon
Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal
dari Irian/Papua.
3. Kayu Bangkirai

Gambar : Kayu Bangkirai


Kayu Bangkirai juga termasuk jenis kayu kuat dan keras. Sifat kerasnya juga disertai tingkat
kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada
kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat
ditutupi dengan wood filler. Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu
bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat
seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga
sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank,
outdoor flooring / decking, dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau
Kalimantan.
4. Kayu Kamper
Gambar : Kayu Kamper
Di Indonesia, kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya
lebih terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki
serat kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil
dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras
bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu
dan jendela dengan desain terlalu lebar dan tinggi. Pohon kamper banyak ditemui di hutan
hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper
dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.
5. Kayu Kelapa

Gambar : Kayu Kelapa


Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan
kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus ditebang
untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem.
Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek.
Anda tidak akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena
semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada
ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang
paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa
umumnya berwarna terang.

7. RANGKA ATAP BAJA RINGAN


Pemakaian Rangka Atap Baja Ringan untuk atap rumah sebagai pengganti kayu saat ini
semakin popular.Secara tinjaun mekanika teknik, rangka atap baja ringan adalah suatu struktur
yang tidak bisa dirancang dan dibangun asal asalan tanpa hitungan dan desain teknis tertentu.
Kegagalan struktur kemungkinan akan terjadi bila desain dan perhitungan teknis
diabaikan Archdesg-G
Gambar : Rangka Atap Baja Ringan

Ø Sistem rangka atap baja ringan.


Konsep rangka merupakan satu unit kesatuan sistem terintegrasi secara struktural.
Sehingga dibutuhkan hitungan atau desain yang secara mekanika teknis mampu mampu
mengakomodir kebutuhan sistem tersebut. Rangka baja atap ringan ini terbuat dari bahan dasar
baja yang dilapisi oleh seng atau aluminium. Property mekanika teknis idealnya tidak kurang
dari 550 Mpa.
Ø Bahan pelapis yang digunakan untuk Rangka Baja Atap Ringan, yakni Zinc (seng) dan
aluminium.
Pelapis aluminium mempunyai sifat tahan karat yang lebih bagus dibanding pelapis seng,
dimana pelapisan dengan seng oleh masyarakat umum sering disebut galvanis. Bahan pelapis
baja galvanis harus jauh lebih tebal untuk menyamai ketahanan karat yang sama terhadap
bahan pelapis Aluminium. Mutu pelapis aluminium mempunyai ketahanan karat 4x lebih lama
bila dibandingkan dengan pelapis seng untuk ketebalan yang sama.
Ø Tidak semua rangka baja atap ringan dipasaran telah mempunyai sistem atau spesifikasi dan uji
lab.
Ø Properti atau sifat mekanika teknis Rangka Atap baja ringan
Rangka baja ringan sangat tipis kurang dari 1mm bila dibandingkan dengan baja biasa,
tujuannya untuk memudahkan dalam perakitan dan konstruksi, tetapi properti kekuatan tariknya
cukup tinggi 550 Mpa.
Struktur Rangka atap baja ringan terdiri dari kuda-kuda, reng, sekrup dan jurai dalam untuk
mencegah tampias. Dimana kuda kuda merupakan struktur utama dalam konstruksi atap baja
ringan. Untuk mendapatkan kuda-kuda yang kokoh, cermati lebar bentangan dan besar beban
yang akan diterima,demikian pula dengan derajat kemiringan atap. Dimana besar beban terdiri
dari beban rangka sendiri, beban genting yang digunakan, dan beban angin.
Ketebalan material baja ringan untuk kuda-kuda dan web berkisar 0,7-1 mm. Sementara
untuk reng sekitar 0,4-0,7 mm.

7.1 Kelebihan dan kekurangan Rangka Atap Baja Ringan


a. Kelebihan Rangka Atap Baja Ringan
Ø Beban yang ditanggung oleh struktur dibawahnya lebih rendah, karena rangka baja ini secara
keseluruhan lebih rendah dari rangka kayu.
Ø Bila terjadi kebakaran maka rangka baja bersifat tidak membesarkan api dibandingkan dengan
kayu.
Ø Rayap atau hewan pemakan kayu lainnya buka lagi merupakan ancaman bagi rangka baja.
Ø Baja relatif tidak mengalami penyusutan atau perubahan bentuk lainnya dibandingkan dengan
kayu.
Ø Ramah lingkungan. Pemakaian baja sebagai pengganti kayu maka akan mengurangi
penggundulan hutan atau penebangan pohon.
Ø Lebih mengutamakan struktur dengan sistem plat Buhul di setiap tumpuan sendi (seperti
jembatan) lebih kokoh dari kuda-kuda baja lainnya.
Ø Konstruksi atap baja stabil dan aman
Ø Menggunakan tumpuan sendi dan roll
Ø Prefabrikasi perkomponen
Ø Atap baja Tahan terhadap karat, rayap dan perubahan cuaca dan kelembaban
Ø Atap baja Bisa dipakai dengan genteng metal maupun keramik atau beton yang berat
Ø Atap baja Dirancang stabil terhadap tekuk, puntir serta muai/mulur

8. PERBANDINGAN RANGKA ATAP KAYU, BAJA RINGAN DAN BAJA KONVENSIONAL


Di bawah ini kami mencoba membandingkan rangka atap yang sering dipasang di rumah-
rumah atau konstruksi bangunan yang ada dilapangan. Kami membandingkan rangka atap
kayu, rangka atap baja ringan dan rangka atap baja konvensional.
8.1 Rangka Atap Kayu Borneo/Meranti
Ø Pada awalnya kayu lebih murah berkisar Rp.100.000,-/m2
Ø Pemasangan memerlukan waktu yang sedang
Ø Tidak tahan rayap/kumbang
Ø Tidak bisa untuk bentang yang besar
Ø Beban struktur tingkat sedang
Ø Perlu perawatan dalam jangka waktu tertentu
Ø Untuk keperluaan ramah lingkungan kurang mendukung sebab penebangan hutan bisa merusak
lingkungan
Ø Pada umur yang sama kira-kira 15 tahun jadi lebih mahal sebab ada biaya perawatan
penggantian sebagian material kayu, sehingga biaya atap kayu menjadi dua kali biaya awal.

8.2 Rangka Atap Baja Ringan


Ø Biaya terpasang atap baja ringan termasuk kelas menengah mulai Rp.125.000,-/m2
Ø Pemasangan atap baja ringan sangat cepat dibandingkan atap yang lain
Ø Tahan terhadap rayap/kumbang
Ø Bentang bebas bisa sampai 16 m'
Ø Beban struktur baja ringan lebih ringan jadi untuk beban struktur dibawahnya dapat lebih hemat
Ø Tidak perlu perawatan sebab baja ringan sudah tahan karat
Ø Lebih ramah lingkungan sebab bahan baku baja ringan tidak merusak hutan
Ø Pada umur kira-kira 15 tahun atap baja ringan dibanding kayu jadi lebih murah sebab tidak ada
penggantian rangka atap

8.3 Rangka Atap Baja Konvensional


Ø Biaya terpasang paling mahal dibandingkan dengan rangka atap yang lain
Ø Tahan rayap/kumbang
Ø Bentang bebas dapat sampai jarak yang lebih jauh. Untuk konstruksi pabrik lebih cocok dipakai
rangka atap ini.
Ø Beban struktur lebih berat dibadingkang dengan rangka atap yang lain
Ø Perlu perawatan sebab baja ini bisa timbul karat, jangka waktu tertentu diperlukan pengecatan
ulang agar tidak terjadi karat
Ø Bahan baku berasal dari biji besi jadi tidak merusak hutan
Ø Sampai umur 15 tahun bahan baku atap baja konvensional ini tetap paling mahal dibandingkan
dengan bahan atap kayu ataupun atap baja ringan

Untuk bisa menghemat biaya gedung-gedung dengan desain atap yang mempunyai bentang
bebas yang besar maka perpaduan antara baja konvensional dengan atap kayu atau atap baja
ringan. Melihat venomena saat ini perpaduan atap baja konvensional dengan atap baja ringan
sudah umum dilaksanakan dan ini merupakan solusi paling ideal untuk bangunan-bangunan
dengan bentang bebas yang besar dan memakai atap genteng.
Untuk rumah-rumah yang umum saat ini pemakaian atap baja ringan sudah jamak
dilakukan sebab saat ini material kayu juga sudah susah ditemukan yang dengan kualitas yang
baik. Dan harga kayu saat ini sudah sangat mahal. Dengan harga yang selisih tidak jauh antara
atap baja ringan dengan atap kayu maka pemilihan atap baja ringan merupakan solusi paling
menguntungkan. Archdesg-G

F. Sub Sistem Plafond


Plafon adalah bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai langit-langit bangunan. Pada
dasarnya plafon dibuat dengan maksud untuk mencegah cuaca panas atau dingin agar tidak
langsung masuk ke dalam rumah setelah melewati atap. Namun demikian dewasa ini plafon tidak
lagi hanya sekedar penghambat panas atau dingin, melainkan juga sebagai hiasan yang akan lebih
mempercantik interior suatu bangunan. Plafon biasanya dibuat dengan ketinggian tertentu. Namun
sebagai variasi ada juga yang dibuat tidak selalu rata. Variasi tersebut dikenal sebagai plafond drop
ceiling. Plafon dibuat lebih tinggi dari yang lain.
Manfaat / kegunaan plafon antara lain sebagai berikut :

 Supaya ruangan di bawah atap selalu tampak bersih dan tidak tampak kayu dari rangka
atapnya.
 Untuk menahan kotoran yang jauh dari bidang atap melalui celah-celah genteng
 Untuk menahan percikan air, agar seisi ruangan selalu terlindungi
 Untuk mengurangi panas dari sinar matahari melalui bidang atap

Bahan plafon sangat banyak ragamnya, dari kayu, multiplek,lembar semen asbes, hardbord,
softboard, acoustic tile, particle board, aluminimum, sampai gipsum.Pilihan yang paling murah dan
baik adalah papan gipsum, karena perawatannya mudah. Berikut merupakan beberapa keuntungan
bila memilih papan gipsum :

1. Harga jadi untuk 1 m2 terpasang lebih murah dibandingkan denganmemakai triplek.


2. Bahannya rata, pertemuan antar papan tidak terdapat celah.
3. Bila terjadi kerusakan pada bagian tertentu, tidak diperlukan pembongkaran total, cukup
bagian rusak saja yang dipotong. Lalu,potong papan gypsum yang baru, kemudian
tempelkan pada potongan yang rusak tadi dengan menggunakan semen compound (semen
pengikat bahan gipsum), pegang sebentar lalu dilepas.
4. Tahap selanjutnya adalah pemasangan list plafon. Bahan terbuat dari gipsum dengan
panjang 2,5 meter. Cara pemasangannya pun menggunakan semen compound.
5. Untuk finishing plafon, cat yang dipakai adalah cat tembok.
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakanuntuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudian
kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.
Peranangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas
yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur,
perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.
Klasifikasi jenis-jenis sitem utilitas yang secara umum direncanakan dalam suatu bangunan
gedung bertingkat yang lazim direncanakan yaitu :

1. Perancangan plumbing dan sanitasi


2. Perancangan pencegahan kebakaran
3. Perancangan pengudaraan/pencahayaan
4. Perancangan transportasi dalam bangunan
5. Perancangan CCTV dan sekuriti system
6. Perancangan penangkal petir
7. Perancangan landasan helicopter
8. Perancangan pembuangan sampah

SISTEM PLAMBING
Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih ke
tempat yang dikehendaki, baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kointinuitas yang memenuhi
syarat, dan membuang air bekas (kotor) dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian
penting lainnya untuk mencapai kondisi higenis dan kenyamanan yang diinginkan.

Cakupan system Plambing :


a. Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih ini pada dasarnya menyediakan segala kebutuhan air bersih
(yang layak dikonsumsi) pada suatu gedung.
Pada umumnya terdapat 2 pasokan air bersih yaitu system pasokan ke atas (up feet) baik
dengan atau tanpa tangki penampung air, dan pasokan air ke bawah (down feed).
 Up Feed air bersih dialirkan dengan tekanan pompa
 Down Feed digunakan untuk mengisi air di atas atap.
Pompa Air Untuk Bangunan

b. Jumlah Pemakaian Air Bersih


Tabel di bawah ini merupakan jumlah pemakaian air rata-rata perhari sesuai dengan
SNI 03-6481-2000
c. Kualitas Air Bersih
d. Jenis Sistem Penyediaan Air bersih
 Sistem sambungan Langsung
Sistem sambungan ini disambung langsung dalam pipa utama penyedia air bersih.
Sistem ini memiliki dua cara penempatan penutup, yaitu ditempatkan dalam
persil dan ditempatkan di bawah jalan.
 Sistem Tangki Atap
Dalam system ini air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah, kemudian
dipompakan ke tangki atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan, yang
kemudian dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan.

 Sistem Tangki Tekan


Prinsip kerja dari system ini adalah sebagai berikut :
- Air yang berasal dari kamar mandi ditampung ke dalam suatu tangki
- Air yang telah ditampung dalam tangki bawah dipompa ke dalam suatu bejana
tertutup sehingga udara di dalamnya terkompres.
- Air dari tangki dialirkan ke dalam system distribusi bangunan
- Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detector tekanan, yang
menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa, yang pompanya akan
berhenti bekerja apabila tekanan tangki telah mencapai suatu batas maksimum
yang telah ditetapkan dan bekerja kembali setelah tekanan mencapai batas
minimum yang telah ditetapkan pula.
- Udara yang dikompress akan menekan air ke dalam system distribusi dan
setelah berulangkali mengembang dan terkompresi lama kelamaan akan
berkurang karena larut ke dalam air atau ikut terbawa air keluar tangki.
Sistem Tangki Pompa

Sistem Pemipaan Plambing

Ada 2 cara pengaturan air yaitu system horizontal dan system vertical.

1. Sistem Horisontal
Sistem ini adalah suatu system pemipaan yang banyak digunakan untuk mengalirkan
kebutuhan air pada suatu kompleks perumahan atau rumah-rumah tinggal yang tidak
bertingkat.
Ada 2 cara yang dipakai untuk system pemipaan horizontal, yaitu :
 Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir
 Pemipaan yang melingkar/membentuk ring

Sistem Air Bersih Untuk Perumahan


2. Sistem Horisontal
Sistem ini banyak digunakan pada bangunan-bangunan bertingkat tinggi. Cara
pendistribusiannya adalah dengan :
- menampung lebih dulu pada tangki air (ground reservoir) yang terbuat dari beton
dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan air pada bangunan tersebut.
- Kemudian air dialirkan dengan menggunakan pompa untuk langsung ke titi-titik kran
yang diperlukan.

Sistem Air Bersih dengan Pompa Langsung

Cara lain dengan menggunakan pompa untuk diteruskan pada tangki di atas bangunan.
Kemudian dari tangki dialirkan ke tampat-tempat yang memerlukan dengan menggukanan
system gravitasi secara langsung. Pada tempat-tempat tertentu yang jaraknya kurang dari 9m
dari tangki digunakan alat tambahan untuk memperkuat pancaran air, misalnya menggunakan
pompa terkan.

Sistem Air Bersih dengan Tangki di Atas


Air Panas

Untuk memanaskan air, pipa-pipa air dingin yang menuju ke titik air harus melewati alat-alat
pemanas dengan system yang berbeda-beda. Alat pemanas yang sering digunakan adalah:
a. Pemanas air dengan gas, air mengalis sesaat dan melewati pipa-pipa yang dipanaskan
b. Pemanas air listrik
c. Pemanas air energy surya, system pemanas energy surya menggunakan tabung
penyimpan dan letaknya harus dipasang di atas bangunan untuk mendapatkan panas
matahari

Penyimpanan Air Bersih


Untuk penyimoanan air bersih dari pompa atau PAM, volume air diseusaikan dengan
keperluan penghuni seluruhnya dihitung per 8 jam. Air bersih tersebut dapat disimpan dalam
ground reservoir dan tangki air.

Air buangan/Air Kotor


Air kotor dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaannya :
 Air bekas buangan (air yang digunakan untuk mencuci, mandi dan lain-lain)
 Air Limbah (Air untuk membersihkan limbah/kotoran)
 Air Hujan (air yang jatuh ke atas permukaan tanah atau bangunan)
 Air limbah khusus (air bekas cucian dan kotoran-kotoran dan alat-alat tertentu seperti
air bekas dari rumah sakit, laboratorium, restoran dan pabrik)

Sistem Pembuangan Air Kotor


 Sistem Pembuangan Air Bekas
- Untuk pipa pembuangan dapat digunakan pipa PVC, untuk pipa vertical dan
pembuangan horizobtal yang diperhitungkan ukurannya.
- Sistem pemipaan pembuangan air bekas ini (baik horizontal maupun vertical)
diusahakan setiap 400cm dibuat sambungan dengan pipa lain karena panjam PVS
hanya 400cm.
- Untuk pipa vertical, diusahakan hubungan menggunakan sambungan dengan
sudut lebih kecil dari 90 derajar
- Untuk sambungan horizontal juga dapat digunakan dambungan bersudut lebih
dari 90 derajat atau menggunakan bak control.
- Pembuangan air bekas ini dapat dialirkan ke saluran lingkungan atau saluran kota
praja.
 Sistem Pembuangan Air Limbah
- Saluran air limbah di tanah dasar bangunan dialirkan pada jarak sependek
mungkin dan tidak diperbolehkan membuat belokan-belokan tegak lurus
- Dialirkan dengan kemiringan 0,5-1% ke dalam bak penampungan septic tank.
- Untukbangunan yang memiliki banyak penghuni, penampungan air limbah harus
menggunakan septic tank berukuran besar yang sering disebut sebagai pengolah
limbah (sewage treatment).

 Air Limbah Khusus


- Air limbah ini harus ditampung ke tempat tertentu dengan treatment tersendiri,
lalu dapat dibuang bersama-sama dengan air bekas biasa.
 Air Hujan
- Air hujan dialirkan ke saluran-saluran tertentu. Mengingat air hujan yang jatuh
tidak sama dialami oleh setiap bangunan, tergantung dari letak dan kondisi
bangunan berada, maka untuk penyalurannya diperlukan pipa-pipa plambing
tersendiri yang dihitung dan diukur dari atap yang menerima air hujan tersebut.
- Air hujan yang jatuh pada rumah tinggal atau kompleks perumahan disalurkan
melalui tulang-tulang vertical dengan diameter minimal 3” yang diteruskan ke
saluran-saluran horizontal dengan kemiringan 0.5-1% dengan jarak terpendek
menuju ke saluran terbuka lingkungan.
- Air hujan tersebut disalurkan dengan pipa tersendiri dengan saringan khusus yang
terpisah dengan pipa air bekas.
Saringan air di lantai dan atap

- Pipa pembuangan vertical dipasang pada shaft untuk air hujan yang dapat
dibuang sejajar dengan pipa plambing lainnya.
- Dalam menghitung besar pipa pembuangan air hujan, harus diketahui atap yang
menampung air hujan tersebut dalam luasan m2. Sebagai standar ukuran pipa
pembuangan dibuat table sbb:

Tabel : ukuran Pipa Vertikal untuk Menampung Air Hujan


dari Atap
PROTEKSI KEBAKARAN

Sistem Pencegahan Kebakaran


Klasifikasi bangunan-bangunan menurut ketentuan struktur untamanya terhadap api dibagi
dalam kelas A,B,C dan D

 Kelas A
- Struktur utamanya harus tahan terhadap api kurang lebih hingga 3 jam
- Bagunan kelas ini biasanya merupakan bangunan untuk kegiatan umum seperti
hotel, pertokoan dan pasar raya, perkantoran, rumah sakit, bangunan industry,
tempat hiburan, museum dan bangunan dengan penggunaan ganda/campuran.
 Kelas B
- Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam.
- Bangunan tersebut meliputi perumahan bertingkat, asrama, sekolah, dan tempat
ibadah
 Kelas C
- Bangunan-bangunan dengan ketahanan api dari struktur utamanya selama 1 jam
- Bangunan ini biasanya bertingkat sederhana
 Kelas D
Bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A,B,C dan diatur tersendiri,
seperti instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata.

Dari uraian di atas diperlukan syarat untuk cegah bahaya kebakaran pada bangunan atau
kompleks perumahan, yaitu :
a. Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api
b. Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan di sebelahnya atau terhadap
lingkungannya
c. Melakukan penempatan tangga kebakaran sesuai dengan persyaratannya
d. Mempunyai pencegahan terhadap system elektrikal
e. Mempunyai pencegahan terhadap system penangkal petir
f. Mempunyai alat control untuk ducting pada system pengkondisian udara
g. Mempunyai system pendeteksian dengan system alarm, system automatic smoke dan
hear ventilating.
Smoke Detector fire alarm

h. Mempunyai alat control terhadap lift


i. Melakukan komunikasi dengan stasiun komando untuk system pemadam kebakaran.

Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan
menggunakan alat baku air. Hidran ini dibagi menjadi :
 Hidran kebakaran dalam gedung
 Hidran kebakaran di halaman.

Hidran Kebakaran Dalam gedung

Hidran Kebakaran di halaman


Sprinkler
Pada peraturan dinas Pemadam Kebakaran mengenai penggunaan alat pemadam kebakaran
berupa mobil pemadam kebakaran, dijelaskan :
- Untuk bangunan kelas A mulai dari lantai ke-4/ketinggian 14m ke atas.
- Untuk bangunan kelas B mulai dari lantai ke-8/ketinggian 40m ke atas.
Jika kebakaran terjadi pada bangunan-bangunan tinggi yang kesulitan dalam mengadakan
pemadaman, harus menggunakan alat pemadam kebakaran tambahan yang bersifat otomatis
tidak dilakukan secara manual atau dengan tenaga manusia.

Sistem Pemipaan Pada Hidran Dan Sprinkler


TRANSPORTASI VERTIKAL
a. TANGGA BIASA
Tangga merupakan alat transportasi vertikal menghubungkan antar lantai tanpa
menggunakan mesin. Penggunaan tangga pada bangunan bertingkat lebih dari tiga
lantai, pada umumnya adalah untuk keadaan (tangga darurat).

Syarat Tangga Umum :


1. Kemiringan sudutnya tidak lebih dari 38 derajat
2. Jika jumlah anak tangga lebih dari 12 anak tangga maka harus memakai bordes
3. Lebar anak tangga untuk satu orang cukup 60-90 cm, sedangkan untuk dua orang
110-120 cm. untuk tempat public minimal 150 cm
4. Tinggi balustrade sekitar 80-90 cm
5. Antrade ( langkah datar ) minimal 23 cm
6. Optrade ( langkah naik ) maksimal 19 cm

Perhitungan Tangga
60 cm < 2op + ant < 65

 Tinggi optrade maupun antrade mempengaruhi kenyamanan, sehingga orang


yang naik tidak cepat lelah dan yang turun tidak mudah tergelincir
 Pada bangunan komersial, kemiringan dan jenis tangga harus diperhatikan,
karena sangat mempengaruhi kenyamanan dan estetika dalam bangunan
Perbandingan Kelandaian dan Keamanan Konstruksi tangga
Berdasarkan kelandaiannya, maka kita akan mendapat jenis-jenis tangga
berikut:
1. Lantai miring 6 – 20 derajat
2. Tangga landai 20 – 24 derajat
3. Tangga Biasa 24 – 45 derajat
4. Tangga curam 45 – 75 derajat
5. Tangga naik, tangga tingkat 75 – 90 derajat
b. ELEVATOR
Lift adalah jenis alat transportasi vertical yang efisien menggerakkan orang atau
barang antara lantai.
Kontrol Umum pada lift
 Sebuah telepon lift, yang dapat digunakan (selain alarm) oleh penumpang
terjebak untuk meminta bantuan
 Tombol tahan: Tombol ini menunda penutupan waktu pintu
 Kipas listrik atau unit pendingin udara untuk meningkatkan sirkulasi dan
kenyamanan
 Tombol panggilan untuk memilih lantai
 Sensor Overload
 Sebuah tombol alarm atau switch, yang penumpang dapat digunakan untuk
sinyal bahwa mereka telah terperangkap dalam lift

Jenis Elevator
1. Lift Penumpang (Passenger Elevator)
2. Lift Barang (Freight elevator)
3. Lift Pelayan (Dumb Waiter, lift barang berukuran kecil)
Komponen Utama Elevator
Komponen utama elevator terdiri dari 2 ( dua ) bagian besar , yaitu ruang mesin
(Machine Room ) dan ruang luncur ( Hoistway ).
Jenis Penggerak Lift Pada Umumnya
1. Lift dengan sistem pengerak hidrolis (hydrolic elevator)
2. Lift dengan sistem penggerak dengan motor listrik (traction type elevator)
Perbedaan
1. Tanpa Gear
 Untuk ketinggian tidak terbatas
 Lebih cepat, lebih halus
 Sedikit Pemeliharaan
 Sumber listrik AC dan lebih awet
2. Dengan Gear ( Geared)
 Secara umum lebih murah
 Kebalikan tanpa gear
 Sumber Listrik AC dan DC

Passenger Elevator Component


 Traction Elevator
1. Car
2. Cables
3. elevator machine
4. controls
5. counterweight
6. hoistway
7. rails
8. penthouse
9. pit
 Hydraulic
1. car
2. plunger/piston/jack
3. elevator machine 4.
4. controls
5. hoistway
6. rails
7. penthouse/headway
8. pit

Susunan Kabel dan Peletakan Mesin

c. TRAVELATOR
Travelator atau Ramp adalah sarana transportasi vertical sederhana pada bangunan
beberapa lantai berupa lantai yang miring landai
Menurut kemiringannya, ramps dibagi menjadi:
1. Ramps rendah sampai dengan 5% kemiringan 0-50). Ramps jenis low atau
landai ini tidak perlu menggunakan anti selip untuk lapisan permukaan
lantainya.
2. Ramps sedang atau medium dengan kemiringan sampai dengan 7% (50-100)
dianjurkan menggunakan bahan penutup lantai anti selip.
3. Ramps curam atau steep dengan kemiringan antara sampai dengan 90% (100-
200) yang dipersyaratkan harus menggunakan bahan anti selip pada
permukaan lantai dengan dibuat kasar. Untuk manusia, dilengkapi dengan
railing terutama untuk handicapped / disabled person (penderita cacat tubuh,
yang sekarang lebih dikenal sebagai para "Difable" atau Different ability
people).
Persyaratan Ramp
1. Sudut kemiringan sangai landai (max 12 derajat) agar aman
2. Permukaannya dibuat kasar
3. Bila perlu dipasang anti selip
4. Selain dengan hitungan derajat ramp juga dapat dihitung dalam satuan %
kemiringan disarankan 10% s.d 12.5%

d. TANGGA DARURAT
Memenuhi persyaratan tangga secara umum
 Harus mudah dilihat dan dicapai
 Jarak maksimum dari sentral kegiatan 30 m atau antar tangga 60 cm
 Harus bebas dari asap dan api, maka tabung tangga (stair well) harus diberi :
“smoke vestibule” dan pintu tahan api/fire door (pintu tangga dlm
keadaan tertutup)
 Harus dapat dilewati minimal oleh 2 orang bersama2 (lebar bersih tangga
minimal 120 cm)
 Perletakan bisa didalam bangunan (Inside Fire ESscape) misl didalam Core,
atau diluar bangunan (Outside Fire Escape)
 Bahan Fire Escape harus tahan api(tdk terbakar dlm waktu 2 jam)
 Pintu pada lantai terbawah terbuka langsung ke arah luar gedung
 Pada tangga darurat, tiap lantai harus dihubungkan dengan pintu masuk ke
dalam ruang tangga tsb.
Elemen Tangga Darurat
1. Konstruksi pelingkup tangga tahan api (Proteksi api pada bagian yang
terekspose)

2. Pintu Keluar
 Tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam
 Dilengkapi dengan minimal 3 engsel
 Deilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis
 Dilengkapi dengan tuas atau tungkai pembuka yang berada di luar
ruang tangga ( kecuali tangga yang berada di lantai dasar, berada di
dalam ruang tangga) dan sebaiknya menggunakan tuas pembuka
yang memudahkan, terutama dalam keadaan panic
 Dilengkapi dengan peringatan “TANGGA DARURAT TUTUP
KEMBALI”
 Dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas max 1 cm2 dan
diletakkan di setengah bagian dari daun pintu
 Pintu harus dicat dengan warna merah
3.

4. Presurized stair well


Pengisian ruang tangga dengan udara segar bertekanan positif akan
mencegah menjalarnya asap dari lokasi yang terbakar ke dalam ruang
tangga. Tekanan udara dalam ruang tidak boleh melampaui batas aman,
karena jika tekanan udara dalam ruang tangga terlalu tinggi, justru
menyebabkan pintu ruang tangga suli/tidak dapat dibuka
5. Koridor dan jalan keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukan
arah dan lokasi pintu keluar.

Peletakan Tangga Darurat


 

 
Yogyakarta International
Hospital (JIH)
Deskripsi Bangunan
Lokasi :
Jalan Ring Road Utara No. 160, Condong Catur, Depok, Jl.
Ring Road Utara, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jumlah Lantai :
6 Lantai (Termasuk Basement)
Yogyakarta international hospital (JIH)
PRINSIP DESIGN STRUKTUR TERKAIT AKTIVITAS DAN FUNGSI

Fungsi primer bangunan : menyediakan sarana dan fasilitas dalam bidang


kesehatan
Fungsi sekunder bangunan sebagai :
• Instalasi gawat darurat dan poliklinik
• Instalasi rawat inap
• Unit pelayanan khusus
Fungsi penunjang bangunan sebagai:
• Instalasi Laboratorium (pathologi klinik dan pathologi anatomi) buka 24
jam.
• Instalasi Radiologi buka 24 jam
• Instalasi Farmasi buka 24 jam
JENIS TIPE KAMAR

Kelas I Kelas II Kelas III


VIP anak VIP B

VIP A VIP C
President Suite VVIP B VVIP C
INDIKASI KEGIATAN PADA BANGUNAN JIH
• Lantai Basement

Zona
Office

Zona Service Zona Laboratorium


• Lantai 1

Zona
Radiology
Zona
Poliklinik

Zona
Administrasi & penunjang
Zona
UGD
• Lantai 2

Zona
Radiology

Zona
Rawat Inap
• Lantai 3

Zona
Rawat Inap
• Lantai 4

Zona
Rawat Inap
• Lantai 5

Zona
Zona
Heli Path
Heli Path
SISTEM STRUKTUR
&
KONSTRUKSI
Struktur yang digunakan adalah struktur Rigid Frame
0.25
P4 0.12

0.25 0.50 P2B 0.60


L4
0.25 0.16

0.97
0.50 1.70 P7A P7A
0.25 2.90
0.80 Balok Ukuran balok pada JIH
PL1
K3
D3
0.90 P2B 2.15 2.30
0.25 P3 P4A

adalah 80x40, ukuran


L3Di+L14B 1.17
0.85

1.20 0.10
perhitungan balok
A2
0.48

adalah 76x38.
0.12
0.12
0.20
0.25
0.80 0.66
0.60 0.60

Dengan demikian
B1 0.25
0.16
0.25 kaca 5 mm 0.72
PL1 PL1 PL1
0.25 J6 0.97

ukuran balok pada JIH


3.28 0.25 K9 1.24 kaca 5 mm kaca 5 mm
K9 K9 P7A P7A 0.17
D9 2.80 D9 D9 PL1
0.25 J3 J3 lobang
LB 0.33
P4 P4 P4 P4D K4 P6C P2B 2.15
0.25 P2B 0.33
L4 L4 L4

telah memenuhi standar


D4
0.25 P4A
P3 1.17 0.33
0.25 0.90 L3Di+L14B
0.25 0.33

0.80
0.10
1.00 kekuatan struktur. 1.00 0.10

1.00 1.00
Detail
plafond gypsum
balok +2.80 +2.80

0.66 0.66

1.15
0.66 1.30 1 4.48 2 0.88 1 1.43 1.36 2.45 4.55
1-sP2A 1-J3'
32002.80 PL1
2.90 1-dP2A 3200 1-dP2A
K4 1-J5
2.15 Lb
1.15 1.30 4.48
D4 2.15 2.15
1-dP2A P3
1-dP2B
L3Di+L14B

5D16 3D16 5D16 2.40

PL1
3D16 7D16 3D16
5D16 3D16
0.48 2.80 2.90
0.73
0.49 0.68 0.49 0.68 0.49 0.73
K4 0.49 2.37

3.18 1.49 1.49

2.15 Lb
4Ø10 4Ø10
D4

800
800
K4 + K12 + K17

0.17
0.33 1000
1-dP2A 9400

SISA
D4 + D12 + D17
P4
L5+L14B 1000
1.04
kaca 8 mm

lobang
b-J4'
b-B5

0.17
0.33
b-B5

P3
b-B5 b-B5

2.40
2Ø8-100 2Ø8-150 2.15 2Ø8-100
2.15
b-fP4B 0.33 3D16 7D16 0.33
0.33 13000
1.10
300 300
0.33 L3Di+L14B
0.33
b-dP2
Selasar Pot. 1 Pot. 2 0.33
b-dP2A

Detail Tulangan
0.10 0.10

Balok
+9.83

2Ø12-100
1

1000
Penekanan Struktur

2Ø10-150
2

SISA
Lantai 1&2 - Entrance

2Ø12-100
Detail Tulangan Kolom

1000
1

+4.60

2Ø12-100
12D22

1000
1

700
2Ø10-150

2Ø10-150
2

SISA
500

2Ø12-100
1 POTONGAN 2

1000
- 0.08

12D22

700
2Ø12-100

2Ø12-100
SISA

500
300

POTONGAN 1
K4 K2 K3 2350
11625

K17

Balok
K7 K6 K7 K4 K2 K3

H =1/15x bentang terpanjang


h =1/15x 11.40
= 76 cm
K7 K6 K7 K4B K2 K3B

b B =1/2x H
=1/2x 76cm
=38 cm
K7 K6 K7 K4B K2 K3B

K2B K2B K5 K5 K1

K11 K3 K3 K3 K1 K3 K3 K3

11400

K2B K2B K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2
550
1175
4450 1975
3450 2925

2625 4575 2725


K17 K17 3450
2775
2775
8025
K17
2725 6550
4200 4425
3136
K6 K6 K11 K4 K4 K4 K4 K4 K4 K4 K4 K4
1175 K4
K17 K17

K12 K12 K12 K12 K12 3650 3550

K10 K10

K7A K6A K7A K10


K10
Penekanan Struktur
Lantai Basement
Pondasi Raft ( Pondasi Rakit )

Termasuk jenis pondasi dangkal yang berbentuk pelat yang


sangat lebar dan assive dengan ketebalan tertentu.

Pondasi Raft terbuat dari beti bertulang yang berfungsi untuk


meneruskan beban-beban bangunan di atasnya dan diteruskan
ke dalam tanah keras.

Tujuan penggunaan raft ini untuk menekan biaya struktur


(efisiensi) serta mempercepat pembangunan (tanpa bantuan
alat berat)
Penekanan Struktur
Lantai Basement
Pondasi Foot plat

Pondasi footplat dipergunakan pada kondisis tanah dengan


sigma antara : 1,5 –2,00 kg/cm2. Pondasi foot plat ini biasanya
dipakai untuk bangunan gedung 2 – 4 lantai, dengan kondisi
tanah yang baik dan stabil.
Bahan dari pondasi ini dari beton bertulang. Untuk menetukan
dimensi dari pondasi ini dengan perhitungan konstruksi beton
bertulang.
Penekanan Struktur
Lantai Basement

Penggunaan
Pondasi Foot Plat

Penggunaan
Pondasi Rafting
Penekanan Struktur
Lantai Basement
Rencana Pondasi
Pondasi
Rafting

Pondasi

D13 - 200

D13 - 200
Foot Plat

D13 - 200

D13 - 200

D16 - 150

D16 - 150
D13 - 200

D13 - 200
22200

D13 - 200

D13 - 200
D16 - 150 D13 - 200

D16 - 150 D13 - 200

1000 1000

1000 1000

D16 - 150

D16 - 150
D13 - 200

D13 - 200

D13 - 200

D13 - 200

D13 - 200

D13 - 200

D13 - 200

D13 - 200
D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200

D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200 D13 - 200

D13 - 200

D16 - 150

D16 - 150
D16 - 150

D16 - 150
D16 - 150

D16 - 150
D13 - 200

D13 - 200

D13 - 200
Penekanan Struktur Atap

Atap datar

Konstruksi atap datar berkonstruksi beton bertulang kedap air


membutuhkan campuran beton khusus( bahan tambahan kimia
dan tepung kwarsa) sehingga kedap air, dan penambahan
tulangan pada lubang atau sudut-sudut atap masuk.
Panjang plat atp datar <25m dan luasnya <600 m2. kalau
angka tersebut dilewati, maka perlu disediakan dilatasi.
Kemiringan minimal harus 3o kearah pipa saluran air hujan dan tepi
atap ditinggikan.
A
Atap Datar
G K 276.48 m2
G K

6
B
A 6

321.44 m2
G K

3.10
3.10
2.40
3.10
2.40

2.40

3.10
3.10
2.40
3.10

B
2.40

2.40

3.10
3.10
2.40
3.10
2.40

2.40

C G K

C 17.00

35°
0.60
17.00
0.60

1264 m2
35°

Dengan luas atap yang diperoleh


3.10
3.10
2.40
3.10
2.40
0.60

17.00
2.40

maka untuk kemiringan pada 35°

atap datar ini sudah cukup


dengan kemiringan 3o
0.60

17.00

35°
SISTEM UTILITAS
TRASPORTASI VERTIKAL
Tangga
3.90
Pada JIH menggunakan
sistem tangga siku. Tangga
2.80

P2D

siku adalah tangga lurus


0.90

yang berbelok arah. Arah


0.60

0.42 1.23
0.12

3.90
+6.63
beloknya dapat satu kali
2.80

P2D
atau lebih tergantung
0.90 kebutuhan.
+4.68
0.60 0.64 Tangga siku dipakai jika
kebutuhan ruang yang
0.43
0.89
0.77 1.15
2.34
0.97

0.90
1.46

+ 2.34
0.60
0.65
panjang tidak tersedia.
konstruksi tangga yang
4.68 0.05
0.15
+2.16
0.40

bordesnya tidak mempunyai


2.80 1-SP2C
2.34
1.99

0.00
0.51
0.76
0.90

1.47
0.00
tumpuan jadi seoleh-olah
melayang, kekuatan
0.30

0.59
0.69

0.21

0.36

konstruksi jenis ini hanya pada


1.95 0.62

0.90

0.90 1.14

pangkal dan ujung atas


3.75 -1.95 0.05

0.45

2.46

dengan dukungan jepit-jepit,


1.80
1.35 6.30 0.37

0.90

-3.75
jadi bordes merupakan
konstruksi cantilever.
• Tangga G I K
Bibir Talud

7.80 11.40
-0.10

10
A B C Play Area
UP

-1.95
10 Terdapat 4 tangga

-0.15

-0.30
0.00

+3.67

+3.34

+3.17

+3.00

+2.84

+2.67

+2.50
down
7.20

7.20
11.40 7.80
strecher
Poliklinik
Anak
Poliklinik

9 9 9

1.02
-0.05 -0.05
DINDING DIPASANG
Dark MRI SETELAH ALAT MEDIS DI MASUKKAN Poliklinik
Room
Poliklinik
Anak

1.04
-0.025 -0.025
7.20

7.20

7.20
TITIK O RIENTASI

examination room
examination room

Poliklinik Poliklinik
Saraf Kebidanan

8 8 8
1.03
3.57 0.80

1.03
Poliklinik
Poliklinik
Saraf Kebidanan

Ruang
examination room
Tunggu
RADIOLOGY
7.20
7.20

7.20
TITIK O RIENTASI

CT-Scan
1.04

r.operator
Poliklinik Gigi Poliklinik
Dark
examination room THT
Room
Toilet

7 7 Ultrasound
System
Mayo
Stand
3.57 0.80

Poliklinik
7
USG Jantung
Patient
Poliklinik Gigi
Strecher

Cassette
7.20
7.20

7.20
Holder Film Illuminators
endoscopy
film record
R.Tindakan
viewing/ Poliklinik
10.00 radiologist
sorting Jantung

6 PARKIR 6 6
2.40
6
r. ganti
AMBULANCE reception

KM/WC PA
KM/WC Pi.
petugas
R. tunggu Klinik Klinik
Admission
-0.10 Poliklinik Poliklinik blood colecting Orthopedi
optician pembayaran Orthopedi
Executive Lounge Mata Mata Lubang ke
basemen

Medical
R.Administrasi
Record

11.40
Aktif
11.40

11.40

Kasir Kassa & Bank Ruang


Adm.Rawat Inap Tunggu
lavatory
r. tunggu

JEMBATAN -0.10
0.00 ±0.00
62.75

±0.00

5 5 spoel hoek
Flamable Lavatory Pa.
R. Shaft
Ruang
Tunggu
Ruang
Tunggu
5
R. Racik Obat UP
3.10
R.Dokter
Emergency Stair

3.10 Panel 0.00

+0.17

Lav.Pi
2.40
Jaga 3.10 Listrik down +0.33

R.Alat Apoteker
r. istirahat/ 2.40
+0.50

7.80
2.40 +0.67
7.80

7.80

+0.84

ganti perawat Apotik Rawat


+1.00

+1.17

Jalan Kasir Poliklinik +3.67

2.40 Poliklinik Poliklinik Poliklinik Poliklinik +3.34 +1.34

+0.17

+0.33

+0.50

+0.67

+0.84

+1.00

+1.17

+1.34

+1.50

+1.67

+1.84

+2.00

+2.17
0.00
Apotik Rawat
+1.50
UP +3.17

1.19 2.40
Lav.Pa +3.00 +1.67

Janitor
+1.84

Jalan
+2.84
+2.34

Pantry
OAS OAS +2.67 +2.00

+2.17

Coffee Shop

-0.15
+2.50

-0.30
0.00

+3.51

+3.34

+3.17

+3.00

+2.84

+2.67

+2.50
down

4 4
Lavatory Pi. Poliklinik

D8 D8
4

Neon Box (Promotion)


OAS OAS

3.37
41.95
3.37
3.37

Security Guard
Receptionist
and Wheel Chair Lots Shopping Arcade Area

Tangga darurat
(Front Officers)
R.Observasi
3' 3' 3'
OAS OAS

R.Bedah Minor 7.20 7.20 7.20


D8 D8

M N O
OAS OAS
3.83
3.83

-4.00 OAS OAS

3 3 OAS
4.20
Ruang HALL
Konsultasi
R.Emergency -0.30
0.00
OAS
7.20

7.20

Nurse st.
R.Obat/ R.Gypsum 7.20 7.20 7.20 7.20 -0.15
Alat

2 2 D E F G 7.20 5.40 6.60 7.20

R.Adm
-0.10
H J K L -0.10
7.20
7.20

Trauma Emergency Kasir

strecher strecher

1 1 ±0.00

As Kolom

-0.50
-0.10

11.40 7.80 7.20 7.20 7.20 7.20 6.60 6.00 6.60 7.20 7.20 7.20 7.20

A B
2.22
C D E F G H J K L M N O
LIFT
LIFT
G
7.80
I
-0.10
11.40
K
Bibir Talud

10 UP
10
A B C Play Area -1.95

-0.15

-0.30
0.00

+3.67

+3.34

+3.17

+3.00

+2.84

+2.67

+2.50
down

7.20

7.20
11.40 7.80
strecher
Poliklinik
Anak
Poliklinik

9 9 9

1.02
-0.05 -0.05
DINDING DIPASANG
Dark MRI SETELAH ALAT MEDIS DI MASUKKAN Poliklinik
Room
Poliklinik
Anak

1.04
-0.025 -0.025
7.20

7.20

7.20
TITIK O RIENTASI

examination room
examination room

Poliklinik Poliklinik
Saraf Kebidanan

8 8 8

1.03
3.57 0.80

1.03
Poliklinik
Poliklinik
Saraf Kebidanan

Ruang
examination room
Tunggu
RADIOLOGY
7.20
7.20

7.20
TITIK O RIENTASI

CT-Scan
1.04

r.operator
Poliklinik Gigi Poliklinik
Dark
examination room THT
Room
Toilet

7 7 Ultrasound
System
Mayo
Stand
3.57 0.80

Poliklinik
7
USG Jantung
Patient
Poliklinik Gigi
Strecher

Cassette
7.20
7.20

7.20
Holder Film Illuminators
endoscopy
film record
R.Tindakan
viewing/ Poliklinik
10.00 radiologist
sorting Jantung

6 PARKIR 6 6
2.40
6
r. ganti
AMBULANCE reception

KM/WC PA
KM/WC Pi.
petugas
R. tunggu Klinik Klinik
Admission
-0.10 Poliklinik Poliklinik blood colecting Orthopedi
optician pembayaran Orthopedi
Executive Lounge Mata Mata Lubang ke
basemen

Medical
R.Administrasi
Record

11.40
Aktif
11.40

11.40

Kasir Kassa & Bank Ruang


Adm.Rawat Inap Tunggu
lavatory
r. tunggu

JEMBATAN -0.10
0.00 ±0.00
62.75

±0.00

5 5 spoel hoek
Flamable Lavatory Pa.
R. Shaft
Ruang
Tunggu
Ruang
Tunggu
5
R. Racik Obat UP
3.10
R.Dokter
Emergency Stair

3.10 Panel 0.00

+0.17

Lav.Pi
2.40
Jaga 3.10 Listrik down +0.33

R.Alat Apoteker
r. istirahat/ 2.40
+0.50

7.80
2.40 +0.67
7.80

7.80

+0.84

ganti perawat Apotik Rawat


+1.00

+1.17

Jalan Kasir Poliklinik +3.67

2.40 Poliklinik Poliklinik Poliklinik Poliklinik +3.34 +1.34

+0.17

+0.33

+0.50

+0.67

+0.84

+1.00

+1.17

+1.34

+1.50

+1.67

+1.84

+2.00

+2.17
0.00
Apotik Rawat
+1.50
UP +3.17

1.19 2.40
Lav.Pa +3.00 +1.67

Janitor
+1.84

Jalan
+2.84
+2.34

Pantry
OAS OAS +2.67 +2.00

+2.17

Coffee Shop

-0.15
+2.50

-0.30
0.00

+3.51

+3.34

+3.17

+3.00

+2.84

+2.67

+2.50
down

4 4
Lavatory Pi. Poliklinik

D8 D8
4

Neon Box (Promotion)


OAS OAS

3.37
41.95
3.37
3.37

Security Guard
Receptionist
and Wheel Chair Lots Shopping Arcade Area
(Front Officers)
R.Observasi
3' 3' 3'
OAS OAS

R.Bedah Minor 7.20 7.20 7.20


D8 D8

M N O
OAS OAS
3.83
3.83

-4.00 OAS OAS

3 3 OAS
4.20
Ruang HALL
Konsultasi
R.Emergency -0.30
0.00
OAS
7.20

7.20

Nurse st.
R.Obat/ R.Gypsum 7.20 7.20 7.20 7.20 -0.15
Alat

2 2 D E F G 7.20 5.40 6.60 7.20

R.Adm
-0.10
H J K L -0.10
7.20
7.20

Trauma Emergency Kasir

strecher strecher

1 1 ±0.00

As Kolom

-0.50
-0.10

11.40 7.80 7.20 7.20 7.20 7.20 6.60 6.00 6.60 7.20 7.20 7.20 7.20

A B
2.22
C D E F G H J K L M N O

Jumlah lift 4
AIR BERSIH

GSP 3/4"

GSP 3/4"

GSP 3/4"

Skema pendistribusian air


GSP 3/4"

GSP 3/4"

GSP 3/4" GSP 3/4"


GSP 3/4"

GSP 1"

GSP 1"

bersih
GSP 3/4"
GSP 3/4"

GSP 3/4"

GSP 1.25"

GSP 3/4"

GSP 3/4"

GSP 3/4"
GSP 3/4"

GSP 3/4" GSP 3/4"

GSP 1"
GSP 3/4"

GSP 3/4"

GSP 3/4"

GSP 1"

GSP 3/4"

GSP 1.25"

GSP 1.5"

GSP 2" GSP 2" GSP 2" GSP 1.5"

GSP 3/4"
GSP 3/4" GSP 3/4" GSP1.5"
GSP 3/4"
GSP 3/4"

GIP 3/4"

GIP 3/4"

GSP 3/4"

GSP 3/4"
GIP 1.25"

GSP 3/4"

GIP 1"

GIP 1.25"
GSP 2"
GIP 2"

GSP 3/4"

GSP 1"
GIP 1"

GSP 3/4"
GSP 3/4"

H
GIP 3/4"
Pendistribusian air bersih

GIP 1"
strecher
UP
linen

GIP 3/4"
spoel r. alat kotor

pada JIH menggunakan


hoek

Ruang Medical Ruang


Pantry shaff yang sama dengan
GIP 1.5"
Isolasi

GIP 3/4"
GIP 3/4"
Equiptment Ganti
Perawat shaft untuk air kotor.

GIP 2"
GIP 3/4"

GIP 1"
GIP 3/4"

GIP 2"
GIP 3/4"

GIP 1.5"

GIP 1"
GIP 2"
GIP 3/4"

GIP 2"
GIP 3/4"

GIP 1"

GIP 3/4"
GIP 3/4" GIP 3/4"
GIP 3/4"
GIP 2"

GIP 3/4"

GIP 1"

GIP 3/4"
GIP 3/4" GIP 3/4"

GIP 3/4" GIP 3/4"

diatrik - 16 Bed
Pediatrik - 16 Bed
GIP 2"

GIP 3/4"

nurse st.

Ruang
Tunggu
Ruang

GIP 2"
GIP 3/4"
GIP 2"

Konsultasi
Dokter GIP 3/4"

GIP 3/4"

GIP 3/4"
GIP 3/4" GIP 3/4"

GIP 3/4" GIP 1"


GIP 2"

GIP 3/4"
GIP 3/4"

nurse st.

Dimensi Shaft = 2 X 0,6 m

Skema Distribusi Air Bersih A


AIR KOTOR

Shaft untuk Ø2"


Ø2"

Ø2" Ø2"
KZØ2"

Air pembuangan dari


pendistribusian
WTLØ2"
Ø2"

wastafel
air kotor
berjumlah 18 Air pembuangan dari
closet

FDØ3"
FDØ3" KDØ4"

Ø3"

Ø4" Ø3"
Ø2"
COØ3"
KZØ2"

Ø2"

WTLØ2"
KDØ4"

Ø4" Ø3"

Ø3"
Ø4"

Ø4" Ø3"

Ø3"
Ø2"
Ø4"

KDØ4" Ø4" KDØ4" Ø4"


Ø2" Ø3" Ø3" Ø3" KDØ4" KDØ4" KDØ4" Ø3"
KDØ4"
Ø4" Ø4" Ø4"
COØ3" KDØ4" KDØ4" KDØ4" COØ3"
KZØ2"

Ø4" Ø4" Ø4" Ø4" COØ3" COØ3"


COØ3" COØ3" COØ3"
Ø3" Ø3" Ø4" Ø3"
Ø3" Ø4" Ø3" Ø3" Ø3" Ø4" Ø3" Ø3" Ø2" Ø4" Ø3" Ø3" Ø2"
WTLØ2" WTLØ2" WTLØ2" Ø2" Ø3"
WTLØ2" WTLØ2" WTLØ2" FDØ3" FDØ3"
FDØ3" KZØ2" FDØ3" KZØ2" FDØ3" KZØ2" FDØ3" Ø3" Ø2" FDØ3" Ø2" FDØ3"
Ø4" Ø4" Ø4" Ø4" Ø3" Ø4"
Ø2" Ø2" Ø2" Ø4" Ø4"
Ø4" Ø4" FDØ3"
WTLØ2" WTLØ2" WTLØ2" WTLØ2" WTLØ2"

Ø4" Ø3" Ø4" Ø3" Ø4" Ø4" Ø4" Ø4"

Ø4" Ø3" Ø4" Ø4" Ø4" Ø4"

WTLØ2" WTLØ2" WTLØ2" WTLØ2" WTLØ2" WTLØ2"

Ø4" Ø4" URØ2" URØ2" URØ2"

FDØ3"
Ø2" Ø2" FDØ3"
KZØ2" Ø2"
FDØ3" FDØ3" Ø3"
WTLØ2" Ø2" WTLØ2" Ø2" Ø2"
Ø4" Ø4" Ø2"
FDØ3" WTLØ2" FDØ3" WTLØ2" Ø2" Ø2" Ø2" FDØ3" Ø4" Ø3" FDØ3" Ø4" Ø4"
Ø4" COØ2" Ø4" Ø3"
Ø2"
COØ3" COØ3" COØ3" COØ3" COØ3"
COØ3" COØ3" COØ3" COØ3" Ø2" COØ3"
Ø4" Ø4"

KDØ4" KDØ4" KDØ4" Ø4" KDØ4" KDØ4" Ø4" KDØ4"


Ø2"

WTLØ2" WTLØ2"
Ø2"

Ø2" Ø2" Ø4" Ø3"

KDØ4" COØ3"

KDØ4"

Ø4" Ø4"
FDØ3"
Ø3" Ø4" Ø3"

Ø4"

Ø4" COØ3"

Ø4" Ø3"

COØ3"

KDØ4" Ø4"
Ø4"

Ø3" Ø3"
Ø2" Ø2"
Ø3"
FDØ3" WTLØ2"

COØ3"

INSTALASI AIR KOTOR


PROTEKSI KEBAKARAN
Posisi hydrant
Hydran
PROTEKSI KEBAKARAN
Sprinkler Letak sprinkler lantai 1
 Ket :
sprinkler
kaca 5 mm

kaca 5 mm kaca 5 mm

lobang
LB

kaca 8 mm

lobang

A B C D E F G H J K L M N O
15.31
0.74 13.96 0.61
0.30 0.30 0.25
0.60 2.64 3.11 3.63 3.88 0.47

+28.92 0.15 0.29


0.25 0.25

0.29 0.15
0.07 28.92
28.85

0.700.70 0.50 0.36 0.36 0.50


0.700.70 Kuda - kuda WF 300 X 200 X 9 X 14
+28.22 0.10 0.24 0.24 0.10
28.22

0.20
0.20
0.42 0.25 0.25 0.22
0.54
Penutup Atap Galvalum
0.67
Gording C 150 X 75 X 20 X 4,5 ( Light Lip Channel )
Plat (400 x 400 x10 ) Sagrod Ø 12mm
2.73 2.60
2.83
3.59
AC P t : 7 cm
AC P t : 7 cm

talang
+25.70
0.14 +25.77
5.18 5.18 0.29
0.33
+25.37 0.03
0.10 5.94 +25.30
0.47
0.37 0.50
0.74 1.00

0.10
24.63 0.15

0.98 0.24 0.40 2.74


2.46 1.22
2.55
2.74
1.00
Lb Lb Lb
+23.04 23.04 0.12 +23.03
+22.96
0.76 0.76
0.58 0.40 1.30
0.30
0.15 0.87
1.70

22.28 0.12
0.30 3.65 0.40 1.90
4.35

6.95
6.95 6.95
2.38

L5
5.36 5.35
P3 4.50
4.00
D4 3.35 3.46 3.45
3.12 1.55 0.16 1.80 0.16 1.80 0.16 1.80 0.16 1.80 0.16 1.80 0.16 1.80 0.16 1.55 1.92
K4 1.47 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.47 0.59 0.67 0.67
2.30 P6D P5B P5B 2.10
18.68
P1A P1A
D5 D5 0.05 PL1 0.65
5.01 P2B
0.89 0.70 0.79 0.93 1.00 1.66 1.00 0.90 0.79 0.70 1.90 2.63 0.63 2.32 5.16 1.70 4.45 1.70 5.03
0.50
0.25 1.08

0.43
1.08
0.03 0.10
+17.68 17.60 17.60 +17.68
0.12 17.60
0.18 0.30
0.72
0.72

16.94
1.54 1.54
1.15 2.82
0.15 0.15
0.85

0.20
DINDING 0.30
0.10
1.15

5.20 PLAFON
RANGKA PLAFON
5.12
4.48
4.48 4.46

J3
2.90 2.90 2.98
2.30 2.30
2.30 2.30

P1A P1A 0.15


P2B 0.27
5.01
P2B
0.89 0.71 0.78 0.92 1.01 1.66 1.00 0.90 0.79 0.94 1.90 6.60 2.21 1.98 1.50
0.23
1.50 Selasar
4.62 0.89 0.97 2.28 2.24 1.50 1.45 4.02
P4A
1.50
0.15
1.05 2.73

lt 4 +12.48
0.93
12.40 0.19

0.88
12.48

DINDING 1.60
11.54
1.75 3.00 0.60 3.00 0.60 7.65 RANGKA PLAFON
PLAFON

3.90 3.43
3.90
3.90
J3 J3 L10
0.80
0.95 1.00 1.00 1.00 1.00 0.60 1.00 1.00 1.00 0.60 1.00 1.00 1.00 0.60 1.00 1.00 1.00 0.60 0.44 2.96 2.90 3.02
2.97 P1 2.20 2.30 2.30
D3
0.50

P1A P1A P4A 0.16 K3 0.23 0.15


J106.72 J10 J10
Selasar P2B
0.06
P4A
AC P t : 7 cm

+9.00 0.07 0.36 5.01 P2B


0.89 0.70 0.79 0.93 1.00 1.66 1.00 0.90 0.79 0.94 1.90 1.89 0.55 2.56 1.55 0.88 2.50 1.92 0.89 1.00 2.28 2.24 1.50 1.50 4.02 1.50 1.05 2.73
0.23 PL1
0.50 0.50 0.40 0.55
0.10
lt 3
+8.50
1.00
+8.58 0.08 8.58
0.60 0.88
0.20

DINDING 1.52

1.75 0.60 0.50 0.76 0.48 0.76 0.50 0.60 0.50 0.76
1.08
RANGKA PLAFON
1.21 PLAFON

6.97
3.90
3.90 0.35 0.72 0.725 3.90
0.43 L3+L14B
0.50 0.50 0.78 0.20 0.20 0.50 0.70 0.50 0.50 0.50 0.18 J3 0.23 0.53 0.50 0.50 0.50 0.50 0.53 0.47 0.50 0.50L3+L14B
0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.47
0.16 0.15 0.50 0.50 0.50 0.50 0.73
3.30 3.30 3.27 0.17 2.92
1.50 1.50 P3 P3
0.33 2.38
2.30 D4 + D12+D17 D4 + D12+D17 2.30
K4 + K12+K17 0.33 K4 + K12+K17
1.15 P1A P1A P6B J10 J10 J10 PL1 P4A 0.33 P2B 0.16 P4A PL1 P4A 0.33
0.10 0.31 1.15
0.15
0.51 0.70 11.05 1.58 0.60 2.72 0.70 0.79 0.93 1.00 1.66 1.00 0.90 0.79 0.94 1.90 6.72 2.79 1.89 1.55 5.53 0.10 0.89 3.28 3.05 1.50 4.93 1.50 3.78 0.33
1.00
0.60 1.00 1.01 0.99 1.00 1.01 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.45 +4.83 0.25
4.74
lt 2 0.23 0.10
1.50
0.30
+4.60 0.18 4.68
0.22
0.10
0.83
0.60
2.05
0.90 0.30
0.90 0.80
2.15 0.58
0.10 1.73 1.70
2.08 1.80 1.88

1.20 1.10 POLYCARBONAT


plafon gypsum
1.00 1.00 1.00
RANGKA PLAFON DINDING PIPA HOLOW Ø 6 CM
PLAFON
1.64
+2.70 0.30 0.30 0.70
0.58
4.68
4.60 4.68 L3Di+L14C 4.60
5.21 1.00 1.00 1.05 1.05 0.90 0.30
4.00 P3
3.90 3.73 0.35
0.15
5.45
0.15 0.15

4.17
3.11 1.01 D4+D5 pipa stainless steel
Ø 2,5'

2.70 2.70 2.80 D5 2.90 2.80 pipa stainless steel


K4+K5 Ø 1,5' 3.29
2.40
3.13 2.24 pipa stainless steel

PL1
Ø 2,5'
2.59

1-dP2B 1-J9 1-J9


Selasar 1-dP2C 1-dP2C 1-dP2C 1-dP2C 1-dP2C 1-dP2C 1-dP2C
4.25
1-sP1A 1-sP1A
0.07
0.31
0.66
7.56 4.02 0.79 0.93 1.00 1.66 1.00 0.90 0.79 1.77 1.70 1.01 4.80
0.30
59.66 4.14
0.00
1.63 1.70 3.60 1.90 1.70 3.60 1.90 1.70
0.00
3.60 5.79 0.40 0.90
lt 1 0.00
0.30
0.60
0.15
0.80 1.45
8.63 3.29 1.89

PLAFON
RANGKA PLAFON
DINDING
0.57

L3Di+L14B L3Di+L14B 3.75


P3 b-J3 b-J3 P3
D4 D4
2.30 2.30 2.30
2.16 K4 2.53
K4

b-sd2B b-sd2B
PL1 Selasarb-sP2B b-dP2B b-dP2B PL1 b-sP2A
30º
b-sP2 b-sP1A b-sP1A
-3.75 -3.75
2.08 0.89 0.70 0.79 5.49 0.79 1.14 1.70 0.79 8.48 0.91 3.03 1.70 1.83 2.86 2.86 1.56 1.70 6.44 0.89 4.06 0.40
0.28
3.75 -3.75

1.46 0.60 0.60 2.69

14.50 37.08

Titik guling
3.37 7.80 11.40 7.20 7.20 7.20 7.20 5.65
3' 4 5 6 7 8 9 10
NEW MEDIA TOWER KAMPUS UMN

LOW RISE BUILDING


Gedung new media tower merupakan bangunan baru milik Universitas Multimedia Nusantara yang berlokasi
Scientia Garden, Jalan Boulevard, Gading Serpong, Tangerang, Banten.
Gedung NMT ini diresmikan oleh pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama pada bulan September
tahun 2012. Gedung ini telah meraih penghargaan Efisiensi Energi Nasional pada 2013. Selain itu gedung
NMT juga meraih penghargaan yang lebih bergengsi yaitu sebagai Energy Efficient Building kategori Tropical
Building yang dilombakan pada ASEAN Energy Award pada tahun 2014 di Vientiane, Laos.
Suasana taman dan ruang kelas berbentuk setengah oval dilantai paling atas dari Gedung New
Media Tower UMN ini lengkap dengan taman terbuka yang tertata asri. Bagian atas adalah
penutup lapisan luar gedung yang terbuat dari alumunium dan diberi lubang- lubang.
Menurut Bapak Sudarman Sutanto selaku Building Manager Kampus UMN tersebut, luas bangunan
Gedung NMT ini sekitar 32 ribu meter persegi. Sedangkan luas total seluruh lahan yang dimiliki UMN
adalah 8 hektar, dengan pemanfaatan 40% atau 2,4 hektar yang sudah terbangun oleh bangunan. Jumlah
lantai yang ada di gedung NMT ini seluruhnya 13 lantai. Pada setiap lantai, rata- rata ada 14 ruang kelas.
Jadi totalnya ada 125 ruang kelas yang dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, dimana per kelas
dapat menampung total adalah 40 orang mahasiswa.

Daya tampung gedung ini secara keseluruhan menampung sebanyak 5.000 mahasiswa. Pada bagian
paling bawah gedung NMT ini di mulai dari lantai basement, khusus untuk parkiran 2.000 motor dan
mushola. Sedangkan pada lantai 1 dipergunakan untuk kantin, lantai 2 juga terdapat kantin, sebagian
kelas dan ruang- ruang unit kegiatan mahasiswa. Lantai 3 terdapat ruang Theatre dan ruang kelas,
sementara pada lantai 4 tidak ada. Lantai 5 bagian tengahnya merupakan sambungan dari Theatre dan
selebihnya adalah ruang kelas. Sedangkan pada lantai 6 sampai lantai 11 pada umumnya adalah ruang
kelas termasuk ada juga untuk Laboratorium untuk jurusan Desain Komunikasi Visual dan Laboratorium
komputer. Lantai 12 difungsikan untuk Business Incubator yang dinamakan sebagai Skystar Ventures.
Bangunan Gedung NMT kampus UMN mengusung konsep gedung terbuka dan hemat energi
yang dimana ruangan koridor di sisi pinggir Gedung NMT tersebut tidak membutuhkan
banyak lampu penerangan dan pendingin ruangan. Karena memang pada sisi kiri bangunan
akan nampak kulit bagian luar gedung yang menggunakan alumunium yang kemudian diberi
lubang- lubang.
Pada kondisi hujan, maka air hujan akan masuk kedalam bangunan yang kulit permukaan bangunan
berlubang tersebut. Tapi air hujan akan langsung mengalir melalui saluran- saluran pembuangan yang
sudah tersedia.

Di lantai 3 Gedung NMT kampus UMN ini terdapat taman rumput yang merupakan lubang untuk
masuknya sinar matahari, dan ujung cerobong pembuangan saluran udara dari basement yang
menjadi tempat parkir khusus sepeda motor
Di basement ini tedapat unit pengolahan limbah air yang didaur ulang untuk kemudian
dipergunakan kembali seperti misalnya untuk menyiram tanaman dan memilas toilet.
Data Proyek :
Tipologi Bangunan : Hotel
Luas Tapak : 1984,959 m2
Lantai Basement : 1.478,585 m2
Lantai 1 : 1.078,911 m2
Lantai 2 : 987,588 m2
Lantai 3-6 : 957,708 m2
Lantai 7 : 761,490 m2
Arsitek : SONNY SUTANTO
Architects
Struktur : PT. Biro Design
WARDHANA
MEE : PT. Skemanusa
Consultama Teknik
Quantity Surveyor : PT. Rekagraha
Menarabuana 2
UTILITAS TRANSPORTASI VERTIKAL
(Tangga Darurat)
BASEMENT
• Sudut kemiringan 35
• Setiap 8 anak tangga diberi bordes.
• Antrade (langkah datar) 25 cm.
• Optrade (langkah naik)17,5 cm.
• Tinggi railing 80 cm.
• Lebar tangga (antar railing) 130 cm
LANTAI 1
• Sudut kemiringan 35
• Setiap 11 anak tangga diberi bordes.
• Antrade (langkah datar) 25 cm.
• Optrade (langkah naik)17,5 cm.
• Tinggi railing 80 cm.
• Lebar tangga (antar railing) 130 cm
LANTAI 2
• Sudut kemiringan 35
• Setiap 8 anak tangga diberi bordes.
• Antrade (langkah datar) 25 cm.
• Optrade (langkah naik)18,5 cm.
• Tinggi railing 80 cm.
• Lebar tangga (antar railing) 130 cm
UTILITAS
TRANSPORTASI VERTIKAL PROTEKSI KEBAKARAN
(LIFT) (HYDRAN)

SERVICE LIFT
Service lift merupakan lift penumpang yang fungsinya
ditujukan untuk kegiatan operasional pendukung. Lift ini
banyak kita temui di gedung perkantoran, dimana lift ini
dikhususkan bagi oprasional, seperti building
maintenance, cleaning service, atau membawa barang
barang yang kecil.

LIFT BARANG
Lift barang di desain untuk mengangkut barang, biasanya Pada bangunan menggunakan 2 jenis Hidrant yaitu Hidrant
lift ini mempunyai kapasitas yang lebih besar & bukaan basah dan Hidrant Gedung,Panjang selang hidrant yaitu
dengan rata-rata 1 Hidrant dengan selang sepanjang 32 M,
pintu / door opening yang lebih besar.
Jumlah Hidrant yaitu berjumlah 8 Hidrant Gedung, 2 Hidrant
basah..
Pada bangunan ini menggunakan pemadam api portabel
yang dimana disetiap lantai lebih dari 4 buah pemadam api
portabel, terdapat 3 jenis yaitu dengan berat 2,5 Kg, 5 Kgdan
25 Kg.
PROTEKSI KEBAKARAN
(SPRINKLER)
UTILITAS PENGHAWAAN
(AIR CONDITIONER)

Penghawaan Ibis Style Hotel Yogyakarta menggunakan AC


Split Duct. AC Split Duct ini memiliki cara kerja dengan
sistem ducting sebagai cara mendistribusikan hawa dingin ke
seluruh ruangan.
Kelebihan :
• Estetika ruangan terjaga karena tidak ada unit indoor
yang mengganggu pemandangan di dalam ruangan.
• Suara tidak berisik
• Karena menggunakan sistem ducting, distribusi suhu
dingin lebih merata ke seluruh ruangan.

Kekurangan :
Terdapat 3 jenis sprinkler yaitu Sprinkler tipe Pendant, Sprinkler • Baik prores instalasi , perawatan atau pembongakaran
type Side Wall dan Sprinkler Type Upright. sangat membutuhkan tenaga yang benar-benar ahli dan
• Peletakan Sprinkler beradius 5M berarti setiap radius 5M terdapat paham dalam bidangnya
1 buah sprinkler. • karena menggunakan sistem duct, ketika terdapat
• Pada area kamar tidur menggunakan Sprinkler berjenis Side Wall kerusakan maka dampaknya akan dirasakan seluruh
• Pada area diluar kamar tidur menggunakan Sprinkler berjenis ruangan
Pendant. • biaya investasi awal untuk pengadaan AC jenis ini tidak
• Pada area tempat parkir menggunakan Sprinkler berjenis Upright murah
• hanya bisa di kontrol melalui 1 titik.
PENGHAWAAN PENGHAWAAN
(AIR CONDITIONER BASEMENT) (AIR CONDITIONER LANTAI 1)
PENGHAWAAN
PENGHAWAAN
(AIR CONDITIONER LANTAI 3,4,5)
(AIR CONDITIONER LANTAI 2)
PENGHAWAAN
(AIR CONDITIONER LANTAI 6)
STRUKTUR
BANGUNAN
Keseluruhan dinding pelingkup lantai
basement pada bangunan Ibis Hotel
menggunakan bearing wall dengan material
beton. Bearing wall atau dinding struktur
pada basement adalah dinding yang
menopang beban yang ada di atasnya dan
menyalurkannya ke pondasi struktur.

Pada lantai basement bangunan Ibis Hotel


juga terdapat shear wall yang berfungsi untuk
menambah kekakuan pada ruang ruang yang
membutuhkan pertahanan khusus seperti
ruang genset , water tank, STP.
Pada bangunan Ibis Hotel menggunakan 2 tipe core
yang letaknya ditengah-tengah bangunan sehingga
bangunan sangat stabil. Masing-masing core diikat
oleh kolom dan balok sehingga kuat.

Core melingkupi lift pada bangunan yaitu satu lift


barang dan dua lift penumpang. Dua tipe core
tersebut menerus dari lantai basement sampai ke
lantai 7.
Keterangan :
kolam renang dewasa
Kolam renang anak

Kolam renang terletak di lantai 7 atau rooftop. Stuktur tulangan balok penyangga kolam renang menggunakan
beton bertulang yang saling diikatkan dengan struktur tulangan yang lain.
BEBAN (AKSI)

PENYALURAN BEBAN DARI BALOK KE KOLOM

REAKSI
Balok pada Hotel Ibis Style ini memiliki ukuran balok dan bentangan balok yang beragam, hal ini terjadi karena menyesuaikan dengan
kebutuhan ruang yang dipakai pada tiap lantainya.

Pada lantai Basement menggunakan ukuran Balok 40x65 cm yang digunakan pada bentang balok paling panjang 8.65 m dan sebagai
balok-balok induk. Kemudian Balok 30x65cm digunakan pada beberapa bagian guna untuk memperkuat balok 40x65cm Penggunaan
Balok 30x50 pada area yang memiliki bentang ruangan yang kecil Balok yang berada LT Basement ini menyesuaikan dengan ruangan yang
berada pada LT 1. Sehigga terlihat pada gambar bentangan balok cenderung panjang karena pada LT 1 murupakan area publik sehingga
ruangan yang diciptakan harus memiliki luasan yang besar
Ryando Putra Dyarta 140115315

SWISS BELL HOTEL

LOW RISE BUILDING


Swiss-Belhotel Yogyakarta merupakan sebuah hotel bintang 4 mewah di Yogyakarta
yang menyediakan standar layanan dan fasilitas kualitas tinggi untuk pelancong bisnis
maupun liburan.
Hotel ini memiliki 121 kamar yang modern dan nyaman dalam empat kategori; Deluxe,
Grand Deluxe, Business Suite dan Executive Suite. Seluruh kamar diadaptasi dari gaya
klasik kolonial - yang bertujuan agar mudah diingat dan berkesan serta desainnya yang
elegan yang akan menjamin kenyamanan menginap Anda di Yogyakarta.
Hotel ini dilengkapi dengan Tamansari Puspa Spa dan Pusat kebugaran, sebuah kolam
renang atap yang modern dan elegan, dan air terjun buatan yang menyegarkan di air
terjun Segaran. Hotel ini menyediakan gaya unik dan modern, dengan akomodasi
mewah dan fasilitas pertemuan untuk menyambut pelancong bisnis maupun liburan.
Tersedia 8 ruang pertemuan, yang sempurna untuk segala pertemuan bisnis, insentif,
konferensi dan pameran.
LOKASI
Jl. Jend. Sudirman No.69, Terban, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta
DENAH
Sumber : Laporan Sistem Bangunan 3 tentang Swiss Bel Hotel
TAMPAK
Sumber : Laporan Sistem Bangunan 3 tentang Swiss Bel Hotel

TAMPAK SELATAN
TAMPAK UTARA
TAMPAK BARAT
TAMPAK TIMUR
POTONGAN
Sumber : Laporan Sistem Bangunan 3 tentang Swiss Bel Hotel

POTONGAN A-A
POTONGAN B-B
STUKTUR BANGUNAN

PONDASI DAN BASEMENT


Pondasi bored pile
(pile group)
Dimensi = 0.8m

Kedalaman= 19m

PONDASI BORED PILE


Pondasi ini merupakan jenis pondasi yang bisa menyalurkan seluruh beban pada
konstruksi ke tanah dengan struktur yang keras sehingga pondasi ini sangat kuat.
Pondasi ini mempunyai bentuk bersegi panjang dengan 6 tipe pile cap. Pondasi
tersebut digunakan untuk menyangga kolom struktur. Pile cap mempunyai bentuk
dan jumlah yang berbeda karena untuk menyangga beban yang berbeda beda
pula. Kegunaan pile cap bertujuan agar lokasi benar-benar berada di titik pusat pondasi
sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan
pada pondasi. Fungsi lain dari pondasi ini yaitu untuk menahan gaya geser dari
penambahan gaya beban yang ada.
STRUKTUR BASEMENT
Basement menggunakan retaining wall ( secant pile) sebagai pelingkup dinding.
Retaining wall adalah struktur yang memegang kembali tanah atau batu dari
sebuah bangunan, struktur atau area dinding penahan gerakan atau downslope,
mencegah erosi dan menyediakan dukungan vertikal, digunakan pula untuk
basement yang lebih dari 2 lapis. Didalam bangunan terdapat 2 lapis basement
dengan tinggi 3m dan 3.2m . Fungsi basement pada bangunan sebagai parkir, ruang
security, dan ruang servis.
Fungsi retaining wall pada bangunan:
menjaga kestabilan tanah, karena terdapat bangunan tetangga 4 lantai yang ada di
utara bangunan dan 3 lantai di samping timur bangunan swissbel. Karena bangunan
tetangga yang tinggi tersebut dapat membuat desakan pada tanah tetangga dan rawan
terjadi keruntuhan pada tanah.

Basement menggunakan retaining wall

d= 0.6m

Kedalaman= > 6.4 m


MEZZANINE FLOOR
Fungsi:

Ruang servis.
Musholla.
Kantin.

MEZZANINE FLOOR
Mezzanine dalam istilah arsitektur adalah lantai tambahan yang berada diantara lantai
dasar dan langit-langit (plafon). Lantai tambahan ini biasanya pada awalnya tidak
dianggap sebagai lantai yang akan dibangun dengan struktur permanen. Keberadaan
mezzanine memang lebih kepada sebuah 'balkon' didalam ruangan, tepatnya adalah
sebuah tambahan lantai saja. Sebutan mezzanine diambil dari sebuah kata dalam
bahasa Itali yaitu 'Mezzano', yang berarti 'tengah'.
ROOFTOP POOL

Kolam renang terletak pada rooftop hotel,yang pada lantai bagian bawahnya
terdapat ruang kosong yang berfungsi sebagai tempat utilitas kolam renang,
terdapat ruang pompa dan balancing tank di dalamnya.
Rooftop dioptimalkan tidak hanya kolam renang juga terdapat chadis bar spa,
gym serta area BBQ
STRUKTUR BANGUNAN

DENAH KOLOM
STRUKTUR KOLOM-BALOK
Kolom ikat (tie column)
Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok
memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral. Tulangan ini Fungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap
kokoh pada tempatnya.

Penambahan baja di dalam daerah tarik membentuk balok beton bertulang dapat
meningkatkan kekuatan sekaligus daktilitasnya. Elemen struktur beton bertulang
menggabungkan sifat yang dimiliki beton dan baja.
PENGGUNAAN SENGKANG
Sengkang mencegah tulangan longitudinal bergerak selama konstruksi dan sengkang
menahan kecenderungan tulangan longitudinal untuk menekuk ke arah luar akibat
beban, yang dapat menyebabkan selimut beton bagian luar pecah. Kolom sengkang
persegi biasanya berbentuk bujur sangkar atau persegi, tetapi dapat juga berupa
oktagonal, bulat, bentuk L, dan lain sebagainya. Bentuk bujur sangkar dan persegi lebih
sering digunakan karena kesederhanaan dalam membuat cetakan.Kolom beton murni
dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitasdaya dukung bebannya akan
meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan kekuatan
yang lebih besar dapat diperoleh dengan memberikan kekangan lateral pada tulangan
longitudinal ini. Akibat adanya bebantekan, kolom cenderung tidak hanya memendek
dalam arah memanjang tetapi jugamengembang dalam arah lateral karena adanya
pengaruh efek Poisson. Pada kolom Swissbel Hotel dilakukan penambahan baja di
dalam daerah tarik membentuk balok beton bertulang dapat meningkatkan kekuatan
sekaligus diktilitasnya. Elemen struktur beton bertulang menggabungkan sifat yang
dimilik beton dan baja.

• Material
Besi : material yang menahan tarikan
Beton: material yang menahan tekanan
Kolom tumbuh ini menahan beban di atasnya dan hanya menumpu pada balok (balok
transfer), sehingga apabila balok tersebut tidak direncanakan dengan baik akan
mengalami kegagalan struktur / patah, akibatnya akan menyebabkan keruntuhan
bangunan secara keseluruhan.

DIMENSI KOLOM

Respon dari hal tersebut adalah penggunaan pola rigidframe yang merupakan struktur
rangka kaku dengan stabilitas dan konsistenitas yang tunggi serta seimbang
Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang
didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perobahan dimensi kolom harus dilakukan
pada lapis lantai, agar pada satu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.
suatu sistem dukungan yang dapat menahan Momen, Gaya vertical dan Gaya
horizontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan
dengan kolom
A.

B.

A. menunjukkan kondisi serat terbawah penampang kolom adalah kondisi tekan


sedangkan kondisi serat teratas penampang kolom adalah kondisi tarik
B. menunjukkan kondisi serat terbawah penampang kolom adalah kondisi tarik
sedangkan kondisi serat teratas penampang kolom adalah kondisi tekan.

menunjukkan kondisi serat terbawah penampang kolom adalah kondisi tarik sedangkan
kondisi serat teratas penampang kolom adalah kondisi tekan.

Eksentrisitas terjadi karena pusat rotasi dan pusat masa gedung tidak berhimpit dengan
adanya hal ini akan membuat gedung mengalami momen torsi yang mengakibatkan
gedung mengalami “puntir”
Respon dari hal tersebut adalah bangunan swissbel hotel menggunakan retaining wall
pada basement sebagai penguat.
• Cantilever Beam
Balok yang ditumpu oleh tumpuan lateral di satu ujung dan tidak mempunyai tumpuan
di ujung yang lain.
BALOK
Balok mempunyai karakteristik utama yaitu lentur. Dengan sifat tersebut, balok
merupakan elemen bangunan yang dapat diandalkan untuk menangani gaya geser dan
momen lentur. Pendirian konstruksi balok pada bangunan ini mnegadopsi struktur beton
bertulang.
UTILITAS
TANGGA
Pada tangga tipe 1 terdapat tangga dengan bentuk sedikit melengkung di bagian pojok
tangga sebelah kiri atas, dan terdapat lantai mezzanin pula yang pada bangunan
swisbell ini memiliki fungsi pula sebagai tangga.
TANGGA DARURAT
Tangga darurat dalam bangunan swissbel ini tangga darurat yang berbeda, antara
b1,b2, GF, UP, mez, lt1, lt2, tetapi pada lt 3 hingga hingga lt 4 dan lt 5 hingga lt8
menggunakan tangg darurat yang tipikal
RAMP
Perhitungan struktur ramp meliputi perhitungan pelat ramp dan balok memanjang ramp.
Gaya-gaya dalam yang terjadi pada struktur ramp dihitung dengan menggunakan
prosedur perhitungan mekanika sederhana. Hanya saja jenis beban hidup yang bekerja
jelas berbeda dengan pelat lantai dan tangga, mengingat pelat ramp direncanakan akan
dilalui oleh kendaraan / mobil, dimana beban hidupnya jauh lebih besar bila
dibandingkan dengan beban hidup biasa.
SISTEM AIR BERSIH
Sistem air bersih pada bangunan swissbel ini , menggunakan sistem penyimpanan air
pada ground tank dan roof tank yang terdapat pada lantai atas kemudian di
distribusikan menggunakan pompa distribusi lalu mengalir ke bawah memalui pipa
distribusi yang di distribusikan ke kamar-kamar, dapur, toilet-toilet, dan bagian ruang
yang membutuhkan air bersih.
AIR KOTOR
SISTEM STRUKTUR CANTILEVER PADA BANGUNAN

Bentuk melengkung pada fasad bangunan dihasilkan dengan desain kantilever


KESIMPULAN

- Dari keempat bangunan yang telah dianalisis


menggunakan struktur rigit frame

- Menggunakan sistem core

- Menggunakan bearing wall dan shearwall

Anda mungkin juga menyukai