Anda di halaman 1dari 66

PRINSIP DASAR BETON PRATEGANG

Ada 3 konsep untuk menjelaskan dan analisis sifat dasar


beton prategang, yaitu :

 Konsep 1 :
Prategang sebagai pengubah beton menjadi bahan
yang elastis. (Eugene Freyssinet)

 Beton sebagai bahan yang getas diberi tekanan


terlebih dahulu, sehingga pada saat beton menerima
beban yang menyebabkan terjadinya tegangan tarik
akan dapat dipikul karena sudah ada tekanan
sebelum ada beban.
 Diagram tegangan untuk F konsentris

Tendon konsentris dengan gaya F

M.y /I F/A + M.y /I


(tekan) (tekan)

+ =

F/A M.y /I F/A - M.y /I


(tekan) (tarik) (tarik)
Akibat gaya prategang Akibat beban luar Tegangan akibat
prategang & beban
 Diagram tegangan untuk F eksentris

Tendon eksentris dengan gaya F

F.e.y /I F/A -F.e.y /I M.y /I


(tekan) F/A + F.e.y /I (tekan) + M.y/I
(tarik) (tarik)

+ = + =

F/A F.e.y /I F/A + F.e.y /I M.y /I F/A + F.e.y /I (tekan) – M.y/I


(tekan) (tekan) (tekan) (tarik)
Akibat gaya prategang Akibat beban luar Tegangan akibat
prategang & beban
q

cgc cgc
e 800mm cgs e
cgs
A B
500mm L

 Contoh soal :
 Balok beton pratekan post tension dengan penampang persegi
seperti gambar di atas, L = 8m , eksentrisitas kabel e = 150mm.
 g beton = 2,5 t/m3, fc’ = 40 Mpa.
 Gaya prategang efektif dalam tendon Fef = 1600 kN.
 q beban luar = 37,5 kN/m’.

 Periksa tegangan yang terjadi pada penampang di tengah


bentang (sisi atas, sisi bawah, di cgc, di cgs)
 Penyelesaian :
I = 1/12x500x800^3 = 21.333.333.333 mm4
A = 500 x 800 = 400.000 mm2
q berat sendiri = 0,4 x 2,5 x10 = 10 kN/m’
q total = 10 + 37,5 = 47,5 kN/m’
M total = 1/8 x 47,5 x 8^2 = 380 kN-m

Tegangan beton sisi atas : ftop = Feff /A – Feff .e.y / I + M.y / I


ftop = 1 600 000 / 400 000 – 1 600 000 x 150 x 400 / 21 333 333 333 + 380 000 000 x 400 / 21 333 333 333

ftop = 4 – 4,5 + 7,125 = 6,625 Mpa.


Tegangan beton sisi bawah : fbot = Feff /A + Feff .e.y / I - M.y / I
fbot = 4 + 4,5 – 7,125 = 1,375 Mpa.
Tegangan beton di cgc : fcgc = Feff / A
fcgc = 4 Mpa.
Tegangan beton di cgs : fcgs = Feff /A + Feff .e.e / I - M.e / I
fcgs= 4 + 1,6875 – 2,61875 = 3,015625 Mpa.
 Konsep 2 :
Prategang sebagai kombinasi kerja baja mutu tinggi
dengan beton

 Merupakan kombinasi kerja antara beton sebagai penahan tegangan tekan dan
baja mutu tunggi sebagai penahan tarik, dengan demikian resultan gaya pada
kedua bahan membentuk kopel momen yang akan digunakan menahan beban
luar.

C C

T T
Akibat beban luar M = 1/8. L^2.q
T = C = A steel . fps = F prategang
Jarak kopel gaya x = M / T
Selanjutnya dapat dilakukan kontrol terhadap tegangan beton yang terjadi.

f = F/A + M y /I
q

cgc cgc
e 800mm cgs e
cgs
A B
500mm L

 Contoh soal :
 Balok beton pratekan post tension dengan penampang persegi
seperti gambar di atas, L = 8m , eksentrisitas kabel e = 150mm.
 g beton = 2,5 t/m3, fc’ = 40 Mpa.
 Gaya prategang efektif dalam tendon Fef = 1600 kN.
 q beban luar = 37,5 kN/m’.

 Periksa tegangan yang terjadi pada penampang di tengah


bentang (sisi atas, sisi bawah)
 Penyelesaian :

I = 1/12x500x800^3 = 21.333.333.333 mm4


A = 500 x 800 = 400.000 mm2
q berat sendiri = 0,4 x 2,5 x10 = 10 kN/m’
q total = 10 + 37,5 = 47,5 kN/m’
M total = 1/8 x 47,5 x 8^2 = 380 kN-m

Resultan gaya yang terjadi pada bagian beton tekan Cc = Feff = 1600 kN.
Gaya ini bekerja dengan lengan momen kopel = M /Cc = M / Feff
= 380 000 / 1600 = 237,5 mm ,
Letak Feff terhadap sisi bawah = 400mm-150mm = 250 mm,
sehingga posisi Cc terhadap sisi bawah = 250 + 237,5 = 487,5 mm
Dengan demikian posisi Cc terhadap cgs = 487,5 – 400 = 87,5mm

Tegangan beton pada sisi bawah penampang :


ftop = Feff /A + Feff.c.y / I
= 1600 000 / 400 000 + 1600 000 x 87,5 x 400 / 21 333 333 333 = 4 + 2,625 = 6,625 Mpa.
 Konsep 3 :
Prategang sebagai penyeimbang beban (load ballancing)
( T Y Lin – Ned H Burns)
 Konsep ini memanfaatkan prategang sebagai cara untuk membuat seimbang
beban dan gaya pada batang/balok.
 Penerapannya dengan menganggap beton sebagai benda bebas yang didukung
oleh suatu beban sebagai pengganti tendon yang bekerja sepanjang bentang.

q F
h tinggi parabola

Gaya angkat merata


akibat prategangan
berbentuk parabolik
q = 8.F.h / L^2
P F
a

Gaya angkat terpusat


akibat prategangan
berbentuk parabolik

P = 2 F.Sin a
Proses jacking
TAHAP TAHAP PEMBEBANAN
 Tahap awal : terdiri atas
• tahap sebelum di prategang,
• saat diberi prategang,
• saat transfer gaya prategang,
• saat desentering dan penarikan kembali.

 Tahap antara : terdiri atas


• handling,
• Transporting

 Tahap akhir ( service) : pada saat beton pratekan


dimanfaatkan.
SYARAT TEGANGAN IJIN
 Tegangan baja :
• Akibat gaya dongkrak (jacking) = 0,80 fpu atau 0,94 fpy
• Tendon pratarik segera setelah transfer gaya pratekan atau
tendon pasca-tarik setelah penjangkaran (pengakuran)
= 0,70 fpu

 Tegangan beton :
• Sesaat setelah transfer gaya prategang (sebelum
kehilangan), tegangan pada serat terluar :
tekan = 0,6 fc’ dan
tarik = - 0,25.(fc’)^0.5 kecuali pada tumpuan = -0,5 (fc’)^0,5
• Saat beban bekerja setelah semua kehilangan terjadi :
tekan = 0,45 fc’ dan
tarik = - 0,50.(fc’)^0.5
KEHILANGAN GAYA PRATEGANG
 Tahapan analisis tegangan yang biasa dilakukan adalah :

 Tahapan segera setelah terjadi transfer gaya prategang dari baja


ke beton, pada tahapan ini biasanya umur beton masih muda
sehingga kekuatan beton fci’ belum mencapai fc’, demikian juga
modulus elastisitas beton Eci’ belum mencapai Ec’, oleh
karenanya kehilangan gaya / tegangan prategang juga banyak
dipengaruhi oleh umur itu dan tegangan pada beton perlu
diperiksa.

 Tahapan saat memikul beban kerja, pada tahapan ini biasanya


semua kehilangan gaya prategang sudah terjadi (akibat creep,
shrinkage beton & relaxation baja masih terjadi, tetapi sudah
diperhitungkan). Gaya prategang yang sudah diperhitungkan
semua kehilangan gayanya disebut Gaya Prategang Efektif ( Feff)
dan pada tahap ini perlu diperiksa tegangan pada beton untuk
tolok ukur kekuatan dan perilaku struktur.
KEHILANGAN GAYA PRATEGANG

 Pemendekan Elastis Beton


 Creep Beton
 Shrinkage Beton
 Relaksasi Baja
 Slip pada Angkur
 Lenturan Komponen
 Wobble & Gesekan kabel postension
Pemendekan Elastis Beton
 Pre Tension ( pra tarik)

 Prategangan konsentris
Pada struktur ini , mula-mula baja di tarik sampai dengan ketegangan
tertentu, kemudian beton di cetak, sampai pada umur beton tertentu
dilakukan transfer gaya prategang dari baja ke beton, dan pada saat
ini komponen struktur akan memendek , karenanya terjadilah
kehilangan gaya prategang pada baja.

Fo Fo

Perpendekan beton ec’ = dc / L ec’ = fco / Ec


Perpendekan baja es = ds / L = Fo / (Ac.Ec)
= ec’
Kehilangan tegangan pada baja ES = es. Es
= Fo.Es / (Ac.Ec)
ES = n. Fo / Ac
Fo adalah gaya prategangan sesaat setelah terjadi transfer gaya dari
baja ke beton.
Nilai Fo sulit diketahui dengan tepat, maka digunakan nilai Fi yaitu
gaya prategangan awal, sehingga rumus elastisitas berikut dapat
dipakai :
d = Fi / (Ac.Ec + As.Es)
ES = d.Es = Es.Fi /(Ac.Ec + As.Es)
ES = n.Fi / (Ac + n As)
dimana n = Es/Ec

 Prategangan eksentris
Untuk struktur dengan gaya prategang yang eksentris terhadap garis
netral (cgc) , maka sesaat setelah terjadinya transfer gaya prategang
dari baja ke beton terjadilah camber (defleksi ke atas) sehingga
pengaruh berat sendiri muncul.
(lihat gambar)
cgc
e cgs

Pada gambar di atas tampak struktur prategang yang mengalami


camber dan kondisi ini di modelkan sebagai struktur di atas 2 tumpuan
sederhana, sehingga timbul lenturan (momen, lintang dan defleksi
akibat berat sendiri).

Tegangan beton di serat pada posisi baja, sesaat setelah transfer gaya
dari baja ke beton :
fcir = Fo / A + Fo.e2/ I – Mg.e / I

dimana : Mg = M akibat brt. Sendiri = qg.l2 / 8 dan Fo = 0,9 Fi

ES = n . fcir
Post Tension ( pasca tarik)
Pada sistem post tensioning, kejadian kehilangan prategangan agak
berbeda dibandingkan dengan pre tensioning.
 Umur beton pada sistem post tension lebih tinggi daripada pre
tension.
 Bila penarikan tendon dilakukan berurutan satu per satu, maka
kehilangan prategang tendon ke-1 dan tendon2 berikutnya berbeda-
beda, karena saat tendon ke-2 ditarik terjadi kehilangan pratekan pada
tendon ke-1 dan saat tendon ke-3 ditarik terjadi kehilangan pada
tendon ke-1 dan ke-2 dan seterusnya.

Karena perhitungannya kurang praktis maka diambil pendekatan


sebesar 50% dari kehilangan pada tendon ke-1 untuk pendekatan
seluruh kehilangan pada semua tendon bila semua tendon ditarik
dengan gaya yang sama.
Menurut ACI – ASCE :

 ES = Kes.Es.fcir / Eci

Dimana : Kes = 1 untuk pre tension (pra tarik)

Kes = 0,5 untuk post tension (pasca tarik) bila ditarik


dengan gaya yang sama
 Contoh soal :

1000mm
cgc
e = 350 mm
cgs
Fo
400mm
12m
 Beton prategang post tension
 Mutu beton pada umur awal fci’ = 30 MPa. Mutu beton pada umur
28 hari fc’ = 40 MPa.
 Fi = 1700 kN.
 Berat volume beton gc = 2,5 t/m3
 Hitung kehilangan pratekanan pada struktur
tersebut.
 Hitung tegangan beton di sisi atas dan bawah di
tengah bentang sesaat setelah transfer gaya
prategang .
 Penyelesaian :

 Luas penampang Ac = 400 x 1000 = 400 000 mm2


 Momen Inersia I = 1/12 x 400 x 10003 = mm4
 Berat sendiri qg = 0,4 x 1 x 25 = 10 kN /m’
 M berat sendiri Mg = 10 x 122 / 8 = kN-m.
 Fo = 0,9 x 1700 kN = kN.
 fcir = Fo / Ac + Fo.e2 / I – Mg.e / I
 fcir = Mpa.
 ES = Kes.Es. fcir / Eci
 ES = Mpa
 fbot = Fo / Ac + Fo.e. ybot / I – Mg.ybot / I
 fbot = Mpa
 ftop = Fo / Ac - Fo.e. ytop / I + Mg.ytop / I
 ftop = MPa
Creep (Rangkak Beton)
Creep :
Merupakan salah satu sifat beton yang akan mengalami
pemendekan yang bersifat non elastis akibat adanya
tekanan yang kontinu dan permanen.

Sifat ini akan menyebabkan terjadinya kehilangan gaya


prategang sebesar :
CR = Kcr .Es / Ec . (fcir –fcds)
Di mana :
Kcr = 2,0 untuk pretension & Kcr = 1,6 untuk posttension.
fcir = tegangan beton di posisi cgs akibat pratekanan dan
berat sendiri.
fcds = tegangan beton di posisi cgs akibat semua bbn mati.
Shrinkage (Susut Beton)
Shrinkage :
Merupakan salah satu sifat beton yang akan mengalami
pemendekan yang bersifat non elastis akibat adanya
penyusutan volume beton.

Sifat ini akan menyebabkan terjadinya kehilangan gaya


prategang sebesar :

SH = 8,2x10-6.Ksh .Es (1-0,06.V/(Sx25,4))(100-RH)


Di mana :
Ksh = untuk posttension.

Waktu curing s/d pratekanan 1 3 5 7 10 20 30 60


Ksh 0,92 0,85 0,80 0,77 0,73 0,64 0,58 0,45
Steel Relaxation
Relaxation :
Merupakan salah satu sifat baja yang akan mengalami
pemuluran yang bersifat non elastis akibat adanya
tegangan tarik yang kontinu dan permanen.

Sifat ini akan menyebabkan terjadinya kehilangan gaya


prategang sebesar :
RE = [Kre – J.(SH+CR+ES)].C

Di mana :
Kre , J dan C tergantung pada tipe tendon, fpi / fpu yang di
pakai.
Nilai-nilai Kre dan J

Tipe Tendon Kre (Mpa) J

Strand atau kawat stress-relieved 1860MPa 138 0.150

Strand atau kawat stress-relieved 1720MPa 128 0.140

Kawat stress-relieved 1655MPa atau !620 MPa 121 0.130

Strand relaksasi rendah 1860 Mpa 35 0.040

Kawat relaksasi rendah 1720MPa 32 0.037

Kawat relaksasi rendah 1655MPa atau 1620MPa 30 0.035

Batang stress-relieved 1000MPa atau 1100MPa 41 0.050


Nilai - nilai C
fpi / fpu strand atau kawat stress-relieved batang stress-relieved atau
strand atau kawat relaksasi rendah
0.80 1.280
0.79 1.220
0.78 1.160
0.77 1.110
0.76 1.050
0.75 1.450 1.000
0.74 1.360 0.950
0.73 1.270 0.900
0.72 1.180 0.850
0.71 1.090 0.800
0.70 1.000 0.750
0.69 0.940 0.700
0.68 0.890 0.660
0.67 0.830 0.610
0.66 0.780 0.570
0.65 0.730 0.530
0.64 0.680 0.490
0.63 0.630 0.450
0.62 0.580 0.410
0.61 0.530 0.370
0.60 0.490 0.330
Kehilangan Akibat Pengangkuran
(SLIP ANCHOR)
Kehilangan ini sangat tergantung pada jenis anchor yang
dipakai dan juga tergantung ketelitian pada saat
pengangkuran.

Kehilangangan ini secara umum dapat dirumuskan sebagai


berikut :
ANC = D fs = Da . Es / L
Di mana :
Da : adalah panjang slip pada kabel sesaat setelah
pengangkuran
Kehilangan / Pertambahan Pratekanan
Akibat Lenturan Komponen

Saat transfer prategangan terjadi camber yang akan menyebabkan


kabel memendek, sehinggan timbul kehilangan prategangan di tengah
bentang

Saat pembebanan terjadi defleksi yang akan menyebabkan kabel


memanjang, sehinggan timbul tambahan prategangan di tengah
bentang
 Besar kehilangan prategangan di tengah bentang untuk setiap
kondisi dapat dihitung sbb:

D fs = (M.y ).Es / (I.Ec)


Kehilangan Akibat Gesekan Kabel

Kehilangan ini sangat terjadi akibat adanya gesekan


tendon dengan media yang ada di sekelilingnya pada saat
penarikan kabel.

Kehilangangan ini secara umum dapat dibedakan atas 2


penyebab yaitu :
Akibat kelengkungan layout tendon.

Akibat efek wobble yang terjadi karena adanya berat


sendiri selubung tempat kabel yang secara tidak langsung
membentuk kelengkungan.
Kehilangan ini secara praktis dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

(F2 - F1) / F1 = - ( K.L+ m .a ).L


Di mana :
F2 = gaya pratekan di tendon di suatu titik arah angkur mati
F1 = gaya pratekan di tendon di suatu titik arah angkur hidup
K = Koef. Wobble ( /m)
m = Koef. Kelengkungan
L = panjang kabel diukur dari titik 1 dan 2 yang ditinjau (m)
a = sudut yang terbentuk dari garis singgung di titik 1 dengan garis
singgung di titik 2 (radian)
a/2 y a/2
m
a

x/2
x

Untuk sudut kecil y ~ m/2

tan a/2 = m / (x/2) ~ a (radian)

a (radian) = 8y / x
Tabel Koefisien Gesekan untuk Tendon Post- Tension

Tipe Tendon Koef.Wobble Koef.kelengkungan


per m m

Tendon pada selubung logam fleksibel


Tendon kawat 0.0033 - 0.0049 0.1500 - 0.2500
7 wire strand 0.0016 - 0.0066 0.1500 - 0.2500
Baja mutui tinggi 0.0003 - 0.0020 0.0800 - 0.3000

Tendon pada selubung logam kaku

7 wire strand 0.0007 - 0.1500 - 0.2500

Tendon yang diminyaki lebih dahulu


Tendon kawat dan 7 wire strand 0.0010 - 0.0066 0.0500 - 0.1500

Tendon yang diberi lapisan


Tendon kawat dan 7 wire strand 0.0033 - 0.0066 0.0500 - 0.1500

Anda mungkin juga menyukai