STRUKTUR
BETON 1
Modul 7: Analisis Balok
Tulangan Rangkap
07
Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Diharapkan setelah membaca modul ini
analisis balok tulangan rangkap serta mahasiswa dapat memahami mengenai
ketepatan menetapkan pasal SNI analisis balok tulangan rangkap serta
2847:2013 ketepatan menetapkan pasal SNI
2847:2013
Pembahasan
1. PENDAHULUAN
Terkadang suatu penampang balok beton bertulang didesain memiliki tulangan tarik dan
tulangan tekan. Balok demikian dinamakan sebagai balok bertulangan rangkap Penggunaan
tulangan tekan sering dijumpai pada daerah momen negatif dari suatu balok menerus atau di tengah
bentang dari suatu balok yang cukup panjang dan memikul beban yang berat serta persyaratan kontrol
lendutan cukup ketat. Atau juga sering dijumpai pada kasus di mana tinggi balok sangat dibatasi untuk
mengakomodasi kebutuhan arsitektural. Terdapat 4 keuntungan menambahkan tulangan tekan pada
beton bertulang yaitu:
1. Mengurangi lendutan jangka panjang
2. Meningkatkan daktilitas. Adanya tulangan tekan akan mengurangi tinggi blok tegangan (a).
berkurangnya tinggi blok tegangan akan meningkatkan regangan pada tulangan tarik dan
menghasilkan perilaku balok yang lebih daktail.
3. Menghasilkan keruntuhan tarik pada struktur
4. Memudahkan dalam fabrikasi
2. TULANGAN TEKAN
Analisis terhadap penampang balok bertulangan rangkap didasarkan pada kondisi tulangan tekan.
Ada dua macam kasus yang akan dijumpai, yaitu apakah tulangan tekan sudah luluh atau belum
luluh.
a. Tulangan Tekan Sudah Luluh
Momen internal balok bertulang dapat dibedakan menjadi dua macam seperti ditunjukan pada
Gambar 1. Mu1 merupakan momen internal yang dihasilkan oleh gaya tekan pada beton dan gaya
tarik ekivalen pada tulangan baja As1. Sedangkan Mu2 merupakan momen internal tambahan yang
diperoleh dari gaya tekan pada tulangan tekan As’ dan gaya tarik pada tulangan tarik tambahan
As2.
Momen Mu1 merupakan momen yang diperoleh dari balok bertulang tunggal sebagai berikut:
T1 = Cc
As1fy = 0,85 f’c ab
𝐴 .𝑓
a = 0,85𝑠1𝑓′ 𝑦. 𝑏
𝑐
Syarat batasan tulangan untuk As1 adalah bahwa harus dipenuhi ρ1 = (As1/b.d) < ρmaks untuk
penampang terkendali tarik dari balok bertulang tunggal. Selanjutnya Mu2 dapat dihitung dengan
mengasumsikan tulangan tekan As’ sudah luluh.
Mu2 = ϕAs2 fy (d – d’) = ϕAs’ fy (d – d’)
Dalam hal ini As2 = As’ menghasilkan gaya yang sama besar namun berlawanan arah seperti
ditunjukan pada Gambar 1. Dan akhirnya momen nominal total suatu balok bertulang rangkap
dapat diperoleh dengan menjumlahkan Mu1 dan Mu2:
𝒂
ϕMn = Mu1 + Mu2 = ϕ[As1 fy (d – 𝟐 ) + As’ fy (d – d’)]
Luas total tulangan baja tarik yang digunakan adalah jumlah As1 dan As2 sehingga:
As = As1 + As2 = As1 + As’
𝐴𝑠1 .𝑓𝑦 (𝐴𝑠 − 𝐴′𝑠 ).𝑓𝑦
a = 0,85 𝑓′ =
𝑐. 𝑏 0,85 𝑓′𝑐 . 𝑏
𝒂
ϕMn = Mu1 + Mu2 = ϕ[(𝑨𝒔 − 𝑨′𝒔 ) fy (d – 𝟐 ) + As’ fy (d – d’)]
Dalam analisis yang sudah dilakukan, digunakan asumsi bahwa tulangan tekan sudah luluh.
Tulangan tekan sudah luluh jika:
Ɛs’ > Ɛy = fy/Es
𝑐 0,003 600
𝑑′
= 𝑓𝑦 = 600− 𝑓
0,003− 𝑦
𝐸𝑠
Sehingga:
600
c = 600− 𝑓 d’
𝑦
Serta:
As1 = As – As’
ρ1 = ρ – ρ’
Tulangan baja tarik akan luluh Ketika beton mencapai regangan maksimumnya 0,003 dan
regangan tulangan tekan Ɛs’ belum mencapai Ɛy pada saat terjadi keruntuhan. Luluh nya tulangan tekan
dipengaruhi oleh letak serat terluar d’. semakin tinggi rasio d’/c maka tulangan tekan semakin dekan
dengan sumbu netral, sehingga semakin kecil kemungkinan tulangan tekan menjacapai kuat luluhnya.
𝑐−𝑑′
Ɛs’ = 0,003 (𝑐
)
𝑐−𝑑 ′ 𝑐−𝑑 ′
f's = Es . Ɛs’ = 200.000 (0,003) ( 𝑐 ) = 600( 𝑐 )
𝑐−𝑑 ′
Cs = As’ (f’s – 0,85f’c) = As’ [600( 𝑐 ) – 0,85f’c]
Cc = 0,85 f’c β1 c b
Karena T = As. fy = Cs + Cc maka:
𝑐−𝑑 ′
As. fy = As’ [600( ) – 0,85f’c] + 0,85 f’c β1 c b
𝑐
Apabila diatur Kembali, maka persamaan diatas dapat dituliskan dalam bentuk:
(0,85 f’c β1 b)c2 + [(600 As’) – (0,85f’c As’) - As. fy]c – 600 As’d’ = 0
Bila tulangan tekan belum luluh f’s < fy maka luas total tulangan tarik yang dibutuhkan untuk
penampang persegi:
𝑓′𝑠 𝜌′ 𝑓′𝑠
As maks = ρmaks bd + As’ 𝑓𝑦
= bd (𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 + 𝑓𝑦
)
𝑓′𝑠
(𝜌 − 𝜌′ ) < 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑓𝑦
Dimana 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 merupakan rasio tulangan maksimum untuk penampang bertulang tunggal.
SOLUSI:
1. Periksa apakah tulangan tekan sudah luluh ataukah belum
As = 6(660) = 3.960 mm2 ρ = As /bd = 3.960 /(300 x 600) = 0,022
As’ = 3(380) = 1.140 mm2 ρ’ = As’ /bd = 1.140 /(300 x 600) = 0,00633
As – As’ = 2.820 mm 2
ρ – ρ’ = 0,01567
Agar tulangan tekan sudah luluh, maka harus dipenuhi persyaratan :
ρ – ρ’ > K
𝑓′ 𝑑′ 600
ρ – ρ’ > 0,85β1( 𝑓 𝑐 ) ( 𝑑 ) (600− 𝑓 )
𝑦 𝑦
25 50 600
0,01567 > 0,85(0,85)(400) (600) (600− 400)
Pada studi kasus ini menggunakan mutu beton f’c = 25 MPa, maka nilai β1 = 0,85
𝑓′𝑐 600 25 600
𝝆𝒃 = 0,85 𝑥𝛽1 𝑥 𝑓𝑦
(600+𝑓 ) = 0,85 x (0,85) x 400 (600+400)= 0,0271
𝑦
𝑓𝑦 400
0,003+ 0,003+
𝐸𝑠 200.000
𝝆𝒎𝒂𝒌𝒔 = ( 0,008
) 𝜌𝑏 = ( 0,008
) 0,0271 = 0,01693
Maka:
ρ – ρ’ < ρmaks
0,01567 < 0,01693
Dominan tarik ϕ=0,90
2020 Struktur Beton 1
6 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Hitung ϕMn
(𝐴𝑠 − 𝐴′𝑠 ).𝑓𝑦 (2.820 ).400
a = 0,85 𝑓′𝑐. 𝑏
= 0,85 (25)(300) = 176,94 mm
𝑎
ϕMn = ϕ[(𝐴𝑠 − 𝐴′𝑠 ) fy (d – ) + As’ fy (d – d’)]
2
176,94
= 0,90 [2.820 (400) (600 – ) + 1.140(400)(600-50)]
2
SOLUSI:
1. Hitung nilai ρ dan ρ’
ρ = As/bd = 4.824 /(350 x 610) = 0,02259
ρ’ = As’/bd = 1.470 /(350 x 610) = 0,00689
ρ – ρ’ = 0,0157
35 60 600
0,0157 > 0,85(0,80)( )( )( )
400 610 600− 400
Pada studi kasus ini menggunakan mutu beton f’c = 35 MPa, maka nilai β1 = 0,80
𝑓′𝑐 600 35 600
𝝆𝒃 = 0,85 𝑥𝛽1 𝑥 ( )= 0,85 x (0,80) x ( )= 0,0357
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 400 600+400
𝑓𝑦 400
0,003+ 0,003+
𝐸𝑠 200.000
𝝆𝒎𝒂𝒌𝒔 = ( 0,008
) 𝜌𝑏 = ( 0,008
) 𝟎, 𝟎𝟑𝟓𝟕= 0,02231
Maka:
ρ – ρ’ < ρmaks
0,0157 < 0,02231
Dominan tarik ϕ=0,90
Sehingga:
𝑎
𝜙𝑀𝑛 = 𝜙 [𝐶𝑐 (𝑑 − ) + 𝐶𝑠 (𝑑 − 𝑑′)]
2
134,94
= 0,9[1.405.104,4 (610 − 2 ) + 524.537,36 (610 − 60)]
= 945.726.154,32 N.m = 945,7 kN.m
5. Periksa:
𝑓′𝑠
(𝜌 − 𝜌′ ) < 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑓𝑦
386,56
(0,02259 − (0,00689) 400
) < 0,02231
Dept. Kimpraswil, 2013, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-28472013
MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced Concrete Structure, Prentice-Hall,Inc,
New Jersey.
Setiawan, Agus, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013,
Erlangga, Jakarta
Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang (Berdasarkan
SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta.