Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KERUSAKAN STRUKTUR RANGKA KUBAH MASJID

TERHADAP BEBAN GRAVITASI


Dwi Retno Fatmawati
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia
dwiretnof@gmail.com

ABSTRAK

Struktur bangunan atas berupa kubah telah berkembang dan banyak digunakan dalam konstruksi suatu
bangunan. Struktur kubah dapat diselimuti dengan cangkang maupun penutup biasa tergantung pada
struktur atapnya. Dalam skripsi ini, penulis membahas mengenai dampak yang terjadi apabila struktur
rangka pada kubah masjid terjadi pemotongan baik dalam arah vertikal maupun horizontal dengan
memodelkan struktur terpisah atau hanya struktur kubah saja dan permodelan pembebanannya sebagai
shell. Dampak kerusakan rangka batang diatas hanya dilakukan dengan pembebanan gravitasi
menggunakan perangkat lunak SAP2000 v14. Analisa struktur akibat pembebanan gravitasi dilakukan
dengan meninjau reaksi perletakan, lendutan/displacement, gaya-gaya dalam serta rasio tegangan.

Kata kunci :
Kubah, shell, cangkang,beban gravitasi, pemotongan cincin.

ABSTRACT

Upper structure building as dome already grows and use in building construction. Dome structure can be
covered by shell or light cover depends on upper frame structure. In this undergraduate thesis discuss
about impact of frame structure damage on mosque dome, the damage occurs in ring structure from
vertical or horizontal direction. Modeling structure performs separated or just using dome structure and
covered by shell. Impact of frame structure damage on mosque analyze under gravity load with SAP2000
v14 software. Analysis structure under gravity load is carried out by reviewing joint reaction,
displacement, internal forces and stress ratio.

Key Words:
Dome, shell, gravity load, ring damage.

1. PENDAHULUAN struktur cangkang adalah bentuk structural tiga


dimensional yang kaku dan tipis yang
Seperti yang diketahui, Indonesia merupakan mempunyai permukaan lengkung. Permukaan
negara yang memiliki umat muslim terbesar di cangkang dapat mempunyai sembarang bentuk.
Dunia, sehingga banyak sekali bangunan Masjid Bentuk yang paling umum adalah permukaan
yang muncul di Indonesia. Di Indonesia, dari yang berasal dari kurva yang diputar terhadap
data Departemen Agama tahun 2004, jumlah satu sumbu (misalnya, permukaan bola,elips,
masjid sebanyak 643.834 buah, meningkat dari kerucut, dan parabola).
data tahun 1997 yang sebanyak 392.044 buah
atau naik 64% selama 7 tahun Namun penggunaan kubah cangkang mulai
berubah menjadi kubah rangka semenjak
Kubah masjid selain sebagai penutup juga ditemukannya kubah geodesik pada pertengahan
biasanya digunakan untuk tempat desain interior abad lalu yang memiliki sistem struktur berupa
yang biasanya diisi oleh kaligrafi yang sangat rangka. Sekarang ini telah berkembang menjadi
indah. Sehingga kekuatan dan keindahan bentuk struktur rangka kubah dengan berbagai sistem
kubah menjadi komponen yang penting dari struktur. Terdapat 2 (dua) jenis kubah rangka
sebuah Masjid Kubah dapat diartikan sebagai yaitu kubah rangka yang difungsikan seperti
element struktur dari arsitektur menyerupai shell dan kubah rangka yang memiliki batang
rongga setengah bola. vertikal dan horizontal.

Kubah sendiri biasanya identik dengan Dalam skripsi ini, penulis akan melakukan
penutupnya ada yang berupa penutupnya yang analisa kerusakan struktural rangka kubah
berupa cangkang, yang dimaksud dengan masjid dengan melakukan simulasi pemotongan

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


cincin arah vertikal dan horizontal, karena kubah yang sangat terkenal adalah bangunan
banyaknya batang, sehingga simulasi hanya Pantheon yang dibangun pada abad ke-2 yang
dilakukan pada batang yang mempunyai sampai sekarang merupakan bangunan dengan
dampak terbesar ketika dilakukan pemotongan. kubah beton tanpa tulangan terbesar di dunia.
Struktur tersebut akan dianalisa akibat Sampai saat ini bangunan dengan kubah
pembebanan gravitasi dengan program terbesar cowboys stadiumdi Texas US, yang
komputer SAP2000 v14. Pada analisa tersebut memiliki diameter 275 m.
yang akan ditinjau yaitu gaya dalam, lendutan
dan rasio tegangan pada setiap pemotongan Pada zaman modern pada tahun 1920
yang dilakukan dikembangkan pembangunan kubah yang
memiliki cangkang yang tipis, untuk diameter
1. TUJUAN PENELITIAN 16 meter hanya memakai cangkang dengan
ketebalan 30mm dan untuk diameter 40 m
Mempelajari dampak dari kerusakan struktur hanya menggunakan cangkang dengan
rangka kubah masjid dengan menganalisa gaya ketebalan 60 mm. Hal tersebut bisa tercapai
dalam batang yang terjadi akibat pemotongan dengan menggunakan struktural kubah berupa
cincin arah vertikal dan horizontal dan rangka baja ringan berbentuk segitiga yang
mengetahui lokasi portal yang terdapat gaya sekarang dinamakan kubah geodesik.
dalam batang maksimum pada setiap
pemotongan serta menganalisa rasio tegangan Geodesik konstruksi didasarkan pada prinsip
yang terjadi akibat pemotongan cincin arah bahwa segitiga adalah bentuk dasarnya yang
vertikal dan horizontal stabil, terlepas dari ukuran, dan bahwa kerangka
segitiga yang diselenggarakan bersama dalam
ketegangan memungkinkan penciptaan struktur
2. BATASAN MASALAH yang ringan namun sangat kuat. Kubah geodesic
merupakan awal dari kubah rangka, dan
1. Permodelan struktur gedung secara 3 kemudian berkembang menjadi 2 sistem rangka
dimensi dengan menggunakan program SAP yang berfungsi sebagai shell seperti kubah
2000 v.14. geodesic dan ada kubah rangka yang memiliki
2. Model struktur baik kubah dan portal adalah rangka vertikal dan horizontal.
struktur yang sudah ada atau dianggap sudah
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
SNI 03-1726-2002. 3.3 GRC
3. Pembebanan yang digunakan adalah
pembebanan gravitasi. GRC disebut beton ringan karena bahan
4. Analisa variasi kerusakan elemen batang pembentuknya hampir sama dengan beton biasa
hanya dilakukan di batang horizontal yang dibentuk dari campuran semen dan pasir.
(cincin). Namun bila beton memiliki tulangan baja di
5. Variasi yang digunakan adalah variasi dalamnya, GRC menggunakan serat (glassfiber)
pemotongan cincin arah vertikal dan sebagai penguatnya. Karena penguat tersebut
horizontal bahannya berupa serat, GRC menjadi lebih
ringan dibandingkan dengan beton maka
3. STUDI LITERATUR disebutlah beton ringan.

3.1 Struktur Kubah 3.4 Struktur Cangkang

Secara harfiah Kubah diartikan sebagai element Struktur cangkang adalah bentuk struktural tiga
struktur dari arsitektur menyerupai rongga dimensi yang kaku dan tipis serta yang
setengah bola. Namun ada pengertian dasar mempunyai permukaan lengkung. Permukaan
yang dikenal secara umum, pertama adalah cangkang dapat mempunyai bentuk sembarang.
kubah sebagai lengkung atap yang melengkung Bentuk yang umum adalah permukaan yang
setengah bulatan, kedua adalah kubah sebagai berasal dari kurva yang diputar terhadap satu
konstruksi langit-langit melengkung yang sumbu, permukaan translasional yang dibentuk
digunakan sebagai media atap dengan menggeserkan kurva bidang di atas
kurva bidang lainnya (misalnya, permukaan
3.2 Sejarah Kubah parabola eliptik dan silindris), permukaan yang
dibentuk dengan menggeserkan dua ujung
Bangunan kubah pertama ditemukan pada segmen garis pada dua kurva bidang
zaman pra sejarah terbuat dari gading mammoth (permukaan hiperbolik paraboloid dan kinoid),
dan tulang, diperkirakan berusia 19.280-11.700 dan berbagai bentuk yang merupakan kombinasi
SM. Kemudian pada zaman romawi, bangunan dari yang telah disebutkan diatas.

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


3.5 Perilaku Struktur Cangkang

Dengan adanya kelengkungan awal


mempengaruhi perilaku gaya membran secara
signifikan. Sehingga untuk mempelajari
perilakunya cangkang di analogikan sebagai
membran yaitu elemen permukaan yang
sedemikian tipisnya hingga hanya gaya tarik
yang timbul pada struktur cangkang. Membran ( c) Segiempat Peralihan Bilinier
yang memikul beban tegak lurus dari
Gambar 3.2 Komponen Elemen Hingga Untuk
permukaannya akan berdeformasi secara tiga
Cangkang
dimensional disertai terjadinya gaya tarik pada
permukaan membran.
3.7 Struktur Space Truss

Sistem struktur atap yang akan di pakai adalah


kubah space truss. Space Truss adalah sistem
struktur yang menggunakan rangka batang tiga
dimensi, dimana batang yang digunakan terbuat
dari material yang kuat dan ringan. Space Truss
Gambar 3.1 Gaya Gaya dan Perpindahan Pada Shell biasanya digunakan dalam struktur yang
memiliki bentang panjang tanpa penyangga.
3.6 Metode Elemen Hingga untuk Cangkang Sistem ini memiliki kekuatan dari penyatuan
kekakuan rangka triangular. Beban-beban yang
Konsep dasar yang melandasi metode elemen ada akan ditransformasikan kedalam gaya tekan
hingga yaitu prinsip diskritisasi yang dan tarik. (Cahyono, 2005)
sebenarnya telah banyak digunakan dalam
usaha manusia. Untuk Menganalisis bentuk 3.8 Metode Elemen Hingga Space Truss
Geometri cangkang dengan elemen hingga
dengan pendekatan menggunakan elemen datar Dalam menggunakan finite element methode,
dalam bentuk segitiga atau segiempat. perlu diperhatikan, bahwa pada tiap element /
batang akan terdapat 2 buah titik simpul yaitu
Pada pendekatan ini dilakukan kombinasi simpul awal yang diberi tanda ( 1 ) dan simpul
peralihan umum dan nodal komponen akhir yang diberi tanda ( 2 ) dan sebuah element
membrane (tegangan bidang) dan komponen yang diberi tanda ( a ) seperti tampak pada
lentur (lenturan pelat). Cara memecahkan gambar di bawah ini :
elemen campuran ini adalah dengan
menggunakan kombinasi elemen segiempat a
peralihan bilinier (bilinier recplacement 1 2
rectangle) untuk tegangan bidang (melosh) dan Gambar 3.3 sebuah Element truss
untuk lenturan Plat menggunakan elemen
segiempat MZC (melosh, Zienkiewiz dan Maka gaya-gaya yang terjadi pada koordinat
Cheung). Dengan kombinasi ini maka pada global adalah :
setiap titik nodal akan terdapat peralihan nodal
terhadap sumbu lokal. { f } = [k ]{d}
dimana :
f = gaya-gaya batang dalam arah global
k = kekakuan global
d = perpindahan global

Maka ditentukan matriks kekakuan global


(a) Komponen Membran Pada elemen segiempat adalah:
{k } = [T ][ k ][T ]
−1

Dengan [T] adalah suatu faktor konversi gaya -


gaya ke arah sumbu global yang berbeda-beda
untuk tiap jenis struktur. Setelah diperoleh
matriks kekakuan global, maka dapat disusun
(b) Komponen Lentur pada elemen segiempat suatu matriks kekakuan struktur yang

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


memasukkan semua komponen -komponen Penelitian dimulai dengan adanya masalah yang
elemen yang ada. ditemukan kemudian masalah tersebut
 f1   k1 0  d1  selanjutnya ingin dipecahkan oleh peneliti
 =   melalui penelitian. Analisa dari penelitian ini
 f 2   0 k2  d 2 
menggunakan model bangunan yang sudah ada
Langkah berikutnya yaitu menentukan syarat- Pada tulisan ini akan dibahas bangunan tingkat
syarat-syarat batas yang ada dan kemudian nilai rendah yang menggunakan struktur beton dan
perpindahan dapat diperoleh. Dengan nilai struktur kubah terbuat dari baja WF 250 dan
perpindahan global yang diperoleh,gaya-gaya 198 untuk batang vertikal dan pipa 3” untuk
batang untuk tiap element dapat ditentukan batang horizontal dengan BJ37 memakai sistem
dengan : las E70xx dan Angkur MS A30. Bangunan ini
{ f } = [ k ]{d } : terdiri dari 2 lantai dengan tinggi masing-
Dimana : masing 5 m dan kubah utama berdiameter 25 m
{d } = [T ]
−1
{d }
Pembebanan yang dilakukan adalah beban mati
4. METODOLOGI PENELITIAN dan beban hidup, untuk beban mati adalah berat
dari semua bagian dari suatu gedung yang
Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian bersifat tetap, yaitu:
dalam beberapa tahap antara lain : • Berat Beton bertulang yaitu 2400 Kg/m3
1. Melakukan pemodelan struktur. • Berat Baja yaitu 7849 Kg/m3
2. Menetapkan beban-beban yang akan • Berat Screed yaitu 10 Kg/m2
bekerja pada model, seperti beban hidup • Berat Rangka GRC 15 Kg/m2
dan beban mati. • Berat Plafond 30 Kg/m2
3. Melakukan pemilihan permodelan struktur Untuk beban hidup hanya beban hujan yaitu 20
(dipisah atau digabung) kg/m2
4. Melakukan pemilihan permodelan penutup
kubah (shell atau beban) 4.1 Pemilihan Permodelan Struktur
5. Melakukan analisis dengan program SAP
2000 v.14 dengan melakukan pemeriksaan Simulasi pemodelan struktur akan dimodelkan
terhadap faktor skala akibat beban gravitasi. dengan 2 (dua) permodelan :
6. Melakukan perbandingan struktur terhadap 1. Analisa struktur dilakukan secara terpisah (
variasi pembebanan Kubah, pemotongan struktur kubah saja) dengan asumsi kekuatan
pada cincin kubah arah vertikal dan struktur bawah lebih kuat dari struktur atas,
horizontal untuk desain kubah di lakukan secara terpisah
kemudian reaksi nya di masukan sebagai
MULAI beban ketika mendesain portal.

Pemilihan permodelan
• Permodelan Struktur
• Permodelan Penutup Kubah

Gambar 4.2 Permodelan struktur variasi 1


Analisa dengan menggunakan 2.Permodelan struktur dilakukan secara
SAP 2000 v.14 tergabung (struktur utuh, struktur kubah
dengan portal beton) sehingga akan banyak
nodal yang di gunakan saat permodelan
Evaluasi output:
• Displacement
• Gaya-gaya dalam
• Rasio Tegangan

SELESAI

Gambar 4.1 Kerangka Berpikir


Gambar 4.3 Permodelan struktur variasi II

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


4.2 Pemilihan Permodelan Pembebanan

Simulasi pemodelan pembebanakan dimodelkan


dengan 2 (dua) permodelan :
1. Penutup Kubah adalah GRC, dan hanya
menjadi beban pada Kubah. Dalam hal ini
GRC pada tiap ruas batang akan dihitung Cincin
beratnya dan akan di distribusikan ke batang Arah
pengikatnya dengan metode amplop. Horizontal

Gambar 4.6 Batang arah horizontal yang patah

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan metodologi diatas, sebelum
dilakukan analisa variasi terlebih dahulu
dilakukan pemilihan permodelan.

5.1 Pemilihan Permodelan Struktur


Gambar 4.4 GRC sebagai beban mati
b. Penutup Kubah Berupa GRC yang di analisa
Pada struktur terpisah, struktur kubah dianalisa
sebagai cangkang dengan tebal yang sama
menempel pada tanah, namun hal ini bisa
dengan GRC yang memiliki elastisitas yang
dilakukan bila kekakuan kubah lebih kecil dari
tinggi dan di asumsi kan sebagai membran.
1/10 dari kekakuan struktur beton sehingga
Sehingga lendutan yang akan dihasilkan tidak
struktur kubah tidak memberikan pengaruh
jauh dari permodelan yang pertama
kekakuan terhadap keseluruhan struktur.

Untuk mengetahui apakah struktur kubah dan


bangunan ini harus digabung atau dapat dipisah
dapat diketahui dengan pengecekan lendutan
arah-X kubah dan struktur bawah bangunan bila
diberikan gaya yang sama. Gaya yang diberikan
adalah 1000 KN pada ujung atas kubah dan
pada sisi tengah beton

Gambar 4.5 GRC sebagai membrane

4.3 Variasi Parameter

Variasi struktur rangka kubah masjid arah


vertikal and horizontal. Analisa dilakukan pada
cincin arah vertical dengan melakukan
pemotongan satu demi satu sampai cincin dalam
ruas tersebut habis. Terdapat 13 (tiga belas)
cincin pada arah vertical. Untuk arah horizontal
terdapat 26 (dua puluh enam) cincin.

Cincin
5.1 Gambar cek kekakuan struktur
arah
Vertikal
Maka persyaratan struktur dipisah adalah:
K 2 > 10 K1 , K1 = F , K = F
∆1 2
∆2

Dimana:
K1 = Kekakuan Kubah
Gambar 4.6 Batang arah vertikal yang patah

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


K 2 = Kekakuan Beton analisa kubah dengan penutup shell kurang dari
2%.
∆1 = Lendutan Arah X Kubah
∆ 2 = Lendutan Arah X Beton Output yang didapat adalah Gaya dalam di
Didapatkan K1 = 63,93 dan masing-masing batang vertikal dan Horizontal
K 2 = 101010,
serta displacement joint.
maka K 2 >10 K1 , Dari hasil pengecekan
kekakuan struktur diatas makan disehingga
dapat disimpulkan bahwa struktur tersebut bisa
dianalisa secara terpisah.

5.2 Pemilihan Permodelan Pembebanan

Untuk pemilihan permodelan pembebanan


permodelan etode kubah dengan penutup
sebagai beban dijadikan batas maksimum
karena pada analisa awal ini, beban penutup
ditanggung oleh frame dengan menggunakan
metode amplop, sedangkan pada metode analisa
dengan penutup shell akan memberikan
kekakuan tersendiri pada struktur tersebut
sehingga kekakuan shell dikecilkan menjadi
1/10000 agar shell tidak memberikan pengaruh
kekakuan pada struktur. Frame menanggung
beban penutup kubah pada metode kubah
dengan penutup sebagai beban.

Output yang didapat adalah reaksi perletakan di


masing-masing batang vertikal. Berikut
beberapa hasil output dan analisa yang
didapatkan :

Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Gaya Dalam


Normal, Lintang dan Momen Batang Vertikal antara
shell dan beban

Gambar 5.2 Grafik perbandinga reaksi perletakan


antara shell dan beban

Dari hasil pembacaan hasil output reaksi


perletakan akibat pembebanan gravitasi, dapat
dilihat bahwa perbandingan metode kubah
dengan penutup sebagai beban terhadap metode

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


Gambar 5.4 Grafik perbandingan gaya dalam normal, terhadap metode analisa kubah dengan penutup
lintang dan momen batang horizontal antara shell dan shell kurang dari 10%.
beban
Dari hasil perbandingan kedua metode analisa
Dari hasil pembacaan hasil output Gaya dalam tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kedua
axial akibat pembebanan gravitasi pada batang metode diatas baik metode kubah dengan
vertikal maupun horizontal, dapat dilihat bahwa penutup sebagai beban maupun metode analisa
perbandingan metode kubah dengan penutup kubah dengan penutup shell tidak memiliki
sebagai beban terhadap metode analisa kubah pengaruh yang signifikan sehingga metode
dengan penutup shell kurang dari 4%. analisa kubah dengan penutup shell dapat
digunakan untuk variasi berikutnya
Namun dari hasil pembacaan hasil output gaya
dalam geser dan momen akibat pembebanan 5.4 Analisa Pemotongan Cincin
gravitasi pada batang vertikal maupun
horizontal, dapat dilihat bahwa perbandingan Pada analisa ini yang di gunakan adalah dengan
metode kubah dengan penutup sebagai beban menghilangkan batang horizontal satu demi satu
terhadap metode analisa kubah dengan penutup dalam arah vertikal dan horizontal kemudian
shell dari 1-10%. dianalisa, hasil outputnya adalah reaksi
perletakan pada perletakan kubah arah radial
Output yang didapat adalah displacement pada dan vertikal, gaya dalam dan
joint yang ditinjau lendutan/displacement pada joint, dan rasio
tegangan yang terjadi

Yang akan dianalisa adalah reaksi perletakn


yang terjadi pada arah radial dan horizontal,
gaya dalam maksimal pada setiap pemotongan,
lendutan maksimal pada setiap pemotongan dan
rasio tegangan terbesar pada setiap pemotongan,
selain juga juga menganalisa lokasi portal dari
hasil gaya dalam, lendutan joint dan rasio
tegangan maksimum.
Gambar 5.5 Grafik perbandingan lendutan vertikal
Pemotongan Cincin Arah Vertikal
antara shell dan beban
Pemotongan cincin untuk arah vertikal akan
Untuk hasil dari lendutan di joint pada dua
dilakukan dari frame terbawah satu demi satu
metode ini mempunyai perbedaan hanya kurang
sampai batang di juring tersebut habis. Juring
dari 5 %. Hasil ini menunjukan bahwa kekakuan
yang akan dipakai adalah juring yang pada
shell tidak memiliki pengaruh pada analisa ini.
pembahasan sebelumnya susah digunakan, agar
Periode getar pada struktur kedua metode diatas terdapat relasinya. Output yang didapat adalah :
terdiri dari 12 mode. Dengan kekakuan yang
sudah di kecilkan 1/10000, berikut output dari
kedua metode tersebut:

Gambar 5.6 Perbandingan Periode Getar Shell dan


Beban

Hasil output Periode getar struktur kubah


tersebut, dapat dilihat bahwa perbandingan
metode kubah dengan penutup sebagai beban Gambar 5.7 Grafik reaksi perletakan akibat
pemotongan cincin arah vertikal

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


Output yang didapat adalah gaya dalam di
masing-masing batang vertikal:

Gambar 5.10 Lokasi portal dan grafik gaya dalam


momen (Mmax dan Mmin) pada Batang Vertikal
akibat pemotongan cincin arah vertikal

Gambar 5.8 Lokasi portal dan grafik gaya dalam Penurunan gaya dalam batang axial tekan
axial (Pmin) pada Batang Vertikal akibat pemotongan berada antara 0,02% - 1,36 %. Untuk gaya geser
cincin arah vertical sumbu kuat terjadi kenaikan antara 0.18% -
176,4%, sedangkan pada sumbu lemah terjadi
Penurunan reaksi perletakan yang terjadi adalah kenaikan antara 0 – 31150%. Untuk gaya dalam
antara 0.12% - 83.9%., sedangkan pada momen maximum peningkatannya antara 0 -
pemotongan ke-13 penurunan 66.4%. 98,04%, sedangkan untuk gaya dalam momen
Penurunan reaksi perletakan arah vertikal yang minimum peningkatannya antara 991,41%.
terjadi antara 0,16% - 3.55%, sedangkan pada
pemotongan ke-13 penurunannya adalah 2,69%. Output yang didapat adalah gaya dalam di
masing-masing batang vertikal:

Gambar 5.9 Lokasi portal dan grafik gaya dalam


geser (V2 dan V3) pada Batang Vertikal akibat
pemotongan cincin arah vertical Gambar 5.11Lokasi cincin dan grafik gaya dalam
axial (Pmax dan Pmin) pada Batang Horizontal
akibat pemotongan cincin arah vertical

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


Berikut beberapa hasil output dan analisa yang
didapatkan :

Gambar 5..12 Lokasi cincin dan grafik gaya dalam Gambar 5.14Lokasi dan Grafik Lendutan pada Joint
geser (V2 dan V3) pada batang horizontal akibat akibat pemotongan cincin arah vertical
pemotongan cincin arah vertical
Kenaikan lendutan arah vertikal akibat
pemotongan cincin arah vertikal adalah sebesar
0 - 6175, 86%

Output yang didapat untuk rasio tegangan pada


setiap pemotongan. Berikut beberapa hasil
output dan analisa yang didapatkan untuk
batang vertikal dan horizontal terbesar:

Gambar 5.13 Lokasi cincin dan grafik gaya dalam


momen (Mmax dan Mmin) pada batang horizontal
akibat pemotongan cincin arah vertical

Kenaikan axial tarik terbesar adalah 363,76 %


dan penurunan axial tarik terbesar adalah 2,2 %.
Sedangkan kenaikan axial tekan terbesar adalah
213.3% dan penurunan axial tekan terbesar Gambar 5.15 Lokasi dan grafik rasio tegangan batang
adalah 2,48%. Kenaikan gaya dalam geser pada vertikal akibat pemotongan cincin arah vertical
sumbu kuat adalah sebesar 0 – 1647,57 %,
sedangkan kenaikan gaya dalam geser sumbu Rasio tegangan pada batang vertikal akibat
lemah adalah 0 – 258233,33%. Kenaikan gaya pemotongan cincin arah vertikal terdapat pada
dalam momen maksimum sebesar 0 - pemotongan cincin ke-13 sebesar 1.96 terdapat
3330,7777%, sedangkan untuk gaya dalam di portal 26. Rasio tersebut sudah melebihi
momen minimum sebesar 0 – 13785%. batas mulai dari pemotongan ke-6

Output yang didapat adalah lendutan U3 (arah


z) pada di masing-masing joint yang ditinjau.

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


pemotongan tersebut tidak memberikan banyak
pengaruh.

Hasil pembacaan hasil output gaya dalam pada


batang vertikal akibat pemotongan cincin arah
horizontal berupa tabel dan grafik yang
dibandingkan hasil dari tiap pemotongan cincin
Berikut beberapa hasil output dan analisa yang
didapatkan:

Gambar 5.16 Lokasi dan grafik rasio tegangan batang


horizontal akibat pemotongan cincin arah vertical

Rasio tegangan pada batang horizontal akibat


pemotongan cincin arah vertikal terdapat pada
pemotongan cincin ke-12 sebesar 3.76 terdapat
di portal 18. Rasio tersebut sudah melebihi
batas mulai dari pemotongan ke-8

Pemotongan Cincin Arah Horizontal

Output yang didapat adalah reaksi perletakan di


masing-masing batang vertikal. Berikut
beberapa hasil output dan analisa yang
didapatkan :
Gambar 5.18 Lokasi portal dan grafik gaya dalam
axial (P min) pada batang vertikal akibat pemotongan
cincin arah horizontal

Gambar 5.17 Grafik Reaksi Perletakan Akibat


Pemotongan Cincin Arah Horizontal
Gambar 5.19 Lokasi portal dan grafik gaya dalam
Untuk reaksi perletakan arah radial akibat geser (V2 dan V3) pada batang vertikal akibat
pemotongan cincin arah horizontal mengalami pemotongan cincin arah horizontal
kenaikan sebesar 0 - 3,23, perletakan arah
vertikal akibat pemotongan cincin arah
horizontal mengalami penurunan sebesar
0,31%, hasil ini menunjukan bahwa

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


Gambar 5.22 Lokasi cincin dan grafik gaya dalam
Gambar 5.20 Lokasi portal dan grafik gaya dalam geser (V2 dan V3) pada batang horizontal akibat
geser (Mmax dan Mmin) pada batang vertikal akibat pemotongan cincin arah horizontal
pemotongan cincin arah horizontal

Untuk gaya dalam axial tekan akibat


pemotongan cincin arah horizontal pada batang
vertikal mengalami kenaikan sebesar 0,136%,
Untuk gaya dalam geser pada sumbu kuat akibat
pemotongan cincin arah horizontal pada batang
vertikal mengalami penurunan sebesar 3,08 –
5,26%, sedangkan untuk gaya dalam geser
sumbu lemah sebesar 0 - 4100% Untuk gaya
dalam momen maksimum akibat pemotongan
cincin arah horizontal pada batang vertikal
bersifat konstan, sedangkan untuk gaya dalam
momen minimum sebesar 3.78%

Gambar 5.23 Lokasi cincin dan grafik gaya dalam


amomen (Mmax dan Mmin) pada batang horizontal
akibat pemotongan cincin arah horizontal

Untuk gaya dalam axial akibat pemotongan


cincin arah horizontal pada batang horizontal,
untuk axial tarik mengalami kenaikan sebesar
35,19 – 49,15% sedangkan untuk axial tekan
bersifat konstan hasil ini menunjukan bahwa
pemotongan tersebut tidak memberikan banyak
pengaruh. Untuk gaya dalam geser akibat
pemotongan cincin arah horizontal pada batang
horizontal, untuk sumbu kuat mengalami
Gambar 5.21 Lokasi cincin dan grafik gaya dalam kenaikan sebesar 0 – 10.29% sedangkan untuk
axial (Pmax dan Pmin) pada batang horizontal akibat sumbu lemah sebesar 0 – 283,33%. Untuk gaya
pemotongan cincin arah horizontal dalam momen akibat pemotongan cincin arah
horizontal pada batang horizontal, untuk
momem maksimum mengalami kenaikan

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


sebesar 0 – 3330,77% sedangkan momen konstan. Ini menunjukan bahwa pemotongan
minimum sebesar 0 – 9.65%. cincin arah horizontal tidak memberikan efek
tegangan pada batang vertikal.
Output yang didapat adalah lendutan U3 (arah
z) pada di masing-masing joint yang ditinjau.
Berikut beberapa hasil output dan analisa yang
didapatkan

Gambar 5.26 Lokasi dan grafik rasio tegangan batang


horizontal akibat pemotongan cincin arah horizontal

Rasio tegangan pada batang horizontal akibat


pemotongan cincin arah horizontal terdapat
pada pemotongan cincin ke-1 sebesar 0.28
terdapat di portal 2.
Gambar 5.24 Lokasi dan grafik lendutan pada joint
akibat pemotongan cincin arah horizontal
6. KESIMPULAN
Lendutan akibat pemotongan cincin arah Dari hasil dan analisa yang sudah
vertikal meningkat tiap dilakukan pempotongan, dilakukan di bab IV mengenai analisa struktur
kenaikan lendutan terbesar sebesar 11.03% kubah akibat gaya gravitasi kesimpulan yang
lendutan terbesar terdapat pada pemotongan dapat ditarik, adalah:
cincin ke-8 sebesar 3.22 mm terdapat di portal
1. Permodelan struktur yang digunakan adalah
5.
struktur kubah tanpa portal beton atau
Output yang didapat untuk rasio tegangan pada hanya kubah saja, karena Kekakuan kubah (
setiap pemotongan. Berikut beberapa hasil ) = 63,93 dan kekakuan portal beton ( )=
output dan analisa yang didapatkan untuk 101010, maka >10 , sehingga struktur
batang vertikal dan horizontal terbesar: tersebut bisa dianalisa secara terpisah.
2. Permodelan pembebanan yang digunakan
adalah pembebanan dengan metode
cangkang (shell) pada penutup kubah
dengan mengurangi kekakuan shell
sehingga mendapatkan reaksi perletakan,
gaya dalam dan lendutan serta periode getar
yang tidak jauh berbeda hanya 1-10%.
3. Kekakuan shell yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebesar 1/10000 dan
berhasil memberikan perbedaan hanya 1-
10%

Pemotongan Cincin Arah Vertikal


4. Pemotongan cincin arah vertikal untuk
reaksi perletakan arah radial mengalami
penurunan maksimal 88 %. Sedangkan
untuk reaksi perletakan arah vertikal
mengalami hanya mengalami penurunan
sebesar 3 %.
Gambar 5.25 Lokasi dan grafik rasio tegangan batang
vertikal akibat pemotongan cincin arah horizontal
5. Gaya dalam pada batang vertikal untuk
gaya dalam axial terjadi penurunan gaya
Rasio tegangan pada batang vertikal akibat tekan axial 1.36 %, untuk gaya dalam geser
pemotongan cincin arah horizontal rasio nya pada sumbu kuat terjadi peningkatan 176 %

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


sedangkan pada sumbu lemah terjadi 2. Pada variasi pemotongan cincin masih bias
peningkatan 33308%, untuk gaya dalam dilakukan dengan pemotongan ring secara
momen tarik meningkat 312% sedangkan bersamaan.
momen tekan meningkat 989% 3. Untuk analisa selanjutnya juga bisa ditinjau
6. Gaya dalam pada batang horizontal untuk metode-metode perbaikan yang dapat
gaya dalam axial terjadi peningkatan gaya dilakukan.
tarik axial sebesar 363% dan untuk tekan
sebesar 260%, untuk gaya dalam geser pada 8. DAFTAR PUSTAKA
sumbu kuat terjadi peningkatan 1657 %
sedangkan pada sumbu lemah terjadi 1. A. A. PURBOSARI. 2010. MODIFIKASI
peningkatan 276796%, untuk gaya dalam PERENCANAAN STADION INDOOR
momen tarik meningkat 2265% sedangkan SURABAYA SPORT CENTER (SSC)
momen tekan meningkat 13881% DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
7. Lendutan maksimum arah vertikal akibat RANGKA RUANG (SPACE TRUSS).
pemotongan cincin mencapai 182 mm, atau Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh
mengalami peningkatan 6279% November.
8. Rasio tegangan untuk batang vertikal 2. Anedya. W, 2007. PERKEMBANGAN
terbesar adalah 1.96 atau meningkat 410% TEKNOLOGI BANGUNAN DI
dari sebelum dipotong, dan untuk rasio INDONESIA TAHUN 1945-1975. Jakarta.
tegangan batang horizontal sebesar 3.01 Jurusan Arsitektur Universitas Pancasila.
atau meningkat sebesar 1408%. 3. Anonim. 2002. “SNI 03-2847-2002 Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Pemotongan Cincin Arah Horizontal Bangunan Gedung”. Badan Standarisasi
9. Pemotongan cincin arah vertikal untuk Nasional.
reaksi perletakan arah radial mengalami 4. Bradshaw, R, ; Campbell, D; Gargari, M;
kenaikan 3.2%. Sedangkan untuk reaksi Mirmiran, A; & Tripeny, P. 2002. Special
perletakan arah vertikal mengalami hanya Structures: Past, Present, and Future.
mengalami penurunan sebesar 0.3 %. Amerika. America Society of Civil Engineer.
10. Gaya dalam pada batang vertikal untuk 5. Daniel L. Schodek. 1998. Structure.Prentice
gaya dalam axial terjadi penurunan gaya Hall inc.
tekan axial 0.14 %, untuk gaya dalam geser 6. David .R, 2001. Finite Element Analysis.
pada sumbu kuat terjadi penurunan 5.3 % Department of Materials Science and
sedangkan pada sumbu lemah terjadi Engineering Massachusetts Institute of
peningkatan 4410%, untuk gaya dalam Technology Cambridge.
momen tarik meningkat 3.58% sedangkan 7. Dewobroto, Wiryanto, 2007. “Aplikasi
momen tekan konstan Rekaya Konstruksi dengan SAP2000”.
11. Gaya dalam pada batang horizontal untuk Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.
gaya dalam axial terjadi peningkatan gaya 8. Dimyati. 2002. MENARA DAN KUBAH.
tarik axial sebesar 49.13% dan untuk tekan Jurnal Desain & konstruksi, Vol 1, No.2.
menurun sebesar 0.2%, untuk gaya dalam 9. Indrosaptono, Djoko and Haryanto, 2004.
geser pada sumbu kuat terjadi peningkatan STRUKTUR SHELL PADA Il Palazzetto
10.83 % sedangkan pada sumbu lemah Dello Sport Italia. Jurnal Jurusan Arsitektur
terjadi peningkatan 393%, untuk gaya 10. Lancaster, Lynne C. 2005. Concrete vaulted
dalam momen tarik meningkat 10.42% construction in Imperial Rome: innovations
sedangkan momen tekan menurun 0.3% in context. illustrated ed. Cambridge
12. Lendutan maksimum arah vertikal akibat University Press.
pemotongan cincin mencapai 3.22 mm, 11. Majid, R. 2010. Pemprograman Elemen
atau mengalami peningkatan 12.76% Hingga Pada Struktur Shell Dengan Bantuan
13. Rasio tegangan untuk batang vertikal Visual Basic 6.0. Institut Teknologi Sepuluh
terbesar adalah 0.39 atau meningkat 1.72% November.
dari sebelum dipotong, dan untuk rasio 12. Mark, Robert and Paul Hutchinson. 1986.
tegangan batang horizontal meningkat "On the Structure of the Roman Pantheon".
sebesar 41%. College Art Association. The Art Bulletin.
13. Nainggolan, J. 2009. Pemograman Finite
7. SARAN Element Method Pada Element Truss
Dengan Menggunakan Matlab. Teknik Sipil
1. Untuk penelitian ini masih bisa dilanjutkan USU.
dengan pembebanan gempa atau dinamik 14. Prof. Suvranu De. Development of Truss
Equations. MANE 4240 & CIVL 4240
15. Introduction to Finite Elements

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013


16. Robert, M & Hutchinson, P. 1986. On the
Structure of the Roman Pantheon. College
Art Association.
17. S, Mohamad, Qatu , Rani, W, & Wenchao,
W. 2010. Recent research advances on the
dynamic analysis of composite shells .
Department of Mechanical Engineering,
Mississippi State University, Mississippi
State.
18. Sukada, Budi A. /Pour, Yulius/ Syatria,
Hilmi. Gedung MPR/ DPR-RI Sejarah Dan
Perkembangannya, Jakarta: Tim Panitia
Penerbitan Buku Gedung MPR/DPR-RI
Sejarah dan Perkembangannya, 1995.
19. Sukawi. 2011. Struktur Membran Dalam
Bangunan Bentang Lebar. Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang.
20. W. Eugène Kleinbauer (Ed.). 1989. Modern
Perspectives in Western Art History An
Anthology of Twentieth-Century Writings
on the Visual Arts.ACI Committe 318. 2002.
Building Code Requirement for Structural
Concrete (ACI 318 – 02) and Commentary
(318R-02). American Concrete Institute.

Analisis kerusakan..., Dwi Retno Fatmawati, FT UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai